Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN PELAYANAN

KAMAR BEDAH DAN PEMELIHARAAN


INSTRUMEN BEDAH

Disampaikan Oleh :
Ns. Muji Rahayu, S.Kep,M.Kes

Disampaikan Pada Pelatihan CSSD


Jakarta, 4 - 8 Nopember 2014
MANAJEMEN PELAYANAN KAMAR BEDAH DAN PEMELIHARAAN
INSTRUMEN BEDAH
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam undang-undang RI no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dijelaskan
bahwa penyelenggaraan rumah sakit bertujuan memberikan perlindungan
terhadap keselamatan pasien (Patient Safety), masyarakat,lingkungan rumah
sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit,serta meningkatkan mutu dan
mempertahankan standar pelayanan rumah sakit. Oleh sebab itu di rumah
sakitt berkewajiban member pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti
diskiriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan sesuai dengan
standart pelayanan rumah sakit.

Hasil kajian WHO tahun 2004 didapatkan bahwa hampir 7.000.000 pasien
yang mengalami pembedahan menderita komplikasi setiap tahunnya, atau
dengan kata lain ada 19.230 pasien mengalami komplikasi dalam seminggu
1.000.000 diantaranya meninggal segera setelah pembedahan. Dinegara
berkembang angka kematian akibat pembedahan mayor sekitar 5 – 10%.
Dinegara industry rata-rata komplikasi mayor 3 – 22% dari pembedahan dan
rata-rata meninggal 0,4 – 0,8%.

Selaras dengan perkembangan perumah sakitan dihadapkan pada


kecanggihan tehnologi berdampak meningkatkan risiko terhadap pasien dan
petugas di kamar bedah yang merupakan salah satu unit khusus.

Disamping itu rumah sakit masih menggunakan standar pelayanan kamar


bedah yang bervariasi sesuai dengan kebijakan rumah sakit setempat yang
mengakibatkan sulitnya dalam melakukan evaluasi kebijakan yang akan
diambil oleh PP HIPKABI. Berdasarkan permasalahan di atas, PP HIPKABI perlu
menetapkan standar pelayanan kamar bedah meliputi peralatan, tata ruang,
alur dan tenaga termasuk standar pelayanan keperawatan kamar bedah
sebagai acuan nasional.

B. PENGERTIAN

Kamar bedah adalah salah satu ruang atau unit dalam suatu rumah sakit yang
khusus untuk melakukan tindakan pembedahan baik segera (emergency)
maupun yang berencana (elective) yang membutuhkan keadaan suci hama
atau steril. Oleh karna itu maka kamar bedah harus dirancang khusus untuk
keperluan tersebut,antara lain letaknya, bentuknya dan luasnya sesuai denan
kebutuhan masing-masing rumah sakit, disamping itu perlu dipikirkan
kenyamanan kerja bagi para petugas atau orang-orang yang bekerja
didalmnya. Setiap rumah sakit merancang kamar bedahnya sesuai dengan
bentuk dan bentuk lahan yang tersedia.Sehingga dikatakan bahwa rancang
bangun kamar bedah setiap rumah sakit berbeda, tergantung dari besar dan
luas rumah sakit tersebut.Makin besar rumah sakit tentunya membutuhkan
jumlah dan luas kamar bedah yang lebih besar.

II. CARA MENENTUKAN JUMLAH KEBUTUHAN KAMAR OPERASI

Jumlah kamar bedah tergantung dari beberapa hal yaitu :

A. Jumlah dn lama operasi yang dilakukan


B. Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta sub spesialisasi bersama
fasilitas penunjang (alat-alat)
C. Perimbangan antara operasi berencana dan operasi segera.
D. Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar bedah baik jam perhari maupun
hari perminggunya.
E. Sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk arus pasien,petugas penyediaan
peralatan.
F. Selain itu adapula cara untuk menentukan jumlah kebutuhan kamar bedah
dengan membandingkan jumlah operasi dengan jumlah tempat tidur rumah
sakit tersebut khususnya jumlah tempat tidur dari bagian bedah.
1. Mexico mereka mengambil perbandingan 1 (Satu) kamar operasi untuk
tiap 50 tempat tidur rumah sakit.
2. Inggris, 1 (Satu) kamar operasi untuk 30 – 40 tempat tidur ruangan bedah
3. Norwegia 1 (Satu) kamar operasi untuk 25 tempat tidur ruangan bedah
4. Juga ada patokan lain untuk menentukan jumlah kebutuhan kamar bedah
yaitu 5% dari total jumlah tempat tidur ruangan bedah.

III. TIPE DAN BENTUK KAMAR BEDAH

Mengenai tipe dan bentuk kamar bedah ada 4 macam :

A. Tipe Central Coridor / Hotel Style


B. Tipe Central Core / Peripheral Coridor Style
C. Tipe Combination Central Coridor dan Periheral Coridor / Racetrack Style
D. Tipe Grouping / Cluster dengan Peripheral dan Central Coridor

IV. TATA RUANG KAMAR OPERASI


A. PEMBAGIAN DAERAH RUANGAN BEDAH
Secara umum setiap kamar bedah dibagi 3 daerah menurut sterilisasinya
1. Daerah Bebas (Unrestricted Area)

Pada daerah ini bila petugas dan pasien masuk tidak perlu menggunakan
pakaian, ini merupakan juga daerah peralihan dari luar kedalam kamar
bedah. Yang termasuk daerah ini adalah :
a. Ruang Tunggu pasien
b. Ruang tata usaha
c. Ruang Kepala Kamar Bedah
d. Ruang Rapat
e. Ruang Ganti baju
f. Ruang Istirahat
g. Gudang
h. Kamar mandi dan w.c.

2. Daerah Semi Terbatas (Semirestricted Area)

Ini merupakan daerah penghubung antara daerah bebas dengan kamar


bedah. Setiaporang yang masuk daerah ini wajib ganti pakaian khusus di
kamar bedah, topi, masked dan sandal bedah demikian pula dengan
pasien. Yang termasuk daerah ini adalah :

a. Ruang persiapan premedikasi


b. Ruang Koridor
c. Ruang pulih (Recovery room)
d. Ruang Penyimpanan alat steril
e. Ruang Penyimpanan alat tidak steril
f. Ruang pencucian alat bekas pakai
g. Ruang Sterilisasi
h. Ruang Depo Farmasi
i. Ruang pembuangan limbah operasi

3. Daerah Terbatas (Restricted Area)

Yang dimaksud daerah ini adalah :


a. Ruang cuci tangan
b. Ruang Induksi
c. Ruang tindakan pembedahan / kamar operasi (O.K)
B. PEMBAGIAN DAERAH RUANGAN BEDAH DENGAN TEORI LAIN

Maksud dari pembagian daerah pada kamar bedah seperti tersebut diatas
ialah untuk meminimalis kemungkinan kontaminasi udara dari luar dengan
kamar bedah yang steril dengan kata lain, memperkecil kemungkinan
kontaminasi luka operasi dari kuman yang terbawa oleh udara luar.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas adapula kepustakaan yang membagi
rumah sakit umumnya dan bagian bedah khususnya atas 5 zone :

1. Zone 4 (General Zone)


Yang termasuk zone ini adalah bila petugas dan pasien masuk tidak perlu
mengganti pakaian dasar kamar bedah :
a. Ruang tunggu
b. Ruang tamu
c. Kantor
d. Ruang dokter
e. Ruang administrasi
f. Ruang laboratorium patologi
g. Ruang penyimpanan peralatan- peralatan non steril
h. Ruang ganti pakaian
i. Ruang istirahat dari staf kamar bedah
j. Ruang pemyimpanan peralatan anestesi
k. Ruang tempat penyimpanan makanan
l. Toilet dan sebaainya

2. Zone 3 (Clean Zone)


Yang dimaksud dengan zone ini adalah daerah penghubung antara daerah
bebas dengan kamar bedah. Setiap orang yang masuk daerah ini wajib
ganti pakaian khusus / pakaian dasar kamar bedah seperti : Baju, Celana,
Topi, Masker dan sandal juga demikian pula dengan pasien sama seperti
petugas kamar bedah. Adapun ruangan yang termasuk area tersebut
adalah :
a. Ruang Penerimaan pasien dibagian bedah
b. Ruang Recovery (RR)
c. Ruang Endoscopy
d. Ruang tempat penyimpanan obat-obatan dan alat kesehatan (Depo
Farmasi)
e. Ruang istirahat petugas kamar bedah
3. Zone 2 (Superclean Zone)

Zone ini adalah :

a. Kamar Operasi
b. Ruang Induksi
c. Ruang cuci tangan dan tempat memakai jas operasi
d. Ruang tempat penyimpanan peralatan bedah steril

4. Zone 1 (Ultra Clean Zone)


Daerah sekitar 1 meter dari luka operasi
a. Meja Operasi
b. Lampu Operasi
c. Meja Mayo dan meja instrument
d. Tim (Operator,asisten I dan II dan scrub nurse)

5. Zone 0 (Aseptic Zone)


Ini merupakan daerah yang akan dilakukan insisi / Area insisi.

V. PEMBAGIAN ALUR DI KAMAR BEDAH

Menurut fungsinya maka kamar bedah juga dapat dibedakan sebagai berikut
A. Daerah Bebas
Daerah ini merupakan daerah dimana orang berada di ruang ini tidak perlu
ganti pakaian atau berpakaian khusus.

1. Ruang Tunggu
Ruang untuk keluarga pasien menunggu atau beristirahat pada saat
pasien sedang menjalani pembedahan
Ruang ini perlu dilengkapi dengan :
a. Kursi untuk beberapa orang
b. Pesawat televisi
c. Tempat sampah tertutup

2. Dapur
Hampir disetiap rumah sakit besar ruangan bedah dilengkapi dengan
dapur. Karena jumlah operasi yang banyak serta waktu operasi yang
panjang maka resing petugas ruangan bedah dan para dokter berada di
kamar bedah pada saat jam makan sehingga mereka harus makan di
ruangan bedah. Perlengkapan yang harus ada adalah :
a. Peralatan memasak
b. Alat makan (piringm sendok/garpu dan gelas minum)
c. Lemari untuk menyimpan makanan
d. Tempat mencuci piring
e. Troli pengangkut makanan yang tertutup
f. Tempat sampah

B. Daerah Peralihan

Pasien atau petugas yang akan masuk dari daerah bebas kedalam daerah
semi ketat, harus melalui daerah peralihan. Untuk itu maka perlu diatur
antara lain :

1. Alur di Kamar Bedah


a. Alur Pasien
1) Pintu masuk pasien pra dan pasca bedah berbeda
2) Pintu masuk pasien dan petugas berbeda
b. Alur Petugas
Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu
c. Alur Peralatan
Pintu masuk dan keluar peralatan bersih dan kotor berbeda
2. Ruang Tempat Masuknya Pasien Keruangan Bedah (Preoperative check in
unit)
Pasien yang akan menjalani pembedahan masuk keruangan bedah
melalui tempat ini. Pakaian pasien dari tempat perawatan diganti disini
dengan pakaian dari kamar bedah. Ruang ini harus terasa hangat dan
aman dengan demikian harus dilengkapi dengan lemari tempat
penyimpanan pakaian pasien atau barang-barang yang masih terbawa
kadang-kadang perlu dilengkapi WC / kamar mandi untuk pasien, karena
sering membutuhkannya sesaat sebelum masuk kamar bedah. Pasien dari
luar masuk ke dalam ruangan bedah , pada rumah sakit tertentu memakai
suatu sistim transfer yang canggih. Disini kereta dorong pasien tidak
masuk kedalam ruangan melalui pintu tetapi pasien ditransfer melalui
jendela otomatis yang memindahkan pasien ke dalam ruangan bedah
( preoperative check in unit ) langsung kekereta dorong yang nantinya
juga berfungsi sebagai meja operasi.

3. Ruang Induksi (Preoperative holding area)


Diruang ini pasien dipasang kateter intravena (infuse) selanjutnya
diberikan premedikasi swbelum dilakukan pembedahan. Bila daerah
operasi belum dibebaskan dari rambut maka ditempat itu dapat
dilakukan pencukuran atau pemasangan kateter uretra bila diperlukan.
Selain itu ditempat ini juga sering pasien ditempatkan untuk menunggu
waktu operasi, pada saat ini pasien dibuat agar tidak tegang atau takut
dengan bunyi-bunyian yang asing. Pada ruangan ini perlu diberikan
sampiran untuk memisahkan pasien satu dari pasien lainnya karena
kadang-kadang satu ruang induksi untuk dua kamar bedah sehingga
sering diruang tersebut terdapat lebih dai satu pasien. Perlengkapan di
ruang ini adalah : Kerwta dorong pasien, Tensi Meter, Stethoscope,
Bengkok, Pispot, Urinal dan alat cukur.

4. Ruang Ganti Pakaian


Ruang ganti pakaian harus dipisahkan untuk pria dan wanita. Pada
ruangan ini lah para petugas kamar bedah mengganti pakaian dari
pakaian yang dipakai diluar dengan pakaian khusus didalam ruangan
bedah. Ruangan ini mempunyai perlengkapan sebagai berikut : Lemari
pakaian, Loker, Rak sepatu, tempat menampung pakaian kotor (Pakaian
yang dippakai di ruangan bedah), Wastafel dan cermin, tempat sampah
tertutup.

5. Ruangan Istirahat
Pada rumah sakit tertentu ruangan ini dipisahkan antara ruangan istirahat
Dokter dan perawat. Tetapi umumnya ruangan istirahat itu dipakai
bersama-sama. Juga sering ruangan ini berfungsi sebagai ruang makan
para petugas kamar bedah antara lain : 1 (satu) set kursi sofa, Meja dan
kursi makan yang cukup untuk seluruh petugas kamar bedah, Peralatan
minum, Televisi, Alat komunikasi keluar (Telepon) dan komunikasi interen
(aiphone), Wastafel dan cermin dan tempat sampah tertutup.

C. Daerah Penunjang
Setiap ruang bedah perlu di alokasikan ruang yang memadai untuk pelayanan
penunjang. Sebab ini merupakan bagian yang juga penting dalam
keseluruhan sistem pelayanan diruangan bedah.
Yang dimaksud ruangan-ruangan penunjang adalah :

1. Ruang Administrasi / Tata Usaha


Ruang ini merupakan tempat atau pusat pelayanan administrasi dari
ruangan bedah. Ruang ini berada pada daerah bebas dan tidak
berhubungan langsung dengan ruangan lain dalam ruangan bedah,
kecuali melalui suatu sistim jendela. Ini dikarenakan petugas di ruang
administrasi ini sering harus berhubungan dengan orang luar. Ruangan
dimana ruang administrasinya mempunyai pintu yang berhubungan
langsung dengan ruangan bedah lainnya maka harus ada aturan khusus
yang membatasi petugas administrasi untuk keluar masuk ke dalam
ruangan bedah. Petugas administrasi hanya bisa masuk pada waktu-
waktu sore dan malam hari pada akhir minggu.

Fungsi ruang administrasi adalah sebagai berikut :


a. Melayani administrasi antara ruangan bedah dengan rumah sakit.
b. Melayani aministrasi antara ruangan bedah dengan bagian atau unit-
unit lainnya di rumah sakit.
c. Menyediakan keperluan administrasi dari pasien-pasien yang akan
dilakukan pembedahan baik yang rawat inap maupun yang raat jalan
(one day care) dimana administrasi disini behubungan dengan
keuangan.
d. Melayani contoh dara atau jaringan dari pasien yang sementara
menjalani pembedahan untuk disampaikan ke laboratorium.
Beberapa Rumah Sakit lain untuk hal diatas ada fasilitas langsung dari
kamar bedah ke laboratorium melalui suatu sistem transfer yang
khusus.
e. Mencatat jadwal operasi untuk hari berikutnya dengan berkoordinasi
dengan unit-unit perawatan.
f. Di beberapa erumah Sakit ruangan ini berfungsi untuk mengawasi lalu
lintas dari orang-orang yang masuk keluar ruangan bedah. Untuk itu
ruang tersebut kadang-kadang dilengkapi dengan jendela dari kaca
yang tembus pandang.
g. Ruang administrasi memerlukan peralatan sebagai berikut :
1) Kursi dan meja tulis sesuai dengan kebutuhan
2) Mesin ketik, bila memungkinkan computer
3) Filing cabinet
4) Alat komunikasi beupa telepon dan intercom
5) Tempat penyimpanan uang yang portable dan cukup aman
6) Papan pengumuman
7) Whiteboard untuk mencatat jadwal operasi
8) Tempat sampah

2. Kantor
Dalam suatu ruangan bedah kalau memungkinkan diperlukan 3 (tiga)
buah ruangan untuk kantor yaitu :
a. Ruangan kantor untuk Kepala ruangan bedah
b. Ruang kantor untuk Kepala perawat ruangan bedah
c. Ruang Kantor untuk dokter anestesi
Bila da keterbatasan ruangan maka kantor kepala ruangan bedah dan
kepala perawat bdah terdapat dalam suatu ruangan. Sebaiknya ruang
kantor ini mempunyai pintu yang berhubungan dngan daerah luar, karena
sering kali kepala ruangan bedah, kepala perawat bedah ataupun dokter
anestesi perlu berhubungan denan orang luar antara lain tamu keluarga
pasien sehubungan dengan pasien yang akan,sementara atau sesudah
menjalani pembedahan.

Perlengkapan diruangan ini adalah :

a. 1 (satu) set kursi tamu / sofa masing-masing minimal 1 (satu) kursi


dan meja tulis.
b. Kalau hanya terdapat 1(satu) ruang kantor maka minimal dilengkapi 3
(tiga) kursi dan meja tulis
c. Filing cabinet
d. Whitboard
e. Alat komunikasi telepon dan intercom
f. Tempat sampah.

3. Ruang Rapat
Ruangan ini berfungsi untuk rapat antara kepala ruangan bedah dengan
stafnya. Selain itu juga dipakai untuk pemberian kursus-kursus singkat
bagi perugas ruangan bedah oleh dokter-dokter yang bekerja di ruangan
bedah tersebut. Juga dapat dipakai untuk menerima tamu yang
berkunjung keruangan bedah dan ingin bertemu dengan para petugas
ruangan bedah. Pada rumah sakit – rumah sakit pendidikan ruangan ini
sering dipakai untuk kuliah para dokter-dokter baik yang untuk
pendidikan S1 maupun S2. Oleh karena itu sering dilengkapi dengan
televise dengan sistem closed circuit yang berhubungan dengan kamar
bedah.
Perlengkapan ruangan ini aadalah :
a. Meja panjang dengan beberapa kursi, bila ruangannya memungkinkan
sebaliknya meja tersebut berbentuk lonjong.
b. Whiteboard
c. Lemari tempat penyimpanan peralatan-peralatan yang berhubungan
dengan fungsi ruang tersebut.
d. Pojektor,kalau memungkinkan. Bila dalam ruangan bedah tidak ada
tempat khusus untuk perpustakaan. Untuk keperluan tersebut maka
diperlukan lemari sebagai ruang perpustakaan. Untuk keperluan
tersebut maka diperlukan lemari buku dari kaca yang jumlahnya
tergantung dari jumlah koleksi buku yang ada.
4. Ruang Laboratorium
Ruang ini diperuntukkan buat dokter patologi anatomi melakukan
pekerjaannya bila ada tindakan pembedahan yang membutuhkan
pemeriksaan potong beku. Biasanya ruang ini diletakkan persis
bersebelahan dengan kamar bedah. Untuk menyampaikan bahan jaringan
yang akan dilakukan pemeriksaan, seperti telah disebutkan diatas, bisa
melalui ruang administrasi, bisa juga berlangsung dai kamar bedah
dengan melalui suatu sistem transfer berupa lemari berpenutup ganda
(dapat terbuka kedalam dan keluar), atau suatu tabung berbentuk silider
yang dapt berputar pada dinding yang menghubungkan kamar bedah
dengan laboratorium. Perlengkapannya adalah :
a. 1 (Satu) Set alat pemeriksaan potong beku
b. Kursi dan meja tulis
c. Wastafel
d. Tempat Sampah
e. Lemari tempat penyimpanan peralatan

5. Ruang Radiologi
Pada rumah sakit besar dan lengkap kadang-kadang ruangan bedah
dilengkapi dengan satu ruang khusus radiologi. Di ruang ini biasa
dilakukan untuk pemasangan kateter jantung,pacemaker dan lain-lain.

6. Ruang Pulih (Recorvery Room)


Ruangan ini digunakan untuk menempatkan pasien-pasien pasca bedah.
Disini pasien dipantau, bila keadaan sudah stabil pasien akan
dikembalikan keuangan perawatan. Sedangkan pada pasien pasca bedah
dengan resiko tinggi dari sini dipindahkan ke ruangan perawatan insentif.
Ruangan pulih mempunyai perlengkapan sebagai beikut :
a. Emergency Trolley Berisi :
1) Obat-obatan penyelamatan hidup (Live saving)
2) Cairan infuse
3) Gudel dengan berbagai ukuran
4) Laryngoscope lurus dan bengkok dengan blade berbagai ukuran
5) Margyl forcep
6) Face mash
7) Kateter suction
8) Termometer
9) Spatel lidah
10) Infus set
11) Tranfusi set
12) CVP set
13) Papan resusitasi
b. Tabungan oksigen lengkap
c. Suction Pump
d. DC Shock (untuk rumah sakit kelas A san B)
e. Tensi Meter
f. Stethoscope
g. Tempat tidur pasca bedah
h. Bengkok
i. Alat Komunikasi
j. Formulir observasi

7. Ruang Cuci Tangan


Ruang ini biasanya terletak berdampingan dengan kamar bedah,seolah-
olah merupakan kesatuan ruangan dengan kamar bedah.Antara ruangan
cuci tangan dan kamar bedah harus ada kaca tembus pandang sehingga
petugas yang sementara melakukan cuci tangan dapat melihat dan
mengetahui keadaan didalam kamar bedah. Perlengkapan berupa :
a. Kran air dengan penampung airnya. Kran air disini memakai tangkai
yang panjang ini dimaksudkan supaya pada saat mematikan dan
menghidupkan airnya dilakukan dengan siku. Ada tipe kran lain,untuk
menghidupkan dan mematikan airnya caranya, menginjak pedal
dengan kaki. Kran air untuk cuci tangan harus lebih dari satu.
b. Sikat dengan tempatnya yang melekat didinding
c. Desinfektans dan tempatnya
d. Pemotong dan pembersih kuku
e. Cermin

8. Ruang Penyimpanan Alat-alat Anestesi


Alat-alat anestesi perlu disimpan pada suatu tempat tersendiri.
Penyimpanan perlengkapan anestesi harus dipisahkan, seperti gas
anestesi, obat-obatan dan peralatan lainnya.Demikianpula dengan alat-
alat yang kotor harus terpisah dengan alat-alat yang bersih. Perlengkapan
disini adalah lemari untuk tempat penyimpanan alat-alat dan meja besar
serta kursinya. Ini maksudnya untuk para petugas ruangan bedah
membersihkan alat-alat.

9. Ruang Penyimpanan Alat-alat Bedah


Dalam hal penyimpanan alat-alat bedah, harus ditata dengan rapih dan
berkelompok seara terpisah menurut jenis operasinya seperti alat untuk
operasi jantung, saraf, orthopedic,digestive, plastic dan lain-lain. Ini untuk
memudahkan kalau kita hendak mencek alat tersebut, apakah masih
berfungsi dengan baik atau kelengkapannya bila hendak dipakai.
a. Ruang Penyimpanan Steril
Arus lalu lintas manusia disini harus dibatasi untuk memperkecil
kemungkinan kontaminasi dari alat-alat yang sudah steril. Bila
memungkinkan ruangan ini harus jauh dari lalu lintas petugas. Cara
penyimpanan-penyimpanan alat-alat tersebut sebaiknya di dalam
kotak-kotak (box) steril.Kemudian alat-alat sudah diset sesuai dengan
jenis pembedahan. Pada ruang ini dianjurkan agar kelembaban udara
berkisar antara 35 – 50%. Temperaturnya antara 18 – 22 derajat C.
b. Ruang Penyimpanan Tidak Steil
Diruangan ini disimpan alat-alat pembedahan yang belum disterilkan.
Alat-alat ini disimpan dalam lemari kaca, sehingga mudah mencarinya
bila dibutuhkan. Alat yang seing dipakai harus ditempatkan pada
tempatnya yang mudah dicapai. Dalam ruang penyimpanan ini harus
dipisahkan jug tempat penyimpanan linen dari peralatan bedah
lainnya. Demikin pula linen yan steril penyimpanannya dipisahkan dari
linen yang tidak steril.

10. Ruang Pencucian Peralatan / Instrument


Alat-alat yang terpakai pada saat pembedahan,sebelum disimpan harus di
cuci terlebih dahulu di ruang ini. Pelengkapannya antara lain :
a. Meja kerja kedap air
b. Bak pencucian alat
c. Trolly
d. Sikat
e. Desinfektans / deterjen
f. Tempat sampah

11. Ruang Sterilisasi


Alat-alat yang dipakai pada waktu pembedahan, dicuci kemudian
disterilkan diruanan ini sebelum disimpan kembali. Alat untuk
mensterilkan alat-alat tersebut adalah autoclave dengan berbagai ukuran.
Selain autoclave, juga harus ada kereta doorong instrument untuk
membawa alat-alat steril ke kamar bedah.
12. Ruang Farmasi
Diruang ini disimpan persedian obat-obatan, alat-alat kesehatan seperti
benang,alat pembedahan orthopedic seperti protesa dan lain-lain. Jadi ini
adalah merupakan satelit dari apotik atau unit farmasi rumah sakit,
dengan demikian berada dibawah tanggung jawab farmasi.
13. Koridor
Koridor ini merupakan ruang yang berfungsi ppenghubung antara ruang.
Oleh karena itu, korido ini harus cukup lebar untuk lalu lintas petugas,
pasien dengan kereta dorongnya serta alat-alat besar. Lebar koridor
idealnya minimal 2,85 m dan maksimal 3,2 m tentunya ini sangat
tergantung dari kondisi ruangan bedah. Bila ruangan dalam ruang bedah
tebatas maka kadang-kadang koridor ini dapat difungsikan sebagai
gudang atau tempat menyimpan peralatan yang besar seperti alat
rontgen portable, alat USG dan lain-lain. Sing papan pengumuman atau
papan jadwal operasi ditempatkan pada koridor sehingga semua dapat
dengan mudah melihatnya. Di depan pintu kamar bedah dibei lampu yang
dinyalakan bila operasi sementara berlangsung.

14. Gudang
Pada suang ini disimpan peralatan yang tidak setiap saat dipakai seperti
alat rontgen portable, alat USG, meja orhopedi.

VI. PERSYARATAN KAMAR BEDAH

Ruangan ini merupakan ruang terbatas / ketat. Orang-orang yang bisa masuk
hanyalah para petugas yang sedang bertugas. Orang-orang yang tidak
berkepentingan tidak boleh masuk, ini untuk menjaga sterilisasi dari ruangan ini.
Kamar bedah mempunyai beberapa persyaratan :

A. LOKASI
Seperti telah disinggung diatas bahwa dalam merencanakan pembangunan
suatu kamar bedah harus dipikirkan letaknya terhadap bagian-bagian lain
dari rumah sakit. Kamar bedah harus diletakkan pada suatu tempat yang
mudah dicapai dari bagian-bagian lain dari rumah sakit khususnya unit gawat
darurat.Unit perawatan insentif, radiologi,paologi dan unit perawatan bedah.
Di kota-kota besar, dalam membangun rumah sakit ada masalah tanah
sehingga seringkali rumah sakit dibangun dalam bentuk bertingkat dengan
lantai yang banyak. Untuk ini letak kamar operasi tidak pelu dilantai paling
atas hanya dengan alas an kontol mikrobiologi karena untuk menghindari hal
tersebut dapat dipakai sistem penyaringan udara. Kamar bedah cukup
diletakkan pada lantai kedua. Malah ada beberapa rumah sakit yang
menepetkan kamar bedahnya dilantai bawah tanah dengan sistem dinding
yang tebal tanpa jendela. Yang pening dalam merancang kamar bedah harus
berdasarkan prinsip bahwa membuat suatu ruangan yang khusus yang
terpisah atau bebas contaminasi dari luar.
B. Bentuk
Kamar bedah sudut-sudutnya tidak boleh tajam. Lantai dinding dan langit-
langitnya harus melengkung. Lapisan dari dinding dan langit-langit harus dari
bahan yang kkeras, tidak berpori, tahan terhadap api, kedap air, tidak mudah
kotor, tidak mempunyai sambungan, berwarna terang, tidak memantulkan
cahaya dan mudah diberihkan serta tidak menampung debu. Dinding kamar
bedah terbaik terdiri dari bahan porselin atau vynil seringgi langit-langit atau
dicat dengan cat tembok yang mengandung wather shield idealnya lantai
kamar bedah harus dari bahan yang kuat, tidak mudah menghantar listrik,
kedap air mudah dibersihkan dan juga berwarna terang.

C. Ukuran
Ukuran kamar bedah bermacam-macam tegantung dari besar dan kecilnya
rumah sakit. Tetapi dianjurkan, minimal 29,1 – 37,16 meter persegi (5,6m x
5,6m) tergantung dari kegunaannya. Bila dipakai untuk pembedahan jantung
bentuknya harus lebih besar dari kamar bedah lainnya karena pada
pembedahan tersebut memakai peralatan yang besr. Tinggi langit-langit
(plafon) dari kamar bedah dianjurkan 3,5m, minimal 2,5m dan maksimal
3,65m, ini terutama berhubungan dengan penempatan peralatan anestesi,
lampu operasi dan kemudahan untuk pembersihan.

D. Pintu
Pintu masuk dan keluar pasien harus berbeda, pintu masuk dan keluar
petugas tersendiri. Setiap pintu kamar bedah harus ada kaca tembus
pandang sehingga orang dari luar dapat melihat keadaan kamar bedah tanpa
harus masuk. Pintu kamar bedah dianjurkan tipe slading door. Ini maksudnya
menghindari terdoronnya udara dari luar kamar bedah kedalam kamar
bedahpada saat membukan dan menutup pintu bila tipe pintunya tipe
swiging door.Tetapi bila tidak memungkinkan maka pintu tersebut harus
dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis. Bila dilengkapi dengan alat
ini maka pintu kamar bedah selalu dalam keadaan tertutup, kemudian bila
pintu menutup tidak menimbulkan suara keras yang dapt mengganggu
operator yang sedang bekerja. Lebar pintu maksimal 1,20 m dan tinggi
minimal 2,10 m.

E. Sistem Ventilasi
Kamar bedah sistem ventilasinya sebaiknya memakai sistem pengatur suhu
sentral (AC central) dan dapat diatur dengan alat control yang memakai
filter.Disini udara oleh suatu alat dipompakan masuk melalui filter kemudian
udara dalam kamar bedah diisap keluar. Alat ini dinamakan Ulraclean
Laminari airflow. Sisitem ini menjamin udara luar yang yang masuk bebas dari
mikro organism kemudian tidak terjadi penimbunan gas-gas buang anestesi
didalam kamar bedah. Didaerah tropis suhu udara antara 19 – 22 deajat
C,sedangkan didaerah dingin antara 20 – 24 derajat C. Kelembaban udaranya
55% (45% - 60% dan tekanan Positif (1010 -1015 mbar)

F. Sistem Penerangan
1. Lampu Penerangan
Untuk penerangan di dalam kamar bedah memakai lampu pijar putih, dan
mudah dibersihkan.
2. Lampu Operasi
a. Lampu operasi biasanya lampu khusus yang merupakan satu system
yang terdiri dari beberapa lampu.
b. Lampu operasi mempunyai kekhususan dalam hal : arah an fokusnya
dapat diatur, tidak menimbulkan panas, cahayanya terang dan tidak
menyilaukan. Pencahayaan antara 300 – 500 lux, pada meja operasi
10.000 – 20.000 lux

G. Sistem Gas Medis


Pemasangan gas medis sebaiknya secara sentral memakai sistem pipa, jadi
tidak ada gas tabung medis berada didalam kamar bedah. Diusahakan agar
sistem perpipaan tersebut melalui bawah lantai atau diatas langit-laingit ini
tujuannya untuk mencegah bahaya penimbunan gas yang berlebihan didalam
kamar bedah bila terjadi kebocoran dari tabung gas tersebut. Pipa gas medis
dipasang didinding atau langit-langit,kemudian dapat disambung dengan
pipa yang ditarik sesuai dengan keperluan. Pipa gas tersebut harus dibedakan
dengan warna yang lain disertai petunjuk untuk membedakan gas Nitrogen
Oksida dan Oksigen.

H. Sistem Listrik
Didalam kamar bedah sebaiknya tersedia 2 macam voltase yaitu 110 dan 220
volt kerena sering alat-alat di kkamar bedah mempunyai voltasi yang berbeda
tombol tempat penyambungan aliran listrik (stop kontak) harus aman dan
kemungkinan tersentuh oleh petugas. Semua tombol listrik dipasang pada
ketinggian minimal 1.40 m dari lantai. Bila dalam kamar bedah mempunyai
beberapa tombol tempat penyambungan aliran listrik maka sebaiknya
masing-masing tombol berbeda sirkuitnya. Ini untuk mencegah bila
pembedahan dalam saat kritis kemudian terjadi gangguan listrik maka
sambungan listrik dapat dipindahkan ketombol yang lain.
I. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi di kamar bedah sangat vital. Ini terutama bila pada saat
emergency dimana komunikasi dapat dilakukan antara kamar bedah atau
antara ruangan lain didalam ruangan bedah. Selain ini komukasi harus ada
dengan laboratorium baik laboratorium patologi klinik maupun patologi
anatomi.

J. Peralatan
Semua peralatan di kamar bedah harus mobile yaitu mempunyai roda. Ini
mudahkan mobilitas alat-alat tersebut di dalam kamar bedah. Kemudian alat-
alat tersebut dari stainless steel sehingga mudah dibersihkan.
Standar peralatan yang harus ada didalam kamar bedah :
1. Meja Operasi
2. Pesawat Anestesi
3. Lampu operasi yang tergantung tetap diatas meja operasi
4. Monitor EKG
5. Alat diatermi
6. Suction pump (alat pengisap lender dan darah)
7. Standar Infuse
8. Baskom tempat instrument kotor + standarnya
9. Tempat alat tenun kotor beroda
10. Tempat kain kasa beoda
11. Piala ginjal
12. Meja tulis
13. Kursi bundar beroda 2 (dua) buah
14. Alat komunikasi intercom
15. Jam dinding
16. Lampu penerangan ruangan.

K. Pembersihan Kamar Bedah


Kamar bedah secara rutin dan periodic selalu dibersihkan secara teratur. Ini
bertujuan untuk tetap mempertahankan sterilisasi dari kamar bedah,
sehingga dapat dicegah infeksi nosokomial yang bersumber dari kamar
bedah. Pembersihan ini ditujukan pada kamar bedah dan peralatan standar
yang ada didalamnya. Ada 3 cara pembersihan kamar bedah :

1. Pembersihan rutin / harian


Pembersihan rutin ini adalah pembrsihan yang dilakukan sebelum dan
sesudah penggunaan kamar bedah denan ketentuan sebagai berikut :
a. Semua permukaan peralatan yang terdapat didalam kamar bedah
harus dibersihkan dengan cairan desinfektans atau dapat juga
memakai air sabun.
b. Permukaan meja operasi dan matrasnya harus dibersihkan dari
berkas-berkkas perdarahan kalau ada.
c. Plastik pada tempat sampah harus diganti yang baru bila suatu
tindakan pembedahan telah selesai.
d. Semua peralatan yang figunakan pada pembedahan harus dibersihkan
seperti :
1) Slang suction harus dibersihkan kemudian dibilas.
2) Cairan bekas pasien yang ada dala botol suction harus dibuang
sedemikian rupa untuk mencegah kontaminasi.
3) Alat-alat anestesi yang dipakai dibersihkan,slang karet setelah
dibersihkan harus di rendam dalam cairan desinfektans.
e. Noda-noda yang ada didinding harus dibersihkan.
f. Lantai dibesihkan kemudian dipel dengan cairan desinfektans. Air
bekas pel tidak boleh dipakai untuk pel dikamar bedah yang lain.
g. Alat tenun bekas pasien dikeluarkan. Pada pasien-pasien infeksi, alat
tenunya ditangani sesuai dengan procedure.
h. Lampu operasi dibersihkan setiap hari dan dalam keadaan dingin.
i. Alas kaki (Sandal) dibersihkan setiap hari.

2. Pembersihan Mingguan
Pada pembersihan mingguan, dilakukan pembersihan secara keseluruhan
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dilakukan secara rutin setiap minggu sekali.
b. Semua peralatan yang ada didalam kamar bedah dikeluarkan dan
diletakkan dikoridor.
c. Peralatan dicuci dengan cairan desinfektan / air sabun, terutama yang
mempunyai kemungkinan berakumulasi sisa-sisa bahan organis
seperti meja operasi dan matrasnya.
d. Permukaan dinding di cuci dengan air mengalir
e. Lantai disemprot, dicuci / disikat dengan menggunakan
deterjen,sesudah bersih dikeringkan.
f. Setelah lantai kering,peralatan ditata kembali didalam kamar bedah.

3. Pembersihan Sewaktu
Pembersihan sewaktu dilakukan kamar bedah digunakan untuk tindakan
pembedahan pada kasus-kasus infeksi, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pembersihan kamar bedah secara menyeluruh meliputi lantai, dinding
dan semua peralatan di dalam kamar bedah.
b. Semua alat / instrument bekas dipakai harus dipindahkan dan tidak
boleh bercampur dengan alat yang lain sebelum didesinfeksi.
c. Pemakaian kamar bedah pembersihan secara menyeluruh dan
sterilisasi ruangan selesai.

L. PENANGAN LIMBAH
Pembuanan dan penanganan limbah kamar bedah tergantung dari jenis
limbah dengan prinsip, limbah padat dan cair ditangani secara terpisah cara
penanganan limbah :
1. Limbah cair dibuang ditempat khusus yang berisi larutan desinfektan
yang selanjutnya mengalir ketempat pengelolaan limbah cair rumah sakit.
2. Limbah padat / anggota tubuh, ditempatkan dalam kantong / tempat
tertutup yang selanjutnya dibakar atau dikubur di rumah sakit sesuai
ketentuan yang berlaku, atau diserahkan kepada keluarga pasien.
3. Limbah non infeksi yang kering dan basah ditempatkan pada tempat yang
tertutup serta tidak mudah bertebaran dan selanjutnya dibuang ke
tempat pembuangan rumah sakit.
4. Limbah infeksi ditempatkan pada tempat tertutup dan tidak mudah bocor
serta diberi lebel merah untuk dimusnahkan.
5. Seluruh limbah yang dihasilkan dikamar bedah di olongkan menjadi
limbah berbahaya / B3

VII. CATATAN

Sterilisasi kamar operasi dengan cara dibawah ini sudah tidak di


Rekomendasikan lagi.
A. Ultra Violet (UV)
Karena pemakaian lampu ultra violet (UV) yang dinyatakan 24 jam secara
terus menerus tidak bisa membunuh kuman / koloni serta mikro organism di
kamar operasi, tetapi hanya melemahkan dan menghambat pertumbuhan
kuman / koloni serta mikro organism di kamar operasi. Pemakaian UV secara
terus menerus di kamar operasi banyak kerugiannya diantaranya :
1. Lampu operasi menjadi kering dan retak-retak / pecah – pecah.
2. Monitor – monitor atau yang terbuat dari kaca fiber yang ada di kamar
operasi akan mengalami keruskan.
3. Elektro surgical Unit (ESU) dan mesin-mesin yang ada di kamar bedah
akan mengalami keretakan dan pemudaran cat mesin tersebut.
4. Sinar UV jika terlalu sering kontak dengan jaringan kulit akan mengalami
Karsinogenik.
B. Pemakaian Desinfektan yang disemprotkan memakai mesin Foging.
1. Dwsinfektan yang disemprotkan atau di uap kan melalui mesin foging
akan meninggalkan sisa uap di Elektro Surgical Unit, alkes dan mesin-
mesin yang ada di kamar operasi sehingga akan mengalami korosif dan
kerusakan di badan mesin tersebut karena chemical disinfektan itu
siatnya korosif.
2. Kamar operasi yang dilakukan foging akan mempengaruhi atau
mencemari kamar operasi yang lainnya melalui udara atau aliran AC
sehingga ditempat yang lainnya menjadi tidak nyaman dan jika terlalu
sering dihirup akan mengalami karsinogenik di paru-paru karena
chemicalnya.

Hal – hal yang harus diperhatikan pada penanganan kasus-kasus Infeksi dan
Penyakit Menular adalah :

1. Harus diberitahu kepada keluarga pasien mengenai keadaan penyakit pasien dan
bagaimana perawatannya nanti.
a. Petugas yang menolong perawatannya nanti.
b. Memakai sarung tangan
c. Petugas yang menolong tidak boleh ada luka atau goresan di kulit atau t
ergores oleh alat bekas pasien seperti pisau, alat suntik dan lain-lain
d. Petugas memahami cara penularan penyakit tersebut
e. Memahami tehnik isolasi dan aseptic
f. Jumlah tenaga yang menolongg pasien terbatas (sesedikit mungkin) dan
dalam waktu bersamaan tidak boleh me nolong pasien lain.

2. Didepan kamar bedah yang sedang dipakai menolong pasien tersebut harus
diberi tanda pengumuman dilarang masuk bagi yang tidak berkepentingan
karena ada kasus infeksi.
3. Bagian anggota tubuh yang dibuang harus dibungkus kantong plastik tebal dan
cukup besar agar baunya tidak menyebabkan dan tidak menimbulkan infeksi
silang.
4. Kamar bedah secara priodik dan teratur dilakukan uni mikrobiologi terhadap
debu, maupun alat kesehatan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai