◙ Klasifikasi Hydrant.
- Berdasarkan jenis dan penempatan hydrant.
● Hydrant halaman
● Hydrant gedung
- Berdasarkan besar ukuran pipa hydrant yang
dipakai.
● Hydrant kelas 1, Ukuran slang 2.5 in
● Hydrant kelas 2, Ukuran slang 1,5 in
● Hydrant kelas 3, Gabungan kelas 1 dan 2.
2. PERENCANAAN SISTEM HYDRANT
◙ Sistem Pompa
- Kalau bangunan tidak mempunyai daya genset
sebagai cadangan, pompa hydrant terdiri dari :
♦ 1(satu) buah pompa hydrant listrik sebagai
pompa utama.
♦ 1(satu) buah pompa hydrant diesel sebagai
cadangan.
♦ 1(satu) buah pompa pacu.
2. PERENCANAAN SISTEM HYDRANT
◙ Sistem Pompa
- Spesifikasi pompa untuk kebutuhan hydrant yaitu:
● Kemampuan pompa dalam kebutuhan debit air.
● Tempat dimana pompa akan dipasang.
● Temperatur dan berat jenis zat cair.
● Panjang pemipaan, banyaknya belokan dan banyaknya
penutup kran.
● Tekanan air pada titik tertinggi / terjauh tidak kurang dari
4 – 5 kg/cm2
● Bekerja secara otomatis dan stop secara manual
● Sumber tenaga listrik harus ada dari generator darurat
dapat bekerja secara otomatis dalam waktu kurang dari 10
detik bila sumber utama padam.
2. PERENCANAAN SISTEM HYDRANT
◙ Sistem Perpipaan.
Dalam merencanakan sistem perpipaan harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
♠ Diameter pipa induk minimum 15 cm (6inch) dan
diamater pipa cabang minimum 10 cm (4in) atau
dihitung secara hydrolysis.
♠ Tidak boleh digabungkan dengan instalasi lainnya.
♠ Pipa berdiameter sampai 6.25 cm (2.5 in) harus
menggunakan sambungan ulir.
♠ Pipa berdiameter > 6.25 cm ( >2.5 in) harus menggunakan
sambungan las.
2. PERENCANAAN SISTEM HYDRANT
◙ Sistem Perpipaan.
♠ Memasang pipa horizontal.
- Diberi penggantung dengan kemampuan 5X berat pipa
berisi air.
- Harus terpisah dengan penggantung lain.
- Jarak antara penggantung maksimum 3.5 m
- Pipa yang menembus beton bangunan harus disediakan
selongsong dari besi tuang/pipa baja dengan kelonggaran
minimum 25 mm diluar pipa.
- Pipa yang dipasang didalam tanah harus memenuhi
persyaratan :
2. PERENCANAAN SISTEM HYDRANT
◙ Sistem Perpipaan.
♠ Memasang pipa horizontal.
- Diberi penggantung dengan kemampuan 5X berat pipa
berisi air.
- Harus terpisah dengan penggantung lain.
- Jarak antara penggantung maksimum 3.5 m
- Pipa yang menembus beton bangunan harus disediakan
selongsong dari besi tuang/pipa baja dengan kelonggaran
minimum 25 mm diluar pipa.
- Pipa yang dipasang didalam tanah harus memenuhi
persyaratan :
2. PERENCANAAN SISTEM HYDRANT
◙ Sistem Perpipaan.
♠ Memasang pipa horizontal.
- Pipa yang dipasang didalam tanah harus memenuhi
persyaratan :
- Kedalaman minimal 75 cm dari permukaan tanah
- Pipa harus diberikan tumpuan pada jarak setiap 3 meter.
- Dasar lobang galian harus cukup stabil dan rata
- Pipa harus di coating. Untuk menghindari dari efek
korosi.
2. PERENCANAAN SISTEM HYDRANT
◙ Slang dan Nozzle.
♠ Slang air
Slang air pemadam kebakaran dibuat secara khusus
dari bahan kanvas, polyester dan karet sesuai
dengan fungsi yang diperlukan dalam tugas
pemadaman yaitu :
- Harus kuat menahan slang air.
- Tahan terhadap pengaruh zat kimia
- Mempunyai sifat yang kuat, ringan dan elastis.
- Panjang slang air 30 meter dengan ukuran 1.5 in s/d 2.5 in
- Dilengkapi dengan kopling dan nozzle sesuai dengan
ukuran.
2. PERENCANAAN SISTEM HYDRANT
◙ Slang dan Nozzle.
♠ Nozzle.
- Nozzle yang dihubungkan pada slang kebakaran ada dua
tipe yaitu jenis jet (fix nozle) dan nozle kombinasi.
- Nozzle dengan semprotan jet (semprotan lurus) untuk
tujuan semprotan jarak jauh.
- Nozzle kombinasi yang dapat diatur dengan bentuk jenis
pancaran lurus dan pancaran spray.
- Nozzle pancaran spray bertujuan sebagai perisai untuk
mendekat ke daerah kebakaran.
2. PERENCANAAN SISTEM HYDRANT
◙ Pemasangan.
- Pemasangan instalasi hydrant harus sesuai
dengan gambar rencana yang sebelumnya sudah
disyahkan oleh depnaker dari pelaksanaan
pemasangannya dilakukan oleh instalatur yang
telah mendapat penunjukan dari Department
Tenaga Kerja.
2. PERENCANAAN SISTEM HYDRANT
◙ Pemeriksaan dan Pengujian.
Pemeriksaan instalasi hydrant sebaiknya dilakukan
dengan disaksikan oleh Dinas Kebakaran dari pemilik
gedung atau wakilnya.
Pemeriksaan dilakukan :
a. Pada instalasi sistem hidran yang baru / sedang
dipasang / sebelum dioperasikan / bangunan
sedang bangun.
b. Pada instalasi sistem hydrant yang sudah ada.
3. Uji Hidrostatis
◙ Umum.
- Semua instalasi hydrant yang baru termasuk hydrant luar
dan sambungan Dinas Pemadam Kebakaran harus diuji
hidrostatis dengan tekanan ≤ 20 Bar / 200 psi selama 2 jam
atau 3.5 bar – 50 psi diatas tekanan maksimum dimana
tekanan maksimumnya melebihi 10.5 Bar/150 Psi.
- Tekanan uji hidrostatis harus diukur pada titik elevasi
terendah pada sistem individual atau zone yang diuji.
- Pemipaan sistem hydrant tidak boleh menunjukan adanya
kebocoran.
- Pipa hydrant dibawah tanah harus dilakukan pengujian.
3. Uji Hidrostatis
◙ Sambungan Dinas Pemadam Kebakaran.
- Pemipaan antara sambungan Dinas Pemadam Kebakaran
dan check valve pada pipa masuk harus diuji hidrostatis.
◙ Uji Aliran / Flow Test.
- Sumber air supply harus diuji untuk memeriksa apakah
sumber air sesuai dengan rancangan uji ini dilaksanakan
dengan mengalirkan air dari tempat yang secara hidrolis
paling jauh letaknya (minimal 6 Bar).
- Uji aliran harus dilaksanakan pada tiap roof outlet untuk
mengetahui bahwa pada titik terjauh tersebut masih
terdapat aliran yang diperlukan.
4. Pelaksanaan Pemeriksaan & Pengujian.
A. Jika jumlah start per jam dari pompa pacu cukup besar
berarti bahwa ada kebocoran di sistem pemipaan dan
perlunya perbaikan.
B. Walaupun dari jumlah start pompa pacu per jam dapat
diketahui kualitas instalasi pemipaan, tetap harus dilakukan
pemeriksaan secara visual.
C. Perlunya juga pemeriksaan control valve dari pipa utama
dalam keadaan terbuka.
D. Perlunya dihindari effect “water hammer”
E. Perlunya juga memperhatikan “Pressure Relieve Valve
(PRV).
6. Hydrant Gedung.
A. SMK3
B. NFPA 70.
C. Pedoman Instalasi Hydrant,