TUGAS AKHIR
Oleh :
ODE HERMAN
17 611 026
i
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
atas kasih dan penyertaan-Nyalah sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian sifat fisik tanah untuk melihat
pengaruh fly ash sebagai bahan stabilisasi tanah sehingga diangkat judul dari penelitian
ini “Studi Eksperimental Penambahan Fly Ash Terhadap Nilai Indeks Plastisitas
Tanah Lempung Merauke” Dengan terselesaikannya Tugas Akhir ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Dr. H. Muhdi B. Hi. Ibrahim, SE.,MM selaku Rektor Universitas Yapis
Papua Jayapura
2. Bapak Ardi Aziz Sila, ST., M.Eng selaku Dekan Fakultas Teknik dan Sistem
Informasi Universitas Yapis Papua Jayapura
3. Ibu Ir. Reny Rochmawati, ST., M.Eng selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil.
4. Bapak Dr. Ir. Irianto.ST.MT selaku pembimbing I dalam Penyusunan Tugas Akhir
ini.
5. Ibu Ir. Reny Rochmawati, ST., M.Eng selaku pembimbing II dalam Penyusunan
Tugas Akhir ini.
6. Teman-Teman Seperjuangan Angkatan 2017 Program Studi Teknik Sipil Atas
Dukungan dan Perjuangan selama menempuh Studi.
Akhir kata tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu segala saran dan kritik
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Semoga Tugas Akhir ini dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Ode Herman
iv
DAFTAR ISI
v
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................30
4.1 Hasil Pengujian Karakteristik Sifat Tanah .....................................................30
4.2 Penentuan Jenis Tanah berdasarkan Metode American Association Of State
Highway and Transporting Official (AASHTO) ...........................................38
4.3 Hasil Pengujian Karakteristik Fly Ash (Abu Terbang) ..................................39
4.4 Hasil Pengujian Stabilisasi Tanah + Fly Ash .................................................40
BAB V PENUTUP ...............................................................................................45
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................45
5.2 Saran ..............................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... ix
LAMPIRAN ......................................................................................................... xi
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
pengembangan (swelling) tinggi dan gradasi yang buruk menjadi lebih baik
untuk dasar suatu bangunan.
Pada saat ini penggunaan dan pengolahan batu bara semakin banyak
digunakan oleh industri penghasil sumber daya. Penggunaan dan pengolahan batu
bara terdapat beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungan yang didapat yaitu
batu bara sebagai salah satu alternatif pengganti sumber daya seperti minyak dan
salah satu kerugian yang didapat yaitu limbah yang dihasilkan oleh batu bara
menyebabkan polusi udara di sekitar pabrik. Hasil limbah padat yang dihasilkan
dari pengolahan batu bara yang berhubungan dengan penelitian ini adalah abu
terbang atau fly ash. Fly Ash dapat digunakan sebagai bahan stabilisasi tanah dan
mengurangi potensi perubahan volume tanah. Fly Ash dapat digunakan untuk
memodifikasi tanah maupun mempercepat pembentukan kekuatan tanah yang
kurang stabil dan keuntungan penggunaan Fly Ash sebagai bahan stabilisasi tanah
adalah untuk memanfaatkan material hasil buangan pabrik dan harganya lebih
murah dibandingkan dengan stabilisasi kapur maupun semen (Hardiyatmo,2014).
Pemanfaatan limbah batu bara (fly ash) akan sangat membantu khususnya pada
pada tanah-tanah yang secara teknis bermasalah maupun keperluan lain di bidang
teknik sipil. Suatu konstruksi baik jalan, gedung maupun konstruksi lainnya akan
dapat bertahan lama sesuai umur rencana apabila didukung oleh tanah dasar yang
baik.
Pada penelitian ini akan di lihat pengaruh penambahan fly ash terhadap nilai
indeks plastisitas tanah berdasarkan hasil pengujian sifat fisik tanahnya maka
penelitian ini diangkat judul “Studi Eksperimental Penambahan Fly Ash
Terhadap Nilai Indeks Plastisitas Tanah Lempung Merauke”
2.1 Tanah
Tanah merupakan lapisan teratas lapisan bumi. Tanah memiliki ciri khas
dan sifat-sifat yang berbeda antara tanah di suatu lokasi dengan lokasi yang lain.
Menurut Dokuchaev (1870) dalam Fauizek dkk (2018), Tanah adalah lapisan
permukaan bumi yang berasal dari material induk yang telah mengalami proses
lanjut, karena perubahan alami di bawah pengaruh air, udara, dan macam-macam
organisme baik yang masih hidup maupun yang telah mati. Tingkat perubahan
terlihat pada komposisi, struktur dan warna hasil pelapukan. Menurut Das (1995),
dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material yang
terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi
(terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah
melapuk (yang berpartikel padat disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi
ruangruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut.
Menurut Hardiyatmo (1992) dalam Apriliyandi (2017), tanah adalah ikatan
antara butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau
oksida-oksida yang mengendap-ngendap di antara partikel-partikel. Ruang di
antara partikel-partikel dapat berisi air, udara, ataupun yang lainnya.
Tanah menurut Bowles (1991) adalah campuran partikel-partikel yang
terdiri dari salah satu atau seluruh jenis berikut :
a) Berangkal (boulders), merupakan potongan batu yang besar,biasanya
lebih besar dari 250 mm sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150
mm sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles).
b) Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150
mm.
c) Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm,
berkisar dari kasar (3-5 mm) sampai halus (kurang dari 1 mm).
d) Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074
mm. Lanau dan lempung dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit
4
5
lain, misalnya: chlorite, vermiculite, dan hallosite. Tanah lempung belum tentu
terdiri dari partikel lempung saja, akan tetapi dapat bercampur dngan butir -
butiran seperti lanau maupun pasir dan mungkin juga terdapat campuran bahan
organik.
penanganan fly ash salah satunya dengan memanfaatkan limbah tersebut. Berikut
adalah beberapa contoh pemanfaatan fly ash:
1. Produksi bahan bangunan seperti semen, bata, keramik dan paving;
2. Pekerjaan bahan bangunan seperti produksi beton, mortar, dan
sejenisnya;
3. Konstruksi jalan termasuk untuk tanggul, pengerasan landasan dan
trotoar;
4. Material pengurukan yang meliputi pengurukan struktur, pengurukan
konstruksi, pengisian lahan kosong, lahan tambang, dan area
penimbunan batu bara;
5. Aplikasi pertanian termasuk sebagai bahan pembenah tanah, produksi
pupuk majemuk dan reklamasi lahan;
6. Daur ulang untuk bahan baku yang bermanfaat
dengan :
w = kadar air, (%)
W1 = berat cawan dan tanah basah (gram)
W2 = berat cawan dan tanah kering (gram)
W3 = berat cawan (gram)
(W1–W2) = berat air (gram)
(W2–W3) = berat tanah kering (partikel padat) (gram
dengan :
Gs = Berat jenis tanah
𝛾𝑠 = Berat volume butiran
𝛾𝑤 = Berat volume air
Vw = Volume air
𝑊1 = Berat Pinkometer
𝑊2 = Berat piknometer + Tanah
𝑊3 = Berat piknometer + Tanah + Air
𝑊4 = Berat piknometer + Air
11
Gambar 2.2 Hubungan antara kondisi tanah dan batas - batas atterberg
(Sumber : Cassagrande, 1911)
12
Pada awal abad 19, seorang ahli tanah asal Swedia, yaitu atterberg
melakukan satu pengujian untuk menentukan konsistensi butirbutir tanah halus,
yang membagi butir tanah halus ke dalam empat kondisi, yaitu padat, semiplastis,
plastis, dan cair. Atterberg juga mengelompokkan sifat kondisi tanah yang
dipengaruhi oleh kadar air ke dalam tiga kategori yaitu batas cair, batas plastis,
dan batas mengkerut. Indeks yang berubah-ubah ini telah disepakati untuk
mendefinisikan plastisitas tanah, yaitu batas cair (Bc), batas plastis (Bp), dan
indeks plastisitas (IP). Batas ini menyatakan secara kuantitatif pengaruh
perbedaan kadar air terhadap konsistensi dari butiran tanah halus, seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 1. 1 Pengelompokan tanah berdasarkan pada grafik
plastisitas ini dikembangkan oleh casagrande.
digunakan data jumlah pukulan dan kadar air yang dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
(𝑊2 −𝑊3 )
𝑊𝑐 = × 100% (2.3)
(𝑊3 −𝑊1 )
Dengan :
W1 = Berat cawan
W2 = Berat cawan + Tanah
W3 = Berat Cawan + Tanah Kering
Dengan :
SL = Batas susut
Ws = Berata tanah keing
w = Kadar air tanah basah
V1 = Volume tanah basah
V2 = Volume tanah kering
karena adanya kaitan dan geseran antara butiran tanah kasar dengan
butiran tanah halus. Kestabilan tanah hasil stabilisasi mekanis akan
tercapai setelah dilakukan pemadatan.
b. Stabilisasi Kimia
Dalam stabilisasi kimiawi terjadi reaksi antara bahan stabilisasi
dengan tanah. Stabilisasi dilakukan dengan cara penambahan bahan
stabilisasi yang dapat mengubah sifat kurang menguntungkan dari tanah.
Bahan stabilisasi yang dapat digunakan di antaranya semen portland,
kapur, abu batubara (fly ash), aspal, dan lain-lain. Metode ini biasanya
digunakan pada tanah berbutir halus. Pemilihan jenis bahan tambah
untuk stabilisasi dilakukan berdasarkan distribusi ukuran butir tanah.
Tabel 2.4 menunjukkan pemakaian beberapa jenis bahan tambah yang
dapat digunakan sebagai bahan stabilisasi untuk berbagai jenis tanah.
1. Stabilisasi volume
Perubahan volume erat hubungannya dengan kadar air yang
terkandung di dalam tanah. Banyak jenis tanah lempung yang
mempunyai sifat kembang dan susut tinggi karena kepekaan
terhadap perubahan kadar air. Di lapangan perubahan kadar air
sejalan dengan perubahan musim di wilayah tersebut misalnya pada
musim kemarau tanah mengalami retak-retak dan mengembang pada
musim hujan.
2. Kekuatan
Hasil stabilisasi tanah dikatakan mencapai tujuannya jika tanah
hasil stabilisasi mengalami peningkatan kekuatan. Pada umumnya
parameter yang digunakan untuk mengetahui kekuatan tanah adalah
dengan percobaan kuat geser dan kuat tekan silinder (UCS)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
WASUR
21
22
Mulai
Studi Literatur
Pengujian Material
Klasifkasi Tanah
Menurut AASHTO
Kesimpulan
Selesai
distribusinya. Untuk tanah yang berbutir kasar seprti kerikil dan pasir, sifatnya
tergantung kepada ukuran butirannya. Karena itu sering dipakai koefisian
bilangan untuk menggambarkan pembagian butirannya.
Ukuran efektif = D10
Koefisien keseragaman = D60
Koefisien gradasi = D30
Pengujian dapat dilakukan dengan mengikuti Prosedur Percobaan sebagai
berikut :
a. Ambil contoh tanah yang telah dikeringkan selama 24 jam sebanyak 300
gram
b. Tanah tersebut dicuci diatas saringan nomor 200 sampai air yang keluar dari
saringan menjadi bening.
c. Setelah bening, butiran yang tertahan pada saringan 200 dikeringkan
kembali dalam oven selama 24 jam.
d. Setelah 24 jam, contoh tanah diayak dengan satu set saringan dengan
menggunakan steveshaker selama 15 menit
e. Timbang butiran yang tertahan pada asing-masing saringan.
(Sumber : internet)
25
e. Pada waktu membuat alur posisi alat pembuat alur harus tegak lurus pada
permukaan mangkok.
f. Putar engkol alat uji sehingga mangkok naik setinggi 1 cm dengan
kecepatan 2 putaran per detik. Pemutaran dilakukan terus dengan
kecepatan tetap sampai dasar alur benda uji berhimpit sepanjang 1,27
cm dan catat jumlah pukulan pada waktu bwrhimpit tersebut.
g. Ulangi pekerjaan (No. 3) sampai dengan (No. 6) paling kurang dua kali
sampai diperbolehkan jumlah pukulan yang sama dengan maksud
campuran tersebut sudah betul - betul merata kadar airnya.
h. Kembalikan sisa benda uji ke plat kaca dan tambahkan air suling, ulangi
langkah (No.2) sampai dengan (No.7) berturut – turut dengan variasi
kadar air yang berbeda sehingga diperoleh perbedaan jumlah pukulan
sebesar 8 – 10 pukulan.
i. Lakukan percobaan tersebut diatas dengan kadar air yang bervariasi
sehingga didapat pukulan antara 10 – 15.
Berat Cawan + tanah basah (w2) gram 77,47 67,64 77,51 85,96
Berat Cawan + tanah Kering (w3) gram 58,56 51,34 58,59 64,95
Berat tanah kering (Ws) =w3 - w1 gram 47,56 40,04 46,9 53,95
30
31
Dari keempat spesimen yang diujikan, diperoleh kadar air rata - rata yang
terkandung di dalam tanah tersebut sebesar 39,9%.
42
41
41
Kadar Air (%)
40
40
40
39 39
38
0 1 2 3 4 5
nomor cawan
Dari hasil tersebut diketahui bahwa kandungan air tanah didalam tanah
tersebut tebilang tinggi. Menurut Hardjwowigeno S. (1992) yang menyatakan
bahwa banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya
tegangan air (Moisture Tension) dalam tanah tersebut. Tanah yang bertekstur
halus mempunyai daya menahan air yang lebih besar daripada tanah yang
bertekstur kasar.
Nomor Piknometer BJ 1 BJ 2
Temperatur 20˚C
Berat Piknometer + air + tanah pada
gram 111,6 111,28
temperatur 20˚C
Berat Piknometer + air pada 20˚C gram 105,1 105,32
waktu L D
R RCP % lolos RCL K
(menit) (mm) (mm)
NO. 50
NO. 8
NO. 4
110
NO.
NO.
200
100
Presentase Tanah Lolos (%)
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
100.000 10.000 1.000 0.100 0.010 0.001
Diameter (mm)
Grafik dari hasil pengujian analisa gradasi dapat dilihat pada gambar 4.3. dari
pengujian analisa gradasi dapat dilihat prosentase kerikil sebesar 0,40 %, pasir
kasar sebesar 6,80%, pasir halus sebesar 33,80% dan butiran halus lanau dan
lempung sebesar 59,00%.
Nomor Mc Ma Mb Wc Jumlah
Wadah (gram) (gram) (gram) (%) Ketukan
FA 1 11,05 40,15 32,12 38,1 40
FA 2 11,15 40,58 34,44 26,4 54
FA 3 11,14 38,17 27,42 66,0 16
FA 4 11,12 40,12 32,18 37,7 24
rata - rata 42,05
(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium 2021)
70
50 batas cair
Kadar Air (%)
30
10
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Jumlah Ketukan
Berdasarkan data diatas, maka didapatkan nilai batas cair pada sampel tanah
FA1 sebesar 38,1%, FA2 26,4% dan FA3 sebesar 66,0%, FA4 sebesar 37,7%
sehingga nilai batas cair sampel tersebut adalah 42,05%.
Nomor Mc Ma Mb Wc
Wc Rata - Rata
Wadah (gram) (gram) (gram) (%)
FA 1 11,14 14,21 13,78 16,3
FA 2 11,12 16,62 15,98 13,2
11,718
FA 3 11,21 16,24 15,87 7,9
FA 4 11,06 15,45 15,07 9,5
(Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium 2021)
Berdasarkan data diatas, maka didapatkan nilai batas Plastis pada sampel
tanah FA1 sebesar 16,3%, FA2 sebesar 13,2% ,FA3 sebesar 7,9%, FA4 sebesar
9,5% sehingga nilai batas plastis sampel tersebut adalah 11,718%
memiliki jenis tanah yang paling dominan adala lempung dengan penilaian umum
sebagai dasar tanah yaitu, biasa sampai dengan jelek.
distabilisasi menggunakan 5% fly ash termasuk jenis lempung tak organik, dan
pada 10% dan 15% fly ash termasuk jenis pasir.
2.80
Nilai Berat Jenis
2.70 2.71
2.70
2.67
2.66
2.60
2.50
FA 0% FA 5% FA 10% FA 15%
Kadar FlyAsh
60
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Batas Cair, Batas Plastis dan Indeks Plastisitas.
Terlihat dari grafik diatas bahwa, penurunan nilai indeks plastis terbesar
terjadi pada fly ash dengan kadar 15% yaitu, sebesar 6,6924%. Sehingga, semakin
tinggi kadar fly ash yang digunakan pada tanah lempung Merauke nilai indeks
plastisitas nya juga semakin turun.
Dapat disimpulkan bahwa tanah dari Kampung Wasur Merauke ini apabila
distabilisasi menggunakan fly ash dapat berpengaruh terhadap nilai indeks
plastisitasnya, yaitu pada tanah asli memiliki nilai indeks plastisitas sebesar
30,33% dan setelah distabilisasi menggunakan fly ash didapat nilai penurunan
maksimum indeks plastisnya sebesar 6,6924% pada kadar 15%, sehingga tanah ini
memenuhi syarat sebagai pendukung pondasi dari bangunan maupun jalan yaitu
memiliki nilai indeks plastisitas (IP) < 10%. (Sukirman, 1992).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian pencampuran tanah dengan fly ash dengan
tanah asli yang berasal dari Kampung Wasur Kabupaten Merauke bahwa tanah
tersebut berjenis tanah lempung dengan gradasi sedang sampai buruk, yang
memiliki nilai indeks plastisitas tanah asli yaitu, 30,33% dan saat distabilisasi
menggunakan fly ash mengalami penurunan nilai indeks plastisitas tanah yaitu,
pada kadar fly ash 5% memiliki nilai indeks plastisitas sebesar 12,6053, fly ash
dengan kadar 10% memiliki nilai indeks plastisitas sebesar 8,3361, fly ash dengan
kadar 15% memiliki nilai indeks plastisitas sebesar 6,6924. Sehingga, semakin
tinggi kadar fly ash semakin tinggi juga penurunan nilai indeks plastisitas tanah
yang terjadi.
5.2 Saran
1. Penelitian selanjutnya dapat mencoba menggunakan tanah jenis lain dengan
persentasi fly ash diantara atau lebih kecil dari prosentasi penulis untuk
membandingkannya.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengujian kuat tekan tanah
menggunakan alat Unit Compression Strenght (UCS).
3. Perlu dilakukan penelitian dengan waktu pemeraman yang lebih variatif, hal
ini dimaksudkan untuk menganalisis campuran antara fly ash dalam
melangsungkan reaksi kimia terhadap tanah.
45
DAFTAR PUSTAKA
ix
SNI 3422-2008 Cara Uji Penentuan Batas Susut tanah
SNI 1966-2008 Cara Uji Penentuan batas Plastis dan Nilai Indeks Plastisitas
Tanah
SNI 03-3437-1994 Tata cara pembuatan rencana stabilisasi tanah dengan kapur
untuk jalan.
x
LAMPIRAN
No Keterangan Gambar
1 Sampel Tanah
ix
No. Keterangan Gambar