OLEH:
Nama Mahasiswa : Aisyah Kamelia
NIM : 20230305007
Riwayat medis: pemeriksaan ulang terhadap sistem tubuh sangat penting untuk
mengetahui status imunologis, endokrin, kardiovaskular, pernapasan,ginjal,
gastrointestinal, neurologis, musculoskeletal, dan dermatologis. Perawat menggali
riwayat penyakit sistemik atau kronis yang pernah dialami pasien. Penyakit kronis atau
sistemik bisa meningatkan potensi komplikasi intraoperasi dan pascaoperasi. Pasien
dengan supresi sistem imun (proses penuaan, kanker, DM, kemoterapi, terapi radiasi,
pemakaian obat steroid jangka panjang) bisa berisiko mengalami infeksi dan
penyembuhan luka lambat. Stress, puasa praoperasi, anestesia, trauma jaringan, dan
imobilisasi atau menurunnya kegiatan pasca operasi adalah faktor yang bisa
memengaruhi pengaturan tingkat glukosa dalam darah. PPOK menyebabkan perubahan
fisiologis pada sistem pernapasan, komplikasi yang mungkin timbul atelectasis,
pneumonia, insufisiensi pernapasan, asidosis respiratorik.
Status kardiovaskular: harus diperiksa dengan teliti karena prevalensi gangguan jantung.
Pasien dengan gangguan jantung dapat berisiko mengalami komplikasi anestesia, infark
miokard intraoperasi, thrombophlebitis, stroke, dan kegagalan jantung, sebelum
pembedahan pasien harus menjalani cardiac clearance.
Fungsi ginjal: menurunnya fungsi ginjal dapat mengubah kemampuan tubuh untuk
mengekskresikan ampas tubuh, obat, dan agen anestetik
Status nutrisi: pasien dengan gangguan nutrisi berisiko tinggi mengalami komplikasi
karena pembedahan atau anestesia. Individu yang cenderung memiliki nutrisi yang tidak
adekuat adalah mereka yang lanjut usia mengalami gangguan gastrointestinal atau
malignansi. Kekurangan protein dapat mengakibatkan penyembuhan luka lambat, luka
terbuka, dan infeksi. Jika pembedahan bukan emergensi dan dapat ditunda pasien yang
malnutrisi diberi diet tinggi karbohidrat dan tinggi protein sebelum pembedahan, untuk
pasien yang belum bisa menoleransi makanan tinggi karbo dan tinggi protein dapat
diberikan NPT (Nutrisi parenteral total) sebelum dan sesudah pembedahan), pasien yang
malnutrisi pada umumnya juga mengalami kekurangan vitamin, vitamin B12, C, dan K
vitamin untuk penyembuhan luka dan pembekuan darah. Pasien obesitas mempunyai
faktor risiko pembedahan karena organnya membesar, seperti jantung, ginjal, dan hati.
Pada tahap intraoperatif pasien obesitas bisa memiliki TTV yang tidak stabil karena ekstra
beban yang diterima jantung, diperlukan traksi yang lebih kuat, traksi ini dapat menambah
trauma pada jaringan, jaringan lemak yang berlebihan dapat membatasi gerakan
diafragma sehingga ventilasi berkurang, thrombophlebitis dapat timbul karena imobilitas.
Pada awal tahap pasca operasi biasanya pasien obesitas memerluka bantuan dalam
mengubah posisi, latihan napas dalam, dan batuk efektif.
Pengalaman pembedahan terdahulu dan sekarang: mengkaji harapan pasien terhadap
pembedahan yang dijalninya, informasi dari pasien mengenai pengalaman pembedahan
dan anestesia yang pernah dijalani.
Latar belakang budaya dan agama: perawat harus sadar akan perbedaan kebudayaan agar
ia bisa mengerti respons pasien dan keluarganya terhadap pembedahan dan nyeri yang
dialami pasien.
Psikososial: pengetahuan pasien mengenai pembedahannya perlu diketahui, persepsi
pasien mengenai pembedahannya (3). Tanda cemas praoperasi mungkin tidak sama untuk
setiap individu, menunjukkan kecemasan dengan bicara terlalu cepat, banyak bertanya,
mengulang pertanyaan yang sama, mengubah pembicaraan, tingkah menunjukkan
kecemasan, tidak mau membicarakan pembedahannya, menangis, marah, menjawab
pertanyaan dengan satu atau dua kata (3). Stress meliputi peningkatan kecepatan pola
pernapasan, peningkatan tekanan darah, telapak tangan berkeringat, perubahan pola tidur,
stress yang berlangsung lama (3).
2. Pemeriksaan fisik dan diagnostik: perawat melakukan pemeriksaan head to toe, pada tahap
perioperative data objektif dikumpulkan dengan dua tujuan, yaitu memperoleh data dasar
untuk digunakan sebagai pembanding data pada tahap intraoperatif dan tahap pascaoperatif
dan mengetahui masalah potensial yang memerlukan penanganan sebelum pembedahan
dilaksanakan (3). Pengkajian praoperasi mengenai status sistem pernapasan perlu dikaji
dengan teliti, untuk menghindari komplikasi dan mengidentifikasi pasien yang berisiko
tinggi perlu dilakukan pengkajian praoperasi terhadap status pernapasan, pasien yang
berisiko tinggi adalah (3):
Pasien yang akan menjalani pembedahan pada abdomen atas dan pembedahan toraks
Pasien yang akan menerima anestetik inhalasi
Pasien obesitas
Pasien perokok
Pasien dengan penyakit paru kronis
Pasien lansia
Pengkajian praoperasi untuk sistem kardiovaskuler menggunakan EKG 12 lead sadapan,
tanda vital harus dikaji, auskultasi jantung adanya mur-mur atau iregularitas, ekstremitas
diperiksa kualitas dan pola perifer, pengisian kapiler, warna, suhu kulit serta adanya edema
(3). Memantau jumlah urin, warna, bau, kekeruhan, kejernihan, pengkajian musculoskeletal
adanya keterbatasan gerak sendi, tingkat kesadaran, orientasi, fungsi motoric dan sensorik,
defisit sensorik penglihatan dan pendengaran (3). Status hidrasi pasien perlu dikadi karena
ada kemungkinan terjadi perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat status puasa,
pemberian cairan intravena, perdarahan intraoperasi dan pascaoperasi, dan keluarnya
drainase dari luka (banyaknya) (3). Pemeriksaan laboratorium dan diagnostic perlu
dilakukan sebelum pembedahan. Luasnya pemeriksaan laboratorium ditentukan oleh usia
dan keadaan fisik pasien, jenis pembedahan, anestetik yang dipakai, dan kebijakan protocol
RS yang dirawat (EKG, Cardiac clearance untuk pasien 40 th ke atas, pemeriksaan darah
lengkap, elektrolit, urinalisis rutin) (3). Pada pasien geriatric perlu juga disadari stressor
fisiologis dan psikologis, penurunan fungsi organ, dan kemampuan termoregulasi (3). Risiko
pembedahan dapat dikaji dengan menggunakan American society of anesthesiologist (ASA)
(3). Ada skala yang menunjukkan beratnya risiko, skala memakai angka 1-6 yang makin
tinggi angkanya makin berat risikonya (3).
F. Persiapan dan gambaran pasien praoperatif
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun mental actual pada individu
dan membangkitkan reaksi stress fisiologis dan psikologis, beberapa hal yang
menyebabkan kecemasan sebelum pembedahan (3): lingkungan yang asing, masalah biaya,
ancaman penyakit yg lebih parah, nyeri setelah pembedahan, perubahan fisik, ruang
operasi, mati rasa di operasi, tidak sadar lagi, operasi gagal, Pendidikan kesehatan.
Persiapan praoperatif diantaranya (3):
1. Persiapan psikologis (3):
a. Dukungan keluarga sebagai sumber dukungan
b. Persepsi dan pengetahuan tentang operasi, mengkaji pemahaman pasien terhadap
pengetahuan pasien dan keluarga, harapan dan persepsi akan memudahkan perawat
merencanakan edukasi dan memberikan dukungan emosional
2. Persiapan fisiologis (3):
a. Status kesehatan fisik secara umum (suhu, nadi, TD, pernapasan, saturasi, tingkat
kesadaran)
b. Melepas perhiasan dan gigi palsu
c. Menghapus kutek kuku dan lipstick
d. Puasa
e. Pemasangan infus
f. Pemasangan kateter
g. Penandaan area operasi
h. Status nutrisi dan keseimbangan cairan dan elektrolit
i. Persiapan kulit (area yang akan dioperasi dibersihkan) prosedur mencukur rambut
disekitar area operasi
j. Personal hygiene (pentingnya mandi dan membersihkan mulut)
k. Pencegahan inkontinensia usus dan urine (manipulasi bagian saluran
gastrointestinal dengan puasa, enema membersihkan saluran gastrointestinal,
berkemih sesaat sebelum meninggalkan kamar dan menuju ruang operasi)
l. Persiapan laboratorium dan pemeriksaan penunjang
m. Pemasangan stocking antiemboli (menyangga ekstremitas bawah dan
mempertahankan kompresi vena kecil dan kapiler) mengurangi risiko terjadi
trombus
n. Edukasi dan latihan pasca operasi (napas dalam, batuk efektif, ambulasi,
melakukan ambulasi lebih awal, mampu mempersingkat waktu rawat, dilakukan
sejak 1 atau 2 hari sebelum pembedahan)
G. Persiapan dan gambaran pasien postoperatif
periode post op membutuhkan pengawasan ketat saat pasien selesai dari anestesi, pasien
kemudian akan dipindahkan ke ruangan lain pada hari yang sama untuk menjalani
perawatan post operatif. Terdapat 3 fase perawatan postoperatif (3):
1. Fase pertama: segera setelah operasi, pasien ditempatkan di ruang post anestesi atau
biasa disebut RR/PACU atau ada yang langsung ditempatkan di ruang rawat inap biasa,
untuk pasien yang memiliki prosedur yang rumit dipindahkan ke ICU, lama pasien
untuk mendapatkan perawatan fase pertama adalah tergantung pada status kesehatan,
prosedur pembedahan, tipe anestesi, kecepatan perkembangan kestabilan. Pengawasan
ketat dilakukan terhadap jalan napas, tanda-tanda vital, indikator pemulihan bervariasi
setiap 5-15 menit.
2. Fase kedua: berfokus pada persiapan perawatan pasien dalam ruang perawatan yang
lebih luas, ruang bedah medis, ruang rawat inap, tempat tinggal. Membutuhkan waktu
15-30 menit walaupun dapat mencapai 1-2 jam. Pasien berada di fase ini ketika tingkat
kesadaran post operative kembali, saturasi oksigen dalam batas normal, tanda-tanda
vital mulai stabil.
3. Fase ketiga: tanda-tanda vital tetap dipantau dengan frekuensi yang berubah tergantung
perkembangan pasien, mulai beberapa kali dalam sehari hingga menjadi sekali dalam
sehari.
Pemulihan dari operasi dapat dibagi menjadi lima fase (3):
1. Pra-pemulihan: dimulai sebelum operasi, persiapan emosional, fisik, praktis pasien dan
pemulihan pasca operasi
2. Pemulihan awal: pasien meninggalkan ruang operasi dan mulai sadar dari anestesi,
memulihkan reflex perlindungan dan aktivitas motoric
3. Pemulihan menengah: ketika pada fase 2 dan 3, koordinasi dan fungsi fisiologis
menjadi normal dalam kondisi siap pulang dan dapat kembali ke rumah
4. Pemulihan selanjutnya: berlangsung dalam hitungan jam hingga beberapa hari
pembedahan telah pulih sepenuhnya dan mampu bekerja kembali dan beraktivitas
seperti biasa dirumah
5. Pemulihan jangka panjang: paling sering memakan waktu 3-6 bulan untuk pemulihan
kemampuan fungsional dan kognitif, meskipun nyeri pasca bedah yang persisten dapat
terjadi hingga 10%.
Langkah-langkah pemindahan pasien ke ruang pemulihan antara lain (3):
1. Setelah selesai dilakukan pembalutan pada luka, perawat sirkuler memeriksa dan
membersihkan pasien hingga bersih, memasang pakaian dan selimut
2. Perhatian khusus harus diberikan dalam memindahkan pasien dari meja operasi ke
brankar atau tempat tidur pasien
3. Diperlukan empat orang untuk memindahkan pasien yang belum sadar dengan aman
sementara
4. Perhatikan pergeseran jaringan kulit pada tempat tersebut
5. Perhatikan posisi lengan dan kaki agar benar-benar tertopang dan mengamankan
tempat pemasangan infus dan mencegah jarum infus terlepas
6. Tim anestesi melindungi kepala dan leher dari trauma
7. Matras roller membantu dalam pemindahan pasien gemuk
8. Pasien diangkat dan digeser hati-hati
9. Pasien ditempatkan pada posisi nyaman dan tepat untuk mempertahankan agar jalan
napas tidak tersumbat dan sirkulasi tetap adekuat
10. Perubahan posisi dapat menstimulasi muntah, menyebabkan obstruksi pernapasan,
hipotensi, henti jantung
11. Semua sistem drainase terpasang dengan baik (dibawah)
12. Lembar catatan pasien dan rencana keperawatan pasien perlu disertakan bersamaan
dengan perpindahan pasien.
Penilaian pasca anestesi umum menggunakan skor aldrette (3). Bila skor Aldrete > sama
dengan 8 pasien dikembalikan ke ruang rawat inap, namun bila nilai aldrette <8 atau tetap
respirasi 0 pasien dirujuk ke khusus untuk mendapatkan ruang perawatan intensif (3).
Aldrete score adalah skor pemulihan pasca anestesi (3).
1. Risiko defisien volume cairan dengan kondisi terkait prosedur operasi yang
menyebabkan kehilangan cairan aktif (Dx 00028)
3. Risiko infeksi area pembedahan dengan kondisi terkait prosedur invasif Dx (00266)
PRAOPERATIF
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan Kriteria (Intervensi
hasil) Keperawatan)
1 Ansietas NOC: Teknik ➢ Teknik relaksasi
berhubungan 1. Tingkat kecemasan menenangkan diperlukan untuk
dengan stressor (1211) (5880): meredakan stress
dengan individu Setelah dilakukan Observasi: ➢ Teknik relaksasi
dalam periode Tindakan keperawatan ➢ Berada di sisi klien diperlukan untuk
perioperasi Dx dalam 2x24 jam ➢ Pertahankan sikap menciptakan keadaan
(00146) diharapkan tingkat yang tenang dan pikiran yang nyaman
cemas pasien berkurang hati-hati ➢ Teknik menenangkan
dengan kriteria hasil: ➢ Pertahankan kontak ampuh untuk melawan
1. Distress dari sedang mata stress
(3) menjadi ringan (4) ➢ Yakinkan
2. Perasaan gelisah dari keselamatan dan
sedang (3) menjadi keamanan klien
ringan (4) ➢ Identifikasi orang
3. Tidak bisa mengambil terdekat klien yang
keputusan dari sedang bisa membantu
(3) menjadi ringan (4) ➢ Terapeutik:
4. Rasa takut yang ➢ Berikan waktu dan
disampaikan secara tempat untuk
lisan sedang (3) menyendiri
menjadi ringan (4)
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan Kriteria (Intervensi
hasil) Keperawatan)
5. Rasa cemas yang ➢ Duduk dan bicara
disampaikan secara dengan klien
lisan dari sedang (3) ➢ Tawarkan cairan
menjadi ringan (4) hangat
➢ Tawarkan usapan
pada punggung
klien
➢ Tawarkan mandi
air hangat
➢ Intruksikan klien
untuk
menggunakan
teknik distraksi,
mendengar music,
meditasi
➢ Kolaborasi:
➢ Berikan obat
antikecemasan bila
diperlukan
2 Defisien Pengetahuan: Promosi Pendidikan ➢ Antibiotic dapat
cairan dengan kondisi Hipovolemik (0419) Hipovolemi (4180) untuk mengenali tanda
sisi luka tidak ada 10. Dukung asupan tidak ada mual,
cairan oral muntah dibolehkan
• Produksi urine
(berikan cairan untuk minum dan
meningkat
>24 jam, dan makan sedikit sedikit
berikan cairan ➢ Memonitor tanda
dengan makanan gejala hipovolemia
jika tidak ada dilakukan agar
kontraindikasi memudahkan
11. Memberikan mengenali kondisi
cairan IV isotonic pasien
yang diresepkan ➢ melakukan
dengan NS atau pemantauan pasca
RL dan tentukan operasi untuk
tetesan per menit menghindari masalah
12. Bantu pasien yang dapat terjadi pada
dengan ambulasi pasien
dan instruksikan ➢ pemantauan sistem
untuk respirasi berhubungan
menghindari dengan adekuatnya
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
posisi cepat dari jalan napas pasca
telentang ke operasi
duduk atau berdiri ➢ pemantauan sistem
Kolaborasi: hemodinamik
13. Berikan merupakan salah satu
analgetika bila deteksi tercepat agar
pasien mengeluh menyingkirkan
nyeri kerugian yang dialami
pasien pasca operasi
➢ pemantauan pasca
operasi dengan menilai
status hemodinamik
dalam batas normal
jika organ vital
berfungsi dengan baik
➢ pencegahan
hipovolemi dapat
dilakukan dengan
pemantauan pasca
operasi
➢ monitor bising usus
menandakan saluran
cerna kembali
berfungsi
➢ membantu ambulasi
untuk menurunkan
risiko jatuh dan
mencegah kekakuan
otot akibat anestesi
umum
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
➢ analgetika berfungsi
mengurangi nyeri
pasca operasi
2 Nyeri Akut Status Manajemen Nyeri ➢ mengetahui lokasi dan
DAFTAR PUSTAKA
1. Krismanto J, Jenie IM, Muhammadiyah Yogyakarta U. Evaluasi Penggunaan Surgical Safety Checklist
terhadap Kematian Pasien setelah Laparotomi Darurat di Kamar Operasi. Journal of Telenursing
(JOTING) [Internet]. 2021 Aug 6 [cited 2024 Feb 5];3(2):390–400. Available from:
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOTING/article/view/2556
2. Rustini SA, Putri NMME, Hurai R, Suarningsih NKA. LAYANAN KEPERAWATAN INFEKTIF :
Ruang ICU & OK. 3rd ed. Daryaswanti PI, editor. Vol. 3. PT. Sonpedia Publishing Indonesia; 2023.
6–20 p.
3. Baradero M, Siswadi Y, Dayrit M. Prinsip dan Praktik Keperawatan Perioperatif [Internet]. 1st ed. Vol.
1. Jakarta: EGC; 2019 [cited 2024 Feb 5]. 11–28 p. Available from:
https://www.google.co.id/books/edition/Prinsip_dan_Praktik_Keperawatan_Perioper/7C6a2aaZV60C
?hl=en&gbpv=1&dq=materi+kamar+operasi&pg=PA31&printsec=frontcover