KAMAR OPERASI
OLEH:
NURUL SALSABILAH (P00620220030)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES MATARAM
PRODI D3 KEPERAWATAN BIMA
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
KAMAR OPERASI
Oleh :
Nurul Salsabilah
( ) ( )
KAMAR OPERASI
Kamar Operasi atau kamar bedah adalah ruangan khusus di rumah sakit yang
diperlukan untuk melakukan tindakan pembedahan baik elektif atau akut yang
membutuhkan keadaan suci hama atau steril.
1. Daerah Publik
Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus. Misalnya:
kamar tunggu, gang, emperan depan komplek kamar operasi.
Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu petugas. Dan
biasanya diberi tulisan DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS. Dan sudah ada
pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh petugas ( pakaian khusus
kamar operasi ) serta penggunaan alas kaki khusus di dalam.
3. Daerah Aseptik
Daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang langsung
ada hubungan dengan kegiatan pembedahan. Umumnya daerah yang harus dijaga
kesucihamaannya. Daerah aseptik dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1) Daerah Aseptik 0
Yaitu lapangan operasi,daerah tempat dilakukannya pembedahan.
2) Daerah aseptik 1
Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk / kain steril, tempat instrument
dan tempat perawat instrument mengatur dan mempersiapkan alat.
3) Daerah aseptik 2
Yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk, daerah sekitar ahli
anesthesia.
C. Persyaratan Kamar Operasi
berikut:
1. Letak
Letak kamar operasi berada di tengah-tengah rumah sakit, berdekatan dengan Instalasi
Rawat Darurat, ICU dan unit radiologi.
a. Bentuk
1) Kamar operasi tidak bersudut tajam. Lantai, dinding. Langit-langit berbentuk
lengkung dan wama tidak mencolok.
2) Lantai dan 2/3 dinding bagian bawah harus terbuat dari bahan yang keras, rata, kedap
air, mudah dibersihkan dan tidak menampung debu.
b. Ukuran
3. Kamar operasi untuk operasi besar diperlukan luas minimal 56 m2 (7,2 m x 7,8 m).
Sistem penerangan di dalam kamar operasi harus memakai lampu pijar putih dan
mudah dibersihkan. Sedangkan lampu operasi memiliki persyaratan khusus, yaitu arah
dan fokusnya dapat diatur, tidak menimbulkan panas, cahayanya terang dan tidak
menyilaukan serta tidak menimbulkan bayangan. Pencahayaan antara 300 - 500 lux, meja
operasi 10.000 - 20.000 lux.
g. Sistem listrik
Di dalam kamar operasi sebaiknya tersedia 2 macam voltage, yaitu 110 volt dan
220 volt. Karena alat-alat kamar operasi memiliki voltage yang berbeda. Semua tombol
listrik dipasang pada ketinggian 1,40 m dari lantai.
h. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi di kamar operasi adalah sangat vital, terutama bila ada
keadaan darurat maka mudah untuk melakukan komunikasi.
i. Peralatan
1) Semua peralatan yang ada di kamar operasi harus beroda dan mudah dibersihkan.
2) Semua peralatan harus terbuat dari bahan stainless steel agar mudah untuk dibersihkan.
j. Pintu
k. Pembagian area
1) Ada batas tegas antara area bebas terbatas. semi ketat, dan area ketat.
2) Ada ruang persiapan untuk serah terima pasien dan perawat ruangan kepada perawat
kamar operasi.
l. Air Bersih
Setiap rumah sakit merancang kamar operasi disesuaikan dengan bentuk dan
lahan yang tersedia, sehingga dikatakan bahwa rancang bangun kamar operasi
setiap rumah sakit berbeda, tergantung dari besar atau tipe rumah sakit tersebut. Makin
besar rumah sakit tentu membutuhkan jumlah dan luas kamar bedah yang lebih besar.
Jumlah kamar operasi tergantung dari berbagai hal yaitu :
2) Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta subspesialisasi bersama fasilitas
penunjang.
1. Jenis Tenaga
Jenis tenaga adalah personil yang boleh masuk di dalam kamar operasi baik tim inti
maupun tim penunjang, antara lain:
a. Tim Bedah
1) AhIi bedah.
4) Perawat Sirkuler.
5) Ahli anestesi.
6) Perawat anestesi.
2) Perawat pelaksana.
a) Pekerja kesehatan.
b) Tata usaha.
c) Penunjang medis.
2. Tanggung Jawab
1) Pengertian
Seorang tenaga perawat professional yang bertanggung jawab dan berwenang dalam
mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di kamar operasi.
2) Tanggung jawab
Secara fungsional bertanggung jawab kepala bidang keperawatan, melalui kepala seksi
perawatan. Secara professional bertanggung jawab kepada kepala instansi kamar operasi.
1) Pengertian
Seorang tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan ditugaskan dalam
mengelola paket alat pembedahan. selama tindakan pembedahan berlangsung.
2) Tanggung jawab
1) Pengertian
Tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan tanggung jawab membantu
kelancaran pelaksanaan tindakan pembedahan.
2) Tanggung jawab
Secara administrative dan operasional bertanggung jawab kepada perawat kepala kamar
operasi dan kepada ahli bedah.
d. Perawat Anestesi
1) Pengertian
Tenaga keperawatan profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab dalam
membantu terselenggarakannya pelaksanaan tindakan pembiusan dikamar operasi.
2) Tanggung jawab
E . Fase – Fase Operatif
1. Fase Praoperatif
Fase ini dimulai saat intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien
dikirim ke meja operasi. Lingkup aktifitas keperawatan: penetapan pengkajian dasar
pasien, menjalani wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk anestesi pada
pembedahan. Macamanestesi yangdiberikan : Anestesi umum yaitu anestesi yang
menghambat sensasi di seluruhtubuh; Anestesi lokal yaitu anestesi yangb menghambat
sensasi di sebagiantubuh atau di bagian tubuh tertentu.
2. Fase Intraoperatif
Fase ini dimulai ketika pasien masuk ke bagian bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitaskeperawatan: memasang infus,
memberikan medikasi intravena, melakukanpemantauan fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
3. Fase Pascaoperatif
Fase Pascaoperatif dimulai pada saat pasien masuk keruang pemulihan dan
berakhir dengan evaluasi tindak lanjut. Lingkup aktifitaskeperawatan: Mengkaji efek
anestesi, membantu fungsi vital tubuh, serta mencegah komplikasi. Peningkatan
penyembuhan pasien dan penyuluhan, perawatan tindak lanjut.
F. Peran Perawat Perioperatif
1. Fase Preoperatif
Persiapan fisik klien meliputi: status kesehatan fisik secara umum,status nutrisi,
keseimbangan cairan dan elektrolit, pengosongan kandung kemih, latihan pra-operasi
(latihan tarik napas dalam, latihanROM),
Persiapan penunjang (EKG, pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan laboratorium)
Persiapan jenis anestesi yang diberikan
Informed consent
Persiapan mental dan psikis klien
2. Fase Intraoperatif
Mengatur posisi klien saat akan dioperasi untuk keselamatan klien itu sendiri
Melakukan pematauan Fisiologis, memperhitungkan efek darihilangnya
atau masuknya cairan secara berlebihan pada pasien,membedakan data
kardiopumonal yang normal dengan yang abnormal,melaporkan perubahan-perubahan
pada nadi,pernafasan, suhu tubuhdan tekanan darah pasien.
Memberikan dukungan emosional pada pasien dan mengkaji statusemosional pasien
3. Fase Pascaoperatif
2. Kriteria hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, rasa
cemas/ansietas teratasi
3. Intervensi Keperawatan: