7 Maret 2017
Spesifikasi Teknis Rencana Kerja dan Syarat
PEKERJAAN INSTALASI PEMADAM KEBAKARAN Hal - 1
4. CATATAN …………….……..…….................................................................... . 31
Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi atau mengacu kepada peraturan
daerah maupun nasional, keputusan menteri, assosiasi profesi internasional, standar nasional
maupun internasional yang terkait. Pemborong dianggap sudah mengenal dengan baik standar
dan acuan nasional dan dari Amerika. Adapun standar atau acuan yang dipakai, tetapi tidak
terbatas, antara seperti dibawah ini :
Umum :
1. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-1735-2000 tentang Tata Cara Perencanaan
Bangunan dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan
Gedung.
2. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-1736-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem
Proteksi Pasif Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
3. Standar Nasional Indonesia No. SNI 03-1746-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Dan
Pemasangan Sarana Jalan Keluar Untuk Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Gedung.
4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 441/KPTS/2000, tentang Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung (Building Code of Indonesia).
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. : 26/PRT/M/2008, tanggal 30
Desember 2008, tentang “Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan”.
6. PERDA DKI No. 8 Tahun 2008 tentang “Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya
Kebakaran”.
7. Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 1992, tentang Bangunan Dalam Wilayah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
8. Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.115 Tahun 2001 tentang sumur resapan air
hujan.
9. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang seperti PLN, PT. Telkom,
PDAM, PN Gas, DPU, Depnaker yang sesuai dengan pekerjaan ini.
10. Himpunan Ketentuan Hukum dan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Lingkungan
Hidup 2004, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Propinsi DKI Jakarta
(Local Environment Laws and Regulations).
1.2 Pelaksana
1. Perusahaan yang memiliki Surat Ijin Instalasi dari Instansi yang berwenang dan telah biasa
mengerjakannya.
2. Khusus untuk instalasi peralatan utama, harus sebagai agen resmi dari merek yang
ditawarkan, atau bekerja sama dengan pemegang merek yang ditawarkan.
3. Khusus untuk ijin dari Instalasi PLN, PAM dan Gas diperkenankan bekerja sama dengan
perusahaan lain yang telah memiliki PAS yang sesuai dengan kelas pekerjaan tersebut.
PASAL 2 – GAMBAR-GAMBAR
2. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan, sedangkan
pemasangannya harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dan bangunan yang ada,
petunjuk instalasi dari pabrik pembuat dan mempertimbangkan juga kemudahan
pengoperasian dan pemeliharaan jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.
3. Gambar-gambar Arsitek, Struktur dan Interior serta Specialists lainnya (bila ada) harus
dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail finishing instalasi.
4. Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong harus mengajukan gambar kerja dan detail, “shop
drawings” kepada Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi untuk dapat diperiksa
dan disetujui terlebih dahulu sebanyak 3 (tiga) set. Dengan mengajukan gambar-gambar
tersebut, Pemborong dianggap telah mempelajari situasi dari instalasi lain yang
berhubungan dengan instalasi ini. Persetujuan tersebut tidak berarti membebaskan
Pemborong dari kesalahan yang mungkin terjadi dan dari tanggung jawab atas pemenuhan
kontrak.
6. Operating, Instruction, Technical and Maintenance Manuals harus cetakan asli (Original)
berikut terjemahannya dalam Bahasa Indonesia sebanyak 5 (lima) set dan dijilid dan
dilengkapi dengan daftar isi, notasi dan penjelasan lainnya, dalam ukuran A4.
PASAL 3 – KOORDINASI
1. Pemborong instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Pemborong lainnya, agar
pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
2. Koordinasi yang baik perlu ada, agar instalasi yang satu tidak menghalangi kemajuan
instalasi yang lain.
3. Apabila pelaksanaan instalasi ini tidak mengindahkan koordinasi dari Direksi/Pengawas
lapangan/manajemen Konstruksi, sehingga menghalangi instalasi yang lain, maka semua
akibatnya menjadi tanggung jawab Pemborong ini.
1. Pemborong harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan kapasitas
peralatan yang akan dipasang. Apabila ada sesuatu yang diragukan, Pemborong harus
segera menghubungi Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi atau membuat
penyampaian tertulis ke Manajemen Konstruksi. Pengambilan ukuran dan/atau pemilihan
kapasitas peralatan yang salah akan menjadi tanggung jawab Pemborong.
2. Sebelum melakukan pemesanan semua peralatan, bahan dan material, Pemborong harus
mengajukan persetujuan terlebih dahulu kepada Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen
Konstruksi/Perencana, dan setelah disetujui baru Pemborong dapat melakukan pemesanan
peralatan, bahan dan material tersebut.
3. Pemborong harus memberikan surat jaminan keagenan maupun jaminan bahwa
perakitan/pengkopelan dikerjakan oleh pabrik pembuat atau oleh distribusi utama yang
ditunjuk oleh pabrik pembuat peralatan seperti Mesin, Pompa, Panel-panel, Valve-valve, Alat
Ukur, Pipa, Tangki dan sebagainya.
4. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Pemborong harus menyerahkan
gambar kerja dan detailnya seperti tercantum dalam pasal-2 ayat 4 di atas.
1. Pemborong instalasi ini harus melakukan semua testing dan commissioning yang dianggap
perlu mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat
memenuhi semua persyaratan yang diminta, sesuai dengan prosedur testing dan
commissioning dari pabrik pembuat dan instansi yang berwenang.
2. Semua bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk mengadakan testing tersebut
merupakan tanggung jawab Pemborong termasuk daya listrik dan air untuk testing.
3. Sebelum mengadakan testing commissioning, pemborong terlebih dahulu harus
mengajukan metoda pengetesan berikut peralatan testing commissioning yang sudah
terkalibrasi atau mendapat persetujuan pihak Pengawas Lapangan/MK.
4. Testing & Commisioning dilaksanakan selama 1 x 24 jam.
1. Peralatan dan sistem instalasi ini harus digaransi selama 1 (satu) tahun terhitung sejak saat
penyerahan pertama.
2. Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama 12 (dua belas) bulan sejak saat masa
penyerahan pertama.
3. Selama masa pemeliharaan ini, Pemborong instalasi ini diwajibkan mengatasi segala cacat/
kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.
4. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan masih
merupakan tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.
5. Selama masa pemeliharaan ini, apabila Pemborong instalasi ini tidak melaksanakan teguran
dari Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi atas perbaikan/ penggantian/
penyetelan yang diperlukan, maka Direksi/Pengawas Lapangan/ Manajemen Konstruksi
berhak menyerahkan perbaikan/penggantian/ penyetelan tersebut kepada pihak lain atas
biaya Pemborong instalasi ini.
6. Selama masa pemeliharaan ini, Pemborong instalasi ini harus melatih petugas-petugas yang
ditunjuk oleh Pemilik dalam teori dan praktek sehingga dapat mengenali sistem instalasi dan
dapat melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaannya.
7. Serah terima pertama dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah ada bukti pemeriksaan
dengan hasil yang baik yang ditanda tangani bersama oleh Pemborong dan Direksi/Pengawas
Lapangan/Manajemen Konstruksi serta dilampiri Surat ijin Pemakai dari Instansi yang
berwenang, dimana surat ijin tersebut merupakan kelengkapan pengurusan IPB.
8. Pada waktu unit-unit mesin tiba di lokasi, maka Pemborong harus menyerahkan daftar
komponen/part list seluruh komponen yang akan dipasang dan dilengkapi dengan gambar
detail/photo dari masing-masing komponen tersebut, lengkap dengan manualnya. Daftar
komponen tersebut diserahkan pada Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi
dan Pemberi Tugas masing-masing 1 (satu) set.
9. Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah:
• Berita Acara serah terima kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam keadaan
baik, ditandatangani bersama oleh Pemborong, Direksi/Pengawas Lapangan
Manajemen Konstruksi dan Pemberi Tugas.
• Pemborong telah menyerahkan semua Surat ijin Pemakaian dari Instansi Pemerintah
yang berwenang, sehingga instalasi yang telah terpasang dapat dipakai tanpa menyalahi
peraturan dari Instansi yang bersangkutan.
• Semua gambar instalasi terpasang beserta Operating, Instruction, Technical dan
Maintenance Manuals rangkap 5 (lima) terdiri atas 1 (satu) set asli dan 4 (empat) copy
telah diserahkan kepada Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi.
• Menyerahkan spare part dan tools (sesuai persetujuan Manajemen Konstruksi &
Pemberi Tugas).
PASAL 7 – LAPORAN-LAPORAN
Pemborong wajib membuat laporan harian dan laporan mingguan yang memberikan gambaran
mengenai :
1. Kegiatan fisik
2. Catatan dan perintah Direksi/Manajemen Konstruksi yang disampaikan secara lisan maupun
secara tertulis.
3. Jumlah material masuk/ditolak.
4. Jumlah tenaga kerja.
5. Keadaan cuaca, dan
6. Pekerjaan tambah/kurang.
Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian dan setelah ditandatangani oleh
Project Manager harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi
untuk diketahui/disetujui.
Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan harus disaksikan oleh pihak
Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen.
1. Pemborong instalasi ini harus menetapkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang
ahli dan berpengalaman yang harus selalu berada dilapangan, yang bertindak sebagai wakil
dari Pemborong yang mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan teknis dan
yang bertanggung jawab penuh dalam menerima segala instruksi yang akan diberikan oleh
pihak Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi. Penanggung jawab tersebut di
atas juga harus berada di tempat pekerjaan pada saat diperlukan/dikehendaki oleh pihak
Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi.
2. Pemborong instalasi harus menyerahkan Struktur Organisasi berikut Curriculum Vitae untuk
key person.
3. Pihak Manajemen Konstruksi berhak meminta penggantian staff dari pemborong bila dinilai
tidak competen dan lalai dalam menjalankan tugas.
1. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan kondisi
lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Konsultan Perencana dan
Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi.
2. Pemborong instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada kepada
pihak Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi dalam rangkap 3 (tiga).
PASAL 10 – IJIN-IJIN
Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh biaya yang
diperlukan menjadi tanggung jawab Pemborong.
Pemborong harus mengajukan ijin pelaksanaan setiap ingin melaksanakan pekerjaan dan
dilengkapi dengan shop drawing yang telah disetujui/diapproval.
1. Pembobokan tembok maupun core drill terhadap lantai, dinding dan sebagainya yang
diperlukan dalam pelaksanaan instalasi ini serta mengembalikannya ke kondisi semula,
menjadi lingkup pekerjaan Pemborong instalasi ini.
2. Pembobokan/pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada persetujuan
dari pihak Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi secara tertulis.
1. Pemeriksaan rutin dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Pemborong instalasi
ini secara periodik dan tidak kurang dari tiap 2 (dua) minggu.
2. Pemeriksaan khusus dalam masa pemeliharaan harus dilaksanakan oleh Pemborong
instalasi ini, apabila ada permintaan dari pihak Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen
Konstruksi dan atau bila ada gangguan dalam instalasi ini.
1. Wakil Pemborong (PM/SM) harus selalu hadir dalam setiap rapat proyek yang diatur oleh
Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi.
2. Direksi Pemborong wajib hadir dalam rapat proyek bila dikehendaki oleh Manajemen
Konstruksi dan Pemberi Tugas.
2. LINGKUP PEKERJAAN
2.1 UMUM
Lingkup pekerjaan ini akan meliputi perhitungan, evaluasi, proposal, pengadaan, pemasangan,
pengujian sampai dengan berfungsi dengan sempurna, garansi, sertifikasi, service,
pemeliharaan, penyediaan gambar terinstalasi (as built-drawings), petunjuk operasi dan
pemeliharaan serta melakukan pelatihan untuk petugas dari pihak pemilik bangunan (owner).
Pemborong harus bertanggung jawab untuk mengenali dengan baik semua persyaratan yang
diminta di dalam spesifikasi ini, termasuk gambar-gambar, perincian penawaran (bills of
quantity), standard dan peraturan yang terkait, petunjuk dari pabrik pembuat, peraturan
setempat, keadaan lapangan nantinya untuk keperluan pengangkutan unit sampai ke ruang atau
lokasi pemasangan dan perintah dari Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi
selama masa pelaksanaan pekerjaan.
Klaim yang terjadi atas pengabaian hal-hal di atas tidak akan diterima. Bila ternyata terdapat
perbedaan antara spesifikasi peralatan dan material yang dipasang dengan spesifikasi yang
dipersyaratkan, hal tersebut merupakan kewajiban pemborong untuk menggantinya tanpa ada
penggantian biaya.
Lingkup pekerjaan utama ini akan meliputi tetapi tidak terbatas pada :
1. Pengadaan, pemasangan dan pengujian pompa kebakaran yaitu Pompa Kebakaran Listrik
(EFP) kapasitas : 1000 Gpm, Pompa Kebakaran Diesel (DFP) kapasitas : 1000 Gpm,
Pompa Pacu/Jockey (JFP) kapasitas : 50 Gpm. Lengkap dengan tangki solar untuk 6 jam.
2. Pengadaan, pemasangan dan pengujian panel control semua pompa di atas, lengkap
dengan kabel power dan control antar pompa dan antar panel serta ke MCFA.
3. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem instalasi sprinkler lengkap dengan main
control valve, branch control valve, drain valve dan kelengkapan lainnya,
4. Pengadaan, pemasangan dan pengujian instalasi dan peralatan hydrant gedung dan
halaman lengkap dengan kotak hydrant dan katub-katub serta perlengkapan lainnya.
5. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Fire Extinguisher Portable (FE) jenis CO2, DCP,
foam di Heliped area dan Fire Suspression system di ruang panel TM/TR, trafo, genset, LMR
dan lainnya sesuai gambar rencana.
6. Pengadaan, pemasangan dan pengujian Siamese connection.
7. Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem distribusi, instalasi pemipaan tersebut.
8. Pengadaan, pemasangan dan pengujian instalasi drain dari instalasi pemadam kebakaran.
9. Melakukan testing dan commissioning instalasi tersebut.
10. Membuat “shop drawing” sebelum memulai pekerjaan.
11. Pengujian baik oleh Pemborong maupun oleh instansi yang berwenang berikut perizinan
yang berlaku.
12. Membuat “Pedoman Operasi” yang diserahkan pada saat akan memulai pekerjaan.
13. Membuat “Pedoman Pemeliharaan”
14. Membuat “As built Drawing.
15. Melatih calon operator dan teknisi.
16. Memberi masa pemeliharaan untuk waktu 1 (satu) tahun, sejak serah terima pertama.
Pekerjaan yang diuraikan di dalam spesifikasi ini adalah pekerjaan yang mempunyai hubungan
dengan instalasi lain atau instalasi yang sudah ada (existing) yang harus secara lengkap dan
terkoordinasi dikerjakan oleh Pemborong instalasi ini.
• Menyambung kabel tegangan rendah dari Pemborong Listrik ke panel pompa kebakaran.
• Menyambung kabel control dari sistem fire alarm.
• Menyambung kabel control yang datang dari BAS.
Koordinasi dengan Pemborong lain maupun Instansi terkait untuk menjamin bahwa instalasi
tersebut sudah lengkap, benar, aman dan memenuhi persyaratan
Pekerjaan yang diuraikan di dalam spesifikasi ini adalah pekerjaan struktur, sipil atau finishing
yang diperlukan untuk keperluan operasi dan pemeliharaan instalasi ini yang harus dikerjakan
oleh Pemborong ini, kecuali disebutkan lain bahwa akan dikerjakan oleh Pemborong lain.
Pekerjaan yang diuraikan di dalam spesifikasi ini adalah pekerjaan yang mempunyai kaitan
dengan instalasi ini, tetapi akan dikerjakan oleh Pemborong lain.
Pekerjaan yang diuraikan di dalam spesifikasi ini adalah pekerjaan yang mempunyai kaitan
dengan instalasi ini, tetapi akan dikerjakan oleh Pemilik/Pemberi Tugas.
• Menyediakan surat yang diperlukan untuk perijinan ke instansi terkait (bila ada)
Pekerjaan yang diuraikan di dalam spesifikasi ini adalah pekerjaan yang mempunyai kaitan
dengan instalasi ini, tetapi akan dikerjakan oleh Konsultan MK.
3. SPESIFIKASI TEKNIS
a. Pompa Kebakaran dengan penggerak listrik (Electric Driven Fire Pumps) dan penggerak
diesel (Diesel driven fire pumps) dengan kapasitas 1000 Gpm, harus mengikuti standard
NFPA-20 yang terbaru, dan mampu memasok kebutuhan air pemadam kebakaran sampai
batas 150% maksimum kemampuan pompa pada tekanan pompa 65% dari tekanan kerja
normal pompa pemadam kebakaran, dengan kemampuan menghisap 15 ft (4,6 m) dan
pada saat berhenti tekanan (shut-off head) tidak boleh lebih/kurang dari 140% tekanan
normal pompa pada setiap saat secara otomatis.
b. Tekanan pompa dan kapasitas pompa yang tertulis dalam spesifikasi harus dievaluasi ulang
berdasarkan gambar pelaksanaan nantinya.
c. Performance curve dari pompa harus diserahkan paling lambat 4 minggu setelah SPK turun.
d. Pompa utama kebakaran harus tipe Horizontal Split case dengan putaran tidak lebih dari
3.000 rpm.
e. Casing pompa harus terbuat dari cast iron atau cast steel yang sesuai dengan tekanan kerja
pompa. Impeller harus terbuat dari bronze, heavy duty steel shaft. Seal pompa harus terbuat
dari gland packing dan heavy duty grease lubricated bearings.
g. Pompa tersambung langsung dengan penggeraknya dan terletak pada grid frame yang
dapat tiap unitnya dikeluarkan tersendiri.
h. Sambungan coupling yang tidak berisik harus disediakan dengan terdapat lubang untuk
pengecekan ke sambungan/coupling tersebut setelah dalam keadaan selesai terpasang.
i. Pressure relief valve harus dipasang pada sambungan pipa sesuai gambar rencana &
sesuai dengan NFPA 20, dengan pengeluarannya kearah tangki pemadam kebakaran.
j. Pabrik pembuat pompa kebakaran harus mengeluarkan “Sertifikat Test Perpormace Asli”
dari pompa yang dimaksud untuk dikirimkan kepada pemilik (End User), yang menyatakan
bahwa pompa tersebut betul-betul mengikuti standards NFPA-20.
l. Pabrik pembuat pompa kebakaran harus mengeluarkan “Sertifikat Comply with American
Standar” dari pompa yang dimaksud untuk dikirimkan kepada pemilik (End User).
m. Kabel listrik harus terlindung dari kemungkinan terjadinya kebakaran, dan kabel listrik yang
dipakai harus dari jenis minimal kabel FRC.
• Motor pompa harus mendapat sumber daya dari PLN dan Genset otomatis.
• Bilamana pompa hydrant sedang bekerja dengan sumber daya dari PLN dan tiba-tiba
PLN mati maka secara otomatis Emergency genset menjalankan pompa kebakaran.
• Motor pompa harus mengikuti standard NFPA-20 yang terbaru.
• Daya motor pompa harus pada end curve dari grafik kerja pompa (performance curve).
• Motor pompa kebakaran harus special/khusus untuk pompa kebakaran.
• Motor pompa kebakaran harus mengikuti standard NEMA MG-1 dan harus demarking
NEMA Design B.
• Motor pompa harus dapat mencover seluruh kebutuhan daya dari seluruh duty point
pompa kebakaran tersebut ditambah 1,15 faktor keamanan.
• Motor pompa tidak boleh over load pada End Curve (maksimum daya pompa) dari
pompa kebakaran yang digerakkan.
• Accessories motor pompa harus mengikuti standard NFPA-70.
• Motor pompa harus dilengkapi dengan sleeve ball bearing atau roller bearing.
• Kecepatan motor tidak boleh melebihi dari 3000 rpm.
• Name plate.
Motor pompa harus terpasang name plate yang bergrafir, dimana berisikan sebagai
berikut :
Nama dari pabrik pembuat
Jenis motor dan nomor serinya
Continuous rated power output
Working voltage and frequency
RPM at full load
Full load current
Instruction for lubricating bearings
Semua bagian/parts dari motor harus terpasang setidak-tidaknya minimal 150 mm
diatas level lantai.
• Mesin penggerak desel harus dilengkapi dengan Fuel Oil tank untuk 6 jam operasi
diesel pada full load sesuai dengan NFPA-20, dan letak fuel oil tank harus lebih tinggi
dari pompa bahan bakar dari diesel genset, agar distribusi bahan bakar dapat dilakukan
secara grafitasi.
• Mesin penggerak diesel harus dilengkapi dengan Hydraulic Connection dan Electrical
Connection.
a. Pompa jockey dengan kapasitas 50 Gpm harus dari jenis pompa vertical multi stage, 2900
rpm, dengan kapasitas dan tekanan sesuai dengan gambar tender atau yang tertera dalam
equipment schedule dalam spesifikasi ini.
b. Pompa jockey harus dapat mempertahankan tekanan air dalam sistem bila terdapat
kebocoran yang kecil tanpa terjadi false alarm.
c. Pompa jockey harus mempunyai tekanan start 0,4 bar di atas tekanan kerja pompa utama
kebakaran dan tekanan stop 0,9 bar di atas tekanan kerja pompa kebakaran.
d. Power dan kontrol panel harus mengacu dan sesuai dengan standard NFPA-20.
a. Setiap switch pada sumber tenaga yang menuju motor harus diberi tanda tulisan: SEMUA
SUPLAI SUMBER TENAGA (POWER) KE MOTOR POMPA KEBAKARAN TIDAK BOLEH
PADA POSISI OFF PADA SAAT TERJADI KEBAKARAN”.
b. Automatic control untuk sistem pompa kebakaran harus sesuai dengan standard NFPA.
Pompa harus dikontrol, bahwa pompa utama akan hidup (start) secara otomatis jika tekanan
turun pada pipa melebihi 5% dari normal tekanan static. Pompa harus mampu hidup (start)
dan berhenti (stop) secara manual.
c. Memasang pipa by-pass yang sesuai dengan kapasitas, untuk mengalirkan aliran air yang
kontinyu secara terus menerus ke setiap pompa pada kapasitas yang cukup untuk
menanggulangi over heating ketika pompa meluap. Sebab sekali pompa hidup (start),
pompa akan terus berjalan sampai berhenti (stop) secara manual. Maksudnya pada setiap
pompa harus disediakan dan diatur untuk “lead-lag duty” (dengan changeover) dan untuk
pompa “lagging” atau kedua akan bekerja jika pompa “lead” atau pertama gagal berfungsi
setelah berselang (dapat diatur) beberapa waktu diatas menutup starting circuit. Flow
switch, timer dll. harus digabungkan pada pipa keluaran dari pompa dan berhubungan
(interlock) sehingga hanya satu pompa yang dapat bekerja pada satu waktu. Pressure-
sensor switch harus tipe yang disetujui.
a. Electric control panel yang dipergunakan harus mengikuti standard NFPA-20 terakhir.
• Semua controllers dan transfer switched harus special/khusus dan listed untuk motor
listrik pompa pemadam kebakaran.
• Controllers harus demarked “Electric Fire Pump Controller” harus terdapat nama pabrik
pembuatnya.
• Lokasi controller harus terproteksi dari air dan harus diletakkan minimal 305 mm di atas
level lantai.
• Panel dari controller harus terpasang rapat mengikuti standard NEMA type 2 dan harus
diproof enclosures, serta harus digrounded sesuai NFPA-70 artikel 250 edisi terbaru.
• Electrical schematic diagram harus terpasang permanent di dalam control panel.
• Semua busbar dan wiring element harus direncanakan untuk continuous duty basis.
• Pressure Sswitch :
- Harus terletak di dalam control panel
- Harus mempunyai independent High and Low setting
- Dapat terbaca dengan mudah posisi penunjukkan tekanannya
- Harus dapat menahan momen dari pressure surge sampai 400 psi
- Shut off valve tidak diperkenankan dipasang dalam jalur pressure sensing
- No pressure snubbing permitted.
• Surge Arester harus dipasang dari setiap jalur/line atau load terminal dari isolation
switch ke tanah/ground.
• Ampere rating isolation switch harus minimum 115% dari Full Load Current rating dari
motor.
• Circuit Breakers :
- Continuous rating tidak boleh kurang dari 115% dari rated Full Load Current
rating dari motor.
- Overcurrent sensing element jenis non thermal type.
- Instantaneous trip setting tidak lebih besar dari 20 kali motor full load current.
• Harus dilengkapi dengan safety Equipped dengan isolating switch yang interlock
dengan enclosure door.
• Harus dilengkapi dengan automatic controller dan manual controller, emergency manual
run.
a. Diesel control panel yang dipergunakan harus mengikuti standard NFPA-20 terakhir.
• Semua controllers dan transfer switched harus special/khusus dan listed untuk diesel
engine pompa pemadam kebakaran.
• Controllers harus demarked “Diesel Engine Fire Pump Controller” harus terdapat nama
pabrik pembuatnya.
• Lokasi controller harus terproteksi dari air dan harus diletakkan minimal 305 mm diatas
level lantai.
• Panel dari controller harus terpasang rapat mengikuti standard NEMA type 2 dan harus
diproof enclosures, serta harus digrounded sesuai NFPA-70 artikel 250 edisi terbaru.
• Electrical schematic diagram harus terpasang permanent di dalam control panel.
• Semua busbar dan wiring element harus direncanakan untuk continuous duty basis.
• Pressure Switch :
- Harus terletak di dalam control panel
- Harus mempunyai independent High and Low setting
- Dapat terbaca dengan mudah posisi penunjukkan tekanannya
- Harus dapat menahan momen dari pressure surge sampai 400 psi
- Shut off valve tidak diperkenankan dipasang dalam jalur pressure sensing
- No pressure snubbing permitted.
Jenis kabel listrik dan control adalah FRC (Fire Resistant Cable/Kabel Tahan Api) minimum
untuk masa 2 jam.
Semua peralatan pompa utama (listrik & diesel), pompa pemacu/jockey dan panel control
pompa pemadam harus dilengkapi dengan instalasi pembumian/pentanahan.
b. Kotak hydrant gedung (class III NFPA-14) harus terdiri dari peralatan sebagai berikut :
• Steel box recessed type dicat duco warna merah dengan tulisan warna putih HYDRANT
o
pada tutup yang dapat dibuka 180 dan dilengkapi stopper.
• Box harus dilengkapi tombol tekan alarm, lampu alarm dan alarm horn.
• Hose rack untuk slang 40 mm, chromium plated bronze dengan jumlah gigi disesuaikan
dengan lebar box.
• Hydrant valve, chromium plated 40 mm dan 65 mm sambungan dan bentuk valve
disesuaikan dengan posisi pipa, yang harus dilengkapi dengan tanda arah membuka
dan menutup. Untuk valve 45 mm harus dilengkapi dengan orifice, sehingga tekanan
pada nozzle tidak kurang dari 65 psi (4,5 bar) dan tidak melebihi 100 psi (6,9 bar). Untuk
valve 65 mm tekanan minimum adalah 6,9 bar dan tekanan maksimum 9,65 bar, bila
tekanan pada valve 65 mm melebihi 9,65 bar harus dibuat zone tersendiri yang
dilengkapi Pressure Reducing Valve (PRV) sehingga tekanan tetap mulai dari 6,9 bar
sampai 9,65 bar maksimum.
• “JET” Firehose A-one type size 40 mm x 30 meter including couplings.
• Hydrant nozzle variable spray type size 40 mm.
• Kotak hydrant dilengkapi kaca dengan ketinggian 150 mm.
c. Kotak hydrant halaman (class III NFPA-14) harus terdiri dari peralatan sebagai berikut :
• Steel box outdoor type di cat duco warna merah dengan tulisan warna putih HYDRANT
o
pada tutup yang dapat dibuka 180 dan dilengkapi stopper.
• Hydrant valve, chromium plated 65 mm sambungan dan bentuk valve disesuaikan
dengan posisi pipa, yang harus dilengkapi dengan tanda arah membuka dan menutup.
Untuk valve 65 mm harus dilengkapi dengan orifice, sehingga tekanan pada nozzle
tidak kurang dari 6,9 bar dan tidak melebihi 9,65 bar.
• “JET” Firehose A-one type size 65 mm x 30 meter including couplings.
• Hydrant nozzle variable spray type size 65 mm.
a. Pilar Hydrant yang dipergunakan disini adalah jenis short two way dengan main valve dan
branch valves ukuran 100 x 65 x 65 mm.
b. Jenis coupling harus disesuaikan dengan model yang dipergunakan oleh Mobil Dinas
Kebakaran Kota.
a. Fire brigade connection yang dipergunakan disini adalah two way Siamese connection untuk
pemasangan free standing dengan ukuran 100 x 65 x 65 mm.
b. Fire brigade connection dibuat dari bronze lengkap dengan built-in check valve dan outlet
coupling yang sesuai dengan standard yang dipergunakan oleh Dinas Pemadam Kebakaran
Kota.
a. Untuk daerah umum dalam bangunan disediakan 1 buah PAR jenis Dry Chemical dan kapasitas
minimal 3 kg setiap luas 200 m2.
b. Untuk ruang mesin/produksi dan ruang pantry serta R. Elektrikal disediakan 1 buah PAR jenis
CO2 kapasitas minimal 5 kg untuk setiap ruangan.
c. Untuk ruangan transformer digunakan jenis CO2 kapasitas 25 kg yang dilengkapi dengan roda.
d. Untuk ruangan Genset digunakan jenis foam kapasitas 25 kg yang dilengkapi dengan roda.
e. PAR disediakan sebagai sarana pemadam awal yang dapat dilakukan oleh setiap penghuni
bangunan.
f. Setiap lokasi penempatan PAR agar diberikan petunjuk atau tulisan yang mudah dibaca.
g. PAR harus dilengkapi dengan bracket dan visual indicator yang dapat memperlihatkan jika PAR
sudah digunakan.
h. Untuk area Heliped, dilengkapi dengan FE jenis Foam & harus memenuhi standard & spesifikasi
dari Ditjen. Perhubungan Udara & DPK – DKI.
i. Untuk ruang-ruang Panel TM/TR, Trafo, Genset, LMR dan ruang lainnya sesuai gambar,
dilengkapi dengan Fire Suspression System.
j. Adapun jenis, kapasitas dan kelengkapan PAR adalah sesuai gambar perencanaan.
Sprinkler control valve terdiri dari dua yaitu Main Control Valve (MCV) dan Branch Control Valve
(BCV) untuk setiap lantai yang sesuai degan NFPA-13 yang terbaru.
• Main control valve, harus dipasang setiap maksimum 500 kepala sprinkler untuk bahaya
kebakaran ringan dan 1000 kepala sprinkler untuk bahaya kebakaran sedang.
• Main control valve harus mampu memberikan sinyal listrik kepada control alarm sistem
maupun dengan mekanikal alarm gong jika terjadi suatu aliran air sebesar satu kepala
sprinkler.
• Main control valve antara lain harus terdiri dari peralatan sebagai berikut :
- main stop valve lockable
- wet alarm valve
- water meter alarm gong set
- flow switch
- pressure indicator
- test valve set
• Pressure reducing valve harus dipasang sebelum MCV jika tekanan kerja seluruh
sistem lebih besar dari 9,65 bar.
• Branch control valve/TMS harus dipasang seperti tertera dalam gambar perencana.
• Branch control TMS valve harus mampu memberikan sinyal listrik kepada control alarm
sistem apabila terjadi aliran air sebesar satu kepala sprinkler.
• Branch control valve TMS antara lain harus terdiri dari peralatan sbb :
- branch stop valve lockable
- water flow switch, calibrated
- test valve lockable
- drain valve lockable
- sight glass.
• Sprinkler flushing harus dipasang dibagian ujung dari cabang pipa utama atau cabang
sub pipa utama.
• Sprinkler flushing dimaksud untuk membuang air mati dalam jaringan pipa sprinkler dan
saat pengujian.
• Sprinkler flushing terdiri dari pipa drain diameter 25 mm yang di tap dari ujung cabang
utama atau sub utama ke pipa tegak drain sprinkler melalui katup.
d. Kepala Sprinkler
• Kepala sprinkler yang dipergunakan disini dari jenis glass bulb, tipe pendant dengan
o
temperature 57 C untuk ruang umum, dibuat dari chromium plated brass yang
o
dilengkapi dengan flushing flange, dan tipe up-right dengan temperature 68 C untuk
o
ruang parkir, dan 90 C untuk dapur mempergunakan bronze finish serta tipe side wall
o
dengan temperature diatas 100 C untuk daerah ruang panel di tiap lantai.
• Sub-kontraktor harus menyediakan dan menyerahkan kepala sprinkler kepada pemilik,
6 kepala sprinkler untuk kebakaran ringan dan 24 sprinkler untuk kebakaran sedang.
Biaya pengadaan ini sudah termasuk dalam harga penawaran.
• Adapun jenis dan jumlah sprinkler adalah sesuai dengan penjelasan spesifikasi teknis &
gambar perencanaan.
Karakteristik Bahaya Kebakaran Sedang (Ordinary hazard) sesuai dengan NFPA-13 terbaru.
a. Tangki air pemadam kebakaran berfungsi untuk menyediakan persediaan air pemadam
kebakaran selama 60 menit. Kapasitas tangki air pemadam kebakaran adalah 227 m3.
Tangki air pemadam kebakaran ini berkombinasi dengan tangki air bersih, dimana lokasi
tangki ini berada di daerah ruang utility/pompa.
• Manhole
• Ladder (tangga monyet) dari stainless steel
• Pipa vent penghubung maupun pipa vent keluar
• Pipa peluap
• Level Indicator
• Sleeve untuk laluan pipa masuk, pipa isap, pipa penguras, kabel dsb.
• Semua pipa vent dan pipa peluap harus dilengkapi dengan kawat kasa/nyamuk yang
berguna untuk mencegah serangga masuk ke dalam tangki.
c. Air pengisi tangki, dimana apabila air di dalam tangki telah mencapai batas yang ditentukan,
maka supplai air harus dapat berhenti secara otomatis, begitu juga apabila air turun sampai
batas yang telah ditentukan maka supplai air harus dapat mengisinya kembali.
d. Pengaturan kapasitas minimum kebutuhan untuk pemadam kebakaran melalui setting WLC
(Water Level Control) pada GWT-1.
3.2 PERPIPAAN
3.2.1 Umum
Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter minimal pipa, letak dan arah tiap-tiap sistem pipa
serta kemiringan pipa yang besarnya antara 0,5 – 1% aliran.
Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung terhadap kotoran, air, karat dan stress
sebelum, selama dan sesudah pemasangan. Untuk pipa di bawah tanah diberi lapisan cat/pipa
anti karat dengan ketebalan 2 – 3 mm.
Semua barang yang dipergunakan harus jelas menunjukkan identitas pabrik pembuat.
Catatan :
- 1A = tidak berisolasi
- Pipa di dalam tanah di cat anti karat, flinkote dan dibungkus dengan denso tape.
Uraian Keterangan
Pipa Black steel pipe, sch 40. ASTM A53.
Sambungan/fitting Ø 40 mm ke bawah flanges atau mechanical couplings.
Ø 50 mm ke atas plain end atau mechanical coupling.
Ø 40 mm ke bawah cast steel atau ductile iron, ASME B
16.5 class 300 lb, flanges.
Ø 50 mm ke atas, flanges ASME B 16.5 class 300 lb atau
mechanical couplings..
Valve & Strainer Ø 40 mm ke bawah cast steel atau ductile iron body class
300 lb, dengan sambungan flanges atau mechanical
couplings, ASME B 16.5.
Ø 50 mm ke atas, cast steel atau ductile iron body class 300
lb dengan sambungan flanges, ASME B 16.5 atau
mechanical couplings.
Spesifikasi :
- Pipa : PVC 10K, JIS K6741
- Valve : Pressure 10K, ASTM 216, Cast Steel.
- Catatan : Pada instalasi riser terbawah untuk pipa drain digunakan pipa GIP
A53, Sch. 40 dengan flange connection.
3.3.1 Umum
Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang baik dan benar untuk menjamin kebersihan dan
kerapihan. Ketinggian yang benar minimum 250 mm dari lantai, serta memperkecil banyaknya
penyilangan.
Pekerjaan harus ditunjang dengan satu ruang longgar, tidak kurang dari 50 mm diantara pipa-
pipa atau dengan bangunan dan peralatan.
Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum dipasang,
membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam/runcing serta penghalang lainnya.
Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang diperlukan antara lain
katup penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya, sesuai dengan fungsi sistem dan yang
diperlihatkan pada gambar.
Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan harus dilengkapi dengan water mur
atau flange.
Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun kearah titik pembuang. Pipa
pembuang dan penghawaan harus disediakan guna mempermudah pengisian maupun
pengurasan.
Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan dan
penggantian.
Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat kearah pompa dengan
proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan. Katup-katup dan fittings pada pemipaan
demikian harus ukuran jalur penuh.
Kecuali jika tidak terdapat dalam gambar, selubung pipa harus disediakan dimana pipa-pipa
menembus dinding, lantai, balok, kolom atau langit-langit.
Bila pipa-pipa melalui dinding tahan api, celah kosong diantara selubung dan pipa-pipa harus
dipakai bahan rock-wool atau bahan tahan api yang berfungsi sebagai fire stop.
Semua galian, harus juga termasuk pengurugan kembali serta pemadatan kembali sehingga
kembali seperti kondisi semula.
Semua pipa diberi lapisan pasir yang telah dipadatkan setebal 15 – 30 cm untuk bagian atas
dan bagian bawah pipa dan baru diurug dengan tanah tanpa batu-batuan atau benda keras
yang lain. Semua pipa harus dicat dasar dan anti karat, Flinkote dan dibungkus dengan Denso
Tape.
Untuk pipa di dalam tanah yang labil, harus dibuat dudukan beton pada jarak 2 – 2 ½ m dan
pada belokan-belokan atau fitting-fitting.
Untuk pipa-pipa yang menyeberangi jalan harus diberi pipa pengaman (selubung) baja atau
beton dengan diameter minimum 2 X diameter pipa trsebut.
Pada akhir pekerjaan pipa, pipa-pipa yang belum selesai dikerjakan maka ujung-ujung pipa
harus ditutup.
Perpipaan harus ditumpu atau digantung dengan penggantung, siku-siku atau sadel dengan
tepat dan sempurna agar memungkinkan gerakan-gerakan pemuaian atau perenggangan pada
jarak yang tidak boleh melebihi jarak yang diberikan dalam tabel berikut ini :
Catatan :
Bila dalam suatu kelompok pipa yang terdiri atas bermacam-macam ukuran, maka jarak interval
yang dipergunakan harus berdasarkan jarak interval pipa ukuran terkecil yang ada.
Penunjang atau penggantung tambahan harus disediakan pada pipa berikut ini :
• Perubahan-perubahan arah
• Titik pencabangan
• Benda-benda terpusat karena katup, saringan dan hal-hal lain yang sejenis.
Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai berikut :
• Diameter Batang
• Bentuk Gantungan
Pengapit pipa baja yang digalvanis harus disediakan untuk pipa tegak.
Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat dasar zinchromat sebelum
dipasang.
Katup-katup harus disediakan sesuai dengan gambar, spesifikasi dan untuk bagian-bagian
berikut ini :
Di ruang mesin :
Strainer harus disediakan sesuai gambar, spesifikasi dan untuk alat-alat berikut ini :
Katup-katup pengontrol
Katup-katup pengurang tekanan
Pipa hisap tiap pompa
Hal-hal lain yang diterangkan di dalam gambar.
Katup-katup pengaman harus disediakan di tempat-tmpat yang dekat dengan sumber tekanan.
Vent udara otomatis harus disediakan di tempat-tempat tertinggi dan kantong udara.
Sambungan fleksibel harus disediakan untuk menghilangkan getaran yang terjadi dari sumber
getaran terhadap sistem pemipaan.
Pengukur tekanan harus disediakan dan ditempatkan pada lokasi dimana tekanan yang ada
perlu diketahui :
a. Katup-katup pengurang tekanan
b. Katup-katup pengontrol
c. Setiap pompa.
Diameter pengukur tekanan minimum Ø 75 dengan pembagi skala ukur maximum 2 kali tekanan
kerja.
a. Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan ulir berlaku untuk
ukuran sampai dengan 40 mm.
b. Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk pada pipa dengan
diputar tangan sebanyak 3 ulir.
c. Semua sambungan ulir harus menggunakan perapat Henep dan Zinkwite dengan campuran
minyak.
d. Semua pemotongan pipa harus memakai pipe cutter dengan pisau roda.
e. Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter dengan reamer.
f. Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
a. Sistem sambungan las hanya berlaku untuk saluran bukan air minum.
b. Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las.
c. Kawat las atau electrode yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang dilas.
d. Sebelum pekerjaan las dimulai Pemborong harus mengajukan metoda pelaksanaan kepada
Direksi/ Pengawas
e. Lapangan/Manajemen Konstruksi contoh hasil las untuk mendapatkan persetujuan tertulis.
f. Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah mempunyai surat
ijin tertulis dari Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi.
g. Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat zinchromate primer 2 lapis dan
cat akhir.
Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang berkondisi baik menurut penilaian
Direksi/Pengawas Lapangan/Manajemen Konstruksi.
a. Selubung untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut menembus
konstruksi beton.
b. Selubung harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan kelonggaran diluar pipa
ataupun isolasi.
c. Selubung untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja. Untuk daerah kedap air
harus diberi tambahan sayap.
d. Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yang mempunyai lapisan kedap
air (water proofing) harus dari jenis “Flushing Sleeves”.
e. Rongga antara pipa sleeve harus dibuat kedap air dengan rubber sealed atau “Caulk”.
a. Sambungan pipa ke semua peralatan pompa harus dengan sambungan flexible stainless
steel atau seperti terlihat dalam gambar spesifikasi. Fitting harus mempunyai flen yang
menyatu dan dibautkan ke jalur pipa dengan menggunakan flens untuk diameter 50 mm ke
atas, untuk diameter 50 mm ke bawah harus menggunakan sambungan ulir. Baut pembatas
(limiting bolt) harus disiapkan untuk fitting diameter 50 mm ke atas untuk membatasi
perpanjangan.
b. Kalau terlihat pada gambar spesifikasi, standard “Victaulic” coupling atau setara harus
digunakan.
a. Earthing boses harus disiapkan di atas dan bawah pada setiap pipa tegak metal.
b. Earthing boses harus terbuat dari material yang sama dari pipa dimana disambungkan dan
harus di las ke pipa pada lokasi yang dapat diterima dan dapat dijangkau untuk sambungan
earthing system. Bosses harus berdiameter 50 mm dengan diameter bersih lubang 10 mm
dan kedalaman 7 mm.
Semua tangki penyimpanan air harus disiapkan dengan water level gauges.Water level gauges
harus “Capillary glass tube” dalam selubung stainless steel untuk menunjukkan kedalaman air
dalam tangki. Seluruh water level gauge harus dibuat oleh standard pabrik yang berwenang
yang didesign untuk memberikan service yang handal.
Kecuali ditempat parkir kendaraan, di dalam shaft pipa dan area ruang mesin, semua pekerjaan
perpipaan secara umum berada di dalam ceiling atau terpendam di dalam dinding batu
bata/celcon.
3.3.19 Pembersihan
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan, pemipaan di setiap
service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan cara-cara/metode-metode yang
disetujui sampai semua benda-benda asing disingkirkan.
Desinfeksi :
• Dari 50 mg/l chlor selama 24 jam setelah itu dibilas atau dari 200 mg/l chlor selama 1 jam
setelah itu dibilas.
• Untuk bak air dipoles dengan cairan 200 mg/l chlor selama 1 jam dan setelah itu dibilas.
3.3.20 Pengecatan
a. Umum
b. Persyaratan Pengecatan
2. Warna Cat
Untuk pipa dan peralatan expose maupun dalam plafon diberi warna dasar biru :
a. Tags untuk katup harus disediakan di tempat-tempat penting guna operasi dan
pemeliharaan.
b. Fungsi-fungsi seperti “Normally Open” atau “Normally Close” harus ditunjukkan ditags katup.
c. Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan rantai atau kawat.
3.4.1 Umum
a. Pemborong instalasi ini harus melakukan semua pengujian dan pengukuran yang dianggap
perlu untuk mengetahui apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan telah
memenuhi semua persyaratan yang diminta.
b. Semua bahan peralatan, tenaga/staf ahli dan perlengkapan yang diperlukan untuk
mengadakan pengujian tersebut merupakan tanggung jawab pemborong.
c. Pemeriksaan dan pengujian akhir sistem dilakukan oleh kontraktor dan disaksikan oleh
Konsultan Pengawas pelaksana pembangunan gedung/pemilik gedung dan oleh petugas
dari pemilik gedung tersebut (BM). Untuk tim penguji dari pihak pemborong harus tim bukan
memasang peralatan yang akan diuji.
b. Apabila pihak Direksi melihat adanya perbedaan hasil uji dan hasil peninjauan lapangan,
pemborong harus melakukan uji ulang tanpa biaya tambahan.
c. Waktu pengujian harus disesuaikan dengan skedul yang ada pada Direksi.
b. Apabila pihak Direksi melihat adanya perbedaan hasil uji dan hasil peninjauan lapangan,
pemborong harus melakukan uji ulang tanpa biaya tambahan.
c. Waktu pengujian harus disesuaikan dengan skedul yang ada pada Direksi.
3.4.4 Pipa
Untuk instalasi kebakaran seluruh instalasi pipa harus diuji dengan tekanan 1,5 kali tekanan
kerja atau 26 bar, dipilih yang terbesar, dalam waktu 24 jam tanpa terjadi penurunan
tekanan dan selama pengujian sambungan las harus diperiksa dengan cara dipukul.
b. Semua pipa harus sudah selesai uji sebelum plafond dipasang, dinding diplester atau tanah
diratakan.
c. Semua sambungan harus dibiarkan terbuka selama pengujian.
d. Air yang digunakan untuk pengetesan adalah air yang mengandung bahan kimia anti karat.
e. Seluruh pipa air harus digelontor dan dibersihkan setelah tes hidrostatik kemudian dilakukan
desinfektanisasi dengan :
• Larutan yang mengandung 50 mg/liter klor dan dibiarkan selama 24 jam sebelum dibilas
dan digunakan kembali atau,
• Larutan yang mengandung 200 mg/liter/ klor dan dibiarkan selama 1 jam sebelum dibilas
dan digunakan kembali.
a. Pengujian pada sistem hydrant ini dilakukan dengan cara membuka satu atau lebih hydrant
gedung dan hydrant luar agar terlihat sistem hydrant dapat bekerja dengan sempurna.
Pada saat pengujian dilakukan harus dilakukan pemeriksaan apakah tekanan dan debit air
yang keluar dari hydrant tersebut memenuhi spesifikasi, terlebih lagi pada titik hydrant yang
terjauh dan tertinggi dari lokasi pompa kebakaran.
b. Pada saat beberapa hydrant dilakukan pengetesan, harus dilakukan juga pemeriksaan
pompa kebakaran masih dapat mengcover debit air dan tekanan sesuai spesifikasi.
c. Tekanan hydrant di titik tertinggi dan terjauh harus minimal 4,5 bar untuk katub 1 ½“ dan 6,9
bar untuk katub 2 ½”.
• Membuka test valve pada daerah BCV/TMS tiap lantai agar terlihat aliran air sampai pada
daerah tersebut, dan flow switch serta supervisory valve yang terhubung dengan panel-
panel fire alarm harus terindikasi bahwa ada aliran air yang bekerja.
• Melakukan pengecekan dalam panel fire alarm untuk mengetahui posisi buka/tutup
supervisory valve pada BCV/TMS tiap lantai terindikasi dalam panel fire alarm.
• Membuka test flush valve ujung akhir pipa sprinkler tiap lantai agar terlihat aliran air sampai
pada daerah tersebut, dan flow switch yang terhubung dengan panel-panel fire alarm harus
terindikasi bahwa ada aliran air yang bekerja, serta tekanan pada daerah test valve tersebut
memenuhi persyaratan.
• Melakukan pemecahan kepala sprinkler dengan cara dipanaskan untuk mengetahui luas
daerah pancaran sprinkler yang terpasang apakah memenuhi persyaratan yang berlaku.
• Pengujian operasi alarm gong pada MCV bila kepala sprinkler pecah atau adanya aliran air
dengan terbukanya test valve pada BCV/TMS atau test/flush valve diujung akhir pipa
sprinkler tiap lantai.
Pemborong harus mengkalibrasi semua peralatan control, menyelaraskan set point semua
switches dan alarm sesuai dengan spesifikasi. Hasil uji harus diserahkan ke Direksi.
3.5.1 Umum
a. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan dari semua material, peralatan, alat bantu,
tenaga kerja dan ongkos-ongkos tambahan yang diperlukan untuk service dan maintenance
pada semua sistem, mesin-mesin dan peralatan yang disupplai dan dipasang, dibawah
kontrak ini selama periode maintenance sesudah masa tersebut.
b. Semua pekerjaan yang dilakukan seperti yang diterangkan disini harus sesuai dengan
material yang terbaik, praktek teknis dan harus sesuai dengan spesifikasi.
d. Untuk service dan maintenance sesudah periode maintenance, semua biaya termasuk
sebagai service, perawatan, penggantian atau perbaikan bagian-bagian yang rusak juga
material yang dipakai (sebagaimana terdaftar disini) material-material tambahan dan
penggunaan peralatan dianggap sudah termasuk di dalam harga yang ditawarkan untuk
service dan maintenance sesudah periode maintenance.
b. Pemborong harus menyediakan engineer yang terdaftar atau mempunyai ijin dengan bidang
Elektrikal dan Plambing, seperti yang disyaratkan oleh pihak yang berwenang untuk
melaksanakan semua pekerjaan. Biaya penyediaan Engineer termasuk dalam biaya yang
berhubungan dengan pihak yang berwenang sudah harus termasuk yang diajukan dalam
kontrak ini, serta biaya untuk maintenance.
3.5.3 Pengawasan
a. Pemborong harus mempunyai pengawas yang bertugas untuk service, perawatan dan
perbaikan atau penggantian dari pekerjaan yang harus dilaksanakan seperti yang disebut
dalam spesifikasi. Untuk pekerjaan yang dilaksanakan dengan mengikuti peraturan lokal
yang ada, orang yang melakukan pengawasan harus mempunyai ijin atau terdaftar pada
badan yang bersangkutan.
b. Pengawas juga harus benar-benar sanggup dan bertanggung jawab dalam mengawasi
service, maintenance dan perbaikan dari semua jenis mesin dan peralatan, serta
merupakan pegawai langsung dari pemborong dan disetujui oleh Direksi.
a. Semua mesin dan peralatan yang terdiri dari sistem yang dipasang dan peralatan tambahan
yang diadakan dan dipasang yang termasuk dalam kontrak ini harus diservice dan
dipelihara sesuai dengan kebutuhan/rekomendasi yang ditetapkan oleh pabriknya dan juga
sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. Pekerjaan pemborong meliputi
persiapan service lengkap dengan jadwal maintenance menyeluruh. Untuk memenuhi
kebutuhan seluruh pekerjaan, selama dan sesudah periode pemeliharaan, jadwal ini harus
diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa sesudah penunjukan Pemborong.
Jadwal untuk diperiksa Konsultan Pengawas harus termasuk dalam Operating dan
Maintenance Instruction dan daftar komponen yang terperinci dalam kontrak.
c. Pemborong harus menyediakan Engineer yang terdaftar dan atau mempunyai izin dengan
bidang Elektrical dan Plambing, seperti yang disyaratkan oleh pihak yang berwenang untuk
melaksanakan semua pekerjaan. Biaya penyediaan Engineer termasuk biaya yang
berhubungan dengan pihak yang berwenang sudah harus termasuk yang diajukan.
a. Umum
Pemborong harus memeriksa dan menservice seluruh mesin-mesin, peralatan dan semua
instalasi yang dipasangnya, paling tidak sekali dalam sebulan, kecuali jika diperintahkan lain
oleh pemilik.
3. Berikut ini item pekerjaan minimal yang harus dilakukan sub-kontraktor, minimal
sebulan sekali.
• Periksa semua seal, gland dan pipa terhadap kebocoran dan segera diperbaiki bila
diperlukan.
• Packing gland agar diperbaiki dan setel lagi bila diperlukan. Semua mur pada
packing gland harus dikencangkan secara merata.
• Periksa semua bantalan pompa dan lumasi dengan oil atau grease bila diperlukan.
• Periksa keseluruhan dan kondisi semua kopling karet diantara pompa dan motor
penggerak, perbaiki bila diperlukan.
• Periksa semua ketegangan belt dan bila perlu disetel lagi.
• Periksa tekanan pompa terhadap sistem keseluruhan, diatur lagi bila diperlukan.
• Periksa kembali safety valve dari pompa, perbaiki bila diperlukan.
• Pressure gauge diperiksa kembali, kalibrasi lagi bila diperlukan.
• Periksa laju aliran pompa terhadap sistem keseluruhan.
• Periksa kembali alignment dari pompa, perbaiki bila diperlukan.
Pada tiap-tiap pemeriksaan dan service tiap bulan, pemborong harus memeriksa semua
tangki dan drain bersihkan dan kuras bila perlu.
Berikut ini item pekerjaan minimal yang harus dilakukan oleh Pemborong, minimal
sebulan sekali.
ii. Periksa dan teliti operasi rutin dari semua starter listrik, electric control gear dan
alat-alat bantu listrik dan :
• Bersihkan setel, dan lumasi semua bantalan (bearing), pivot dan bagian-bagian
yang bergerak bila diperlukan.
• Bersihkan atau ganti kontaktor listrik bila perlu
• Ganti sekering listrik bila perlu
iii. Tinjau dan periksa operasi rutin dari semua control gear otomatis dan relay dan :
• Bersihkan setel, dan lumasi semua bantalan (bearing), pivot dan bagian-bagian
yang bergerak bila diperlukan.
• Bersihkan atau ganti kontaktor listrik bila perlu.
• Ganti sekering listrik bila perlu.
iv. Tinjau semua panel kontrol, panel alarm, supervisory data panel, sub panel dan lain-
lain.
• Periksa operasi rutin dari semua kontraktor, MCCB, relay, ELCB, time switch dan
lain-lain.
• Kencangkan semua sambungan, transmisi dan lain-lain.
• Ganti blown indicating lamps.
• Test tahanan pentanahan.
• Bersihkan semua panel.
• Periksa tegangan battery dan transmisi.
• Isi air accu bila perlu.
• Test semua lampu indicator dan sirkuit alarm.
v. Periksa dan setel semua float switch, limit switch, time switch, seguence controller
dan lain-lain.
Disamping peninjauan dan sevice teratur perbulan, sub-kontraktor juga harus melakukan
hal-hal berikut :
• Tiap 3 bulan, periksa dan teliti serta bersihkan semua strainer yang ada dalam seluruh
sistem.
• Tiap 3 bulan, periksa dan balans debit air rata-ratanya.
• Semua oli dan grease yang diperlukan untuk melumas compressor, bantalan fan,
bantalan motor, pivot dan bagian-bagian bergerak yang lain.
• Semua carbon brushes yang diperlukan untuk mengganti semua contact point listrik
pada switch gear, motor stater gear, electric control gear dan relay listrik.
• Semua sekering yang putus.
• Semua bahan kimia yang dibutuhkan.
2. Biaya untuk penyediaan material ini tidak boleh diajukan terpisah oleh pemborong, tetapi
sudah termasuk dalam kontrak dan maintenance.
4. CATATAN
1. Bahan – bahan dan peralatan yang diajukan harus sesuai dengan data teknis dan merk /
“brand” yang tercantum dalam spesifikasi konsultan.
2. Dalam pengadaan barang, semua produk harus berasal dari Agen / Distributor resmi yang
telah ditunjuk oleh principal masing – masing. Surat penunjukan (dari agen / distributor)
tersebut harus dilengkapi dengan tanggal penunjukan serta masa berakhirnya (sudah
kedaluwarsa atau belum).
4. Material – material tersebut diatas harus dilengkapi dengan surat “country of origin” yang
berasal dari pabrikan masing-masing. (bukan dari agen maupun dari distributor). Dalam
surat “country of origin” dapat terdiri dari beberapa hal sbb:
5. Semua material yang dikirim harus dilengkapi surat pernyataan dari pabrik bahwa barang
yang terkirim adalah barang yang “brand new” bukan merupakan barang rekondisi pabrik,
barang – barang cacat / tidak sempurna, barang – barang “kw” atau daur ulang yang dapat
dijual dibawah harga pasaran.
6. Semua material yang dikirim harus dilengkapi dengan surat garansi dari pabrikan yang
menyatakan hal – hal sbb:
7. Pernyataan dari pabrik yang menyatakan bahwa barang yang dikirim telah lulus test dan
dilampirkan hasil testnya (QC pass). Dilampirkan pada saat barang on site.
8. Untuk material – material import khusus harus menyertakaan surat “bill of landing” untuk
proses pengecekan lapangan saat “on site”
9. Surat “meet to spek” (diberikan pada waktu serah terima pertama) sbb:
a. Menyatakan bahwa barang yang dikirim sesuai dengan parameter – parameter dalam
spesifikasi.
b. Lampirkan hasil pengecekhan lapangan waktu “on site”
c. Lampirkan hasil test ( test lapangan atau test di site)
d. Ditandatangi oleh wakil owner dan konsultan pengawas.