KARYA ILMIAH
RIANTO
132401022
KARYA ILMIAH
RIANTO
132401022
Judul : PENGARUH
WAKTU,TEMPERATURDANTEKANAN
TERHADAP KEHILANGANMINYAK PADA AIR
KONDENSAT DENGAN PEREBUSAN SISTEM
TIGA PUNCAK DI PABRIK KELAPA SAWIT
PTPN III AEK NABARA SELATAN LABUHAN
BATU
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : RIANTO
NomorIndukMahasiswa :132401022
ProgramStudi : DIPLOMA III KIMIA
Departemen :KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA
DANILMUPENGETAHUANALAM
SUMATERAUTARA
Diketahui/disetujuioleh :
KARYA ILMIAH
Sayamengakuibahwakaryailmiahiniadalahhasilkerjasayasendiri,
kecualibeberapakutipandanringkasan yang disebutkansumbernya.
RIANTO
132401022
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi-rabbil’alaminpenulispanjatkankehadirat Allah SWT yang
melimpahkanrahmatdanhidayahsertakasihsayang-
Nyakepadakitasemuasertasalawatdansalamkitaucapkankepadajunjungankitanabibesar
Muhammad SAW
sehinggapenulisdapatmenyelesaikankaryailmiahinisebagaisalahsatusyaratuntukmeraihgel
arahlimadyapada program Diploma III Kimia Industri di FMIPA USU.
Penulismenyadarisepenuhnyabahwakaryailmiahinikurangsempurna,
karenaketerbatasanpenulisbaikdarisegiisimaupunpenyusunan kata,
namunpenulisberharapkaryailmiahinidapatbergunabagipenulisdansemuapihak yang
membacakaryailmiahinikhususnyasertabagilingkunganUniversitas Sumatera Utara
padaumumnya.Karenaitu, penulisdenganrendahhatimengharapkansegalakritikdan saran
untukperbaikankaryailmiahini.
Selamapenulisankaryailmiahinipenulisbanyakmendapatkandorongan,
bantuandanpetunjukdarisemuapihak,
makakesempataninidengansegalakerendahanhatipenulisinginmenyampaikanpenghargaan
danterimakasih yang sebesar-besarnyakepada :
1. AyahandaHusen DamaniksertaibundaSemi yang
selamainitelahberjuangdanatasdoasertanasehatdankasih
sayangdarimerekasehinggapenulismenyelesaikantugasakhirini. Kakanda Ririn
Ariska DamanikbesertaadindaNur Rahmawati Damanik yang
memberikandukunganbaikfisikmaupunmorildanmenjadipenyemangatbagipenulis.
2. Ibu Dr. Emma Zaidar Nst,M.Siselakudosenpembimbing yang
telahbanyakmemberimasukandanpetunjukselamamenyelesaikankaryailmiahini.
3. Bapak Dr.Krista Sebayang, M.Sc., sebagaiDekan FMIPAUSU.
4. Ibu Dr. RumondangBulan, MS., ketuaDepartemenKimia FMIPAUSU.
5. BapakSinuratdanbapakMarnoselakupembimbinglapangandi PTPN III PKS Aek
Nabara Selatan.
6. Temanspesial yang
memberikandukungankepadapenulissehinggamenjadipenyemangatselamamenyele
saikankaryailmiahini.
7. Para sahabat PKL yang banyak membantu saya.
8. Seluruhrekan-rekanmahasiswakhususnyajurusanKimia Angkatan 2013
FMIPAUSU.
9. Anak-anak Purpalayang memberikanbantuanbaikmorilmaupunfisik.
10. Seluruhsahabatpenulisdimanapunberada.
Penulismemanjatkandoakehadirat Allah SWT,
semogaamalkebaikanmerekadiberikanbalasan yang setimpal, Amiinyaarabbal’alamiin.
Penulis
have conducted the experiment the effects of time, temperature and pressure of the oil loss
in condensate water by boiling system three peaks in oil palm factory PTPN III Aek South
NabaraLabuhanBatu.in which to determine the loss of oil (lossis) on the cooking water by the use of
extraction methods ie with at soxhletation for 4 hours, then the result in the oven for 2 hours at a
temperature of 1050 C.obtained from the experimental results of the 15 samples analyzed, 10
samples are not in accordance with company quality standards that exceed 0.70%.
Halaman
PERSETUJUAN ii
PERNYATAAN iii
PENGHARGAAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTARISI vii
DAFTARGAMBAR ix
DAFTARTABEL x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang 1
1.2 Permasalahan 4
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat 4
BAB 2 TINJAUANPUSTAKA
2.1 Sejarah Kelapa Sawit 5
2.2.1 Jenis-jenisKelapaSawit 8
2.2 Minyak Kelapa Sawit 8
2.2,1 Komposi Minyak Dan sifat Minyak Kelapa Sawit 8
2.2.1.1 Trigliserida 8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
halaman
Gambar 1. SistemPerebusanSatuPuncak 30
Gambar 2. SistemPerebusanDuaPuncak 31
Gambar 3. SistemPerebusanTigaPuncak 32
halaman
Tabel 2.1 Komposisiasamlemakminyaksawit 9
Tabel 2.2 Komponendalamminyakkelapasawit 11
Tabel 2.3 Standarmutu SPM dan Ordinary 13
Tabel 2.4 Bahan yang dapatmerusakkualitasminyak 16
Tabel 2.5 Nilai DOBI dariminyakselamapengolahan 18
Tabel 2.6 Tingkat fraksi TBS 19
Tabel 2.7 Siklustekanan, waktu,
dantemperaturperebusanSistemtigapuncak 29
Tabel 4.1 Hasilanalisakehilanganminyak yang terikutdalam air
rebusanpada lab PKS – KebunRambutan 36
BAB 1
PENDAHULUAN
baku sampai menjadi produk, yang bahan bakunya adalah tandan buah segar (TBS)
kelapa sawit. Proses pengolahan TBS kelapa sawit di setiap pabrik umumnya
bertujuan untuk memperoleh minyak dengan kualitas yang baik, tingkat keasaman
yang rendah, dan minyak yang mudah dipucatkan. Proses tersebut cukup panjang
dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau
brondolan dari tempat pengangkutan hasil sampai dihasilkan minyak sawit dan
pabrik tersebut untuk memperoleh dan rendemen yang tinggi dengan kadar asam
lemak bebas yang rendah. Untuk tujuan tersebut maka perlu diperhatikan hal-hal
berikut :
yang saling erat hubungannya satu dengan yang lain dan pengolahan dilakukan
secara bertahap. Apabila salah satu dari unit-unit pengolahan mengalami gangguan
, maka unit pengolahan lainnya juga terganggu. Peristiwa ini disebut dengan
stagnasi, yang mengakibatkan kapasitas pabrik tidak tercapai. Salah satu faktor
utama yang menimbulkan stagnasi pabrik pengolahan kelapa sawit adalah uap
(steam).
kelapa sawit setelah TBS ditimbang dan dibongkar di loading ramp. Tujuan dari
perebusan tandan buah segar, yaitu untuk melunakkan brondolan TBS sehingga
bebas (ALB), meminimalkan biji pecah (ke keplokan) sebagai suplai bagi
zat yang harus dimusnahkan terlebih dahulu untuk mencapai pengolahan yang
efesien. Suasana yang lembab dengan suhu yang tinggi dalam rebusan akan
sehingga proses hidolisis minyak menjadi asam lemak bebas dan proses oksidasi
dapat dihentikan. Oleh karena itu, tandan yang dipanen harus diusahakan direbus
secepatnya.
Perebusan melunakkan buah sehingga daging buah mudah melepas dari biji
pendahuluan dari biji dan inti mulai lekang dari biji. Di dalam proses perebusan
juga terjadi kehilangan minyak atau sering disebut dengan “ losses” dan tidak
Namun setiap pabrik kelapa sawit selalu berusaha untuk menekan angka
kehilangan minyak ini, khususnya di stasiun perebusan yang akan dibahas dipenulis
karya ilmiah ini, yang batas normalnya adalah sebesar maksimal 0,7 %. Karena
angka kehilangan minyak pada pabrik pengolahan kelapa sawit merupakan ukuran
efesiensi ekstraksi pabrik maka setiap sisa buangan dari proses pengolahan harus
Ada tiga sistem perebusan yaitu satu puncak (single peak), dua puncak
(double peak), dan tiga puncak (triple peak). Jumlah puncak dalam perebusan dapat
dilihat dari jumlah pembukaan atau penutupan dari uap masuk atau uap keluar
Berdasarkan hal diatas maka penulis mengambil judul pada karya ilmiah
ini adalah pengaruh waktu, temperatur dan tekanan terhadap kehilangan minyak
pada air kondensat dengan perebusan sistem tiga puncak di pabrik kelapa sawit
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan karya ilmiah ini adalah
pada air kondensat dengan perebusan sistem tiga puncak di pabrik kelapa sawit
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari analisa yang dilakukan ialah untuk menentukan kadar
minyak yang hilang dalam air kondensat terhadap pengaruh waktu, temperatur dan
tekanan.
1.4 Manfaat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun
1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya
ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun
1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat
Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat
perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka
seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama
berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan
AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada
1911-1912.
sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran
Habitat asli kelapa sawit adalah daerah semak belukar. Sawit dapat
tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh
yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat
(Http://id.wikipedia.org/wiki/kelap_sawit)
Dura,
Pisifera, dan
Tenera.
1. Varietas Dura
daging buah terhadap buah 30 – 50%, inti buah besar, namun biasanya tandan
2. Varietas Psifera
Pisifera memiliki tempurung yang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada.
Daging buah tebal, inti buahnya sangat kecil. Kandungan minyak pada daging buah
cukup tinggi karena sabutnya (daging) tebal, tetapi kandungan minyak inti rendah
karena ukuran kernelnya sangat kecil. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang
3. Varietas Tenera
Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini
per buahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat
mencapai 28%.
Daging buahnya serabut berlapis dua, oleh karena itu disebut Dwikka.
mempunyai sifat jauh lebih baik dari pada varietas semula, baik melalui
terdapat tiga varietas buah kelapa sawit, Nigrescens, Virescens, dan Albescens.
(Risza, 1994)
dunia), minyak sawit merupakan sumber yang utama dengan tingkat konsumsi
lebih dari 80 %. Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semi padat karena
mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih
dari delapan. Warna minyak sawit ditentukan oleh adanya pigmen yang dikandung.
2.2.1.1 TRIGLISERIDA
Minyak dan lemak terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari
gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak dan lemak dalam bentuk umum
tidak berbeda trigliseridanya, hanya dalam berbentuk (wujud). Disebut minyak jika
berbentuk cair dan lemak jika berbentuk padatan. Trigliserida adalah senyawa kimia
yang terdiri dari ikatan gliserol dengan 3 molekul asam lemak. (Mangoensoekardjo,
2003)
bergabung untuk membentuk trigliserida. Dua jenis asam lemak yang paling
dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat C 16:0 (jenuh) dan asam oleat C18:1
(tidak jenuh). Umumnya, komposisi asam lemak minyak sawit sebagai berikut :
Minyak tersebut jika dihidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai
panjang dan 1 molekul gliserol. Reaksi hidrolisis secara kimia sebagai berikut :
merupakan gliserida campuran yaitu molekul gliserol berikatan dengan asam lemak
yang berbeda.
2.2.1.2NON TRIGLISERIDA
Minyak juga mengandung komponen non trigliserida dalam jumlah kecil, tetapi
komponen ini juga harus dipisahkan karena menyebabkan rasa, bau dan warna
minyak yang kurang menyenangkan. Komponen non trigliserida dan kotoran yang
Misalnya : asam lemak bebas, karoten, lendir (gum), tocopherol, sterol dan
alkohol.
Misalnya : Karbohidrat
Minyak kelapa sawit yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit masih dalam
bentuk minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO) yang belum dapat digunakan
lendir yang tinggi , sehingga sulit dicerna apabila digunakan sebagai bahan
makanan manusia. CPO merupakan hasil pengepresan atau ekstraksi buah kelapa
kekuningan karena kandungan karotein yang tinggi yaitu dapat mencapai 1000 ppm
atau lebih, tetapi dalam minyak jenis tenera kurang lebih 500 – 700 ppm,
proses produksi. Sehingga, bila minyak ini nanti diproses lagi maka standar
No Komponen Kuantitas
1 Asam lemak bebas (%) 3,0 – 4,0
2 Karoten (ppm) 500 – 700
Standar mutu adalah hal yang penting untuk menentukan minyak yang
bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu minyak sawit,
yaitu : kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas,
warna dan bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu
minyak sawit adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan
minyak sawit yang baik mempunyai kandungan air yang kurang dari 0,1 % dan
kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 %, kandungan asam lemak bebas serendah
mungkin (kurang dari 2 %), bilangan peroksida dibawah 2 %, bebas dari warna
merah dan kuning (harus berwarna pucat), tidak berwarna hijau, jernih dan
kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam. (S. Ketaren,
1986)
meningkatkan efesiensi pengolahan. Selain itu dapat juga dipengaruhi oleh derajat
kematangan buah yang dapat diketahui dengan melalui sortir buah sebelum diolah,
sehingga mendapatkan mutu minyak kelapa sawit menurut standart mutu Special
Standart mutu Special Prime Bleach (SPB) dibandingkan dengan mutu Ordinary
4 Besi (ppm) 10 10
Minyak kelapa sawit yang disimpan dapat mengalami penurunan mutu jika
tidak ditangani dengan tepat, terutama karena terjadinya reaksi oksidasi dan
hidrolisis.
Kerusakan yang terjadi pada minyak dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti absorbsi baud an kontaminasi, aksi enzim, aksi mikroba, dan reaksi kimia.
kontaminasi dari alat penampungan. Hal ini karena minyak (lemak) dapat
mengabsorbsi zat menguap atau bereaksi dengan bahan lain. Adanya absorbsi dan
kontaminasi dari wadah ini akan menyebabkan perubahan pada minyak, di mana
minyak kelapa sawit, bisa dipakai bahan dari stainless steel atau mild steel yang
dilapisi dengan cat epoxy. Bahan yang berasal dari seng tidak dianjurkan untuk
2) Aksi enzim
Biasanya, bahan yang mengandung minyak (lemak) mengandung enzim
yang dapat menghidrolisis. Jika organisme dalam keadaan hidup, enzim dalam
keadaan tidak aktif. Sementara, jika organisme telah mati maka koordianasi antar
sel akan rusak sehingga enzim akan bekerja dan merusak minyak. Indikasi dari
menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Kandungan asam lemak bebas yang
tinggi akan menghasilkan bau tengik dan rasa yang tidak enak. Asam lemak bebas
juga dapat menyebabkan warna gelap dan proses pengkaratan logam. Untuk
mengurangi aktivitas enzim ini bisa diusahakan dengan penyimpanan minyak pada
3) Aksi mikroba
Kerusakan minyak oleh mikroba (jamur, ragi, dan bakteri) biasanya terjadi jika
masih terdapat dalam jaringan. Namun, minyak yang telah dimurnikan pun masih
Dalam hal ini, minyak dapat dikatakan steril. Kerusakan yang dapat ditimbulkan
oleh mikroba antara lain produksi asam lemak bebas, bau sabun, bau tengik, dan
4) Reaksi kimia
perhatian dan besar pengaruhnya yaitu kerusakan karena reaksi kimia, yaitu
Dalam reaksi hidrolisis, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan
gliserol. Hal ini akan merusak minyak dengan timbulnya bau tengik. Untuk
penambahan sejumlah basa. Proses ini dikenal sebagai proses penyabunan. Proses
Pengaruh lain akibat oksidasi yaitu perubahan warna karena kerusakan pigmen
warna, penurunan kandungan vitamin, dan keracunan. Salah satu cara yang biasa
dilakukan untuk menghambat reaksi oksidasi yaitu dengan pemanasan (50 – 55oC)
molekul yang lain sehingga membentuk molekul yang lebih besar. Polimerisasi
pada minyak merupakan kelanjutan dari reaksi oksidasi dan pemanasan. Polimer
yang terbentuk mempunyai titik cair yang lebih tinggi dari trigliserida. Jika
Jika polimerisasi berlanjut terus, akan terbentuk bahan gum yang mengendap.
(Iyung P, 2008)
Menurut Arnott (1963) ada beberapa bahan yang dapat merusak kualitas
(%)
Asam lemak bebas <20 2,0 - 2,7 2,8 - 3,7 3,8 - 5,0 >5,0
kurang disukai konsumen. Terlebih lagi, hal ini dikarenakan reaksi pada temperatur
cokelatan dan larut dalam minyak sehingga semakin sukar untuk dipucatkan
of Bleachability Index).
Adanya warna dan bilangan DOBI yang rendah tidak disukai dalam industri
karena minyak sawit semakin sulit untuk dipucatkan. Berdasarkan evaluasi terhadap
nilai DOBI minyak sawit, nilai DOBI minyak sawit dapat dikelompokkan 4 macam,
oksidasi yang terjadi sejak panen, lalu ditunjukkan pada proses pengolahan,
akan berperan pada proses pengolahan yang lebih lanjut. Oleh karena itu, perlu
uap kering, menghindari pemakaian uap secara langsung pada stasiun pemurnian,
Panen yang diterima di pabrik adalah berupa tandan buah segar (TBS) atau
fresh fruit bunch (FFB). TBS yang telah siap dipanen lalu dibawa ke pabrik untuk
diolah tetapi sebelumnya disortasi lebih dahulu di loading ramp. terhadap mutu TBS
didasarkan pada standar fraksi tandan. Dikenal ada lama fraksi TBS yang dapat kita
berwarna hitam
1 – 12,5 %
12,5 – 25 %
25 – 50 %
50 – 75 %
75 – 100 %
Derajat kematangan yang baik jika TBS dipanen pada fraksi 1, 2, 3, dan 4.
Secara ideal, dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan
menentukan keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat
pabrik kelapa sawit adalah proses perebusan buah (sterilization) yang berfungsi
untuk merebus tandan buah segar (TBS) di dalam suatu bejana uap bertekanan
(sterilizer).
bejana uap bertekanan. Biasanya steriliser dirancang untuk dapat memuat 6 sampai
10 lori dengan tekanan uap 3 kg/cm2. Lori adalah tempat buah direbus, yang dapat
menampung buah 2,5-3,5 dan 5,0 ton. Lori-lori yang telah berisi TBS dikirim ke
stasiun rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh
motor listrik hingga memasuki sterilizer. Lori tempat buah di buat berlubang
dengan diameter 0,5 inch, yang berfungsi untuk mempertinggi penetrasi uap pada
buah dan penetesan air kondensat yang terdapat diantara buah. Dalam proses
perebusan TBS dipanaskan dengan uap pada temperatur sekitar 135 oC selama 80 –
90 menit. Steriliser harus dilengkapi dengan katup pengaman (safety valve) untuk
menjaga tekanan di dalam steriliser tidak melebihi tekanan kerja maksimum yang
diperkenankan.
Mematikan enzim untuk mencegah kenaikan asam lemak bebas (ALB) minyak
Dalam buah yang dipanen terdapat enzim lipase dan oksidasi yang tetap bekerja
dalam buah sebelum enzim itu dihentikan dengan pelaksanaan tertentu. Enzim
dapat dihentikan dengan cara fisika dan kimia. Enzim oksidase berperan dalam
gugus aldehid dan keton. Senyawa yang terakhir ini bila dioksidasi lagi akan
menjadi asam. Jadi ALB yang terdapat dalam minyak sawit merupakan hasil
kerja enzim lipase dan oksidase. Aktivitas enzim semakin tinggi bila buah
dalam persentase yang relatif kecil. Enzim pada umumnya tidak aktif lagi pada
suhu 50oC. Namun, jika ditinjau dari proses pengolahan selanjutnya perebusan
Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah, maka untuk mempermudah proses
ekstraksi pengutipan minyak dan inti sawit, buah perlu dilepas dari
hemisellulosa dan pektin yang terdapat pada pangkal buah. Hidrolisis dapat
lapangan yaitu pada proses pemasakan buah yang ditandai dengan buah yang
ketel rebusan yang dipercepat oleh pemanasan. Panas uap tersebut dapat
meresap kedalam buah karena adanya tekanan. Hidrolisis pektin pada tangkai
tidak seluruhnya menyebabkan pelepasan buah, oleh karena itu masih perlu
Selama proses perebusan, kadar air dalam buah akan berkurang karena proses
selama proses pengempaan dan mempermudah pemisahan zat non lemak (non-
oil solid). Dalam proses ini mempermudah degister dalam proses melunakkan
buah dan pelumatan. Secara keseluruhan, akibat penguapan sebagian air dari
pengepresan.
Prakondisi untuk biji agar tidak mudah pecah selama proses pengepresan dan
pemecahan biji.
serat dari biji dalam polishing drum, yang menyebabkan pemecahan biji lebih
sulit dalam alat pemecah biji. Penetrasi uap yang cukup baik akan membantu
proses pemisahan
serat perikarp dan biji yang dipercepat oleh proses hidrolisis. Apabila serat
tidak lepas, maka lignin yang berada diantara serat akan menahan minyak. Jika
biji dipukul dalam alat pemecah maka terjadi sifat kenyal yang membuat biji
tidak pecah yang terjadi adalah pecahan besar yang melekat pada inti.
Sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti, yaitu
dengan cara penguapan baik saat perebusan maupun saat sebelum pemipilan.
pengempaan. Interaksi penurunan kadar air dan panas dalam buah akan
menyebabkan minyak sawit antar sel akan bersatu dan mempunyai viskositas
yang rendah sehingga mudah keluar dari dalam sel sewaktu proses berlangsung.
Perikarp yang mendapat perlakuan panas dan tekanan akan menunjukkan sifat
serat mudah lepas. Hal ini meningkatkan efesiensi digester dan polishing drum.
Air yang terkandung dalam inti akan menguap melalui mata biji sehingga
Pemecahan emulsi
Minyak di dalam perikarp berbentuk emulsi dapat lebih mudah keluar dari sel
jika berubah fase emulsi menjadi minyak. Perubahan ini terjadi dengan bantuan
yang
Peristiwa ini akan mempermudah minyak keluar dari perikarp. Penetrasi uap
yang sempurna pada perikarp, terutama buah yang paling dalam, akan
dari perebusan akan membantu proses pemisahan minyak dari air dan padatan
Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15%. Kadar
air yang turun hingga 15% akan menyebabkan inti susut sedangkan tempurung
biji tetap, maka terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan membantu
proses fermentasi di dalam nut silo, sehingga pemecahan biji dapat berlangsung
dengan baik, demikian juga pemisahan inti dari cangkang dalam proses
kotoran lebih kecil. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tekanan uap
2,8-3 kg/cm2 dengan lama perebusan sekitar 90 menit. (P.M. Naibaho, 1990)
2.6.1 Deaerasi
Deaerasi adalah pembuangan dari udara dari dalam ketel rebusan yang
dilakukan dengan memasukkan uap dengan cara pipa uap dibuka, katup deaerasi
dan katup kondensat dibuka yang berlangsung selama 2 – 5 menit. Deaerasi atau
pembuangan udara dari steriliser dilakukan dengan cara membuka pipa inlet,
deaeration valve dan atau condensate valve. Udara dibuang dengan cara
memasukkan uap secara cepat sehingga terjadi pencampuran antara uap dan udara.
Karena udara lebih berat maka udara akan turun kebawah dan dibuang melalui
deaeration valve atau melalui pipa kondensat. Deaeration akan berlangsung pada
saat pembuangan air kondensat selama sistem perebusan berlangsung. Jadi, langkah
dengan membuka pipa uap (inlet pipe) selama 7 menit (umumnya tekanan 1,5
kg/cm2) kemudian pipa uap masuk ditutup dan pipa kondensat, exhause pipe
dibuka dengan tiba-tiba sehingga tekanan turun sampai 0,5 kg/cm 2 (+3 menit),
kemudian pipa kondensat ditutup. Puncak kedua dicapai, pipa uap masuk dibuka
selama 10 menit (tekanan 2 – 2,5 kg/cm2), kemudian pipa uap masuk ditutup dan
pipa kondensat dan exhause pipe dibuka hingga tekanan 1 kg/cm 2(3 menit). (D.
Darnoko, 2003)
2. Jika air kondensat sampai merendam tandan buah, maka sebagian besar
3. Air kondensat yang mengikat minyak pada buah luka mempunyai kadar
asam lemak bebas yang tinggi dan bersifat korosi, dan dapat merusak badan
4. Pada akhir siklus perebusan, air kondensat dapat mendenyar (flash off)
Setelah melalui satu puncak atau dua puncak awal maka pemasakan dapat
dilanjutkan dengan membuka pipa uap masuk dan pipa kondensat untuk membuang
air kondensat. Masa pemasakan atau sebagai masa penahan dihitung setelah
Setelah pemasakan uap selesai maka uap berada dalam sterilizer dibuang
dengan cara mula-mula dibuka kran pipa kondensat kemudian setelah tekanan
menjadi 2,5
kg/cm2 maka pipa pembuangan uap yang berada diatas sterilizer dibuka dengan
Buah yang telah masak dikeluarkan dari dalam sterilizer dengan membuka
lori kemudian ditarik dengan tali bersamaan dengan pemasukan buah yang akan
Dari pengalaman, telah diketahui bahwa untuk merebus dengan tekanan uap
3 bar (3,06 kg/cm2) selama 25 menit akan memberikan hasil yang sama seperti
merebus dengan tekanan uap 1,5 bar selama 55 menit. Dari pengalaman ini, bisa
dilihat bahwa semakin tinggi tekanan perebusan akan semakin cepat pula waktu
tinggi. Temperatur yang terlalu tinggi dapat merusak kualitas minyak dan sawit.
Perebusan yang dilakukan dengan tekanan uap 2,8 kg/cm 2 dan waktu antara
inti yang memuaskan. Selain itu, pada perebusan juga perlu dilakukan pengurasan
udara agar udara bisa keluar dan digantikan oleh uap air sebagai media perebusan.
Pengurasan udara dilakukan pada saat awal proses perebusan, dimana uap
Pengurusan lainnya dilakukan pada saat tekanan mencapai puncak pertama pada
tekanan sekitar 2,3 bar dan pada puncak kedua dengan tekanan sekitar 2,5 bar.
Setelah pengurusan pada puncak kedua selesai. Uap dimasukkan hingga mencapai
tekanan sekitar 2,8 bar dan dipertahankan terus selama beberapa lama sesuai
kebutuhan.
Tata cara yang harus dilakukan untuk memperoleh perebusan yang normal sebagai
beriku ;
memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan dapat tercapai. Dalam
dikenal tiga sistem perebusan yang lazim digunakan, antara lain sistem perebusan
satu puncak (single peak), dua pucak (double peak) dan tiga puncak (tripple peak).
Jumlah puncak dalam perebusan dilihat dari jumlah pembukaan atau penutupan
dari uap masuk atau uap keluar selama perebusan berlangsung yang diatur secara
selama proses ada satu puncak akibat dari tindakan pembuangan dan pemasukan
uap yang tidak merubah bentuk pola perebusan selama proses perebusan satu
siklus. Pada umumnya proses berlangsung pada tekanan uap 2,5 kg/cm 2 dengan
Tekanan
uap 2,5
kg/cm2
Waktu
selama proses ada dua puncak akibat dari tindakan pembuangan dan pemasukan
selama perebusan satu siklus. Pada umumnya proses berlangsung pada tekanan 2,5
Tekanan
uap
Kg/cm2
Waktu
menit
selama proses tiga puncak akibat dari tindakan pemasukan uap dan pembuangan
uap, dilanjutkan dengan pemasukan uap, penahanan dan pembuangan uap selama
proses perebusan satu siklus. Pada umumnya proses berlangsung pada tekanan uap
2,5 – 3,0 kg/cm2 dengan suhu perebusan 130 – 140 oC selama 75 – 90 menit.
menit
Tekanan
uap
Kg/cm2
Waktu
Mekanisme penetrasi uap pada perebusan tandan buah segar adalah sebagai
berikut :
memanaskan buah luar dan masuk lagi pada buah yang lebih dalam. Panas yang
diterima oleh setiap lapisan buah yang tidak sama. Penurunan suhu uap pada
berlangsung lebih lama apabila lapisan buah yang dilalui uap semakin banyak.
berfungsi sebagai tindakan fisika juga dapat terjadi proses mekanik yaitu adanya
guncangan yang disebabkan oleh adanya perubahan yang cepat. (Boyke Loebis,
1989)
BAB 3
3.1 ALAT
1. Cawan petridish
2. Timble
3. Soklet
4. Kondensor
5. Hot plate
6. Oven
7. Desikator
8. Kertas saring
9. Kapas
3.2 BAHAN
1. n-heksan
selama 20 menit.
6. Ditimbang labu gelas kosong lalu diisi dengan n-heksan sebanyak 250ml.
selama ± 4 jam.
BAB 4
4.1 DATA
Tabel 4.1 : Hasil analisa kehilangan minyak yang terikut dalam air rebusan
Persentase minyak yang terikut dalam air rebusan (lossis) dapat dihitung dengan rumus :
Contoh perhitungan :
Untuk tekanan 2,8 kg/cm2, waktu 90 menit dan suhu 130oC, maka diperoleh peresentase
minyak sebesar :
0,7666
= x 100 %
7,8116
= 4,30 %
= 100 % - 4,30 %
= 95,7 %
0,1597
= x 100 %
17,8116
= 0,89 %
4.3 PEMBAHASAN
Berdasarkan sistem jaminan mutu ISO 9000 pada pabrik kelapa sawit,
toleransikehilangan minyak dalam air rebusan adalah maksimum 0,7 % dari kapasitas oleh
tandan buah segar per harinya. Dengan kondisi kerja atau proses :
Dari data yang diperoleh, kehilangan minyak yang paling rendah adalah pada
kondisi 1,5 kg/cm2 waktu 70 menit pada suhu 130 oC. Namun pada kondisi kerja seperti
ini perebusan tandan buah segar belum mencapai hasil yang optimal, karena semua
brondolan buah belum matang terutama bagian dalamnya sehingga akan mengganggu
proses pengolahan selanjutnya. Seperti, buah tidak dapat terpipil di stasiun stripper dan
proses pengempaan di screw press tidaklah sempurna. Selain itu, pemisahan cangkang
dan kernel sangat susah, sehingga mengakibatkan kerugian pada inti sawit karena masih
Hal demikian juga terjadi pada kondisi kerja dengan tekanan sebesar 2 dan 2,5 kg/cm 2 .
Kehilangan minyak yang terbesar terjadi pada kondisi kerja dengan tekanan 3,5
kg/cm2 , waktu 110 menit dan suhu 130 oC. pada kondisi kerja yang seperti ini, minyak
banyak terserap dalam janjangan kosong dan umlah minyak yang terikut ke fat pit
sangatlah besar. Selain itu, minyak menjadi gosong dan sulit untuk dipucatkan (bleached)
pada proses berikutnya sehingga akan menurunkan mutu minyak yang dapat dilihat
Pada kondisi kerja dengan tekanan 3 kg/cm2 , suhu 130 oC dan waktu 90 menit,
untuk proses perebusan dengan system tiga puncak, kehilangan minyak telah melewati
batas yang normal yaitu sebesar 0,7 %, namun perebusan telah mencapai hasil yang
optimum dan sempurna yaitu berondolan sudah dilepas dari tandannya. Hal ini dapat
dilihat pada proses selanjutnya dimana buah akan mudah terpipil, pengmpaan pada screw
press sempurna sehingga kehilangan minyak pada stasiun ini semakin kecil. Selain itu
minyak dapat mudah dipucatkan dan menghasilkan minyak yang kandungan ALB rendah
cangkang dan kernel pada conveyor juga semakin mudah. Dengan demikian keuntungan
pada perusahaan semakin besar. Inilah sebabnya pabrik pengolahan kelapa sawit
menggunakan tekanan 2,8 – 3 kg/cm2 , waktu 90 – 110 menit pada suhu antara 110 – 130
o
C untuk merebus tandan buah segar.
perebusan buah akan menyebabkan kehilangan minyak yang besar pada air rebusan.
Penyimpangan ini dapat diakibatkan oleh faktor pemasukan buah mentah ke dalam
rebusan dan kurang waspadanya operator terhadap bahaya yang mungkin terjadi dalam
bekerja, seperti jumlah lori dan isian rebusan kurang diperhatikan sehingga rebusan
sering dioperasikan tidak efektif, pemasukan uap kedalam rebusan terlambat sehingga
sehingga stasiun perebusan cepat mengalami proses pengkaratan logam atau korosi,
kurangnya kerja sama antar karyawan sehingga organisasi kerja tidak terkordinir dan
tidak terarah yang mengakibatkan negatif terhadap mutu dan kapasitas olah pabrik.
rusaknya pintu rebusan sehingga kebocoran uap terjadi dan dapat memperpanjang masa
perebusan yang mengakibatkan buah terendam lama dalam lori dan minyak yang terikut
di dalam air kondensat semakin banyak. Selain itu, kerusakan roda lori yang disebabkan
oleh tersisanya air kondensat di dalam rebusan membuat buah terisolasi oleh air
konsumsi uap dari BPV (Back Preassure Level) tidak memenuhi standar yang diinginkan
yang diakibatkan oleh dropnya uap di stasiun loading, kerja sama yang kurang
terkoordinir antara stasiun loading ramp dan sterilizer serta perbaikan dan penggantian
Upaya pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
pemasukan lori buah mentah dan pengeluaran buah masak harus diperhitungkan dengan
cermat, perlu diadakan penyuluhan kepada operator dan karyawan pabrik berupa
Selain itu, peralatan harus sering dibersihkan minimal sekali dalam seminggu,
bagian dalam rebusan telah dibersihkan sebaiknya minyak untuk mencegah terjadinya
keropos, pintu rebusan harus dalam keadaaan yang baik dan tidak bocor, kran air
kondensat harus bagus agar proses pembuangan air kondensat berlangsung sempurna
dan kerenggangan antara sistem rel dalam rebusan harus sering diperiksa agar tidak
penerimaan buah di pabrik, sumber daya manusia yang berkualitas dan peralatan-peralatn
dalam kondisi baik akan memberikan manfaat dan keuntungan bagi pabrik yaitu
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Didapatkan hasil dari percobaan bahwa tekanan yang baik untuk menentukan
kehilangan minyak (lossis) adalah 1,5 kg/cm2 dengan waktu 70-110 menit dan
temperatur 1300 C.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Darnoko,D. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk Turunannya. Medan.
LPPKS
Elisabeth,J., Hayati, dan Siahaan,D. 2000. Minyak dan Lemak dalam Pola Konsumsi
Pangan. Volume 8 No.1. Medan. LPPKS
Fauzi,Yan. 2006. Kelapa Sawit, Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisa
Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta. Penebar Swadaya
Hadi,M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa. Edisi Pertama. Cetakan I. Yogyakarta. Adicita
Karya Nusa
Ketaren,S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Edisi 1. Jakarta. UI-
Press
Loebis,Boyke. 1989. Buletin Perkebunan. Volume 20 No 20. Medan. LPPKS