Anda di halaman 1dari 26

SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

Konsep Proteksi Sistem Kebakaran


Perencanaan Sistem Proteksi
Kebakaran
Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
Alat atau instalasi yang dipersiapkan untuk medeteksi dan memadamkan
kebakaran.
Contoh : Sistem deteksi dan alarm, APAR, Hydrant, Springkler, house rell,
dll.

Sarana Proteksi kebakaran Pasif
Alat atau sarana atau metode mengendalikan penyebaran asap panas dan
gas berbahaya bila terjadi kebakaran.
Contoh : sistem kompertamentansi, treatment atau cloathing, fire
retardant, sarana pengendalian asap ( smoke control system ), sarana
evakuasi, sistem pengendali asap dan api ( smoke damper, fire damper,
fire stopping), alat bantu evakuasi dan rescue dll.

Fire Safety Manajeman
A. Sistem deteksi alarm kebakaran
Strategi pertama dalam menghadapi kebakaran
adalah berpacu dengan waktu, karena itu perlu
adanya sistem pendetaksian dini dan sistem
tanda bahaya serta sistem kondisi darurat.

Dengan perkembangan teknologi, peran
penjagaan tempat dapat digantikan dengan
memasang sistem instalasi deteksi dan alarm
kebakaran otomatik
Klasifikasi sistem alarm
Manual
Otomatik ( semi addresable atau fully addresable )
Otomatik integrated system ( deteksi, alarm, dan
pemadam )


Komponen sistem alarm kebakaran otomatik
Detektor dan tombol manual ( input signal )
Panel indikator kebakaran ( sistem control )
Alarm audible atau visible


Detektor
Alat untuk mendeteksi kebakaran secara otomatik, yang
dapat dipilih tipe yang sesuai dengan karakteristik ruangan,
diharapkan dapat mendeteksi secara cepat, akurat dan
tidak memberikan informasi palsu.

Jenis detektor :
1. Detektor panas (Heat Detector )
2. Detektor asap ( Smoke Detector )
3. Detektor nyala ( Fire Detector )

Detektor dipasang ditempat yang tepat sehingga memiliki
jarak jangkauan pengindraan yang efektif sesuai
spesifikasinya

Tombol manual
Alat yang dapat dioperasikan secara manual yang
dilindungi dengan kaca, yang dapat diaktifkan secara
manual dengan memecahkan kaca terlebih dahulu,
apabila ada yang melihat kebakaran tetapi detektor
otomatik belum bekerja.

Panel kendali
Pusat pengendali sistem deteksi dan alarm, yang dapat
mengindikasi status standby normal, mengindikasi
singnal input dan detektor maupun tombol manual dan
mengaktifkan alarm tanda kebakaran. Dapat diketahui
alamat atau lokasi datangnya panggilan detektor yang
aktif atau tombol manual yang diaktifkan.


Signal Alarm
Indikasi adanya bahaya kebakaran yang dapat
didengar ( audible alarm ) berupa bell
berdering, sirene, atau yang dapat dilihat (
visible alarm )

Sistem instalasi alarm kebakaran otomatik
Peralatan yang ada di dalam bangunan yang
bersankutan antara lain dengan Lift, AC,
pressurized fan, indikator aliran sistem
springkler, dll.


B. ALAT PEMADAM API RINGAN
Direncanakan untuk memadamkan api pada awal kebakaran. Desain konstruksinya dapat
dijinjing dan mudah dioperasikan oleh satu orang.

Syarat Pemasangan alat pemadaman api ringan :
1. Ditempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau, mudah diambil ( tidak diikat mati atau
digembok )
2. Tinggi maksimum 120 cm
3. Jenis media dan ukurannya harus sesuai dengan klasifikasi kebakaran dan beban api
4. Dilakukan pemeriksaan secara verkala
5. Media pemadam harus diisi ulang sesuai batas waktu yang ditentukan
6. Kekuatan konstruksi tabung harus diuji padat dengan air sesuai ketentuan
Catatan khusus :
Hal yang harus anda perhatikan adalah jenis,
dan tipe konstruksinya, yaitu : tipe stored
pressure atau tipe gas cartridge. Dalam
Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No Per 04/Men/1980 terdapat
petunjuk pemeriksaan dan pengujian yang
dapat menyesatkan, yaitu tidak semua jenis
APAR dapat diperiksa dengan membukan
tutup kepalanya. Yang dapat dilakukan dengan
cara ini adalah jenis tabung tipe gas Cartridge.
Hydrant
Instalasi Pemadam kebakaran yang dipasang permanen
berupa jaringan perpipaan berisi air bertekanan terus
menerus yang siap untuk memadamkan kebakaran.

Komponen Utama Sistem Hydrant :
1. Persediaan air yang cukup.
2. Sistem pompa yang handal, pada umumnya terdiri 3
macam pompa, yaitu : pompa jockey, pompa utama, dan
pompa cadangan.
3. System connection, yaitu sambungan untuk mensuplai air
dari mobil kebakaran
4. Jaringan pipa yang cukup
5. Slang dan nozle yang cukup melindungi seluruh bangunan



Kriteria
Klasifikasi sistem hydrant

Klas I

Klas II

Klas III

Debit air minimal
500 US GPM 500 US GPM 500 US GPM

Tekanan pada nosel
terjauh
4,5 7 kg/Cm2 4.5 7 kg/Cm2 4.5 7 kg/Cm2
Ukuran Slang 1 Inc 2 Inc 1 dan 2 Inc
Persediaan air 45 menit 60 menit 90 menit
Standar persyaratan penempatan titik hydrant adalah
didasarkan klasifikasi resiko bahaya jenis hunian.


Resiko Ringan Luas 1000 2000 m2, 2 titik
hidrant, dan tambahan 1 titik
setiap 1000 m2.
Resiko Sedang Luas 800 1600 m2, 2 titik
hydrant, dan tambahan 1 titik
setiap 800 m2.
Resiko Berat Luas 600 1200 m2, 2 titik
hydrant, dan tambahan 1 titik
600m2
Sprinkler
Instalasi Pemadam kebakaran yang dipasang
permanen untuk melindungi bangunan dari bahaya
kebakaran akan bekerja secara otomatik.
Komponen Utama Sistem Sprinkler :
1.Persediaan air.
2.Pompa.
3.System connection.
4.Jaringan pipa .
5.Kepala Sprinkler


Klasifikasi Kepala Sprinkler
Standar ukuran kepala springkler sesuai klasifikasi hunian :

Ringan : 10 mm 3/8 in
Sedang : 15 mm inc
Berat : 20 mm 17/32 in

Standar kode warna dan suhu kerja kepala springkler :

Jingga : 53 C
Kuning : 79 C
Biru : 141 C
Hitam : 201 - 260 C
Merah : 68 C
Hijau : 93 C
Ungu : 182 C


Syarat teknis perencanaan instalasi springkler
berpedoman pada perhitungan hydrolik kebutuhan
tekanan dan debit air ( kepadatan pancaran ) sesuai
klasifikasi bahaya pada bangunan atau objek yang
dilindungi

Tekanan kerja maksimum kepala springkler 10 kg/cm2
dan minimal 2.2 kg/m2
Kapasitas aliran pada kepala springkler seperti
pada tabel .
Tekanan
(Psi)
Kapasitas Aliran ( Q : gpm )
3/8 " 1/2 "

17/32 "

10 9 18 25
15 11 22 32
20 13 25.5 36
25 14.5 28.5 40
35 17 34 47
50 20 40 56.5
75 25 49.5 69
100 28.5 57 80
Sarana Evakuasi
Evakuasi
Usaha menyelamatkan diri sendiri dari tempat berbahaya menuju ke
tempat aman

Sarana Evakuasi
Sarana dalam bentuk konstruksi dan bagian bangunan yang dirancang
aman sementara ( minimal 1 jam ) untuk jalan menyelamatkan diri bila
terjadi kebakaran bagi seluruh penghuni didalamnya tanpa dibantu
orang lain.
Ketentuan Hukum
Setiap tempat kerja harus tersedia jalan selain pintu keluar-masuk utama untuk
menyelamatkan diri bila terjadi kebakaran. Pintu tersebut harus membuka keluar dan tidak
boleh dikunci
Petunjuk arah evakuasi harus terlihat jelas pada waktu keadaan gelap
Berapa unit exit yang dibutuhkan untuk mengevakuasi orang sebanyak 450 orang dalam waktu
2 menit.
o Jumlah orang dibagi 40 kali 2 menit
o 350/40 x 2 = 3 unit exit
o Bila hasilnya pecahan harus dibulatkan ke atas, seperti pada contoh diatas harus
dibulatkan menjadi 4 unit exit
Untuk menjamin keamanan minimal 1 jam maka konstruksinya harus dirancang tahan api dan
dilengkapi sarana pengendalian asap dengan tekanan udara positif ( pressurized fan )
Kompartementasi
Metode pengaturan tata ruang untuk menghambat penjalaran kebakaran ke
bagian lain. Metode dapat menerapkan jarak tertentu atau dengan dinding
pembatas dan mengatur posisi bukaan tidak saling berhadapan

Daerah untuk menyimpan atau mengolah bahan yang dapat meledak atau
terbakar harus terpisah dengan ruangan yang menggunakan alat yang dapat
menimbulkan sumber panas

Jarak aman harus diperhitungkan agar apabila terjadi kebakaran tidak mudah
merambat ke tempat lain

Bukaan antar bangunan agar tak saling berhadapan

Sistem kompartemenisasi juga dapat dengan cara dibatasi dengan tembok
ysng tahan api
Sistem pengendalian asap dan panas
Asap dan panas pada waktu kejadian kebakaran adalah salah satu produk kebakaran
yang sangat membahayakan bagi manusia. Kecenderungan asap dan gas akan
menyebar keatas, karena itu terutama pada gedung bertingkat harus direncanakan
sedemikian rupa. Jalur atau bukaan vertikal merupakan cerobong asap, karena itu
harus ada sistem mekanik yang dapat mengendalikan asap dan gas.

Pada bangunan gedung dengan sistem AC sentral, apabila terjadi kebakaran akan
menyebarkan asap keseluruh ruangan. Karena itu harus ada sistem deteksi asap yang
dapat mengontrol mekanik pentup asap ( smoke damper ) dan atau mematikan AC
sentral.

Pressurized Fan
Pada ruangan atau pada bagian proses yang
terdapat emisi gas atau uap dapat terbakar,
perlu adanya sistem mekanik pressurized fan
untuk memecah konsentrasi uap berada
dibawah flammable range, sehingga terhindar
dari resiko penyalaan.
Tempat Penimbunan Bahan Cair
Tangki penimbun bahan bakar cair harus
dilengkapi dengan tanggul (pembatas) dengan
persyaratan:
1. Satu tangki volume tanggul 80%
2. Dua tangki volume tanggul 60%
3. Tiga tangki volume tanggul 40%
Konsep manajemen penanggulangan kebakaran
Berdasarkan pendekatan teknik dengan mendermati fenomena kebakaran, adalah mencakup semua aktifitas dari
prakondisi sampai dengan pasca kejadian.

PRE FIRE CONTROL
Identifikasi potensi bahaya kebakaran
Identifikasi tingkat ancaman bahaya kebakaran
Identifikasi scenario
Perencanaan tanggap darurat
Perencanaan system proteksi kebakaran
Pelatihan

IN CASE FIRE CONTROL
Deteksi alarm
Padamkan
Lokalisir
Evkuasi
Setiap terjadi kebakaran baik besar maupun kecil, termasuk hampir
terbakar harus dilakukan langkah :
-> INVESTIGASI -> ANALISIS -> REKOMENDASI -> REHABILITASI
Untuk menangani masalah K3 penanggulangan kebakaran diperlukan
adanya petugas, atau unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap
usaha pencegahan kebakaran, pemeliharaan sistem proteksi kebakaran
dan melakukan usaha pemadaman, pertolongan koran dan
penyelamatan harta berada apabila terjadi kebakaran
Tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran tinggi mutlak
diperlukan adanya unit khusus yang mengelola masalah kebakaran
secara manajerial ( Fire Safety Management )
Sistem Keadaan Darurat
Untuk Mengatasi situasi keadaan darurat
harus dibentuk sistem tanggap darurat yang
tertuang dalam buku panduan yang berisikan
siapa berbuat apa.
Penyusunan fire emergency procedure harus
melibatkan semua unsur management
Tahapan perencanaan keadaan darurat

1. Identifikasi bahaya dan penaksiran resiko
2. Penakaran sumber daya yang dimiliki
3. Tinjau ulang rencana yang telah ada
4. Tentukan tujuan dan lingkup
5. Pilih tipe perencanaan yang akan dibuat
6. Tentukan tugas-tugas dan tanggung jawab
7. Tentukan konsep operasi
8. Tulis dan perbaiki

Anda mungkin juga menyukai