Anda di halaman 1dari 185

ANALISIS KEANDALAN DAN PENENTUAN PERSEDIAAN

OPTIMAL KOMPONEN SLUDGE SEPARATOR DI PT. PERKEBUNAN


NUSANTARA IV UNIT PABATU

TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana

Oleh:

CHARLES H. NABABAN

NIM: 060423009

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI


DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
ANALISIS KEANDALAN DAN PENENTUAN PERSEDIAAN
OPTIMAL KOMPONEN SLUDGE SEPARATOR DI PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA IV UNIT PABATU

TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana

Oleh :
CHARLES H. NABABAN

NIM: 060423009

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Ir. H A Jabbar M Rambe, M.Eng) (Ir. Dini Wahyuni, MT)

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI


DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan

berkat, kasih, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana

ini tepat pada waktunya. Adapun Tugas sarjana ini diajukan untuk memenuhi

persyaratan menyelesaikan studi pada Departemen Teknik Industri, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Judul dari tugas sarjana ini adalah “Analisis Keandalan dan Penentuan

Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara

IV Unit Pabatu”. Penulis memilih judul ini karena penulis ingin membantu

perusahaan untuk mengetahui sejauh mana kondisi suatu mesin apakah mesin

tersebut masih handal atau tidak yang berkaitan erat dengan penentuan kebutuhan

komponen berdasarkan laju kerusakannya sehingga dapat ditentukan kebutuhan

spare part per tahunnya. Tugas sarjana ini merupakan sarana bagi penulis untuk

melakukan studi terhadap salah satu permasalahan nyata dalam perusahaan.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya tugas sarjana ini masih banyak

kekurangan dikarenakan keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kebaikan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini bermanfaat bagi kita semua.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Medan, November 2009
Penulis,

(Charles H. Nababan)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
UCAPAN TERIMAKASIH

Selama penyusunan laporan tugas sarjana ini, penulis banyak mendapatkan

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan

hati yang tulus penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak/Ibu Dosen Departemen Teknik Industri atas ilmu dan nasehat yang

diberikan selama mengikuti perkuliahan.

2. Ketua Departemen Teknik Industri yaitu Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT dan

Staff pegawai Departemen Teknik Industri.

3. Bapak Ir. Abdul Jabbar M. Rambe, M.Eng. sebagai dosen pembimbing I

dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini, yang telah menyediakan waktu dan

perhatian untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas sarjana ini.

4. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT. Sebagai dosen pembimbing II dalam penyelesaian

tugas sarjana ini, yang telah banyak membantu dan membimbing penulis.

5. Bapak Rudy Simatupang selaku pembimbing penulis di PT. Perkebunan

Nusantara IV Unit Pabatu dan seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara

IV Unit Pabatu yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian

tugas sarjana ini.

6. Bapak Ir. Mohd Nur Hutabarat selaku Manager PT. Perkebunan Nusantara IV

Unit Pabatu yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam melakukan

penelitian tugas sarjana ini.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
7. Kedua orang tua saya M. Nababan dan A. Br. Pasaribu yang selalu

memberikan dukungan doa, moral dan material kepada saya sehingga saya

selalu termotivasi dalam menyelesaikan tugas sarjana ini.

8. Abang Iparku M. Hutahaean dan kakakku Ida Br. Nababan, Kakakku Lenni Br

Nababan, adekku Sahala Tua Nababan, dan Kirim Wilson Nababan yang telah

memberikan dukungan moral dan material kepada penulis dalam

menyelesaikan tugas sarjana ini.

9. Kawan seperjuangan dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT.

Perkebunan Nusantara Unit Pabatu (Rizki, K Marta, Raja, dan Aulia), dan

rekan satu angkatan B Darma, Dorkas, Romas, Yanti, Parhan, Anto, jozz dll.

Demikian ucapan terimakasih ini saya sampaikan, semoga Tuhan

memberkati.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

KATA PENGANTAR ..................................................................... i

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ........................................................................... xxii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xxiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xxvii

RINGKASAN ................................................................................. xxviii

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ................................................... I-1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................. I-2

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... I-3

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. I-3

1.5. Pembatasan Masalah.................................................................. I-4

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ......................................... I-4

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan ....................................................... II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ................................................... II-2

2.3. Lokasi Perusahaan .................................................................... II-2

2.4. Pemasaran ................................................................................. II-5

2.4.1. Daerah Pemasaran dan Distribuís Pasar ........................... II-5


Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.4.2. Segmen Pasar .................................................................. II-6

2.4.3. Strategi Pemasaran .......................................................... II-6

2.5. Organisasi dan Manajemen Perusahaan ................................... II-7

2.5.1. Struktur Organisasi ......................................................... II-7

2.5.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ................................. II-9

2.6. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam kerja ......................................... II-9

2.6.1. Jumlah Tenaga Kerja ...................................................... II-9

2.6.2. Jam Kerja ........................................................................ II-10

2.7. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Yang Digunakan .................. II-12

2.7.1. Sistem Pengupahan ......................................................... II-12

2.7.2. Fasilitas yang Digunakan ................................................ II-12

2.8. Proses Produksi ......................................................................... II-13

2.8.1. Standar Mutu Bahan Baku Produk .................................. II-13

2.8.1.1. Standard Mutu Bahan Baku ................................ II-13

2.8.1.2. Standard Mutu Produk ........................................ II-15

2.8.2. Bahan-bahan yang Digunakan ......................................... II-15

2.8.2.1. Bahan Baku ........................................................ II-15

2.8.2.2. Bahan Penolong ................................................. II-16

2.8.2.3. Tambahan........................................................... II-17

2.8.3. Uraian Proses Produksi ................................................... II-18

2.8.3.1. Proses Pengolahan MInyak Sawit ....................... II-18

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.8.3.2. Proses Pengolahan Inti Sawit .............................. II-30

2.8.4. Mesin dan Peralatan ........................................................ II-35

III LANDASAN TEORI

3.1. Ruang Lingkup Kegiatan Perawatan .......................................... III-1

3.1.1. Pengertian Perawatan ...................................................... III-1

3.1.2. Tujuan Kegiatan Perawatan............................................. III-2

3.1.3. Jenis-jenis Tindakan Perawatan (Maintenance) ............... III-2

3.2. Teori Keandalan (Reliability) .................................................... III-4

3.2.1. Defenisi Keandalan (reliability) ...................................... III-4

3.2.2. Manfaat Keandalan (reliability) ....................................... III-6

3.2.3. Metoda Analisis .............................................................. III-6

3.2.4. Konsep Reliability.......................................................... III-6

3.3. Pola Distribusi Reliability .......................................................... III-9

3.4. Siklus Hidup dan Laju Kerusakan Komponen ............................ III-12

3.5. Uji Kecocokan Distribusi........................................................... III-14

3.6. Sistem Persediaan ...................................................................... III-17

3.6.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Persediaan ...................... III-17

3.6.2. Fungsi Persediaan ........................................................... III-18

3.6.3. Klasifikasi Masalah Persediaan ....................................... III-19

3.6.4. Jenis-jenis Sistem Persediaan .......................................... III-21

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.7. Identifikasi Material Menggunakan Analisis Klasifikasi ABC ... III-22

3.8. Hubungan Reliability dengan Persediaan ................................... III-24

3.9. Penentuan Persediaan Suku Cadang Berdasarkan Reliability .... III-25

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian .......................................................................... IV-3

4.2. Studi Pendahuluan ..................................................................... IV-3

4.3. Studi Literatur ........................................................................... IV-3

4.4. Identifikasi Masalah .................................................................. IV-4

4.5. Objek Penelitian ........................................................................ IV-4

4.6. Pengumpulan Data .................................................................... IV-5

4.7. Pengolahan Data ........................................................................ IV-6

4.7.1. Pemilihan Komponen Kritis Dengan Metoda ABC ......... IV-8

4.7.2. Pengujian Distribusi Waktu Antar Kerusakan ................. IV-8

4.7.3. Penentuan Parameter Distribusi Waktu Antar Kerusakan

Dan Fungsi-fungsi Keandalan .......................................... IV-9

4.7.4. Penentuan Jumlah Persediaan.......................................... IV-10

4.7.5. Penentuan Jumlah Pemesanan (Q*) dan Titik

Pemesanan Kembali ........................................................ IV-10

4.8. Analisa Data .............................................................................. IV-11

4.8. Kesimpulan Dan Saran .............................................................. IV-11

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ................................................................... V-1

5.1.1. Data Waktu Terjadinya Kerusakan Komponen Mesin

Sludge Separator ............................................................. V-1

5.1.2. Daftar Harga Komponen Mesin Sludge Separator .......... V-3

5.2. Pengolahan Data ....................................................................... V-4

5.2.1. Penentuan Komponen Kritis Dengan Metoda ABC ......... V-5

5.2.2. Penentuan Fungsi Keandalan/reliability .......................... V-10

5.2.2.1. Nilai Keandalan Berdasarkan Distribusi

Kumulatif .......................................................... V-10

5.2.2.2. Penentuan Parameter Distribusi Weibull ............. V-11

5.2.2.2.1. Penentuan Parameter Distribusi Weibull

Untuk Komponen Bowl Spindle,

Pn 67347-00 ..................................... V-12

5.2.2.2.2. Penentuan Parameter Distribusi Weibull

Untuk Komponen Paring Disc,

Pn, 528537-02 .................................. V-14

5.2.2.2.3. Penentuan Parameter Distribusi Weibull

Untuk Komponen Friction pad &

Screw 76282 lbg 4............................ V-16

5.2.2.2.4. Penentuan Parameter Distribusi Weibull

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

Untuk Komponen Nozzle Q 1,60 mm

Pn 534149.83 ................................... V-18

5.2.2.3. Uji Distribusi Weibull ........................................ V-20

5.2.2.3.1. Uji Kerusakan Distribusi Weibull

Untuk Spare Part Bowl Spindle

Pn 67347-00 ..................................... V-22

5.2.2.3.2. Uji Kerusakan Distribusi Weibull

Untuk Spare Part Paring Disc

Pn 528537-02 ................................... V-23

5.2.2.3.3. Uji Kerusakan Distribusi Weibull

Untuk Spare Part Friction Pad &

Screw 76282 Lbg 4 .......................... V-25

5.2.2.3.4. Uji Kerusakan Distribusi Weibull

Untuk Spare Part Nozzle Q 1,60 mm

Pn 534149.83 ................................... V-27

5.2.2.4. Penentuan Konsep Keandalan ............................ V-29

5.2.2.4.1. Konsep Keandalan Bowl Spindle

5.2.2.4. Penentuan Konsep Keandalan ............................ V-30

5.2.2.4.1. Konsep Keandalan Bowl Spindle

Pn 67347-00 ..................................... V-30

5.2.2.4.2. Konsep Keandalan Paring Disc

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

Pn 528537-02 ................................... V-35

5.2.2.4.3. Konsep Keandalan Friction Pad &

Screw 76282 Lbg 4 .......................... V-40

5.2.2.4.4. Konsep Keandalan Nozzle Q 1,60 mm

Pn 534149.83 ................................... V-45

5.2.2.5. Jumlah Kebutuhan Komponen ............................ V-50

5.2.2.5.1. Jumlah Kebutuhan Untuk Bowl

Spindle Pn 67347-00 ........................ V-50

5.2.2.5.2. Jumlah Kebutuhan Untuk Paring

Disc Pn 528537-02 ........................... V-51

5.2.2.5.3. Jumlah Kebutuhan Untuk Friction

& Screw 76282 Lbg 4 ...................... V-52

5.2.2.5.4. Jumlah Kebutuhan Untuk Nozzle Q

1,60 mm Pn 534149.83.................... V-53

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Data Kerusakan Spare Part ......................................... VI-1

6.2. Analisis Parameter Distribusi Kerusakan .................................. VI-2

6.3. Analisis Keandalan Spare Part ................................................. VI-3

6.4. Analisis Pemesanan Optimal dan Titik Pemesanan Kembali .... VI-4

6.4.1. Komponen Bowl Spindle Pn 67347-00 ........................... VI-4

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

6.4.2. Komponen Paring Disc Pn 528537-02............................. VI-5

6.4.3. Komponen Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4 ............... VI-6

6.4.4. Komponen Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83 ................. V-8

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan ............................................................................... VIII-1

8.2. Saran ......................................................................................... VIII-2

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Jarak Unit Kebun Pabatu .............................................................. II-4

2.2. Luas Areal Unit Kebun Pabatu Tahun 2008 .................................. II-4

2.3. Jumlah Tenaga Kerja PT. Perkebunan Nusantara IV Pada

Tanaman Kelapa Sawit Unit Kebun Pabatu ................................. II-9

2.4. Jumlah Tenaga Kerja PT. Perkebunan Nusantara IV Di Pabrik

Pengolahan Kelapa Sawit Unit Kebun Pabatu .............................. II-10

2.5. Spesifikasi Fraksi TBS ................................................................. II-14

2.6. Standar Kematangan Buah............................................................ II-14

2.7. Standar Koalitas Minyak Dan Inti ............................................... II-15

5.1. Daftar Komponen Mesin Sludge Separator ................................... V-2

5.2. Daftar Rata-rata Penggunaan Dan Biaya Per Unit Spare Part

Mesin Sludge Separator Yang Sering Mengalami Kerusakan.......... V-3

5.3. Analisa Spare Part ...................................................................... V-6

5.4. Analisa Persentase Nilai Komponen ............................................ V-7

5.5. Kalisifikasi Komponen Menurut Konsep ABC ............................. V-9

5.6. Menentukan Nilai Parameter Komponen Bowl Spindle

Pn 67347-00 ................................................................................. V-13

5.7. Menentukan Nilai Parameter Komponen Paring Disc,

Pn 528537-02 ............................................................................... V-15

5.8. Menentukan Nilai Parameter Komponen Friction Pad & Screw

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

76282 Lbg 4 ................................................................................. V-17

5.9. Menentukan Nilai Parameter Komponen Nozzle Q 1,60 mm,

Pn 534149.83 ............................................................................... V-19

5.10. Uji Kerusakan Distribusi Weibull 2 Parameter Untuk Komponen

Bowl Spindle Pn 67347-00 ........................................................... V-22

5.11. Uji Kerusakan Distribusi Weibull 2 Parameter Untuk Komponen

Paring Disc Pn 528537-02 ........................................................... V-24

5.12. Uji Kerusakan Distribusi Weibull 2 Parameter Untuk Komponen

Nozzle Q 1,60 mm Pn 534149.83 ................................................. V-26

5.13. Uji Kerusakan Distribusi Weibull 2 Parameter Untuk Komponen

Bowl Spindle Pn 67347-00 ........................................................... V-28

5.14. Nilai-nilai Fungsi Keandalan Komponen Bowl Spindle

Pn 67347-00 ................................................................................ V-31

5.15. Nilai-nilai Fungsi Keandalan Komponen Paring Disc

Pn 528537-02 .............................................................................. V-36

5.16. Nilai-nilai Fungsi Keandalan Komponen Friction Pad & Screw

76282 Lbg 4 ................................................................................ V-41

5.17. Nilai-nilai Fungsi Keandalan Komponen Nozzle Q 1,60 mm

Pn 534149.83 .............................................................................. V-46

6.1. Hasil Uji Distribusi Spare Part Mesin Sludge Separator ............. VI-2

6.2. Nilai Parameter Distribusi Spare Part Mesin Sludge Separator .... VI-2
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
6.3. Analisis Keandalan Untuk Persediaan Optimal Per Tahun ........... VI-3

6.4. Persediaan Sealam Lead Time Untuk Pemesanan Kembali .......... V-9

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Unit Kebun Pabatu .................................................................... II-8

3.1. Kurva Reliability ........................................................................ III-10

3.2. Siklus Hidup Komponen............................................................. III-13

3.3. Kurva Hubungan Persediaan Dengan Reliability......................... III-25

4.1. Block Diagram Tahapan Penelitian ............................................ IV-2

4.2. Flow Chart Pengolahan dan Pengumpulan Data ......................... IV-7

5.1. Grafik Analisa Pareto ................................................................. V-10

5.2. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Kepadatan

Probabilitas Komponen Bowl Spindle Pn 67347-00 .................... V-32

5.3. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Distribusi

Kumulatif Komponen Bowl Spindle Pn 67347-00 ..................... V-32

5.4. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Keandalan

Komponen Bowl Spindle Pn 67347-00 ....................................... V-33

5.5. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Laju

Kerusakan Komponen Bowl Spindle Pn 67347-00 ..................... V-33

5.6. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Kepadatan

Probabilitas Komponen Paring Disc Pn 528537-02 ..................... V-37

5.7. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Distribusi

Kumulatif Komponen Paring Disc Pn 528537-02 ...................... V-37

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.8. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Keandalan

Komponen Bowl Paring Disc Pn 528537-02 ............................... V-38

5.9. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Laju

Kerusakan Komponen Paring Disc Pn 528537-02 ...................... V-38

5.10. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Kepadatan

Probabilitas Komponen Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4 ...... V-42

5.11. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Distribusi

Kumulatif Komponen Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4 ......... V-42

5.12. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Keandalan

Komponen Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4 ........................... V-43

5.13. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Laju

Kerusakan Komponen Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4 ........ V-43

5.14. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Kepadatan

Probabilitas Komponen Nozzle Q 1,60 mm Pn 534149.83 ......... V-47

5.15. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Distribusi

Kumulatif Komponen Nozzle Q 1,60 mm Pn 534149.83............ V-47

5.16. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Keandalan

Komponen Nozzle Q 1,60 mm Pn 534149.83 ............................. V-48

5.17. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Laju

Nozzle Q 1,60 mm Pn 534149.83 ............................................... V-48

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1 Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab Masing-masing Jabatan

Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu............................... L-1

2 Mesin Dan Peralatan Yang Digunakan Pada Proses Pengolahan

Kelapa Sawit Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu ......... L-9

3. Gambar Spesifikasi Mesin Sludge Separator................................. L-18

4. Data Terjadinya Kerusakan Komponen Mesin Sludge Separator .. L-22

5. Tabel Uji Kecocokan Distribusi Kolmogorov-Smirnov................. L-28

6. Surat Permohonan Tugas Sarjana...................................................... L-29

7. Berita Acara Laporan Tugas Sarjana Pembimbing I......................... L-31

8. Berita Acara Laporan Tugas Sarjana Pembimbing II........................ L-32

9. Surat Keputusan Tugas Akhir Mahasiswa......................................... L-33

10 Surat Balasan Pabrik PT. Perkebunan Nusantara

IV Unit Pabatu................................................................................... L-34

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
RINGKASAN

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Pabatu merupakan Badan


Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang pengolahan kelapa
sawit menjadi CPO. Kelancaran proses produksi merupakan tuntutan utama yang
harus dipenuhi agar target perusahaan dapat tercapai. Namun proses produksi
pada perusahaan ini sering mengalami kendala dalam bentuk tidak berjalannya
sistem dengan semestinya. Hal ini disebabkan adanya kerusakan pada mesin atau
menunggu datangnya unit pemesanan/suku cadang yang dipesan untuk
menggantikan spare part yang mengalami kerusakan. Akibat dari hal ini waktu
penyelesaian produk yang telah disepakati tidak terpenuhi.
Selama ini PT. Perkebunan Nusantara IV unit Pabatu dalam penerapan
sistem perawatan perusahaan belum menerapkan konsep keandalan. Mesin
mendapatkan perawatan setelah mesin mengalami kerusakan (corrective
maintenance), selain itu dalam menentukan jumlah persediaan suku cadang
perusahaan tidak memiliki konsep persediaan tersendiri. Pemesanan dilakukan
berdasarkan perkiraan-perkiraan saja yaitu berdasarkan pada permintaan yang
selama ini terjadi.
Penelitian ini dilakukan terhadap mesin sludge separator dengan
memperhitungkan nilai fungsi laju kerusakan, fungsi keandalan komponen kritis
saat berproduksi dalam kondisi dan jangka waktu tertentu. Data yang
dikumpulkan adalah data pemakaian dan data kerusakan suku cadang sepanjang
tahun 2007-2008 serta harga pembelian per unit suku cadang Oleh karena itu
untuk memecahkan permasalahan ini perlu dilakukan suatu metode perawatan
terencana (corrective maintenance) dengan pendekatan metode reliability
(keandalan) dalam menentukan jumlah persediaan suku cadang yang optimal yang
harus dipesan. Data tersebut diolah menggunakan metode reliability dengan
menerapkan fungsi laju kerusakan distribusi Weibull untuk menentukan jumlah
persediaan komponen kritis dalam jangka waktu satu tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua komponen kritis berdistribusi
Weibull. Berdasarkan komponen kritis yang telah ditentukan dengan metode ABC
dikaitkan dengan fungsi laju kerusakan pada metode reliability maka persediaan
untuk komponen kritis selama periode waktu satu tahun (360 hari) untuk masing-
masing komponen kritis adalah Bowl Spindle sebanyak 3 unit (Pemesanan
Optimal (Q*) = 1unit/pesan, titik Pemesanan kembali (r) = 1 unit) β = 3,2838,
Paring Disc sebanyak 2 unit (Q* = 1 unit/pesan, r = 1 unit) β = 2,6546, Friction
Pad & Screw sebanyak 4 unit (Q*= 3 unit/pesan, r = 1 unit) β = 1,5576, V Nozzle
Q 1,60 mm 3 unit (Q*= 1 unit/pesan, r = 1 unit) β = 2,0970.
Hasil analisa dari keempat komponen berada pada kondisi wear out
(β > 1) hal ini menunjukkan bahwa laju kerusakan setiap komponen diatas
meningkat seiring dengan kenaikan waktu. Dari hasil penelitian ini diharapkan
memberikan alternatif solusi bagi PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu
dalam kegiatan perawatan mesin produksi.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu (Persero) merupakan Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang pengolahan kelapa

sawit menjadi CPO. Proses produksi pada perusahaan ini sering mengalami

kendala dalam bentuk tidak bekerjanya sistem yang disebabkan adanya kerusakan

mesin produksi atau menunggu datangnya unit mesin/komponen yang

dipesan/dibeli untuk menggantikan komponen yang rusak. Sementara itu

kelancaran proses produksi merupakan tuntutan utama yang harus dipenuhi agar

target perusahaan dapat tercapai.

Perusahaan dalam proses produksi menggunakan banyak jenis dari mesin

produksi. Pada penelitian ini objek yang diamati adalah mesin sludge separator,

karena mesin ini yang paling sering mengalami kerusakan, dan mengakibatkan

terjadinya gangguan dalam aliran proses produksi. Dalam aliran proses produksi

mesin sludge separator memiliki peranan yang tinggi yaitu memisahkan minyak

dari cairan dan ampas dari sludge separator yang berasal dari mesin desanding

cyclone. Kerusakan mesin ini mengakibatkan sludge tidak dapat dikutip

minyaknya dan terjadinya bottleneck pada desanding cyclone.

Selama ini PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu (persero) tidak

memiliki peranan sistem perawatan yang baik. Mesin dan peralatan mendapatkan

penanganan setelah mengalami kerusakan (corrective maintenance) tanpa

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
memperhatikan faktor keandalan dari komponen/spare part mesin tersebut.

Selain itu bila terjadi kerusakan pada spare part mesin, perusahaan tidak memiliki

persediaan yang cukup untuk menggantikan spare part yang mengalami

kerusakan. Selama ini penentuan jumlah parsediaan spare part mesin hanya

dengan menggunakan perkiraan berdasarkan permintaan masa lalu.

Untuk itu perlu dilakukan pengendalian persediaan spare part yang

ditentukan berdasarkan tingkat keandalan, kebutuhan dan ongkos-ongkos

persediaann dari komponen/spare part. Dilihat dari segi biaya, bahwa barang

yang menunggu di gudang terlalu lama merupakan beban bagi suatu perusahaan

yaitu ongkos dari gudang itu sendiri, depresiasi barang dan gudang.

Investasi persediaan spare part memerlukan biaya yang tinggi, tetapi

dilain pihak spare part harus siap sedia di gudang untuk kelangsungan proses

pelayanan perbaikan (maintenance) dan pergantian tanpa gangguan kekurangan.

Bila tingkat persediaan rendah akan mengganggu kelancaran produksi yang

menyebabkan kerugian yang lebih tinggi.

1.2. Perumusan Masalah

Mesin produksi memiliki komponen-komponen spare part yang dalam

aktifitas operasionalnya akan mengalami kerusakan sampai jangka waktu tertentu.

Kerusakan mesin produksi dapat mengganggu kelancaran proses produksi yang

akan menyebabkan kerugian sebab tidak tercapainya target perusahaan. Faktor

keandalan perlu diperhatikan dari system perawatan, untuk itu perlu dilakukan

analisis keandalan dari mesin untuk mengetahui sejauh mana kondisi mesin.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Analisis keandalan ini berkaitan erat dengan penentuan persediaan optimal dari

komponen mesin. Sebab dengan melakukan analisis keandalan ini nantinya akan

mendapatkan ekspektasi kebutuhan jumlah komponen pertahunnya. Dengan

mengetahui jumlah kebutuhan komponen dapat ditentukan jumlah persediaan

komponen yang optimal yang disimpan di gudang dengan ongkos persediaan yang

minimal.

Cadangan komponen dugunakan untuk memungkinkan perbaikan sistem

dilakukan secepat mungkin tanpa adanya waktu menunggu akibat pengadaan

komponen. Persediaan suku cadang diperlukan baik untuk perawatan terrencana

maupun perrencanaan korektif. Disini diperlukan suatu kebijaksanaan penyediaan

komponen yang optimal yang memungkinkan komponen tersedia saat dibutuhkan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian adalah:

1. Mendapatkan gambaran tentang keandalan mesin sludge separator

2. Menetukan jumlah kebutuhan komponen untuk mendukung persediaan

optimal komponen mesin sludge separator.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Membantu mahasiswa mengaplikasikan ilmu-ilmu Teknik Industri dalam

permasalahan nyata di perusahaan.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
2. Menjadi bahan masukan bagi perusahaan tentang pentingnya melakukan

tindakan perawatan di lantai produksi.

3. Memberikan gambaran bagi perusahan tentang model prilaku kerusakan mesin

yang terjadi di perusahaan.

1.5. Pembatasan Masalah

Faktor yang akan selalu menjadi penghalang dan tidak dapat dihindari

dalam pelaksanan penelitian adalah faktor waktu, dana, dan keterbatasan fasilitas.

Untuk itulah dilakukan pembatasan masalah agar hasil yang diperoleh tidak

menyimpang dari tujuan yang diinginkan. Batasan yang digunakan adalah:

1. Objek yang diteliti adalah mesin sludge separator karena perusahan

menggunakan jumlah unit mesin yang sangat banyak.

2. Tidak dikaji apa yang menjadi penyebab terjadinya kerusakan.

I.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika

penulisan tugas sarjana ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang

permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, ruang lingkup dan asumsi yang digunakan.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini memuat secara singkat dan padat berbagai atribut dari

perusahaan yang menjadi objek penelitian, jenis produk dan

spesifikasinya, bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan

yang digunakan dalam menunjang proses produksi, serta organisasi

dan manajemen.

BAB III : LANDASAN TEORI

Menguraikan teori-teori dan pemikiran ilmiah yang diperlukan

dalam pemeahan masalah dengan mengacu pada literatur yang

digunakan meliputi pengertian perawatan dan ruang lingkup

perawatan, konsep keandalan, teori persediaan, dan pemodelan

yang dapat menunjang pemecahan masalah..

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Mengemukakan langkah-langkah dan tahapan-tahapan yang akan

diambil dalam pemecahan masalah dalam bentuk pengembangan

model untuk menentukan model persediaan optimal.

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini memuat data-data hasil penelitian yaitu data kerusakan

komponen mesin yang diperoleh dari perusahaan, harga

komponen, sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data dan

menjadi dasar pembahasan masalah.

BAB VI : ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Bab ini memuat perencanaan langkah-langkah yang akan dilakukan

dalam memecahkan masalah serta menganalisis hasil pengukuran,


Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
perhitungan persediaan, ekspektasi keandalan dengan pendekatan

metode reliability.

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan hasil penelitian serta rekomendasi

saran-saran yang perlu bagi perusahaan sebagai tindak lanjut hasil

penelitian.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1.Sejarah Perusahaan

Unit Kebun Pabatu berasal dari Hak Konsesi Pabatu Gunung Hataran dan

Dolok Merawan milik Handless Vereninging Amsterdam yang diambil alih dan

dinasionalisasikan oleh Pemerintah Indonesia dari BOCM pada tahun 1957

dengan luas areal keseluruhan saat itu 6.173,53 hektar. Pada awalnya sampai

dengan tahun 1938, Unit Kebun Pabatu adalah perkebunan tembakau yang

dikonversi oleh BOCM menjadi perkebunan sawit.

Berdasarkan konstatering No: 110/-PPT/B, Menteri Dalam Negeri Cq.

Direktorat Jendral Agraria melalui Surat Keputusan No: 19/HGU/DA/-1976

tanggal 26 Juni 1976, memberikan Hak Guna Usaha kepada PNP-VI atas areal

seluas 5.770,07 hektar yang terdiri atas pemeriksaan yang dilakukan oleh Panitia

B yang menetapkan bahwa areal tersebut bebas dari penduduk rakyat. Pada tahun

2005 dan 2007 berdasar Keputusan Kepala BPN Nasional dalam SK No:

40/HGU/BPN/2005 tanggal 15 April 2005 dan No: 20-HGU-BPN RI-2007

tanggal 29 Mei 2007 luas areal Kebun Pabatu menjadi 5.754,04 Ha. Unit Kebun

Pabatu ditopang oleh Sumber Daya Manusia yang berjumlah: Karyawan

Pimpinan 20 orang, Tenaga Pendidik 6 orang, Karyawan Pelaksana 1.470 orang

dan Pengamanan 1 orang.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi

adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan kelapa sawit menjadi

CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit menjadi PKO (Palm Kernel Oil). Kemudian

CPO dan PKO tersebut akan dijual kepada perusahaan yang membutuhkan

seperti: PT. MUSIM MAS, PT. SAN – Belawan, dan PT. PACIFIC PALMINDO

sebagai bahan baku yang akan diolah lebih lanjut.

PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Unit Kebun Pabatu melaksanakan

proses produksi dengan jaminan produksi yang memuaskan yang merupakan misi

utama dari perusahaan tersebut serta memperhatikan keselamatan dan

kesejahteraan para karyawannya dan keharmonisan perusahaan dengan

lingkungan sekitarnya.

2.3. Lokasi Perusahaan

Unit Kebun Pabatu berjarak ± 07 Km dari kota Tebing Tinggi dan ± 87 km

dari Kota Medan serta ± 40 Km dari Kota Pematang Siantar. Unit Kebun Pabatu

berada pada ketinggian ± 300 meter di atas permukaan laut dengan topografi

bergelombang, curah hujan berdasarkan data stasiun penakar curah hujan Unit

Kebun Pabatu periode s/d Juni 2006 sebesar rata-rata ± 232 mm per tahun dan

kelembaban udara 63,70 %.

Batas-batas kebun sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec.Tebing Tinggi.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN-III Kebun Gunung Para.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan PTPN-III Kebun Gunung Pamela dan

Kebun Bandar Jambu

4. Ditengah-tengah dan pinggir areal kebun terdapat 12 Desa/13 kampung, yaitu

A. Desa ;

1. Desa Kedai Damar, Kec Tebing Tinggi.

2. Desa Penonggol, Kec. Tebing Tinggi.

3. Desa Gunung Kataran, Kec.Tebing Tinggi.

4. Desa Pabatu I, Kec. Dolok Merawan.

5. Desa Pabatu II, Kec. Dolok Merawan

6. Desa Pabatu III, Kec. Dolok Merawan.

7. Desa Pabatu VI, Kec. Dolok Merawan.

8. Desa Naga Kasiangan, Kec. Tebing Tinggi.

9. Desa Bah Damar, Kec. Dolok Merawan.

10. Kelurahan Pabatu, Kodya. Tebing Tinggi.

11. Desa Penggalian, Kec. Tebing Tinggi.

12. Desa Mainu Tongah, Kec. Dolok Merawan.

B. Kampung ;

1. Kampung Baris (Desa Naga Kasiangan).

2. Kampung Gaya Baru (Desa Naga Kasiangan).

3. Kampung Seratius dua (Desa Naga Kasiangan ).

4. Kampung Silahua (Desa Pabatu I).

5. Kampung Kelambir (Desa Pabatu I).

6. Kampung Bangun Jawa (Desa Pabatu VI).

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
7. Kampung Bah Jering (Desa Pabatu VI).

8. Kampung Baru (Desa Pabatu VI).

9. Kampung Paritokan (Desa Mainu Tongah)

10. Kampung Mainu (Desa Mainu Tongah)

11. Kampung Tengah (Desa Mainu Tongah)

12. Kampung Panglong (Desa Penggalian)

13. Kampung Pasar Tengah dan Padang Merbau (Kelurahan Pabatu)

Jarak Unit Kebun Pabatu ke tempat-tempat penting sekitar kebun dan

rincian kondisi tanaman, dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jarak Unit Kebun Pabatu

Jarak
Uraian
(km)
Pabatu – Bah Jambi 60
Pabatu–Pematang Siantar 40
Pabatu-Medan 88
Pabatu – Belawan 114
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu

Luas areal Kebun Pabatu tahun 2008 setiap afdeling mulai dari tanaman

menghasilkan sampai tanaman berumur 20 tahun keatas terdapat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Luas Areal 2008

AFD TM TBM.III TBM.II TBM.I Lain-lain Jumlah


I 326 396 40 200 962
II 515 240 25 780
III 165 440 133 48 786
IV 363 336 4 703
V 851 7 858
VI 813 8 821
VII 781 63 844
Jumlah 3814 1412 173 355.4 5754.4
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Ket: TM :Tanaman Menghasilkan

TBMIII :Tanaman berumur 0 – 10 tahun

TBMII :Tanaman berumur 10-20 tahun

TBMI :Tanaman berumur 20 tahun keatas

2.4. Pemasaran

2.4.1. Daerah Pemasaran dan Distribusi Pasar

Pemasaran produk merupakan salah satu bidang yang terpenting dalam

perusahaan. Bidang pemasaran mempengaruhi maju mundurnya suatu perusahaan

sebab apabila pemasaran produk tersebut berjalan dengan lancar maka perusahaan

dapat memperoleh keuntungan yang optimal.

Pabrik pengolahan sawit dan minyak inti PT. Perkebunan Nusantara IV

Kebun Pabatu dalam memasarkan produknya tidak menangani secara langsung

pelanggan atau konsumen. Pada umumnya perusahaan ini memasarkan produknya

ke tiga perusahaan, yaitu: PT MUSIM MAS, PT. SAN–Belawan, dan PT.

PACIFIC PALMINDO.

Pelaksanaan rencana penjualan atau pemasaran produk Crude Palm Oil

dan Palm Kernel Oil PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Pabatu dan

produk lainnya berdasarkan rencana kerja dan anggaran perusahaan. Pengiriman

produk dilakukan oleh pihak perusahaan dengan memakai jasa perumka, dan

pihak ketiga dengan menggunakan mobil tangki dan kereta api. Pengiriman

produk diikat dengan surat perjanjian sehingga perusahaan tersebut harus

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
bertanggung jawab penuh terhadap jumlah dan mutu produk yang dikirim mulai

dari pabrik sampai barang yang dimaksud diterima di tempat tujuan.

2.4.2. Segemen Pasar

Suatu organisasi yang beroperasi dalam pasar selalu menyadari bahwa

pada hakekatnya pelanggan dalam pasar tidak dapat dilayani secara menyeluruh.

Pasar terdiri dari pembeli, dan setiap pembeli berbeda dalam satu hal atau banyak

hal. Perbedaan itu dapat berupa keinginan, sumber daya, lokasi maupun perilaku

pembeli. Untuk itu perlu dilakukan pemisahan pasar atau disebut juga segmentasi

pasar.

Minyak sawit dan minyak inti merupakan barang setengah jadi yang harus

dilakukan proses pengolahan lebih lanjut. Oleh karenanya segmen pasarnya

adalah industri-industri pengolahan minyak sawit dan minyak inti menjadi

produk-produk jadi.

2.4.3. Strategi Pemasaran

Persaingan merupakan faktor yang sangat perlu diperhatikan. Untuk

meningkatkan pasar maka perusahaan berusaha untuk meningkatkan teknologi

yang digunakannya dalam menghasilkan produk. Perusahaan juga harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Mutu produksi yang sesuai dengan standar minyak mentah Indonesia.

b. Melayani pelanggan dengan waktu pelayanan yang tepat.

c. Penetapan harga yang cukup bersaing dibanding dengan produk sejenis.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
d. Promosi produk ke dalam dan luar negeri yang dilakukan oleh Kantor

Perusahaan Bersama.

2.5. Organisasi dan Manajemen Perusahaan

2.5.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan bagan yang menggambarkan hubungan kerja

antara dua orang atau lebih pada suatu tugas yang saling berkaitan untuk

pencapaian suatu tujuan tertentu. Struktur organisasi bagi suatu perusahaan

mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan dan memperlancar

jalannya roda perusahaan. Pendistribusian tugas-tugas, wewenang dan tanggung

jawab serta hubungannya satu sama lain pada intinya dapat digambarkan pada

suatu struktur organisasi, sehingga para pegawai dan karyawan akan mengetahui

dengan jelas apa tugasnya, dari mana ia mendapatkan perintah dan kepada siapa ia

harus bertanggung jawab. Dengan adanya struktur organisasi dan uraian tugas

yang telah ditetapkan, akan menciptakan suasana kerja yang baik karena akan

terhindar dari tumpang tindih dalam perintah dan tanggung jawab.

PTP Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu mempunyai struktur

organisasi yang berbentuk fungsional-lini, dimana untuk posisi top manajerial

menggunakan fungsional, sedangkan untuk level bawah menggunakan fungsi lini.

Jadi setiap bawahan menerima perintah baik secara lisan maupun tulisan dari

seorang atasan yang terkait didalamnya. Struktur organisasi PTPN IV PKS Pabatu

dapat dilihat pada gambar 2.1.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
MANAJER

Asisten K.D. Pengolahan


SDM dan Pa. Pam K.D.Tanaman K.D. Teknik Kelapa Sawit K.D.Tata Usaha
Umum Sawit dan Inti

Assisten Assisten Assisten Assisten Assisten Assisten Assisten


Assisten AfdVII Assisten AfdVI Assisten AfdV Assisten AfdIV Assisten AfdIII Assisten Afd II Assisten Afd I Teknik Pengolahan I Pengolahan II
Teknik I Teknik II Transport TU / Gudang
Sipil

Ket : Hubungan lini

Fungsional

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
2.5.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan di PTP

Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu secara garis besar dapat dilihat pada

Lampiran 1.

2.6. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

2.6.1. Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

untuk masyarakat. Adapun jumlah karyawan di PTP Nusantara IV (Persero) Unit

Kebun Pabatu diklasifikasikan berdasarkan karyawan pimpinan, karyawan

pelaksana, dan tenaga pendidik. Data jumlah karyawan PTP Nusantara IV

(Persero) Unit Kebun Pabatu dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Jumlah Tenaga Kerja PTP Nusantara IV (Persero)


PadaTanaman Kelapa Sawit Unit Kebun Pabatu

AFD/BAG Karyawan Pimpinan Karyawan Pelaksana Total


Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh
I 1 - 1 65 96 163 165
II 1 - 1 96 58 154 166
III 1 - 1 90 71 161 162
IV 1 - 1 38 32 70 71
V 1 - 1 93 32 125 126
VI 1 - 1 106 29 135 136
VII 1 - 1 72 41 113 114
PPIS 1 - 1 71 3 74 75
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Tabel 2.4 Jumlah Tenaga Kerja PTP Nusantara IV (Persero) di

Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Unit Kebun Pabatu

Karyawan Karyawan Total Karyawan Karyawan Total


AFD/BAG Pimpinan Pelaksana AFD/BAG Pimpinan Pelaksana
KDP/KDT 2 - 2 - - - 2
PKS 2 - 2 100 6 106 108
Teknik 2 - 2 213 27 240 242
M. Unit 1 - 1 - - - 1
Dinas TU 1 - 1 19 6 25 26
SDM & U 1 - 1 16 17 33 34
Dinas Tan 2 - 2 5 3 8 10
C. Gudang 1 - 1 7 3 10 11
Pam. 1 - 1 41 - 41 42
Guru SMP 2 3 5 - - - 5
Jumlah 22 3 25 1040 430 1470 `1497
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu

2.6.2. Jam Kerja

Sesuai dengan peraturan DEPNAKER (Departemen Tenaga Kerja) bahwa

jam kerja seseorang karyawan adalah 40 jam kerja per minggu, selebihnya

diperkirakan jam lembur. Sedangkan pengaturan jam kerja karyawan di PTP

Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu adalah sebagai berikut:

1. Semua karyawan kecuali bagian pengolahan dan pengamanan hari kerjanya

adalah Senin – Sabtu, dengan ketentuan jam kerja sebagai berikut:

a. Senin – Kamis

− Jam 06.30 – 09.30 WIB Waktu Kerja (dinas)

− Jam 09.30 – 10.30 WIB Waktu Istirahat

− Jam 10.30 – 15.00 WIB Waktu Kerja (dinas)

b. Jum’at

− Jam 06.30 – 09.30 WIB Waktu Kerja (dinas)


Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
− Jam 09.30 – 10.30 WIB Waktu Istirahat

− Jam 10.30 – 12.00 WIB Waktu Kerja (dinas)

c. Sabtu

− Jam 06.30 – 09.30 WIB Waktu Kerja (dinas)

− Jam 09.30 – 10.30 WIB Waktu Istirahat

− Jam 10.30 – 12.00 WIB Waktu Kerja (dinas)

2. Bagian pengolahan, jam kerja dibagi atas dua shift setiap harinya dan jam

kerja ini melihat situasi buah (TBS) yang tersedia yaitu:

a. Jika buah banyak, diterapkan:

− Shift I :jam 06.30 – 16.00 WIB

− Shift II :jam 16.00 – 06.30 WIB

3. Bagian pengamanan (security), jam kerja dibagi atas tiga shift setiap harinya

yaitu:

− Shift I :jam 06.00 – 14.00 WIB

− Shift II :jam 14.00 – 22.00 WIB

− Shift III :jam 22.00 – 06.00 WIB

Untuk bagian security terdiri dari 14 orang pershift dengan pergantian shift

seminggu sekali.

2.7. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan

2.7.1. Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan pada PT.Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit

Kebun Pabatu ditentukan menurut tingkat golongannya. Bekerja merupakan


Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
kegiatan yang dilakukan oleh karyawan dalam hubungan kerja dengan mendapat

gaji pokok. Banyak cara atau sistem pembayaran gaji/upah yang digunakan

perusahaan, setiap perusahaan memakai sistem yang berbeda-beda. Dengan dasar

tersebut akan membawa keuntungan bagi perusahaan tanpa merugikan karyawan.

Gaji pokok merupakan imbalan berupa uang yang diterima setiap bulan

oleh karywan dari perusahaan atas tugas atau pekerjaan yang dilakukan, tidak

termasuk tunjangan, santunan sosial, dan penerimaan lain yang tidak tetap.

2.7.2. Fasilitas Yang Digunakan

1. Jaminan Sosial Tenaga Kerja

PTP Nusantara IV Unit Kebun Pabatu memberikan asuransi jaminan sosial

tenaga kerja jika terjadi sesuatu yang menyebabkan kecelakaan tenaga kerja.

2. Pemberian Cuti

Perusahaan memberikan cuti tahunan atau cuti hari besar agama dan cuti sakit

kepada karyawan.

3. Tunjangan Hari Besar Agama

Perusahaan memberikan tunjangan hari besar agama kepada karyawan.

4. Fasilitas Kerja

Fasilitas yang disediakan perusahaan diantaranya:

a. Perumahan untuk karyawan

b. Rumah sakit

c. Listrik dan air

d. Sekolah

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Untuk menunjang kelancaran tugasnya perusahaan juga menyediakan

peralatan-peralatan yang dibutuhkan oleh karyawan untuk meningkatkan

keselamatan kerja seperti :

a. Safety shoes

b. Hand gloves

c. Alat pemadam api

d. Helm

e. Masker

f. Kacamata pelindung, dll.

2.8. Proses Produksi

2.8.1. Standar Mutu Bahan Baku dan Produk

2.8.1.1. Standard Mutu Bahan Baku

Tandan buah sawit yang diterima di pabrik hendaknya memenuhi

persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses

ekstraksi minyak dan inti sawit. Sebelum buah diolah tandan yang telah tiba di

pabrik perlu dilketahui mutunya dengan cara visual, yang dapat dilakukan di

tempat penerimaan buah. Pengujian atau sortasi panen sebaiknya dilakukan pada

setiap truk yang tiba di pabrik, akan tetapi hal ini dianggap tidak ekonomis. Oleh

sebab itu sortasi panen dapat dilakukan secara acak, yaitu 10% terhadap truk yang

diterima atau minimum satu truk untuk setiap afdeling. Jika jumlah 10% sampling

dianggap terlalu besar dapat diatasi dengan mengambil 50% isi truk. Penilaian

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
terhadap mutu TBS didasarkan pada standard fraksi tandan dimana spesifikasi

fraksi TBS seperti terlihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Spesifikasi fraksi TBS

Parameter Standard (%)


Fraksi 00 Nihil
0 Nihil
Buah Normal : (F1,F2,F3,F4,F5) 100%
% Brondolan Pengutipan Maksimal
Tandan Kosong 0
Buah Busuk 0
Tandan Bertangkai Panjang 0
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu

Kegiatan pengolahan menginginkan buah dengan fraksi 1, 2, dan 3. Hal

ditetapkan karena fraksi ini memiliki mutu minyak yang baik dengan tingkat

ekstraksi minyak yang optimal dimana standard kematangan buahnya seperti pada

Tabel 2.6.

Tabel 2.6. Standar Kematangan Buah

Fraksi Persyaratan Sifat-sifat Jumlah Brondol


fraksi
Fraksi 00 (F-00) (0,0%) Sangat Mentah Tidak ada warna
Fraksi 0 (F-0) Maks.3,0% Mentah 1-12,5% buah luar
Fraksi 1 (F-1) Kurang matang 12,5-25% buah luar
Fraksi 2 (F-2) 85,0% Matang 25-50% buah luar
Fraksi 3 (F-3) Matang 50-75% buah luar
Fraksi 4 (F-4) Maks. Lewat matang 75-100% buah luar
10,0%
Fraksi 5 (F-5) Maks.2,0% Terlalu matang Buah ikut membrondol
% Brondolan 9,5%
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
2.8.1.2. Standar Mutu Produk

Standar mutu produk minyak dan inti sawit seperti pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Standard kualitas minyak dan inti

Karakteristik Batas-batas
Kualitas Minyak sawit
Kualitas Asam Lemak Bebas < 3,5% dan < 4,0%
Kadar air < 0,1%
Kadar kotoran < 0,10%
Deteration of Bleach Ability Index Min. 2,4%
(DOBI)
Bilangan peroksida < 5 mek
Bilangan Anisidine < 10 mek
Total oksigen < 20 mek
Kadar Fe < 3 ppm
Kadar Cu < 0,3 ppm
Bleachability <2R
Kualitas Inti sawit < 20 Y
Kadar air Maks.7%
Kadar Kotoran Maks.6 %
Inti pecah < 25 %
Inti berubah warna < 40 %
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu

2.8.2. Bahan-bahan yang Digunakan

2.8.2.1. Bahan Baku

Di dalam proses produksi pada Pabrik (PKS) Kebun Pabatu, bahan baku

yang digunakan adalah Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang diperoleh

dari Beberapa afdeling yang membudidayakan tanaman kelapa sawit di

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
lingkungan kebun Pabatu ataupun dari kelapa sawit milik rakyat. Tanaman kelapa

sawit (Elaieis Quinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang

termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit yang dikenal ialah jenis Dura, psifera

dan tenera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan berdasarkan penampang irisan buah,

yaitu jenis Dura memiliki tempurung yang tebal, jenis psifera memiliki biji yang

kecil dengan tempurung yang tipis, sedangkan tenera yang merupakan hasil

persilangan dura dengan psifera menghasilkan buah tempurung tipis dan inti yang

besar.

Buah sawit berukuran kecil antara 12-18 gram/butir yang duduk pada

bulir. Setiap bulir terdiri dari `10-18 butir tergantung pada kesempurnaan

penyerbukan. Beberapa bulir bersatu membentuk tandan. Buah sawit dipanen

dalam bentuk tandan buah sawit. Tanaman kelapa sawit sudah mulai

menghasilkan pada umur 24-30 bulan. Buah yang pertama keluar masih

dinyatakan dengan buah pasir, artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena

masih mengandung minyak yang rendah.

Dalam satu pot dijumpai bunga betina dan bunga jantan yang berbeda,

sehingga penyerbukannya disebut penyerbukan silang. Jumlah bunga betina dan

bunga jantan yang terbentuk dipengaruhi oleh sifat tanaman dan pengaruh

lingkungan seperti penyinaran, pemupukan dan perlakuan lainnya. Umur buah

tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman dan iklim, umumnya buah telah

dapat dipanen setelah berumur 6 bulan terhitung sejak penyerbukan.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
2.8.2.2. Bahan Penolong

Bahan Penolong adalah bahan-bahan yang dibutuhkan guna

menyelesaikan suatu produk atau suatu bahan yang ditambahkan pada produk

dimana keberadaanya tidak mengurangi nilai dari produk tersebut tetapi

menambah nilai dari produk itu. Bahan penolong yang digunakan di PTPN 4

Pabatu adalah BWT digunakan untuk menetralkan PH air untuk pabrik. BWT yang

digunakan adalah BWT 3273 berfungsi sebagai anti karat pada internal boiler, anti

foam (pembusaan) dan mengutamakan kualitas steam. BWT 2811 berfungsi

sebagai gerakan cepat secara kimia menghilangkan oksigen yang digunakan dan

sistem air industri lainnya (oxyigen scavenger). BWT 2556 berfungsi sebagai

inhibitor korosif, efektif menetralkan gas acid (asam) boiler corrosion inhibitor.

BWT 8173 pulv berfungsi sebagai flocculant untuk proses pemisahan liquid-solid

dan alat penyaring (filter aid), BWT 8507 berfungsi untuk mengatur tingkat

alkalinitas pada air boiler. BWT 7203 berfungsi sebagai anti karat pada internal

boiler untuk membantu mengutamakan kualitas steam, membantu menghilangkan

pembetukan karat dalam dinding sisi air. Caustik soda, berfungsi sebagai bahan

regenerasi resin pada tangki katoda. Asam sulfat berfungsi sebagai bahan

regenerasi regin pada tangki anoda. Tawas berfungsi sebagai penjernihan awal air.

2.8.2.3. Bahan Tambahan

Bahan Tambahan adalah bahan yang digunakan pada proses produksi dan

ditambahkan ke proses pembuatan produk. Bahan tambahan ini dibutuhkan jauh

lebih kecil dibanding bahan baku, fungsi bahan tambahan ini adalah membantu

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
proses produksi agar dapat dihasilkan produk yang sesuai dengan keinginan.

Bahan tambahan yang digunakan untuk mengolah Tandan Buah Segar (TBS)

menjadi produk adalah steam (uap) dan air panas. Steam ini disuplai dari back-

preasure vessel (bpv) yaitu suatu tangki penampung uap bekas turbin uap. Uap

dihasilkan dari panas air daripada boiler (ketel uap) yang digunakan untuk

memutar turbin untuk menghasilkan tenaga listrik dan uap bekas ditampung pada

bpv. Air panas diperoleh dari hasil pemanasan air bersih oleh uap bekas pada

suatu tangki yang disebut hot water tank, dari tangki ini air panas disalurkan pada

setiap unit yang memerlukan.

2.8.3. Uraian Proses Produksi

2.8.3.1. Proses Pegolahan Minyak Sawit

PTPN 4 Kebun Pabatu bahan baku utamanya adalah buah sawit yang

masih segar, sebelum menjadi CPO dan inti sawit melalui berapa proses. Proses

nya adalah sebagai berikut :

1. Stasiun penerimaan buah (Fruit Reception Station)

Stasiun penerimaan buah ini berfungsi untuk menerima Tandan Buah

Segar yang berasal dari kebun. Pada stasiun ini Tandan Buah Segar melalui

tahapan proses sebagai berikut :

a. Penimbangan Buah.

b. Penumpukan dan pemindahan buah.

2. Penimbangan Buah (Fruit Weighting)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Tandan Buah Segar yang baru dipanen dari kebun diangkut dengan

menggunakan truk ke pabrik. Setelah tiba di lokasi pabrik terlebih dahulu

ditimbang pada jembatan timbang (Weighting Bridge). Penimbangan dilakukan

dua kali. Pertama, untuk mengetahui berat kendaraan dalam keadaan berisi

muatan (bruto). Kedua, untuk mengetahui berat kendaraan setelah dibongkar

muatan (tarra).

3. Penumpukan dan pemindahan buah (transfer and loading ramp)

Setelah melalui jembatan timbang kemudian truk membongkar muatannya

di loading ramp. Buah sawit yang sudah disortasi kemudian dituang ke

penampungan buah (fruit hoppers) yang dibuat kemiringan 135 0 terhadap dasar

alas kisi-kisi. Fruit hoppers dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan

secara vertikal (turun naik) oleh tenaga elektris. Fungsi loading ramp adalah

sebagai berikut :

a. Tempat penampungan dan penumpukan TBS Sementara, sebelum diolah.

b. Tempat melakukan sortasi terhadap TBS yang masuk ke pabrik.

c. Memudahkan pengisian TBS ke dalam lory.

d. Menjamin penyediaan bahan baku untuk kontinuitas proses.

4. Stasiun Perebusan

TBS yang berada dalam lory rebusan diangkut dari Stasiun Penerimaan

Buah dengan bantuan transfer carier yang bergerak pada jaringan rel. Lory

rebusan ini selain sebagai alat angkut juga sebagai wadah untuk merebus buah.

Badan lory tersebut terbuat dari plat baja berlubang kecil dengan diameter 2 cm

dan jarak antar lubang 5 cm. Dengan adanya lubang pada lory, uap (steam) lebih

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
mudah masuk dan dapat memasak secara merata. Lory rebusan ini berisi penuh

dan merata dengan kapasitas rata 2,5 ton/lory. Tujuan perebusan ini adalah

sebagai berikut :

a. Menghentikan aktivitas enzim

Dalam buah yang dipanen terdapat enzim lipase dan oksidase yang tetap

bekerja dalam buah sebelum enzim itu dihentikan dengan pelaksanaan tertentu.

Enzim dapat dihentikan dengan cara fisika dan kimia. Cara fisika yaitu dengan

cara pemanasana pada suhu yang dapat mendegradasi protein. Enzim lipase

bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian

memecahkan kembali menjadi asam lemak bebas (ALB). Aktivitas enzim

semakin tinggi apabila buah mengalami kememaran (luka). Untuk mengurangi

aktivitas enzim sampai di PKS diusahakan agar kememaran buah dalam

persentase yang relatif kecil. Enzim pada umumnya tidak aktif lagi pada suhu

500C, oleh sebab itu perebusan pada suhu 1200 C akan menghentikan kegiatan

enzim.

b. Melepaskan buah dari Spiklet

Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah maka untuk mempermudah

proses ekstraksi pengutipan minyak dan inti sawit, buah perlu dilepaskan dari

spiklet. Buah dapat terlepas dari Spiklet melalui cara hidrolisa hemiselulosa dan

pektin yang terdapat pangkal buah. Hidrolisa dengan reaksi biokimia telah terjadi

sebagian di lapangan yaitu pada proses pemasakan buah yang ditandai dengan

buah yang berondol. Reaksi hidrolisis dan hemiselulosa dan pektin terdapat dalam

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
ketel rebusan yang dipercepat oleh pemanasan. Panas uap tersebut dapat meresap

ke dalam buah karena adanya tekanan

c. Menurunkan Kadar Air

Sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti,

yaitu dengan cara penguapan baik pada saat perebusan maupun saat sebelum

pemipilan. Penurunan kandungan air buah menyebabkan penyusutan buah

sehingga terbentuk rongga-rongga kosong yang mempermudah proses

pengempaan. Interaksi penurunan kadar air dan panas dalam buah akan

menyebabkan minyak sawit antara sel dapat bersatu dan mempunyai viskositas

yang rendah sehingga mudah keluar dari dalam sel sewaktu proses pengempaan

berlangsung.

d. Pemecahan emulsi

Minyak dalam buah berbentuk emulsi dapat lebih mudah keluar dari sel

jika berubah dari fase emulsi menjadi minyak. Perubahan ini terjadi dengan

bantuan pemanasan, yang mengakibatkan penggabungan fraksi yang memiliki

polaritas yang sama dan berdekatan, sehingga minyak dan air masing-masing

terpisah. Peristiwa ini akan mempermudah minyak keluar dari buah. Penetrasi uap

yang sempurna pada buah, terutama pada buah yang paling dalam, akan

mempertinggi efisiensi ekstraksi minyak.

e. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang

Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15%.

Kadar air biji yang turun hingga 15% akan menyebabkan inti susut sedangkan

tempurung biji tetap, maka terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
membantu fermentase di dalam Nut Silo, sehingga pemecahan biji dapat

berlangsung dengan baik, demikian juga pemisahan inti dan cangkang dalam

proses pemisahan kering atau basah dapat menghasilkan inti yang mengandung

kotoran lebih kecil.

5. Stasiun Penebah

Pada stasiun penebah, buah dituang dari lori ke rebusan ke automatic

feeder dengan menggunakan hosting crane. Automatic feeder ini berfungsi untuk

menampung serta mengatur pemasakan buah ke dalam alat penebah

(threser/stripper drum) dalam threser. Buah yang masih melekat pada tandan

akan lepas dan dipisahkan dengan menggunakan prinsip bantingan. Alat penebah

ini berupa drum yang terpasang secara horizontal dan berputar dengan kecepatan

± 23 rpm. Akibat perputaran drum, tandan bergerak ke atas searah dengan

perputarannya. Kemudian tandan akan jatuh terbanting sehingga buah atau

brondolan terlepas dari tandannya. Keberhasilan perebusan jika tidak didukung

pemipilan yang baik maka kehilangan minyak akan tinggi. Oleh sebab itu perlu

dilakukan pemipilan yang lebih sempurna dan keberhasilan pemipilan juga

tergantung pada proses perebusan.

6. Stasiun Pengempaan (screw press)

Stasiun pengempaan adalah stasiun pertama dimulainnya pengambilan

minyak dari buah dengan jalan melumat dan mengempal. Pada stasiun ini

dilakukan 2 tahap pengolahan yaitu :

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
a. Pengadukan (digesting)

Brondolan yang dihasilkan pada proses penebah, dialirkan ke dalam

digester. Peralatan ini digunakan untuk melumatkan brondolan sehingga daging

buah (pericrape) terpisah dari biji (noten) dan menghancurkan sel-sel yang

mengandung minyak. Dalam waktu cepat agar minyak dapat diperas sebanyak-

banyaknya pada saat pegempaan.

Alat ini sering disebut ketel aduk yag terdiri dari bejana yang dilengkapi

dengan alat perajang, dan pemanas untuk mempersiapkan bahan agar lebih mudah

dikempa dalam screw press. Digester dilengkapi dengan alat pengaduk yang

berfungsi untuk merajang buah sehingga terjadi pelepasan daging buah dan biji

sambil pemecahan kantong-kantong minyak. Volume digester berpengaruh

terhadap kehilangan minyak.

Digester yang penuh akan memperlama proses pengadukan dengan

tekanan lawan yang kuat sehingga perajangan sempurna karena ketinggian buah

dalam digester akan menimbulkan tekanan di dasar digester semakin tinggi dan

tahanan lawan terhadap pisau semakin tinggi, dan pemecahan kantong minyak dan

pemisahan serat dengan serat lain semakin sempurna. Pengadukan dilakukan

dengan kondisi proses sebagai berikut:

 Ketel adukan selalu dalam keadaan penuh minimal ¾ dari volumenya.

 Temperatur pemanasan (uap) 90-950

 Waktu pengadukan 15-20 menit

 Tekanan uap (steam) 2-3 kg/cm2

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
 Jika kondisi ini tidak terpenuhi, masa adukan akan sulit diproses pada saat

pengempaan, akibatnya kehilangan minyak dalam ampas akan meningkat.

b. Pengempaan ( pressing)

Massa adukan yang berasal dari alat pengaduk (digester) dialirkan ke

dalam alat pengempa (screo press) yang berfungsi untuk mengempa massa

adukan sehingga terjadi pemisahan antara massa padat (biji, serat dan kotoran)

dengan cairan minyak kasar. Tujuan dari proses pengempaan ini adalah untuk

mengambil minyak yang ada dalam massa adukan semaksimal mungkin dengan

cara memompa pada tekanan tertentu. Tekanan kempa yang dibutuhkan 50-60

kg/cm2.

Alat pengempa yang digunakan adalah jenis kempa ulir ganda (double

screw press). Alat ini terdiri dari sebuah silinder (press cylinder) yang berlubang-

lubang yang didalamnya terdapat 2 buah ulir (feet screw dan main screw) yang

berputar yang berlawan arah dengan kecepatan yang sama. Mekanisme

pengempaan adalah masuknya adonan ke dalam cylinder press dan mengisi worm.

Volume setiap space worm berbeda, semakin mengarah ke ujung as screw volume

semakin kecil, sehingga pepindahan massa akan menyebabkan minyak terperas.

Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain:

a. Kapasitas olah alat yang tinggi, dan dapat menghemat tempat jika

dibandingkan dengan hidrolic press.

b. Karena kapasitas yang tinggi maka biaya operasi per ton TBS sangat rendah.

c. Kebutuhan operator untuk mengoperasikan lebih sedikit dibandingkan dengan

hidrolic press.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
d. Kebutuhan tenaga (power) yang rendah untuk memeras buah.

7. Stasiun Pemurnian Minyak

Stasiun ini berfungsi untuk mendapatkan minyak sawit mentah (crude

palm oil (CPO) yang sudah dimurnikan dari impurities atau kotoran lainnya.

Stasiun pemurnian minyak adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak sawit

mentah (CPO). Pemurnian minyak bertujuan agar tidak terjadi penurunan mutu

akibat adanya reaksi hidrolisis dan oksidasi. Hidrolisis dapat terjadi karena cairan

bersuhu panas dan cukup banyak air demikian juga oksidasi akan terjadi dengan

adanya Nos yang berupa bahan organik dan anorganik seperti Fe dan Cu berperan

sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya reaksi yang cepat.

Pada stasiun pemurnian/klarifikasi minyak, terjadi beberapa tahapan

proses:

a. Pengenceran

Pengenceran bertujuan untuk mengenceran minyak sehingga pemisahan

pasir dan serat-serat yang terdapat dalam minyak dapat berjalan dengan baik.

Pengenceran berlangsung dengan baik bila suhu air pengenceran 80-900C. Suhu

ini kadang-kadang tidak mendapat perhatian yang serius karena tangki air panas

berada di tempat yang lebih tinggi dari digester sehingga pengamatannya lebih

sulit. Jumlah air pengencer yang digunakan sangat bervariasi sehingga sulit

diketahui jika tidak menggunakan flow meter. Jumlah air pengencer yang

digunakan yaitu sebanding dengan crude oil yang keluar dari screw press.

Pemakaian air yang terlalu banyak akan menyebabkan penurunan kualitas unit

pengolahan PKS terutama pada alat klarifikasi. Hal ini diatasi dengan

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
memperpendek retention time pada setiap alat pengolahan yang dapat

berakibatkan penurunan efisiensi ekstraksi. Air pengencer yang diberikan

bermanfaat untuk:

− Menurunkan viskositas cairan sehingga zat yang memiliki BJ > 1,0 akan

mudah mengendap sedangkan zat yang memiliki BJ < 1,0 akan mengapung.

− Mempermudah pemisahan fraksi yang terdapat dalam cairan minyak

berdasarkan polaritas.

− Memecahkan emulsi minyak yang dalam bentuk butiran halus.

b. Sand Trap Tank

Keberhasilan proses pengendapan tergantung pada retention time. Bentuk

sand trap tank adalah silinder sedangkan mekanisme kerjanya adalah

memberikan aliran sirkulasi yang dapat mempercepat proses pengendapan pasir

atau padatan yang BJ nya lebih besar dari minyak.

c. Ayakan Getar

Pemakaian ayakan getar bertujuan untuk memisahkan non oil solid yang

berukuran besar, sehingga pada proses selanjutnya didapatkan minyak yang

memenuhi standar. Ayakan getar dikenal dengan tipe vibro yang mempunyai

mekanisme pemisahan yang bekerja dengan cara getaran melingkar dan atas

bawah, yang terdiri dari 2 tingkat ayakan dengan ukuran 30 dan 40 mesh.

d. Crude Oil tank

Crude oil tank (COT) Berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel

yang tidak larut dan lolos dari ayakan getar. Karena tangki ini ukuran kecil dapat

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
dikatakan bahwa retention time nya relatif singkat sehingga lebih berfungsi untuk

mengendapakan pasir atau lumpur partikel besar.

Fungsi utama oil tank adalah menampung minyak dan ayakan sebelum

dipompakan pada oil settling tank, yang ditempatkan tepat di bawah ayakan getar

sehingga minyak dan ayakan getar langsung ditampung.

e. Oil Setling Tank

Minyak yang berada di lapisan atas crude oil tank dipompakan ke oil

setling tank untuk diendapkan. Fungsi dari setling tank adalah mengendapkan

kotoran-kotoran yang terdapat dalam minyak. Proses pegendapan ini dapat

berlangsung secara sempurna apabila suhu minyak dapat dipertahankan pada suhu

800C. Pada suhu ini kekentalan lebih rendah sehingga fraksi-fraksi yang BJ≥ 1

akan berada di bagian bawah tangki dan mengendap.

Campuran minyak yang terdapat dalam oil setling tank terdiri dari 3

lapisan, yaitu: lapisan minyak, lapisan sludge, dan lapisan lumpur. Makin lama

cairan minyak berada dalam oil setling tank maka pemisahan akan semakin

sempurna dan lumpur pun akan mengendap di bagian dasar tangki. Kemudian

diteruskan ke continious setling tank yaitu tipe bak bersambung yang dapat

memisahkan lumpur sambil mengalir dari satu bak ke bak lain. Pemisahan dapat

berlangsung baik jika kecepatan alir lebih lambat dari kecepatan mengendap.

Pemisahan sludge berjalan dengan baik yaitu pada bak pertama cairan memisah

menjadi dua fase yaitu fase ringan dan fase berat. Fase berat mengalir dari bak

yang satu ke bak lainnya melalui dasar tangki sedangkan fase ringan mengalir dari

bagian atas.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
8. Pemisahan pasir

Pemisahan pasir dilakukan melalui 3 tahap yaitu:

a. Sand cyclone

Alat ini ditempatkan pada pipa aliran antara setling tank dengan sludge

separator yang berperan untuk mengurangi jumlah pasir dan peralatan kasar. Alat

ini terbuat dari logam atau porselin yang dapat memisahkan lumpur atau pasir

secara gravitasi dengan bantuan pompa.

b. strainer

Alat ini ditempatkan sebelum cairan diolah dalam sludge operator. Alat

ini memisahkan pasir dengan sistem saring. Alat penyaring terdiri dari fibre yang

jarang-jarang sehingga pasir dan lumpur akan tersaring.

c. Sludge Tank

Sludge yang berasal dari oil setling tank dipompakan pada sludge tank

dengan melalui desander, untuk membuang pasir-pasir halus yang terdapat pada

sludge. Keberhasilan cairan minyak dalam sludge tank dipengaruhi pengoperasian

desander, karena alat ini dapat berfungsi apabila pembuangan pasir dilaksanakan

secara kontinu sludge yang berasal dalam sludge tank mendapatkan pemanasan

dengan mengguanakan pipa uap tertutup agar minyak tidak goncang. Untuk

mempercepat pemecahan gumpalan minyak dengan sludge dapat dilengkapi

dengan alat stirrer dengan catatan tidak boleh terjadi pembentukan emulsi

kembali.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
9. Sludge Centrifuge

Sludge yang masuk ke dalam sludge centrifuge terdiri dari bahan mudah

menguap. Tujuan dari proses ini adalah memisahkan minyak dari air dan kotoran,

dengan kata lain memisahkan minyak dari fraksi yang berat jenis nya 1. Air dan

kotoran yang dipisahkan disebut dengan air drab dengan kadar minyak 7 - 10%.

Fraksi ringan dikembalikan ke oil setling tank. Suhu minyak dalam sludge

sparator dipertahankan diatas 900C yang dapat dibantu dengan pemberian uap gas.

Cairan yang telah dibebaskan dari pasir-pasir halus dipompakan lagi ke oil setling

tank.

10. Oil Tank

Cairan yang berada di permukaan tangki CST dialirkan ke dalam oil tank.

Minyak ini masih mengandung air dan kotoran-kotoran ringan. Alat COT

dilengkapi dengan pipa coil pemanas, yang digunakan untuk menaikkan suhu

minyak hingga 900C. Tujuan pemanasan minyak adalah untuk mempermudah

pemisahan minyak dengan air dan kotoran ringan dengan cara pengendapan, yaitu

zat yang memiliki berat jenis lebih berat dari minyak akan mengendap pada dasar

tangki. Suhu minyak dalam oil tank sangat berpengaruh pada perlakuan

selanjutnya karena tidak terjadi lagi pemanasan, sehingga dianggap suhu pada oil

tank adalah sumber panas untuk pengolahan lanjutan seperti pada oil purifier dan

vacum dryer.

11. Oil Purifier

Alat purifier ini sering disebut oli centrifuge, yang berfungsi memurnikan

minyak dari kotoran-kotoran. Prinsip kerja dari alat ini memisahkan fraksi yang

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
BJ ≥ 1 artinya kotoran tergolong dalam fraksi berat. Semakin besar dibuat ukuran

kapasitas olah alat itu sendiri, maka semakin menurun kemampuan untuk

memurnikan minyak.

12. Sludge separator

Kesulitan yang dialami dalam pengolahan sludge terutama dalam

mekanisme peroperasian sludge sparator dan pengantian nozzle maka dipikirkan

cara pemisahan lumpur. Keberhasilan dalam pengoperasian sludge sparator

dipengaruhi oleh :

− Komposisi umpan yang akan diolah, karena ratio antara minyak antara air dan

lumpur mempengaruhi terhadap daya pisah terhadap alat tersebut.

− Fungsi alat sludge sparator tersebut.

− Penimbangan kapasitas alat dengan jumlah sudut gaya yang diolah.

13. Pengeringan Minyak

Minyak yang masih mengandung air 0,6 - 1,0% perlu dikeringkan agar air

tersebut tidak lagi berfungsi sebagai bahan pereaksi dalam reaksi hidrolisis. Maka

untuk menghilangkan air tersebut perlu dilakukan pengeringan khusus.

Pengeringan ini dapat dilakukan dengan panas dalam udara terbuka, pemanasan

dalam ruangan tertutup dan dalam ruangan hampa. Mekanisme pemanasan

minyak dapat mempengaruhi mutu minyak dan dapat diketahui dari hasil

pengeringan.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
2.8.3.2. Proses Pegolahan Inti Sawit

1. Cake Breaker Conveyor (CBC)

Ampas press yang keluar dari screw press terdiri dari serat dan biji yang

masih mengandung air yang tinggi dan berbentuk gumpalan, oleh sebab itu perlu

dipecah dengan alat pemecah ampas yang disebut dengan cake breaker Conveyor

(CBC). Alat ini berperan memecah gumpalan ampas dan mengangkutnya ke

kolom fibre cyclone. Untuk mempermudah pemecahan gumpalan dan

mempersiapkan ampas yang sesuai dengan persyaratan bahan bakar maka

dilakukan pemanasan CBC sehingga kadar air ampas menurun dan mudah

diproses lebih lanjut.

Pemecahan gumpalan ampas pres yang sempurna dapat mendukung proses

pemisahan serat dengan biji dalam depericarper yang merupakan penentu dalam

efisiensi pemecahan biji dalam alat pemecah biji. Untuk mempercepat penguapan

air pada CBC dilakukan pemanasan ampas di sepanjang mantel CBC, akan tetapi

pengeringan ini kurang sempurna karena panjang CBC terlalu pendek dan hisapan

fibre cyclone kurang kuat sehingga kelembaban udara di atas permukaan ampas

tetap tinggi yang tidak mendukung terhadap proses evaporasi uap, dan akan

menghasilkan serap basah yang dapat menurunkan kalor bakar serat.

2. Polishing Drum

Ampas presan yang terdiri dari serat, biji dan inti dipecah oleh cokbreaker

sehingga lebih mudah blower untuk memisahkan fraksi ringan dan fraksi berat.

Fraksi ringan terdiri dari serat, inti pecah halus, pecahan tempurung tipis dan

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
debu. Fraksi berat adalah biji utuh,biji pecah, inti utuh dan inti pecah. Pemisahan

fraksi ini bergantung dari efesiensi penggunaan blower.

Fraksi berat diolah dalam depericarper, yang bertujuan untuk

menghilangkan serat-serat yang masih melekat pada biji dan menggangu jalannya

proses pemecahan biji pada nut cracker, yaitu daya pentalnya (collsion) berkurang

yang berakibat pada proses pemecahan biji lebih lama, yang sekaligus mengurangi

kapasitas olah unit.

1. Fermentasi Biji

Biji mengandung pektin, yang terdapat antara tempurung dengan inti.

Untuk mempermudah pemecahan biji dalam cracker, maka pektin yang berfungsi

sebagai perekat inti pada tempurung perlu dirombak dengan proses kimia seperti

fermentasi. Fermentasi adalah salah satu proses biokimia yang dikembangkan

pada pegolahan biji sawit. Pemeraman biji sering dialiri dengan udara panas

hingga suhu silo berkisar antara 40-600C. Pemanasan dengan suhu rendah

bertujuan untuk membantu proses hidrolisa, bila suhu terlalu tinggi dapat

menyebabkan pektin mengering dan sulit dihidrolisa, sehingga pemecahan biji di

cracker kurang berhasil yaitu meningkatnya inti pecah, inti lekat dalam

tempurung yang dapat menurunkan kualitas.

2. Nut Grading

Alat pemecah biji disebut dengan Nut cracker. Biji yang telah diperam

dalam Nut silo akan dipecahakan dalam Nut cracker. Sebelum pemecahan biji

terlebih dahulu dilakukan seleksi berdasarkan ukuran biji dengan menggunakan

alat Nut grading yaitu drum berputar terdiri dari ukuran lobang yang berbeda-

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
beda. Biji yang telah diseleksi terdiri dari 3 fraksi yaitu kecil (8 - 14 mm), sedang

(15 - 17 mm), dan besar (18 mm).

3. Pemecahan biji

Mekanisme pemecahan biji adalah dengan menggunakan Ripple Mill,

yaitu dengan cara menekan biji dengan rotor pada dinding bergerigi dan

menyebabkan pecahnya biji. Ripple Mill terdiri dari 2 unit yaitu Pengolahan

Fraksi Tenera dan Fraksi Dura. Fraksi Dura merupakan fraksi yang memiliki

tempurung yang tebal sedangkan tenera merupakan hasil persilangan Dura dengan

Psifera menghasilkan buah bertumpurung tipis dan inti yang besar. Efesiensi

pemecahan biji dipengaruhi kecepatan putaran rotor sebagai resultan gaya,

jarak antara rotor dengan pilar bergerigi dan ketajaman gerigi plat disusun

sedemikian rupa sehingga berperan sebagai penahan dan pemecah.

Biji yang berada dalam alat mengalami frekuensi benturan yang cukup

tinggi baik dengan plat bergerigi maupun antar rotor. Sehingga frekuensi pukulan

ini dapat menembakkan biji lebih mudah lekang. Untuk mempermudah

kontiniutas biji yang masuk dan tetap seimbang dengan kapasitas olah maka alat

ini dilengkapi dengan penangkap logam. Alat ini dapat memecah biji tanpa

melalui pemeramam dengan nut silo asalkan dalam proses perebusan dilakukan

dengan sempurna yaitu tekanan rebusan 3 kg/cm2 dengan sistem 3 puncak selama

90 menit, yang setara dengan kadar air 15%. Efesiensi pemecahan biji dipengaruhi

oleh :

a. Kondisi Ripple Mill. Keadaan Plat yang bergerigi tumpul dan bengkok akan

menyebabkan pemecahan tidak efektif.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
b. Jarak rotor dengan plat. Jarak yang terlalu rapat akan menyebabkan persentase

biji yang remuk cukup tinggi dan bila jarak terlalu renggang, maka pemecahan

biji tidak sempurna.

c. Putaran rotor. Putaran yang terlalu cepat akan menghasilkan biji yang hancur

terlalu rendah dan menyebabkan banyak biji yang tidak pecah.

4. Pemisahan inti dengan tempurung

Hasil olahan cracker sebelum memasuki hidrosiklon mengalami

pemisahan fraksi halus oleh winnowing. Sampah halus akan terpisah dan fraksi

berat akan dicampur dengan air yang kemudian inti dipisahkan dari tempurung

berdasarkan berat jenis. Untuk memperbesar selisih berat jenis inti dengan

tempurung maka campuran dilewatkan melalui siklon, sehingga inti akan keluar

dari atas permukaan cyclone dan tempurung dari bagian bawah yang kemudian

masing-masing fraksi diangkut ke pengolahan yang lebih lanjut.

5. Pengeringan Inti

Air merupakan media untuk proses reaksi biokimia seperti pembentukan

asam lemak bebas, pemecahan protein dan hidrolisa karbohidrat yang cukup

banyak terkandung terutama dalam inti sawit yang dihasilkan dengan pemisah

secara basah alat pengeringan inti yang dipakai adalah tipe rectangulair. Alat ini

mengeringkan inti dengan udara panas, yaitu mengalirkan udara melalui heater

yang terdiri dari spiral berisi uap panas dengan suhu 1300C (heater panas), 850 C

(heater tengah), dan 600C heater bawah. Untuk memperoleh mutu inti yang sesuai

dengan keinginan konsumen maka pemanasan pada ketiga tingkat tersebut dibuat

suhu yang berbeda-beda yaitu suhu atas, tengah, dan bawah untuk pengeringan

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
inti basah berturut-turut 70, 80, dan 600C dan untuk pengeringan inti kering

berturut-turut 70, 70, dan 600C. Udara panas dihembuskan dan keluar dari lobang

yang sudah ada, sehingga pengeringan inti setiap lapisan dapat terjadi dengan

baik. Masa pengeringan tergantung dari kadar air dalam inti, yang dipengaruhi

oleh sistem perebusan buah, fermentasi biji dan sistem pemisahan inti dengan

cangkang.

6. Pola Pengolahan Inti

Efesiensi pengutipan inti ditinjau dari segi teknis dan ekonomis

pengutipan inti yang tinggi jika rendeman inti yang diperoleh mendekati

rendeman teoritis umumnya lebih besar dari 90%. Oleh sebab itu, pengolahan biji

sawit dilakukan dengan pola sistem basah. Pada pola ini pemeraman biji dengan

silo biji yang dialiri dengan udara panas diatur suhu silo berkisar antara 50 –

700C. Suhu Nut Silo bagian atas 700C, bagian tengah 600C, dan bagian bawah

500C. Pemanasan dengan suhu rendah bertujuan untuk membantu proses

hidrolisis, bila suhu terlalu tinggi dapat menyebabkan pektin mengering dan sulit

dihidrolisa, sehingga pemecahan di cracker kurang berhasil, yaitu meningkatkan

inti pecah, inti lekat dalam tempurung yang dapat menurunkan kualitas.

2.8.4. Mesin Dan Peralatan

Mesin dan peralatan adalah salah satu faktor utama dalam proses produksi,

mesin-mesin yang digunakan pada pengolahan Kelapa Sawit di PT. Perkebunan

Nusantara IV (Persero) Pabatu untuk setiap stasiun kerja dapat dilihat pada

Lampiran 2.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Ruang Lingkup Kegiatan Perawatan

3.1.1. Pengertian Perawatan

Perawatan (maintenance) adalah kegiatan pendukung utama yang

bertujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem produksi

(peralatan, mesin) sehingga pada saat dibutuhkan dapat dipakai sesuai dengan

kondisi yang diharapkan. Hal ini dapat dicapai antara lain dengan melakukan

perencanaan dan penjadwalan tindakan perawatan dengan tetap memperhatikan

fungsi pendukungnya dan dengan memperhatikan kriteria minimal ongkos untuk

mengantisipasi tingkat kerusakan dan mencegah terputusnya kegiatan produksi.

Banyak hal yang mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen kepada

produsen ataupun perusahaan, salah satunya adalah bagaimana tingkat pelayanan

yang diberikan perusahaan yang mempengaruhi kepuasan konsumen. Hal yang

dianggap penting adalah mengenai masalah ketepatan waktu dalam

menyelesaikan pesanan dari konsumen. Hal ini merupakan tanggung jawab dari

departemen produksi. Faktor yang menyebabkan hal ini adalah ketidaklancaran

proses produksi. Yang menjadi penyebab ketidaklancaran proses produksi ini

antara lain kerusakan yang dialami mesin ketika proses produksi sedang berjalan.

Untuk mencegah hal tersebut perlu dilakukan tindakan perawatan (maintenance)

terhadap mesin.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
3.1.2. Tujuan Kegiatan Perawatan

Adapun tujuan utama dilakukannya tindakan perawatan adalah sebagai

berikut:

1. Memelihara keaadan suatu komponen peralatan sedekat mungkin dengan

keadaan yang diinginkan.

2. Menjamin kesiapan operasional seluruh fasilitas yang diperlukan untuk

pemakaian darurat.

3. Memperpanjang umur pakai fasilitas produksi, terutama bagi fasilitas yang

memiliki kesulitan untuk mendapatkan komponen pengganti.

4. Menjamin keselamatan operator dan pemakai fasilitas.

5. Menjamin tingkat ketersediaan optimum dari fasilitas produksi dan

mendapatkan pengembalian investasi yang maksimal.

3.1.3. Jenis-jenis tindakan perawatan (maintenance) 1

Tindakan perawatan dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar,

yaitu:

1. Preventive maintenance (perawatan terencana)

Perawatan ini adalah perawatan yang dilakukan sebelum terjadinya kerusakan

pada suatu sistem ataupun produk. Tujuan perawatan jenis ini adalah untuk

mencegah terjadinya kerusakan yang tak terduga dan untuk menemukan

kondisi yang dapat menyebabkan sistem mengalami kerusakan pada waktu

digunakan dalam proses produksi. Salah satu yang menjadi alat dalam sistem

1
Sumber: Assauri, Sofjan,.”Manjemen Produksi”. LPFE. Universitas Indonesia, Edisi Ke IV, p
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
perawatan terencana ini adalah model reliability (keandalan). Hal ini

disebabkan reliability mampu memberikan penilaian terhadap kemampuan

suatu sistem atau produk untuk dapat bertahan dengan baik selama waktu

tertentu. Keterkaitan ini menyebabkan reliability merupakan ukuran

keberhasilan dari sistem perawatan

Jenis kegiatan perawatan pencegahan adalah:

A. Mencegah kerusakan

a) Pembersihan

b) Penggantian

c) Pemeriksaan

d) Setting dan pelumasan

B. Mendeteksi kerusakan

a) Pengujian

b) Percobaan

c) Penelitian

2. Corrective Maintenance

Tindakan perawatan korektif ini dilakukan bila sudah terjadi kerusakan pada

suatu sistem ataupun produk. Kerusakan ini dapat bersifat ringan maupun

berat. Perawatan korektif dibagi atas tiga kegiatan:

1. Pergantian (Correction)

2. Perbaikan Kecil (Repair)

3. Perbaikan secara besar-besaran (Overhoul)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Corrective maintenance kurang baik digunakan karena dapat

menimbulkan kerugian misalnya kerugian biaya akibat pengadaan bahan yang

terjadi tiba-tiba, proses produksi terhenti.

3.2. Teori Keandalan (Reliability)

3.2.1 Defenisi Keandalan (Reliability)

Perawatan komponen atau peralatan tidak bisa lepas dari pembahasan

mengenai keandalan (reliability). Selain keandalan merupakan salah satu ukuran

keberhasilan sistem perawatan juga keandalan digunakan untuk menetukan

penjadwalan perawatan sendiri. Akhir-akhir ini konsep keandalan digunakan juga

pada berbagai industri, misalnya dalam penetuan jumlah suku cadang dalam

kegiatan perawatan.

Ukuran keberhasilan suratu tindakan perawatan (maintenance) dapat

dinyatakan dengan tingkat reliability. Secara umum reliability dapat didefenisikan

sebagai probabilitas suatu sistem atau produk dapat beroperasi dengan baik tanpa

mengalami kerusakan pada suatu kondisi tertentu dan waktu yang telah

ditentukan 2 . Berdasarkan defenisi reliability dibagi atas empat komponen pokok,

yaitu 3:

1. Probabilitas

Merupakan komponen pokok pertama, merupakan input numerik bagi

pengkajian reliability sutau sistem yang juga merupakan indeks kuantitatif

2
Sumber: A.K. Govil,”Reliability Engineering”,Mc.Graw Hill Publishing Co.,p.6
3
Sumber: Priyanta, Dwi,.,”Keandalan dan Perawatan”.,p.10 Jurnal Internet.
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
untuk menilai kelayakan suatu sistem. Menandakan bahwa reliability

menyatakan kemungkinan yang bernilai 0-1

2. Kemampuan yang diharapkan (Satisfactory Performance)

Komponen ini memberikan indikasi yang spesifik bahwa kriteria dalam

menentukan tingkat kepuasan harus digambarkan dengan jelas. Untuk setiap

unit terdapat suatu standar untuk menetukan apa yang dimaksud dengan

kemampuan yang diharapkan.

3. Tujuan yang Diinginkan

Tujuan yang diinginkan, dimana kegunaan peralatan harus spesifik. Hal ini

dikarenakan terdapat beberapa tingkatan dalam memprodksi suatu barang

konsumen.

4. Waktu (Time)

Waktu merupakan bagian yang dihubungkan dengan tingkat penampilan

sistem, sehingga dapat menentukan suatu jadwal dalam dalam fungsi

reliability. Waktu yang dipakai adalah MTBF (Mean Time Between Failure)

dan MTTF (Mean Time to Failure) untuk menentukan waktu kritik dalam

pengukuran reliability.

5. Kondisi Pengoperasian (Specified Operating Condition)

Faktor-faktor lingkungan seperti: getaran (vibration), kelembaban (humidity),

lokasi geografis yang merupakan kondisi tempat berlangsungnya

pengoperasiaan, merupakan hal yang termasuk kedalam komponen ini. Faktor-

faktornya tidak hanya dialamatkan untuk kondisi selama periode waktu tertentu

ketika sistem atau produk sedang beroperasi, tetapi juga ketika sistem atau

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
produk berada di dalam gudang (storage) atau sedang bergerak (trasformed)

dari satu lokasi ke lokasi yang lain.

3.2.2. Manfaat Reliability (Keandalan)

Tujuan utama dari studi keandalan adalah untuk memberikan informasi

sebagai basis untuk mengambil keputusan. Selain itu teori reliability dapat

digunakan untuk memprediksi kapan suatu sparepart pada suatu mesin akan

mengalami kerusakan, sehingga dapat menentukan kapan harus dilakukan

perawatan, pergantian dan penyediaan komponen. Pada kasus ini reliability

bermanfaat dalam menentukan tingkat persediaan suku cadang mesin produksi.

3.2.3. Metode Analisis

Dalam teori reliability ada dua metode analisis:

1. Metode Analisis Kualitatif

Metode analisis yang dilakukan berdasarkan pada pengalaman masa lalu.

2. Metode analisis Kuantitatif

Metode analisis yang dilakukan dengan perhitungan. Perhitungan yang

dilakukan dapat secara statistik.

3.2.4. Konsep Reliability

Dalam teori reliability terdapat empat konsep yang dipakai dalam

pengukuran tingkat keandalan suatu sistem atau produk, yaitu:

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
1. Fungsi Kepadatan Probabilitas 4

Pada fungsi ini menunjukkan bahwa kerusakan terjadi secara terus-

∞). (0,
menerus (continious) dan bersifat probabilistik dalam selang waktu

Pengukuran kerusakan dilakukan dengan menggunakan data variabel seperti

tinggi, jarak, jangka waktu. Untuk suatu variabel acak x kontinu didefenisikan

berikut:

1. f (x ) ≥ 0


2. ∫ f (x )dx =1
−∞

b
3. P(a < X < b) = ∫ ( x)dx
a

Dimana fungsi f(x) dinyatakan fungsi kepadatan probabilitas.

2. Fungsi Distribusi Kumulatif 5

Fungsi ini menyatakan probabilitas kerusakan dalam percobaan acak,

dimana variabel acak tidak lebih dari x:

x
F(X) = P(X≤x) = ∫ f (t )
0

3. Fungsi Keandalan 6

Bila variabel acak dinyatakan sebagai suatu waktu kegagalan atau umur

komponen maka fungsi keandalan (R(t)) didefenisikan:

R(X) = P(T>t)

4
A.K.S. Jardine,”Maintenance, Replacement, and Reliability”.,p.31. ;
Jurnet.,”Penentuan keandalan pada model Sterss”.,P.1-4.
5
A.K.S. Jardine,”Maintenance, Replacement, and Reliability”.,p.17;
Jurnet.,”Penentuan keandalan pada model Sterss”.,P.1-4.
6
Sumber: C.O. Smith,”Intoduction to Reliability Design”.,p.8-12.
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
T : Waktu operasi dari awal sampai terjadi kerusakan (waktu kerusakan) dan f(x)

menyatakan fungsi kepadatan probabilitas, maka f(x) dx adalah probabilitas dari

suatu komponen akan mengalami kerusakan pada interval (ti t + ∆t ). F(t)

dinyatakan sebagai probabilitas kegagalan komponen sampai waktu ke t, maka

0
F(t)) = P(T<t) = ∫ f (t )
−∞

Maka fungsi keandalan adalah:

R(t) =1-P(T<t)

x
= ∫ f (t ) dx
0

= 1-F(t)

β
t 
R(t) = exp −  
α 

4. Fungsi Laju Kerusakan 7

Fungsi laju kerusakan didefenisikan sebagai limit dari laju kerusakan

dengan panjang interval waktu mendekati nol, maka fungsi laju kerusakan adalah

laju kerusakan sesaat. Rata-rata kerusakan yang terjadi dalam interval waktu t1-t2

dinyatakan λ . Keruskan rata-rata dinyatakan sebagai berikut:

t2

∫ f (t )dt
λ= t1

(t2 − t1 ) ∫ f (t )dt
t1

7
A.K.S. Jardine,”Maintenance, Replacement, and Reliability”.,p.19-22
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
t2 t2

∫ f (t )dt − ∫ f (t )dt
=
t1 t2

(t2 − t1 ) ∫ f (t )dt
t1

R(t1 ) − R(t2 )
=
(t2 − t1 ) R(t1 )

Jika disubstitusi t1= t, dan t2= t + h maka akan diperoleh laju kerusakan

rata-rata ( λ ) adalah:

R(t1 ) − R(t2 )
=
hR(t )

Berdasarkan persamaan diatas maka fungsi laju kerusakan.

R(t ) − R(t + ∆t )
h(t) = lim
h →0 hR(t )

1 d  dR(t )
=−  R (t ) ; f (t ) = −
R(t )  dt  dt

f (t )
=
R(t )

3.3. Pola Distribusi Reliability

Dalam menentukan reliabilitas suatu komponen faktor-faktor yang dapat

saling berhubungan adalah faktor laju kerusakan dan waktu. Berdasarkan

hubungan terbentuk suatu kurva distribusi yang menyerupai distribusi weibull,

seperti pada gambar 3.1.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Laju
Kerusakan
(λ)

Unrealibility
(F(t))
Realibility
(R(t))

Waktu (t)

Gambar 3.1. Kurva Reliability

Berdasarkan hal ini diasumsikan bahwa distribusi yang sesuai adalah

weibull. Distribusi Weibull merupakan distribusi empirik sederhana yang

mewakili data yang aktual. Distribusi ini biasa digunakan dalam menggambarkan

karakteristik kerusakan pada komponen. Fungsi-fungsi dari distribusi Weibull:

1. Fungsi Kepadatan Probabilitas

β −1
βt   t  β 
f (t ) =   exp  −  
α α   α  

2. Fungsi Distribusi Kumulatif

  t β 
F (t ) = 1 − exp −   
  α  

t ≥ γ ;α , β ≥ 0

3. Fungsi Keandalan

  t β 
R(t ) = exp −   
  α  

R(t ) = 1 − F (t )

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
4. Fungsi Laju Kerusakan

β −1
f (t ) β  t 
h(t ) = =  
R(t ) α  α 

Pola distribusi Weibull memiliki tiga parameter pembentuk, yaitu:

α = Parameter skala/ karakteristik umur

β= Parameter bentuk kurva

γ = Parameter lokasi

Parameter β merupakan parameter yang menentukan laju kerusakan pada

kurva sehingga dapat mengetahui kondisi dari peralatan sehingga memudahkan

dalam membuat suatu keputusan dalam pengendalian persediaan. α, β ditentukan

berdasarkan trasfomasi fungsi keandalan distribusi Weibull dengan fungsi linear.

β
t 
R(t ) = exp−  
α 

β
1 t 
= exp 
R(t ) α 

β
1 t 
ln =  
R(t )  β 

= β (ln t − ln α )
1
ln ln
R(t )

Persamaan garis lurus yang digunakan: Y= ax + b

Y = log e (− log (1 − F (t ))

Y = log R (t )

1
Y = ln ln ( )
R(t )

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
X = ln t

c = − β ln α

Untuk menaksir harga α,β digunakan metode Least Square (kuadrat

terkecil) 8:

n∑ X iYi − ∑ X i ∑ Yi
β =
∑ ( X ) − (∑ X )2 2
i i

n∑ X i ∑Y − ∑ X ∑Y
2

c= i i i

n∑ X − (∑ X )
2 2
i i

 c
α = exp − 
 β

(t3 − t 2 )(t 2 − t1 )
γ = t2 −
(t3 − t 2 ) − (t 2 − t1 )

3.4. Siklus Hidup dan Laju Kerusakan komponen

Bentuk umum dari laju kerusakan rata-rata sebagai fungsi waktu (λ) dapat

dilihat pada siklus hidup komponen (bathtub curve) 9 seperti pada Gambar 3.1.

8
Sumber: A.K. Govil,”Reliability Engineering”,Mc.Graw Hill Publishing Co.,p.45

9
Govil.,A.K.,”Reliability Engineering”.,p.13; Michael, Beasley.,”Reliability for Engineering”.,p.25
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Gambar 3.1. Siklus Hidup Komponen

Bagian pertama dari kurva ini, yaitu masa awal dari suatu sistem atau

komponen, ditandai dengan tingginya kegagalan pada fase awal dan berangsur-

angsur turun seiring dengan bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan kesalahan di

dalam operasi. Kerusakan seperti ini disebut kerusakan dini (early failures) (β<1).

Bagian kedua dari kurva ini ditandai dengan laju kegagalan yang konstan

dari komponen atau sistem hal ini disebabkan pembebanan mesin yang melewati

batas standart (over load). Kerusakan seperti ini disebut kerusakan tidak terduga

(change failures). (β=1).

Bagian ketiga dari kurva ditandai dengan menaiknya laju kegagalan dari

komponen atau sistem seiring dengan bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan

habisnya umur ekonomis mesin sehingga menyebabkan komponen mesin

mengalami aus (wear-out failures) (β>1).

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
3.5. Uji Kecocokan Distribusi

Uji kecocokan distribusi dilakukan untuk menentukan apakah distribusi

yang diamati telah sesuai dengan distribusi yang diharapkan. Berdasarkan

hubungan antara laju kerusakan dan waktu maka distribusi yang terbentuk dalam

konsep reliability adalah distribusi Weibull. Untuk menentukan apakah distibusi

yang dicapai telah menunjukkan distribusi Weibull maka dilakukan uji distribusi.

Adapun uji distribusi yang dapat digunakan adalah :

A. Uji Kolmogorov-Smirnov

Uji kolmogorov-smirnov atau d-test adalah suatu test yang digunakan untuk

melakukan uji terhadap distribusi waktu kerusakan. Dasar dari test adalah

distribusi kumulatif dari contoh hasil pengamatan, diharapkan mendekati

distribusi yang sebenarnya. Pemilihan test kolmogorov-smirnov karena

merupakan uji non-parametrik. Pada dasarnya, jika uji parametrik dan uji non

parametrik dapat diterapkan untuk data yang sama, maka uji non parametrik

seharusnya dihindari dan sebaiknya digunakan uji parametrik yang lebih efisien.

Akan tetapi, karena asumsi normalitas seringkali tidak dapat dijamin berlaku, dan

juga karena hasil pengukuran tidak selalu bersifat kuantitatif, maka para pakar

statistika telah menyediakan sejumlah metode non parametrik dan salah satunya

adalah uji kolmogorov-smirnov.

Ketetapannya diukur dengan mencari titik perbedaan antara contoh dengan

populasi yang paling besar kemudian jarak ini dibandingkan dengan menilai

kritis. Bila jarak tersebut terlalu besar maka kemungkinan bahwa contoh berasal

dari populasi dengan distribusi sangat kecil.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Cara pengujiaannya adalah :

d = max F (t1 ) − S (t1 )

F(t1)= Fungsi distribusi teoritis

S(t1)= Fungsi ditribusi empiris

Untuk tingkat kepercayaan α dan n yang sesuai diperoleh harga D dari tabel

Kolmogorov-Smirnov. Kemudian dibandingkan dengan harga D maximum hasil

pengujian. Pengujian akan ditolak apabila harga Dmax lebih besar dari harga D

pada tabel Kolmogorov-Smirnov.

Dalam uji Kolmogorov-Smirnov, yang dibandingkan adalah distribusi

frekuensi kumulatif hasil pengamatan dengan distribusi frekuensi kumulatif yang

diharapkan. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian Kolmogorov-

Smirnov dalam kasus keandalan adalah :

1. Data waktu kerusakan (TTF), hasil pengamatan diurutkan dari yang terkecil

hingga yang terbesar.

2. Menentukan nilai tingkat keandalan berdasarkan waktu kerusakan (R(t)).

3. Dari hasil keandalan tersebut ditentukan nilai fungsi distribusi teoritis/nilai

ketidakandalan (F(t)).

F (t ) = 1 − R(t )

4. Menentukan nilai distribusi empiris (S(t)) berdasarkan parameter distribusi

Weibull.

  t β 
S (t ) = 1 − exp −   
  α  

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
5. Menentukan nilai mutlak dari selisih antara nilai fungsi distribusi teoritis

F(t) nilai distribusi empiris (S(t))

6. Menentukan nilai max dari selisih tersebut (D test)

d = max F (t1 ) − S (t1 )

7. Menentukan nilai Dtabel berdasarkan α dan n yang ditentukan pada tabel

Kolmogorov-Smirnov (Dtabel). Dn:α dimana n adalah jumlah data dan α

adalah taraf nyata

8. Membandingkan Dtest dengan Dtabel yang diperoleh dari tabel Kolmogorov-

Smirnov, data dapat dikatakan berdistribusi Weibull bila Dmax < Dn:α.

B. Uji Mann

Uji Mann adalah distribusi yang biasa digunakan untuk uji distribusi

Weibull. Tahapan uji ini adalah :

Ho = Distibusi Weibull dua parameter

H1 = Hipotesa awal (Ho) salah

r −1
 Xi + 1 − Xi 
∑ 
i = ( r / 2 ) +1  Mi 

S = r −1
 Xi + 1 − Xi 
∑i =1 
 Mi 

Keterangan:

Xi = ln ti

r = Jumlah sparepart yang rusak

r/2= bilangan bulat yang ≤ r / 2

Mi= Tabel

Sα = Tabel distribusi Weibull dua parameter

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Ho akan diterima bila nilai Sα tes < Sα tabel dan sebaliknya bila Sα test >

Sα tabel maka Ho ditolak.

3.6. Sistem Persediaan

Salah satu masalah penting dalam suatu perusahaan manufaktur adalah

mengenai pengendalian suku cadang, khususnya suku cadang yang sering

mengalami kerusakan. Pada umumnya masalah yang dihadapi didalam

pengendalian persediaan selalu berkaitan dengan usaha untuk menentukan

pemesanan suku cadang yang ekonomis dalam arti pengeluaran ongkosnya

minimal tetapi jumlah persediannya optimal.

3.6.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Persediaan

Defenisi persediaan yang paling umum adalah sebagai berikut:

Persediaan adalah material, dapat berupa bahan baku, barang setengah jadi, atau

produk jadi, yang disimpan dalam gudang atau pada suatu tempat dimana barang

itu menunggu untuk diproses atau digunakan lebih lanjut.

Pada umumnya persoalan yang dihadapi dalam pengendalian persediaan

selalu berkaitan dengan usaha untuk menentukan besarnya persediaan yang

optimal yang meminimumkan ongkos penyimpanan dan memaksimumkan tingkat

ketersediaan, dan usaha untuk menentukan ukuran pemesanan yang optimal yang

meminimumkan ongkos pesan dan ongkos penyimpanan.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan

yaitu:

a. Sifat barang yang akan dibeli

b. Jumlah barang yang akan dibeli

c. Jumlah persediaan keamanan

d. Kapan pemesanan dilakukan dan selang waktu pemesanan

3.6.2. Fungsi Persediaan

Beberapa fungsi persediaan dapat dilihat dari keempat kondisi sebagai

berikut:

1. Faktor waktu

Diperlukan sejumlah waktu untuk proses produksi dan distribusi sebelum

barang barang sampai ke tangan konsumen. Persediaan dapat mengurangi

lead time (waktu ancang-ancang) sebelum permintaan terpenuhi.

2. Faktor Ketergantungan

Pada proses produksi, terdapat operasi-operasi yang saling bergantungan satu

dengan yang lainnya. Persediaan menyebabkan operasi-operasi yang

bergantungan tersebut menjadi operasi yang tidak bergantungan dan lebih

ekonomis.

3. Faktor Ketidaktentuan

Kejadian-kejadian seperti kesalahan dalam mengestimasi permintaan dan

kerusakan peralatan dapat menyebabkan tidak terpenuhinya rencana

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
perusahaan. Persediaan dapat membantu perusahaan mengantisipasi kejadian-

kejadian tersebut sehingga rencana perusahaan tetap dapat terpenuhi.

4. Faktor Terpenuhi

Persediaan dapat memberikan keuntungan kepada perusahaan dalam bentuk

potongan harga bila perusahaan membeli barang dalam jumlah yang besar.

3.6.3. Klasifikasi Masalah Persediaan

Pengendalian persediaan dapat diklasifikaskan dalam berbagai cara,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan pengulangan pesanan (repetitiveness)

a. Singel order, adalah sitem persediaan dengan satu kali pemesanan

b. Repeat order, adalah sistem persediaan dengan pemesanan yang berulang

2. Berdasarkan sumber pemasok

a. Outside supply, adalah sistem persediaan dimana barang diperoleh dari

pemasok yang berasal dari luar perusahaan.

b. Inside supply, adalah sistem persediaan dimana barang diperoleh dari

dalam perusahaan sendiri, dimana suatu bagian perusahaan memproduksi

sendiri barang yang diperlukan untuk bagian lainnya dari perusahaan

tersebut.

3. Berdasarkan sifat permintaan

a. Constant demand, adalah sistem persediaan dimana pola permintaan

terhadap barang konstan sejalan dengan pertambahan waktu.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
b. Variabel demand, adalah sistem persediaan dimana pola permintaan

bervariasi, mengikuti distribusi probabilitas tertentu.

c. Independent demand, adalah sistem persediaan dimana kebutuhan suatu

komponen tidak bergantung kepada kebutuhan komponen lainnya.

d. Dependent demand, adalah sistem persediaan dimana kebutuhan suatu

komponen tergantung kepada kebutuhan komponen lainnya yang berada

pada level diatasnya.

4. Berdasarkan lead time

a. Constant lead time, adalah sistem persediaan dimana lead time tetap

sepanjang waktu.

b. Variabel lead time, adalah sitem persediaan dimana lead time bervariasi

mengikuti suatu pola distribusi probabilitas tertentu

5. Berdasarkan sistem pemesanan

a. Perpetual, adalah sistem persediaan dimana pemesanan dilakukan pada

saat persediaan berada pada re-order point.

b. Periodic, adalah sistem persediaan dimana pemesanan dilakukan dalam

suatu siklus waktu tertentu. Status sistem dan keputusan jumlah pemesanan

dibuat hanya pada titik waktu diskrit.

c. Material requritment planning, adalah sistem persediaan dimana

kebutuhan suatu komponen tergantung kepada kebutuhan komponen

lainnya.

d. Distribution requritment planning, adalah sistem persediaan yang dibuat

dengan melihat pusat distribusi yang tersedia dalam multiechelon network.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
e. Singel order quantity, adalah sistem persediaan dimana pemesanan

dilakukan pada saat tertentu menentukan jumlah yang tertentu.

3.6.4. Jenis-jenis Sistem Persediaan

Untuk memenuhi kebutuhan suku cadang, maka dalam pengendalian

persediaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut:

1. Kebutuhan sejumlah suku cadang yang diperlukan dapat dipesan seluruhnya

sekaligus. Proses semacam ini disebut dengan keputusan satu kali (statis).

Pada kasus ini kemungkinan terjadinya kekurangan suatu kelebihan

persediaan pada akhir periode yang direncanakan dan tidak dapat melakukan

pemesanan kembali.

2. kebutuhan sejumlah suku cadang yang diperlukan dapat dilakukan dengan

pemesanan untuk beberapa kali prosesnya disebut keputusan berulang

(dinamis)

Untuk kasus dinamis ada dua sistem pemesanan yang dapat dilakukan

yaitu:

a. Sistem pemesanan dengan ukuran order tetap (Q-sistem).

Pada sistem ini jumlah pemesanan adalah tetap sedang waktu

pemesanannya adalah berubah sesuai dengan fluktuasi permintaan

kebutuhan. Pemesanan dapat dilakukan bila jumlah persediaan mencapai

jumlah tertentu. Jumlah persediaan ini menjadi indikasi untuk melakukan

pemesanan dan disebut titik pemesanan kembali (reorder point). Dalam

sistem Q ada persediaan keamanan untuk menekan fluktuasi kebutuhan

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
selama waktu ancang-ancang (lead time). Jadi kesimpulannya dalam

sistem ini yang harus diperhatikan adalah ukuran pemesanan ekonomis,

persediaan keamanan, waktu ancang-ancang, dan tingkat pemakaian rata-

rata.

b. Sistem pemesanan dengan periode tetap (P-Sistem)

Pada sistem ini selang waktu antara pemesanan adalah tetap, sedangkan

suku cadang yang dipesan jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan

persediaan yang ada pada saat pemesanan kembali. Jumlah pemesanan

ditetapkan sebesar selisih antara jumlah maksimal yang ditetapkan dengan

jumlah persediaan yang ada digudang. Persediaan keamanan diadakan

untuk meredam fluktuasi permintaan selama selang pemesanan.

3.7. Identifikasi Material Menggunakan Analisis Klasifikasi ABC

Pemilihan suku cadang yang akan ditentukan persediaannya dilakukan

dengan menggunakan metode ABC, yaitu penentuan berdasarkan tingkat harga

tertinggi dari biaya penggunaan material per periode waktu tertentu (harga per

unit material dikalikan volume penggunaan dari material itu sampai periode waktu

tertentu)10.

Klasifikasi ABC mengikuti prinsip 80-20, atau hukum pareto dimana sekitar 80 %

dari nilai inventori material dipersentasikan (diwakili) oleh 20 % material

inventori.

10
Sumber: Assauri Sofjan.,”Manajemen Produksi dan Operasi”.,p.265
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Tujuan dari analisis ABC adalah untuk menentukan:

1. Frekuensi perhitungan inventori (cycle routing), dimana material kelas A harus

diuji lebih sering dalam hal akurasi catatan inventori dibandingkan material-

material kelas B atau C.

2. Prioritas rekayasa (engineering), dimana material-material kelas A dan B

memberikan petunjuk pada bagian rekayasa dalam peningkatan program

reduksi biaya ketika mancari material-material tertentu yang perlu difokuskan.

3. Prioritas pembelian, dimana aktifitas pembelian seharusnya difokuskan pada

bahan-bahan baku bernilai tinggi (high cost) dan penggunaan dalam jumlah

tinggi (high usage). Fokus pada material-material kelas A untuk pemasok

(sourching) dan negosiasi.

4. Keamanan: meskipun nilai biaya per unit merupakan indikator yang lebih baik

dibandingkan nilai penggunaan (usage value), namun analisis ABC boleh

digunakan sebagai indikator dari material-material (kelas A dan B) yang

seharusnya lebih aman disimpan dalam ruangan terkunci untuk mencegah

kehilangan, kerusakan, atau pencurian.

Prosedur pengelompokan material inventori ke dalam kelas A, B, dan C,

antara lain mengikuti prinsip 80-20:

1. Tentukan volume penggunaan per periode waktu dari material inventori yang

akan diklasifikasikan

2. Kalikan volume penggunaan per periode waktu dari setiap material inventori

dengan biaya per unitnya guna memperoleh nilai total penggunaan biaya per

periode waktu untuk setiap material inventori itu.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
3. Jumlahkan nilai total penggunaan biaya dari semua material inventori itu untuk

memperoleh nilai total penggunaan nilai keseluruhan.

4. Bagi nilai total penggunaan biaya dari setiap material inventori itu dengan nilai

total penggunaan biaya keseluruhan, untuk menetukan persentase nilai total

penggunaan biaya dari setiap material inventori.

5. Daftarkan material dalam rank persentase nilai total penggunaan biaya dengan

urutan menurun dari terbesar sampai terkecil.

6. Klasifikasikan material-material inventori itu ke dalam kelas A, B, dan C

dengan kriteria 20 % ke dalam kelas A (komponen kritis), 30 % kedalam kelas

B (komponen semi kritis, dan 50 % kedalam kelas C (komponen non kritis).

3.8. Hubungan Reliability dan Persediaan

Persediaan adalah sumberdaya menganggur sebelum mengalami proses

selanjutnya. Secara garis besar kebijaksanaan pemeriksaan persediaan ada dua

yaitu pemeriksaan persediaan yang didasarkan pada periode tertentu (periodic

review) dan pemeriksaan persediaan yang terus menerus (continious review).

Berdasarkan konsep keandalan, dapat ditentukan probabilitas kerusakan

komponen mesin. Persediaan dapat ditentukan berdasarkan probabilitas kerusakan

komponen sistem. Berdasarkan laju kerusakan, hubungan antara persediaan dan

reliability berbanding terbalik. Semakin tinggi tingkat keandalan maka persediaan

semakin sedikit dan sebaliknya. Berdasarkan bentuk kurva hubungan persediaan

(Q) dan reliability (R), maka dipakai distribusi statistik yaitu distribusi Weibull

seperti terlihat pada Gambar 3.2.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Realibility
Persediaan

Gambar 3.2. Kurva Hubungan Persediaan dan Reliability

Persediaan suku cadang mesin merupakan tujuan akhir dari penerapan

teori keandalan. Keandalan berupaya melakukan studi, pengukuran dan analisis

terhadap kegagalan dan perbaikan kembali komponen kritis mesin dalam rangka

meningkatkan penggunaan opersionalnya. Peningkatan dilakukan melalui reduksi

atau eleminasi kemungkinan munculnya kegagalan.

3.9. Penentuan Persediaan suku cadang Berdasarkan Reliability

Penentuan kebutuhan persediaan didasarkan pada laju kerusakan rata-rata

komponen dalam selang waktu tertentu. Jumlah kebutuhan rata-rata komponen

dalam selang waktu t adalah 11:

Q=Nx λ xt

Dimana: N= jumlah komponen tersedia

λ = laju kerusakan rata-rata selama selang waktu t

λ=
(t / α )β
t

α = parameter skala

β = parameter bentuk

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah tahapan yang dilakukan dalam menentukan

pengerjaan dan penyelesaian terhadap suatu masalah yang akan dilakukan. Setiap

tahap bisa saja tergantung pada tahapan yang dilakukan sebelumnya, sehingga

dalam pelaksanaan tahap-tahapnya perlu dilakukan dengan cermat dan tepat.

Tahapan dalam metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Perumusan Masalah

Penetapan Tujuan Penelitian

Peninjauan Lapangan Studi Pustaka

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Pemecahan Masalah

Analisis dan Evaluasi

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.1. Block Diagram Tahapan Penelitian

11
Sumber: Blanchard, S,Benjamin,and ”System Engineering and Analysis”.,p.466
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai pada tugas akhir ini adalah penelitian yang

bersifat deskriptif yang menjelaskan kondisi dari suatu sistem dengan pengamatan

yang dilakukan.

4.2. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan agar penulis memperoleh masukan tentang

permasalahan yang akan diteliti serta lebih mengetahui objek penelitian. Teori-

teori dan hasil penelitian yang telah ada dan memiliki relevansi dengan masalah

yang diteliti, dijadikan landasan teori sebagai kerangka berfikir bagi penyelesaian

tahap-tahap penelitian dari awal sampai pada tahap penulisan laporan. Studi

pustaka dilakukan dengan cara :

1. Studi literatur dan membaca laporan penelitian yang sudah ada serta

mencari informasi dari internet yang berhubungan dengan masalah yang

akan dipecahkan dalam penelitian.

2. Mempelajari catatan-catatan yang ada dan berhubungan dengan masalah

penelitian.

3. Wawancara dengan pihak-pihak terkait dan berkompeten dengan

permasalahan dalam penelitian.

4.3. Studi Literatur

Studi literatur merupakan langkah yang dilakukan untuk mengetahui cara-

cara pengerjaan dan penyelesaian masalah yang sudah ditentukan berdasarkan

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
teori-teori yang sudah ada di buku ataupun jurnal. Teori-teori dan hasil penelitian

yang telah ada dan memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti, dijadikan

landasan teori sebagai kerangka berfikir bagi penyelesaian tahap-tahap penelitian

dari awal sampai pada tahap penulisan laporan.

4.4. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan tahapan untuk mengenalisa masalah yang

digunakan berdasarkan gejala-gejala yang terjadi dan berdasarkan gejala-gejala ini

ditentukan apa yang dapat diangkat untuk dijadikan masalah pada perusahaan.

Masalah yang ditemui diidentifikasi untuk selanjutnya akan dicari

penyelesaiannya. Gejala yang timbul adalah penanganan terhadap kerusakan

mesin yang tidak cepat pada saat terhentinya proses produksi secara tiba-tiba

karena adanya mesin produksi yang mengalami gangguan. Berdasarkan gejala ini

maka dapat diidentifikasikan bahwa sistem perawatan terencana yang belum ada

penerapannya pada perusahaan ini terlihat dari kerusakan mesin yang terjadi

secara tiba-tiba, perbaikan mesin dan peralatan dilakukan setelah adanya

kerusakan (correction maintenance). Bila pesediaan suku cadang komponen

mesin di gudang mengalami kerusakan maka waktu berhentinya proses produksi

lebih lama.

4.5. Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah komponen mesin produksi yang berperan vital

dalam kelancaran proses produksi di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
(persero) yang berlokasi di Tebing Tinggi (Pabatu). Dalam hal ini yang menjadi

objek penelitian adalah mesin Sludge separator. Alasan pemilihan mesin sludge

separator karena mesin ini memiliki peranan yang besar, hal ini terlihat dari fungsi

mesin sludge separator adalah memisahkan minyak dari air dan kotoran dengan

kata lain memisahkan minyak dari fraksi yang berat jenis nya lebih dari satu.

4.6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan pengamatan langsung dan

melalui wawancara. Pada dasarnya sumber data dibagi dalam dua jenis, yaitu :

a. Data Primer

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan observasi langsung

terhadap urutan produksi, meninjau departemen yang menangani pengurutan

produksi dan sistem informasi yang digunakan untuk pengurutan produksi, serta

wawancara dengan pihak manajemen perusahaan, pembimbing lapangan yang

tersedia, dan terhadap pekerja produksi.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak langsung diamati peneliti. Data ini

merupakan data yang diperoleh dari dokumen perusahaan, hasil penelitian yang

sudah lalu dan data lainnya. Dalam penelitian ini data diperoleh dari karyawan

logistik dan operator objek penelitian. Data sekunder yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah :

1. Data pemakaian spare part.

2. Data kerusakan spare part.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
3. Harga pembelian masing-masing suku cadang.

4.6.1. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Teknik Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek

penelitian dengan melaksanakan pengamatan terhadap proses produksi

pengolahan kelapa sawit yang memasukkan objek penelitian dalam proses

pembuatannya yaitu pada tahapan pengolahan kelapa sawit.

2. Mereview buku-buku laporan administrasi serta catatan-catatan pihak

perusahaan yang berhubungan dengan data yang diperlukan yaitu data

pemakaian suku cadang dan data kerusakan suku cadang untuk sludge

separator machine.

3. Teknik Wawancara, yaitu melakukan wawancara dengan supervisor dan

karayawan divisi produksi yang dapat memberikan informasi yang

diperlukan untuk menunjang penyelesaian masalah.

4. Teknik Kepustakaan, yaitu dengan membaca buku-buku dan jurnal-jurnal

penelitian yang berkaitan dengan penerapan reliability dan sludge separator

machine.

4.7. Pengolahan Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka data diolah berdasarkan

urutan konsep keandalan, dimana blok diagram pengolahan data dapat dilihat pada

Gambar 4.2.
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Pengamatan
Pendahuluan

Pengumpulan Data
- Data Primer
- Data Sekunder

Penentuan Komponen
Kritis
- Metode ABC

Pengujian distribusi
Waktu antar kerusakan
- R (t ) dengan
pendekatan harga
tengah

Menghitung nilai
parameter
- keandalan dan
fungsi- fungsi
keandalan

Menentukan
ekspektasi jumlah
kebutuhan
komponen kritis

Menentukan Jumlah
Persediaan Suku
Cadang
Berdasarkan Fungsi
Laju Kerusakan

Penentuan Q* dan r

Analisis Data

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.2. Blok Diagram Pengolahan dan Pengumpulan Data

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
4.7.1. Pemilihan Komponen Kritis Dengan Metode ABC

Pembuatan skala prioritas untuk pengendalian material (komponen) adalah

penting. Dalam mesin produksi terdapat berbagai macam komponen, dalam

pelaksanaan pengawasan sulit untuk dikontrol secara keseluruhan secara cermat,

maka perlu adanya klasifikasi material. Untuk memudahkan klasifikasi material

biasanya menggunakan skala prioritas. Metoda yang digunakan penulis untuk

klasifikasi material adalah diagram pareto atau istilah lain metoda ABC. Metoda

ini didasari oleh pertimbangan biaya nilai investasi, frekuensi kerusakan, dan

jumlah komponen pada mesin.

4.7.2. Pengujian Distribusi Waktu Antar Kerusakan

Dalam melakukan penelitian ini, diperlukan pemilihan distribusi waktu

antar kerusakan komponen kritis tersebut yang sesuai dengan karakteristik data

kerusakannya. Dalam persoalan pengendalian persediaan komponen yang

berhubungan dengan karakteristik umur komponen, maka pola waktu antar

kerusakan komponen diestimasikan akan berbentuk distribusi weibull. Distribusi

weibull telah digunakan secara luas dalam teknik keandalan sebagai model

ketahanan komponen dan sistem elektrik dan mekanik

Distribusi ini dipilih karena dalam penggunaannya yang bersifat fleksibel

(dapat menyerupai berbagai bentuk distribusi), tergantung kepada nilai parameter

ß (parameter bentuk). Bila ß<1 maka bentuk distribusinya akan mendekati

distribusi hipereksponensial. Bila ß =1 maka akan mendekati distribusi

eksponensial, bila 3,5< ß < 4 akan mendekati distribusi normal. Selain itu

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
distribusi ini juga dapat digunakan untuk ukuran sampel yang kecil dan data

penelitiannya kurang lengkap.

Untuk menguji distribusi waktu antar kerusakan suatu komponen ini

dilakukan dengan uji distribusi weibull dua parameter yang dikembangkan oleh

kelompok Mann. Uji distribusi dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah data

interval waktu kerusakan (TTF) yang dipergunakan telah sesuai dengan distribusi

kerusakan yang telah dipilih yaitu distribusi weibull. Uji Mann digunakan karena

dapat digunakan untuk sampel data yang kecil dan proses perhitungannya lebih

sederhana.

4.7.3. Penentuan Parameter Distribusi Waktu Antar Kerusakan dan

Fungsi-fungsi Keandalan

Apabila telah terbukti bahwa pola antar kerusakan berdistribusi weibull dua

parameter, maka untuk selanjutnya ditentukan parameter distribusi antar

kerusakannya, yaitu ß danα dengan cara regresi linier Y = a + bt. Setelah

parameter ß danα diperoleh maka dapat ditentukan fungsi -fungsi keandalan

weibull dua parameter. Secara sistematis, perhitungan dari setiap fungsi distribusi

meliputi:

 Perhitungan fungsi kepadatan kegagalan

 Fungsi distribusi kumulatif

 Fungsi keandalan

 Fungsi laju kerusakan.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
4.7.4. Penentuan Jumlah Persediaan

Menentukan jumlah kebutuhan persediaan optimal untuk komponen kritis

mesin Sludge separator untuk interval waktu satu tahun berdasarkan fungsi laju

kerusakan. Penentuan jumlah persediaan ini dilakukan dengan melakukan

perkalian antara komponen terpasang spare part pada mesin, nilai rata-rata fungsi

laju kerusakan spare part dalam waktu satu tahun dan waktu pemakian mesin

selama satu tahun.

4.7.5. Menentukan Jumlah Pemesanan (Q*) Dan Titik Pemesanan Kembali

(r)

Dalam penentuan jumlah pemesanan dan titik pemesanan kembali yang

optimal digunakan model persediaan Q (lot size reorder point models), dimana

jumlah pesanan tetap dan interval waktu pemesanan berbeda. Pemilihan metode

ini didasarkan pertimbangan antara lain:

1) Persediaan rata-rata di gudang diusahakan sekecil mungkin karena

harga komponen mahal sehingga ongkos simpan kecil.

2) Kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan lebih kecil.

Pada Gambar 4.2. dapat dilihat flow chart proses pengolahan data untuk

metode reliability.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
4.8. Analisa Data

Setelah dilakukan penentuan harga keandalan suku cadang maka didapat

harga fungsi laju kerusakan spare part dalam waktu tertentu dan berdasarkan

fungsi laju kerusakan ini dapat diperoleh berapa jumlah persediaan suku cadang

yang harus disediakan di gudang apabila terjadi kerusakan pada spare part mesin

sludge separator, sehingga proses produksi tetap berjalan dengan lancar dan tepat

waktu. Berdasarkan persediaan yang dibutuhkan dalam satu tahun ditentukan

berapa jumlah pemesanan dan kapan pemesanan kembali yang ekonmis dan

optimal dalam satu tahun tersebut.

4.9. Kesimpulan dan Saran

Tahapan ini menguraikan secara singkat hasil yang dicapai setelah

dilakukan analisis dan evaluasi permasalahan sehingga dapat ditarik kesimpulan.

Selanjutnya berdasarkan uraian dapat diberikan saran-saran yang membantu baik

dalam aplikasi hasil perancangan maupun dalam penelitian lanjutan.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung

kepada pekerja dan buku petunjuk pengoperasian mengenai cara kerja mesin

sludge separator serta rincian bentuk komponen dan jumlah pemakaian

komponen mesin sludge separator dalam suatu kurun waktu. Data lain juga

diperoleh dari bagian logistik perusahaan (pengadaan material) berupa daftar

kerusakan komponen mesin, waktu pemakaian/kerusakan mesin sludge separator

dan harga komponen mesin sludge separator.

5.1.1. Data Waktu Terjadinya Kerusakan Komponen Mesin Sludge


Separator

Daftar komponen-komponen yang terdapat pada mesin sludge separator

serta kerusakannya dapat dilihat pada Tabel 5.1. dan Gambar mesin sludge

separator dapat dilihat pada lampiran 3. Data terjadinya kerusakan komponen-

komponen mesin sludge separator dikumpulkan dari hasil pencatatan di bagian

bengkel umum Pada PT. Perkebunan NUsantara IV Unit Pabatu (persero). Data

terjadinya waktu kerusakan kerusakan ini diambil dari dua tahun terakhir yaitu

mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2008. Dari data waktu terjadinya

kerusakan ini nantinya akan dapat diketahui waktu antar kerusakan dari

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
komponen kritis. Data waktu kerusakan keseluruhan komponen dapat dilihat pada

Lampiran 4.

Tabel 5.1 Daftar Komponen Mesin Sludge Separator

No Nama Komponen No Nama Komponen


1 Ball bearing 26 Nave
2 Ball bearing 27 Nozle Q 1,60 mm
3 Thrust ball bearing 28 Oil deflector
4 Radial ball bearing pn. 29 Paring disc
5 Radial ball bearing pn. 30 Pipa st.steel Q “2 x 4mm x 6m
6 Bearing SKF 31 Protecting cup
7 Bearing SKF 32 Seal ring
8 Bearing SKF 33 Seal ring
9 Ball bearing housing 34 Seal ring
10 Ball valve ful bore 35 Seal ring
11 Bal valve reduced bore 36 Seal ring
12 Bowl spindle 37 Slave bottom bearing
13 Bushing 38 Spring casing
14 Coupling vully 39 Spring
15 Distributor inset 40 Stop sleve
16 Distribution tube 41 Trow of collar
17 Elastic Plate 42 Worm
18 Elbow st. steel 43 Worm whell
19 Erosion guard (lower) 44 Kawat las nikko steel
20 Erotion guard (upper) 45 Kawat las nikko steel
21 Friction pad & screw lubang 3 46 Emaile drad
22 Friction block 47 Contactor
23 Friction block u/lubang 4 48 Novuse breaker
24 Friction pad&screw 49 Thermal over load
25 Level tube 50 Thermal over load 7 – 11 A

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
5.1.2. Daftar Harga Komponen Mesin Sludge separator

Komponen mesin sludge separator ini sangat banyak dan tidak semua

komponen mengalami kerusakan pada dua tahun terakhir ini, maka penulis disini

hanya mendaftarkan harga komponen yang pernah dilakukan penggantian pada

dua tahun terakhir saja beserta frekuensi kerusakannya yang dapat dilihat pada

Tabel 5.2. Data ini nantinya digunakan untuk melakukan pemilihan komponen

kritis.

Tabel 5.2. Daftar Rata-rata Penggunaan dan Biaya Per Unit Spare part
Mesin Sludge Separator Yang Sering Mengalami Kerusakan

No Nama Komponen Harga Frek


(Rp)
1 Bowl Spindle, Pn 67347-00 6000000 4
2 Paring Disc, Pn 528537-02 4000000 5
3 Ball Bearing, Pn 65186 (6015M) 2100000 3
4 Ball Bearing, Pn 651857 (6014M) 1900000 3
5 Bushing Pn 532680-01 2880000 2
6 Level Tube, Pn 516240-82 2280000 2
7 Friction pad & screw 76282 Lbg 4 2840000 7
8 Nofuse Breaker 50A -3P 600000 1
9 Bearing SKF 6305 92000 1
10 Bearing SKF 6206 76000 1
11 Radial Ball Bearing, Pn 60992 (6213M) 1700000 3
12 Elastic Plate, Pn 60571-00 100000 2
13 Slave Bottom Bearing, 521651.2 1650000 1
14 Erotion Guard Upper, 531444.80 2800000 2
15 Distribution Inset Pn, 531445.02 5000000 2
16 Distribution Tube, Pn 536224.01 1296000 1

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Tabel 5.2. Daftar Rata-rata Penggunaan…………. (Lanjutan)

No Nama Komponen Harga Frek


(Rp)
17 Bearing SKF 6308 200000 1
18 Erotion Guard Lower 535892.80 4200000 1
19 Friction Block, Pn 74316 970000 1
20 Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83 4640000 4
21 Seal Ring 38411 50000 1
22 Seal Ring 67034 425000 1
23 Seal Ring 71866 50000 2
24 Spring, Pn 66191 250000 1

5.1. Pengolahan Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka yang dilakukan adalah:

1. Melakukan pemilihan terhadap spare part mesin sludge separator yang

sering mengalami kerusakan, yang menjadi prioritas penelitian. Dalam

penentuan spare part prioritas digunakan metode ABC dengan analisa

pareto.

2. Penentuan fungsi keandalan komponen kritis dan parameter distribusi

weibull berdasarkan banyaknya kerusakan dalam satu periode (distribusi

kumulatif)

3. Melakukan uji distribusi dengan uji Mann, bertujuan untuk mengetahui

apakah data interval waktu (TTF) berdistribusi weibull yang telah dipilh

sebagai distribusi kerusakan telah sesuai dengan distribusi yang ditentukan

(benar berdistribusi normal).

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
4. Menentukan nilai konsep keandalan komponen kritis berdasarkan data

interval waktu dan parameter distribusi weibull.

5. Menentukan jumlah kebutuhan persediaan untuk komponen kritis mesin

sludge separator untuk interval waktu satu tahun berdasarkan fungsi laju

kerusakan.

5.2.1. Penentuan Komponen Kritis dengan Metode ABC

Metode ABC sangat membantu dalam mengelompokkan komponen yang

didasarkan pada biaya untuk membeli dan pengadaan satu komponen. Metode ini

membagai komponen atas tiga kelas, yaitu: Prosedur pengelompokan material

inventori ke dalam kelas A, B dan C, antara lain mengikuti prisip 80-20:

1. Tentukan volume penggunaan per periode waktu dari material inventori

yang akan diklasifikasikan.

2. Kalikan volume penggunaan per periode waktu dari setiap material

inventori dengan biaya per unitnya guna memperoleh nilai total

penggunaan biaya per periode waktu untuk setiap material inventori itu.

3. Jumlahkan nilai total penggunaan biaya dari semua material inventori itu

untuk memperoleh nilai total penggunaan biaya keseluruhan.

4. Bagi nilai total penggunaan biaya dari setiap material inventori itu dengan

nilai total penggunaan biaya keseluruhan, untuk menentukan persentase

nilai total penggunaan biaya dari setiap material inventori.

5. Daftarkan material dalam rank persentase nilai total penggunaan biaya

dengan urutan menurun dari terbesar sampai terkecil.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
6. Klasifikasikan material-material inventori itu ke dalam kelas A, B dan C

dengan kriteria 20% kedalam kelas A (komponen kritis), 30% kedalam

kelas B (komponen semi kritis), dan 50 % kedalam kelas C (komponen

non kritis).

Setelah dilakukan pemilihan komponen dengan analisa pareto diatas yang

didasarkan pada harga satuan, jumlah kebutuhan, dan frekuensi kerusakan pada

dua tahun terakhir, sehingga jumlah kumulatif biaya paling besar maka komponen

tersebut dianggap paling kritis. Untuk mengetahui komponen yang kritsis

sebaiknnya dilakukan analisa spare part seperti pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Analisa Spare Part


No Nama Komponen Harga/set Frek Biaya
(Rp) Kerusakan Total (Rp)
1 6000000 4 24000000
Bowl Spindle, Pn 67347-00
2 4000000 5 20000000
Paring Disc, Pn 528537-02
3 2840000 7 19880000
Friction Pad & Screw 71628 Lbg 4
4 4640000 4 18560000
Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83
5 5000000 2 10000000
Distribution Inset Pn, 531445.02
6 2100000 3 6300000
Ball Bearing, Pn 65186 (6015M)
7 2880000 2 5760000
Bushing Pn 532680-01
8 1900000 3 5700000
Ball Bearing, Pn 651857 (6014M)
9 2800000 2 5600000
Erotion Guard Upper, 531444.80
10 Radial Ball Bearing, Pn 60992 3 5100000
1700000
(6213M)
11 2280000 2 4560000
Level Tube, Pn 516240-82
12 4200000 1 4200000
Erotion Guard Lower 535892.80
13 970000 1 2910000
Friction Block, Pn 74316
14 Slave Bottom Bearing, 521651.2 1650000 1 1650000

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Tabel 5.3. Analisa........... (Lanjutan)
No Nama Komponen Harga Frek Biaya
(Rp) Total (Rp)
15 Distribution Tube, Pn 536224.01 1296000 1 1296000
16 Nofuse Breaker 50A -3P 600000 1 600000
17 Seal Ring 67034 425000 1 425000
18 Spring, Pn 66191 250000 1 250000
19 Elastic Plate, Pn 60571-00 100000 2 200000
20 Bearing SKF 6308 200000 1 200000
21 Seal Ring 71866 50000 2 100000
22 Bearing SKF 6305 92000 1 92000
23 Bearing SKF 6206 76000 1 76000
24 Seal Ring 38411 50000 1 50000
Total 34.260.000 52 137509000

Selanjutnya dihitung persentase penyerapan biaya setiap komponen dan

diurutkan dari jumlah yang terbesar hingga terkecil, seperti pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Analisa Persentase Nilai Komponen


Jumlah
Persen Persen
No Nama Komponen Biaya
(%) Kumulatif (%)
(Rp)
1 24000000 17.4534 17.4534
Bowl Spindle, Pn 67347-00
2 20000000 14.5445 31.9979
Paring Disc, Pn 528537-02
3 19880000 14.4572 46.4551
Friction Pad & Screw 71628 Lbg 4
4 18560000 13.4973 59.9524
Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83
5 10000000 7.2723 67.2247
Distribution Inset Pn, 531445.02
6 6300000 4.5815 71.8062
Ball Bearing, Pn 65186 (6015M)
7 5760000 4.1888 75.9950
Bushing Pn 532680-01
8 5700000 80.1402
Ball Bearing, Pn 651857 (6014M) 4.1452
9 Erotion Guard Upper, 531444.80 5600000 84.2127
4.0725
10 Radial Ball Bearing, Pn 60992 5100000 3.7088 87.9215
(6213M)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Tabel 5.4. Analisa Persentase.................. (Lanjutan)
Jumlah Persen
Persen
No Nama Komponen Biaya Kumulatif
(%)
(Rp) (%)
11 Level Tube, Pn 516240-82 4560000 3.3161 91.2377
12 Erotion Guard Lower 535892.80 4200000 3.0543 94.2920
13 Friction Block, Pn 74316 2910000 2.1162 96.4082
14 Slave Bottom Bearing, 521651.2 1650000 1.1999 97.6082
15 Distribution Tube, Pn 536224.01 1296000 0.9425 98.5506
16 Nofuse Breaker 50A -3P 600000 0.4363 98.9870
17 Seal Ring 67034 425000 0.3091 99.2960
18 Spring, Pn 66191 250000 0.1818 99.4779
19 Elastic Plate, Pn 60571-00 200000 0.1454 99.6233
20 Bearing SKF 6308 200000 0.1454 99.7687
21 Seal Ring 71866 100000 0.0727 99.8415
22 Bearing SKF 6305 92000 0.0669 99.9084
23 Bearing SKF 6206 76000 0.0553 99.9636
24 Seal Ring 38411 50000 0.0364 100.0000
Total 137509000 100,0000%

Kemudian setelah dilakukan analisa persentase nilai komponen

selanjutnya dianalisis dengan analisa pareto dan dibagi menjadi tiga kelas seperti

pada Tabel 5.5.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Tabel 5.5. Klasifisikasi Komponen Menurut Konsep ABC

Persentase Persentase
Persentase Jumlah
No Nama Spare Part Nilai Tiap Nilai Kategori
Barang
Barang (%) Barang
1 Bowl Spindle, Pn 67347-00 17.4534
2 Paring Disc, Pn 528537-02 14.5445
4
3 Friction Pad & Screw 71628 Lbg 4 14.4572 59,9524 x 100% = 16,6666 A
24
4 Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83 13.4973
5 Distribution Inset Pn, 531445.02 7.2723
6 Ball Bearing, Pn 65186 (6015M) 4.5815
7 Bushing Pn 532680-01 4.1888 5
24,2602 x 100% = 20,8333 B
8 Ball Bearing, Pn 651857 (6014M) 4.1452 24
9 Erotion Guard Upper, 531444.80 4.0725

10 Radial Ball Bearing, Pn 60992 3.7088


(6213M)
11 Level Tube, Pn 516240-82 3.3161
12 Erotion Guard Lower 535892.80 3.0543
13 Friction Block, Pn 74316 2.1162
14 Slave Bottom Bearing, 521651.2 1.1999
15 Distribution Tube, Pn 536224.01 0.9425
16 Nofuse Breaker 50A -3P 0.4363
17 Seal Ring 67034 0.3091 15
15,7873 x 100% = 62,5000 C
24
18 Spring, Pn 66191 0.1818
19 Elastic Plate, Pn 60571-00 0.1454
20 Bearing SKF 6308 0.1454
21 Seal Ring 71866 0.0727
22 Bearing SKF 6305 0.0669
23 Bearing SKF 6206 0.0553
24 Seal Ring 38411 0.0364

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Berdasarkan analisa pareto (Metoda ABC) diatas, diperoleh bahwa

terdapat empat komponen yang termasuk kedalam kelas A yaitu, Bowl Spindle.

Pn 67347-00, Paring Disc. Pn 528537-02, Friction pad & screw 76282 Lbg 4, dan

Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83. Penentuan waktu kerusakan dan parameter

distribusi weibull untuk menentukan nilai keandalan komponen kritis mesin

sludge separator dilakukan terhadap semua spare part yang berada dalam kelas A

(kritis), sedangkan grafik analisa paretonya terlihat pada Gambar 5.1.

GRAFIK ANALISA PARETO

120.0000%
160000000
140000000 100.0000%
Jumlah Modal

Persentase
120000000

Kumulatif
80.0000%
100000000
80000000 60.0000%
60000000 40.0000%
40000000
20000000 20.0000%
0 0.0000%
1 2 3
Kelas

Gambar 5.1. Grafik Analisa Pareto

5.2.2. Penentuan Fungsi Keandalan/Reliability

5.2.2.1. Nilai Keandalan Berdasarkan Distribusi Kumulatif

Fungsi ini diperoleh dari pendekatan dengan menggunakan metode harga

tengah atau median (50%).

i − 0,3
F(t) = R(t) = 1-F(t)
n + 0,4

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Metode ini digunakan untuk menaksirkan keandalan yang berdistribusi

weibull. Selain itu metode ini dapat digunakan untuk penelitian yang memiliki

salah satu karakteristik sebagai berikut:

1. Ukuran sampel penelitian yang kecil

2. Data mengenai populasi penelitian yang kurang lengkap

3. Distribusi waktu antar kerusakan sample penelitian tidak simetris

Dimana : R(t) = nilai keandalan pada waktu t.

F(t) = Fungsi Ketidakandalan pada waktu ke t.

n = banyaknya terjadinya kerusakan (event)

i = nomor event ke i. i = 1,2,3…

t = Waktu mulai dari awal sampai terjadinya kerusakan

pertama kali (TTF).

5.2.2.2. Penentuan Parameter Distribusi Weibull

Distribusi Weibull adalah distribusi yang digunakan dalam menggambarkan

bentuk dari laju kerusakan dari suatu komponen. Distribusi ini sesuai digunakan

dalam menentukan tingkat keandalan (reliability) yang mempunyai konsep laju

kerusakan dalam penerapannya. Ada tiga parameter distribusi Weibull yang dapat

digunakan dalam menentukan tingkat keandalan suatu komponen, α (parameter

skala/umur), β (parameter bentuk), γ (parameter karakteristik).

n∑ X iYi − ∑ X i ∑ Yi
β=
n∑ ( X i ) 2 − (∑ X i )
2

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
n∑ X i ∑Y − ∑ X ∑ X Y
2

c= i i i i

n∑ X − (∑ X )
2 2
i i

 c
α = exp − 
 β

(t3 − t 2 )(t 2 − t1 )
γ = t2 −
(t3 − t 2 ) − (t 2 − t1 )

Penentuan waktu kerusakan dan parameter distribusi Weibull untuk

menentukan nilai keandalan komponen kritis mesin Sludge separator dilakukan

terhadap semua spare part yang berada dalam kelas A (kritis).

5.2.2.2.1. Penentuan Parameter Distribusi Weibull Untuk Komponen Bowl


Spindle, Pn 67347-00.

Dalam distribusi Weibull dua parameter terdapat parameter skala α dan β.

Untuk menaksir nilai parameter α dan β dilakukan perhitungan dengan cara

regresi linier Y = a + bt seperti yang dijelaskan pada metodologi penelitian.

Perhitungan parameter komponen Bowl spindle. Pn 67347-00 adalah sebagai

berikut:

Untuk i = 1 dengan ti = 3,5333 maka dapat dihitung:

i − 0,3
F(ti) =
n + 0,4

1 − 0,3
R(28) =
4 + 0,4

R(28) = 0,1590

R(t) = 1- F(t)

F(28) = 1 − 0,1590
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
F(28) = 0,8409

Tabel 5.6. Menentukan Nilai Parameter Komponen Bowl spindle Pn


67347-00

(TTF) Yi
No (i) Rank (ti) R(t) F(ti) Xi Yi.Xi Xi2
Hari (ln(ln1/R(t)))
1 106 3.5333 0.8409 -1.7529 0.1591 4.6634 -8.1745 21.7477
2 148 4.9333 0.6136 -0.7167 0.3864 4.9972 -3.5816 24.9721
3 194 6.4667 0.3864 -0.0503 0.6136 5.2679 -0.2648 27.7503
4 204 6.8000 0.1591 0.6088 0.8409 5.3181 3.2378 28.2824
Total -1.9110 2,0000 20.2466 -8.7831 102.7525

Penentuan nilai keandalan dan parameter-parameter fungsi distribusi

Weibull berdasarkan interval waktu kerusakan (TTF) untuk komponen Bowl

spindle Pn 67347-00 dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Keterangan:

Dari Tabel 5.6. diperoleh:

∑xi = 20,2466

∑yi = -1,9110

(∑xi)2 = 409,9248

∑xi2 = 102,7525

∑xi.yi = -8,7831

Nilai konstanta a dan b dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

n∑ X iYi − ∑ X i ∑ Yi
β=
n∑ ( X i ) 2 − (∑ X i )
2

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
4 × (−8,7831) − (20,2466) × (−1,9110)
β=
4 × 102,7525 − (20,2466) 2

β = 3,2838

n∑ X i ∑Y − ∑ X ∑ X Y
2

c= i i i i

n∑ X − (∑ X )
2 2
i i

(4 x102,7525 x − 1,9110) - (20,2446 x - 8,7831)


c =
4 x 102,7525 x (20,2466) 2

c =16,6163

 c 
α = Exp  

β 

 16,6163 
= Exp  
 3,2838 

= 157,5905

5.2.2.2.2. Penentuan Parameter Distribusi Weibull Untuk Komponen


Paring Disc, Pn 528537-02.

Penentuan nilai keandalan dan parameter-parameter fungsi distribusi

Weibull berdasarkan interval waktu kerusakan (TTF) untuk dapat dilihat pada

Tabel 5.7.

Untuk i = 1 dengan ti = 3,9333 maka dapat dihitung:

i − 0,3
F(ti) =
n + 0,4

1 − 0,3
R(28) =
5 + 0,4

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
R(28) = 0,1296

R(t) = 1- F(t)

F(28) = 1 − 0,1296

F(28) = 0,8704

Tabel 5.7. Menentukan Nilai Parameter Komponen Paring Disc, Pn


528537-02.

Yi
(TTF)
No (i) Rank (ti) R(t) (ln(ln1/R F(ti) Xi Yi.Xi Xi2
Hari
(t)))
1 118 4.7707 0.8704 -1.9745 0.1296 4.7707 -9.4195 22.7594
2 127 4.8442 0.6852 -0.9727 0.3148 4.8442 -4.7119 23.4661
3 140 4.9416 0.5000 -0.3665 0.5000 4.9416 -1.8112 24.4198
4 145 4.9767 0.3148 0.1448 0.6852 4.9767 0.7205 24.7679
5 162 5.0876 0.1296 0.7145 0.8704 5.0876 3.6349 25.8836
Total 1.6296 -1.9110 -2.4544 24.6208 -11.5872 121.2969

Keterangan:

Dari Tabel 5.7. diperoleh:

∑xi = 24,6208

∑yi = -2,4544

(∑xi)2 = (24,6208)2

∑xi2 = 121,2969

∑xi.yi = -11,5872

Nilai konstanta a dan b dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

n∑ X iYi − ∑ X i ∑ Yi
β=
n∑ ( X i ) 2 − (∑ X i )
2

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
5 × (−11,5872) − (24,6208) × (−2,4544)
β=
5 × 121,2969 − (24,6208) 2

β = 2,6546

n∑ X i ∑Y − ∑ X ∑ X Y
2

c= i i i i

n∑ X − (∑ X )
2 2
i i

(5 x121,2969 x − 2,4544) - (24,6208 x - 11,5872)


c =
(5x121,2969) - (24,6208) 2

c =12,0609

c
α = Exp  
β 

 12,1246 
= Exp  
 2,6546 

= 94,0098

5.2.2.2.3. Penentuan Parameter Distribusi Weibull Untuk Komponen


Friction Pad & screw 76282 Lbg 4.

Penentuan nilai keandalan dan parameter-parameter fungsi distribusi

Weibull berdasarkan interval waktu kerusakan (TTF) untuk dapat dilihat pada

Tabel 5.8.

Untuk i = 1 dengan ti = 3,3322 maka dapat dihitung:

i − 0,3
F(ti) =
n + 0,4

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
1 − 0,3
R(28) =
7 + 0,4

R(28) = 0,0946

R(t) = 1- F(t)

F(28) =1 − 0,0946

F(28) = 0,9054

Dengan menggunakan cara yang sama dilakukan perhitungan untuk i = 2

hingga i = 7. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Menentukan Nilai Parameter Komponen Friction Pad


& Screw 76282 Lbg 4

(TTF) Yi
No (i) Rank (ti) R(t) F(ti) Xi Yi.Xi Xi2
Hari (ln(ln1/R(t)))
1 28 3,3322 0.9054 -2.3089 0.0946 3.3322 -7.6937 11.1036
2 46 3,8286 0.7703 -1.3432 0.2297 3.8286 -5.1426 14.6585
3 68 4,2195 0.6351 -0.7898 0.3649 4.2195 -3.3327 17.8042
4 99 4,5951 0.5000 -0.3665 0.5000 4.5951 -1.6842 21.1151
5 112 4,7185 0.3649 0.0082 0.6351 4.7185 0.0387 22.2642
6 130 4,8675 0.2297 0.3858 0.7703 4.8675 1.8781 23.6929
7 219 5,3891 0.0946 0.8579 0.9054 5.3891 4.6232 29.0421
Total -3.5565 3.5000 30.9506 -11.3132 139.6807

Keterangan:

Dari Tabel 5.8. diperoleh:

∑xi = 30,9506

∑yi = -3,5565

(∑xi)2 = 975,9598

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
∑xi2 = 291,7557

∑xi.yi = -11,3132

Nilai konstanta a dan b dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

n∑ X iYi − ∑ X i ∑ Yi
β=
n∑ ( X i ) 2 − (∑ X i )
2

7 × (−3,5565) − (30,9506) × (−3,5565)


β=
7 × 291,7557 − (975,9598) 2

β = 1,5576

c=
∑ X ∑ yi − ∑ X ∑ X Y
i
2
i i i

n∑ X − (∑ X ) 2 2
i 1

(2915775 x − 3,5565) - (30,9506 x - 3,5565)


c =
7 x 291,7557 x (17,0809) 2

c = − 6,4572

c
α = Exp  
β 

 − 6,4572 
= Exp  
 1,5576 

= 81,5797

5.2.2.2.4. Penentuan Parameter Distribusi Weibull Untuk Komponen


Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83

Penentuan nilai keandalan dan parameter-parameter fungsi distribusi

Weibull berdasarkan interval waktu kerusakan (TTF) untuk dapat dilihat pada

Tabel 5.9. Untuk i = 1 dengan ti = 2,7333 maka dapat dihitung:

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
i − 0,3
F(ti) =
n + 0,4

1 − 0,3
R(28) =
4 + 0,4

R(28) = 0,1590

R(t) = 1- F(t)

F(28) =1 − 0,1590

F(28) = 0,8409

Dengan menggunakan cara yang sama dilakukan perhitungan untuk i = 2

hingga i = 4. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9. Menentukan Nilai Parameter Komponen Nozzle Q 1,60


mm, Pn 534149.83

(TTF) Yi
No (i) Rank (ti) R(t) F(ti) Xi Yi.Xi Xi2
Hari (ln(ln1/R(t)))
1 82 2,7333 0.8409 -1.7529 0.1591 3.3322 -7.7245 19.4192
2 164 5,4666 0.6136 -0.7167 0.3864 3.8286 -3.6552 26.0086
3 208 6,9333 0.3863 -0.0503 0.6136 4.2195 -0.2683 28.4893
4 227 7,5666 0.1590 0.6088 0.8409 4.5951 3.3029 29.4301
Total -3.5565 2 20.2690 -8.3451 103.347 Total

Keterangan:

Dari Tabel 5.9. diperoleh:

∑xi = 20,2691

∑yi = -1,7529

(∑xi)2 = 103,3472

∑xi2 = 103,3472

∑xi.yi = -8,3451

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Nilai konstanta a dan b dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

n∑ X iYi − ∑ X i ∑ Yi
β=
n∑ ( X i ) 2 − (∑ X i )
2

4 × (−8,3451) − (20,2691) × (−1,7529)


β=
4 × 103,3472 − (20,2691) 2

β = 2,0970

c=
∑ X ∑ yi − ∑ X ∑ X Y
i
2
i i i

n∑ X − (∑ X )2 2
i 1

(103,3472 x − 1,9110) - (20,2691 x - 8,3451)


c =
4 x 103,3472 x (20,2691) 2

c =10,9327

c
α = Exp  
β 

 10,9327 
= Exp  
 2,0970 

= 183,7176

5.2.2.3. Uji Distribusi Weibull

Uji kecocokan distribusi dilakukan untuk menentukan apakah sebaran data

yang diamati telah sesuai dengan distribusi yang diharapkan. Pada penelitian ini

uji distribusi yang digunakan adalah uji Mann. Uji Mann berfungsi untuk menguji

distribusi weibull Dasar dari test adalah distribusi kumulatif dari contoh hasil

pengamatan, diharapkan mendekati distribusi yang sebenarnya. Pemilihan test

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
kolmogorov-smirnov karena merupakan uji non-parametrik. Pada dasarnya, jika

uji parametrik dan uji non parametrik dapat diterapkan untuk data yang sama,

maka uji non parametrik seharusnya dihindari dan sebaiknya digunakan uji

parametrik yang lebih efisien. Akan tetapi, karena asumsi normalitas seringkali

tidak dapat dijamin berlaku, dan juga karena hasil pengukuran tidak selalu bersifat

kuantitatif, maka para pakar statistika telah menyediakan sejumlah metode non

parametrik dan salah satunya adalah uji kolmogorov-smirnov.

Tahapan uji ini adalah :

Ho = Distibusi Weibull dua parameter

H1 = Hipotesa awal (Ho) salah

r −1
 Xi + 1 − Xi 
∑ 
i = ( r / 2 ) +1  Mi 

S = r −1
 Xi + 1 − Xi 
∑i =1 
 Mi 

Keterangan:

Xi = ln ti

r = Jumlah spare part yang rusak

r/2= bilangan bulat yang ≤ r / 2

Mi= Tabel

Sα = Tabel distribusi Weibull dua parameter

Ho akan diterima bila nilai Sα tes < Sα tabel dan sebaliknya bila Sα test >

Sα tabel maka Ho ditolak.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
5.2.2.3.1. Uji Kerusakan Distribusi Weibull Untuk Spare Part Bowl spindle.
Pn 67347-00

Pengujian kecocokan distribusi dengan tingkat kepercayaan 95 % dapat

dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

Ti = 106

Xi = ln (ti)

= ln (106)

= 4,6634

X (i + 1) – Xi = 4,9972 – 4,6634

= 0.3338

Mi = 1,0790 (nilai dari tabel distribusi weibull 2 parameter)

(X(i+1) – Xi) / Mi = 0,3338 / 1,0790

= 0,2901

Demikian selanjutnya untuk pehitungan pengujian distribusi weibull 2

parameter untuk komponen Bowl spindle. Pn 67347-00 dan hasilnya dapat dilihat

pada Tabel 5.10. dibawah ini:

Tabel 5.10. Uji Kerusakan Distribusi Weibull 2 parameter Untuk


Komponen Bowl Spindle. Pn 67347-00

TTF
n Xi Mi
No (Hari) X(i+1)-Xi X(i+1)-Xi/Mi
(event) =ln(ti) (tabel)
(ti)
1 1 106 4.6634 0.3338 1.1507 0.2901
2 2 148 4.9972 0.2706 0.7067 0.3830
3 3 194 5.2679 0.0503 0.6796 0.0740
4 4 204 5.3181
Total 20.2466 0,6547 2.5370

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Dari Tabel 5.10. diperoleh:

r −1
 Xi + 1 − Xi 
∑ 
i = ( r / 2 ) +1  Mi 

Stes = r −1
 Xi + 1 − Xi 
∑i =1 
 Mi 
 i = (4/2)+1

= (4/2)+1 = 3

0,0740
S tes =
0,2901 + .... + 0,0740

0,0740
S tes =
0,7470

S tes = 0.0990

Diketahui : Sα = 0,95 (dari tabel terlampir)

Maka Stes < Sα

Kesimpulan :

H0 = dapat diterima. Bowl Spindle. Pn 67347-00 berdistribusi weibull dua


parameter.

5.2.2.3.2. Uji Kerusakan Distribusi Weibull Untuk Spare Part Paring Disc,
Pn 528537-02

Pengujian kecocokan distribusi dengan tingkat kepercayaan 95 % dapat

dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

Ti = 118

Xi = ln (ti)

= ln (118)

= 4,7707

X (i + 1) – Xi = 4,8442 – 4,7707
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
= 0,0735

Mi = 1,1157 (nilai dari tabel distribusi weibull 2 parameter)

(X(i+1) – Xi) / Mi = 0,0735 / 1,1157 = 0,0659

Demikian selanjutnya untuk pehitungan pengujian distribusi weibull 2

parameter untuk komponen Paring Disc, Pn 528537-02 dan hasilnya dapat dilihat

pada Tabel 5.11. dibawah ini:

Tabel 5.11. Uji Kerusakan Distribusi Weibull 2 Parameter Untuk


Komponen Paring Disc, Pn 528537-02

TTF
n Xi Mi
2 (Hari) X(i+1)-Xi X(i+1)-Xi/Mi
(event) =ln(ti) (tabel)
(ti)
1 1 118 4.7707 0.0735 1.1157 0.0659
2 2 132 4.8442 0.0975 0.6454 0.1510
3 3 140 4.9416 0.0351 0.5324 0.0659
4 4 145 4.9767 0.1109 0.5833 0.1901
5 5 157 5.0876
Total 24.6208 0.3169 2.8768 0.4729

Dari Tabel 5.11. diperoleh:

r −1
 Xi + 1 − Xi 
∑ 
i = ( r / 2 ) +1  Mi 

Stes = r −1
 Xi + 1 − Xi 
∑i =1 
 Mi 

i = (5/2)+1

= (5/2)+1 = 3,5 ≈ 4

0,0659 + 0,1901
S tes =
0,0659 + .... + 0,1901

0,2559
S tes =
0,3939

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
S tes = 0,5413

Diketahui : Sα = 0,77 (dari tabel terlampir) Maka Stes < Sα

Kesimpulan :

H0 = dapat diterima Paring Disc, Pn 528537-02 berdistribusi weibull dua


parameter.

5.2.2.3.3. Uji Kerusakan Distribusi Weibull Untuk Spare Part Friction Pad
& Screw 76282 Lbg 4

Pengujian kecocokan distribusi dengan tingkat kepercayaan 95 % dapat

dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

Ti = 28

Xi = ln (Ti)

= ln (28)

= 3,3322

X (i + 1) – Xi = 3,8286 – 3,3322

= 0,4964

Mi = 1,0790 (nilai dari tabel distribusi weibull 2 parameter)

(X(i+1) – Xi) / Mi = 0,4964 / 1,0790

= 0,4600

Demikian selanjutnya untuk pehitungan pengujian distribusi weibull 2

parameter untuk komponen friction pad & screw 76282 Lbg 4 dan hasilnya dapat

dilihat pada Tabel 5.12. dibawah ini:

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Tabel 5.12. Uji Kerusakan Distribusi Weibull 2 Parameter Untuk
Komponen Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4

TTF
n Xi Mi
No (Hari) X(i+1)-Xi X(i+1)-Xi/Mi
(event) =ln(ti) (tabel)
(ti)

1 1 28 3,3322 0,4964 1.0790 0,4600


2 2 46 3,8286 0,3909 0.5916 0,6606
3 3 68 4,2195 0,3756 0.4428 0,8482
4 4 99 4,5951 0,1234 0.3872 0,3186
5 5 112 4,7185 0,1490 0.3878 0,3843
6 6 130 4,8675 0,5215 0.4807 1,0849
7 7 219 5,3891
Total 30,9506 2,0569 3.3691 3,7569

Dari Tabel 5.12. diperoleh:

r −1
 Xi + 1 − Xi 
∑ 
i = ( r / 2 ) +1  Mi 

Stes = r −1
 Xi + 1 − Xi 
∑i =1 
 Mi 
 i = (r/2)+1

= (7/2)+1 = 4,5 ≈ 5

0,3136 + ...... + 1,0849


S tes =
0,4600 + ...... + 1,0849

2,2876
S tes =
3,7570

S tes = 0.6089

Diketahui : Sα = 0,86 (dari tabel terlampir)

Maka Stes < Sα

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Kesimpulan :

H0 = dapat diterima, friction pad & screw 76282 Lbg 4 berdistribusi weibull

dua parameter

5.2.2.3.4. Uji Kerusakan Distribusi Weibull Untuk Spare Part Nozzle Q 1,60

mm, Pn 534149.83

Pengujian kecocokan distribusi dengan tingkat kepercayaan 95 % dapat

dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:

Ti = 82

Xi = ln (ti)

= ln (82)

= 4,4067

X (i + 1) – Xi = 5,0998 – (4,4067)

= 0,6931

Mi = 1,1507 (nilai dari tabel distribusi weibull 2 parameter)

(X(i+1) – Xi) / Mi = 0,6931 / 1,1507

= 0,6023

Demikian selanjutnya untuk pehitungan pengujian distribusi weibull 2

parameter untuk komponen Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83 dan hasilnya dapat

dilihat pada Tabel 5.13.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Tabel 5.13. Uji Kerusakan Distribusi Weibull 2 Parameter Untuk
Komponen Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83

TTF
n Xi Mi
No (Hari) X(i+1)-Xi X(i+1)-Xi/Mi
(event) =ln(ti) (tabel)
(ti)
1 1 82 4.406719 0.69315 1.15073 0.60236
2 2 164 5.099866 0.23767 0.70670 0.33631
3 3 208 5.337538 0.08741 0.67960 0.12862
4 4 227 5.42495
Total 681 20.26907 1.01823 1.06729

Dari Tabel 5.13. diperoleh:


r −1
 Xi + 1 − Xi 
∑ 
i = ( r / 2 ) +1  Mi 

Stes = r −1
 Xi + 1 − Xi 
∑i =1 
 Mi 

i = (r/2)+1

= (4/2)+1 = 3

0.1286
S tes =
0,6023 + ...... + 1,1286

0,1286
S tes =
1,0672

S tes = 0,1205

Diketahui : Sα = 0,95 (dari tabel terlampir)

Maka Stes < Sα

Kesimpulan :

H0 = dapat diterima, Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83 berdistribusi weibull


dua parameter

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
5.2.2.4. Penentuan Konsep Keandalan

Hal ini dilakukan dengan tujuan mengetahui nilai fungsi laju kerusakan dari

komponen kritis mesin Sludge separator sehingga dapat dipakai untuk

menentukan berapa jumlah persediaan yang dapat ditentukan untuk selang waktu

tersebut. Penentuan konsep keandalan didasari dari distribusi Weibull, dimana

parameter distibusi ini yang digunakan untuk menentukan nilai dari konsep

keandalan. Konsep keandalan terdiri atas empat bagian dan dapat ditentukan

sebagai berikut :

1. Fungsi Kepadatan Probabilitas

β −1
βt   t  β 
f (t ) =   exp  −  
α α   α  

2. Fungsi Distribusi Kumulatif

  t β 
F (t ) = 1 − exp −   
  α  

3. Fungsi Keandalan

  t β 
R(t ) = exp −   
  α  

4. Fungsi Laju Kerusakan

β −1
f (t ) β  t 
h(t ) = =  
R(t ) α  α 

Penentuan konsep keandalan komponen kritis mesin Sludge separator

didasarkan pada tingkat interval waktu kerusakan (TTF) yang terjadi selama dua

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
tahun (2006-2007) dan nilai parameter distribusi weibull untuk komponen kritis

kelas A.

5.2.2.4.1. Konsep Keandalan Bowl Spindle Pn 67347-00

Nilai komponen keandalan berdasarkan interval waktu kerusakan (TTF)

spare part selama dua tahun (2007-2008) dengan parameter distribusi Weibull.

β =3,2838 α =157,5905 c = 16,4938

Fungsi kepadatan probabilitas Bowl spindle Pn 67347-00 Yang

mengikuti distribusi weibull adalah

β −1
βt    t β 
f (t ) =   Exp −   
α α    α  

3,2838  106 
3, 2838 − 1
  106 3, 28384 
=   Exp −   
157,5905  157,5905    157,5905  

f(t) = 0,00642

Fungsi distribusi kumulatif komponen Bowl spindle Pn 67347-00 yang

mengikuti distribusi weibull adalah:

  t β 
F (t ) = 1− Exp −   
  α  
  106 3, 2383 
= 1− Exp −   
  157,5905  

= 0,2380

Fungsi keandalan komponen Bowl spindle Pn 67347-00 yang mengikuti

distribusi weibull adalah :

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
  t β 
R (t ) = Exp −   
  α  
  106 3, 23836 
= Exp −   
  157,5905  

= 0,7619

Fungsi laju kerusakan komponen Bowl spindle Pn 67347-00 yang

mengikuti distribusi weibull adalah :

β −1
f (t ) β  t 
h(t ) = =  
R(t ) α  α 
1, 5576 − 1
f 3,2383  106 
= =  
R 157,5905  157,5905 

= 0,00842

Dengan menggunakan persamaan-persamaan distas selanjutnya dilakukan

perhitungan masing-masing untuk fungsi kepadatan probabilitas, fungsi distribusi

kumulatif, fungsi keandalan, dan fungsi laju kerusakan komponen Bowl spindle

Pn 67347-00. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14. Nilai-nilai Fungsi Keandalan Komponen Bowl Spindle Pn


67347-00

No ti f(t) F(t) R(t) h(t)

1 3.5333 0.0064 0.2450 0.2381 0.0084

2 4.9333 0.0080 0.5688 0.5568 0.0181

3 6.4667 0.0046 0.8707 0.8618 0.0335

4 6.8000 0.0036 0.9104 0.9031 0.0376

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Berdasarkan nilai parameter yang diperoleh dari pengolahan data diatas

maka berikut ini dapat dilihat grafik distribusi weibull untuk fungsi kepadatan

probabilitas, fungsi distribusi kumulatif, fungsi keandalan, fungsi laju kerusakan

dari komponen Bowl spindle Pn 67347-00 seperti terlihat pada Gambar 5.2.

Fungsi Kepadatan Probabilitas

0.0100
0.0080
0.0060
f(t)

0.0040
0.0020
0.0000
106 148 194 204
Waktu (t)

Gambar 5.2. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Kepadatan


Probabilitas Komponen Bowl spindle Pn 67347-00

Fungsi Distribusi Kumulatif

1.0000
0.8000
0.6000
F(t)

0.4000
0.2000
0.0000
106 148 194 204
Waktu (t)

Gambar 5.3. Grafik distribusi Weibull Untuk Fungsi Distribusi


Kumulatif Komponen Bowl spindle Pn 67347-00
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Fungsi Keandalan

1.0000
0.8000
0.6000
R(t)

0.4000
0.2000
0.0000
106 148 194 204
Waktu (t)

Gambar 5.4. Grafik distribusi Weibull Untuk Fungsi Keandalan


Komponen Bowl spindle Pn 67347-00

Fungsi Laju Kerusakan

0.0800
0.0600
H(t)

0.0400
0.0200
0.0000
106 148 194 204
Waktu (t)

Gambar 5.5. Grafik distribusi Weibull Untuk Fungsi Distribusi


Kumulatif Komponen Bowl spindle Pn 67347-00

Pengukuran tingkat keandalan distribusi Weibull pada interval waktu satu

tahun, dengan rata-rata waktu operasi mesin sebelum mesin mengalami kerusakan

(TTF) 106 hari.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
1. Fungsi Kepadatan Probabilitas

f (t ) = 0,0064 /tahun

1. Fungsi Distribusi Kumulatif

F (t ) = 0,2450 / tahun

2. Fungsi Keandalan

R(t ) = 0,2381 / tahun

3. Fungsi Laju Kerusakan

h(t ) = 0,0084 / tahun

5.2.2.4.2. Konsep Keandalan Paring Disc, Pn 528537-02.

Nilai komponen keandalan berdasarkan interval waktu kerusakan (TTF)

spare part selama dua tahun (2007-2008) dengan parameter distribusi Weibull.

β =2,1253 α =94,0098 c = 12,0609

Fungsi kepadatan probabilitas Paring Disc, Pn, 5285537-02Yang

mengikuti distribusi weibull adalah

β −1
βt    t β 
f (t ) =   Exp −   
α α    α  

2,1253  106 
2 ,1253 − 1
  106  2,1253 
=   Exp −   
94,0098  94,0098    94,0098  

f(t) = 0,0028

Fungsi distribusi kumulatif komponen Paring Disc, Pn 528537-02 yang

mengikuti distribusi weibull adalah:

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
  t β 
F (t ) = 1 − Exp −   
  α  
  106  2,1253 
= 1 − Exp −   
  94,0098  

= 0,8023

Fungsi keandalan komponen Paring Disc, Pn 528537-02 yang mengikuti

distribusi weibull adalah :

  t β 
R(t ) = Exp −   
  α  
  106  3, 23836 
= Exp −   
  94,0098  

= 0,1977

Fungsi laju kerusakan komponen Paring Disc, Pn 528537-02 yang

mengikuti distribusi weibull adalah :

β −1
f (t ) β  t 
h(t ) = =  
R(t ) α  α 
2 ,1253 − 1
f 2,1253  106 
= =  
R 94,0098  94,0098 

= 0,0140

Dengan menggunakan persamaan-persamaan diatas selanjutnya dilakukan

perhitungan masing-masing untuk fungsi kepadatan probabilitas, fungsi distribusi

kumulatif, fungsi keandalan, dan fungsi laju kerusakan komponen Paring Disc, Pn

528537-02. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 5.15.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Tabel 5.15. Nilai-nilai Fungsi Keandalan Komponen Paring Disc, Pn
528537-02

No ti f(t) F(t) R(t) h(t)


1 3.9333 0.0028 0.8023 0.1977 0.0140
2 4.4000 0.0031 0.8722 0.1278 0.0239
3 4.6666 0.0029 0.9028 0.0972 0.0301
4 4.8333 0.0028 0.9189 0.0811 0.0342
5 5.2333 0.0023 0.9489 0.0511 0.0446

Berdasarkan nilai parameter yang diperoleh dari pengolahan data diatas

maka berikut ini dapat dilihat grafik distribusi weibull untuk fungsi kepadatan

probabilitas, fungsi distribusi kumulatif, fungsi keandalan, fungsi laju kerusakan

dari komponen Paring Disc, Pn 528537-02 sebagai berikut:

Fungsi Distribusi Probabilitas

0.0040
0.0035
0.0030
f(t)

0.0025
0.0020
0.0015
0.0010
118 132 140 145 157
Waktu (ti)

Gambar 5.6. Grafik distribusi Weibull Untuk Fungsi Distribusi


Kumulatif Komponen Paring Disc, Pn 528537

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Fungsi Distribusi Kumulatif

1.0000

0.9500
F(t)

0.9000

0.8500

0.8000
118 132 140 145 157
Waktu (ti)

Gambar 5.7. Grafik distribusi Weibull Untuk Fungsi Distribusi


Kumulatif Komponen Paring Disc, Pn 528537-02

Fungsi Keandalan

0.2000

0.1500
R(t)

0.1000

0.0500

0.0000
118 132 140 145 157
Waktu (ti)

Gambar 5.8. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Laju Keandalan


Komponen Paring Disc, Pn 528537-02

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Fungsi Laju Kerusakan

0.1000
0.0800
0.0600
H(t)

0.0400
0.0200
0.0000
118 132 140 145 157
Waktu (ti)

Gambar 5.9. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Laju Kerusakan


Komponen Bowl spindle Pn 67347-00

Pengukuran tingkat keandalan distribusi Weibull pada interval waktu satu

tahun, dengan rata-rata waktu operasi mesin sebelum mesin mengalami kerusakan

(TTF) 118 hari.

1. Fungsi Kepadatan Probabilitas

f (t ) = 0,0028 /tahun

2. Fungsi Distribusi Kumulatif

F (t ) = 0,8023 / tahun

3. Fungsi Keandalan

R (t ) = 0,1977 / tahun

4. Fungsi Laju Kerusakan

h(t ) = 0,0140 / tahun

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
5.2.2.4.3. Konsep Keandalan Friction pad & screw 76282 Lbg 4

Nilai komponen keandalan berdasarkan interval waktu kerusakan (TTF)

spare part selama dua tahun (2007-2008) dengan parameter distribusi Weibull.

β =1,5576 α =81,5797 c = -6,4572

Fungsi kepadatan probabilitas friction pad & screw 76282 Lbg 4 Yang

mengikuti distribusi weibull adalah

β −1
βt    t β 
f (t ) =   Exp −   
α α    α  

1,5576  28 
1, 5576 − 1
  28 1,5576 
=   Exp −   
81,5797  81,5797    81,5797  

F(t) = 0,8272

Fungsi distribusi kumulatif komponen friction pad & screw 76282 Lbg 4

yang mengikuti distribusi weibull adalah:

  28  β 
F (t ) = 1 − Exp −   
  α  
  28 1,5576 
= 1 − Exp −   
  81,5797  

= 0,1722

Fungsi keandalan komponen friction pad & screw 76282 Lbg 4 yang

mengikuti distribusi weibull adalah :

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
  t β 
R (t ) = Exp −   
  α  
  28 1,5576 
= Exp −   
  81,5797  

= 0,0,8277

Fungsi laju kerusakan komponen friction pad & screw 76282 Lbg 4 yang

mengikuti distribusi weibull adalah :

β −1
f (t ) β  t 
h(t ) = =  
R(t ) α  α 
1, 5576 − 1
f 1,5576  28 
= =  
R 81,5797  81,5797 

= 0,0105

Dengan menggunakan persamaan-persamaan diatas selanjutnya dilakukan

perhitungan masing-masing untuk fungsi kepadatan probabilitas, fungsi distribusi

kumulatif, fungsi keandalan, dan fungsi laju kerusakan komponen friction pad &

screw 76282 Lbg 4. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 5.16.

Tabel 5.16. Nilai-nilai Fungsi Keandalan Komponen Friction Pad &


Screw 76282 Lbg 4

No ti f(t) F(t) R(t) h(t)


1 0,9333 0.0087 0.1722 0.8277 0.0105
2 1,5333 0.0092 0.3361 0.6638 0.0138
3 2,2667 0.0081 0.5290 0.4709 0.0172
4 3,3000 0.0055 0.7412 0.2587 0.0212
5 3,7333 0.0044 0.8056 0.1943 0.0227
6 4,3333 0.0031 0.8733 0.1266 0.0247
7 7,3000 0.0003 0.9904 0.0095 0.0331

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Berdasarkan nilai parameter yang diperoleh dari pengolahan data diatas

maka berikut ini dapat dilihat grafik distribusi weibull untuk fungsi kepadatan

probabilitas, fungsi distribusi kumulatif, fungsi keandalan, fungsi laju kerusakan

dari komponen friction pad & screw 76282 Lbg 4 sebagai berikut.

Fungsi Distribusi Probabiltas

0.01
0.009
0.008
0.007
0.006
f(t) 0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
28 46 68 99 112 130 219
Waktu (ti)

Gambar 5.10. Grafik Distribusi Weibull Untuk Laju Kepadatan


Komponen Friction Pad & screw 76282 Lbg 4

Fungsi Distribusi Kumulatif

1.2

0.8

F(t) 0.6

0.4

0.2

0
28 46 68 99 112 130 219
Waktu (ti)

Gambar 5.11. Grafik distribusi Weibull Untuk Fungsi Distribusi


Kumulatif Komponen Friction Pad & screw 76282 Lbg
4
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Fungsi Keandalan

0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
R(t)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
28 46 68 99 112 130 219
Waktu (ti)

Gambar 5.12. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Laju Keandalan


Komponen Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4

Fungsi Laju Kerusakan

0.035
0.03
0.025
0.02
H(t)
0.015
0.01
0.005
0
28 46 68 99 112 130 219
Waktu (ti)

Gambar 5.13. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Laju Kerusakan


Komponen Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Pengukuran tingkat keandalan distribusi Weibull pada interval waktu satu

tahun, dengan rata-rata waktu operasi mesin sebelum mesin mengalami kerusakan

(TTF) 28 hari.

1. Fungsi Kepadatan Probabilitas

f (t ) = 0,0087 /tahun

2. Fungsi Distribusi Kumulatif

F (t ) = 0,1722 / tahun

3. Fungsi Keandalan

R (t ) = 0,8277 / tahun

4. Fungsi Laju Kerusakan

h(t ) = 0,0105 / tahun

5.2.2.4.4. Konsep Keandalan Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83

Nilai komponen keandalan berdasarkan interval waktu kerusakan (TTF)

spare part selama dua tahun (2007-2008) dengan parameter distribusi Weibull.

β =2,0970 α =183,7176 c = 10,9327

Fungsi kepadatan probabilitas Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83 Yang

mengikuti distribusi weibull adalah

β −1
βt    t β 
f (t ) =   Exp −   
α α    α  

2,0970  106 
2 , 0970 − 1
  106  2, 0970 
=   Exp −   
183,7176  183,7176    183,7176  

f(t) = 0,0045
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Fungsi distribusi kumulatif komponen Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83

yang mengikuti distribusi weibull adalah:

  t β 
F (t ) = 1 − Exp −   
  α  
  108  2, 0970 
= 1 − Exp −   
  183,7176  

= 0,2706

Fungsi keandalan komponen Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83 yang

mengikuti distribusi weibull adalah :

  t β 
R(t ) = Exp −   
  α  
  108  2, 0970 
= Exp −   
  183,7176  

= 0,7293

Fungsi laju kerusakan komponen Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83

yang mengikuti distribusi weibull adalah :

β −1
f (t ) β  t 
h(t ) = =  
R (t ) α  α 
2 , 0970 − 1
f 2,0970  108 
= =  
R 183,7176  183,7176 

= 0,0062

Dengan menggunakan persamaan-persamaan diatas selanjutnya dilakukan

perhitungan masing-masing untuk fungsi kepadatan probabilitas, fungsi distribusi

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
kumulatif, fungsi keandalan, dan fungsi laju kerusakan komponen Nozzle Q 1,60

mm, Pn 534149.83. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 5.17.

Tabel 5.17. Nilai-nilai Fungsi Keandalan Komponen Nozzle Q 1,60


mm, Pn 534149.83

No ti f(t) F(t) R(t) h(t)

1 4.406719 0.0046 0.2706 0.7294 0.0062

2 5.099866 0.0048 0.4703 0.5297 0.0090

3 5.337538 0.0039 0.6740 0.3260 0.0121

4 5.42495 0.0037 0.7122 0.2878 0.0128

5 4.406719 0.0046 0.2706 0.7294 0.0062

Berdasarkan nilai parameter yang kita peroleh dari pengolahan data diatas

maka berikut ini dapat kita lihat grafik distribusi weibull untuk fungsi kepadatan

probabilitas, fungsi distribusi kumulatif, fungsi keandalan, fungsi laju kerusakan

dari komponen Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83 sebagai berikut:

Fungsi Distribusi Probabilitas

0.0050

0.0045
f(t)

0.0040

0.0035

0.0030
1 2 3 4
Waktu (t)

Gambar 5.14. Grafik Distribusi Weibull Untuk Laju Kepadatan


Komponen Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Fungsi Distribusi Kumulatif

0.8000
0.7000
0.6000
0.5000
F(r

0.4000
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
106 148 194 204
Waktu (ti)

Gambar 5.15. Grafik distribusi Weibull Untuk Fungsi Distribusi


Kumulatif Komponen Q 1,60 mm, Pn 534149.83

Fungsi Keandalan

0.8000
0.7000
0.6000
F(t)

0.5000
0.4000
0.3000
0.2000
1 2 3 4
Waktu (ti)

Gambar 5.16. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Laju


Keandalan Komponen Q 1,60 mm, Pn 534149.83

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Fungsi Laju Kerusakan

0.0140

0.0120

0.0100
H(t)

0.0080

0.0060

0.0040
1 2 3 4
Waktu (t)

Gambar 5.17. Grafik Distribusi Weibull Untuk Fungsi Laju


Kerusakan Komponen Friction Pad & Screw
76282 Lbg 4

Pengukuran tingkat keandalan distribusi Weibull pada interval waktu satu

tahun, dengan rata-rata waktu operasi mesin sebelum mesin mengalami kerusakan

(TTF) 82 hari.

1. Fungsi Kepadatan Probabilitas

f (t ) = 0,0046 unit/tahun

2. Fungsi Distribusi Kumulatif

F (t ) = 0,2706 unit / tahun

3. Fungsi Keandalan

R(t ) = 0,7294 unit / tahun

4. Fungsi Laju Kerusakan

h(t ) = 0,0062 unit / tahun

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
5.2.2.5. Jumlah Kebutuhan Komponen

Jumlah kebutuhan komponen kritis sludge separator didasarkan pada

tingkat laju kerusakan yang dialami oleh masing-masing komponen kritis dalam

jangka waktu satu tahun. Laju kerusakan untuk masing-masing komponen kritis

dianggap konstan.

5.2.2.5.1. Jumlah Kebutuhan Untuk Bowl Spindle, Pn 67347-00.

Dengan melihat fungsi laju kepadatan probabilitas kerusakan komponen

Bowl Spindle, Pn 67347-00, peluang terjadinya kerusakan terbesar terjadi pada

selang waktu rata-rata. Untuk menentukan kebutuhan Bowl Spindle, Pn 67347-00

selama satu tahun ditentukan berdasarkan pada nilai laju kerusakan rata-ratanya

dengan menggunakan selang waktu antar kerusakan rata-rata.

Selang waktu antar kerusakan rata-rata adalah:

106 + 148 + 194 + 204


4

652
=
4

=163

Laju kerusakan selama selang waktu t = 163

λ=
(t / α )β
t

=
(163 / 157,0959 )
3, 2838

163

= 0,0068 / hari

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Rata-rata terjadinya kerusakan selama satu tahun adalah sebagai berikut:

selama dua tahun terakhir dari Tabel 5.3 terjadi kerusakan sebanyak empat kali

jadi rata-rata tiap tahunnya adalah 2.

Jumlah komponen Bowl Spindle, Pn 67347-00 pada mesin sludge

separator dibutuhkan sebanyak 1 unit. Jadi ekspektasi kebutuhan komponen Bowl

Spindle, Pn 67347-00 selama satu tahun adalah:

DT = 2 x 0.0068 x 360

= 2.4 ≈ 3 unit.

5.2.2.5.2. Jumlah Kebutuhan Untuk Paring Disc, Pn 528537-02.

Dengan melihat fungsi laju kepadatan probabilitas kerusakan komponen

Paring Disc, Pn 528537-02 peluang terjadinya kerusakan terbesar terjadi pada

selang waktu rata-rata. Untuk menentukan kebutuhan Paring Disc, Pn 528537-02

selama satu tahun ditentukan berdasarkan pada nilai laju kerusakan rata-ratanya

dengan menggunakan selang waktu antar kerusakan rata-rata.

Selang waktu antar kerusakan rata-rata adalah:

118 + 132 + 140 + 145 +157


5

632
=
5

= 138,4

Laju kerusakan selama selang waktu t = 4,7807

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
λ=
(t / α )β
t

=
(138,4 / 94,0098)2,1253
138,4

= 0,0018 / hari

Rata-rata terjadinya kerusakan selama satu tahun adalah sebagai berikut:

selama dua tahun terakhir dari Tabel 5.3 terjadi kerusakan sebanyak lima kali jadi

rata-rata tiap tahunnya adalah 2,5.

Jumlah komponen Paring Disc, Pn 528537-02 pada mesin sludge

separator dibutuhkan sebanyak 1 unit. Jadi ekspektasi kebutuhan komponen

Paring Disc, Pn 528537-02 selama satu tahun adalah:

Q = 2,5 x 0,0018 x 360

= 1,62 ≈ 2 unit.

5.2.2.5.3. Jumlah Kebutuhan Untuk friction pad & screw 76282 Lbg 4

Dengan melihat fungsi laju kepadatan probabilitas kerusakan komponen

friction pad & screw 76282 Lbg 4 peluang terjadinya kerusakan terbesar terjadi

pada selang waktu rata-rata. Untuk menentukan kebutuhan friction pad & screw

76282 Lbg 4 selama satu tahun ditentukan berdasarkan pada nilai laju kerusakan

rata-ratanya dengan menggunakan selang waktu antar kerusakan rata-rata.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Selang waktu antar kerusakan rata-rata adalah:

28 + 46 + 68 + 99 +112 +130 + 219


7

596
=
7

= 85,1428

Laju kerusakan selama selang waktu t = 85,1428

(t / α )β
λ=
t

(85,1428 / 81,5797 )1,5576


=
138,4

= 0,0033 / hari

Rata-rata terjadinya kerusakan selama satu tahun adalah sebagai berikut:

selama dua tahun terakhir dari Tabel 5.3 terjadi kerusakan sebanyak tujuh kali jadi

rata-rata tiap tahunnya adalah 3,5.

Jumlah komponen friction pad & screw 76282 Lbg 4 pada mesin sludge

separator dibutuhkan sebanyak 1 unit (4 set). Jadi ekspektasi kebutuhan

komponen friction pad & screw 76282 Lbg 4 selama satu tahun adalah:

DT = 3,5 x 0,0033 x 360

= 4,158 ≈ 4 unit.

5.2.2.5.4. Jumlah Kebutuhan Untuk Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83

Dengan melihat fungsi laju kepadatan probabilitas kerusakan komponen

Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83 peluang terjadinya kerusakan terbesar terjadi


Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
pada selang waktu rata-rata. Untuk menentukan kebutuhan Nozzle Q 1,60 mm, Pn

534149.83 selama satu tahun ditentukan berdasarkan pada nilai laju kerusakan

rata-ratanya dengan menggunakan selang waktu antar kerusakan rata-rata.

Selang waktu antar kerusakan rata-rata adalah:

82 + 164 + 208 + 227


4

681
=
4

= 170,25

Laju kerusakan selama selang waktu t = 170,25

λ=
(t /α )
β

=
(170,25 / 165,9897 )2,09706
170,25

= 0,0034 / hari

Rata-rata terjadinya kerusakan selama satu tahun adalah sebagai berikut:

selama dua tahun terakhir dari Tabel 5.3 terjadi kerusakan sebanyak empat kali

jadi rata-rata tiap tahunnya adalah 2.

Jumlah komponen Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83 pada mesin sludge

separator dibutuhkan sebanyak 1 unit (8 set). Jadi ekspektasi kebutuhan

komponen Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83 selama satu tahun adalah:

DT = 2 x 0,0034 x 360

= 2,448 ≈ 3 unit.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Bab ini memuat perencanaan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam

memecahkan masalah serta menganalisis hasil pengukuran, perhitungan

persediaan dengan pendekatan metode reliability.

6.1. Analisis Data Kerusakan Spare part

Berdasarkan penentuan komponen kritis dengan metode ABC dan analisis

Pareto pada mesin sludge separator, komponen yang memiliki investasi biaya

terbesar (komponen kritis kelas A) ada empat komponen yaitu Bowl Spindle. Pn

67347-00, Paring disc. Pn 528537-02, Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4 dan

Nozzle Q 1,60 mm. Pn 534149.83 dengan persentase total nilai penggunaan biaya

mencapai 59,9524 %. Data yang digunakan untuk menentukan laju kerusakan

pada spare part adalah data interval waktu kerusakan (TTF), yang dianggap yang

dijadikan dasar dalam menentukan perkiraan kebutuhan suku cadang dalam satu

tahun.

Untuk mengetahui apakah data kerusakan telah sesuai dengan distribusi

laju kerusakan (distribusi weibull) dilakukan uji distribusi dengan uji Mann.

Berdasarkan uji distribusi, semua data interval waktu kerusakan komponen kritis

mesin sludge separator sesuai dengan distribusi laju kerusakan. Uji distribusi

dapat dilihatat pada Tabel 6.1.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Tabel 6.1. Hasil Uji Distribusi Spare Part Mesin Sludge Separator

n Kesimpulan
No Nama Sparepart S test S tabel
(event) (Ho)
1. Bowl Spindle. Pn 67347-00 4 0,090 0,76 Diterima
2. Paring disc. Pn 528537-02 5 05413 0,86 Diterima
3. Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4 7 0,6089 0,80 Diterima
4. Nozzle Q 1,60 mm. Pn 534149.83 4 0,5580 0,76 Diterima

Dari hasil uji distribusi dengan Mann Test dengan nilai tingkat kepercayaan

(α) adalah 95% memperlihatkan bahwa semua data mengikuti distribusi

kerusakan yaitu distribusi weibull.

6.2. Analisis Parameter Distribusi Kerusakan

Pada penelitian distribusi kerusakan yang dipakai adalah distibusi weibull.

Pada distribusi ini terdapat parameter–parameter yang berguna untuk menentukan

bagaimana kondisi serta jenis kerusakan yang dialami oleh spare part. Parameter

α (parameter umur), β (parameter bentuk). Pada Tabel 6.2. akan diperlihatkan

hasil parameter distribusi kerusakan weibull.

Tabel 6.2. Nilai Parameter Distribusi Spare Part Mesin Sludge Separator

β Kesimpulan
No Nama Spare part α
Bentuk Feilures
1. Bowl Spindle. Pn 67347-00 15,5905 3,2838 β >1 Wear-out
2. Paring disc. Pn 528537-02 96,2944 2,6546 β >1 Wear-out
3. Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4 81,5797 1,5576 β >1 Wear-out
4. Nozzle Q 1,60 mm. Pn 534149.83 183,7176 2,0970 β >1 Wear-out

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Berdasarkan Tabel 6.2 semua spare part jenis kerusakan wear out ini

( β >1) menunjukkan bahwa laju kerusakan meningkat seiring dengan

bertambahnya umur komponen.

6.3. Analisis Keandalan Spare Part

Keandalan adalah probabilitas suatu sistem dapat berkerja dengan baik pada

kondisi tertentu dan waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan perhitungan

dengan data waktu kerusakan diperoleh. Dari hasil perhitungan keandalan maka

akan diperoleh suatu fungsi laju kerusakan sehingga dapat ditentukan berapa

persediaan optimal yang dibutuhkan selama satu tahun seperti pada Tabel 6.3.

Tabel 6.3. Analis Keandalan Untuk Persediaan Optimal per Tahun


Pemakaian Laju Persediaan
Keandalan
No Nama Spare part Per Tahun Kerusakan Optimal/tahun
R(t)
(Unit) h(t) (Q) (Unit)
1. Bowl Spindle. Pn 67347-00 2 0,2381 0,0084 3
2. Paring disc. Pn 528537-02 2 0,1977 0,0239 2
3. Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4 3 0,8277 0,0105 4
4. Nozzle Q 1,60 mm. Pn 534149.83 2 0,7294 0.0062 3

Untuk dapat mengatasi kebutuhan masing-masing spare part perlu dibuat

suatu sistem persediaan untuk memenuhi kebutuhan dari spare part yang

mengalami kerusakan. Dari Tabel 6.3 diatas dapat dilihat bahwa laju kerusakan

pada selang berapa peluang terjadinya kerusakan yang tinggi. Ternyata ketika

selang waktu yang kecil atau mendekati nol maka probabilitas atau peluang

kerusakannya akan semakin kecil pula atau menuju nol, dan ketika selang waktu

semakin besar atau mendekati nilai β maka peluangnya semakin kecil dan menuju

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
nol juga. Jadi dari tabel diatas peluang terjadinya kerusakan kecil pada selang

waktu nol, meningkat pada selang waktu rata-rata dan kemudian menurun kembali

pada selang waktu mendekati β (bertambah besar) peluang terjadinya kerusakan

mendekati distribusi normal.

Untuk fungsi laju keandalan tiap komponen dibawah 0,9 dan menurun

seiring bertambahnya waktu. Ketidakandalan terjadi karena adanya kerusakan

maka agar kerusakan dapat segera maka komponen di gudang harus selalu

tersedia maka perlu adanya sistem persediaan.

6.4. Analisis Pemesanan Optimal dan Titik Pemesanan Kembali

Berdasarkan nilai biaya simpan, ongkos pemesanan dan jumlah kebutuhan

barang/tahun dapat ditentukan berapa jumlah pemesanan (Q*) dan pemesanan

kembali (r) barang yang optimal dari segi biaya untuk masing-masing spare part.

6.4.1. Bowl Spindle, Pn 67347-00.

1. Menentukan ongkos simpan untuk Bowl Spindle, Pn 67347-00 setiap tahun.

Ongkos simpan meliputi fasilitas gudang, pajak dan asuransi, pemindahan

sebesar 12 % dan pencatatan barang bunga atas modal tertanam dan

depresiasi sebesar 4 %. Besar ongkos simpan Bowl Spindle, Pn 67347-00

adalah: 16% x Rp. 6.000.000 = Rp. 960.000,-

2. Ongkos pemesanan untuk setiap spare part: Rp. 62.000,-

3. Jumlah permintaan per tahun (A) 2 unit

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Berdasarkan biaya tersebut maka besarnya pemesanan untuk Bowl Spindle,

Pn 67347-00 dalam satu tahun:

2 * AP
Q* =
C

2 * (2)( Rp. 62.000)


Q* =
Rp. 960.000

Q* = 0,25833

Q* = 0,5082 ≈ 1 unit / pesan

Pemesanan kembali dilakukan (reorder point)

r = ( A / hari ker ja / tahun) * LT

r = (2 unit / 360) * 3 hari

r = 1 unit

Pemesanan dilakukan ketika sisa persediaan yang ada di gudang tinggal 1

unit lagi.

6.4.2. Paring Disc, Pn 528537-02

1. Menentukan ongkos simpan untuk Paring Disc, Pn 528537-02 setiap

tahun. Ongkos simpan meliputi fasilitas gudang, pajak dan asuransi,

pemindahan dan pencatatan barang bunga atas modal tertanam dan

depresiasi. Besar ongkos simpan Paring Disc, Pn 528537-02 adalah: 16%

x Rp. 4.000.000 = Rp. 640.000,-

2. Ongkos pemesanan untuk setiap spare part: Rp. 62.000,-

3. Jumlah permintaan per tahun (A) 2 unit


Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Berdasarkan biaya tersebut maka besarnya pemesanan untuk spare part

Paring Disc, Pn 528537-02dalam satu tahun:

2 * AP
Q* =
C

2 * (2)( Rp. 62.000)


Q* =
Rp. 640.000

Q* = 0,3875

Q* = 0,6224 = 1 unit / pesan

Pemesanan kembali dilakukan (reorder point)

r = ( A / hari ker ja / tahun) * LT

r = (2 unit / 360) * 3 hari

r = 1 unit

Pemesanan dilakukan ketika sisa persediaan yang ada di gudang tinggal 1


unit lagi.

6.4.3. Komponen friction pad & screw 76282 Lbg 4

Menentukan ongkos simpan untuk friction pad & screw 76282 Lbg 4

setiap tahun. Ongkos simpan meliputi fasilitas gudang, pajak dan asuransi,

pemindahan dan pencatatan barang bunga atas modal tertanam dan depresiasi.

Besar ongkos simpan friction pad & screw 76282 Lbg 4

1. Menentukan ongkos simpan untuk friction pad & screw 76282 Lbg 4

setiap tahun. Ongkos simpan meliputi fasilitas gudang, pajak dan asuransi,

pemindahan dan pencatatan barang bunga atas modal tertanam dan


Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
depresiasi. Besar ongkos simpan Paring Disc, Pn 528537-02 adalah: 18%

x Rp. 2.840.000 = Rp. 81.760,-

2. Ongkos pemesanan untuk setiap spare part: Rp. 62.000,-

3. Jumlah permintaan per tahun (A) 4 unit

Berdasarkan biaya tersebut maka besarnya pemesanan untuk spare part

friction pad & screw 76282 Lbg 4 dalam satu tahun:

2 * AP
Q* =
C

2 * (4)( Rp. 62.000)


Q* =
Rp. 511.200

Q* = 6,0665

Q* = 2,4630 = 3 unit / pesan

Pemesanan kembali dilakukan (reorder point)

r = ( A / hari ker ja / tahun) * LT

r = (2 unit / 360) * 3 hari

r = 1 unit

Pemesanan dilakukan ketika sisa persediaan yang ada di gudang tinggal 1


unit lagi.

6.4.4. Komponen Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83

4. Menentukan ongkos simpan untuk Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83

setiap tahun. Ongkos simpan meliputi fasilitas gudang, pajak dan asuransi,

pemindahan dan pencatatan barang bunga atas modal tertanam dan

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
depresiasi. Besar ongkos simpan Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.83

adalah: 16% x Rp. 4.640.000 = Rp. 742.000,-

5. Ongkos pemesanan untuk setiap spare part: Rp. 62.000,-

6. Jumlah permintaan per tahun (A) 2 unit

Berdasarkan biaya tersebut maka besarnya pemesanan untuk spare part

Nozzle Q 1,60 mm, Pn 534149.8 dalam satu tahun:

2 * AP
Q* =
C

2 * (2)( Rp. 62.000)


Q* =
Rp. 742.000

Q* = 0,3340

Q* = 0,5779 ≈ 1 unit / pesan

Pemesanan kembali dilakukan (reorder point)

r = ( A / hari ker ja / tahun) * LT

r = (2 unit / 360) * 3 hari

r = 1 unit

Pemesanan dilakukan ketika sisa persediaan yang ada di gudang tinggal 1

unit lagi.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
6.4. Tabel Persediaan Selama Lead time Untuk Pemesanan Kembali
Jumlah
Ongkos
Kebutuhan Harga Biaya Simpan
Pemesanan Q* r
No Nama Spare Part Barang /Unit (18%*Harga/Unit)
/Pesanan (Unit) (Unit)
/Tahun (Rp) (Rp)
(Rp)
(Unit)
Bowl Spindle. Pn
1 2 6.000.000 960.000 62.000 1 1
67347-00
Paring disc. Pn
2. 2 4.000.000 640.000 62.000 1 1
528537-02
Friction Pad &
3. 4 2.840.000 511.200 62.000 3 1
Screw 76282 Lbg 4
Nozzle Q 1,60 mm.
4. 2 4.640.000 742.000 62.000 1 1
Pn 534149.83

Untuk pemesanan kembali (r) ditentukan berdasarkan lamanya lead time.

Dalam hal ini lead time untuk pemesanan selama 3 hari.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada Bab V maka

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan metode ABC yang dianalisis dengan diagram pareto ditentukan

komponen kritis untuk spare part mesin sludge separator yang akan ditentukan

persediaannya selama satu tahun. Dari daftar kerusakan maka ada empat spare

part yang merupakan komponen kritis, yaitu: Bowl Spindle. Pn 67347-00,

Paring disc. Pn 528537-02, Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4, Nozzle Q 1,60

mm. Pn 534149.83.

2. Berdasarkan analisis reliability/ keandalan dengan menggunakan konsep nilai

tengah, semua nilai tengah nilai keandalan memiliki nilai yang terus menurun

seiring dengan bertambahnya waktu. Dengan menurunnya tingkat keandalan

menunjukkan bahwa mesin akan mengalami kerusakan pada waktu yang akan

datang. Untuk itu perlu dilakukan persediaan untuk memenuhi kebutuhan spare

part kelas A bila terjadi kerusakan.

3. Berdasarkan perhitungan nilai keandalan interval waktu kerusakan maka

diperoleh nilai parameter-parameter distribusi Weibull, untuk Bowl Spindle. Pn

67347-00 nilai parameternya : β = 3,2838 (parameter bentuk), α = 15,5905

(parameter skala/umur); nilai parameter Paring disc. Pn 528537-02 : β = 2,6546

α = 96,2944; nilai parameter Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4 : β = 1,5576, α

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
= 81,5797 ;nilai parameter Nozzle Q 1,60 mm. Pn 534149.83 : β = 2,0970 , α =

183,7176.

4. Berdasarkan uji distribusi Weibull dengan Mann test semua nilai komponen

kritis diterima sebagai distribusi Weibull (Stest<Stabel).

5. Berdasarkan komponen kritis yang telah ditentukan dengan metode ABC

dikaitkan dengan nilai fungsi laju kerusakan pada metode reliability maka

jumlah persediaan untuk komponen kritis selama periode waktu satu tahun

dapat ditentukan yaitu: persediaan Bowl Spindle. Pn 67347-00 sebanyak 3

unit, Paring disc. Pn 528537-02 sebanyak 2 unit, Friction Pad & Screw 76282

Lbg 4 sebanyak 4 unit, Nozzle Q 1,60 mm. Pn 534149.83 sebanyak 3 unit

setiap tahunnya.

6. Pemesanan persediaan (Q*) dan titik pemesanan kembali (r) untuk masing-

masing spare part dalam satu kali pesan adalah Bowl Spindle. Pn 67347-00

sebanyak Q*=1 unit/pesan, r =1 unit, Paring disc. Pn 528537-02 sebanyak

Q*= 1 unit/pesan, r = 1 unit, Friction Pad & Screw 76282 Lbg 4 sebanyak

Q*= 3 unit/pesan, r = 1 unit, dan Nozzle Q 1,60 mm. Pn 534149.83 sebanyak

Q*= 1 unit/pesan, r = 1 unit setiap tahunnya.

7.2 Saran

1. Perlu dilakukannya preventive maintenance dengan menggunakan metode

keandalan (reliability) dalam perusahaan terutama untuk perawatan mesin

dan peralatan di lantai produksi yang dapat berguna dalam memperkirakan

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
sejauh mana kondisi sparepart yang beroperasi dapat berfungsi dengan

baik.

2. Pencatatan yang lebih teliti perlu dilakukan untuk dapat mengetahui nilai

reliability suku cadang yang baik yang dapat dipergunakan untuk

menentukan jumlah kebutuhan suku cadang pada periode tertentu.

3. Analisis keandalan perlu dilakukan umtuk mengetahui sejauh mana kondisi

suatu mesin apakah mesin tersebut masih handal atau tidak. Dengan analisa

keandalan, yang berkaitan erat dengan penentuan kebutuhan komponen

berdasarkan laju kerusakannya, maka dapat ditentukan kebutuhan spare part

per tahunnya.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. Prof. Dr, “Prosedur Penelitian”, Penerbit Rineka Cipta, Revisi IV,

Jakarta, 1998.

Assauri, Sofjan,.”Manajemen Produksi”, LPFE, Universitas Indonesia, Edisi Ke

IV, Jakarta, 1993.

Govil, A. K, “Realibility Engineering”, Mc. Graw Hill Publishing Co, New

Delhi,1993

Corder, Antony & Hadi, Kusnul, “Teknik Manajemen Pemeliharaan”, Penerbit

Erlangga, Jakarta, 1992.

Kapur, K.C., and Lamberson.,L., R., “Reliability in Engineering Design”.,

Department Of Industrial Engineering And Operation Research Wayne

State University Detroit, John Wiley & Sons, New York, 1977.

Richard, E. Kopelman, “Improving Productivity And Effectiveness” Perntice Hall,

Inc New Jersey, 1983.

Walpole, RE, “Probability and Staticsfor Engineering & Scientists, Macmillan

Publishing Co, New York, 1978.

Hadley, G. and Within, T. M, “Analysis of Inventory System”, Prentice Hall,

USA, 1974.

Surjadi, P.A, “Pendahuluan Teori Kemungkinan dan Statistika”, Penerbit ITB,

Bandung 1983.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Siregar., Rosman.,”Menentukan Keandalan Pada Model Stress-Strengh Pada

suatu komponen”. Fakultas MIPA Jurusan Matematika., USU.Jurnal

Internet

Susanto.,Yus., “ Penentuan Tingkat Keandalan Suku Cadang Mesin Produksi

Pada Pabrik Kelapa Sawit”

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Lampiran 1: Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dari masing-masing
jabatan di PTP Nusantara IV Unit Pabatu

1. Manajer

Adapun tugas-tugas Manajer yaitu :

a. Bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan perusahaan sesuai dengan

anggaran yang ditetapkan

b. Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum perkebunan sesuai dengan

norma/pedoman dan instruksi dari pimpinan umum.

c. Menandatangani surat-surat keluar, laporan-laporan dan kontrak.

d. Menelaah dan mendisposisikan surat-surat masuk untuk penyelesaian

selanjutnya.

e. Mengajukan permintaan barang dan uang kepada kantor direksi.

3. Kepada Dinas Tanaman

Adapun tugas-tugas Kepala Dinas Tanaman Sawit (KD.Tan Sawit)

a. Meneliti, memberikan petunjuk, dan mengawasi pelaksanaan administrasi dan

laporan afdeling.

b. Mengkoordinir dan memberi petunjuk dan mengawasi pelaksanaan norma-

norma dan instruksi atasan.

c. Menkoordinir, meneliti dan mengajukan permintaan bahan-bahan dan

kebutuhan tanaman.

d. Mengkoordinir pelaksanaan penyusunan anggaran belanja afdeling dan

meneliti serta mengajukannya.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
e. Mengajukan saran dan usulan dan peningkatan efesiensi guna penekanan

biaya di bidang tanaman sawit.

d. Mempertanggung jawabkan hasil kerja semua afdeling kepada manajer.

4. Kepala Dinas Teknik

Adapun Tugas-tugas Kepala Dinas Teknik (KDT)

a. Mengkoordinir, memberikan petunjuk dan mengawasi penyusunan rancangan

anggaran belanja di bidang teknik atau pengajuan permintaan kebutuhan

bahan-bahan dan alat-alat keperluan teknik.

b. Bertanggung jawab atas pemeliharaan prasarana dan alat-alat produksi

lainnya.

c. Meningkatkan efesiensi dan mengawasi biaya di bidang teknik.

d. Meneliti, memberikan petunjuk dan mengajukan rencana serta perhitungan

guna memelihara, rehabilitas dan pembangunan.

e. Mempertanggung jawabkann semua hasil kerja kepada manajer.

4. Kepala Dinas Pengolahan PPIS

Adapun Tugas-tugas Kepala Dinas Pengolahan PPIS yaitu :

a. Mengkoordinir, memberikan petunjuk dan mengawasi penyusunan rancangan

anggaran belanja di bidang pengolahan PPIS yang meneliti dan mengawasi

pembuatan laporan-laporan atau pengajuan permintaan kebutuhan bahan baku

dan alat-alat keperluan pengolahan kelapa sawit.

b. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan kebutuhan bahan baku untuk proses

produksi.

c. Meningkatkan efesiensi dan mengawasi biaya di bidang pengolahan PPIS.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
d. Meneliti dan menandatangani surat pengiriman hasil jadi.

5. Kepala Dinas Pengolahan PKS

Adapun Tugas-tugas Kepala Dinas Pengolahan PKS yaitu :

a. Meneliti dan menandatangani surat pengiriman hasil jadi

b. Menilai dan mengendalikan mutu serta bertanggung jawab atas mutu hasil

sepanjang masih dalam pabrik

c. Mengkoordinir, memberi petunjuk, dan mengawasi penyusunan rancangan

anggaran belanja pengolahan.

d. Meneliti dan mengajukan permintaan kebutuhan bahan-bahan alat pengolahan.

e. Mengatur dan mengawasi penggunaan mesin-mesin pengolahan serta

membina kerja sama yang baik dengan dinas yang lain.

f. Meneliti dan mengawsi pembuatan laporan pengolahan serta menigkatkan

efesiensi dan pengawasan pengeluaran biaya pengolahan.

6.Tata Usaha

Adapun tugas-tugas Kepala Tata Usaha yaitu :

a. Membuat dan mengadministrasi faktor-faktor penjualan lokal/ekspor hasil

jadi.

b. Mengadministrasi surat-surat dan mempersiapkan surat-surat keluar.

c. Mengkoordinasi, membimbing dan mengawasi kelancaran dan

mempersiapkan laporan manajemen dan laporan rugi-laba.

d. Bertanggung jawab mempersiapkan daftar barang-barang dan mengawasi

kegiatan bidang kesejahteraan.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
7. Asisten Sumber Daya Manusia

Adapun Tugas-tugas Asisten Sumber Daya Manusia dan Umum yaitu :

a. Membina hubungan kekeluargaan antara satu karyawan atau perusahaan

b. Memberikan informasi perusahaan kepada instansi pemerintahan/swasta.

c. Bertanggung jawab kepada Manajer

8. Asisten Afdeling I,II,IV dan VI

Adapun Tugas-tugas Asisten Afdeling I,III,IV dan VI yaitu :

a. Bertangung jawab kepada Kepala Dinas Tanaman Sawit.

b. Mengawasi pelaksanaan kegiatan di afdeling

c. Bertanggung jawab atas pemeliharaan di afdeling

d. Membimbing bawahan dan menjalankan tugas masing-masing serta memberi

petunjuk.

9. Asisten Afdeling I,V,VII,VIII dan IX

Adapun tugas asisten afdeling I,V,VII,VIII dan IX

a. Bertanggung jawab kepada kepala dinas tanaman sawit

b. Mengawasi pelaksanaan kegiatan afdeling

c. Bertanggung jawab atas pemeliharaan perkebunan di afdeling

10. Asisten Bengkel Umum

Adapun Tugas-tugas Asisten Bengkel Umum yaitu :

a. Bertanggung jawab kepada kepala dinas PKS

b. Memimpin serta melaksanakan pemeliharaan, perbaikan,penanaman, dan

penggantian peralatan pabrik.

c. Turut mengawasi dan mengamati pemgoperasian semua peralatan pabrik.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
11. Asisten Teknik Umum/Transport

Adapun tugas-tugas Asisten Bengkel Umum yaitu :

a. Memimpin dan mengawasi pengangkutan TBS (Tandan Buah Segar)

b. Bertanggung jawab kepada kepala dinas Teknik

c. Membimbing bawahan dan menjalankan tugas masing-masing serta memberi

petunjuk.

12. Asisten Dinas (CD)/Teknik Sipil (CD)

Adapun tugas-tugas Asisten Dinas Sipil/Teknik Sipil (CD) yaitu :

a. Memimpin dan mengawasi pembuatan bangunan atau merenovasi afdeling,.

Jembatan,dan blok-blok perawatan jalan di kebun, bangunan pabrik dan

kantor.

b. Bertanggung jawab kepada kepala dinas teknik.

13. Asisten Pengolahan PPIS

Adapun tuags-tugas asisten pengolahan PPIS yaitu :

a. Mengawasi proses dan mutu kelapa sawit dan inti sawit membuat laporan-

laporan kepada kepala pengolahan PKS.

b. Membuat anggaran belanja pabrik dan meningkatkan efektivitas dan efesiensi

kerja perusahaan.

c. Bertanggung jawab kepada kepala dinas Pengolahan PKS.

14. Asisten Pengolahan PKS

Adapun Tugas-tugas Asisten Pengolahan PKS yaitu :

a. Mengawasi proses dan mutu kelapa sawit dan inti sawit membuat laporan-

laporan kepada kepala dinas pengolahan PKS.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
b. Membuat anggaran belanja pabrik dan meningkatkan efektivitas dan efesiensi

kerja perusahaan.

c. Bertanggung jawab kepada kepala dinas Pengolahan PKS.

15. Pengamanan

Adapun Tugas-tugas Pengamanan yaitu :

a. Membantu pimpinan perkebunan dalam usaha memantapkan dan menciptakan

kondisi keamanan agar PTPN IV (Persero) Kebun Pabatu dapat melaksanakan

program peningkatan produksi yang diharapkan semaksimal mungkin.

b. Memelihara keamanan dan ketertiban .lingkungan PTPN IV (Persero) Kebun

Pabatu agar tercipta kondisi yang aman dan tertib, sehingga dapat

melaksanakan program pemerintah dalam pembangunan perkebunan.

c. Melaksanakan pengamanan terhadap hambatan dan rintangan serta gangguan

yang datang dari luar dan dalam perusahaan.

16. Kepala Seksi Perebusan

Adapun Tugas-tugas Kepala Seksi Perebusan yaitu :

a. Bertugas mengawasi semua kegiatan yang berlangsung pada bagian perebusan

b. Mengadakan pengendalian agar produksi perebusan yang dihasilkan sesuai

dengan spesifikasi dan standar mutu yang ditentukan.

c. Mengevaluasi kegiatan perebusan untuk mengetahui penyimpangan yang

terjadi agar dapat dilakukan perbaikan.

17. Kepala Seksi Penebah

Adapun Tugas-tugas Kepala Seksi Penebah yaitu :

a. Bertugas mengawasi semua kegiatan yang berlangsung pada bagian penebah

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
b. Mengadakan pengendalian agar produksi penebah yang dihasilkan sesuai

dengan spesifikasi dan standar mutu yang ditentukan.

c. Mengevaluasi kegiatan penebah untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi

dan penyimpangan yang terjadi selama kegiatan penebahan.

18. Kepala Seksi Kempa

Adapun Tugas-tugas Kepala Seksi Kempa yaitu :

a. Bertugas mengawasi semua kegiatan yang berlangsung pada bagian kempa

b. Mengadakan agar produksi kempa yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi

dan standar mutu yang ditentukan.

c. Mengevaluasi kegiatan kempa untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi

agar dapat dilakukan perbaikan.

19. Kepala Seksi Pemurnian Minyak

Adapun Tugas-tugas Pemurnian minyak

a. Bertugas mengawasi semua kegiatan yang berlangsung pada bagian

pemurnian minyak

b. Mengadakan pengendalian agar produksi pemurnian minyak yang dihasilkan

semua dengan spesifikasi dan standart mutu yang ditentukan.

c. Mengevaluasi kegiatan pemurnian minyak untuk mengetahui penyimpangan

yang terjadi agar dapat dilakukan perbaikan

d. Membuat laporan secara periodik kepada atasan mengenai hasil pemurnian

minyak dan penyimpangan yang terjadi selama kegiatan pemurnian minyak.

20. Kepala Seksi Kualitas

Adapun Tugas-tugas Kepala Seksi Kualitas yaitu :

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
a. Mengadakan penelitian terhadap mutu produksi dan mengadakan

pengembangan

b. Mengawasi standart mutu produksi

c. Memberikan petunjuk dan pengarahan kepada pekerja agar produksi berjalan

dengan baik

21. Seksi Bahan Baku

Adapun Tugas-tugas Seksi Bahan Baku Yaitu :

a. Mengkoordinir dan mengawasi pengolahan persediaan

b. Membuat laporan penerimaan, persediaan dan pengeluaran bahan secara

periodik kepada atasan.

c. Melakukan pengontrolan dan evaluasi terhadap persediaan bahan.

22. Seksi Bahan Jadi

Adapun Tugas-tugas Seksi Bahan Jadi yaitu :

a. Bertugas mengkoordinir dan mengawasi semua kegiatan bagian penimbunan.

b. Mengkoordinir, mengawasi semua kegiatan bagian penyimpanan CPO untuk

mengetahui penyimpangan dari produk CPO, sehingga dapat dilakukan

perbaikan.

c. Membuat laporan bagian penyimpanan CPO secara periodik mengenai

pengeluaran dan penerimaan produk CPO.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Lampiran 2: Mesin dan Peralatan yang Digunakan Pada Pengolahan Kelapa
Sawit

1. Mesin Yang Digunakan

1. Stasiun Penimbangan Buah/Timbangan Produksi

Kegunaanya: Sebagai alat ukur yang berat yang berfungsi untuk mengetahui

jumlah berat dari tandan yang diolah untuk menimbang hasil

produksi atau barang-barang lainnya.

Merk : Berkel Avery

Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 30.000 kg

2. Stasiun Loading Rem

Kegunaanya : Sebagai tempat penimbunan sementara TBS dari afdeling yang

diangkut dengan truk ke PKS sebelum diolah

Jumlah : 12 pintu (bays)

Kapasitas : Masing-masing pintu 15 ton TBS

3.Stasiun Sterilizer

Kegunaanya : Untuk mengukur kadar air yang berkembang dalam TBS inti,

mempermudah lepasnya buah dari tandan, menguraikan

zat-zat perekat di dalam buah

Jumlah : 3 unit lori ( isi masing-masing rebusan 9 lori)

Kapasitas : 60 ton TBS/jam (± 130 unit Lori)

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
4. Stasiun Hoisting Crane

Kegunaanya : Untuk mengangkat lori berisikan TBS matang untuk

dicurahkan ke auto feader

Merk : Demad monorail

Tinggi : 12 m dengan kecepatan 12,5 m/ menit

Kapasitas : 5 ton

5. Stasiun Penebah

Kegunaanya : Untuk memisahakan brondolan dari tandannya

6. Auto Feader

Jumlah : 2 unit

Daya : 5,5 HP/1500 rpm

Kapasitas : 5 ton

Diameter : 2 m (drum)

Jumlah : 2 unit

Daya : 15 HP, 1500 rpm

Kapasitas : 35 ton TBS/Jam

7. Stasiun Screw Press

Kegunaanya : Untuk mengangkat brondolan matang yang telah dipisahkan

dari tandan kosong. Tandan kosong diangkat melalui conveyor selanjutnya

fruit conveyor, diatur masuk ke digester diaduk sedemikian rupa selanjutnya

dengan screw press ditempa sehingga di dapat crude oil dan press cake.

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
8. Fruit Conveyor

Kegunaanya : Untuk mendistribusikan brondolan matang masuk ke

digester.

Jumlah : 2 unit

Daya : 3 HP

9. Screw Press

Kegunaanya : Untuk mengambil minyak kasar (crude oil) dari massa

dengan jalan pengempaan.

Jumlah : 4 unit

Daya : 3 HP

Kapasitas : 10-15 ton TBS/jam

10. Stasiun Pemurnian Minyak

Kegunaanya : Untuk mendapatkan produksi minyak sawit dengan mutu

yang baik

a.) Vibrating screen/vibro separator

Kegunaanya : Untuk pemisahan kotoran ampas yang masih terkandung

pada minyak kasar hasil pengepresan

Jumlah : 2 unit

Daya : 3 HP

Kapasitas : 18 ton/jam

b) Crude Oil Tank

Kegunaanya : Tangki penimbunan minyak untuk pemisahan antara

minyak dengan sludge dan endapan kotoran secara ilmiah

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Kapasitas : 20-80 m3

11. Stasiun Pemisahan Biji

a) Depericapter

Kegunaanya : Alat untuk memisahkan biji dengan fibre

Jumlah : 1 unit

Daya : 30 HP

Kapasitas : 35 ton TBS/jam

b) Pneumatic Fibre Transport System

Diameter : 28 ± 0,7 m

Kapasitas : 75 ton fibre/jam

c) Fibre cyclone

Daya : 30-40 HP

Kapasitas : 50 ton/jam (wet fibre) dan 40.000 m3 jam (blower)

Size : 135, ratio 1 : 6

d) Pneumatic Nut Transport System

Jumlah : 1 unit

Daya : 30 HP, 2900 rpm

Kapasitas : 22.000 m3/hari blower) 5,5 ton/unit jam (elektromotor)

12. Stasiun Pemecahan Biji

a) Nut Grading Screen

Kegunaanya : Untuk memisahkan biji menurut ukuran besar nut

Nut Kecil : Ukuran lubang 10-13 mm dengan size 120, ratio 1

Nut Sedang : Ukuran lubang 13-16 mm

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Nut Besar : Ukuran lubang 16-24 mm

Putaran : 60 rpm/menit

Kapasitas : 5,5 Ton nut/jam

b. Riplle Mill

Kegunaanya : Untuk memecahkan biji

Merk : Peltec

Daya : 7,5 HP

Kapasitas : 3-4 ton nut/jam

d. Hydrocyclone

Kegunaanya :Untuk memisahkan cangkang dan inti dengan

menggunakan air sebagai medianya

Jumlah : 2 unit bak

Daya : 5,5 HP,2990 rpm

Kapasitas : 40 ton TBS/jam

e. Kernel silo

Kegunaanya : Untuk memeras dan mengeringkan inti atau mengurangi

kadar airnya

Jumlah : 3 unit

Daya : 15 HP,2990 rpm

Kapasitas : 20 ton biji

13. Stasiun Boiler

Kegunaanya : Untuk merubah air menjadi uap dengan bantuan panas

dari hasil pembakaran cangkang dan fiber, dimana uap

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
dihasilkan mempunyai tekanan yang tinggi digunakan

untuk pembangkit tenaga listrik

Merk : Takuma boiler

Tekanan : 20 kg/cm2

Suhu : 1050C

Kapasitas : 15-18 ton uap/jam

d. Fibre/shall conveyor

Jumlah : 1 unit

Daya : 5,5 HP, 25 rpm

Kapasitas : 60 ton TBS/jam

e. Boiler Fuel Distributing Conveyor

Jumlah : 2 unit

Diameter : 600 mm

Kapasitas : 60 ton TBS/jam

14. Stasiun Water Treatment

Kegunaanya : Sebagai proses pengolahan air untuk air umpa boiler serta air

kondensat

a) Raw Water

− 2 unit pompa air centrifugal

− 2 unit genset untuk menggerakkan pompa

− 2 unit clarifier tank kapasitas 110 m3

− 2 unit chemical dosing pump komplit elektromotor

− 2 unit pompa centrifugal dari clear water tank kapasitas 1.000 m3

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
− 1 unit tangki soda untuk penjernihan air

− 1 unit cooling tower

− 2 unit water meter

− 2 unit pompa air centrifugal warman/bayer kapasitas 30-50 m3/hari

Type : KL. Resin

Isi Pasir : 300 kg

Kapasitas : 20 m3/jam

b) Acid Regeneral Tank

Jumlah : 1 unit

Volume : 600 liter

14. Stasiun Penimbunan Minyak

Kegunaanya : Untuk menampung serta menimbun hasilnya produksi 3

unit tangki berkapasitas masing-masing 3.000 ton minyak sawit, dengan

diameter 15 m, tinggi 17 m. Tiga unit tangki dispatc tank berkapasitas masing-

masing 40 ton minyak sawit, dengan diameter 6 m, tinggi 6 m. Tiga unit

pompa warman type centrifugal kapasitas 180-200 m3/hari dengan total head

30m yang digerakkan oleh electromotor dengan daya 25 HP

2. Peralatan (Equipment) yang digunakan

Peralatan yang digunakan pada pengolahan kelapa sawit adalah sebagai

berikut:

1. Lorry

Fungsi : Tempat buah untuk direbus

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Kapasitas : 3 ton

Jenis : Metal

Lebar :5m

Tinggi :2m

Jumlah : 40 buah

2. Hoisting Crane

Fungsi : Membawa hasil rebusan ke alat bantingan

Jumlah : 2 unit

Kapasitas : 5 ton

Jenis : Elmot angkat, jalan, dan tuang

Merk : MHE. Demag

3. Fork Lift

Fungsi : Membawa hasil debu dari sisa pembakaran boiler

Merk : Komatsu

Kapasitas : 3,5 ton

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Lampiran 4. DATA KERUSAKAN KOMPONEN SLUDGE SEPARATOR TAHUN 2006 dan 2007
1. Untuk Tahun 2006
Komponen mesin kodifikasi Jan feb mar apr mei jun jul agt sept okt nov Des
Ball bearing pn. 6015 M 14 27 22
Ball bearing pn. 6014 M 14 27 22
Thrust ball bearing pn. 225147 M 27 22
Radial ball bearing pn. pn. 6213 M 27 22
Radial ball bearing pn. pn. 2308 M 13 22
Bearing SKF 6206 6
Bearing SKF 6305 6
Bearing SKF 6308
Ball bearing housing 65195-00
Ball valve ful bore Q 2” flends VLC
Bal valve reduced bore Q 2” flends VLC
Bowl spindle pn. 67347-00 16 27
Bushing Pn. 532680-01 14
Coupling vully Pn. 65155-00
Distributor inset Pn. 531445.02 1
Distribution tube Pn. 536224.01 1
Elastic Plate Pn. 60571-00
Elbow st. steel Q 2”
Erosion guard (lower) 535892.80
Erotion guard (upper) 531444.01 1 17
Friction pad & screw lubang 3 28
Friction block Pn. 74316
Friction block u/lubang 4

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DATA KERUSAKAN KOMPONEN TAHUN 2006 SLUDGE SEPARATOR (Lanjutan)

Komponen kodifikasi Jan feb mar apr mei jun jul agt sept okt nov Des
mesin
Friction pad&screw 71628 lbg 4 28 15 24 2
Level tube Pn. 516240-82 14
Nave Pn. 65152
Nozle Q 1,60 mm Pn. 534149.83 23 17
Oil deflector Pn. 65194
Paring disc Pn. 528537-02 25 20
Pipa st.steel Q “2 x 4mm x 6m
Protecting cup Pn. 65199
Seal ring Pn. 38411
Seal ring Pn. 64104
Seal ring Pn. 67034
Seal ring Pn. 67411
Seal ring Pn. 71866
Slave bottom bearing 521651.2 17
Spring casing Pn. 65191
Spring Pn. 66191
Stop sleve Pn. 65188
Trow of collar Pn. 65200
Worm Pn 67348
Worm whell Pn. 528102.91
Kawat las nikko steel RD 260 Q 4mm
Kawat las nikko steel NSN 308 L
Emaile drad Q 1,25 mm

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DATA KERUSAKAN KOMPONEN TAHUN 2006 SLUDGE SEPARATOR (Lanjutan)

Komponen kodifikasi Jan feb mar apr mei jun jul agt sept okt nov Des
mesin
Contactor SK 65-220V
Novuse breaker 50 A-3P 28
Thermal over load 25-35 A
Thermal over load 7 – 11 A

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
2. Untuk Tahun 2007

Komponen kodifikasi Jan feb mar apr mei jun jul agt sept okt nov Des
mesin
Ball bearing pn. 6015 M 18
Ball bearing pn. 6014 M 18
Thrust ball bearing pn. 225147 M 18 30
Radial ball bearing pn. pn. 6213 M 18 8 30
Radial ball bearing pn. pn. 2308 M
Bearing SKF 6206
Bearing SKF 6305
Bearing SKF 6308
Ball bearing housing 65195-00
Ball valve ful bore Q 2” flends VLC
Bal valve reduced bore Q 2” flends VLC
Bowl spindle pn. 67347-00 23 12
Bushing Pn. 532680-01 18
Coupling vully Pn. 65155-00
Distributor inset Pn. 531445.02 18
Distribution tube Pn. 536224.01
Elastic Plate Pn. 60571-00 31
Elbow st. steel Q 2”
Erosion guard (lower) 535892.80 1
Erotion guard (upper) 531444.01
Friction pad & screw lubang 4 10 18 30
Friction block Pn. 74316 18
Friction block u/lubang 3

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DATA KERUSAKAN KOMPONEN TAHUN 2007 SLUDGE SEPARATOR (Lanjutan)

Komponen kodifikasi Jan feb mar apr mei jun jul agt sept okt nov Des
mesin
Friction pad&screw 71628 lbg 3
Level tube Pn. 516240-82
Nave Pn. 65152 21
Nozle Q 1,60 mm Pn. 534149.83 31 11
Oil deflector Pn. 65194
Paring disc Pn. 528537-02 7 13 22
Pipa st.steel Q “2 x 4mm x 6m
Protecting cup Pn. 65199
Seal ring Pn. 38411 10
Seal ring Pn. 64104
Seal ring Pn. 67034 10
Seal ring Pn. 67411
Seal ring Pn. 71866 10 29
Slave bottom bearing 521651.2
Spring casing Pn. 65191
Spring Pn. 66191 31
Stop sleve Pn. 65188
Trow of collar Pn. 65200
Worm Pn 67348
Worm whell Pn. 528102.91
Kawat las nikko steel RD 260 Q 4mm
Kawat las nikko steel NSN 308 L
Emaile drad Q 1,25 mm 4

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
DATA KERUSAKAN KOMPONEN TAHUN 2007 SLUDGE SEPARATOR (Lanjutan)

Komponen kodifikasi Jan feb mar apr mei jun jul agt sept okt nov Des
mesin
Contactor SK 65-220V
Novuse breaker 50 A-3P
Thermal over load 25-35 A
Thermal over load 7 – 11 A

Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.
Charles H. Nababan : Analisis Keandalan Dan Penentuan Persediaan Optimal Komponen Sludge Separator Di
PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Pabatu, 2010.

Anda mungkin juga menyukai