Anda di halaman 1dari 18

fire hydrant system seperti :

HYDRANT BOX

HYDRANT PILLAR

HYDRANT VALVE

FIRE HOSE

HOSE NOZZLE

HOSE RACK

WATER MONITOR

Dll

APR

11

HARGA FIRE HEAD SPRINKLER HEAD & PERLENGKAPAN


HYDRANT MURAH

PERLENGKAPAN HYDRANT & SPRINKLER & BOX HYDRANT

HYDRANT PILLAR ONE WAY 3"X 2,5"& TWO WAY 4" X 2,5" X 2,5" MACHINO
CONNECTION
SIAMESE S7 MACHINO CONNECTION
HYDRANT BOX / BOX HIDRANT TYPE A1, A2, B, C
ANGLE VALVE / HYDRANT VALVE CONNECTION MACHINO /VDH (1,5 & 2,5)
SELANG PEMADAM KEBAKARAN / FIRE HOSE
HOSE NOZZLE, JET NOZZLE, AWG MODEL NOZZLE
VARIABLE NOZZLE
HOSE RACK/SISIR HYDRANT / HYDRANT COMB
MACHINO COUPLING
FIRE HOSE/ SELANG PEMADAM KEBAKARAN TPE & TP
fire head sprinkler sidewall, pendant, upright ZST 68 CELCIUS

SISTEM PADA SPRINKLER

1. Wet Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan tekanan air selalu
dijaga pada tekanan yang relatif tetap
2. Dry Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisikan air bertekanan, peralatan penyedia
air akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alarm memerintahkannya.
- Pada umumnya gedung bertingkat menggunakan sistim Wet Riser.
- Pada sistem dilengkapi Fire Brigade Connection yang diletakkan diluar bangunan.
PERALATAN UTAMA DAN FUNGSI
1. Pompa kebakaran terdiri dari Electric Pump, Diesel Pump & Jockey Pump.

- Apabila tekanan didalam pipa menurun, maka secara otomatis Jockey pump akan bekerja untuk
menstabilkan tekanan air didalam pipa.
- Jika tekanan terus menurun (misal glass bulb pada kepala sprinkler pecah) maka pompa kebakaran
utama akan bekerja dan otomatis pompa jockey berhenti.
- Apabila pompa kebakaran utama gagal bekerja setelah 10 detik, kemudian pompa cadangan Diesel
secara otomatis akan bekerja.
- Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, alarm akan segera berbunyi dengan nada yang berbeda
dengan bunyi alarm sistim, untuk memberi tahukan kepada operator akan adanya gangguan.
- Sistim bekerja pompa Fire Hydrant adalah Start otomatis dan Mati secara Manual.
- Pada saat pompa kebakaran utama bekerja, wet alarm valve akan terbuka dan segera membunyikan
alarm gong. Aliran didalam pipa cabang akan memberi indikasi pada flow switch yang terpasang pada
setiap cabang & dikirim ke panel fire alarm untuk membunyikan alarm pada lantai bersangkutan.
2. Pressure Switch : Alat kontrak yang bekerja akibat perubahan tekanan.
3. Manometer : Alat untuk membaca tekanan
4. Time delay relay : Alat relay yang bekerja berdasarkan seting waktu yang sudah ditentukan.
5. Safety valve : Alat pelepas tekanan lebih
6. Pressure Reducing Valve : Alat pembatas tekanan
7. Kepala Sprinkler (Head Sprinkler) : Alat pemancar air yang bekerja setelah pecahnya bulb akibat panas
yang ditimbulkan oleh kebakaran. Ukuran kepala sprinker 15 mm, kepadatan pancaran 5 mm/mnt, area
kerja maks. 144 m2, laju aliran 725 lt/mnt dan setiap katup kendali jumlah maks. adalah 1.000 buah
kepala sprinkler.
Hingga saat ini Sprinkler masih diperlukan pada bangunan gedung, karena sistem sprinkler otomatik
telah terbukti paling efektif dalam memadamkan kebakaran. Namun sangat disayangkan jika masih
banyak stakeholders (pemilik, bahkan konsultan dan instansi berwenang) menganggap bahwa sprinkler
tidak efektif dan memakan biaya besar, sehingga menggantinya dengan sistem lain.
Sistem sprinkler otomatik adalah adalah kombinasi dari deteksi panas dan pemadaman, ia bekerja
secara otomatik penuh tanpa bantuan orang atau sistem lain. Sehingga system ini merupakan sistem
penanggulangan/ pemadaman kebakaran yang paling efektif dibandingkan dengan sistem hidran dan
lainnya. Sebuah studi di Australia & New Zealand memberikan angka keberhasilan mencapai 99%
(Marryat, 1988).
Studi lain di USA (NFPA, 2001) menyimpulkan bahwa sprinkler mampu membatasi kebakaran pada area
of origin pada tingkat 90% dibanding tanpa sprinkler yang hanya 70%. Semua building code di dunia
mempersyaratkan proteksi sprinkler di bangunan tinggi, bahkan sekarang di USA sudah mulai digalakkan
sprinkler untuk residensial tunggal dengan ketinggian satu sampai dua tingkat.

Fenomena kebakaran adalah sedemikian sehingga bila dalam waktu 5 menit kebakaran tidak dapat
dikendalikan atau dipadamkan pada area of origin, maka kemungkinan besar kebakaran akan menyebar
ke seluruh lantai dan bangunan. Sementara itu waktu tanggap sprinkler adalah waktu yang diperlukan
untuk mengendalikan atau memadamkan kebakaran secara otomatik. Banyak kejadian dilaporkan
bahwa ketika petugas pemadam tiba di tempat, api telah padam oleh sprinkler (NFPA Journal).
Sistem deteksi dan alarm tidak berfungsi sebagai alat pengendali/ pemadam, namun lebih berfungsi
sebagai pemberi peringatan pada penghuni bangunan agar segera menyelamatkan diri. Sedangkan regu
pemadam yang menggunakan APAR (fire extinguisher) dan hidran belum dapat menggantikan sprinkler
karena masih dipengaruhi oleh faktor manusia (terutama waktu tanggap dan human error).
Komponen biaya paling besar dari sistem sprinkler adalah pompa kebakaran dan panelnya, pemipaan
berikut katupnya, serta sering digunakannya katup kontrol tekanan (PRV) dalam rancangan secara
indiskriminatif. Penggunaan PRV ini dapat dihindari dengan sistem zona, di mana tekanan kerja setiap
zona adalah maksimum 175 psi (12 bar), yaitu sama dengan tekanan kerja maksimum kepala sprinkler.
Justru PRV dipersyaratkan digunakan di sistem hidran bila tekanan pada kotak hidran bangunan
melebihi 6,9 bar (SNI 03-1745-2000). Selain itu, sistem sprinkler otomatik boleh dikombinasikan dengan
sistem pipa tegak atau slang (hidran) dengan menggunakan hanya satu set pompa kebakaran untuk
keduanya sprinkler dan hidran (SNI 03-1745-2000).
Bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler, maka persyaratan lain seperti ketahanan api,
kompartemen, dan sistem deteksi serta alarm menjadi lebih ringan (NFPA 101). Misalnya untuk kelas
hunian apartemen, ketahanan api dinding apartemen boleh 1 jam atau bahkan 4 jam. Serta deteksi
boleh hanya memakai detektor asap (kecuali untuk ruang tertentu yang karena fungsinya harus
menggunakan detektor panas). Dengan demikian sesungguhnya sistem sprinkler tidak memakan biaya
besar dari total nilai proyek keseluruhan.
Konsep fire safety di bangunan menurut pendekatan sistemik (NFPA 550) terbagi menjadi 2 bagian
utama yaitu (a) Pencegahan penyalaan, dan (b) Pengelolaan pengaruh kuat (impact) kebakaran.
Pencegahan termasuk pengendalian sumber panas-energi, pengendalian interaksi sumber-bahan bakar,
dan pengendalian bahan bakar. Atau dengan kata lain berarti fire safety housekeeping, dan sistem
proteksi pasif atau kompartemenisasi.
Kota-kota besar di USA seperti Los Angeles dan New York, yang sebelumnya hanya mengandalkan
sistem proteksi pasif atau kompartemenisasi dan sistem deteksi dan alarm serta sistem hidran, sekarang
mempersyaratkan proteksi dengan menggunakan sprinkler. Di Singapore memang sprinkler merupakan
opsi untuk bangunan hunian apartemen, akan tetapi komponen utama sistemnya tetap dipasang
(pompa kombinasi dengan pompa hidran, dan pipa tegak serta pipa cabang utama), kecuali pipa cabang
akhir dan kepala sprinkler yang merupakan opsi dan masih ada persyaratan lainnya yang harus dipenuhi.
Prinsip kerja sprinkler memanfaatkan teori kebakaran kompartemen (SFPE Handbook of Fire Protection
Engineering, 3rd Edition, 2002). Kebakaran di lantai akan membuat asap dan udara ruangan terikutkan

mengapung ke atas yang dinamakan plume. Bila plume membentur langit-langit, maka terjadi aliran
udara panas secara radial pada atau dekat dengan langit-langit. Aliran udara panas ini dinamakan ceiling
jet dan terjadi pada ketebalan maksimum 30 cm dari langit-langit.
Bila ceiling jet mengenai kepala sprinkler maka terjadi perpindahan kalor secara konvektif dari ceiling jet
ke elemen sensor panas sprinkler (fusible link atau glass bulb) yang menyebabkan temperaturnya akan
naik dari sebelumnya sama dengan temperatur ruangan. Elemen sensor panas ini mempunyai
temperatur kerja nominal yang bermacam-macam dari 57C s/d 343C, dapat diplih tergantung dari
rancangan bahaya kebakaran huniannya.
Kepala sprinkler akan beroperasi bila temperatur elemen sensor panasnya telah naik mencapai
temperatur kerja nominalnya. Untuk hunian apartemen, umumnya digunakan temperatur nominal 57C
atau 68C. Prinsip operasi sprinkler ini sama persis dengan prinsip operasi detektor panas lain seperti
yang digunakan dalam sistem deteksi dan alarm. Oleh karena itu, bila bangunan telah diproteksi oleh
sprinkler maka tidak perlu lagi dilengkapi dengan detektor panas dan hanya perlu dilengkapi dengan
detektor asap.
Bila kebakaran terus terjadi, maka di dalam ruangan/ kompartemen akan terbentuk 2 lapisan yaitu, (a)
lapisan asap di atas, dan (b) lapisan relatif bebas asap di bawahnya. Temperatur dan ketebalan lapisan
asap akan naik dan terus bertambah selama terjadi kebakaran. Sedangkan temperatur lapisan bebas
asap di bawahnya relatif sama dengan temperatur ruangan.
Pada saat sprinkler beroperasi, temperatur ruangan (bukan temperatur nyala api) relatif tidak berubah
atau kenaikannya tidak besar, kecuali terjadi kegagalan sistem sprinkler sehingga kebakaran tidak
padam dan lapisan asap akan terus turun ke lantai. Hal ini dapat diprediksikan dengan program simulasi
kebakaran di kompartemen (Program CFAST dan ASET).
Meskipun persentase kegagalan sprinkler adalah sangat kecil dibanding keberhasilannya, sprinkler dapat
gagal terutama karena sebab-sebab berikut, pertama, kesalahan rancangan, sistem sprinkler haras
dirancang sesuai dengan tingkat resiko bahaya kebakaran bangunan. Misalnya bangunan dengan hunian
apartemen di atas dan paserba di podium, mempunyai risiko bahaya yang berbeda, dengan demikian
rancangan densitasnya pun berbeda.
Kedua, kesalahan instalasi, pengawasan pelaksanaan di lapangan kuang, misalnya posisi kepala sprinkler
terhadap langit-langit dan rintangan (kolom dan balok struktur) tidak memenuhi persyaratan instalasi
sehingga sangat mengurangi kinerja sprinkler. Ketiga, tidak adanya program inspeksi, tes dan
pemeliharaan berkala yang sesuai standar (NFPA 25), mengakibatkan sistem tidak beroperasi saat
diperlukan bila terjadi kebakaran.
Dan keempat, ciri-ciri bangunan seperti arsitektur terbuka sehingga lantai terbuka ke udara luar, dan
kompartemen yang tidak mempunyai ketahanan api (dari bahan mudah terbakar kayu dan lain-lain).
Ciri-ciri tersebut mempengaruhi kinerja sistem sprinkler.
Springkler merupakan sistem yang digunakan untuk memadamkan kebakaran pada sebuah bangunan.

Springkler akan secara otomatis menyala bila ada kebakaran yang terjadi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan sistem fire sprinkler :
Jenis sistem dan fungsi bahaya kebakaran
Perhitungan hidrolik tiap jenis hunian (bahaya kebakaran ringan Q=225 l/min, p=2.2 kg/cm2; bahaya
kebakaran sedang Q=375 1100 l/min, p=1.0 1.7 kg/cm2; bahaya kebakaran berat Q=2300 4550
l/min, p=1.8 7.3 kg/cm2).
Kepadatan pancaran dan kerja maksimum yang diestimasi
Sistem penyediaan air
Penempatan dan letak kepala sprinkler
Jenis kepala sprinkler (57 0C-jingga, 68 0C-merah, 79 0C-kuning, 93 0C-hijau, 141 0C-biru, 182 0C-ungu,
203/260 0C-hitam).
Sedangkan jumlah maksimum kepala sprinkler yang dapat dipasang pada satu katup kendali untuk
sistem bahaya kebakaran ringan (mengingat topik yang kami analisa adalah hotel) adalah 500 buah
kepala sprinkler. Perlengkapan tanda bahaya untuk sistem sprinkler harus terdiri dari katup kendali
tanda bahaya (alarm control valve) atau alat deteksi aliran (flow switch) yang dibenarkan dengan
perlengkapan yang diperlukan untuk memberikan suatu isyarat tanda bahaya.
KLASIFIKASI SPRINKLER
Sistem sprinkler terdiri dari 3 klasifikasi sesuai dengan klasifikasi hunian bahaya kebakaran, yaitu :
1. Sistem bahaya kebakaran ringan
Kepadatan pancaran yang direncanakan 2.25 mm/menit, dengan daerah kerja maksimum yang
diperkirakan : 84 m2, adapun jenis hunian kebakaran ringan antara lain seperti bangunan perkantoran,
perumahan, pendidikan, perhotelan, rumah sakit dan lain-lain.
2. Sistem bahaya kebakaran sedang
Kepadatan pancaran yang direncanakan 5 mm/menit, dengan daerah kerja maksimum yang
diperkirakan : 72 360 m2, sedangkan yang termasuk jenis hunian kebakaran ini adalah : industri ringan
seperti : pabrik susu, elektronika, pengalengan, tekstil, rokok, keremik, pengolahan logam, bengkel
mobil dan lain-lain.
3. Sistem bahaya kebakaran berat
Untuk proses industri kepadatan pancaran yang direncanakan 7.5 12.5 mm/menit, dengan daerah
kerja maksimum yang diperkirakan adalah 260 m2, sedangkan bahaya pada gudang penimbunan tinggi
kepadatan yang direncanakan 7.5 30 mm/menit. Daerah kerja maksimum yang diperkirakan 260 300
m2 dengan kepadatan pancaran yang direncanakan untuk bahaya pada gedung penimbunan tinggi
tergantung pada sifat bahaya barang yang disimpan, adapun yang termasuk jenis hunian kebakaran ini
adalah industri berat seperti : pabrik kimia, korek api, bahan peledak, karet busa, kilang minyak, dan
lain-lain.
Semua ruang dalam bangunan tersebut harus dilindungi dengan sistem sprinkler, kecuali ruang tertentu
yang telah mendapat izin dari pihak yang berwenang seperti : ruang tahan api, kamar kakus, ruang panel

listrik, ruangan tangga dan ruangan lain yang dibuat khusus tahan api.
JENIS SPRINKLER
#1. Antifreeze Sprinkler System (a wet system)
Sistem sprinkler pipa basah yang mempunyai sprinkler otomatis dengan sistem pemipaan yang
mempunyai penyelesaian untuk mencegah pembekuan (antifreeze) dan terhubung dengan suplai air.
Penyelesaian pencegahan pembekuan adalah dengan dibuangnya bersamaan dengan air saat sistem
sprinkler bekerja setelah ada panas dari suatu kebakaran.
#2. Circulating Closed Loop Sprinkler System
Sistem sprinkler pipa basah yang mempunyai anti proteksi kebakaran yang sudah terhubung ke sistem
sprinkler otomatis dalam sistem susunan yang tersirkulasi (Close loop piping arrangement) dengan
tujuan untuk meningkatkan pemipaan sprinkler ke air yang ada untuk pemanasan dan pendinginan
dimana air terjebak atau tidak bisa dipindahkan atau digunakan dari sistem tapi hanya disirkulasi
melewati sistem pemipaan.
#3. Combined Dry Pipe Preaction Sprinkler System
Sistem sprinkler pipa basah yang dikendali dengan sistem sprinkler otomatis yang sudah terhubung ke
sistem pemipaan yang mempunyai udara di bawah tekanan dengan tambahan sistem deteksi yang
terpasang pada daerah yang sama dengan sistem sprinkler. Cara kerja dari sistem deteksi
memanfaatkan alat trip actuator dengan katup pipa kering terbuka secara tiba-tiba tanpa kehilangan
tekanan udara dalam sistem, yang juga bisa terjadi dengan cara memasang atau membuka katup udara
buang di ujung dari umpan utama yang mana biasanya pembukaan dari kepala sprinkler. Sistem deteksi
juga melayani secara otomatis sistem fire alarms.
#4. Deluge Sprinkler System
Sistem sprinkler yang mempunyai sprinkler sistem terbuka yang sudah terhubung pemipaan dengan
suplai air lewat katup yang dibuka oleh sistem deteksi yang terpasang pada daerah yang sama dengan
dengan sprinkler, ketika katup terbuka, air mengalir ke dalam sistem pemipaan dan dibuang melalui
sprinkler jika terjadi kebakaran.
#5. Dry Pipe Sprinkler System
Sistem sprinkler yang mempunyai sprinkler otomatis yang sudah terhubung dengan sistem pemipaan
yang terdiri dari udara atau gas nitrogen dibawah tekanan, sprinkler akan terbuka jika tekanan air ke
katup terbuka yang diketahui melalui katup pipa kering lalu air mengalir ke dalam sistem pemipaan dan
keluar dari sprinkler yang terbuka.
#6. Gridded Sprinkler System
Suatu sistem sprinkler yang mana mempunyai persilangan di pipa utama yang terhubung ke banyak pipa
cabang. Cara kerja sistem sprinkler akan menerima air dari kedua ujung pipa cabang pada saat cabang
lain membantu memindahkan air antara persilangan utama.
#7. Looped Sprinkler System
Suatu sistem sprinkler yang mana percabangan utama yang banyak secara bersama-sama untuk

ditetapkan lebih dari satu jalur untuk air yang mengalir ke sistem sprinkler yang bekerja dan pipa cabang
yang tidak terhubung bersama.
#8. Preaction Sprinkler System
Suatu sistem sprinkler yang dikendalikan secara otomatis dengan sistem pemipaan yang terdiri dari
udara yang bertekanan dan tidak bertekanan dengan tambahan sistem deteksi yang terpasang dalam
area yang sama dengan sprinkler.
#9. Wet Pipe Sprinkler System
Suatu sistem sprinkler yang dikendalikan secara otomatis dengan sistem pemipaan yang terdiri dari air
yang dihubungkan ke suplai air dan air dibuang lagi secepat mungkin dari sprinkler yang terbuka akibat
panas dari suatu kebakaran.
KOMPONEN SPRINKLER
(1). PIPA PADA SPRINKLER
dengan jumlah hasil perhitungan bagi pipa pembagi, maka perhitungan harus dimulai dari pipa cabang
yang terdekat pada katup kendali. Jika pipa cabang atau kepala springkler tunggal disambung pada pipa
pembagi dengan pipa tegak, maka pipa tegak dianggap sebagai pipa pembagi. Titik desain adalah
tempat dimana dimulai perhitungan pipa pembagi dan pipa cabang. Dalam perhitungan ukuran pipa
pada sistem springkler, ukuran pipa hanya boleh mengecil sejalan dengan arah pengaliran air.
(2). KEPALA SPRINKLER
Sifat-sifat aliran kepala springkler harus berupa penggunaan sebagai kepala springkler pancaran atas,
atau penggunaan sebagai kepala springkler pancaran bawah, atau penggunaan sebagai kepala springkler
dinding, bentuk-bentuk kepala springkler dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
(3). SISTEM PENYEDIAAN AIR
Setiap sistem springkler otomatis harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis sistem
penyediaan air yang bekerja secara otomatis, bertekanan dan berkapasitas cukup serta dapat
diandalkan setiap saat. Sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan pemilik bangunan atau
diwakilkan penuh. Air yang digunakan tidak boleh mengandung serat atau bahan lain yang dapat
mengganggu bekerjanya springkler, sambungan pada sistem jaringan kota dapat diterima apabila
kapasitas dan tekanannya mencukupi serta tangki yang diletakkan pada ketinggian tertentu dan
direncanakan dengan baik dapat diterima sebagai sistem penyediaan air.
Untuk bahaya kebakaran bangunan perkantoran, penyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan
kapasitas 225 liter/menit dan bertekanan 2,2 kg/cm2 ditambah tekanan air yang ekivalen dengan
perbedaan tinggi antara katup kendali dengan springkler tertinggi. Pompa kebakaran harus ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga mudah dicapai didalam bangunan perkantoran atau ditempatkan di dalam
bangunan tahan api diluar bangunan perkantoran. Pompa kebakaran tidak boleh digunakan untuk
keperluan lain diluar keperluan kebakaran, untuk bahaya kebakaran bangunan perkantoran ukuran
minimum pipa hisap adalah 65 mm. Pompa harus dijalankan oleh motor listrik atau motor diesel dan
pompa joki dijalankan oleh motor listrik dimana kapasitas tangki bahan bakar untuk motor diesel untuk
bahaya kebakaran bangunan perkantoran adalah 3 jam (mengacu pada SNI 03-3989-2000)

PERSYARATAN INSTALASI
Seluruh pemipaan sistem springkler harus dipasang sedemikian rupa sehingga dapat dikeringkan, sejauh
memungkinkan seluruh pemipaan harus diatur untuk dapat dikeringkan melalui katup pengering yang
berukuran sekurang-kurangnya 50 mm untuk hunian bangunan perkantoran dan semua katup yang
disambungkan pada penyediaan air dan pipa penyediaan sistem springkler harus dari jenis katup
penunjuk yang menunjukkan keadaan katup terbuka atau tertutup yang dibenarkan. Jarak maksimum
antara gantungan tidak boleh lebih dari 3,5 mm untuk pipa berukuran 25 mm dan 32 mm, serta tidak
lebih dari 4,5 mm untuk pipa berukuran 40 mm dan yang lebih besar (mengacu pada SNI 03-3989-2000),
untuk pipa tegak harus ditahan dengan pengikat langsung pada pipa tegaknya atau dengan gantungan
yang ditempatkan pada offset datar yang dekat pada pipa tegak, penahan pipa tegak harus disediakan
pada setiap lantai dan pemasangan klem penahan pipa pada bagian bangunan harus kuat menahan
pipa.
Perencanaan splinker sebagai berikut:
S = Perencanaanpenempatankepalasprinkler padapipacabang.
D = jarakantaraderetankepalasprinkler.
Nilai S danD :
1. Untukbahayakebakaranringan, maksimum4,6 m
2. Untukbahayakebakaransedang, maksimum4,0 ma
3. Untukbahayakebakaranberat, maksimum3,7 ma
Perencanaan sprinkler
1. Arah pancaran ke bawah, karena kepala sprinkler di letakkan pada atap ruangan.
2. Kepekaan terhadap suhu, warna cairan dalam tabung gelas berwarna Jingga pada suhu 53oC.
3. Sprinkler yang dipakai ukuran dengan kapasitas(Q) = 80 liter/ menit.
4. Kepadatan pancaran = 2,25 mm/ menit.
5. Jarak maksimum antar titik sprinkler 4,6 meter.
6. Jarak maksimum sprinkler dari dinding tembok 1,7 meter.
7. Daerah yg dilindungi adalah semua ruangan kecuali kamar mandi, toilet dan tangga yang diperkirakan
tidak mempunyai potensi terjadinya kebakaran.
8. Sprinkler overlap bagian
Contoh perhitungan sprinkler :
1. luas lantai yang direncanakan adalah 555 m2(luas total) 41 m2(luas toilet)= 514 m2
2. Satu buah sprinkler mampu mencakup area sebesar 4,6 m x 4,6 m
3. Direncanakan antara satu sprinkler dengan sprinkler yang lain terjadi overlapping sebesar area
jangkauan, sehingga tidak ada titik yang tidak terkena pancaran air.

Maka area jangkauan sprinkler dapat dihitung sebagai berikut :


X = 4,6 m (1/4 x 4,6 m)
= 4,6 m 1,15 m
= 3,45 m
Maka, L = 3,45 m x 3,45 m
= 11,9 m2
Jadi Jumlah Sprinkler yang dibutuhkan :
= 514 m2 /11,9 m2
= 37,64 atau 38 buah Sprinkler
dan sebagai tambahan untuk Volume kebutuhanair sprinkler per gedung :
V=QxT
Dimana, V = Volume kebutuhanair (m3)
Q = Kapasitasair (dm3/menit)
Q = Q tiapsprinkler x Jumlahsprinkler yang pecah
= 80 dm3/menitx 12 sprinkler (1 zonaaktif)
= 960 dm3/menit
T = Waktuoperasisistem= 30 menit
V(kebutuhanair) = Q x T x 2 gedung
= 960 dm3/menitx 30 menitx 2 gedung
= 57600 dm3
= 57,6 m3

Spesifikasi Pekerjaan Mekanikal Elektrikal Hydrant Sistem


Posted by Muhammad Taufan
I.

PERSYARATAN TEKNIS UMUM

1.1.

PERATURAN DAN STANDARD

Tata cara pelaksanaan dan lain-lain petunjuk yang berhubungan dengan peraturan-peraturan
Pembangunan yang sah berlaku di Republik Indonesia..

Selama pelaksanaan spesifikasi ini harus betul-betul ditaati, diikuti serta sesuai prosedure yang
diberlakukan Pengawas.

Peraturan-peraturan berikut ini merupakan acuan dalam rangka perancangan maupun


pelaksanaan Instalasi Fire Hydrant
PERATURAN-PERATURAN
a. Perda Pemda setempat
Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Setempat
b. Departemen Pekerjaan Umum, Skep Menteri Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
LITERATURE DAN / ATAU REFERENCE
a. National Fire Codes,

1. NFPA-10, Standard for Portable Fire Extinguisher


2. NFPA-13, Standard for The Installation of Sprinkler Systems
3. NFPA-14, Standard for The Installation of Standpipe and Hose Systems
4. NFPA-20, Standard for The Installation of Centrifugal Fire Pumps
5. SNI 03-1735-2000
6. SNI 03-1745-2000
b. Mc. Guiness, Stein & Reynolds
Mechanical & Electrical for Buildings
II.

PERSYARATAN TEKNIS KHUSUS

2.1.

LINGKUP PEKERJAAN
a. Pengadaan dan pemasangan peralatan utama sistem fire fighting yang meliputi Electric Fire Pump, Diesel
Fire Pump dan Jockey Pump lengkap dengan panel kontrol, Hydrant Box, Hydrant Pillar beserta
pemipaannya.
b.

Pengadaan dan pemasangan valve-valve dari sistem instalasi/pemipaan di setiap gedung sesuai
pentahapan pembangunan gedung tersebut.

c. Mengadakan Testing and Commissioning terhadap seluruh sistem fire hydrant sehingga berfungsi dengan
baik.
d. Mengurus proses perijinan serta persyaratan lain yang diperlukan untuk mendapatkan persetujuan bahwa
Instalasi sistem fire Fighting dapat dinyatakan baik dan layak pakai oleh Dinas Pemadam
Kebakaran .(TAHAP-2)
e. Pengadaan dan pemasangan system Instalasi listrik dari panel power ke unit panel control unit Fire fighting
dank e setiap peralatan pompa.
f.
2.2.

Mengadakan Training Operasional kepada Team Engineering pemilik proyek dan untuk waktu serta
kesiapannya akan ditentukan kemudian bersama Pemilik proyek/Pengawas.
SPESIFIKASI TEKNIS PERALATAN UTAMA DAN INSTALASI

2.2.1. FIRE HYDRANT PUMPS.


Pompa fire Hydrant merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pompa pembantu jockey pump, pompa
utama penggerak electric dan pompa utama penggerak engine.
a. Jockey Pump
Type pompa

: Centrifugal multi stage pump

Kapasitas

: 56 L/men.

Head pompa

: 85 m

Putaran pompa

: 2.900 rpm

Daya pompa

: 3.0 kW

Karakteristik listrik

: 380 V, 3 phase, 50 Hz, Variable Speed Drived

Jumlah

: 1 (satu) unit.

Lengkap dengan panel kontrol Jockey Pump


b. Electric Fire Pump
Type pompa

: Centrifugal End Suction

Kapasitas

: 2850 l/men

Head pompa

: 85 m

Putaran pompa

: 2.900 rpm

Daya pompa

: +75 kW

Karakteristik listrik

: 380 V, 3 phase, 50 Hz, Star Delta Start

Jumlah

: 1 (satu) unit.

Lengkap dengan Panel Kontrol Electric Fire Pump.


c. Diesel Fire Hydrant Pump
Type pompa
Kapasitas

: Centrifugal End Suction


: 2850 L/men

Head pompa

: 85 m

Putaran pompa

: 2.900 rpm

Type Engine

: Diesel

Putaran

: 2.900 rpm

Sistem Coupling

: Direct Connected

Daya

: + 90 HP

Jumlah

: 1 (satu) unit

Power

: Accu 24 volt, 80 Amp, 2 buah type maintenance free


Lengkap dengan Panel Kontrol Engine Fire Pump.

Perlengkapan Engine
- Flexible coupling
- Coupling guard
- Heat exchanger loop

- Batteries
- Battery rack
- Battery cable
- Silencer
- Flexible ex hose connector
- Cooling water heater + thermostat.
Perlengkapan pemipaan / pompa, antara lain :
- Coumpond suction gauge
- Discharge pressure gauge
- Automatic air release valve
- Main relief valve
- Enclosed waste cone
- 165 gallon fuel tank
- Fuel system accessories
- Fitting package
- Setiap pompa dan sambungan pipa harus digrounding dan untuk pompa harus dilengkapi variable speed
drived.
- dan lain-lain.
2.2.2. FIRE PUMP CONTROLLER
Panel kontrol merupakan kelengkapan unit tiap-tiap fire Fighting pump yang dapat mengatur kerja pompa
secara automatic baik jockey pump sebagai pompa pembantu, pompa utama penggerak electric maupun
pompa penggerak engine masing-masingn mempunyai Fire Pump Controller tersendiri.
Khusus pompa penggerak engine akan bekerja secara automatic bila saluran daya listrik terputus pada saat
terjadi kebakaran.
Fire Pump Controller harus standard NFPA-20.
2.2.3. FIGHTING FIXTURES

a. Hydrant Pillar
-

Jenis two-way, terbuat dari baja tuang diberi penguat pondasi beton

Hydrant Pillar dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints atau cat ICI, (jenis

b. Fire Hydrant Box


- Box terbuat dari plat dengan tebal + 2 mm.

secukupnya.
exterior coating)

- Dimensi box : lihat gambar perencana.


-

Seluruh box dan pintu dicat merah dengan cat Duco ex Dana Paints dan diberi
warna merah.

- Panjang fire hose tidak kurang dari 30 M' mudah digulung, tahan terhadap
dengan sistem quick coupling.

tulisan Hydrant dengan

tekanan dan penyambungan

- Nozzle variable (zet spray) diameter 65 mm semua dalam keadaan baru dan fabricated.
- Fire hose dari jenis black rubber lined yang memenuhi standard BS 6391.
c. Seamese Connection
- Digunakan seamese connection jenis two way type Y terbuat dari baja tuang.
- Dalam pemasangan unit seamese connection harus diberikan pondasi penguat sebagai dudukan.
- Lokasi seamese connection mudah dilihat dan dekat dengan jalan laluan mobil agar mudah untuk dipakai
bila diperlukan (lihat gambar perencanaan).
- Seamese Connection harus sesuai standard DPK, untuk penggunaan sistem

coupling.

2.2.4. PIPA DAN VALVE


a. Pemipaan

Material Pipa yang digunakan Black Steel Pipe Sch. 40, atau ASTM A 53 dan harus diusahakan semuanya
berasal dari satu merk.

Demikian juga untuk fitting digunakan Black Steel Pipe class 15 K, Weld Type.

b. Valve - valve
Working Pressure : 300 psi (15 bar)
Gate Valve :

Tipe bronze body, non rising stem, screwed bonnet, solid wedge disk, screwed end untuk valve sampai
dengan diameter 50 mm atau bisa digunakan tipe Butterfly untuk diameter 15 mm sampai dengan
diameter 25 mm.

Tipe flanged or lugged body, stainless steel disk, stainless steel shaft, hand wheel operated with position
indicator untuk valve lebih besar dari diameter 50 mm dengan body material cast iron untuk tekanan 150
psi dan carbon steel untuk tekanan 300 psi.
Check Valve :

Material bronze body, swing type, Y pattern, screwed cup, metal disk, screwed end untuk valve sampai
dengan diameter 50 mm.

Swing silent type dengan stainless steel disk dengan body material cast iron untuk tekanan 300 psi dan
carbon steel untuk tekanan 300 psi.

Khusus untuk pompa-pompa hydrophor digunakan dual plate wafer type check valve.

c. Tekanan Kerja Valve :


2.3.

Untuk keperluan fire fighting digunakan valve - valve dengan tekanan kerja minimum 300psi (15 bar).
SYARAT-SYARAT PEMASANGAN

2.3.1. PEMASANGAN UNIT POMPA


a. Seluruh unit pompa harus dipasang dan didudukkan diatas fondasi dengan kuat dan kokoh.
b.

Metoda dan persyaratan instalasi pompa, pemipaan serta peralatan pemipaannya harus mengikuti dan
mengacu kepada Standard NFPA-20.

2.3.2. INSTALASI PEMIPAAN


a. Sistem Penyambungan Pipa

Menggunakan sambungan ulir/screwed atau las untuk pipa berdiameter 75 mm ke bawah dan
menggunakan sambungan flanged untuk diameter pipa 100 mm ke atas dengan maximum dua batang
pipa serta pada belokan minimal 5 kali diameter pipa dari bahan yang sesuai dengan jenis bahan pipanya
(long elbow).

Sambungan flanged dilakukan pada setiap belokan dan pada setiap dua batang pipa pada pipa lurus.

Untuk mencegah terhadap kebocoran, penyambungan pipa dengan ulir harus terlebih dulu diberi lapisan
red lead cement atau pintalan khusus dari asbes.
Sedangkan untuk sambungan flanged harus dilengkapi ring dari karet secara homogen.
b. Penumpu Pipa

Seluruh pipa harus diikat/ditetapkan, kuat dengan dudukan dan angker yang kokoh (rigit), agar inklinasinya
tetap, untuk mencegah timbulnya getaran dan gerakan.

Pipa horizontal harus ditumpu dengan penyangga dengan jarak antara tidak lebih dari 2,5 m.
c. Pemasangan Fixtures dan Fitting

Semua fixtures harus dipasang dengan baik dan di dalamnya bebas dari kotoran yang akan mengganggu
aliran atau kebersihan air, dan harus terpasang dengan kokoh (Rigit) ditempatnya lengkap tumpuan yang
mantap.

Semua fixtures, fitting, pipa-pipa hidrant dilaksanakan harus rapi.

Untuk pipa-pipa yang tekanan airnya tinggi (pipa induk), dipasang balok-balok dari beton dengan
campuran yang kuat (K.225) dan dipasang setiap ada sambungan pipa (tee, elbow, valve ) dan sebagainya.

Tinggi pemasangan dari lantai + 20 cm (muka tanah jadi).


Perletakan engsel disesuaikan dengan keadaan setempat sehingga mudah untuk dibuka/tutup.

2.4.

SYARAT-SYARAT PENERIMAAN

2.4.1. M A T E R I A L
a.

Kontraktor harus menjamin seluruh unit peralatan yang didatangkan adalah baru (New Product), bebas
dari defective material, improver material dan menjamin terhadap kualitas atau mutu barang sesuai
dengan tujuan spesifikasi.

b.

Setiap material atau peralatan yang tidak memenuhi spesifikasi harus diganti dengan yang sesuai dan
dalam jangka waktu tidak lebih dari 1 (satu) minggu setelah ditanda tangani berita acara penerimaan
barang.

c. Seluruh biaya yang timbul akibat penggantian material/peralatan menjadi tanggungan/beban Kontraktor.
2.4.2. CONTOH BARANG
a.

Pemborong wajib mengirimkan contoh-contoh bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan kepada
Pengawas atau Brosur-brosur dari alat-alat tersebut dan menunggu persetujuan dari pemilik
proyek/Pengawas/Perencana sebelum alat-alat tersebut dipasang.

b. Contoh barang dimasukkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah diturunkannya SPK untuk
diperiksa Pemilik/Perencana dan Pengawas.
c. Contoh-contoh barang yang sudah disetujui oleh pemilik proyek/Pengawas/ Perencana harus disimpan di
Direksi Keet guna dijadikan Referensi bagi pemasangan di lapangan. Bila bahan-bahan tersebut diragukan
kualitasnya akan dikirimkan ke kantor penyelidikan bahan-bahan atas biaya Pemborong. Bila ternyata
terdapat bahan-bahan yang telah dinyatakan tidak baik/tidak bisa dipakai oleh Pengawas/ Perencana,
maka Pemborong harus mengangkut bahan-bahan tersebut ke luar lapangan dalam jangka waktu 3 (tiga)
hari, harus sudah tidak ada di lapangan (site).
2.4.3. PENGUJIAN INSTALASI PEMIPAAN
a. Sebelum dipasang fixtures-fixtures dari seluruh sistem distribusi, installasi pemipaan air harus diuji dengan
tekanan 20 kg/cm2, tanpa mengalami kebocoran dalam waktu minimum 24 jam tekanan tersebut tidak
turun/berubah. Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara bagian demi bagian dari panjang pipa
maximum 150 meter.
b.

Biaya pengetesan serta alat-alat yang diperlukan adalah menjadi tanggung jawab Pemborong/
Kontraktor. Pengetesan pipa harus dilaksanakan dengan disaksikan oleh Pengawas dan wakil dari pemilik
proyek/Perencana, selanjutnya apabila telah diterima/memenuhi syarat akan dibuatkan Berita Acaranya.

c. Di dalam setiap pelaksanaan pengujian, balancing dan "trial run" sistem instalasi ini haruslah pula dihadiri
pihak pemilik proyek/Perencana/Pengawas dan Ahli serta pihak-pihak lain yang bersangkutan. Untuk ini
hendaklah diberikan pula sertifikat pernyataan hasil pengujian oleh yang berwenang memberikannya.
2.4.4. PEMBERSIHAN LAPANGAN
a. Lapangan yang dipergunakan harus setiap hari setelah selesai bekerja dibersihkan oleh Pemborong.
b. Segera setelah Kontrak selesai maka Pemborong harus memindahkan semua sisa bahan pekerjaannya dan
peralatannya kecuali yang masih diperlukan selama pemeliharaan.
2.4.5. P E N G E C A T A N
a. Semua pipa dari besi/baja dalam tanah harus dililit dengan karung goni dan dilapisi dengan Tar (Tar coated)
untuk penahan Korosi atau dengan bahan anti karat sintesis yang dispesifikasi untuk keperluan pemipaan
bawah tanah. Sedangkan untuk pipa-pipa yang terlihat (exposed) harus diberi tanda dengan warna atau
cat yang warnanya akan ditentukan kemudian oleh Pengawas.
b.

Untuk pipa-pipa dalam ceiling agar mudah dikenali diberikan tanda warna/cat pada setiap jarak + 4 m
dengan arah aliran pada pipa-pipa induk, begitu pula pipa-pipa pada shaft dimana terletak pintu
pemeriksaan.

c. Sebagai patokan dipakai warna cat sebagai berikut :


Untuk jaringan pipa hydrant dipakai warna merah
d.

Khususnya untuk identifikasi dan penentuan warna cat dari masing - masing instalasi Plumbing dan
Hydrant akan ditentukan kemudian bersama Pemilik / Pengawas.

2.4.6. SURAT KETERANGAN


Pemborong harus memberikan Surat Keterangan/Sertifikat dari Dinas Pemadam Kebakaran Daerah yang
menunjukkan bahwa Sistem tersebut dapat dipergunakan dan berfungsi dengan baik.
Surat Keterangan keagenan yang berada di Indonesia untuk material - material import.
2.4.7. DATA SUKU CADANG
Pemborong harus menjamin dan melengkapi dengan Surat Jaminan adanya suku cadang yang mudah
diperoleh pada peralatan-peralatan yang sekiranya akan mengalami gangguan atau kerusakan dalam
waktu tertentu, baik untuk peralatan utama maupun peralatan penunjang.
2.5.

SYARAT-SYARAT OPERASIONAL

a.

Pelayanan hydrant diluar/di dalam bangunan dan sprinkler menggunakan satu set pompa yang terdiri
dari jockey pump, electric hydrant pump dan diesel hydrant pump.

b. Pengaturan kerja pompa dilakukan secara automatic dengan pressure switch pump Control, control valve
serta panel-panel pengoperasian.
Semua ketentuan-ketentuan unit pompa beserta perlengkapannya harus mengikuti NFPA 20 standard.
2.6.

SYARAT-SYARAT PEMELIHARAAN

2.6.1. SYARAT UMUM


a. Pada saat penyerahan untuk pertama kalinya Pemborong harus menyerahkan gambar-gambar, data-data
peralatan petunjuk operasi dan cara-cara perawatan dari mesin-mesin terpasang di bawah Kontrak
ini. Data-data tersebut haruslah diserahkan kepada pemilik proyek/Pengawas sebanyak 4 (empat) set dan
kepada Perencana 1 (satu) set.
b.

Pada saat penyerahan pertama harus diserahkan antara lain : Instruction Manual, Installation Manual,
Maintenance Manual, Operating Instruction, Trouble Shooting Instruction.

c. Hendaknya diberikan pula 2 (dua) set singkatan petunjuk operasi dan perawatan kepada Pemilik, sebuah
dipasang dalam suatu kaca berbingkai dan ditempelkan di dinding dalam ruang mesin utama atau tempat
lain yang ditunjuk oleh pemilik proyek/Pengawas.
d. Pemborong harus memberikan pendidikan praktek mengenai operasi dan perawatannya kepada petugaspetugas teknis (Team Engineering) yang ditunjuk oleh pemilik proyek secara cuma-cuma sampai cakap
menjalankan tugasnya.
e. Pemborong harus memberikan Surat Garansi dari pemakaian peralatan-peralatan utama kepada Pemberi
Tugas.

2.6.2. MATERI PEMELIHARAAN


Selama masa pemeliharaan, Pemborong wajib melakukan pemeliharaan secara berkala terhadap
seluruh Instalasi Sistem, baik peralatan utama maupun instalasi pemipaannya.
Pelaksanaan pemeliharaan menyangkut item-item dan tidak terbatas pada berikut ini :
a. Pemeriksaan terhadap :
- Fungsi dan mekanisme kerja kontrol
- Mekanisme kerja panel-panel kontrol
b. Pemeriksaan terhadap: Battery Charger, penggerak engine, minyak pelumas sistem pompa dan sistem
engine
c. Testing terhadap bekerjanya unit-unit sistem, yaitu pompa penggerak elektrik dan diesel
d. Bersihkan seluruh peralatan dari kotoran
e. Pembersihan tangki bahan bakar
f. Penggantian minyak pelumas.
2.6.3. PETUNJUK PEMELIHARAAN
a.

Sebelum dilakukan serah terima pekerjaan, Pemborong harus menyerahkan


Buku Petunjuk
Pemeliharaan terhadap seluruh peralatan utama (pompa, motor, diesel, panel listrik, panel kontrol, dll.)
dan Instalasi serta daftar material/ komponen yang memerlukan penggantian secara berkala.
Buku yang diserahkan harus dalam bentuk edisi lux dan dijilid dengan rapih dan bagus.
Petunjuk pemeliharaan harus mencantumkan ringkasan dari pemeliharaan berkala yang direkomendasikan
oleh pabrik pembuat dan standard/aturan yang berlaku secara umum.

b. Di dalam buku pentunjuk pemeliharaan tersebut harus diuraikan secara jelas dan ringkas mengenai
tatacara/prosedur pemeliharaan, contoh data logbook pencatatan (harian, mingguan, bulanan dan
tahunan).
c. Jumlah buku yang harus disediakan oleh Pemborong sebanyak 5 (empat) set, masing-masing 3 set untuk
Pemilik Proyek, 1 set untuk Pengawas/MK dan 1 set untuk Perencana. Seluruh biaya yang diakibatkan oleh
pembuatan dan pengadaan buku tersebut ditanggung oleh Pemborong.

Anda mungkin juga menyukai