Kamar operasi terdiri dari beberapa ruang baik itu di dalam kamar operasi
maupun di lingkungan kamar operasi antara lain:
1. Kamar bedah
2. Kamar untuk mencuci tangan
3. Kamar untuk gudang alat-alat instrumen
4. Kamar untuk sterilisasi
5. Kamar untuk ganti pakaian
6. Kamar laboratorium
7. Kamar arsip
8. Kamar pulih sadar (recovery room)
9. Kamar gips
10. Kamar istirahat
11. Kamar mandi (WC) dan spoelhok (tempat cuci alat)
12. Kantor
13. Gudang
14. Kamar tunggu
15. Ruang sterilisasi
C. Lokasi dan Fungsi Kamar Operasi
1. Lokasi
Prinsip membuat satu ruangan khusus yang terpisah atau bebas. Ruang bedah harus
diletakan pada suatu tempat yang mudah dicapai dari bagian-bagian lain khususnya
unit gawat darurat, unit perawatan intensif, radiologi, patologi dan unit perawatan
bedah. Di kota-kota besar karena gedung rumah sakitnya bertingkat maka ruang
bedah tidak perlu diletakkan di tingkat paling atas, tapi cukup di lantai 2 atau lantai
dasar dengan dilengkapi sistem penyaringan udara bebas kontaminasi dari luar.
Sistem Zona OK :
a. Zona 1 (hijau): Tingkat Resiko Rendah (normal )
Zona ini terdiri dari area resepsionis (ruang administrasi dan pendaftaran), ruang
tunggu keluarga pasien, janitor dan ruang utilisasi kotor
b. Zona 2 (kuning): Tingkat Resiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)
Zona ini terdiri dari ruang istrahat dokter dan perawat, ruang pantry petugas ,
ruang tunggu pasien, ruang transfer dan ruang loker (ganti baju) merupakan area
transisi antara zona 1 dgn zona 2
c. Zona 3 (orange): Tingkat Resiko Tnggi (semi steril dengan medium filter)
Zona ini meliputi kompleks kamar bedah, yang terdiri dari ruang persiapan
(preparation, peralatan /instrumen steril, ruang induksi, area scrub , ruang
pemulihan (recovery), ruang resusitasi neonatus, ruang linen, ruang pelaporan
bedah, ruang penyimpanan perlengkapan bedah ruang peralatan anestesi,
implan ortopedi dan emergency serta koridor-koridor di dalam kompleks ruang
operasi
d. Zona 4 (merah): Tingkat Resiko Sangat tinggi (Steril dengan Pre Filter, Medium
Filter, Hepa filter tekanan Positif)
Zona kamar operasi dengan tekanan udara positif, Zona ini mempuyai jumlah
maksimal partikel debu per m3 adalah 35.200.
2. Fungsi
Kamar bedah digunakan bersama oleh dua bidang, yaitu bidang bedah dan anestesi
yang merupakan bidang vital karena berkaitan dengan keselamatan jiwa pasien dan
tindakan-tindakan yang dilakukan di kamar bedah selalu ada melekat unsur resiko
yang tak bisa dihindarkan. Kelemahannya merupakan kegiatan yang sudah rutin
dilakukan yang mengakibatkan kurang waspada dan kurang teliti. Kegiatan kamar
operasi dapat dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu persiapan, operasi, dan
pemulihan.
a. Persiapan
1) Pasien diisolasi sehingga tidak tertular penyakit pasien lain
2) Catatan rekam medis pasien yang lengkap dan untuk memperoleh
gambaran perlu mengacu kasus-kasus yang sering terjadi di luar negeri
3) Penyiapan bahan untuk pelaksanaan operasi dicatat dan diinventarisasi
jumlah dan jenis bahan. Menjaga kebersihan dan kesterilan ruangan
4) Penyiapan alat-alat bedah dan pengecekan kelayakan alat monitor yang
digunakan dokter ahli anestesi
b. Operasi
Selama operasi dilakukan, mungkin saja timbul sesuatu yang tidak dapat diduga
sebelumnya dan selama berlangsung operasi peran penting pada kegiatan ini
adalah dokter bedah dan dokter anestesi dan tenaga non perawat untuk mencatat
rekam medis pasien selama pelaksanaan operasi sebagai data entry
c. Pemulihan
Pada periode ini pasien masih belum lepas dari faktor resiko karena banyak
sekali kejadian misalnya gangguan pernafasan
D. Fase-Fase Operatif
1. Fase Praoperatif
Fase ini dimulai saat intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke
meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan: penetapan pengkajian dasar pasien,
menjalani wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk anastesi
pembedahan.
2. Fase Intraoperatif
Fase ini dimulai ketika pasien masuk kebagian bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktivitas keperawatan: pemasangan
infus, memberikan medikasi intravena,melakukan pemantauan fisiologis
menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
3. Fase Pascaoperatif
Fase ini dimulai pada saat pasien masuk keruang pemulihan dan berakhir dengan
evaluasi tindak lanjut. Lingkup aktivitas keperawatan: mengkaji efek anastesi,
membantu fungsi vital tubuh, serta mencegah komplikasi. Peningkatan
penyembuhan pasien dan penyuluhan, perawatan tindak lanjut.
E. Syarat Kamar Operasi
1. Bentuk
a. Sudut-sudutnya tidak boleh tajam
b. Lantai dan didinding tidak bepori
c. Tahan terhadap api dan kedap air
2. Ukuran
a. Minimal 29,1-37,16 m²
b. Maksimal 56 – 60 m²
c. Tinggi plafon 3,5m – 3,65m
3. Pintu
a. Pintu masuk dan keluar pasien harus berbeda
b. Pintu masuk dan keluar petugas tersendiri
c. Dianjurkan tipe sliding door
4. Sistem Ventilasi
a. AC central
b. Ultraclean laminar airflou
c. Suhu 19 – 24 derajat c
d. Kelembaban 50 – 60 %
5. Sitem penerangan
a. Lampu operasi: tidak menimbulkan panas, arah dan fokusnya bisa diatur, cahaya
terang dan tidak menyilaukan
b. Pencahayaan : 300-500 lux, pada meja op 10.000 -20000 luk
6. Sistem Gas Medis
Pipa (out let) dan konektor N2O dan oksigen, dibedakan warnanya, dan dijamin
tidak bocor serta dilengkapi dengan sistem pembuangan/penghisap udara untuk
mencegah penimbunan gas anestesi.
7. Sistem listrik
a. Voltase tersedia 110 dan 220 volt
8. Peralatan
a. Semua peralatan yang ada di dalam kamar operasi harus beroda dan mudah
dibersihkan.
b. Untuk alat elektrik, petunjuk penggunaaanya harus menempel pada alat tersebut
agar mudah dibaca.
c. Sistem pelistrikan dijamin aman dan dilengkapi dengan elektroda untuk
memusatkan arus listrik mencegah bahaya gas anestesi
9. Air Bersih
a. Tidak berwarna, berbau dan berasa.
b. Tidak mengandung kuman patogen.
c. Tidak mengandung zat kimia. d. Tidak mengandung zat beracun.
F. Penangan Limbah
Pembuangan limbah dan penanganan limbah kamar operasi, tergantung jenis limbah
dengan prinsip, limbah padat ditangani terpisah dengan limbah cair:
1. Limbah cair dibuang ditempat khusus yang berisi larutan desinfektan yang
selanjutnya mengalir ketempat pengelolaan limbah cair rumah sakit.
2. Limbah pada/ anggota tubuh ditempatlkan dalam kantong/ tempat tertutup yang
selanjutnya dibakar atau dikubur dirumah sakit sesuai ketentuan yang berlaku, atau
diserahterimakan kepada keluarga pasien bila memungkinkan.
3. Limbah non infeksi yang kering dan basah ditempatkan pada tempat yang tertutup
serta tidak mudah bertebaran dan selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan rumah
sakit.
4. Limbah infeksi ditempatkan pada tempat yang tertutup dan tidak mudah bocor serta
diberi label warna merah untuk dimusnahkan