Anda di halaman 1dari 4

PENCEGAHAN KEBAKARAN

Untuk menghindari terjadinya kebakaran pada suatu bangunan, diperlukan suatu


cara/sistem pencegahan kebakaran karena kebakaran dapat menimbulkan kerugian berupa
korban manusia, harta benda, terganggunya proses produksi barang dan jasa, kerusakan
lingkungan da terganggunya masyarakat.
Sistem pPencegahan Kebakaran
Sistem pencegahan kebakaran dapat berfungsi dengan baik asalkan sebelumnya
dilakukan suatu persyaratan pada bangunannya sendiri dengan uraian sebagai berikut.
Klasifikasi bangunan-bangunan menurut ketentuan struktur utamanya terhadap api, dibagi
dalam kelas A, B, C, dan D.
Kelas A
Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 3 jam. Bangunan
kelas A ini merupakan bangunan untuk kegiatan umum, seperti hotel, pertokoan dan pasar
raya, perkantoran, rumah sakit, bangunan industri, tempat hiburan, museum, dan bangunan
dengan penggunaan ganda/campuran.
Kelas B
Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 jam. Bangunan-
bangunan tersebut meliputi perumahan bertingkat, asrama, sekolah, dan tempat ibadah.
Kelas C
Bangunan-bangunan dengan ketahanan api dari struktur utamanya selama 1 jam,
biasanya bangunan-bangunan yang tidak bertingkat dan sederhana.
Kelas D
Bangunan-bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C dan diatur tersendiri,
seperti instalasi nuklir dan gudang-gudang senjata/mesin.

Pengaturan lingkungan dengan ketentuan yang meliputi pengaturan blok dengan
kemudahan pencapaiannya, ketinnggian bangunan, jarak bangunan, dan kelengkapan
lingkungan. Selain itu juga mencakup pengaturan ruang-ruang efektif, ruang sirkulasi,
penempatan tangga yang tepat dengan pintu kebakarannya. Untuk Kompleks bangunan
perumahan/flat, perlu dipikirkan gang kebakaran, untuk memudahkan petugas yang
menangggulangi bencana kebakaran. Juga harus disiapkan hidran yang dapat menjangkau
semua bangunan perumahan tersebut.
TANGGA
Tangga kebakaran harus dilengkapi pintu tahan api, minimum 2 jam dengan arah
bukaan ke arah ruangan tangga dan dapat menutup kembali secara otomatis, dilengkapi
lampu dan tanda petunjuk serta ruangan tangga yang bebas asap. Tangga kebakaran dalam
ruang efektif mempunyai jarak maksimum 25 m dengan lebar tangga minimum 1,2 m dan
tidak boleh menyempit ke arah bawah.
Semua bahan finishing dari tangga terbuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan
terhadap api dan tangga kebakaran tidak diperbolehkan berbentuk tangga puntir / tangga
melingkar.
Untuk mencegah kebakaran terhadap sistem-sistem/peralatan elektrikal, penangkal
petir, pengkondisian udara/AC, eskalator, dan elevator diusahakan barang-barang elektrikal
dan penangkal petir harus tahan api. Selain itu diperlukan juga alat-alat seperti control
ducting atau fire damper supaya asap dan api tidak menjalar akibat adanya pengkondisian
udara/AC. Control ducting atau fire damper adalah alat untuk menutup lubang saat terjadi
kebakaran sehingga api dan asapnya tidak dapat menjalar ke ruangan lain.
Dari uraian di atas diperlukan beberapa syarat untuk mencegah bahaya kebakaran
pada bangunan atau kompleks perumahan, yaitu :
a. Mempunyai bahan struktur utama dan finishing yang tahan api;
b. Mempunyai jarak bebas dengan bangunan-bangunan di sebelahnya atau terhadap
lingkungannya;
c. Melakukan penempatan tangga kebakaran sesuai dengan persyaratan-persyaratannya;
d. Mempunyai pencegahan terhadap sistem elektrikal;
e. Mempunyai pencegahan terhadap sistem penangkal petir;
f. Mempunyai alat kontrol untuk ducting pada sistem pengkondisian udara;
g. Mempunyai sistem pendeteksian dengan sistem alarm, sistem automatic smoke, dan
heat ventilating;
h. Mempunyai alat kontrol terhadap lift;
i. Melakukan komunikasi dengan stasiun pemadam kebakaran.
Hidran Kebakaran
Selain mengusahakan peralatan, penggunaan bahan, dan persyaratan-persyaratannya,
perlu direncanakan alat-alat lainnya seperti hidran kebakaran.
Hidran kebakaran adalah suatu alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah terjadi dengan
menggunakan alat baku air. Hidran ini dibagi menjadi :
a. Hidran kebakaran dalam gedung
b. Hidran kebakaran di halaman.
Untuk memasang peralatan hidran diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Sumber persediaan air hidran kebakaran harus diperhitungkan pemakaian selama 30-
60 menit dengan daya pancar 200 galon/menit.
b. Pompa-pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran listrik
tersendiri dari sumber daya listrik darurat.
c. Selang kebakaran dengan diameter antara 1,5 2 harus terbuat dari bahan yang
tahan panas, dengan panjang selang 20 30 m.
d. Harus disediakan kopling penyambungan yang sama dengan kopling dari unit
pemadam kebakaran.
e. Penempatan hidran harus terlihat jelas, mudah dibuka, mudah dijangkau, dan tidak
terhalang oleh benda-benda / barang-barang lain.
f. Hidran di halaman harus menggunakan katup pembuka dengan diameter 4 untuk 2
kopling, diameter 6 untuk 3 kopling, dan mampu mengalirkan air 250 galon/menit
atau 950 liter/menit untuk setiap kopling.
Jumlah pemakaian hidran kebakaran pada suau bangunan harus ditentukan dari
klasifikasi bangunan dan jumlah luas bangunan tersebut. Untuk klasifikasi bangunan A = 1
buah/800 m
2
; B = 1 buah/1.000 m
2
; C = 1 buah/1.000 m
2
.

Sprinkler
Pada peraturan Dinas Pemadam Kebakaran mengenai penggunaan alat pemadam
kebakaran berupa mobil pemadam kebakaran, dijelaskan:
a. Untuk bangunan kelas A mulai dari lantai ke-4 / ketinggian 14 m ke atas;
b. Untuk bangunan kelas B mulai dari lantai ke-8 / ketinggian 40 m ke atas.
Jika kebakaran terjadi pada bangunan-bangunan tinggi yang kesulitan dalam
mengadakan pemadaman, harus menggunakan alat pemadam kebakaran tambahan yang
bersifat otomatis, tidak dilakukan secara manual atau dengan tenaga manusia.
Selain itu, apabila unit pemadam kebakaran setempat belum memiliki tagga pemadam
kebakaran setinggi 40 m, maka ketentuan mulai dipakaianya instalasi sprinkler harus
disesuaikan dengan tangga maksimum 1 unit pemadam kebakaran yang dimiliki daaerah
tersebut. Untuk penyediaan/pemasangan sistem sprinkler harus diperhatikan : penyediaan air,
pompa tekan sprinkler, kepala sprinkler, dan alat bantu lainnya.
Sistem Penyediaan Air
Penyediaan air sprinkler dapat diusahakan melalui :
a. Tangki gravitasi, harus diletakkan sedemikian rupa sehingga air dapat menghasilkan
aliran dan tekanan cukup pada kepala sprinkler;
b. Tangki tekanan, harus selalu berisi 2/3 dari volume dan diberi tekanan 5 kg/cm
2
;
c. Jaringan air bersih khusus untuk pipa sprinkler.
Kepala Sprinkler (Sprinkler Head)
Kepala sprinkler adalah bagian dari sprinkler yang berada pada ujung jaringan pipa,
diletakkan sedemikian rupa sehingga perubahan suhu tertentu akan memecahkan kepala
sprinkler tersebut dan secara otomatis. Kepala sprinkler mempunyai beberapa jenis, dan
dibedakan dengan warna untuk menentukan tingkat kepekaannya terhadap suhu.
Contoh kepala sprinkler, yaitu :
a. Jingga, tabung pecah pada suhu 57C
b. Merah, tabung pecah pada suhu 68C
c. Kuning, tabung pecah pada suhu 79C
d. Hijau, tabung pecah pada suhu 93C
e. Biru, tabung pecah pada suhu 141C
Untuk ruangan-ruangan kantor dan bangunan-bangunan umum, biasanya
menggunakan kepala sprinkler warna jingga atau merah.
Penempatan titik-titik sprinkler harus disesuaikan dengan standar yang berlaku dalam
kebakaran ringan. Setiap kepala sprinkler dapat melayani luas area 10-20 m
2
dengan
ketinggian ruangan 3 m. Ada beberapa cara pemasangan sprinkler, seperti dipasang di bawah
plafon/langit-langit, di atas plafon, atau ditempel di tembok. Kepala sprinkler yang dipasang
dekat tembok harus mempunyai jarak tidak boleh lebih dari 2,25 m dari tembok.
Letak-letak sprinkler ini dalam pelaksanaannya harus diatur oleh perencana. Selain
memenuhi jarak sesuai persyaratan, juga harus dapat mencerminkan keindahan dalam
penyusunan yang berdampingan dengan bagian-bagian lain.
Halon
Pada daerah yang penanggulangan pemadam kebakarannya tidak diperbolehkan
menggunakan air, seperti pada ruangan yang penuh dengan peralatan-peralatan atau ruangan
arsip, ruangan tersebut harus dilengkapi dengan sistem pemadam kebakaran, yaitu sistem
halon. Tabung gas halon diletakkan dan dihubungkan dengan instalasi ke arah kepala
sprinkler. Kalau terjadi kebakaran, kepala sprinkler akan pecah dan secara otomatis gas halon
akan mengalir keluar untuk memadamkan kebakaran. Selain gas halon, juga digunakan
sistem lain yaitu alat pemadam yang menggunakan busa/foam, dry chemical, CO
2
atau bahan-
bahan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai