p-ISSN 2656-6664
Abstrak
Proses pengolahan Tandan Buah Sawit (TBS) menjadi minyak sawit mentah (CPO) dan/atau
minyak kernel sawit (PKO) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) melewati beberapa stasiun pemrosesan.
Salah satu stasiun dalam proses pengolahan sawit tersebut adalah stasiun nut dan kernel. Stasiun
nut dan kernel merupakan stasiun yang memiliki jumlah mesin yang relatif banyak dibanding
dengan mesin/peralatan pemroses pada stasiun lain di PKS. Kategori mesin/peralatan yang relatif
banyak digunakan adalah alat angkut. Alat angkut memiliki peran yang sangat penting berfungsi
untuk mengirimkan bahan yang akan diolah menuju ke proses pengolahan berikutnya. Apabila alat
angkut mengalami kerusakan/kegagalan fungsi, proses pengolahan dapat terhenti. Hal ini
diakibatkan karena bahan tidak bisa dikirimkan menuju ke proses pengolahan berikutnya.
Kebanyakan alat angkut yang terdapat di PKS tidak memiliki cadangan, sehingga jika terjadi
kerusakan proses pun akan dihentikan. Stasiun nut dan kernel sendiri memiliki 18 buah alat angkut
jenis conveyor dan elevator. Pencegahan terjadinya kerusakan pada mesin, khususnya alat angkut,
diperlukan tindakan perawatan yang baik dan tepat agar proses pengolahan yang berlangsung
dapat bejalan dengan lancar. Salah saru cara yang terbaik untuk melakukan dan menentukan
tindakan perawatan adalah dengan mengidentifikasi kegagalan yang terjadi. Identifikasi kegagalan
ini dapat menggunakan suatu metode yang disebut Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).
Melalui metode FMEA akan diketahui kegagalan komponen kritis pada suatu sistem berdasarkan
nilai Risk Priority Number (RPN). Kegagalan komponen kritis merupakan jenis kegagalan dengan
nilai RPN>100. Kemudian komponen tersebut akan menjadi prioritas dalam melakukan tindakan
perawatan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kegagalan komponen kritis pada stasiun
nut & kernel adalah keausan pada liner wet kernel elevator (RPN: 168) dan baut bucket wet kernel
elevator patah (RPN: 126). Tindakan perawatan yang dilakukan untuk meminimalkan potensi
breakdown adalah dengan melakukan penggantian komponen (replacement). Penggantian
komponen dijadwalkan berdasarkan Mean Time Between Failure (MTBF) atau rata-rata waktu
antar kegagalan suatu komponen. Berdasarkan perhitungan MTBF, liner wet kernel elevator
dijadwalkan untuk diganti setiap 3.039 jam (7 bulan) penggunaan dan baut bucket wet kernel
elevator dijadwalkan untuk diganti setiap 2.026 jam (5 bulan) penggunaan.
Kata Kunci: Stasiun Nut & Kernel, conveyor, elevator, FMEA, Perawatan
41
e-ISSN 2686-3545
p-ISSN 2656-6664
berjenis conveyor dan elevator pada stasiun nut & produksi yang optimal dan losses yang minimal.
kernel ini juga lebih banyak jika dibandingkan Sehingga dihasilkan produk akhir berupa kernel
dengan stasiun lain yang ada di PKS. yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Stasiun nut dan kernel mengolah press cake yang
Tabel 1. Jumlah Mesin Alat Angkut Stasiun PKS
merupakan hasil keluaran dari stasiun pressing
No. Nama Stasiun Jumlah Alat Angkut
dengan melalui beberapa tahapan sehingga
1. Loading Ramp 3 buah
2. Sterilizer - dihasilkan produk akhir berupa kernel. Tahapan
3. Thresher 10 buah tersebut antara lain: pemisahan fibre dan nut,
4. Pressing 8 buah pemecahan nut, pemisahan kernel dan cangkang,
5. Clarification 1 buah dan pengeringan kernel [1].
6. Nut & Kernel 18 buah
7. Boiler 6 buah
8. Engine Room - 2.2. Alat Angkut
9. Water Treatment Plant - Alat pemindah bahan (material handling equipment)
atau disebut juga alat angkut adalah peralatan yang
Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada mesin- digunakan untuk memindahkan muatan dari satu
mesin khususnya alat angkut, diperlukan tindakan tempat ke tempat lain dalam jarak yang tidak jauh,
perawatan yang tepat agar proses pengolahan yang misalnya pada bagian atau departemen pabrik, pada
berlangsung dapat berjalan dengan lancar. Cara yang tempat-tempat penumpukan bahan, lokasi
tepat untuk melakukan dan menentukan tindakan konstruksi, tempat penyimpanan dan pembongkaran
perawatan adalah dengan mengidentifikasi muatan dalam jumlah besar, serta jarak tertentu
kegagalan yang terjadi. Oleh karena itu, diperlukan dengan arah pemindahan bahan vertikal, horizontal,
suatu metode yang dapat mengidentifikasi dan atau kombinasi antara keduanya. Pada pabrik
kegagalan. Salah satu metode yang dapat digunakan kelapa sawit alat angkut yang digunakan terdiri dari
adalah FMEA. Melalui metode FMEA akan berbagai macam seperti lori, hoist crane, conveyor,
diketahui kegagalan komponen kritis pada suatu elevator. Namun yang paling banyak digunakan
sistem berdasarkan nilai RPN. Kegagalan komponen pada stasiun nut dan kernel adalah alat angkut
kritis merupakan jenis kegagalan dengan nilai berjenis conveyor dan elevator.
RPN>100. Kemudian komponen tersebut akan
menjadi prioritas dalam melakukan tindakan 2.3. Perawatan
perawatan. Perawatan di suatu industri merupakan salah satu
faktor yang penting dalam mendukung suatu proses
produksi agar proses produksi tersebut dapat
1.2. Batasan Masalah
berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan yang
Batasan masalah pada penelitian ini adalah
dapat menimbulkan kerugian. perawatan adalah
penelitian ini hanya berfokus pada mesin alat angkut
kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas
yang berjenis conveyor dan elevator pada stasiun nut
atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan
dan kernel. Spesifikasi elevator dengan tipe single
atau penyesuaian atau penggantian yang diperlukan
chain dengan daya 4 kW dan putaran motor 1.420
agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang
RPM, sedangkan spesifikasi conveyor tipe screw
memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan
conveyor (full flight screw) dengan daya 1,5 kW dan [3]
. Perawatan terdiri dari dua jenis, yaitu perawatan
putaran motor 1.425 RPM. Penelitian ini dilakukan
terencana dan perawatan tidak terencana. Perawatan
berdasarkan data kegagalan kerja mesin stasiun nut
terencana terbagi 3 (tiga) jenis, yaitu: perawatan
dan kernel dalam kurun waktu Maret 2019-Mei
pencegahan), perawatan prediktif, dan perawatan
2020, Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
terjadwal. Perawatan tidak terencana juga terbagi
metode FMEA dan pencarian akar penyebab
menjadi 3 (tiga) jenis perawatan, yaitu: darurat,
kegagalan berfokus pada komponen kritis.
kerusakan, korektif.
2. Tinjauan Pustaka
2.1. Stasiun Nut dan Kernel 2.4. Failure Mode and Effect Anakysis (FMEA)
FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk
Stasiun nut dan kernel adalah stasiun yang
mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin
melakukan proses recovery kernel dengan
pencapaian efisiensi yang maksimal, kualitas mode kegagalan (failure mode). FMEA digunakan
42
e-ISSN 2686-3545
p-ISSN 2656-6664
43
e-ISSN 2686-3545
p-ISSN 2656-6664
3. Metode Penelitian
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Libo Mill yang
berlokasi di Desa Samsam, Kecamatan Kandis,
Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2020.
Jumlah
No. Mesin
Kegagalan
1. Wet Kernel Elevator A 7
44
e-ISSN 2686-3545
p-ISSN 2656-6664
45
e-ISSN 2686-3545
p-ISSN 2656-6664
4.5. Pembuatan Daftar Prioritas Risiko 2. Liner Wet Kernel Elevator Aus
Daftar prioritas risiko dibuat berdasarkan kegagalan
komponen dengan nilai RPN tertinggi hingga
terendah. Kemudian ditambahkan dengan tingkat
risiko masing-masing komponen. Berikut dapat
dilihat tabel prioritas risiko dari komponen wet
kernel elevator dan nut auger conveyor.
46
e-ISSN 2686-3545
p-ISSN 2656-6664
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh
dapat diberikan saran sebagai berikut: (1)Baut yang
digunakan untuk bucket wet kernel elevator yang
awalnya terbuat dari material besi, dapat dilakukan
penggantian menggunakan baut yang terbuat dari
material yang tahan akan korosi seperti baja tahan
karat. (2)Penggantian komponen hendaknya dapat
didokumentasikan (dilakukan pencatatan khusus)
sehingga dapat mengetahui berapa lama komponen
tersebut terpasang dan mempersiapkan untuk
penggantian berikutnya. Hal ini juga dapat
digunakan sebagai dasar untuk melakukan tindakan
perawatan preventif. (3)Pencarian akar penyebab
kegagalan yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan metode diagram Ishikawa. Sebagai
bahan perbandingan dapat juga digunakan metode
pencarian akar penyebab kegagalan yang lainnya.
Daftar Pustaka
[1] Kandasamy, Surenthiran. (2011). Nut dan Kernel
Station.
[2] Harpster, Richard (2005). Quality 101:
Demystifying Design FMEAs.
https://www.qualitymag.com/articles/84015-
quality-10-demystifying-design-fmeas. Diakses 7
Mei 2020
[3] Assauri, Sofyan. 2008. Manajemen Produksi dan
Operasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
[4] Setiawan, Iwan (2014). FMEA Sebagai Alat
Analisa Risiko Moda Kegagalan pada Magnetic
Force Welding Machine ME-27.1. Tangerang: Pusat
Teknologi Bahan Bakar Nuklir.
[5] Poerwanto, Hendra G. 2012. Diagram Fishbone
https://sites.google.com/site/kelolakualitas/Diagram
-Fishbone. Diakses pada 4 Agustus 2020.
[6] Harsanto, Budi. 2013. Dasar Ilmu Manajemen
Operasi. Bandung: UNPAD.
[7] Azwir, Herry H (2018). Interval Waktu
Perawatan dan Penggantian Komponen Kritis pada
Mesin Roto Molding di PT. XY, Cikarang, Jawa
Barat.
https://www.academia.edu/34770763/interval_wakt
47