ASPEK HUKUM

DI
RUMAH SAKIT
 HOSPITAL LAW
Bagian dari Hukum Kesehatan yang mengatur semua
aspek yg berkaitan dengan perumah-sakitan.
Terdiri atas hukum tertulis dan tidak tertulis.

HOSPITAL ACT (UURS)

Hukum tertulis yang merupakan produk legislatif
guna mengatur pola kehidupan perumah-sakitan.
Keberadaannya mengikat semua pihak, antara lain:
pemerintah, masyarakat, pasien, rumah sakit (RS Swasta,
RS Pemerintah dan RS asing yang beroperasi di
-Indonesia, RS Khusus dan RS Pendidikan).
 HOSPITAL ACT
1. Definisi yuridis RS.
2. Bentuk badan hukum.
3. Jenis RS (RS Pemerintah, RS Swasta, RS Pendi-
dikan, RS Umum, RS Khusus, dll).
4. Peran, Fungsi dan Tanggungjawab.
5. Perpajakan (pengurangan / pembebasan pajak).
6. Sumbangan masyarakat.
7. Potensi RS yang dapat membahayakan.
8. Pendirian dan perizinan.
9. Organisasi dan administrasi.
10. Fungsi sosial.
11. Rekam medis.
12. Kedudukan mahasiswa, residen, dll.
 UU RUMAH SAKIT
UU Rumah Sakit harus mampu menciptakan layanan
kesehatan yang:
Pasien terlindungi oleh
1. Berkualitas. layanan RS yang aman
2. Profesional. dan bermutu.
3. Aman. Rumah sakit dan insan
4. Tertib dan teratur. RS memperoleh perlin-
dungan hukum.
 TUJUAN PENGATURAN RS
1. Melindungi pasien dari praktek RS yang tak
laik beroperasi.
2. Melindungi tenaga kesehatan dari dampak nega-
tip yang ditimbulkan oleh RS (radioaktif, infeksi
nosokomial dan kecelakaan kerja).
3. Melindungi masyarakat dari dampak lingkungan
yang negatip oleh RS.
4. Mengendalikan fungsi RS kearah yang benar.
5. Mempertahankan dan meningkatkan mutu RS.
6. Mensinkronkan pelayanan di RS dengan program
pemerintah dalam bidang kesehatan.
7. Dll.
 STATUS HUKUM RS
1. RS merupakan artificial entity (suatu institusi
yg oleh hukum dianggap sebagai subjek hukum).
2. Sebagai subjek hukum maka RS dapat melakukan
perbuatan hukum melalui stafnya.
3. RS dapat bertanggung-gugat (liabel) atas kesalah-
an / kelalaian yang merugikan pasiennya, terdiri
atas:
a. Corporate liability.
b. Vicarious liability.
4. Persona standi in judicio tergantung dari bentuk
badan hukum RS.
 CORPORATE LIABILITY
Sejak awal, tanggung-gugat ini sudah melekat pada
rumah sakit.

Tanggung-gugat tersebut meliputi:

1. Hospital equipment, supplies, medication and food.
2. Hospital environment.
3. Safety procedures.
4. Selection and retention of employees and conferral of staff
privileges.
5. Responsibilities for supervision of patient care.
 VICARIOUS LIABILITY
Tanggung-gugat ini pada awalnya merupakan
professional liability (yang harusnya melekat pada
dokter yang bekerja pada rumah sakit), hanya saja
karena statusnya maka dokter dapat mengalihkan
tanggung-gugatnya kepada pihak RS.

Dokter yang dapat mengalihkan tanggung-gugatnya

kepada RS antara lain:
1. Dokter yang bekerja sebagai employee.
2. Dokter yang bekerja sukarela (sebagai voluntir).
3. Dokter yang diundang (visiting doctor).
 KONSEP
TANGGUNG RENTENG
Didasarkan atas pemikiran sbb :
1. Untuk memberikan jaminan kepada pasien yang
dirugikan bahwa ia pasti akan dapat menemukan
pihak tergugat yang akan mampu membayar
gantirugi (solvent defendant atau deeper pocket)
akibat kelalaian sub-ordinate.
2. Untuk memberikan umpan balik kepada ordinate
(misalnya RS) agar memiliki rasa tanggung-jawab
yang lebih besar dalam mengelola dan mengawasi
sub-ordinate supaya melakukan layanan medis
yang lebih baik agar tidak merugikan pasien.
 STATUS HUKUM
DOKTER DI RUMAH SAKIT

Kedudukan dokter sebagai sub-ordinate sehingga RS

bertanggung-renteng atas kelalaian / kesalahan dokter.

 Dokter Mitra (Attending Physician):

Kedudukan dokter sama derajat dengan RS sehingga
tanggunggugat dokter dapat dibahas untuk ditanggung
bersama dengan RS secara proporsional (joint liability).

 Dokter Kerja Lepas (Independent Contractor) :

Kedudukan dokter dikonstruksikan sebagai penyewa
fasilitas RS (termasuk perawat) untuk digunakan merawat
pasiennya sehingga dokter bertanggunggugat secara penuh.
 PERAN
KOMITE MEDIK RUMAH SAKIT
1. Mengatur kewenangan klinik (clinical privileges)
dokter di rumah sakit.
2. Membuat rekomendasi kepada Direktur RS sebagai
dasar untuk menetapkan, memperluas, mempersempit
atau bahkan mencabut hak klinik dokter di RS.

3. Menentukan spesifikasi PEMBIMBING.

4. Merumuskan tugas dan tanggungjawab pembimbing.

5. Merumuskan clinical privileges mahasiswa & residen

(tindakan medik yang boleh dikerjakan anak didik).
6. Menentukan persyaratan & tatalaksana kepaniteraan
 STATUS HUKUM
PERAWAT DI RUMAH SAKIT

Perawat umumnya bekerja di RS sebagai employee

atau voluntir, tetapi oleh RS, ia dapat dipekerjakan
sebagai:
1. Extended arm, yaitu melaksanakan apa yang men-
jadi kewajiban RS, sehingga tanggung-gugatnya
dialihkan kepada RS.

2. Borrowed servant, yaitu dipinjamkan kepada dok-

ter atau kepada RS lain, sehingga tanggung-gugat
atas kelalaian atau kesalahannya dialihkan kepada
borrower.
 TUGAS PERAWAT DI RS
Perawat mengemban tugas komplek, yaitu:
1. Caring:
Decision dan execution menjadi tanggungjawab
perawat.
2. Technical Nursing: Decision
menjadi tanggungjawab dokter sedang-kan
tanggungjawab execution ada pada perawat.
3. Delegated Medical Activity:
Decision dan execution yang dilakukan perawat
menjadi tanggungjawab dokter pemberi delegasi.
 TECHNICAL NURSING
 Aktifitas yang dilakukan atas perintah lisan Dr.
 Aktifitas yang dilakukan atas perintah tertulis Dr.

 Aktifitas yang dilakukan berdasarkan aturan atau

pedoman yang telah ditentukan.
 Aktifitas yang dilakukan dengan syarat ada Dr di
rumah sakit atau bagian dan dapat hadir segera.
 Aktifitas yang dilakukan di tempat-tempat terten-
tu.
 Beberapa aktifitas yang dilakukan tanpa persyara-
tan khusus.
HUKUM PELAYANAN
KESEHATAN

WILA CHANDRAWILA SUPRIADI

 SKEMA
HAK DASAR

SOSIAL INDIVIDU

The Right to Health Care The Right to Self

determination
Hak atas Pelayanan Medis Hak atas Privacy Hak atas Badan
Sendiri
Hak atas Rahasia Hak atas Informed
Kedokteran Consent
Hak Memilih
Dokter/Rumah Sakit
Hak Menolak Perawatan/Tindakan
Medik
 Ruang Lingkup Pembahasan

• SUBYEK HUKUM • TJW PERDATA

• OBYEK HUKUM • TJW PIDANA
• HAK DAN KEWAJIBAN
• TJW
SUBYEK HUKUM
* PERBUATAN HUKUM ADMINISTRASI
* HUBUNGAN HUKUM
* TANGGUNG JAWAB
HUKUM
.
.
 HUBUNGAN DOKTER – PASIEN–RUMAH SAKIT
HUBUNGAN HUKUM

RUMAH SAKIT / DOKTER PASIEN

SUBYEK HUKUM SUBYEK HUKUM

HAK DAN KEWAJIBAN HAK dan KEWAJIBAN

TANGGUNG JWB HK PIDANA

PERDATA
ADM
 HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER-
PASIEN-RUMAH SAKIT
• HAK PASIEN *Hak menolak
*hak atas informasi pengobatan/
*hak memberikan perawatan
persetujuan *Hak menolak suatu
tindakan medik ttt
*hak memilih dokter
*Hak untukmenghenti- kan
*Hak memilih sarana pengobatan
kesehatan
*Hak atas second opinion
*Hak atas rahasia
*Hak melihat Rekam
kedokteran medis
• KEWAJIBAN PASIEN • Hak Dokter
*memberikan informasi *hak bekerja sesuai
yang benar standar profesi
*Mentaati petunjuk dr * Hak menolak melak-
sanakan tindkn medik
*mentaati aturan RS karena scr profesional
*memberikan imbalan tdk dpt memptgjwkan
jasa kepada dr * Hak untuk menolak
*melunasi biaya RS suatu tindkn medik yang
menurut suara hatinya
tdk baik
* Hak mengakhiri hub
dng pasien
• HAK DOKTER • KEWAJIBAN DOKTER
*Hak atas privacy dr *Kewajiban yang
berhubungan dng fungsi
*Hak atas informasi sosial pemeliharaan
*Hak atas imbalan kesehatan
*hak untuk membela *kewajiban yang
berhubungan dng hak
diri
pasien
*Hak memilih Pasien *Kewajiban yang
*Hak tolak ungkap berhubungan dng
standar profesi
TANGGUNG JAWAB HUKUM
• ASPEK HK PIDANA
1. KUHP
2. UU No.29/2004
• ASPEK HK PERDATA
Buku III KUH PERDATA
• ASPEK HK ADMINISTRASI
UU No.23/TH 92
UU No.29/2004
PP ttg Tenaga Kesehatan
permenkes
CTT : selain ketentuan tsb tgjw dokter diatur pula dlm
ketentuan lain, spt UU Narkotika
Aspek pidana pelayanan kesehatan
• Pelayanan Kes terkait dng pelaksanaan suatu profesi
• Tindakan kedokteran penuh dng resiko
• Resiko bisa muncul akibat tindakan dokter yang salah
• Tindakan salah adalah bila tdk melakukan pekerjaan
sesuai dng standar profesi medik dan tdk sesuai
prosedur tindakan medik
• Tindakan yang salah oleh dokter biasa disebut dng
Malpraktek, atau Malapraktek
• (MEDICAL MALPRACTICE)
 KESEHATAN
KESEHATAN (UU NO. 23/92)
• UPAYA KESEHATAN
• SUMBER DAYA KESEHATAN

SUMBER DAYA KESEHATAN

• SARANA KESEHATAN
• TENAGA (SDM)KESEHATAN
 KESEHATAN DAN
KEDOKTERAN
• KESEHATAN MASYARAKAT (PUBLIC
HEALTH) – PEMELIHARAAN KESEHATAN

• KESEHATAN INDIVIDU (MEDICAL -

KEDOKTERAN) – PELAYANAN KESEHATAN

• UPAYA KESEHATAN BERUPA UPAYA YANG

PREVENTIF, KURATIF, PROMOTIF DAN
REHABILITATIF
 HUKUM KESEHATAN
• SELURUH PERATURAN YANG
MENGATUR TENTANG KESEHATAN
• HUKUM KESEHATAN MASYARAKAT
• HUKUM KESEHATAN INDIVIDU
(HUKUM KEDOKTERAN –MEDICAL
LAW)
• HUKUM YANG UMUM DAN HUKUM
YANG KHUSUS
 HUKUM KESEHATAN
• HUKUM UMUM:
KUHPERD, KUHPID, HUKUM ADMINSTRASI
• HUKUM KHUSUS:
UU NO. 23/92, UU NO. 29/04
• HUKUM KHUSUS MENHAPUSKAN
HUKUM UMUM (LEX SPECIALI DEROGAT
LEX GENERALI)
HUKUM KEDOKTERAN
HUKUM YANG MENGATUR HUBUNGAN
HUKUM ANTARA:
• TENAGA KESEHATAN
• SARANA KESEHATAN
• PASIEN

• DI BIDANG PERDATA, PIDANA DAN

ADMINSTRASI
 HUBUNGAN HUKUM
DOKTER DAN PASIEN
• HUBUNGAN HUKUM PERIKATAN
(VERBINTENIS)
• DASARNYA PERJANJIAN ATAU
UNDANG-UNDANG
• HAK DOKTER MENJADI KEWAJIBAN
PASIEN DAN SEBALIKNYA
• DIATUR DI DALAM HUKUM UMUM
DAN HUKUM KHUSUS
 HAK-HAK PASIEN
• INFORMASI
• PERSETUJUAN
• RAHASIA KEDOKTERAN
• PENDAPAT KEDUA
• REKAM MEDIK
• PELAYANAN SESUAI KEBUTUHAN
• MENOLAK TINDAKAN MEDIK
 INFORMASI
• DIMINTA ATAU TIDAK HARUS
DIBERIKAN KEPADA APSIEN
• DIBERIKAN KEPADA KELUARGA
PASIEN ATAS IJIN DARI PASIEN
• DOKTER BERHAK MENAHAN
INFORMASI, APABILA MERUGIKAN
PASIEN
• MINIMAL TENTANG DIAGNOSA DAN
TERAPI
 PERSETUJUAN
• DIBERIKAN OLEH PASIEN, KECUALI DI
BAWAH UMUR, DI BAWAH
PENGAMPUAN ATAU TIDAK SADAR
• UNTUK TINDAKAN INVASIF
DIBERIKAN SECARA TERTULIS
• TANPA PERSETJUAN ADALAH
PENGANIAYAAN DAN PEMAKSAAN
• DAPAT DIPIDANA ATAS PENGADUAN
PASIEN, APABILA MERUGIKAN PASIEN
 INFORMED CONSENT
• PERSETUJUAN YANG DIBERIKAN
SETELAH PASIEN MENDAPATKAN
INFORMASI
• TANPA INFORMED CONSENT
SANKSI TEGURAN SAMPAI DENGAN
PENCABUTAN IJIN PRAKTIK
• BUKAN TINDAKAN MEDIK, PRA
TINDAKAN MEDIK
 RAHASIA
KEDOKTERAN
• RAHASIA JABATAN
• PASAL 322 KUHPIDN DAN PASAL 51 UUPK
• HAK DOKTER UNTUK MENOLAK HADIR
DI PENGADILAN
• PENGAJUAN KEBERATAN PADA HAKIM
• HAKIM MEMUTUSKAN DITOLAK ATAU
DIKABULKAN
 PENDAPAT KEDUA
• HAK PASIEN UNTUK DIBANTU OLEH
DOKTER PERTAMA UNTUK
MENDAPAT PENDAPAT DARI
DOKTER KEDUA
• ADA KERJASAMA ANTARA DOKTER
PERTAMA DAN DOKTER KEDUA
• HASIL DIBERITAHUKAN OLEH
DOKTER PERTAMA
 REKAM MEDIK
• CACATAN TENTANG PASIEN, BERISI IDENTAS DAN
RIWAYAT PENYAKIT PASIEN
• BERKAS MILIK SARANA KESEHATAN DAN ISI MILIK
PASIEN
• PASIEN BERHAK UNTUK MENDAPATKAN KOPI
REKAM MEDIK
• DIJAGA KERAHASIAANNYA, BAHKAN SAMPAI
PASIEN MENINGGAL DUNIA
• UNTUK KEPENTINGAN PENELITIAN DAPAT
DIBERIKAN, NAMUN TANPA IDENTITAS
• SENGAJA TIDAK MEMBUAT REKAM MEDIK TINDAK
PIDANA KEJAHATAN
KEWAJIBAN DOKTER EX PASAL 51
UUPK
• MEMBERIKAN PELAYANAN SESUAI DENGAN STANDAR
PROFESI DAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL SERTA
KEBUTUHAN PASIEN
• MERUJUK PASIEN KE DOKTER LAIN YANG MEMPUNYAI
KEAKHLIAN ATAU KEMAMPUAN YANG LEBIH BAIK, APABILA
TIDAK MAMPU MELAKUKAN SUATU PEMERIKSAAN A
PENGOBATA
• MERAHASIAKAN SEGALA SESUATU YANG DIKETAHUINYA
TENTANG PASIEN, BAHKAN JUGA SETELAH PASIEN
MENINGGAL DUNIA
• MELAKUKAN PERTOLONGAN DARURAT ATAS DASAR
KEMANUSIAAN, KECUALI BILA IA YAKIN ADA ORANG LAIN
YANG BERTUGAS DAN MAMPU MELAKUKANNYA
• MENAMBAH ILMU PENYETAHUAN DAN MENGIKUTI
PERKEMBANGAN ILMU KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN
GIGI
 KEWAJIBAN DOKTER MEMASANG PAPAN
NAMA
• TIDAK MEMASANG PAPAN NAMA DIHUKUM DENGAN
PIDANA KURUNGAN MAKS 1 TAHUN ATAU DENDA 50
JUTA RUPIAH
• KEWAJIBAN ADMINSTRATIF
• BUKAN KEJAHATAN ADMINSTRATIF, TETAPI HANYA
PELANGGARAN ADMINSTRATIF

KEJAHATAN PAPAN NAMA

• ISI PAPAN NAMA BERISI PENIPUAN DAN PEMALSUAN
• MENGGUNAKAN PAPAN NAMA ORANG LAIN
STANDAR PROFESI MEDIK

KEWENANGAN KEMAMPUAN KETELITIAN

RATA-RATA YANG UMUM

•KEKUASAN YG DIUKUR DNG DIUKUR DNG

DISAHKAN TEMAN TEMAN
•STR SEJAWAT: SEJAWAT:
•SIP •KATEGORI •KATEGORI
•SERTIFIKAT •SITUASI •SITUASI
•KONDISI •KONDISI
KOMPETENSI
YANG SAMA YANG SAMA
 KEWENANGAN
• KEKUASAAN ADALAH
KEMAMPUAN SESEORANG UNTUK
MEMPENGARUHI PIHAK LAIN
• KEWENANGAN ADALAH
KEKUASAAN YANG DISAHKAN
OLEH YANG BERHAK MENSAHKAN
• KEWENANGAN NYATA ADALAH
KOMPETENSI
 KEMAMPUAN RATA-
RATA
• DIUKUR DENGAN TEMAN SEJAWAT
DENGAN KATEGORI YANG SAMA
• DENGAN SITUASI DAN KONDISI
YANG SAMA
• SESUAI DENGAN KOMPETENSI
• DIUKUR SECARA RATA=RATA SAJA,
BUKAN DENGAN YANG TERBAIK
 KETELITIAN YANG
UMUM
• DIUKUR DENGAN KETELITIAN TEMAN
SEJAWAT SECARA RATA-RATA, BUKAN
YANG TERBAIK
• DENGAN SITUASI DAN KONDISI YANG
SAMA
• SULIT MENENTUKAN UKURAN YANG
PASTI
• SEHINGGA LALAI MENJADI UKURAN
 SURAT TANDA
REGISTRASI
• DIKELUARKAN OLEH KKI
• WAJIB BAGI YANG BEKERJA DI
BIDANG KEDOKTERAN
• SYARAT SERTIFIKAT KOMPETENSI
YANG DIBERIKAN OLEH KOLOGIUM
KEDOKTERAN SETELAH UJI
KOMPETENSI
• BERLAKU 5 TAHUN
KETENTUAN PIDANA STR
• TANPA STR DIHUKUM PENJARA
MAKS 3 TAHUN ATAU DENDA MAKS
100 JUTA
• PEMBERI KERJA YANG
MEMPEKERJAAN DOKTER TANPA
STR/SIP DIKENAKAN SANKSI
PENJARA 5 TAHUN ATAU 300 JUTA
SURAT IJIN PRAKTIK
• DIKELUARKAN OLEH DINAS
KESEHATAN KOTA/KABUPATEN
• 1 TEMPAT PRAKTIK 1 SIP,
MAKSIMAL 3 BUAH
• BERLAKU SAMA DENGAN STR
• PRAKRIK KEDOKTERAN TANPA SIP,
DIHUKUM MAKS 3 TH ATAU DENDA
MAKS 100 JUTA RUPIAH
 KEJAHATAN STR/SIP
• STR/SIP PALSU
• IJAZAH PALSU DIGUNAKAN
SEBAGAI DASAR UNTUK
MENDAPATKAN STR/SIP
• SERTIFIKAT KOMPETENSI PALSU
• SURAT KERANGAN SUMPAH
DOKTER PALSU
• REKOMENDASI IDI PALSU
 HUBUNGAN HUKUM
PASIEN DAN RUMAH SAKIT
• PASIEN MENGGUNAKAN FASILITAS
RUMAH SAKIT DALAM RAWAT INAP
• DAPAT TERMASUK JASA
PELAYANAN DOKTER ATAU TANPA
• HAK DAN KEWAJIBAN TIMBAL
BALIK
• MENDAPATKAN PELAYANAN
SESUAI DENGAN SOP
 HUBUNGAN HUKUM DOKTER
DAN RUMAH SAKIT
• HUBUNGAN KETENAGAKERJAAN
(DOKTER IN), BERLAKU KETENTUAN
KETENAGAKERJAAN
• HUBUNGAN KONTRAK (DOKTER
OUT), DOKTER HANYA
MENGGUNAKAN FASILITAS RS
• TIDAK LAZIM MENGUTIP JASA DARI
DOKTER
 TANGGUNGJAWAB
HUKUM
• RESPONSIBILITY
• LIABILITY

• PERIKATAN DOKTER DAN PASIEN

BERBENTUK PERIKATAN IKHTIAR,
MAKA GUGATANNYA SULIT UNTUK
WANPRESTASI, BIASANYA ADALAH
BERDASARKAN PMH
 GUGATAN PMH
PASAL 1366KUHPERDT
• PERBUATAN MELAWAN HUKUM
• KELALAIAN
• KERUGIAN
• HUBUNGAN KAUSAL ANTARA
KELALAIAN DAN KERUGIAN
 PERBUATAN MELAWAN
HUKUM
(KESALAHAN/KELALAIAN)
• PERBUATAN MELAWAN HUKUM ADALAH
APABILA TERJADI PELANGGARAN
TERHADAP UNDANG-UNDANG,
KETERTIBAN DAN KESUSILAAN
• KESALAHAN APABILA DILAKUKAN
DENGAN SENGAJA, SEDANGKAN
KELALAIAN APABILA DILAKUKAN
DENGAN TIDAK SENGAJA
 KESALAHAN/KELALAIAN
MEDIK
• YANG DAPAT MENENTUKAN
KESALAHAN/KELALAIAN MEDIK
ADALAH ORANG YANG SATU
PROFESI DENGAN SITUASI DAN
KONDISI YANG SAMA
• POLISI, HAKIM, JAKSA TIDAK
DAPAT MENENTUKAN ADANYA
KESALAHAN/ KELALAIAN MEDIK
 RESIKO
• DAPAT DIPREDIKSI, DALAM ARTI AGAK
SERING TERJADI, MAKA PASIEN
DIBERITAHUKAN
• RESIKO YANG JARANG TERJADI, MAKA
PASIEN TIDAK PERLU DIBERITAHUKAN
• YANG PENTING PENANGAN AKIBAT
DARI RESIKO
• UKURANNYA TEMAN SEJAWAT
 KERUGIAN
• KERUGIAN DAPAT BERUPA
KERUGIAN MATERIIL MA PUN
KERUGIAN IMATERIIL
• GUGATAN IMATERIIL. HARUS
DIKONVERSI DENGAN UANG
• PENCEMARAN NAMA BAIK,
PERASAAN TIDAK
MENYENANGKAN DSB
 HUBUNGAN KAUSAL
• HUBUNGAN KAUSAL ANTARA
KESALAHAN DAN KERUGIAN,
ARTINYA KERUGIAN YANG
DIDERITA OLEH PASIEN ADALAH
DISEBABKAN OLEH
KESALAHAN/KELALAIAN DOKTER
 GANTIRUGI
• MATERIIL
• IMATERIIL
• GANTIRUGI DITETAPKAN OLEH HAKIM
• DI BELANDA GANTIRUGI TIDAK BESAR,
BIASANYA DIBAYAR OLEH ASURANSI,
KARENA SEMUA DOKTER MENUTUP
ASURANSI KERUGIAN
 BEBAN PEMBUKTIAN
PASAL 1886 KUHPERDT
• YANG MENDALILKAN HARUS
MEMBUKTIKAN
• PENGALIHAN BEBAN PEMBUKTIAN
APABILA KESALAHAN DOKTER
TERLIHAT DENGAN JELAS
• TIDAK BERLAKU STRICT LIABILITY
 PENGALIHAN BEBAN
PEMBUKTIAN
• PENGALIHAN PEMBUKTIAN: TERGUGAT
DIBEBANKAN OLEH HAKIM UNTUK
MEMBUKTIKAN TIDAK BERSALAH
• PENGGUGAT HANYA PERLU
MEMPERLIHATKAN ADA KERUGIAN
• PENGGUGAT AKAN MENDAPATKAN
GANTIRUGI, CUKUP DENGAN
MEMPERLIHATKAN ADANYA KERUGIAN
YANG DIDERITA
 VICARIUS LIABILITY
• VICARIUS LIABILITY:
TANGGUNGJAWAB MAJIKAN
BUKAN HANYA HANYA ATAS
PERBUATAN MELAWAN HUKUM
YANG DILAKUKAN SENDIRI, JUGA
TERHADAP PERBUATAN MELAWAN
HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH
KARYAWANNYA (PS 1367 KUHP)
TANGGUNGJAWAB SENDIRI
• NAMUN ANTARA KARYAWAN DAN
MAJIKAN TERDAPAT PERHITUNGAN
SENDIRI, PADA INTINYA SETIAP ORANG
YANG MELAKUKAN
KESALAHAN/KELALAIAN HARUS
BERTANGGUNGJAWAB
• ARTINYA PENGGUGAT AKAN
MENGGUGAT MAJIKAN
• TENAGA KESEHATAN LAIN (PERAWAT,
BIDAN) ADALAH KARYAWAN RS:
TANGGUNGJAWAB MAJIKAN (1367 KUHP)
 HAK UNTUK MENENTUKAN
DIRI SENDIRI
• THE RIGHT OF SELF DETERMINATION
• HAK ASASI PASIEN YANG PALING
ASASI
• TERMASUK HAK UNTUK MENOLAK
PENGOBATAN
• TIDAK TERMASUK HAK UNTUK MATI
SECARA BAIK (EUTHANASIA)
MENGHENTIKAN PENGOBATAN
YANG SIA-SIA
• KEWAJIBAN DOKTER UNTUK
MENGHENTIKAN PENGOBATAN
YANG SIA-SIA
• DENGAN PERSETUJUAN PASIEN
ATAU KELUARGA PASIEN, APABILA
PASIEN DIANGGAP TIDAK
SANGGUP MEMBERIKAN
KEPUTUSAN
 PENOLAKAN PENGHENTIAN
PENGOBATAN YANG SIA-SIA
• SETELAH DIBERIKAN INFORMASI, PASIEN
INGIN MENERUSKAN PENGOBATAN,
MAKA DOKTER HARUS MELANJUTKAN
PENGOBATAN
• YANG PERLU DIBERIKAN ADALAH
PENGOBATAN SEMU, KALAU DOKTER
BERPENDAPAT TIDAK ADA GUNANYA
LAGI
 PULANG ATAS PERMINTAAN
SENDIRI
• HAK ASASI PASIEN UNTUK
MENENTUKAN DIRI SENDIRI (TROS)
• HAK UNTUK MENOLAK
PENGOBATAN
• HARUS DIHORMATI, MESKI PUN
AKAN MENYEBABKAN KEMATIAN
PASIEN, SETELAH DIBERIKAN
INFORMASI YANG BENAR
 KEADAAN DARURAT
• KEWAJIBAN DOKTER UNTUK
MEMBANTU
• PILIHAN ANTARA DUA KEADAAN
DARURAT
• TIDAK MEMBANTU DIHUKUM
MAKS 1 TH KURUNGAN ATAU
DENDA MAKS 50 JUTA RUPIAH
 SEKIAN

DAN

TERIMA KASIH
HUKUM PERIKATAN
WILA CHANDRAWILA SUPRIADI
 SISTEM BUKU III KUHP
•TERBUKA:
TERDAPAT KEBEBASAN PARA PIHAK
YANG TERIKAT UNTUK
MENENTUKAN ATURAN ASALKAN
TIDAK BERTANTANGAN DENGAN
UNDANG-UNDANG, KESUSILAAN
DAN KETERTIBAN (KEBEBASAN
BERKONTRAK)
 HUBUNGAN HUKUM
• HUBUNGAN HUKUM KELUARGA
(HUBUNGAN DARAH DAN
HUBUNGAN SEMENDA)
• HUBUNGAN HUKUM HARTA
KEKAYAAN (PERIKATAN –
VERBINTENIS)
 HUKUM PERIKATAN
PASAL 1233 KUHPERDT
• PERIKATAN LAHIR KARENA PERJANJIAN DAN
UNDANG-UNDANG
• JUGA DISEBUT SEBAGAI HUKUM PERUTANGAN

PERIKATAN
• PERIKATAN (VERBINTENIS) ADALAH HUBUNGAN
HUKUM DI MANA DI DALAMNYA TERDAPAT HAK DAN
KEWAJIBAN TIMBAL BALIK
• TERDAPAT PRESTASI SEBAGAI OBJEK DARI
PERIKATAN
 MACAM-MACAM PERIKATAN
• BERSYARAT
• KETETAPAN WAKTU
• ALTERNATIF
• TANGGUNG MENANGGUNG
• DAPAT DIBAGI DAN TIDAK DAPAT DIBAGI
• PENETAPAN HUKUMAN

DOKTRIN HUKUM PERIKATAN

DUA MACAM PERIKATAN
1. PERIKATAN HASIL (RESULTAAT VERBINTENIS )
2. PERIKATAN IKHTIAR (INSPANNING VERBINTENIS)
 PRESTASI
• MEMBERIKAN SESUATU
• BERBUAT SESUATU
• TIDAK BERBUAT SESUATU

UKURAN PRESTASI
• PADA RESULTAAT VERBINTENIS,
DIKATAKAN PRESTASINYA TERUKUR
• PADA INSPANNING VERBINTENIS
PRESTASINYA SULIT UNTUK DIUKUR,
KARENA PRESTASINYA BERUPA IKHTIAR
(UPAYA SEMAKSIMAL MUNGKIN)
 WANPRESTASI
WANPRESTASI (INGKAR JANJI)
• PRESTASI TIDAK DIPENUHI SAMA
SEKALI;
• DIPENUHI TETAPI TIDAK TEPAT
WAKTU;
• DIPENUHI TETAPI TIDAK SESUAI
DENGAN YANG DIPERJANJIKAN
PERIKATAN YANG LAHIR DARI
PERJANJIAN
• PERJANJIAN ADALAH SEPAKAT
SATU ORANG ATAU LEBIH
MENGIKATAN DIRI KEPADA SATU
ORANG ATAU LEBIH
• PERJANJIAN HARUS DIBUAT
SECARA SAH (PASAL 1320
KUHPERDT)
 SAHNYA PERJANJIAN
• KESEPAKATAN
• KECAKAPAN
• OBJEK TERTENTU
• KAUSA YANG HALAL
 KESEPAKATAN
• DIBERIKAN DENGAN BEBAS
• TANPA PAKSAAN, PENIPUAN DAN
KEKHILAPAN
• DAPAT DIBATALKAN APABILA ADA
PENIPUAN, PEMAKSAAN DAN
KEHKILAPAN
• 6 BULAN BERLALU HAK UNTUK
MEMBATALKAN GUGUR
 KECAKAPAN
(BEKWAAMHEID)
• DEWASA (UU PERKAWINAN 18
TAHUN; KUHPERDT 21 TAHUN)
• TIDAK DI BAWAH PENGAMPUAN
• DAPAT DIBATALKAN APABILA
DILAKUKAN OLEH ORANG YANG
TIDAK CAKAP
• 6 BULAN TIDAK DIBATALKAN, HAK
GUGUR
 OBJEK TERTENTU
• TUJUAN DAPAT DICAPAI/HARUS
TERTENTU (JELAS)
• TIDAK DAPAT DICAPAI/TIDAK
JELAS, BATAL DEMI HUKUM
• PERLU UNTUK MENETAPKAN
KEWAJIBAN YANG BERUTANG
APABILA ADA PERSELISIHAN
 KAUSA YANG HALAL
• CAUSA - SEBAB
• DIPERBOLEHKAN DALAM ARTI
TIDAK MELANGGAR UU,
KESUSILAAN DAN KETERTIBAN
• BATAL DEMI HUKUM
• KAUSA BERBEDA DENGAN MOTIF
• CONTOH JUAL BELI PISAU HALAL
GANTURUGI WANPRESTASI
• MATERIIL (BIAYA, KERUGIAN DAN
BUNGA)
• KEUNTUNGAN YANG HILANG
• GANTIRUGI KETERLAMBATAN
PERIKATAN YANG LAHIR DARI
UNDANG-UNDANG
• UU (DOKTER DAN KORBAN KECELAKAAN
)
• PERBUATAN ORANG
PERBUATAN YANG DIPERBOLEHKAN
(PEMBAYARAN TANPA HUTANG DAN
ZAAKWAARNEMING)
PERBUATAN YANG MELANGGAR HUKUM
(ONRECHTMATIGEDAAD)
 TANGGUNGJAWAB HUKUM
(LIABILITY)
PASAL 1365 KUHPERDT
• BARANGSIAPA YANG KARENA
KESALAHANNYA MENIMBULKAN
KERUGIAN DIHARUSKAN UNTUK
MEMBAYAR GANTI RUGI
PASAL 1366 KUHPERDT
• KARENA KELAIAIANNYA
 UNSUR-UNSUR PMH
• PERBUATAN MELANGGAR HUKUM
• KESALAHAN/KELALAIAN
• KERUGIAN
• HUBUNGAN KAUSAL
• MELANGGAR UNDANG-UNDANG
• MELANGGAR HAK ORANG LAIN
• TIDAK MELAKSANAKAN KEWAJIBAN
• MELANGGAR KESUSILAAN
• BERTENTANGAN DENGAN SIKAP BAIK
YANG BERLAKU DI DALAM
MASYARAKAT
 TANGGUNGJAWAB MAJIKAN
(VICARUIS LIABILITY)
PASAL 1367 KUHPERDT
• SESEORANG TIDAK HANYA
BERTANGGUNGJAWAB TERHADAP
KESALAHAN YANG DIBUATNYA, JUGA
ATAS KESALAHAN DARI ORANG YANG
ADA DI BAWAH KEKUASAANNYA (GURU,
ORANGTUA DAN KEPALA TUKANG)
 STRICT LIABILITY
• LIABILITY WITHOUT FAULT
• MESKI PUN TIDAK TERDAPAT
KESALAHAN, TERJADI KERUGIAN,
MAKA DIWAJIBKAN GANTIRUGI
• HANYA DALAM MSALAH
LINGKUNGAN
 HUKUM PERLINDUNGAN
KONSUMEN
• PENGALIHAN BEBAN PEMBUKTIAN
• PELAKU USAHA HARUS
MEMBUKTIKAN DIA TIDAK
BERSALAH
• KONSUMEN HANYA PERLU
MEMBUKTIKAN ADANYA
KERUGIAN YANG DIDERITA
 SEKIAN

DAN

TERIMA KASIH