TESIS
OLEH
KHAIZAMI
08/PS/5023
TESIS
OLEH
KHAIZAMI
Nomor Mahasiswa
Program Studi
Bidang Kajian Utama
: 08/PS/5023
: Teknik Sipil
: Geoteknik dan Jalan raya
TIM PENGUJI
Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota
Mengetahui
Direktur Program Pascasarjana
Universitas Islam Riau
Oktober 2010
Khaizami
KATA PENGANTAR
KHAIZAMI
DAFTAR ISI
i
Halaman Pernyataan...........................................................................................
ii
iii
Daftar Isi.............................................................................................................
Daftar Gambar....................................................................................................
xi
xv
BAB II
PENDAHULUAN ...........................................................................
1.1
1.2
1.3
10
11
11
12
2.4. Geogrid.....................................................................................
12
14
15
17
19
19
20
21
21
22
23
24
25
3.3. Penurunan................................................................................
25
26
27
28
29
31
33
35
36
37
45
46
48
48
49
49
49
4.5
51
4.6
51
4.7
Prosedur Penelitian..................................................................
53
54
54
54
57
61
62
62
65
5.5
Spesifikasi Geosintetik............................................................
65
5.6
BAB V
Jembatan Perawang.................................................................
5.7
66
68
70
70
71
71
71
73
74
77
77
77
78
80
80
81
83
LAMPIRAN
94
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 3.1
22
Gambar 3.2
26
Gambar 3.3
Gambar 3.4
Gambar 3.5
27
31
34
Gambar 3.6
34
Gambar 3.7
Gambar 3.8
Gambar 3.9
35
37
39
40
42
11
Gambar 3.12 Faktor pengaruh untuk beban titik teori Boussinesq (IB) ...........
44
45
Gambar 4.1
48
Gambar 4.2
52
Gambar 5.1
55
Gambar 5.2
58
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Gambar 5.5
69
Gambar 5.9
68
Gambar 5.8
68
Gambar 5.7
67
Gambar 5.6
66
70
72
73
12
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
30
30
30
Tabel 3.4
32
Tabel 5.1
Tabel 5.2
63
64
Tabel 5.3
65
Tabel 5.4
66
DAFTAR NOTASI
13
: Luas tampang pada bidang geser antara tanah lunak dan keras (m2)
FB
GS
: Grafitasi khusus
Ka
KP
PA
PP
SF
: Faktor aman
TP
: Gaya perlawanan gesek antara tanah lunak dengan tanah keras (kN)
TT
cG
Ic
pa
14
pb
qu
: Tegangan (kN/m2)
sat
ABSTRAK
15
ABSTRACT
16
17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perencanaan jalan tidak bisa terlepas dari aspek aspek geoteknik. Salah
satu aspek geoteknik yang perlu diperhatikan adalah bilamana suatu lokasi
pembangunan merupakan jenis tanah lunak (soft soil). Dalam melaksanakan
pekerjaan jalan pada tanah lunak ditemui permasalahan yang berhubungan dengan
kemampuan daya dukung dan stabilitas dari tanah lunak, yaitu kuat dukung dan
kuat geser yang rendah, kestabilan yang kecil. Jika beban bekerja maka akan
terjadi penurunan yang besar dan berlangsung dalam waktu yang lama. Untuk
mengantisipasi permasalahan tersebut salah satu upaya yang dilakukan adalah
dengan menggunakan metode perkuatan geosintetik yang saat ini telah
berkembang pesat.
Menurut Suryolelono (2000) tujuan pemakaian geosintetik sebagai bahan
perkuatan adalah untuk mencegah tercampurnya tanah timbunan dengan tanah
lunak, mencegah/mengurangi deformasi pada arah horizontal dan vertikal yang
berlebihan serta meningkatkan/menambah perlawanan geser tanah terhadap
keruntuhan/kelongsoran timbunan.
Perkuatan timbunan dengan menggunakan bahan perkuatan geosintetik
yang ditempatkan di dasar timbunan dapat menambah daya dukung terhadap
konstruksi timbunan dan beban lalu lintas. Akan terjadi perilaku tegangan dan
regangan yang bervariasi pada luasan bidang geosintetik, dan juga terjadi perilaku
interface antara tanah dan perkuatan. Geosinteik fungsi utamanya sebagai bahan
18
perkuatan tanah yang paling banyak digunakan adalah geotekstil dan geogrid
(Koerner, 2005).
Penggunaan geosintetik selain dapat diterima secara teknis dan ekonomis
juga sangat mudah diaplikasikan di lapangan, Pemakaian bahan geosintetik
sebagai bahan perkuatan sudah lama dikenal dan semakin banyak digunakan
karena mudah mendapatkannya. Dalam pelaksanaan pekerjaan jalan pada tanah
lunak dengan perkuatan geosintetik yang dilaksanakan di Riau masih banyak
dijumpai penurunan yang terjadi sehingga pada akhirnya akan menyebabkan
kerusakan terhadap jalan tersebut. Hal ini mungkin disebabkan oleh perencanaan,
metode pelaksanaan, pemilihan bahan perkuatan, dan penempatan bahan
geosintetik yang belum terlaksana sebagaimana mestinya.
Evaluasi permasalahan jalan pada tanah lunak yang ditinjau adalah
timbunan dengan perkuatan geosintetik
19
1.2
Rumusan Masalah
Ruas jalan Simpang MaredanJembatan Perawang terdapat kondisi tanah
lunak rawa/gambut sepanjang 1,6 KM. Pekerjaan pada tanah lunak dilakukan
dengan memberi kombinasi bahan geotekstil Georeinfox HRX 300 dan geogrid
GX 40/40 sebelum dilakukan penimbunan tanah dengan ketebalan 2,0-3,0 meter.
Ruas Jalan Jembatan PerawangKM 11 Kota Perawang juga terdapat
kondisi tanah lunak sepanjang 2,4 KM. Pelaksanaannya hanya memberikan
geotekstil. Tanah lunak ditimbun dengan ketebalan 3,0-4,0 meter, dan pada
ketebalan timbunan mencapai 3,5 meter ditambahkan lagi perkuatan geogrid.
Pada titik tinjauan masih terjadi konsolidasi, tidak stabil, kepadatan yang
masih rendah yang lebih jauh dapat mengakibatkan kegagalan konstruksi, dengan
demikian timbul pertanyaan penyebab terjadinya permasalahan tersebut yaitu:
1. Apakah dilakukan penyelidikan tanah, berapa ketebalan tanah lunak.
2. Apakah pelaksanaan penimbunan telah memperhitungkan kemampuan
daya dukung tanah lunak sehingga memenuhi syarat angka aman.
3. Bagaimana penggunaan dan penempatan geosintetik, apakah sudah tepat.
4. Apakah telah memperhitungkan penurunan konsolidasi dan sejauh mana
settelement terjadi.
Terhadap kedua ruas jalan yang ditinjau, dilakukan evaluasi dengan
membandingkan ketebalan timbunan, metode pelaksanaan, penggunaan geotektil
dan geogrid, penurunan konsolidasi serta posisi letaknya sebagai bahan perkuatan
yang dilakukan secara analisis. Dalam melakukan evaluasi dibandingkan
permasalahan yang terjadi pada kedua ruas jalan ini dari data yang didapat untuk
20
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengevaluasi timbunan badan
21
1.4
Batasan Penelitian
Agar tidak terjadi perluasan masalah, penelitian dibatasi pada masalah
1.5
Manfaat Penelitian
Adanya penelitian ini kiranya dapat bermanfaat bagi mahasiswa, Pengguna
1.6
Keaslian Penelitian
Penelitian berkaitan dengan geosintetik pada tanah lunak juga dilakukan
antara lain oleh Shantika (2005) yang melakukan analisis dua dimensi pada
geogrid akibat beban lalu lintas kendaraan dengan menggunakan program Plaxis.
22
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
24
ketebalan dangkal (0100 CM) sekitar 8,6 %, ketebalan gambut sedang (100200)
Cm sekitar 10,7%, dan ketebalan gambut dalam (>200 cm ) sekitar 80,7% dari
total areal gambut di Riau seluas 486.339 Ha (Radjagukguk, 1991). Selain sifat
tersebut di atas, tanah gambut mempunyai sifat kompresibilitas, dan permeabilitas
yang tinggi. Tanah lempung termasuk jenis tanah yang kohesif, umumnya
memiliki partikel halus dalam jumlah besar.
Para ahli memiiki definisi yang berbeda tentang tanah lempung, antara lain
Hardiyatmo (1992) menjelaskan bahwa tanah lempung tersusun atas mineralmineral hasil pelapukan tanah secara kimiawai yang berukuran diameter butiran
lebih kecil dari 0,002 mm, sedangkan Holtz dan Kovacs (1981) menyatakan
bahwa lempung adalah tanah yang mengandung mineral-mineral lempung dan
memiliki plastisitas serta kohesifitas. Dalam standart AASHTO dan ASTM,
penentuan klasifikasi tanah lempung ditentukan dari ukuran butir, indek plastisitas
dan batas cair. Standar AASHTO mensyaratkan lebih dari 35 % lolos saringan
nomor 200 dengan indeks plastisitas minimum 11 %, sedangkan standar ASTM
mensyaratkan lebih dari 50 % lolos saringan nomor 200. Holtz dan Kovacs (1981)
memberikan garis besar identifikasi tanah lempung yaitu berbutir halus dan tidak
dapat dilihat butiran tunggalnya, bersifat kohesi dan plastis.
Perilaku teknis sangat dipengaruhi oleh kadar air, prilaku teknis tidak
terlalu dipengaruhi oleh distribusi ukuran butir. Tingkat kohesifitas tanah lempung
sangat menentukan besaran kuat geser tanah, Tingkat plastisitasnya sangat
dipengaruhi oleh kadar air tanah. Kedudukan fisis tanah berbutir halus pada kadar
air tertentu disebut konsistensi (Hardiyatmo, 1992). Tingkat konsistensi tanah
lempung menurut Bowles (1985) disampaikan sebagai berikut:
25
lempung
cendrung
mengakibatkan
perubahan
warna
26
replacement) yang jelek dengan yang baik, kombinasi timbunan dengan metode
bahu beban kontra (counterweigh berm), mencampur/menambah tanah yang
bergradasi baik dan menggunakan metode dengan perkuatan geosintetik,
geosintetik bisa dari jenis Woven dan jenis Non Woven yang disebut geotekstil,
dan bentuk grid yang disebut geogrid. Kegunaannya adalah untuk memperbesar
kemampuan daya dukung tanah dengan mengandalkan kuat geser geosintetik dan
butiran tanah (Hunt,1982)
2.2
perkuatan tanah, separator dua material yang berbeda dan sebagai perata beban ke
tanah dasar pondasi. Konsep perkuatan tanah mirip dengan konsep tulangan pada
konstruksi beton yang mengganti tulangan tersebut dengan geosintetik yang
ditempatkan antara butiran tanah. Bila tanah menerima beban vertikal , maka
lembaran geosintetik ini seolah olah akan terjepit diantara butiran tanah dan
memberikan perlawanan akibat gesekan antara butiran tanah dengan permukaan
bahan geosintetik.
Makin kasar permukaan bahan ini maka makin besar pula perlawanan
yang ditimbulkan oleh gesekan kedua permukaan bahan yang berbeda. Dengan
demikian kemampuan tanah untuk melawan gaya yang bekerja lebih besar lagi.
Analisis stabilitas konstruksi dilakukan pada tinjauan stabilitas internal yang
mengandalkan kemampuan bahan tersebut terhadap kuat tarik dan perlawanan
gesek yang ditimbulkan antara permukaan bahan geosintetik dengan
butiran
27
diperlukan adalah karakteristik fisis dan mekanis tanah (kemiringan lereng serta
regangan/tegangan) yang terjadi pada bahan geosintetik. Sedangkan stabilitas
eksternal dilakukan dengan tinjauan stabilitas terhadap gaya geser, yang berarti
konstruksi tidak bergeser akibat gaya yang bekerja.
2.3
Geotekstil
Rancangan, aplikasi dan kinerja semua geotekstil terlepas dari komposisi
atau jenisnya dapat ditentukan dengan cara mengidentifikasi fungsi - fungsi utama
yang diperlukan dari geotekstil tersebut. Pada pembangunan struktur - struktur
yang berkaitan dengan tanah selain untuk perkuatan dan proteksi, geotekstil juga
berfungsi sebagai separator, drainase dan filtrasi.
28
tanah dasar yang jelek untuk memikul beban vertikal lalu lintas. Dalam
kenyataannya, kemampuan struktur jalan untuk memikul beban lalu lintas lebih
banyak berhubungan dengan kemampuan geotekstil sebagai separasi dan
sekaligus menjaga kesatuan aggregate subbase daripada perkuatan.
2.4
Geogrid
Adalah suatu material geosintetik membentuk set rib yang berpotongan
secara paralel dengan lubang lubang yang cukup untuk dapat melewatkan tanah di
sekitarnya, batuan, atau material geoteknik lainnya (Koerner, 2005).
29
30
(direct shear test). Dalam uji tersebut, geogrid ditempatkan dalam kotak
atas dan dipaksa untuk menggelincir diatas tanah statis pada suatu shear
box yang telah diberi tekanan normal.
2.5
Penurunan
Menurut Hardiyatmo (2007), jika lapisan tanah dibebani maka tanah akan
31
1. Fase awal
Yaitu fase dimana penurunan terjadi dengan segera sesudah beban bekerja.
Penurunan ini terjadi akibat peroses penekanan udara yang keluar dari
dalam pori tanah. Pada lempung jenuh sangat kecil, tetapi pada lempung
tidak jenuh sangat besar pengaruhnya terhadap penurunan.
2. Fase konsolidasi primer atau konsolidasi hidrodinamis
Yaitu penurunan yang dipengaruhi oleh kecepatan aliran air yang
meninggalkan rongga pori tanah akibat adanya tambahan tekanan. Proses
konsolidasi ini sangat dipengaruhi oleh sifat tanah seperti, permeabilitas,
konpresibilitas, angka pori, bentuk geometri tanah termasuk tebal lapisan
mampat, pengembangan arah horizontal dari zona mampat, dan batas lolos
air, dimana air keluar menuju lapisan yang lolos air ini.
3. Fase konsolidasi sekunder
Merupakan proses lanjutan dari konsolidasi primer, dimana prosesnya
berjalan
2.6
Penelitian Terdahulu
Mochtar dan Solihin (2002), melakukan metoda alternatif untuk
pembangunan jalan di atas tanah sangat lunak yaitu Surabaya Eastern Ring Road
(SERR) ruas WaruTanjung Perak berada diatas tanah lunak yang dalam, daya
dukung tanah dasar sangat rendah sehingga tidak mampu mendukung beban
timbunan dan beban lalu lintas, terjadi penurunan sangat besar dan munculnya
32
33
2.7
atas tanah lunak dengan tebal lapisan rata-rata 12 meter. Apabila dilakukan tanpa
perbaikan tanah dasar terlebih dahulu maka perkerasan jalan yang dibangun di
atas timbunan tanah setinggi 3 meter akan mengalami penurunan sebesar 0,97
meter selama 19,63 tahun sehingga mengakibatkan permukaan perkerasan jalan
berada dibawah muka air banjir maksimum.
Pada saat baru 2 tahun jalan dioperasikan konsolidasi baru mencapai 33 %
sehingga mengakibatkan perkerasan jalan mengalami kerusakan dini. Hal ini
mengakibatkan jalan menjadi tidak nyaman /tidak aman sehingga akan
menurunkan tingkat pelayanan.
Untuk menanggulangi masalah tersebut dilakukan perbaikan tanah dasar
menggunakan metode pra kompresi. Guna mempercepat pemampatan tanah dasar
dipasang bahan vertikal drain dengan pola segi tiga jarak 0,78 meter dan
kedalaman 12 meter. Berdasarkan perhitungan pada saat pembebanan berlangsung
selama 6 minggu derajat konsolidasi tanah (U) telah mencapai 95 %. Drainase
horizontal dipasang pada setiap ujung atas potongan vertikal drain secara berjajar
34
35
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1
36
3.2
Konsolidasi
Bila tanah jenuh permeabilitas rendah dibebani, tekanan air pori di dalam
tanah segera bertambah. Perbedaan tekanan air pori pada tanah mengakibatkan air
mengalir kelapisan tanah dengan tekanan air pori lebih rendah yang diikuti
penurunan tanahnya. Karena permeabilitas tanah yang rendah, proses ini
memerlukan waktu, proses berkurangnya volume dan rongga pori dari tanah jenuh
berpermeabilitas rendah akibat pembebanan dimana prosenya dipengaruhi oleh
kecepatan terperasnya air pori keluar dari rongga tanah disebut dengan
konsolidasi. Proses konsolidasi dapat diamati dengan pemasangan piezometer,
untuk mencatat perubahan tekanan air pori dengan waktunya.
37
konsolidasi
dimaksudkan
untuk
menentukan
sifat
pemampatan suatu macam tanah yang diakibatkan adanya tekanan vertikal berupa
berat konstruksi dan lalu lintas atau tanah timbun itu sendiri. Sifat pemampatan ini
berupa adanya perubahan volume dan proses keluarnya air dari dalam pori tanah.
Koefisien Pemampatan (av) adalah koefisien yang menyatakan kemiringan kurva
e-p, jika tanah dengan volume V1 mampat maka volumenya menjadi V2 yang
mampatnya tanah akibat pengurangan rongga pori, maka perubahan volume hanya
dalam arah vertikal yang dinyatakan sebagai berikut:
av = e / p = (e1 e2 ) / (p2 p1) dalam kN/m2
(3.1)
38
(3.2)
39
(3.3a)
Cc = 0,009 (LL10)
(3.3b)
(3.4a)
(3.4b)
P1 > pc
Sc = ((Cr.H)/(1+e0)).log(pc/p0)+((Cc.H/(1+e0)).log(p1/pc)
(3.5)
Dimana:
Cc = e/log p pada kurva penambahan beban atau pada p>pc
Penurunan Konsolidasi Total adalah jumlah dari penurunan tiap
lapisannya seperti persamaan berikut ini:
Sc = (e0e1).H/(1+e0) = e.H/(1+e0)
(3.6)
(3.7)
(3.8)
(3.9)
40
(3.10)
(3.11a)
41
U = (pp0)/(p1p0)
(3.11b)
(3.12)
(3.13)
(3.14)
3.3.
Penurunan
Jika lapisan tanah dibebani, maka tanah akan mengalami regangan atau
penurunan. Regangan yang terjadi dalam tanah ini disebabkan oleh berubahnya
susunan tanah maupun oleh pengurangan rongga pori/air di dalam tanah tersebut.
Jumlah dari regangan sepanjang kedalaman lapisan merupakan penurunan total
tanah. Penurunan akibat beban adalah jumlah total dari penurunan segera dan
penurunan konsolidasi yang dinyatakan dengan persamaan berikut :
S = Si + SC + SS
(3.15)
42
Dimana:
S = penurunan total
Si= penurunan segera
Sc= penurunan akibat konsolidasi primer
SS= penurunan akibat konsolidasi skunder
(3.16)
(3.17)
(3.18)
3 Penurunan segera akibat beban terbagi rata luasan fleksibel pada lapisan
dengan tebal terbatas.
Si = qn.Ip.B/E
(3.19)
Ip = (12).F1+(1 - 22).F2
( 3.20)
43
(3.21)
z = q.I
(3.22)
Dimana:
I=1/((a+b)/a)(1+2)(b/a)
(3.23)
(3.24)
44
Dimana:
e0 = angka pori awal
e1 = angka pori saat berakhirnya konsolidasi
e = Selisih angka pori
H = tebal lapisan tanah yang ditinjau
Jika penurunan konsolidasi dihitung berdasarkan indek pemampatan (CC)
dan indek pemampatan kembali (Cr) maka CC dan Cr dihitung sebagaimana
persamaan persamaan di atas.
(3.25)
SS = C /(1+ep).H.log(t2/t1)
(3.26)
Dimana:
C = Indek pemampatan sekunder
SS = penurunan konsolidasi sekunder
H =tebal benda uji awal atau tebl lapisan lempun
ep = angka pori saat akhir konsolidasi primer
t2 = t1 + t
t = saat waktu setelah konsolidasi primer berhenti
45
3.4
berlanau, lempung berpasir, atau berkerikil yang sebagian besar butiran tanahnya
terdiri dari butiran halus. Kuat geser tanah ini ditentukan terutama dari kohesinya.
Secara umum tanah kohesif umumnya mempunyai sifatsifat teknis (Engineering
Properties) sebagai berikut:
1. Kuat geser rendah
2. Bila basah bersifat plastis dan mudah mampat (mudah turun)
3. Menyusut bila kering dan mengembang bila basah
4. Berkurang kuat gesernya, bila kadar air bertambah
5. Berkuarang kuat gesernya bila struktur tanahnya terganggu
6. Berubahnya volume dengan bertambahnya waktu akibat beban rangkak
(creep) pada bagian yang konstan
7. Merupakan material kedap air
8. Material yang jelek untuk timbunan akan menghasilkan tekanan lateral
yang tinggi memiliki kuat geser yang rendah dan sukar untuk dipadatkan
9. Bersifat plastis dan kompresible
10. Lereng akan mudah longsor
Untuk mendifinisikan plastisitas tanah kohesif, diperlukan kedudukan fisik
tanah tersebut pada kadar air tertentu yang disebut konsistensi. Konsistensi
dinyatakan dalam istilah lunak, sedang, kaku dan keras. Konsistensi tanah
lempung yang tak terganggu dari lapangan dapat dikaitkan dengan identifikasi dan
nilai kuat tekan bebas (qu). Hubungan konsistensi, identifikasi, dan kuat tekan
bebas (qu) tanah lempung diperlihatkan sebagaimana dalam tabel 3.1 yang
46
disajikan dibawah ini. Untuk tanah lempung jenuh, Terzaghi dan Peck (1984)
memberikan hubungan nilai N dengan qu secara kasar seperti dalam Tabel.3.2
yang
qu (kN/m2)
Identifikasi dilapangan
Dengan mudah ditembus beberapa inci
dengan kepalan tangan
Dengan mudah ditembus beberapa inci
dengan ibu jari
Melekuk bila ditekan dengan ibu jari,
tapi dengan kekuatan besar
Melekuk bila ditekan dengan kuku ibu
Jari
Dengan kesulitan, melekuk bila
ditekan
dengan ibu jari
Dengan kesulitan, melekuk bila
ditekan
Dengan ibu jari
<25
25-50
50-100
100-200
200-400
>400
Tabel 3.2. Hubungan nilai N-Spt, tekanan konus, konsistensi dan kuat
tekan bebas (qu) tanah lempung (Terzaghi dan Peck, 1948)
Nilai N-Spt
<2
24
48
8 15
15 30
>30
Tek.konus
(Kg/cm2)
0- 5
5 - 10
10 - 20
20 - 40
40 - 80
80 90
Konsistensi
Sangat lunak
Lunak
Sedang
Kaku
Sangat kaku
Keras
<4
4 10
10 30
30 50
>50
47
3.5
48
Japan Road Association, 1986 tersebut berlaku untuk suatu timbunan tanah di atas
tanah asli. Untuk tanah asli yang sudah memampat, pengaruh trafik tersebut
tidaklah sebesar aslinya. Jadi dapat diasumsikan bahwa pengaruh traffic pada
tanah dasar yang telah terkonsolidasi hanya sebagian dari harga menurut Japan
Road Association tersebut sebagaimana gambar 3.3 kurva b (Mochtar, 2000).
Muatan
Sumbu
Terberat
Lalu lintas
Harian
(SMP)
Dimensi
Kendaraan
Maksimum (P/L)
Arteri I
Arteri II
Arteri III A
Kolektor III A
Kolektor III B
Lokal III C
> 10
Ton
10 Ton
8 Ton
8 Ton
8 Ton
> 20.000
6.000-20.000
1.500- 2.000
< 2.000
18/2,5 meter
18/2,5 meter
18/2,5 meter
18/2,5 meter
12/2,5 meter
9/2,1 meter
49
3.6
(3.27)
dilakukan pengujian SPT dan didapat nilai N-SPT, namun sampel yang diambil
untuk selanjutnya dilakukan pengujian untuk mendapatkan nilai kohesi (c), sudut
geser () dan berat volume tanah () tidak terdapat pada titik yang sesuai maka
diadakan korelasi menurut hasil pengujian tanah lunak yang dilakukan oleh
Fakultas teknik Universitas Gadjahmada Yogjakarta sebagaimana yang disajikan
dalam grafik gambar 3.4 dan 3.5, yaitu untuk korelasi N-SPT dengan kohesi (c)
lempung kepasiran dan sudut geser ( ) dan korelasi Nilai N-SPT dengan kohesi
(C) lempung. Holtz dan Kovacs dalam An Introduction to Geotechnical
Engineering untuk korelasi sudut geser, dry density, relative density, dan
klasifikasi tanah (gambar 3.6).
50
Gambar 3.6 Korelasi N-SPT dengan Kohesi (C) Lempung(Pengujian FT. UGM
51
3.7
ML = Lanau plastisitas
SM = Pasir lanau
timbunan pada tanah lunak tipis. Perkuatan yang digunakan merupakan bahan
geosintetik (geotekstil atau geogrid) yang diletakkan pada dasar timbunan. Untuk
perkuatan didasar timbunan, memungkinkan konstruksi timbunan dibangun
dengan waktu yang relatif cepat dan pada saat yang sama dapat memelihara
kestabilan. Selama pembebanan, kuat tarik perkuatan meningkat dan mencapai
maksimum pada akhir konstruksi timbunan, kemudian tanah lunak mengalami
52
proses konsolidasi, kuat geser bertambah dan dapat mendukung beban timbunan
yang lebih besar. Kuat tarik bahan pada perkuatan akan berkurang sampai waktu
tanah dasar dapat mendukung beban timbunan secara penuh sehingga beban
muatan perkuatan menjadi nol.
3. 8
woven dan dalam bentuk geogrid. Fungsi geotekstil ini tidak sebagai tulangan,
tetapi sebagai separator (pemisah) antara tanah lunak dengan timbunan. Bila
timbunan terletak pada tanah lunak, terjadi deformasi yang berlebihan yang
menyebabkan timbunan menjadi melengkung kebawah. Melengkungnya timbunan
ini merusak struktur diatasnya, prinsipnya timbunan berprilaku sama seperti balok
yang dibebani, dimana jika timbunan melengkung terlalu tajam akan timbul
keretakankeretakan lapis perkerasan/aspal, dan jika penurunan tidak merata
maka jalan akan bergelombang.
Analisa mekanika tanah dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi
tanah
53
3.9
gaya gaya yang bekerja pada bahan perkuatan tersebut. Gaya-gaya yang bekerja
akan mempengaruhi kestabilan konstruksi itu sendiri. Suryolelono (2000)
memberikan tiga tinjauan yang dapat digunakan dalam analisis gaya dan faktor
aman dari suatu perkuatan didasar timbunan yang diuraikan pada pembahasan
sebagai berikut.
Pa
D
Tanah lunak
Ppt
Tanah lunak
B
Gambar 3.8 Bentuk bidang longsor tanpa dan dengan beban terbagi rata
dipuncak timbunan tanpa perkuatan tanah
54
PP
PA
Dimana:
PPt + ( B.A)
(3.28)
P
PP = Total gaya yang melawan(kN)
PA = Total gaya yang mendorong (kN)
PPt = Gaya pasif pada lapisan tanah lunak
Pa = Gaya aktif pada tanah lunak dan timbunan tanah (kN)
B = Tegangan geser tanah lunak dan tanah keras (kN/m)
A = Luas tampang bidang geser tanah lunak dan keras (m2)
55
Pa
perkuatan geosintetik
TT
Bidang gelincir
Tanah Lunak
Ppt
tanah keras
SF =
PP + ( B.A) + TT . 1m
SF=1,52,0
(3.29)
Pa
Dimana:
56
Pa
h
Perkuatan geosintetik
FB
bidang gelincir
tanah keras
Ic
Is
57
(3.30)
(3.31)
dimana:
tg 0,67 0,75 tg
(3.32)
cG 0,67 0,75 c
(3.33)
58
(3.34)
cG 0,75 c
(3.35)
Dalam analisis ini, umumnya dicari angka aman (SF) dan besarnya angka
aman tersebut adalah:
SF= FB/ PA 1,502,0
(3.36)
Dimana:
FB = Gaya perlawanan geser perkuatan dan tanah timbunan (kN)
PA= Gaya aktif pada timbunan (kN)
3. Tinjauan analisis Gaya pada lapis tanah lunak dibawah timbunan
Keruntuhan yang terjadi pada lapisan tanah lunak disebabkan oleh tekanan
horizontal tanah yang berkembang akibat adanya timbunan. Gaya dorong
yang terjadi akibat beban timbunan, seolah-olah tanah berbentuk blok
ABCD yang bergeser sehingga gerakan tanah lunak ini menimbulkan
terjadinya perlawanan dibagian atas antara tanah lunak dengan perkuatan
geosintetik, dan dibagian bawah antara tanah lunak dengan tanah keras
Lapis geosintetik
59
tanah lunak
Pa
PP
tanah keras
Is
(3.37)
Dimana:
B = Tegangan geser Is di dasar tanah di daerah runtuh (kN/m2)
v = Tegangan vertikal rerata daerah runtuh sepanjang Is (kN/m)
C
(3.38)
dimana:
T = Tegangan geser tanah dan geosintetik sepanjang Is (kN/m2)
cG = Kohesi tanah lunak dengan geosintetik (kN/m)
V =Tegangan vertikal rerata di daerah runtuh sepanjang Is
(kN/m).
tg = Koefisien gesek tanah lunak dan geosintetik 0,67-0,75 tg
60
(3.39)
SF = PP + TB + TT 1,50 2,0
PA
(3.40)
dimana:
(3.41)
Nilai IB disajikan dalam bentuk grafik yang diperlihatkan pada gambar berikut ini.
61
Gambar 3.12 Faktor pengaruh untuk beban titik teori Boussinesq (IB)
Dalam menentukan tambahan tegangan vertikal yang terjadi akibat beban
terbagi rata bentuk trapesium dengan panjang tak terhingga, ditinjau suatu titik di
dalam tanah yang mengalami pembebanan akibat beban terbagi rata seperti
timbunan badan jalan yang dianalisis ini. Analisis menggunakan gambar grafik
Faktor pengaruh akibat beban timbunan (Osterberg, 1957)
H awal
H akhir
62
(3.42)
(3.43)
(3.44)
63
(3.45)
Hawal-i = ( qi + SC ) / sat
(3.46)
Hakhir = Hawal-i - SC
(3.47)
maka:
4. Ulangi langkah diatas untuk q lainnya dan seterusnya, dapatkan harga SC,
Hawal, dan Hakhir yang bersesuaian.
5. Buat tabel yang berisi q, SC, Hawal, dan Hakhir
6. Buat grafik hubungan antara Hawal dan Hakhir, digambar juga hubungan
antara settelement dengan Hakhir.
64
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi perencanaan dan pelaksanaan
pekerjaan penimbunan jalan diatas tanah lunak dengan perkuatan geotekstil dan
geogrid. Evaluasi yang dilakukan diawali dari data penyelidikan tanah, pengujian
laboratorium, melakukan analisis perkuatan terhadap geotekstil dan geogrid yang
digunakan, melakukan analisis penurunan/konsolidasi, serta mengetahui besarnya
settlement yang terjadi pada jalan yang ditinjau.
4.2
Lokasi Penelitian
65
4.3
66
4. 4
Penyelidikan Tanah
1. Pemboran Inti.
Pengeboran dilakukan untuk mengetahui susunan perlapisan tanah secara
visual. Dengan urutan yaitu mengambil sampel tanah tak terganggu
(Undisturbed Sample) dan sample tanah terganggu (disturbed sample)
sampai kedalaman yang diinginkan untuk tujuan diskripsi dan klasifikasi
tanah, melakukan pengujian SPT, mencatat muka air tanah, mengetahui
besarnya hambatan lekat berdasarkan korelasi data dengan Dutch Cone
Penetration Test. Defenisi dari pemboran inti atau boring test adalah suatu
cara pengambilan contoh tanah untuk mengetahui jenis litologi
tanah/batuan, tingkat serta sifat-sifat fisik mekanik masing-masing tanah
dibawah permukaan, baik vertikal maupun horizontal.
Hasil pemboran inti ini disajikan dalam tabel Boring Log Table seperti
terlampir pada lampiran.
2. Pengujian Permeabilitas.
Maksud pengujian ini untuk mengetahui besarnya rembesan penyebab
terjadinya penurunan dalam satuan waktu (detik).
3. Dynamic Cone Penetrometer Test (DCP) atau sondir
67
68
4. 5
4. 6
Bagan Alir
Untuk lebih memudahkan pencapaian tujuan penelitian, prosedur
Mulai
Studi Literatur
Kontrol apakah
memenuhi factor
keamanan
Tidak
69
Ya
Usulan disain perkuatan
Selesai
4. 7
Prosedur penelitian
Secara
umum
penelitian
ini
dilakukan
dalam
tahapantahapan
70
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
71
5.1
72
73
74
75
76
77
a. Angka pori awal eo= 0,9439 dan angka pori akhir e1=0,620, diperoleh
perbedaan angka pori sebesar 0,3239. Juga diperoleh tekanan pra
konsolidasi sebesar 100 kN/m2.
b. Besarnya pembebanan yang dilakukan pada angka pori, dengan melihat
data yang disajikan pada bacaan load 0 kpa diperoleh angka pori
e=0,944 dan pada load 100 kpa diperoleh angka pori e = 0,620.
3. Data Penurunan Sekunder
a. Dengan melihat data yang tersedia dalam Consolidation Test dalam
lampiran 8 tidak diperoleh data waktu diadakannya pengujian, dengan
menggunakan persamaan (3.14) diperoleh:
t1 = 1340,8 detik
t2 = 980,7 detik
t = 360,1 detik
b. Angka pori saat konsolidasi primer selesai didapati sebesar 0,944
Jalan Simpang MaredanJembatan Perawang secara umum adalah tanah
lunak berupa tanah gambut di lapisan atas dan tanah lempung di bagian bawah.
Dari hasil pengujian diperoleh bahwa Indeks Plastis tanah adalah 13,05 %,
plastis limit 18,79 %, Liquid limit sebesar 31,84 %, mengandung lempung/lanau
sebesar 92,46 % dan mengandung sedikit pasir yaitu sebesar 7,50 %.
Dari sajian data yang didapat pada kedua lokasi jalan yang dibangun
mengakibatkan tingkat penurunan yang relatif besar dan lama lebih lanjut
menyebabkan kerusakan jalan sepanjang tahun (Panduan Geoteknik, 2002).
5.3
78
Tanah yang digunakan sebagai timbunan Jalan Simpang MaredanJembatan perawang dan Jalan Jembatan PerawangKM 11 Kota perawang
diperoleh di lokasi jalan pada sepanjang daerah galian timbunan (cut and fill).
Sampel tanah timbun diambil sebanyak 3 (tiga) contoh yang masing masing
diambil pada kedalaman 0,5 sampai 5,0 meter. Pengujian laboratorium diperoleh
nilai Water Content 36,1739,82 %, Spesific Gravity (Gs) 26,3 kN/m3, Natural
Unit Weight (n) 1,602 gr/cc.
Pada pengujian Atterberg Limit diperoleh Liquid Limit (LL) 57,9858,1 %,
Plastis Limit (PL) 27,829,90 % dan Plastis Indek (PI) 27,9730,31 %. Dari hasil
pengujian ini tanah yang digunakan sebagai timbunan mempunyai Plastis Indek
yang relatif tinggi. Sifat tanah timbun yang mempunyai seperti ini cendrung susah
dipadatkan dan mudah retak - retak apabila kadar air berkurang pada cuaca panas,
dan sebaliknya akan mengembang apabila terkena air hujan, dilihat dari hasil
Grain Size Analysis, kandungan lempung dan lanau juga sangat tinggi yaitu
sebesar > 90 % dan hanya < 10 % saja mengandung pasir halus.
Hasil Triaxial Test nilai sudut geser () 6,40 dan nilai c 12,2 kN/m2, sedikit
lebih besar dari sudut geser dan nilai kohesi lapisan tanah lunak.
Dengan demikian dapat dinyatakan tanah timbun yang digunakan sebagai
timbunan jalan juga kurang baik.
5.4
Cara Analisis
79
diperoleh dari studi literatur dan korelasi secara analitis, hasilnya disampaikan
sebagai berikut:
1. Jalan Simpang Maredan-Jembatan Perawang.
Berdasarkan data geological booring log, contoh uji yang diambil untuk
dilakukan pengujian di laboratorium pada kedalaman 55,5 meter, setelah
diadakan pengujian di laboratorium diperoleh nilai berat jenis tanah
()=18,31 kN/m3, kohesifitas (c)=7,89 kN/m2 dan sudut geser dalam
()=5,15o.
Sampel uji untuk lapisan tanah keras yaitu tanah dengan pasir ukuran
halus, non plastis, agak padat dengan kadar air rendah diambil pada
kedalaman 13,0-13,5 meter diperoleh N-SPT sebesar 17, nilai Cohesifitas
(c)=97 kN/m2 dan Sudut geser dalam ()=30,440.
Terjadinya penambahan tersebut mengindikasikan bahwa tanah dasar pada
kedalaman tersebut merupakan lempung terkonsolidasi normal, yang
berarti dengan bertambahnya kedalaman maka sifat kemudahmampatan
tanah menjadi berkurang, dari hasil uji laboratorium, diperoleh nilai Liquid
Index (LI) rata-rata sebesar 0,1675.
Untuk perencanaan diambil pada kedalaman 10 meter dengan nilai N-SPT
8, untuk mendapatkan nilai kohesi (c) sudut geser () dan berat volume
tanah (), maka dilakukan korelasi sebagaimana gambar 3.4, 3.5 dan 3.6.
Berdasarkan konsistensi tanah lempung (Cohesif Soil) dinyatakan bahwa
nilai N-SPT kurang dari 2,5 sebagai tanah yang sangat lunak (very soft),
N-SPT 2,55,0 sebagai tanah lunak, N-SPT 5,010,0 sebagai tanah yang
konsistensi sedang dan N-SPT 10,020,0 konsistensi keras. Dari
80
penyelidikan tanah lunak pada kedalaman 4,0 sampai 10,0 meter pada
hasil boring log terlihat tidak dilakukan pengujian terhadap sampel di
laboratorium.
Hasil
boring test
perencanaan
Tebal
N-Spt
Keterangan
(m)
0,0 4,0
4,0
4,0 - 8,0
4,0
8,0 10,0
2,0
10,0
5,0
14
Untuk mendapatkan data sudut geser dalam , berat jenis tanah , dan
kohesif tanah C dilakukan korelasi nilai N-SPT yang ada dengan
Correlations between the effective friction angle in triaxial compressin
and the dry density, relative density, and soil classification (after U.S.
Navy, 1971) dalam Holtz dan Kovacs.
Dari data seperti tabel di atas kedalaman 0,08,0meter merupakan lapisan
tanah lunak 1 dengan nilai N-SPT=2, =18,31 kN/m3, =5,150, dan c=7,89
kN/m2. Kedalaman 810 meter merupakan lapisan tanah lunak 2 dengan
nilai N-Spt=8, =18,5 kN/m3, =28,00 dan c=16 kN/m2. Pada kedalaman
10 meter sudah merupakan lapisan tanah keras dengan nilai N-SPT=14,
=18,73kN/m3, =30,440, dan c=85 kN/m2.
2. Jalan Jembatan Perawang KM 11 Kota Perawang
81
Tebal (m)
N-Spt
Keterangan
0,0 4,0
4,0 8,0
8,0 10,0
4,0
4,0
2,0
1
2
4
10,0 12,0
2,0
10
12,0
12,0
14
Dari gambar 3.4, 3.5, 3.5, dan tabel di atas dengan cara yang sama pula
diperoleh bahwa pada kedalaman 0,08,0 meter merupakan lapisan tanah
lunak 1 dengan nilai
82
Jalan Sp Maredan
Dalam
Batas Cair
Plastis
Batas
Katagori
(m)
(LL)
Indek
Plastis
Tanah
(PI)
(PL)
3-3,5
31,84
13,05
18,79
A-7-6
Jb Perawang
Jalan Jemb. Perawang
5,5-6
58,07
28,10
29,98
A-7-6
KM 11Kota Perawang
5.5
Spesifikasi Geosintetik
Spesifikasi geosintetik yang digunakan disajikan dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 5.4 Nilai spesifikasi Geotekstil dan geogrid
Jenis Geosintetik
Geotekstil Georenfox
HRX 300
Geogrid GX 40/40
Regangan
0,14
Normal Stiffness
(kN/m)
33,0
40
0,11
23,7
83
5.6
1,5
3m
= 6,4o
c = 12,2 kn/m2
Tanah lunak 1
8m
2m
Geogrid miragrid GX
40/40
Geotextil HRX 300
= 16,1 kn/m2
Tanah lunak II
Tanah pasir
= 18,31 kn/m2
= 5,15o
c = 7,9 kn/m2
N Spt = 2
= 18,5 kn/m2
= 28o
N- Spt = 8
c = 16 kn/m2
= 18,73 kn/m2
= 30,4o
c = 85 kn/m2+
N-Spt = 14
84
16 m
Agg base A/B, t = 45 cm, l =
11 m
1,5
3m
85
1,5
3m
60 cm
5.7
0,5m
3,5 m
1,5
= 16,12 kn/m2
= 6,5o
c = 12,2 kn/m2
Tanah lunak I
8m
4m
mm
Tanah lunak
Tnh keras
= 16,12kn/m2
= 6,5o
c = 10,4 kn/m2
N-Spt=2
= 17,10 kn/m2
= 27,5o
N-Spt=7
c = 17 kn/m2
= 18,73 kn/m2
= 30,8o
c = 85 kn/m2
N-Spt=14
86
16 m
3,5 m
0,5
1,5 cm
1
87
Dengan
melihat
semua
tinjauan
sudah
diperoleh
angka
aman
16 m
Agg base A/B, t = 45
cm, m
1,5
4m
1
5.8
88
5.9
89
tinggi 3 meter dan =16,12 kN/m3 maka diperoleh q awal sebesar=48,36 kn/m1.
Kondisi setelah mengalami penurunan konsolidasi akibat beban timbunan (SC)
selama umur rencana 5 tahun diperoleh bahwa H akhir= 0,76 meter dengan
q akhir=33,56 kN/m yang mana < q awal = 48,36 kN/m. Besarnya settlement
yang terjadi (SC) akhir dengan beban q=23 kN/m1 adalah 1,48 meter. Dengan
demikian dari H awal dan H akhir akibat beban q tersebut diperoleh :
H awal = 2,45 meter
H akhir =0,76 meter
Distorsi anguler ( mak /L ) sebesar 2,45 meter/ 3,5 meter = 0,70
Kehilangan tinggi timbunan (3-0,76 meter)/3 meter = 75 %
Gambar kondisi ketinggian timbunan, sebelum dan setelah terjadi
settlement seperti berikut:
16 m
0,76 m
2,45 m
3,5 m
1,48 m
1,48m
90
16 m
0,52m
2,05m
1,53 m
1,53m
3,5 m
91
5.10
92
1,48
meter.
Dengan
demikian
jalan
akan
mengalami
93
penurunan total sebesar 1,67 meter yang berlangsung selama 18,5 tahun. Dalam
umur rencana 5 tahun konsolidasi yang terjadi sebesar 1,44 meter dengan derajat
konsolidasi 89 % Dengan analisis settlement yang terjadi diperoleh bahwa jalan
akan mengalami penurunan sebesar 2,05. Persentase kehilangan ketinggian
timbunan sebesar 36 %, distorsi anguler yang terjadi 0.59.
Dari hasil analisis kedua ruas jalan yang dievaluasi, penggunaan geotekstil
dan geogrid menggunakan beban trafik menurut JRA,1986 menunjukkan bahwa
stabilitas tanah timbun untuk badan jalan cukup kuat dalam menahan beban trafik,
beban berat sendiri timbunan dan perkerasan. Dengan metode distribusi tegangan
Boussinesq diperoleh hasil analisisis lebih baik lagi yang ditunjukkan dengan
meningkatmya faktor keamanan.
94
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Setelah melakukan evaluasi perhitungan terhadap konstruksi yang
dilaksanakan pada titik yang diteliti berdasarkan data bore log, data properties
tanah, dan ketebalan lapisan tanah lunak sebagaimana kondisi di lapangan, maka
dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
95
Jika ditimbun tebal 0,6 meter diperoleh kenaikan angka aman menjadi
SF=4,19. Penempatan letak geogrid berpengaruh terhadap peningkatan
stabilitas.
3. Tinjauan analisis tekanan pada lapisan tanah lunak di bawah timbunan
dinilai sudah memberikan syarat angka aman SF yaitu sebesar 1,52 dengan
PP No. 43 tahun 1993 dan Boussinesq 1,5.
4. Analisis penurunan, terjadi penurunan total sebesar 2,75 meter, derajat
konsolidasi yang dicapai 82 %, diprediksi terjadi selama 21,13 tahun,
timbunan bertambah turun mencapai 3,4 meter (melebihi tinggi awal
sehingga muka jalan di bawah tanah dasar).
Sampai umur rencana 5 tahun, penurunan/konsolidasi yang terjadi sebesar
3,4 meter dengan derajat konsolidasi (U) 40 %
5. Dari analisis deviasi settelement diperoleh tinggi H awal sebesar
2,45 meter dan tinggi H akhir 0,76 meter. Dengan demikian selama Umur
rencana 5 tahun tinggi timbunan turun 3,4 meter.
6. Persentase settelement yang terjadi yaitu besaran settelement berbanding
lebar aspal dari as jalan ( mak/L) adalah 0,71.
Hasil ini menunjukkan penurunan izin (Distorsi Anguler) yang terjadi
sangat besar dimana timbunan badan jalan yang turun sebesar 75 % dari
tinggi rencana (penurunan izin maksimum 65100 mm Skempton and Mac
Donald,1955).
96
97
98
99
100
DAFTAR PUSTAKA
101