Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN KAMAR OPERASI (PERIOPERATIF)

ASUHAN KEPERAWATAN KAMAR OPERASI


DI INSTALASI KAMAR OPERASI
RSPAD GATOT SOEBROTO

OLEH:
Nama Mahasiswa : Aisyah Kamelia
NIM : 20230305007

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS


PROGRAM STUDI NERS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
TAHUN 2024
A. Definisi Kamar bedah/ Ruang operasi
Ruang operasi adalah suatu unit di rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat untuk melakukan
tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dan kondisi
khusus lainnya (1). Luas ruangan harus cukup untuk memungkinkan petugas bergerak
sekeliling peralatan bedah. Ruang operasi harus dirancang dengan faktor keselamatan yang
tinggi. Pembedahan atau operasi merupakan segala tindakan yang menggunakan cara invasif
yang dilakukan untuk mendiagnosa, mengobati penyakit, injuri atau deformitas tubuh
umumnya dilakukan dengan pembuatan sayatan yang dapat menimbulkan perubahan
fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya (1). Pelayanan pembedahan pada
rumah sakit meliputi (2):
1. Bedah minor (antara lain: bedah insisi abses, ekstirpasi, tumor kecil jinak pada kulit,
ekstraksi kuku/ benda asing, sirkumsisi).
2. Bedah umum/mayor dan bedah digestif
3. Bedah spesialistik (antara lain: kebidanan, onkologi/tumor, urologi, orthopedik, bedah
plastik dan reanimasi, bedah anak, kardiotorasik, dan vaskuler)
4. Bedah sub spesialistik (antara lain: transplantasi ginjal, mata, sumsum tulang belakang,
katerisasi jantung, (cathlab) dll.
Operasi juga dapat di klasifikasikan sesuai dengan tingkat urgensinya diantaranya (1):
a. Kedaruratan, adalah suatu kondisi pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin
mengancam jiwa, indikasi untuk operasi tanpa ditunda.
b. Urgen, adalah kondisi pasien membutuhkan perhatian segera, indikasi untuk dilakuka operasi
dalam 24 – 30jam.
c. Diperlukan, adalah suatu kondisi pasien harus menjalani operasi, indikasi untuk operasi
direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan.
d. Elektif, adalah kondisi pasien harus dioperasi ketika diperlukan, indikasi untuk operasi
direncanakan, apabila tidak segera dilakukan operasi tidak terlalu membahayakan.
e. Pilihan, adalah keputusan operasi terletak pada pasien sendiri, indikasi untuk operasi adalah
pilihan pribadi, misalnya bedah kosmetik.
B. Tata ruang kamar operasi dan pembagian zona ruang operasi rumah sakit
Pada unit kamar operasi terdapat beberapa persyaratan khusus terkait tata ruang dan juga
kebutuhan ruang berikut kebutuhan ruang kamar operasi (3):
1. Ruang pendaftaran
2. Ruang tunggu pengantar
3. Ruang transfer (transfer room)
4. Ruang tunggu pasien
5. Ruang persiapan pasien
6. Ruang induksi
7. Ruang penyiapan peralatan
8. Kamar bedah
9. Ruang pemulihan
10. Ruang ganti pakaian
11. Ruang dokter
12. Scrub station
13. Ruang utilitas kotor (spoel hoek, disposal)
14. Ruang linen
Dari kebutuhan ruang yang ada, ruang-ruangan pada bangunan ruang operasi rumah sakit juga
dibagi ke dalam 5 lima zona yang bertujuak untuk menerapkan minimal risiko infeksi pasca
bedah berupa (3):
 Zona 1: tingkat risiko rendah (normal), zona ini terdiri dari area resepsionis (ruang
administrasi dan pendaftaran), ruang tunggu keluarga pasien, janitor dan ruang utilitas kotor.
Zona ini mempunyai jumlah partikel debu per m3 > 3.520.000 partikel dengan diameter 0,5
um.
 Zona 2: Tingkat risiko sedang (Normal dengan pre filter): zona ini terdiri dari ruang istirahat
dokter dan perawat, ruang plester, pantry petugas, ruang tunggu pasien (holding), ruang
transfer, dan ruang loker (ruang ganti pakaian dokter dan perawat) merupakan area transisi
antara zona 1 dengan zona 2. Zona ini mempunyai jumlah maksimal partikel debu per m3
3.520.000 partiel dengan diameter 0,5 um.
 Zona 3: Tingkat risiko tinggi (semi steril dengan medium filter): zona ini meliputi kompleks
ruang operasi, yang terdiri dari ruang persiapan (preparation), peralatan/instrument steril,
ruang induksi, area scrub up, ruang pemulihan (Recovery), ruang linen, ruang pelaporan
bedah, ruang penyimpanan perlengkapan bedah, ruang penyimpanan peralatan anastesi,
implant orthopedi dan emergensi serta koridor-koridor di dalam kompleks ruang operasi
 Zona 4: Tingkat risiko sangat tinggi (steril dengan pre filter, medium filter, dan hepa filter),
zona ini adalah ruang operasi, dengan tekanan udara positif, zona ini mempunyai jumlah
maksimal partikel debu per m3 35.200 partikel dengan diameter 0,5 um.
C. Sirkulasi kegiatan ruangan operasi
Alur sirkulasi (pergerakan) pada ruang operasi rumah sakit dijelaskan sebagai berikut (2):
1) Pasien
a) Pasien, umumnya dibawa dari ruang rawat inap menuju ruang operasi menggunakan
transfer bed.
b) Perawat ruang rawat inap atau perawat ruang operasi, sesuai jadwal operasi, membawa
pasien ke ruang pendaftaran untuk dicocokkan identitasnya, apakah sudah sesuai dengan
data yang sebelumnya dikirim ke ruang administrasi ruang operasi dan sudah dipelajari
oleh dokter bedah bersangkutan. Pengantar pasien dipersilahkan untuk menunggu di ruang
tunggu pengantar.
c) Dari ruang pendaftaran, pasien dibawa ke ruang transfer, di ruang ini, pasien dipindahkan
dari transfer bed ke transfer bed ruang bedah menuju ruang persiapan.
d) Di ruang persiapan pasien dibersihkan, misalnya dicukur pada bagian rambut yang akan
dioperasi, atau dibersihkan bagian-bagian tubuh lain yang dianggap perlu,
e) Apabila, pada saat pasien selesai dibersihkan ruang operasi masih digunakan untuk operasi
pasien lainnya, pasien ditempatkan di ruang tunggu pasien yang berada di lingkungan ruang
operasi.
f) Setelah tiba waktunya, pasien dibawa masuk ke ruang induksi (bila ada), yang mana, pasien
diperiksa kembali kondisi tubuhnya, menyangkut tekanan darah, detak jantung, temperatur
tubuh, dan sebagainya.
g) Apabila kondisi tubuh pasien cukup layak untuk dioperasi, pasien selanjutnya masuk ke
ruang bedah, untuk dilakukan operasi pembedahan.
h) Selesai dilakukan pembedahan, pasien yang masih dipengaruhi oleh bius dari zat anestesi,
selanjutnya dibawa ke ruang pemulihan (recovery room). Ruang ini sering juga dinamakan
ruang PACU (Post Anesthesi Care Unit). Bila dianggap perlu, pasien bedah dapat juga
langsung dibawa ke ruang perawatan intensif (ICU).
i) Apabila bayi yang dioperasi, setelah dioperasi bayi tersebut selanjutnya dibawa masuk ke
ruang resusisitasi neonatal (dibeberapa rumah sakit, jarang ruang resisutasi neonatal ini
berada di ruang operasi, biasanya langsung dibawa ke ruang perawatan intensif bayi
(NICU), yang berada di bagian melahirkan (Ginekologi).
j) Apabila pasien bedah kondisinya cukup sadar, pasien dibawa ke ruang rawat inap.
2) Perawat:
a) Perawat
1) Petugas mengganti baju dan sepatu/sandalnya di ruang loker, yang mana dokter/paramedis
selanjutnya mengenakan baju, penutup kepala dan penutup hidung/mulut yang sebelumnya
sudah disterilkan.
2) Selanjutnya melakukan kegiatan persiapan perlengkapan operasi, meliputi penyiapan
peralatan bedah, pembersihan ruang bedah, mensterilkan ruang bedah dengan
penyemprotan fogging, menyeka (mengelap) meja bedah, lampu bedah, mesin anestesi,
pendant, dengan cairan atau lap yang sesuai. Memeriksa seluruh utilitas ruang operasi
(tekanan gas medis, vakum, udara tekan medis, kotak kontak listrik, jam dinding, tempat
sampah medis, dan sebagainya).
3) Untuk penyiapan peralatan bedah, dilakukan di ruang peralatan bedah yang letaknya dekat
dengan kamar bedah. Set peralatan bedah diambil dari ruang penyimpanan steril, dan
disiapkan di atas troli bedah,
4) Setelah siap, Dokter bedah akan memeriksa kembali seluruh peralatan bedah yang
diperlukan, dan mengujinya bila diperlukan.
5) Selanjutnya peralatan bedah ini dimasukkan ke kamar bedah. Apabila pengadaan ruang
persiapan peralatan bedah ini karena sesuatu hal tidak dimungkinkan, maka persiapan
peralatan bedah dapat dilakukan di kamar bedah.
Peran perawat kamar bedah dan petugas anestesi segera setelah operasi antara lain (3):
1) Salah satu periode paling serius bagi pasien adalah masa segera setelah operai dimana
setelah operasi telah selesai pasien dipindahkan ke ruang pemulihan
2) Selama masa ini perawat kamar bedah masih harus melakukan berbagai macam aktivitas
untuk dapat memberikan perawatan pada pasien dengan efektif
3) Perawat kamar bedah mengevaluasi respon pada asuhan keperawatan berdasarkan kriteria
hasil saat rencana disusun
4) Kriteria hasil yang diharapkan untuk pasien segera setelah selesai operasi (3):
a. Menunjukkan pengetahuan terhadap respon fisiologis dan psikologis terhadap
intervensi pembedahan
b. Tidak ada infeksi
c. Terbebas dari trauma yang berhubungan dengan pemberian posisi tubuh, banyaknya
peralatan, bahaya-bahaya fisik, kimiawi maupun elektrik
d. Keseimbangan cairan dan elektrolit terpelihara
e. Beradaptasi dengan pemberian Pereda nyeri
f. Berpartisipasi dalam proses rehabilitasi
D. Konsep Keperawatan Perioperatif
Keperawatan perioperatif merupakan hasil dari perkembangan keperawatan kamar operasi.
Focus keperawatan perioperative sekarang adalah pasien, bukan prosedur atau teknik (patient-
oriented, bukan task oriented) (2). Pembedahan dibagi menjadi tiga fase atau tahap yaitu
praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperati, ketiga tahap ini disebut periode perioperatif (2):
1. Fase praoperatif: dimulai ketika keputusan diambil untuk melaksanakan intervensi
pembedahan, termasuk dalam kegiatan perawatan dalam tahap ini adalah pengkajian
praoperasi mengenai status fisik, psikologis, dan sosial pasien, rencana keperawatan
mengenai persiapan pasien untuk pembedahannya, dan implementasi intervensi
keperawatan yang telah direncanakan. Tahap ini berakhir ketika pasien diantar ke kamar
operasi dan diserahkan perawat bedah untuk perawatan selanjutnya (2).
2. Fase intraoperatif: dimulai ketika pasien dipindahkan ke meja operasi, tahap ini berakhir
ketika pasien dipindahkan ke postanesthesia care unit (PACU) atau disebut ruang
pemulihan (recovery room). Tanggung jawab perawat terfokus pada kelanjutan dari
pengkajian fisiologis, psikologis, merencanakan, dan mengimplementasikan intervensi
untuk keamanan dan privasi pasien, mencegah infeksi luka, dan mempercepat
penyembuhan, memberi dukungan emosional ketika anestesia dimulai (induksi anestesia)
dan selama prosedur pembedahan berlangsung, mengatur dan mempertahankan posisi tubuh
yang fungsional, mempertahankan asepsis, melindungi pasien dari bahaya arus listrik,
membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, menjamin ketepatan
hitungan kasa dan instrument, membantu dokter bedah, mengadakan komunikasi dengan
keluarga pasien dan anggota tim kesehatan lain (3).
3. Fase pascaoperatif: dimulai dengan pemidahan pasien ke PACU dan berakhir pada waktu
pasien dipulangkan dari rumah sakit. Termasuk dalam kegiatan perawatan adalah mengkaji
perubahan fisik dan psikologis, memantau kepatenan jalan napas, tanda-tanda vital, status
neurologis, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mengkaji secara akurat
serta luaran dari drain (3).
E. Penatalaksanaan keperawatan
Pada pertemuan pertama dengan pasien, perawat sudah mulai melakukan pengkajian dan
diteruskan selama periode perioperatif. Pengkajian yang dibuat harus holistic, yaitu
menyangkut kebutuhan fisiologis, psikologis, spiritual, dan sosial pasien dan keluarga atau
orang penting bagi pasien. Riwayat kesehatan yang lengkap harus dikaji agar faktor yang
menjadi risiko pembedahan dapat diketahui dan dicegah atau dikurangi, berikut merupakan
pengkajian praoperatif (2):
1. (Riwayat keperawatan/kesehatan), pengumpulan data subjektif praoperasi meliputi antara
lain (3):
 Usia: usia dapat memengaruhi pembedahan hasil pascaoperasi pada usia 30-40 tahun
kapasitas fungsional dari setiap sistem tubuh menurun sekitar 1% setiap tahunnya
 Alergi: pasien dikaji adanya alergi terhadap iodin, lateks, obat-obatan, larutan antiseptik,
larutan pencuci kulit, plester.
 Obat dan zat yang digunakan: pemakaian obat-obatan yang dibeli sendiri, zat tertentu,
rokok, alkohol, zat atau obat-obatan dapat menimbulkan efek yang tidak baik pada
anestesia dan berisiko komplikasi intraoperasi dan pascaoperasi. Aspirin dan obat NSAID
dapat mempengaruhi fungsi trombosit dan bisa menimbulkan risiko perdarahan
intraoperasi dan pascaoperasi.

 Riwayat medis: pemeriksaan ulang terhadap sistem tubuh sangat penting untuk
mengetahui status imunologis, endokrin, kardiovaskular, pernapasan,ginjal,
gastrointestinal, neurologis, musculoskeletal, dan dermatologis. Perawat menggali
riwayat penyakit sistemik atau kronis yang pernah dialami pasien. Penyakit kronis atau
sistemik bisa meningatkan potensi komplikasi intraoperasi dan pascaoperasi. Pasien
dengan supresi sistem imun (proses penuaan, kanker, DM, kemoterapi, terapi radiasi,
pemakaian obat steroid jangka panjang) bisa berisiko mengalami infeksi dan
penyembuhan luka lambat. Stress, puasa praoperasi, anestesia, trauma jaringan, dan
imobilisasi atau menurunnya kegiatan pasca operasi adalah faktor yang bisa
memengaruhi pengaturan tingkat glukosa dalam darah. PPOK menyebabkan perubahan
fisiologis pada sistem pernapasan, komplikasi yang mungkin timbul atelectasis,
pneumonia, insufisiensi pernapasan, asidosis respiratorik.
 Status kardiovaskular: harus diperiksa dengan teliti karena prevalensi gangguan jantung.
Pasien dengan gangguan jantung dapat berisiko mengalami komplikasi anestesia, infark
miokard intraoperasi, thrombophlebitis, stroke, dan kegagalan jantung, sebelum
pembedahan pasien harus menjalani cardiac clearance.
 Fungsi ginjal: menurunnya fungsi ginjal dapat mengubah kemampuan tubuh untuk
mengekskresikan ampas tubuh, obat, dan agen anestetik
 Status nutrisi: pasien dengan gangguan nutrisi berisiko tinggi mengalami komplikasi
karena pembedahan atau anestesia. Individu yang cenderung memiliki nutrisi yang tidak
adekuat adalah mereka yang lanjut usia mengalami gangguan gastrointestinal atau
malignansi. Kekurangan protein dapat mengakibatkan penyembuhan luka lambat, luka
terbuka, dan infeksi. Jika pembedahan bukan emergensi dan dapat ditunda pasien yang
malnutrisi diberi diet tinggi karbohidrat dan tinggi protein sebelum pembedahan, untuk
pasien yang belum bisa menoleransi makanan tinggi karbo dan tinggi protein dapat
diberikan NPT (Nutrisi parenteral total) sebelum dan sesudah pembedahan), pasien yang
malnutrisi pada umumnya juga mengalami kekurangan vitamin, vitamin B12, C, dan K
vitamin untuk penyembuhan luka dan pembekuan darah. Pasien obesitas mempunyai
faktor risiko pembedahan karena organnya membesar, seperti jantung, ginjal, dan hati.
Pada tahap intraoperatif pasien obesitas bisa memiliki TTV yang tidak stabil karena ekstra
beban yang diterima jantung, diperlukan traksi yang lebih kuat, traksi ini dapat menambah
trauma pada jaringan, jaringan lemak yang berlebihan dapat membatasi gerakan
diafragma sehingga ventilasi berkurang, thrombophlebitis dapat timbul karena imobilitas.
Pada awal tahap pasca operasi biasanya pasien obesitas memerluka bantuan dalam
mengubah posisi, latihan napas dalam, dan batuk efektif.
 Pengalaman pembedahan terdahulu dan sekarang: mengkaji harapan pasien terhadap
pembedahan yang dijalninya, informasi dari pasien mengenai pengalaman pembedahan
dan anestesia yang pernah dijalani.
 Latar belakang budaya dan agama: perawat harus sadar akan perbedaan kebudayaan agar
ia bisa mengerti respons pasien dan keluarganya terhadap pembedahan dan nyeri yang
dialami pasien.
 Psikososial: pengetahuan pasien mengenai pembedahannya perlu diketahui, persepsi
pasien mengenai pembedahannya (3). Tanda cemas praoperasi mungkin tidak sama untuk
setiap individu, menunjukkan kecemasan dengan bicara terlalu cepat, banyak bertanya,
mengulang pertanyaan yang sama, mengubah pembicaraan, tingkah menunjukkan
kecemasan, tidak mau membicarakan pembedahannya, menangis, marah, menjawab
pertanyaan dengan satu atau dua kata (3). Stress meliputi peningkatan kecepatan pola
pernapasan, peningkatan tekanan darah, telapak tangan berkeringat, perubahan pola tidur,
stress yang berlangsung lama (3).

2. Pemeriksaan fisik dan diagnostik: perawat melakukan pemeriksaan head to toe, pada tahap
perioperative data objektif dikumpulkan dengan dua tujuan, yaitu memperoleh data dasar
untuk digunakan sebagai pembanding data pada tahap intraoperatif dan tahap pascaoperatif
dan mengetahui masalah potensial yang memerlukan penanganan sebelum pembedahan
dilaksanakan (3). Pengkajian praoperasi mengenai status sistem pernapasan perlu dikaji
dengan teliti, untuk menghindari komplikasi dan mengidentifikasi pasien yang berisiko
tinggi perlu dilakukan pengkajian praoperasi terhadap status pernapasan, pasien yang
berisiko tinggi adalah (3):
 Pasien yang akan menjalani pembedahan pada abdomen atas dan pembedahan toraks
 Pasien yang akan menerima anestetik inhalasi
 Pasien obesitas
 Pasien perokok
 Pasien dengan penyakit paru kronis
 Pasien lansia
Pengkajian praoperasi untuk sistem kardiovaskuler menggunakan EKG 12 lead sadapan,
tanda vital harus dikaji, auskultasi jantung adanya mur-mur atau iregularitas, ekstremitas
diperiksa kualitas dan pola perifer, pengisian kapiler, warna, suhu kulit serta adanya edema
(3). Memantau jumlah urin, warna, bau, kekeruhan, kejernihan, pengkajian musculoskeletal
adanya keterbatasan gerak sendi, tingkat kesadaran, orientasi, fungsi motoric dan sensorik,
defisit sensorik penglihatan dan pendengaran (3). Status hidrasi pasien perlu dikadi karena
ada kemungkinan terjadi perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat status puasa,
pemberian cairan intravena, perdarahan intraoperasi dan pascaoperasi, dan keluarnya
drainase dari luka (banyaknya) (3). Pemeriksaan laboratorium dan diagnostic perlu
dilakukan sebelum pembedahan. Luasnya pemeriksaan laboratorium ditentukan oleh usia
dan keadaan fisik pasien, jenis pembedahan, anestetik yang dipakai, dan kebijakan protocol
RS yang dirawat (EKG, Cardiac clearance untuk pasien 40 th ke atas, pemeriksaan darah
lengkap, elektrolit, urinalisis rutin) (3). Pada pasien geriatric perlu juga disadari stressor
fisiologis dan psikologis, penurunan fungsi organ, dan kemampuan termoregulasi (3). Risiko
pembedahan dapat dikaji dengan menggunakan American society of anesthesiologist (ASA)
(3). Ada skala yang menunjukkan beratnya risiko, skala memakai angka 1-6 yang makin
tinggi angkanya makin berat risikonya (3).
F. Persiapan dan gambaran pasien praoperatif
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun mental actual pada individu
dan membangkitkan reaksi stress fisiologis dan psikologis, beberapa hal yang
menyebabkan kecemasan sebelum pembedahan (3): lingkungan yang asing, masalah biaya,
ancaman penyakit yg lebih parah, nyeri setelah pembedahan, perubahan fisik, ruang
operasi, mati rasa di operasi, tidak sadar lagi, operasi gagal, Pendidikan kesehatan.
Persiapan praoperatif diantaranya (3):
1. Persiapan psikologis (3):
a. Dukungan keluarga sebagai sumber dukungan
b. Persepsi dan pengetahuan tentang operasi, mengkaji pemahaman pasien terhadap
pengetahuan pasien dan keluarga, harapan dan persepsi akan memudahkan perawat
merencanakan edukasi dan memberikan dukungan emosional
2. Persiapan fisiologis (3):
a. Status kesehatan fisik secara umum (suhu, nadi, TD, pernapasan, saturasi, tingkat
kesadaran)
b. Melepas perhiasan dan gigi palsu
c. Menghapus kutek kuku dan lipstick
d. Puasa
e. Pemasangan infus
f. Pemasangan kateter
g. Penandaan area operasi
h. Status nutrisi dan keseimbangan cairan dan elektrolit
i. Persiapan kulit (area yang akan dioperasi dibersihkan) prosedur mencukur rambut
disekitar area operasi
j. Personal hygiene (pentingnya mandi dan membersihkan mulut)
k. Pencegahan inkontinensia usus dan urine (manipulasi bagian saluran
gastrointestinal dengan puasa, enema membersihkan saluran gastrointestinal,
berkemih sesaat sebelum meninggalkan kamar dan menuju ruang operasi)
l. Persiapan laboratorium dan pemeriksaan penunjang
m. Pemasangan stocking antiemboli (menyangga ekstremitas bawah dan
mempertahankan kompresi vena kecil dan kapiler) mengurangi risiko terjadi
trombus
n. Edukasi dan latihan pasca operasi (napas dalam, batuk efektif, ambulasi,
melakukan ambulasi lebih awal, mampu mempersingkat waktu rawat, dilakukan
sejak 1 atau 2 hari sebelum pembedahan)
G. Persiapan dan gambaran pasien postoperatif
periode post op membutuhkan pengawasan ketat saat pasien selesai dari anestesi, pasien
kemudian akan dipindahkan ke ruangan lain pada hari yang sama untuk menjalani
perawatan post operatif. Terdapat 3 fase perawatan postoperatif (3):
1. Fase pertama: segera setelah operasi, pasien ditempatkan di ruang post anestesi atau
biasa disebut RR/PACU atau ada yang langsung ditempatkan di ruang rawat inap biasa,
untuk pasien yang memiliki prosedur yang rumit dipindahkan ke ICU, lama pasien
untuk mendapatkan perawatan fase pertama adalah tergantung pada status kesehatan,
prosedur pembedahan, tipe anestesi, kecepatan perkembangan kestabilan. Pengawasan
ketat dilakukan terhadap jalan napas, tanda-tanda vital, indikator pemulihan bervariasi
setiap 5-15 menit.
2. Fase kedua: berfokus pada persiapan perawatan pasien dalam ruang perawatan yang
lebih luas, ruang bedah medis, ruang rawat inap, tempat tinggal. Membutuhkan waktu
15-30 menit walaupun dapat mencapai 1-2 jam. Pasien berada di fase ini ketika tingkat
kesadaran post operative kembali, saturasi oksigen dalam batas normal, tanda-tanda
vital mulai stabil.
3. Fase ketiga: tanda-tanda vital tetap dipantau dengan frekuensi yang berubah tergantung
perkembangan pasien, mulai beberapa kali dalam sehari hingga menjadi sekali dalam
sehari.
Pemulihan dari operasi dapat dibagi menjadi lima fase (3):
1. Pra-pemulihan: dimulai sebelum operasi, persiapan emosional, fisik, praktis pasien dan
pemulihan pasca operasi
2. Pemulihan awal: pasien meninggalkan ruang operasi dan mulai sadar dari anestesi,
memulihkan reflex perlindungan dan aktivitas motoric
3. Pemulihan menengah: ketika pada fase 2 dan 3, koordinasi dan fungsi fisiologis
menjadi normal dalam kondisi siap pulang dan dapat kembali ke rumah
4. Pemulihan selanjutnya: berlangsung dalam hitungan jam hingga beberapa hari
pembedahan telah pulih sepenuhnya dan mampu bekerja kembali dan beraktivitas
seperti biasa dirumah
5. Pemulihan jangka panjang: paling sering memakan waktu 3-6 bulan untuk pemulihan
kemampuan fungsional dan kognitif, meskipun nyeri pasca bedah yang persisten dapat
terjadi hingga 10%.
Langkah-langkah pemindahan pasien ke ruang pemulihan antara lain (3):
1. Setelah selesai dilakukan pembalutan pada luka, perawat sirkuler memeriksa dan
membersihkan pasien hingga bersih, memasang pakaian dan selimut
2. Perhatian khusus harus diberikan dalam memindahkan pasien dari meja operasi ke
brankar atau tempat tidur pasien
3. Diperlukan empat orang untuk memindahkan pasien yang belum sadar dengan aman
sementara
4. Perhatikan pergeseran jaringan kulit pada tempat tersebut
5. Perhatikan posisi lengan dan kaki agar benar-benar tertopang dan mengamankan
tempat pemasangan infus dan mencegah jarum infus terlepas
6. Tim anestesi melindungi kepala dan leher dari trauma
7. Matras roller membantu dalam pemindahan pasien gemuk
8. Pasien diangkat dan digeser hati-hati
9. Pasien ditempatkan pada posisi nyaman dan tepat untuk mempertahankan agar jalan
napas tidak tersumbat dan sirkulasi tetap adekuat
10. Perubahan posisi dapat menstimulasi muntah, menyebabkan obstruksi pernapasan,
hipotensi, henti jantung
11. Semua sistem drainase terpasang dengan baik (dibawah)
12. Lembar catatan pasien dan rencana keperawatan pasien perlu disertakan bersamaan
dengan perpindahan pasien.
Penilaian pasca anestesi umum menggunakan skor aldrette (3). Bila skor Aldrete > sama
dengan 8 pasien dikembalikan ke ruang rawat inap, namun bila nilai aldrette <8 atau tetap
respirasi 0 pasien dirujuk ke khusus untuk mendapatkan ruang perawatan intensif (3).
Aldrete score adalah skor pemulihan pasca anestesi (3).

H. Asuhan keperawatan yang muncul pada Kamar operasi (Diagnosis Keperawatan,


Rencana keperawatan)
Diagnosis keperawatan praoperatif:
1. Ansietas berhubungan dengan stressor dengan individu dalam periode perioperasi Dx
(00146)
2. Defisien Pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang sumber (Dx
00126)
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan Dx
(00031)
Diagnosis keperawatan postoperatif:

1. Risiko defisien volume cairan dengan kondisi terkait prosedur operasi yang
menyebabkan kehilangan cairan aktif (Dx 00028)

2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Dx 00132)

3. Risiko infeksi area pembedahan dengan kondisi terkait prosedur invasif Dx (00266)

PRAOPERATIF
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan Kriteria (Intervensi
hasil) Keperawatan)
1 Ansietas NOC: Teknik ➢ Teknik relaksasi
berhubungan 1. Tingkat kecemasan menenangkan diperlukan untuk
dengan stressor (1211) (5880): meredakan stress
dengan individu Setelah dilakukan Observasi: ➢ Teknik relaksasi
dalam periode Tindakan keperawatan ➢ Berada di sisi klien diperlukan untuk
perioperasi Dx dalam 2x24 jam ➢ Pertahankan sikap menciptakan keadaan
(00146) diharapkan tingkat yang tenang dan pikiran yang nyaman
cemas pasien berkurang hati-hati ➢ Teknik menenangkan
dengan kriteria hasil: ➢ Pertahankan kontak ampuh untuk melawan
1. Distress dari sedang mata stress
(3) menjadi ringan (4) ➢ Yakinkan
2. Perasaan gelisah dari keselamatan dan
sedang (3) menjadi keamanan klien
ringan (4) ➢ Identifikasi orang
3. Tidak bisa mengambil terdekat klien yang
keputusan dari sedang bisa membantu
(3) menjadi ringan (4) ➢ Terapeutik:
4. Rasa takut yang ➢ Berikan waktu dan
disampaikan secara tempat untuk
lisan sedang (3) menyendiri
menjadi ringan (4)
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan Kriteria (Intervensi
hasil) Keperawatan)
5. Rasa cemas yang ➢ Duduk dan bicara
disampaikan secara dengan klien
lisan dari sedang (3) ➢ Tawarkan cairan
menjadi ringan (4) hangat
➢ Tawarkan usapan
pada punggung
klien
➢ Tawarkan mandi
air hangat
➢ Intruksikan klien
untuk
menggunakan
teknik distraksi,
mendengar music,
meditasi
➢ Kolaborasi:
➢ Berikan obat
antikecemasan bila
diperlukan
2 Defisien Pengetahuan: Promosi Pendidikan ➢ Antibiotic dapat

Pengetahuan kesehatan (1823) kesehatan pra mencegah bakteri

berhubungan Pengetahuan: operasi tumbuh

dengan kurang Manajemen infeksi Kontrol infeksi ➢ Pengetahuan pasien

pengetahuan (1842) (2660) dan keluarga sangat

tentang sumber (Dx Setelah dilakukan Edukasi: penting untuk

00126) asuhan keperawatan 1. Ajarkan pasien mengenal infeksi


selama 3x24 jam mengenai tanda dan ➢ Pengetahuan pasien
diharapkan pengetahuan gejala infeksi dan keluarga pasien pra
ibu tentang manajemen 2. Ajarkan mengenai operasi untuk
infeksi dan penyakit persiapan prosedur menghindari kejadian
anak membaik dengan operasi yang tidak diinginkan
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan Kriteria (Intervensi
hasil) Keperawatan)
kriteria hasil: 3. Anjurkan pasien
• Pengetahuan tentang untuk
tanda dan gejala mengkonsumsi
infeksi dari terbatas (2) makanan tinggi
menjadi cukup banyak kalori dan protein
(3)
• Pengetahuan tentang
pengaruh gizi terhadap
infeksi dalam
pengobatan dari
terbatas (2) menjadi
cukup banyak (3)
• Pengetahuan tentang
risiko penyakit yang
diturunkan dari
terbatas (2) menjadi
cukup banyak (3)
3 Ketidakefektifan 1. Status pernafasan: Manajemen jalan ➢ Monitor status
bersihan jalan napas Kepatenan jalan napas nafas (3140) pernapasan dilakukan
berhubungan (0410) Observasi: untuk mengetahui
dengan sekresi yang Setelah dilakukan 1. Monitor status perkembangan napas
tertahan Dx (00031) tindakan 3x24 jam pernafasan dan bayi
diharapkan jalan napas oksigenasi ➢ Bronkodilator dilakukan
atau kemudahan bayi 2. Monitor warna, untuk membuka jalan
untuk bernapas jumlah, napas
membaik dengan konsistensi ➢ Nebulisasi dilakukan
kriteria hasil: mucus/sekret untuk mengencerkan
• Kemampuan 3. Monitor keluhan sekret dan membuka
mengeluarkan sekret nyeri jalan napas
menjadi mudah Terapeutik: ➢ Pemberian intervensi
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan Kriteria (Intervensi
hasil) Keperawatan)
• Suara nafas tambahan 4. Auskultasi suara nyeri dilakukan agar
dari cukup berat (3) nafas, adanya bayi tidak menangis
menjadi ringan (4) suara napas terus menerus
• Batuk berkurang tambahan ➢ Posisi merupakan
• Penggunaan otot bantu 5. Kelola pemberian intervensi untuk
napas dari cukup berat bronkodilator menghilangkan nyeri
(4) menjadi ringan (3) 6. Kelola pemberian ➢ Terapi oksigen
nebulizer dibutuhkan untuk
7. Kelola pemberian memberikan aliran
inhaler oksigen agar tidak sesak
8. Posisikan pasien napas
untuk
memaksimalkan
ventilasi > 30
derajat, 3-4x per
hari
9. Berikan
intervensi nyeri
ringan (bedong,
mpeng, musik,
timang)
Edukasi:
10. Ajarkan
keluarga
bagaimana
perawatan dan
pemberian
bronkodilator
menggunakan
alat nebulizer
Terapi Oksigen
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan Kriteria (Intervensi
hasil) Keperawatan)
(3320)
Observasi:
11. Monitor
efektifitas
pemberian terapi
oksigen
Terapeutik:
12. Bersihkan
hidung, mulut,
dan sekresi
trakea dengan
tepat
13. Merubah
perangkat
pemberian
oksigen dari
masker ke nasal
kanul saat
makan
POSTOPERATIF
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
1 Risiko defisien volume Keparahan syok: Manajemen ➢ Pemantauan dilakukan

cairan dengan kondisi Hipovolemik (0419) Hipovolemi (4180) untuk mengenali tanda

terkait prosedur Pemulihan Pemantauan Pasca dan gejala kehilangan

operasi yang pembedahan: segera Operasi (2305) cairan aktif untuk

menyebabkan setelah operasi Observasi: mencegah penurunan

kehilangan cairan aktif (2305) 1. Monitor status kesadaran

(Dx 00028) Setelah dilakukan hemodinamik


No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
Tindakan meliputi nadi, ➢ Monitor status
keperawatan dalam tekanan darah, hemodinamik untuk
3x24 jam diharapkan sirkulasi, melihat status nadi,
terjadi pemulihan pernafasan, status tekanan darah,
segera setelah kesadaran sirkulasi, pernafasan
operasi dengan 2. Monitor tanda- dan status kesadaran
kriteria hasil tanda dehidrasi karena kompensasi
dipertahankan dari (Turgor kulit, tubuh untuk
(3) menjadi (4): CRT, nadi lemah, menggantikan cairan
• Tekanan darah sangat haus, tubuh yang hilang
sistolik dan membran mukosa sehingga dapat terjadi
diastolic dalam kering, penurunan takikardi, takipnea,
batas normal urine output,) dan TD menurun.
• Nadi teraba kuat 3. Monitor adanya ➢ Monitor pusing saat
dan normal pusing bertujuan bahwa
• Laju pernapasan 4. Monitor adanya pasien belum mampu
normal sumber untuk di mobilisasikan

• Saturasi oksigen kehilangan cairan setelah operasi

tidak menurun (perdarahan, ➢ Monitor adanya mual,

• Status pernafasan mual, muntah, muntah, diare,

membaik diare, keringat perdarahan dan

• Tingkat yang berlebihan, takipnea menandakan

Kesadaran dan takipnea) kehilangan cairan pada

meningkat 5. Monitor intake pasien


dan output cairan ➢ Memonitor suhu
• Refleks muntah
yang dibantu dilakukan karena saat
dan mual tidak
dengan pencatatan tubuh kehilangan
ada
yang dibantu cairan akan terjadi
• Suhu tubuh
keluarga hipotermi atau
normal
6. Monitor suhu hipertermi
tubuh
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
• Tercapai 7. Monitor nyeri ➢ Monitor nyeri
keseimbangan yang dirasakan dilakukan karena
cairan intake dan 8. Monitor rongga adanya luka operasi
output mulut dari pada pasien
• Kehausan kekeringan dan ➢ Monitor saluran cerna
menurun atau membrane atau bising usus karena
• Bising usus mukosa yang pada saat post operasi
meningkat pecah pasien masih

• Nyeri berkurang 9. Monitor saluran dipuasakan dan BU

• Perdarahan tidak cerna seperti masih negatif masih

ada bising usus harus dipuasakan

• Pembengkakan Terapeutik: sampai terdengar BU

sisi luka tidak ada 10. Dukung asupan tidak ada mual,
cairan oral muntah dibolehkan
• Produksi urine
(berikan cairan untuk minum dan
meningkat
>24 jam, dan makan sedikit sedikit
berikan cairan ➢ Memonitor tanda
dengan makanan gejala hipovolemia
jika tidak ada dilakukan agar
kontraindikasi memudahkan
11. Memberikan mengenali kondisi
cairan IV isotonic pasien
yang diresepkan ➢ melakukan
dengan NS atau pemantauan pasca
RL dan tentukan operasi untuk
tetesan per menit menghindari masalah
12. Bantu pasien yang dapat terjadi pada
dengan ambulasi pasien
dan instruksikan ➢ pemantauan sistem
untuk respirasi berhubungan
menghindari dengan adekuatnya
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
posisi cepat dari jalan napas pasca
telentang ke operasi
duduk atau berdiri ➢ pemantauan sistem
Kolaborasi: hemodinamik
13. Berikan merupakan salah satu
analgetika bila deteksi tercepat agar
pasien mengeluh menyingkirkan
nyeri kerugian yang dialami
pasien pasca operasi
➢ pemantauan pasca
operasi dengan menilai
status hemodinamik
dalam batas normal
jika organ vital
berfungsi dengan baik
➢ pencegahan
hipovolemi dapat
dilakukan dengan
pemantauan pasca
operasi
➢ monitor bising usus
menandakan saluran
cerna kembali
berfungsi
➢ membantu ambulasi
untuk menurunkan
risiko jatuh dan
mencegah kekakuan
otot akibat anestesi
umum
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
➢ analgetika berfungsi
mengurangi nyeri
pasca operasi
2 Nyeri Akut Status Manajemen Nyeri ➢ mengetahui lokasi dan

berhubungan dengan kenyamanan:fisik (1400) karakteristik nyeri

agen pencedera fisik (2010) Observasi: untuk penentuan

(Dx 00132) Tingkat nyeri (2102) 1. Lakukan intervensi


Setelah dilakukan pengkajian nyeri ➢ mengurangi skala nyeri
Tindakan 2x24 jam komprehensif dengan memberikan
diharapkan nyeri yang meliputi efek relaksasi
berkurang dengan lokasi, ➢ memperbaiki pola
kriteria hasil: karakteristik, koping klien dan
• Nyeri yang onset/durasi, keluarga
dilaporkan frekuensi, ➢ Teknik menenangkan
berkurang (3) kualitas, pada pasien anak
menjadi (4) intensitas, atau diperlukan untuk
ringan beratnya nyeri dan menghindari trauma
• Ekspresi nyeri faktor pencetus dan pasien yang
wajah berkurang Terapeutik: mengalami distress
(3) menjadi (4) 2. Berikan metode akut
ringan farmakologi untuk
• Iritabilitas menurunkan nyeri
berkurang (3) Edukasi:
menjadi (4) 3. Ajarkan
ringan penggunaan

• Ketenangan teknik non-

sedikit terganggu farmakologi

(4) menjadi tidak 4. Dukung istirahat/

terganggu (5) tidur yang adekuat


untuk membantu
penurunan nyeri
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
5. Intruksikan pasien
untuk
menggunakan
distraksi
visualisasi untuk
mengurangi
kecemasan

3 Risiko infeksi area Pengetahuan: Perawatan luka ➢ Monitor karakteristik

pembedahan dengan Manajemen infeksi (3660) luka untuk. Mengetahui

kondisi terkait (1842) Observasi: perkembangan luka

prosedur invasif Dx Risiko 1. Monitor ➢ Mengganti balutan

(00266) infeksi:keparahan karakteristik dengan teknik steril


infeksi luka, drainase, mengurangi risiko
Setelah dilakukan warna, ukuran infeksi
Tindakan dan bau ➢ Memberikan makanan
keperawatan dalam 2. Pertahankan bernutrisi dan bergizi
3x24 jam diharapkan teknik balutan baik mempercepat
risiko infeksi dapar steril ketika penyembuhan luka
berkurang dengan merawat luka ➢ Antibiotic diperlukan
kriteria hasil: 3. Periksa luka untuk mencegah infeksi
1. kemerahan setiap kali ➢ Mengajari keluarga
2. cairan/luka yang perubahan tentang tanda infeksi
berbau busuk balutan mempermudah keluarga
3. demam Terapeutik: untuk memberikan
4. hipotermia 4. Ganti balutan informasi kepada
5. ketidastabilan sesuai dengan petugas kesehatan
suhu jumlah eksudat terhadap perkembangan
6. nyeri dan drainase luka
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
7. hilang nafsu 5. Bersihkan
makan dengan normal
8. peningkatan saline
jumlah sel darah 6. Berikan salep
putih sesuai indikasi
9. depresi jumlah sel Edukasi:
darah putih 7. Anjurkan pasien
10. kolonisasi kultur untuk
darah, urin, feses mengkonsumsi
11. Pengetahuan makanan tinggi
tentang kalori dan protein
penggunaan 8. Anjurkan anak
antibiotic dalam dan keluarga
pengobatan dari untuk mengenal
terbatas (2) tanda-tanda
menjadi cukup infeksi
banyak (3) 9. Anjurkan
keluarga untuk
mengenal
prosedur
perawatan luka
Kolaborasi:
10.Kolaborasi
dengan dokter
terkait
pemberian
antibiotik
Kontrol infeksi
(2660)
Edukasi:
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
1. Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
bagaimana
menghindari
infeksi pada luka
post operasi
2. Anjurkan pasien
untuk meminum
antibiotic yang
diresepkan
3. Anjurkan pasien
untuk
mengkonsumsi
makanan tinggi
kalori dan protein

DAFTAR PUSTAKA
1. Krismanto J, Jenie IM, Muhammadiyah Yogyakarta U. Evaluasi Penggunaan Surgical Safety Checklist
terhadap Kematian Pasien setelah Laparotomi Darurat di Kamar Operasi. Journal of Telenursing
(JOTING) [Internet]. 2021 Aug 6 [cited 2024 Feb 5];3(2):390–400. Available from:
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOTING/article/view/2556
2. Rustini SA, Putri NMME, Hurai R, Suarningsih NKA. LAYANAN KEPERAWATAN INFEKTIF :
Ruang ICU & OK. 3rd ed. Daryaswanti PI, editor. Vol. 3. PT. Sonpedia Publishing Indonesia; 2023.
6–20 p.
3. Baradero M, Siswadi Y, Dayrit M. Prinsip dan Praktik Keperawatan Perioperatif [Internet]. 1st ed. Vol.
1. Jakarta: EGC; 2019 [cited 2024 Feb 5]. 11–28 p. Available from:
https://www.google.co.id/books/edition/Prinsip_dan_Praktik_Keperawatan_Perioper/7C6a2aaZV60C
?hl=en&gbpv=1&dq=materi+kamar+operasi&pg=PA31&printsec=frontcover

Anda mungkin juga menyukai