Anda di halaman 1dari 11

Menurut Wiliamson (2002) kamar operasi adalah ruangan di dalam rumah sakit

yang dipakai untuk melaksanakan operasi mayor dan secara khusus hanya dipakai
untuk prosedur bedah bukan untuk invetervensi pengobatan.

Persyaratan fisik kamar operasi meliputi:

1. Bangunan kamar operasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


a. Mudah dicapai oleh pasien
b. Penerimaan pasien dilakukan dekat dengan perbatasan daerah steril
dan non-steril
c. Kereta dorong pasien harus mudah bergerak
d. Lalu lintas kamar operasi harus teratur dan tidak simpang siur
e. Terdapat batas yang tegas yang memisahkan antara daerah steril dan
non-steril, untuk pengaturan penggunaan baju khusus
f. Letaknya dekat dengan UGD
2. Rancang bangun kamar operasi harus mencakup:
a. kamar yang tenang untuk tempat pasien menunggu tindakan anestesi
yang dilengkapi dengan fasilitas induksi anestesi
b. Kamar operasi yang langsung berhubungan dengan kamar induksi
c. Kamar pulih (recovery room)
d. Ruang yang cukup untuk menyimpan peralatan, llinen, obat farmasi
termasuk bahan narkotik
e. Ruang/ tempat pengumpulan/ pembuangan peralatan dan linen bekas
pakai operasi
f. Ruang ganti pakaian pria dan wanita terpisah
g. Ruang istirahat untuk staf yang jaga
h. Ruang operasi hendaknya tidak bising dan steril. Kamar ganti
hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga terhindar dari area
kotor setelah ganti dengan pakaian operasi. Ruang perawat hendaknya
terletak pada lokasi yang dapat mengamati pergerakan pasien
i. Dalam ruang operasi diperlukan 2 ruang tindakan, yaitu tindakan
elektif dan tindakan cito
j. Alur terdiri dari pintu masuk dan keluar untuk staf medik dan
paramedik; pintu masuk pasien operasi; dan alur perawatan
k. Harus disediakan spoelhock untuk membuang barang-barang bekas
operasi
l. Disarankan terdapat pembatasan yang jelas antara:
1) Daerah bebas, area lalu lintas dari luar termasuk pasien
2) Daerah semi steril, daerah transisi yang menuju koridor kamar
operasi dan ruangan semi steril
3) Daerah steril, daerah prosedur steril diperlukan bagi personil
yang harus sudah berpakaian khusus dan masker
4) Setiap 2 kamar operasi harus dilayani oleh 2 kamar scrub up
5) Harus disediakan pintu keluar tersendiri untuk jenazah dan
bahan kotor yang tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung.

Syarat kamar operasi:

1. Pintu kamar operasi harus selalu tertutup.


2. Lebar pintu minimal 1,2 m dan tinggi minimal 2,1 m,
terdiri dari dua daun pintu
3. Pintu keluar masuk harus tidak terlalu mudah dibuka dan
ditutup ƒ Sepertiga bagian pintu harus dari kaca tembus
pandang Paling sedikit salah satu sisi dari ruang operasi ada
kaca
4. Ukuran kamar operasi minimal 6x6 m2 dengan tinggi
minimal 3 m Dinding, lantai dan langit-langit dari bahan
yang tidak berpori ƒ Pertemuan lantai, dinding dan langit-
langit dengan lengkung ƒ Plafon harus rapat, kuat dan
tidak bercelah
5. Cat /dinding berwarna terang
6. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah
dibersihkan dan berwarna terang, ditutup dengan vinyl atau
keramik. ƒ Tersedia lampu operasi dengan pemasangan
seimbang, baik jumlah lampu operasi dan ketinggian
pemasangan
7. Pencahayaan 300-500 lux, meja operasi 10.000-20.000 lux
8. Ventilasi kamar terkontrol dan menjamin distribusi udara
melalui filter.
9. Ventilasi menggunakan AC sentral atau semi sentral
dengan 98% steril dan dilengkapi saringan. Ventilasi harus
dengan sistem tekanan positif/ total pressure.
10. Suhu kamar idealnya 20-26º C dan harus stabil ƒ
Kelembaban ruangan 50-60%
11. Arah udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi dari
atas ke bawah Tidak dibenarkan terdapat hubungan
langsung dengan udara luar, untuk itu harus dibuat ruang
antara
12. Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke dalam
ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan
ke ruang steril dari bagian alat steril cukup dengan sebuah
loket yang dapat dibuka/ ditutup
13. Pemasangan gas medik secara sentral diusahakan melalui
atas langit-langit
14. Di bawah meja operasi perlu adanya kabel anti petir yang
dipasang di bawah lantai
15. Ada sistem pembuangan gas anestesi yang aman.

Menurut segi tata ruang yang tercantum pada Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004, yang menjelaskan
persyaratan medis sarana dan prasarana pelayanan pada instalasi bedah sentral,
secara umum konsep dasar pembuatan kamar operasi terdiri atas :

1. Ruang pendaftaran
terletak dibagian depan atau bagian yang paling mudah dijangkau oleh
keluarga pasien,ruangan ini dilengkapi dengan loket, meja kerja, lemari
berkas/arsip, telepon/interkom. Fungsi ruang pendaftaran ini antara lain, adalah
:
a) untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi, khususnya pelayanan
bedah, Kegiatan administrasi meliputi : Pendataan pasien bedah,
Penandatanganan surat pernyataan dari keluarga pasien bedah dan Rincian
biaya pembedahan
b) Pengantar (Keluarga atau Perawat), melakukan pendaftaran di Loket
pendaftaran, petugas pendaftaran Ruang Operasi Rumah Sakit melakukan
pendataan pasien bedah dan penandatanganan surat pernyataan dari
keluarga pasien bedah, selanjutnya pengantar menunggu di ruang tunggu.

2. Ruang tunggu pengantar

merupakan ruangan yang dilengkapi dengan tempat duduk yang


nyaman bagi penunggu pasien bedah. Sebaiknya tempat duduk yang
disediakan sesuai dengan aktivitas pelayanan bedah. Bila memungkinkan,
sebaiknya disediakan pesawat televisi dan ruangan yang dilengkapi sistem
pengkondisian udara.

3. Ruang transfer (Transfer Room)


a) Pasien bedah dibaringkan di stretcher khusus ruang operasi. Untuk
pasien bedah yang datang menggunakan stretcher dari ruang lain,
pasien tersebut dipindahkan ke stretcher khusus Ruang Operasi Rumah
Sakit.
b) Pasien melepaskan semua perhiasan dan diserahkan kepada keluarga
pasien.
c) Selanjutnya Pasien dibawa ke ruang persiapan (preperation room)

4. Ruang tunggu pasien (holding room)

adalah ruangan yang digunakan untuk tempat menunggu pasien


sebelum dilakukan pekerjaan persiapan (preparation) oleh petugas ruang
operasi rumah sakit. Apabila luasan area ruang operasi rumah sakit tidak
memungkinkan, kegiatan pada ruangan ini dapat dilaksanakan di ruang
transfer.

5. Ruang persiapan pasien

adalah ruangan yang digunakan untuk mempersiapkan pasien bedah


sebelum memasuki ruang operasi, di ruang ini petugas rumah sakit dapat
membersihkan tubuh maupun mencukur rambut bagian tubuh yang perlu
dicukur, petugas juga diwajibkan mengganti pakaian pasien dengan
pakaian khusus ruang operasi untuk Selanjutnya pasien dibawa ke ruang
induksi atau langsung ke ruang operasi.

6. Ruang induksi

merupakan ruangan yang di gunakan oleh petugas Ruang Operasi


Rumah Sakit untukmengukur tekanan darah pasien bedah, memasang
infus, memberikan kesempatan pada pasien untuk beristirahat/
menenangkan diri, dan memberikan penjelasan pada pasien bedah
mengenai tindakan yang akan dilaksanakan. Anastesi dapat dilakukan
pada ruangan ini namun apabila luasan area Ruang Operasi Rumah Sakit
tidak memungkinkan, kegiatan anastesi dapat di laksanakan di kamar
bedah.

7. Ruang Penyiapan Peralatan/Instrumen Bedah dan ruang CSSD ( central


strerilization and supply departement) atau ruang sterilisasi

berlokasi terpisah dengan kamar operasi. Fungsi ruang ini adalah


untukk mensterilkan alat dan instrumen operasi, linen operasi, maupun
sarung tangan. Ruang CSSD sebaiknya berada dekat dengan kamar operasi
atau jika memungkinkan terdapat di kamar operasi tepatnya di area non
steril, karena berfungsi sangat vital dalam terlaksananya tindakan
operasi.Peralatan/Instrumen dan bahan-bahan yang akan digunakan untuk
pembedahan dipersiapkan pada ruang ini.
8. Ruang operasi
a) digunakan sebagai ruang untuk melakukan tindakan operasi dan atau
pembedahan.
b) Luas ruangan harus cukup untuk memungkinkan petugas bergerak
sekeliling peralatan operasi/bedah
c) Ruang operasi harus dirancang dengan faktor keelamatan yang tinggi.
d) Di kamar ini pasien bedah dilakukan pembiusan (anestesi)
e) Setelah pasien bedah tidak sadar, selanjutnya proses bedah dimulai oleh
Dokter Ahli Bedah dibantu petugas medik lainnya.

9. Ruang Pemulihan (Recovery)


a) Ruang pemulihan ditempatkan berdekatan dengan kamar bedah dan
diawasi oleh perawat. Pasien bedah yang ditempatkan di ruang
pemulihan secara terus menerus dipantau karena pasien masih dalam
kondisi pembiusan normal atau ringan. Daerah ini memerlukan
perawatan berkualitas tinggi yang dapat secara cepat menilai pasien
tentang status : jantung, pernapasan dan physiologis, dan bila
diperlukan melakukan tindakan dengan memberikan pertolongan yang
tepat
b) Setiap tempat tidur pasien pasca bedah dilengkapi dengan minimum
satu outlet Oksigen, suction, udara tekan medis, peralatan monitor dan
6 (enam) kotak kontak listrik,
c) Kereta darurat (emergency cart) secara terpusat disediakan dan
dilengkapi dengan defibrillator, saluran napas (airway), obat-obatan
darurat, dan persediaan lainnya.
d) Di beberapa rumah sakit, ruang pemulihan sering juga dinamakan
ruang PACU (Post Anaesthetic Care Unit). Komunikasi ruang
pemulihan atau ruang PACU langsung ke ruang dokter bedah dan
perawat bedah dengan perangkat interkom. Tombol panggil darurat
ditempatkan diseluruh Ruang Operasi Rumah Sakit
10. Ruang ganti pakaian (Loker)
a) Loker atau ruang ganti pakaian, digunakan untuk Dokter dan petugas
medik mengganti pakaian sebelum masuk ke lingkungan ruang operasi.
b) Pada loker ini disediakan lemari pakaian/loker dengan kunci yang
dipegang oleh masing-masing petugas dan disediakan juga
lemari/tempat menyimpan pakaian ganti dokter dan perawat yang sudah
disteril. Loker dipisah antara pria dan wanita. Loker juga dilengkapi
dengan toilet.

11. Ruang Dokter

Ruang Dokter terdiri dari 2 bagian yakni Ruang kerja dan Ruang
istirahat/kamar jaga.Pada ruang kerja harus dilengkapi dengan beberapa
peralatan dan furnitur. Sedangkan pada ruang istirahat diperlukan sofa.
Ruang Dokter perlu dilengkapi dengan bak cuci tangan (wastafel) dan
toilet.

12. Scrub Station


a) Scrub station atau scrub up, adalah bak cuci tangan bagi Dokter ahli
bedah dan petugas medik yang akan mengikuti langsung
pembedahan di dalam ruang operasi
b) Bagi petugas medik yang tidak terlibat tidak perlu mencuci
tangannya di scrub station
c) Scrub station sebaiknya berada disamping atau di depan ruang operasi.

Beberapa persyaratan dari scrub station yang harus dipenuhi, antara lain : (a)
Terdapat kran siku atau kran dengkul, minimal untuk 2 (dua) orang. (b)
Aliran air pada setiap kran cukup. (c) Dilengkapi dengan ultra violet (UV),
water sterilizer. (d) Dilengkapi dengan tempat cairan desinfektan. (e)
Dilengkapi sikat kuku.

13. Ruang Utilitas Kotor (Spoel Hoek, Disposal)


a) Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya
yang berupa cairan.
b) Peralatan/Instrumen/Material kotor dikeluarkan dari ruang operasi ke
ruang kotor
c) Barang-barang kotor ini selanjutnya dikirim ke ruang Laundri dan
CSSD (Central Sterilized Support Departement). untuk dibersihkan
dan disterilkan. Ruang Laundri dan CSSD berada diluar Ruang
Operasi Rumah Sakit.

Perletakan dan Peruangan Kamar Operasi

Rumah sakit dirancang dengan sistem zonasi (zoning). Zonasi rumah sakit
disarankan mempunyai pengelompokkan sebagai berikut:

1. Zona Publik
Area yang mempunyai akses cepat dan langsung terhadap
lingkungan luar misalnya unit gawat darurat, poliklinik, administrasi,
apotik, rekam medik, dan kamar mayat.
2. Zona Semi Publik
Area yang menerima beban kerja dari zona publik tetapi tidak
langsung berhubungan dengan lingkungan luar, misalnya laboratorium,
radiologi, dan rehabilitasi medic
3. Zona Privasi
Area yang menyediakan dan ruang perawatan dan pengelolaan
pasien, misalnya gedung operasi, kamar bersalin, ICU/ ICCU, dan
ruang perawatan.
4. Zona Pelayanan
Area yang menyediakan dukungan terhadap aktivitas rumah sakit,
misalnya ruang cuci, dapur, bengkel, dan CSSD

Peralatan yang harus tersedia di ruang operasi / bedah adalah:

1. Meja Operasi/bedah.
Meja operasi/bedah adalah meja yang digunakan untuk
membaringkan pasien bedah, sesuai dengan posisi yang sesuai, dimana
Dokter bedah akan melakukan operasi pembedahan.Secara umum, ada
2 jenis meja operasi, yaitu : meja operasi yang digerakkan secara
hidarolik, dan meja operasi yang digerakkan dengan elektrohidraulik
(sebelumnya ada meja operasi yang digerakkan secara mekanik).
2. Lampu Operasi/bedah
Lampu operasi umumnya diletakkan menggantung di langit-langit
ruang operasi, dan berada di posisi diatas meja operasi (Operating
Table). Namun demikian untuk keperluan lainnya, lampu operasi juga
ada dari jenis diletakkan di lantai (floor mounted) atau jenis
pemasangan di dinding (wall mounted).
3. Mesin Anesthesi.
Mesin anestesi adalah peralatan medik yang berfungsi untuk
pembiusan pada pasien yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesi
sebelum dilakukan pembedahan oleh dokter spesialis bedah. Lokasi
peralatan anestesi ini ada di kamar bedah. Untuk mengoperasikan
mesin anestesi ini diperlukan gas oksigen (O2), gas nitrous oksida
(N2O), dan zat anestesi. Disamping gas dan zat tersebut di atas,
idealnya juga dilengkapi dengan vakum medik, udara tekan dan sistem
buangan gas anestesi.
4. Ventilator.
Ventilator umumnya digunakan di ruang operasi dan di ruang ICU
untuk mengalirkan ventilasi mekanis ke paru-paru. Ventilator
berfungsi sebagai alat bantu pernapasan pada pasien yang dalam
kondisi fisik cukup lemah. Penggunaannya di kamar bedah bersama
sama dengan mesin anestesi.Ventilator dioperasikan dengan pemipaan
sentral gas (oksigen atau udara tekan) atau silinder oksigen, atau
dengan kompresor udara listrik yang diletakkan di mana saja, jika
tersedia tekanan sebesar 3,5 bar sampai 4 bar. Sistem ini cukup aman
di mana sirkit aliran gas dan sirkit gas ke pasien sepenuhnya terpisah,
dan tidak ada aliran gas bertekanan tinggi dialirkan ke pasien.
5. Ceiling Pendant.
Ceiling pendant adalah rak yang dipasang di langit-langit,
umumnya di kamar bedah atau di ruang ICU, dapat digerakkan ke
segala arah. Ceiling pendant umumnya terdiri dari 2 jenis. Jenis
pertama, ceiling pendant yang digunakan untuk meletakkan peralatan
Penempatan ceiling pendant untuk memonitor kondisi pasien
diletakkan berhadapan dengan Dokter bedah dan yang lainnya
ditempatkan dekat dengan mesin anestesi
6. Alat Monitor
Alat monitor yang umum terdapat di ruang operasi berfungsi untuk
merekam aktivitas listrik jantung. Selain itu alat ini juga dilengkapi
dengan perlengkapan untuk memonitor parameterparameter tubuh
lainnya.
7. Film Viewer.
Film Viewer adalah alat untuk melihat, membaca dan mengartikan
hasil foto rontgen.
8. Aspirator.
Aspirator yang digunakan dalam kamar bedah dapat dibagi dalam 2
jenis, yaitu aspirator yang digunakan oleh dokter bedah untuk
menghisap darah, atau zat lain dari tubuh pasien selama pembedahan
disebut aspirator bedah (lihat gambar 1.4.30), dan aspirator yang
digunakan dokter anestesi untuk menghisap lendir di tenggorokan
pasien disebut aspirator tenggorokan. Aspirator tenggorokan selain
digunakan di kamar bedah, juga digunakan di ruang ICU/ICCU dan di
ruang rawat inap
9. Suction Unit.
Suction Unit adalah alat yang digunakan untuk memperoleh daya
hisap dengan melalui pompa suction/vakum, yang menyatu dengan
unit aspiratornya. Penggunaannya terutama di kamar bedah, atau
dilokasi lain, seperti ICU/ICCU dan ruang perawatan.

Anda mungkin juga menyukai