Anda di halaman 1dari 37

PELATIHAN PEMADAM KEBAKARAN

Sabtu ,27 April 2019

Pencegahan kebakaran dan evakuasi di Rumah Sakit


Pendahuluan
Daerah perkotaan masih menjadi magnet yang besar buat masyarakat meninggalkan desa untuk
mengadu nasib di kota-kota, sehingga populasi penduduk menjadi masalah yang sulit sekali
terpecahkan di kota besar, dari penyedian lahan perumahan sampai pada bangunan-bangunan
komersial. Keterbatasan lahan menjadi masalah besar untuk bangunan-bangunan umum seperti
perdagangan dan juga rumah sakit.
Dan karena keterbatasan lahan untuk pembangunan rumah sakit maka sekarang kebanyakan rumah
sakit menyerupai hotel atau pusat perbelanjaan (baca: gedung tinggi). Gedung tinggi merupakan
fenomena daerah urban / perkotaan, dimana semakin banyak didirikan diberbagai kota besar di
Indonesia. Melalui Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung ( UUBG 2002 ),
factor keselamatan telah menjadi persyaratan penting yang harus dipenuhi oleh bangunan gedung.
Salah satu aspek keselamatan adalah keselamatan dari bahaya kebakaran. Untuk menjamin tingkat
keandalan serta keselamatan bangunan agar dapat digunakan sesuai dengan fungsinya, maka perlu
dilengkapi dengan system proteksi aktif, system proteksi pasif, dan penerapkan Manajemen
Keselamatan Kebakaran ( Fire Safety Management, FSM ). Ketiga komponen proteksi tersebut adalah
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. pada dasarnya FSM telah dijalankan pada bangunan
gedung, dengan bentuk dan kualitas yang beragam. Didapati bahwa bangunan komersil memiliki
perhatian yang lebih baik dalam penerapan FSM dibandingkan bangunan perkantoran dan rumah sakit.
Namun demikian, apresiasi masyarakat terhadap FSM dirasakan masih kurang. Banyak faktor kenapa
bangunan perkantoran dan rumah sakit belum menerapkan pelaksanaan FSM, di antaranya adalah :
1 1) kendala personil ( baik kuantitas maupun kualitas/kompetensi ),
2 2) pembiayaan yang dirasa memberatkan,
3 3) kebijakan ( baik internal maupun eksternal ).
Untuk Rumah Sakit dalam penerapan FSM ada beberapa hal yang berbeda dengan bangunan lain ,
misalnya: Dalam hal evakuasi, di rumah sakit tentu banyak terdapat pasien , baik itu pasien rawat
jalan, pasien rawat inap yang dapat berjalan (ambulatory), pasien rawat inap yang tidak dapat berjalan
(non ambulatory) , pasien rawat inap yang tidak dapat berjalan dan memerlukan alat bantu kesehatan
(oksigen, Ventilator-Dependent dan lain-lain), serta pasien yang ada di ICU dan ICCU yang tentu
memerlukan alat bantu. ditambah lagi dirumah sakit hampir setiap hari melakukan tindakan operasi
(bedah) yang terkadang memerlukan waktu yang tidak sebentar, sehingga tidak mungkin ketika sedang
melakukan operasi harus segera di hentikan karena terjadi kebakaran . Di rumah sakit juga banyak
bahan-bahan yang dapat membuat api semakin membesar ketika terjadi kebakaran misalnya : oksigen,
kasur busa, gas elpiji dan lain-lain
Oleh karena itu, Rumah Sakit harus siap seandainya terjadi kebakaran dengan proteksi pasif yang baik
misalnya menahan rambatan api, misalnya : bahan bangunan gedung, kontruksi bangunan gedung,
kompartemisasi dan pemisahan serta penutup pada bukaan. Proteksi Aktif juga sangat penting karena
Tanggung jawab utama pengendalian kebakaran terletak pada petugas rumah sakit sepeti : alat
pemadam api ringan, system deteksi dan alarm kebakaran, . system pipa tegak dan slang kebakaran
serta hidran halaman, system sprinkler otomatis, system pengendali asap, lif kebakaran, pencahayaan
darurat, penunjuk arah darurat, system pasokan daya listrik darurat, pusat pengendali kebakaran,
instalasi pemadam khusus. Sangatlah penting setiap karyawan sudah terlatih dengan rencana
prosedur pencegahan kebakaran di rumah sakit dan mengerti tindakan yang tepat jika terjadi
kebakaran. Tindakan yang tepat dalam keadaan darurat kebakaran dapat mengurangi resiko kebakaran.
Sementara pelatihan pengungsian (evakuasi) di rumah sakit tujuan utamanya adalah untuk tidak
mengungsikan pasien kecuali sangat diperlukan, Oleh karena itu perhatian khusus harus difokuskan
pada teknik pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang tepat untuk menghindari skenario
terburuk, namun bila sangat diperlukan pasien seluruhnya harus dievakuasi, Rumah Sakit harus siap
melakukannya. Pelatihan evakuasi dan Kesiapsiagaan sangatlah penting untuk menghindari dan/atau
meminimalkan korban jiwa, yaitu dengan memberikan panduan yang baik dan tepat di rumah sakit
pada saat evakuasi berlangsung. Rencana Penanggulangan Kebakaran dan Evakuasi di Rumah Sakit
berisi rincian tugas-tugas dan tanggung Jawab setiap anggota staf sampai pada pimpinan Rumah
Sakit.
STUDI KASUS KEBAKARAN RUMAH SAKIT

Banyaknya bahan yang mudah menyala dan mudah membakar adalah contributor utama
terjadinya kebakaran di rumah sakit. Sebagai contoh saja,
National Fire Protection Association mencatat penyebab kebakaran rumah
sakit di Amerika Serikat dalam tabel di bawah ini
Contoh-contoh kebakaran Rumah Sakit

Mei 1929: Klinik Cleveland, Ohio, Amerika Serikat

 korban jiwa 125 orang meninggal dunia


 Api berasal dari basement klinik, terbakarnya gudang penyimpanan film X-ray (70.000
lembar film)
 Asap beracun dari pembakaran film dengan cepat menyebar ke ventilasi rumah sakit.
 Korban meninggal dikarenakan menghisap asap beracun
April 1949: Rumah Sakit St. Anthony’s, Effingham, Illinois, USA

 Menghanguskan 74 kamar
 Bahan yang mudah terbakar menyebabkan cepatnya penyebaran api dan asap.
 Kepala Teknisi Rumah Sakit meninggal dunia ketika berusaha memadamkan
api di ruangan Binatu.
 Satu perawat di bangsal Pediatrik tidak dapat menyelamatkan seorang bayi dan
ikut meninggal dunia dengan bayi tersebut.
 Pemadam Kebakaran yang tiba di tempat setelah sepuluh menit panggilan
melihat asap tebal keluar dari bangunan Rumah Sakit dan mengatakan, “kita
tidak punya kesempatan”

Januari 1950: Rumah Sakit Jiwa Wanita St. Elizabeth, bangunan psikopat Mercy, Davenport,
Iowa, Amerika Serikat

 41 korban meninggal dunia.


 Api dan asap menyebar dengan cepat, berasal dari interior yang mudah terbakar.
 Pintu dan jendela kamar Pasien dalam keadaan terkunci dari luar.
 Di Rumah Sakit ini (Psikiatris) evakuasi sangat di larang
 Karena kondisi pasien, beberapa menolak untuk meninggalkan kamar.
 Dan beberapa pasien yang telah berhasil dievakuasi ingin kembali ke kamar mereka

Mei 2003: Rumah sakit Barros Luco, Santiago, Chili


* Tidak ada korban jiwa
 Rumah sakit ini melayani sekitar 10.000 orang setiap hari.
 Api berasal lantai mekanik yang sangat padat, alarm kebakaran tidak bekerja dengan baik
 Petugas Pemadam Kebakaran dikerahkan 334 petugas dan butuh 5 jam untuk memadamkan
kebakaran
 Seluruh staf Rumah Sakit telah di latih dalm prosedur evakuasi kebakaran
 Proteksi aktif dan Pasif ada namun belum bekerja secara maksimal
Juli 2005: Calderón Guardia Hospital, San José, Kosta Rika
* Korban 19 orang meninggal dunia
 Rumah Sakit berusia 62 tahun ini adalah salah satu yang tersibuk di San Jose.
 Api berasal dari lantai lima, pasien di bangsal bedah, syaraf dan perawatan intensif.
 Ruangan ICU dikepung api.
 Pasien keluar dengan diikatkan seprei keluar dari lantai.
 Alarm kebakaran tidak bekerja dan sarana evakuasi kurang terang karena lampu dan signage
terbatas.
September 2009: Rumah sakit St Jude, Vieux Fort, St. Lucia
* 3 orang meninggal dunia
 Rumah sakit ini adalah kedua terbesar di St Lucia.
 Api membakar salah satu dari tiga bangunan, yang terdapat ruangan bedah dan bangsal
pemulihan,
 Api menyebar dengan cepat pada struktur kayu yang sudah tua.
 Kebakaran disebabkan dari asbes atap menyebar ke seluruh rumah sakit
Mei 2010: St. Joseph Mercy Hospital, Georgetown, Guyana
 Tidak ada korban jiwa
 Rumah Sakit yang terbuat dari "struktur kayu”, habis terbakar.
 Seluruh catatan medis Rumah Sakit selama 66 tahun habis dilalap api.
 Segera setelah terjadi kebakaran seluruh staf Rumah Sakit mengevakuasi semua pasien
sebanyak 37 orang dan 4 bayi.
Desember 2011: AMRI Hospital, Kolkata, India
* 91 orang meninggal dunia.
 Api berasal dari basement.
 Banyaknya peralatan ilegal disimpan.
 Staf rumah sakit meninggalkan tempat ketika kebakaran mulai berlangsung tanpa
menyelamatkan siapapun.
 Pemadam Kebakaran tiba di lokasi setelah kebakaran berlangsung 90 menit
 Jendela dan pintu banyak yang terkunci, sehingga harus dirusak untuk masuk ke kamar-kamar
pasien.
 Korban meninggal kebanyakan karena menghirup asap
Bulan April 2013: rumah sakit psikiatris No. 14, Ramensky, Rusi
* 38 orang meninggal dunia
 Pada saat kebakaran 41 pasien dalam keadaan dibius dengan dosis tinggi (tertidur).
 Sebahagian besar jendela dan pintu terkunci
 Evakuasi sangat dilarang (tidak ada prosedur evakuasi)
 Tidak ada prosedur pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
 Bangunan terbuat dari kayu, sehingga ketika petugas Pemadam datang sudah ludes terbakar.
Oktober 2013: Rumah sakit ortopedi, Fukuoka, Jepang
* 10 korban jiwa meninggal dunia
 17 pasien berada di rumah sakit ketika kebakaran terjadi.
 Pintu kebakaran di lantai kedua dan ketiga tidak ditutup, mengakibatkan asap menyebar
dengan cepat
 Petugas Pemadam mencatat staf Rumah Sakit tidak berusaha untuk memadamkan kebakaran
ketika mulai terjadi dan laporan ke petugas Pemadam Kebakaran terlambat.
Dari kejadian-kejadian tersebut timbul beberapa pertanyaan :
1. Bagaimana dengan mudah api membakar struktur bangunan dan perabot interior?
2. Bagaimana ketentuan untuk membatasi penyebaran api dan asap?
3. Apa yang dilakukan ketika melihat kebakaran?
4. Bagaimana cara melaporkan kejadian kebakaran kepada Dinas Pemadam Kebakaran?
5. Bagaimana berlatih pencegahan dan penanggulangan kebakaran?
6. Bagaimana prosedur evakuasi di rumah sakit?
Pencegahan
Bagian ini mempertimbangkan aspek pencegahan kebakaran yang berhubungan dengan bahan-
bahan yang tahan terhadap penyalaan dan pembakaran dari bahan-bahan yang mudah menyala dan
membakar sehingga memerlukan perawatan khusus jika digunakan di rumah sakit. Tujuan
strategi pencegahan adalah untuk membatasi kejadian besarnya kebakaran serta membatasi api dan
asap menyebar ke fasilitas medis. Pihak rumah sakit kususnya yang masuk dalam organisasi FSM
harus memahami sifat-sifat api, phase-phase kebakaran, taktik dan strategi pemadaman serta kelas-
kelas kebakaran agar dalam perencanaan dan perawatan gedung akan mengacu pada bahan (material)
bangunan yang tidak mudah menyala dan membakar.

Pertimbangan perencanaan pembangunan Rumah Sakit


Salah satu pertimbangan utama dalam mencegah kebakaran Rumah Sakit adalah struktur bangunan
yang terbuat dari bahan yang tidak mudah menyala dan terbakar, misalnya : lantai, dinding, atap dan
tangga termasuk non struktural bangunan juga terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar misalnya
: pintu, jendela, langit-langit, perlengkapan interior, mekanikal, elektrikal conduits dan lain-lain.
komponen dalam fasilitas rumah sakit baru harus di rancang menggunakan kode bangunan dan
pedoman untuk pencegahan kebakaran, bahan-bahan yang digunakan harus memiliki ketahanan pada
api pada suhu maksimum tertentu dengan durasi bervariasi dari 30 menit sampai 4 jam (terlebih lagi
pada ruangan bedah/operasi).
Gambar atau rencana yang ada pada fasilitas yang diperlukan untuk menentukan penyesuian tahan
api,harus dikonsultasikan dan diserahkan ke Dinas Pemadam Kebakaran sehingga dalam keadaan
darurat pemadam kebakaran sebagai rescue akan memiliki pengetahuan yang baik dari tata letak dan
lokasi pintu darurat, kompartement, dan sebagainya, sehingga Petugas Pemadam dapat bekerja efektif
dan efisien dalam memberikan pertolongan.
Sekaligus Pemadam Kebakaran akan mengetahui apakah fasilitas yang dibangun sudah sesuai dengan
ketentuan dan standart keselamatan.

Konstruksi dan pertimbangan desain


Bahan yang digunakan dalam desain dan konstruksi rumah sakit harus dari bahan yang tidak mudah
menyala dan tidak mudah terbakar, namun bila terbakar mudah di padamkan dan tidak memancarkan
gas/asap beracun.tergantung pada tata letak, hunian, dan penggunaan fasilitas.
Beberapa contoh bahan yang memancarkan asap beracun selama api dan harus dihindari adalah:
- Polystyrene (misalnya, polystyrene dekoratif cetakan)
- isolasi semprot busa, busa poliuretan dan isocyanate
Pada fasilitas yang baru dibangun, teknisi desain harus memperhitungkan rating kebakaran,
diperlukan komponen-komponen structural bangunan, dipandu oleh kode bangunan standar,
Kode bangunan berbeda tergantung pada negara. Misalnya:
Ketahanan properti pada api dan bahan struktural yang dipilih
Kayu
Fire resistand:
Meskipun kayu bahan yang mudah terbakar, Sebagian kayu dapat melakukan lebih baik daripada
berukuran baja atau aluminium. Kayu memiliki konduktivitas termal yang rendah, dan hangus
permukaan dapat membantu melindungi bagian interior dari pembakaran. Kebanyakan
jenis kayu memiliki charring ukuran mulai 20 mm (0.8 inci) dalam 30 menit dan 40 mm (1.6 inci)
dalam 60 menit. Beberapa kayu keras seperti oak, jati dan greenheart memiliki tarif char lebih
lambat mulai dari 15 mm dalam 30 menit sampai 30 mm dalam 60 menit.
Batu Solid
Batu Solid unit cenderung lebih tahan api dari berongga unit setara ketebalan.Padat 100 mm (3,9 inci)
dalam ketebalan dapat memberikan hingga 2 jam dari tahan api jika mereka beban
bantalan dan 4 jam jika mereka tidak beban bantalan. Informasi rinci mengenai tahan api harus
diperoleh dari produsen.
Material
Beton bertulang
Tahan api yang disediakan oleh komponen struktural yang berbeda tergantung pada minimal mereka
dimensi dan sampul beton jarak reinforcement 25 mm (1 inci) cover untuk penguatan
dapat memberikan perlindungan antara 60 menit dan 90 menit, dan dapat hingga 45 mm Mampu
sampai 2 jam perlindungan tergantung pada elemen struktural. Penting untuk dicatat bahwa detail
khusus dari beton bertulang diperlukan untuk mencegah spalling (melanggar off, mengelupas
atau pitting beton) jika penutup lebih besar dari 35 mm. persyaratan penutup beton adalah
tergantung pada daya tahan umur elemen struktural dan bukan hanya perlindungan kebakaran.

Baja tulangan dalam beton


Struktur Baja
Bahan ini memiliki ketahanan yang sangat rendah untuk kebakaran, dan dengan demikian
beberapametode tersedia. Sampai dengan 3jam perlindungan api dapat dicapai dengan boards
dan vermiculite 5 beton semprot. Hingga 2jam dapat dicapai dengan cat "intumescent" dan selimut
fleksibel (meskipun yang terakhir tidak
optimal estetis). Daya tahan intumescent cat di daerah tropis tidak dijamin, dan hardtop dekoratif
mungkin diperlukan untuk melindungi lapisan intumescent dilingkungan yang lembab.
Unsur-unsur baja termasuk beton terbungkus, sangat mahal dan memakan waktu (serta ruang ).
Bentuk-bentuk lain yang kurang populer adalah kolom beton penuh, yang berisi kolom udara dan blok
penuh kolom jaring. (Catatan: daya tahan umur juga harus dipertimbangkan dengan
perlindungan yang ditentukan untuk unsur-unsur Baja struktural.)

struktur baja

blok kolom.
Stainless Steel
Stainless steel biasanya berfungsi lebih baik dari baja ringan, yang memiliki karbon rendah
konten (0,1% untuk 0,25%), karena ia tetap lebih banyak kekuatan dan kekakuan bila terkena api.
Namun karena struktur baja yang biasanya terkena tahan api inheren mereka perlu dihitung
sebagai bagian dari fasilitas rekayasa skema.
Struktur kaca
Jenis kaca Tahan api, seperti kawat interlayer kaca, kaca laminasi intumescent, dan usaha kaca
borosilicate (seperti yang dikenal sebagai Pyrex), dapat menahan rambatan api hingga 60 menit
Fasilitas medis

 Fasilitas yang ada harus dipasang untuk dapat meningkatkan pertahanan rambatan api.
Sebagai contoh, dinding kayu berbingkai cahaya dan lantai dapat dihilangkan dan diganti
dengan papan seperti gypsum atau papan beton, yang dapat memiliki menahan rambatan api
60 menit, tergantung pada ketebalan papan.
 Papan harus berpotongan dengan lantai beton padat dinding dan sebagainya untuk membuat
partisi tahan api yang terus-menerus, juga dikenal sebagai kompartemen
kebakaran. Kompartemen kebakaran, yang biasanya harus memiliki rating 2 jam terbakar,
yang dipisahkan oleh dinding kebakaran dan pintu kebakaran.
 bahan yang mudah terbakar harus dilindungi dengan cat tahan api atau bentuk lain dari isolasi
api, Bahan-bahan yang mudah terbakar mencakup cairan kayu, mudah terbakar, listrik
peralatan dan kabel, logam mudah terbakar, gas medis (terutama oksigen) dan
peralatan memasak.
 Pintu kaca dan jendela harus tahan api serta tahan pecah.
 Langit-langit, ubin, dinding dan lantai (misalnya, karpet) harus tahan api.
 Pintu kebakaran dan frame harus menyatu antara kamar atau kompartemen tahan api masing-
masing dan setiap arahan tingkat tangga untuk menghindari
bahaya kebakaran. Sangat penting bahwa pintu kebakaran dengan minimal rating 20 menit
sampai1,5 jam memisahkan setiap kamar dan pintu kebakaran harus selalu tertutup.

Figure 2: Typical Standard Fire Door

Jumlah Lantai

 Semakin banyak jumlah lantainya, maka akan semakin rumit rencana evakuasi, baik itu
pergerakan horisontal maupun vertikal.
 Jika tanah terbatas, 7 lantai adalah jumlah maksimal dalam desain Fasilitas Medis baru,
karena harus mengurangi jumlah lantai gedung. Secara tunggal lantai,
bangunan rendah yang tersebar di seluruh ruangan akan lebih baik, karena akan lebih
mudah dan cepat untuk mengevakuasi.
 ICU dan UGD (Unit Gawat Darurat) seharusnya berada di lantai dasar atau lantai
tingkat dengan erdedikasi landai akses. Biasanya unit yang lalu lintasnya tinggi (misalnya,
diagnostik) terletak di lantai bawah tanah. (Catatan: Konfigurasi dan desain ICU harus berbeda
dangan ruangan lain)
Sarana Jalan Keluar
1. Koridor/ selasar
Koridor : jalur jalan yang menghubungkan antara ruangan dengan tangga exit.
Setiap koridor harus berfungsi sebagai jalan keluar, dengan ketentuan : lebar minimum koridor 2,4 M).
Ini akan memudahkan transportasi di rumah sakit seperti tempat tidur, kasur, dan sebagainya dalam
evakuasi bebas Ambulatori pasien, semua mengarah ke tangga exit, berhubungan langsung dengan
jalan (halaman/tempat terbuka yang berhubungan langsung dengan jalan umum).
2. Tangga Kebaka
* Tangga masing-masing harus memiliki pintu kebakaran di setiap arah.
 Tidak boleh terjadi penyempitan mendadak (bottle neck), karena dapat mengakibatkan
kemacetan, sehingga dapat menimbulkan kepanikan.
 Tidak boleh terlalu curam
 Injakan harus nyaman
 Lebar anak tangga harus cukup untuk menapakan kaki dengan nyaman
 Harus ada bordes, untuk tangga yang panjang
 Tangga kebakaran harus kedap asap (alami atau mekanik : penekanan udaran dan pengispan
udara), panas dan api.
3. Jalan keluar mendatar (horizontal exit)
Jalan terlindung yang digunakan untuk keluar guna menyelamatkan diri, yang menghubungkan satu
ruang atau gedung lainnya yang aman, PADA LEVEL YANG SAMA
Dengan ketentuan:
* Harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar.
 Bukan jalan yang terputus menuju keluar bangunan.
 Pintu yang menghubungkan jalan keluar tidak boleh terkunci.
 Jalan keluar mendatar dari lantai atas maupun bawah tidak boleh berakhir pada lantai.
kebakaran kecuali dipisahkan oleh dinding api minimum 2 jam.
4. Pintu-pintu exit
* Pintu harus membuka kearah keluar
 pintu harus lebar minimum yang diperlukan untuk mengakomodasi tandu (biasanya 1,25 m).
 Pintu jalan keluar berbeda dengan pintu tahan api (pintu jalan keluar :dilengkapi dengan self
doors closer/alat pembuka dan pembebas otomatis, harus dalam keadaan menutup, tidak boleh
dikunci, harus mudah dibuka (dilengkapi dengan batang panik. Pintu tahan api : memakai
sistim ayun, dorong dan gulung. Harus tahan api 20 menit sampai 1,5 jam)
 Akses untuk Petugas Pemadam Kebakaran: rumah sakit harus menyediakan tangga dan
jendela untuk Petugas Pemadam untuk masuk kedalam bangunan, untuk menghindari
bertemunya dengan orang yang evakuasi dengan Petugas Pemadam

5. Lampu penerangan darurat


*.Rute evakuasi harus dipasang di rumah sakit, utamanya akses poin untuk secara jelas
mengidentifikasi rute jalan keluar. Ini penting untuk dicatat bahwa evakuasi tidak selalu
melibatkan pasien dan staf keluar bangunan; mereka mungkin diperlukan
untuk pindah bagian gedung lain atau ke lantai atas (Horizontal).
 Untuk menjamin pasien dan staf berevakuasi dengan mudah dan cepat.
 Sinar/cahaya harus cukup menerangi jalan keluar, walaupun ada satu lampu pasien masih dapat
berjalan tanpa kesulitan.
 Penerangan harus menyala terus menerus.
 Penerangan harus dilengkapi dengan sumber daya cadangan, sebagai antisipasi jika sumber
daya utama padam/trouble.

6. Tanda Penunjuk arah

* Jumlah exit harus dikaitkan dengan jumlah penghuni dan pengunjung (pasien) untuk rumah sakit
yang tidak ada sprinklernya jarak tempuh maksimalnya adalah 30 m, untuk yang ada
sprinklernya maksimal 75 m
 Sepanjang jalur exit harus terang (lampu darurat) dan tidak terhalang, dengan 2 sumber daya
agar jika sumber daya utama padam masih terus menyala.
 Jalan keluar harus jelas diidentifikasi.
 Arah menuju ke titik atau lokasi exit harus cukup jelas dengan menggunakan penunjuk arah
bertuliskan KELUAR/EXIT
 Pada tempat-tempat yang dapat disalah tafsirkan jala keluar harus diberi tanda BUKAN
JALAN KELUAR.
 Tanda penunjuk arah keluar harus berwarna putih dengan dasar warna hijau atau sebaliknya.

Berikut adalah tanda penunjuk arah keluar secara internasional:

7. Tempat berhimpun sementara


* Tempatnya realatif jauh dari bangunan
 Relatif aman dari bahaya kebakaran/bencana lain
 Dapat menampung staf dan pasin (dengan pengelompokan perawatan)
 Atur /bagi tempat berhimpun menjadi beberapa bagian dan beri tanda sesuai dangan
lantai/Perawatan medis dan peralatannya.
Menahan Rambatan Api
Ini berguna untuk menghindari/meminimalkan kerusakan atau kehilangan properti dan korban
jiwa. Kemampuan untuk dengan cepat mendeteksi dan memadamkan kebakaran merupakan faktor
kunci dalam menghindari skenario terburuk yaitu evakuasi total pada rumah sakit.
Fire Alarm System

Ada beberapa cara di mana kebakaran dapat dideteksi. Metode tradisional dan deteksi automatis.
Deteksi manual/tradisional adalah seseorang melihat api dan/atau bau asap, di mana titik alarm
kebakaran harus diaktifkan atau pemberitahuan dilaksanakan. Dalam beberapa kasus, Petugas yang
ditunjuk menyampaikan pemberitahuan kepada petugas lainnya dari mulut ke
mulut. Dalam kasus lain, alarm manual kebakaran menarik alarm atau diaktifkan secara
manual memulai perangkat alarm yang digunakan untuk suara alarm kebakaran.

Berdasarkan National Fire Protection Association di Amerika Serikat, menyarankan persyaratan untuk
memakai sistim dan menentukan manual alarm kebakaran dengan memulai adalah sebagai berikut:
1. Kotak manual alarm harus aman dipasang pada latar belakang warna kontras.
bagian beroperasi dari kotak alarm kebakaran tidak boleh lebih dari 1,07 m (42 inci)
untuk ukuran 1,22 m (48 inci) di atas lantai.
2.Kotak manual alarm harus terletak mencolok tidak terhalang dan dapat diakses dengan mudah.
3.Kotak manual alarm harus ditempatkan dengan jarak horizontal perjalanan
kotak di setiap lantai tidak lebih dari 61 meter.
4.Selain itu, manual kotak alarm harus berada dalam jarak 1.52 m dari kedua sisi pembukaan
dikelompokkan (misalnya, sebuah elevator dan tangga terletak bersama-sama) yang lebih
dari12,2 m (40 kaki) lebarnya.
Ingat: Sistem alarm kebakaran yang didirikan untuk
(i) meningkatkan keselamatan para penghuni gedung dan
(ii) untuk meminimalkan kerusakan properti.

Smoke and head detectors

Berbagai sensor asap dan panas dapat dipasang sebagai bagian dari sistem alarm kebakaran untuk
mendeteksi kebakaran yang dimulai di mulai dari tempat yang jarang di lalui personil/staf.
Sensor ini idealnya harus memicu system alert otomatis dengan terlihat (lampu sorot lampu
berkedip) dan terdengar lonceng atau suara peringatan untuk menunjukkan bahwa api terdeteksi.
Sensor juga harus mampu menunjukkan lokasi di mana api terdeteksi, melalui remote anunciator
panel yang menyala untuk menandakan wilayah yang mana perangkat deteksi api dipicu.

1. Detektor asap umumnya akan mendeteksi api lebih cepat daripada detektor panas. Namun
personil yang bertanggung jawab untuk daerah tertentu dari asap dan
pendeteksi panas harus mempertimbangkan kemungkinan setiap alarm palsu atau yang tidak
diinginkan. Misalnya, detector asap mungkin tidak boleh digunakan di fasilitas dapur. Sebaliknya
memilih untuk suhu Panas tetap seperti dalam kasus kasus yang mana peningkatan suhu
mendadak dalam kebakaran.
2. Asap dan panas dari kebakaran akan cenderung menumpuk di bagian tertinggi diruang tertutup ban
gunan. Ini adalah dimana detektor yang harus ditempatkan.
3. Lokasi pendeteksi asap dan panas tergantung pada jenis detektor yang sedang digunakan
dan geometri dan hunian ruang. Biasanya daerah pertanggungan maksimal untuk asap dan
pendeteksi panas yang 100 meter persegi dan 50 meter persegi, masing-masing.
4. Ada tiga jenis detektor asap : ionisasi, fotolistrik, dan gabungan terionisasi/fotolistrik. Terionisasi
detektor asap relatif murah, sementara fotolistrik detector cenderung lebih mahal.
Fire Extinguishers/APAR
Alat pemadam kebakaran dilabeli dengan simbol standar dan surat-surat yang mewakili kelas
kebakaran yang mereka dilengkapi untuk pemadaman.

Tipe-tipe Alat Pemadam Api Ringan

ABC Dry Chemical

Ini alat pemadam kebakaran, untuk kebakaran Kelas A, B, dan C, mengandung


monoammonium fosfat. Monoammonium fosfat adalah tepung kimia kering
Nitrogen gas digunakan untuk pendorongnya. Kimia kering pemadam,
mudah digunakan tetapi meninggalkan bekas, dapat dioperasikan dengan jarak 1,5m
sampai 4,6m. biasanya dipasang di lorong-lorong dan di laboratorium.

Karbon dioksida (CO2)

APAR ini bertekanan tinggi, CO2 cair. Hanya pada kebakaran listrik atau cairan
yang mudah terbakar. Dapat dioperasikan dengan jarak 1,2 m hingga 1,8 m.
APAR ini mudah diidentifikasi karena tidak memiliki pengukur tekanan, banyak
dipasang di laboratorium atau kamar mekanis.
Dry powder

Alat pemadam kebakaran ini digunakan untuk kebakaran Kelas D (logam). Api
dipadamkan dengan cara mengisolasi berbahan jenis tembaga atau natrium klorida
berbasis bubuk Alat pemadam kebakaran bubuk kering,
Dapat dioperasikan dengan jarak 0.9 m sampai 1.8 m.

Kelas K pemadam

Alat pemadam ini digunakan untuk kelas K (minyak).


Dalam beberapa tahun terakhir, banyak dapur restoran telah mulai menggunakan
peralatan memasak yang lebih efisien dan tak jenuh minyak gorengnya yang
beroperasi pada suhu yang lebih tinggi. Jenis pemadaman kelas K dikembangkan
untuk memadamkan bahaya baru ini. APAR ini menggunakan bahan basah-kalium
asetat-berbasis, pH rendah yang bagus sekali untuk pemadam kebakaran dengan cara
pendinginan dan mengurangi efek serta bahayanya. Sebagian besar alat
pemadam ini dapat dengan aman digunakan untuk kebakaran Kelas A, B, atau C
(meskipun label harus diperiksa pertama). Dapat dioperasikan dengan jarak 3 m sampai
3,6 m. Alat pemadam kebakaran kelas K dapat ditemukan di dapur yang terdapat
banyak sekali lemak di penggorengan.

Cara menggunakan APAR


Berikut adalah penting sebelum memadamkan kebakaran:

 Pastikan bahwa sudah tidak ada lagi penghuni (orang/pasien) didalam ruangan,
 Pastikan memiliki (ada) jalan keluar yang tidak terhalang di belakang.
 Verifikasi bahwa api kecil terbatas dan tidak menyebar.
 Pastikan yang terbakar dan APAR sesuai dengan kelas kebakaran untuk pemadaman.
 Memiliki pengetahuan mengenai penggunaan APAR.
 Pastikan tempat keluar dengan jarak dari pintu keluar 2 sampai 3 meter dari api.
 Keselamatan sangat penting; Jika api berada di luar kendali, tinggalkan ruangan segera.
Petugas kesehatan, keselamatan dan staf rumah sakit harus dilatih cara menggunakan APAR.
Pelatihan yang dilaksanakan sebagai bagian dari fasilitas medis sehingga harus dijadwalkan, karena itu
bagian dari Simulasi, keselamatan dan evakuasi.
Empat langkah dalam menggunakan alat pemadam kebakaran dapat diingat melalui
akronim sederhana: PASS

P – Pull the pin

Buka segel pada apar


A – Aim low

Bebaskan selang

S – Squeeze
Tekan tuas

S – Sweep
Menyapu kekanan kekiri atau sebliknya
Persyaratan minimum pada sistem pemadam kebakaran adalah system alarm kebakaran dengan asap
detektor dan sistem pemadam kebakaran dengan alat pemadam api ringan. Ada perangkat pemadam
api yang dapat dipasang di rumah sakit untuk fasilitas pemadaman. termasuk pemercik otomatis
(sprinkler). Hhydrant dan Sistem pengendali asap.

Water Sprinkler Systems

 Sistem ini memiliki diameter tetesan air yang lebih besar dari 1 mm, dengan cakupan luas ke
permukaan kumulatif untuk 1 liter air adalah sekitar 3 – 4 meter persegi.
 Biasanya, dalam fire sprinkler sistem, Jaringan penuh pipa terus-menerus dituntut dengan air.
 Kepala sprinkler adalah katup peka panas yang melepaskan air setelah suhu melebihi
suhu tetap umumnya diatas suhu 30 derajat Celcius.
 Masing-masing kepala sprinkler beroperasi secara mandiri dan akan mengaktifkan
hanya setelah cukup panas mencapai katup. Oleh karena itu, hanya alat pemercik
terdekat api yang akan beroperasi, memaksimalkan tekanan air yang tersedia untuk lokasi api.
 Sistim Sprinkler menyebabkan kerusakan karena air berkurang akibat dari yang digunakan
petugas/staf pemadaman menggunakan selang hidrant.

Mist Sprinkler Systems

1. Fungsi kabut sprinkler sistem mirip sistem sprinkler air tradisional.


2. Diameter tetesan air mereka adalah kurang dari 1 mm, dan cakupan luas permukaan kumulatif
mereka untuk 1 liter air adalah kira-kira 60 meter persegi.
3. Sekali sistem diaktifkan, pompa mendorong air melalui nozzle khusus untuk membentuk
sebuah kabut air padat atau.
4. Kabut ini menekan dan memadamkan api melalui penurunan suhu panas dan perpindahan
oksigen dari Zona api.
5. Sistem ini hanya memerlukan volume air rendah, membuat mereka lebih aman dari
pada beberapa sistem lain untuk digunakan di medis dan listrik peralatan, terutama di ICU.
Beberapa keuntungan dari sistem sprinkler yang terawat dengan baik adalah:
 Memungkinkan untuk tata letak lebih terbuka dalam fasilitas — dengan kata lain, lebih
lama penjalaran api.
 Mereka memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar dalam desain dan masa depan
adaptasi dari ruang di fasilitas.
 Struktur dengan alat penyiram dapat mengurangi rating kebakaran persyaratan untuk
elemen struktural sebanyak 30 menit,tergantung pada bangunan kode spesifikasi dan
peraturan suatu negara terhadap fasilitas kesehatan
Kelemahan utama dari sistem sprinkler adalah bahwa mereka mungkin cukup mahal untuk
memasukkan ke dalam perawatan kesehatan yang ada.
Fasilitas spesialis keselamatan kebakaran harus menyelidiki layout struktur dan arsitektur
bangunan untuk menentukan kelayakan memasang sistem sprinkler.
Jika hal ini tidak layak untuk memasang sebuah sistem untuk seluruh fasilitas, paling tidak
dipertimbangkan pemasangan untuk daerah-daerah rawan penyalaan di rumah sakit dengan kerentanan
terhadap kebakaran.
PENTING:
Sistem Sprinkler adalah fitur pemadaman wajib di semua fasilitas kesehatan
yang baru.
Water Hose Reels dan Hidrant
* Selang berketekanan tinggi (hose reel) dan Hidrant ini harus tersedia di setiap lantai rumah
sakit, untuk petugas/staf rumah sakit pada saat terjadi kebakaran dapat mengoperasikannya .
 Selang Hidrant dan hose reel terhubung suplai air utama atau system penyimpanan air
independen.
 Selang Hidrant biasanya berukuran 18 m sampai 36 m panjangnya dan memiliki
diameter dalam 13-19mm. Ukuran hose reel yang digunakan tergantung pada ukuran fasilitas
medis, agar kebutuhan menjadi cukup panjang dan berdekatan.
 Hydrant dan Hose reel semuanya sama dalam operasi. Prosedur umum untuk
mereka gunakan adalah sebagai berikut:

1. menjamin bahwa nozzle/jet adalah dalam posisi tertutup.


2. Hidupkan katup utama.
3. tarik selang dari Box, ke arah api.
4. buka nozzle/katup dan mengarahkan aliran air menuju api.
* Penggunaan selang berketekanan tinggi dan selang Hidrant hanya untuk kebakaran kelas A
 Selang pada hydrant biasanya terletak dekat dengan poin Hidran dan dimaksudkan untuk
digunakan hanya pada saat terjadi kebakaran sudah membesar dan dioperasikan oleh tim
tanggap darurat yang telah ditunjuk dan terlatih.
Smoke Extractors/ Sistem pembuang asap
Penyebaran cepat dan akumulasi asap biasanya menimbulkan salah satu risiko tertinggi untuk
keselamatan manusia dalam kebakaran. Salah satu cara untuk meminimalkan bahaya ini adalah dengan
menggabungkan sistem ekstraksi asap khusus, biasanya dalam desain awal panas, ventilasi dan sistem
AC (HVAC).

 Asap ekstraksi sistem adalah sistem mekanis yang dapat secara manual atau secara
otomatis diaktifkan setelah alarm dipicu.
 Sistem ini dirancang untuk menghilangkan asap berbahaya dari daerah kebakaran dan
mencegah penyebaran asap ke area lain dari bangunan melalui penutupan tertentu ventilasi
dan bertekanan tinggi pemompaan udara ruangan khusus untuk mencegah masuknya asap.
 Asap extractor sistem cenderung sangat mahal untuk memasukkan dalam fasilitas yang ada.

Sample Illustration of Smoke Extraction System

Rencana Penanggulangan Kebakaran, Pencegahan & Pemeliharaan


Salah satu aspek yang paling penting yaitu sistem Penanggualangan Kebakaran yang efektif adalah
rencana pencegahan dan pemeliharaan.
Pemeriksaan rutin harus dilakukan dan didokumentasikan sebagai bagian dari fasilitas perawatan
kesehatan manajemen sistem. Ketika item peralatan telah diperiksa, itu harus ditandai dan
ditandatangani untuk aman digunakan dengan indikasi setiap tindakan yang diambil dan tanggal check
dijadwalkan berikutnya :
 The National Fire Protection Association 10 (USA) merekomendasikan bahwa detector
asap diganti setiap 10 tahun. Namun jika mereka beroperasi pada baterai
detektor asap harus diperiksa sebagai bagian dari pemeliharaan rumah sakit berstandar,
biasanya setiap bulan.
 Water sprinkler sistem membutuhkan pemeliharaan preventif terencana serta pemeliharaan
sesuai prosedur. Umumnya setiap kepala sprinkler di cek dengan sesuai system random pada
setiap zona sampai pada yang berhubungan dengan menjaga system
melalui tes mingguan dan pemeliharaan pasokan air dan peralatan pompa.
 Selang gulungan harus diperiksa dan ditandatangani setiap bulan.
 Administrasi rumah sakit harus memastikan bahwa kanvas selang gulungan bersertifikat
untuk digunakan untuk pemadaman.
 Petugas inspeksi peralatan harus melaporkan setelah penggunaannya dalam sebuah
insiden seperti kebakaran.

Ingat: Pemeliharaan Pencegahan yang direncanakan adalah suatu aspek kritis dari sistem
pemadam kebakaran efektif. Semua Peralatan harus secara
berkala diperiksa, ditandatangani untuk penggunaan yang aman, serta didokumentasikan.

Pertimbangan penting
Penting untuk dicatat bahwa semua sistem mekanis pemadaman, termasuk system sprinkler
asap sistem extractor, dan tangki penyimpanan air, perlu dirancang untuk menahan gempa bumi.
Kerusakan sistem mekanis Umum selama gempa bumi karena system ini cenderung memiliki
koneksi kaku dan Fitting yang gagal dalam hal seismic gerakan dan kekuatan.
Tangki air khususnya dapat memperburuk dampak dari gempa bumi pada fasilitas perawatan
kesehatan jika mereka tidak dirancang dengan baik.

Evakuasi
Ini adalah komponen yang sangat penting dari tujuan penyelamatan jiwa dalam situasi darurat
di rumah sakit. Evakuasi koprehensif (total) harus melibatkan seluruh elemen rumah sakit , dari
mulai petugas kebersihan, staf, perawat, dokter sampai unsur pimpinan rumah sakit. Rencana evakuasi
harus dijadikan prosedur tetap rumah sakit bila terjadi keadaan darurat, prosedur tetap ini harus
disosialisasikan, dilatih, dan disimulasikan, sehingga timbul kesadaran dari semua unsur pihak rumah
sakit. Prosedur tetap ini menyajikan langkah-langkah bila terjadi keadaan darurat di rumah sakit, dari
mulai terjadi awal api terlihat sampai seluruh penghuni (pasien) berkumpul di titik kumpul (essembly
point).
Penting untuk dicatat bahwa tidak ada yang sama metodologi untuk evakuasi pada setiap bagian,
prosedur akan bervariasi untuk setiap fasilitas perawatan kesehatan.Ingat bahwa prosedur evakuasi
total dilakukan hanya sebagai tindakan akhir untuk rumah sakit. Dalam kasus kebakaran
evakuasi dilakukan setelah langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang
dijelaskan sebelumnya telah gagal untuk pemadaman dan seluruh penghuni berada di bawah ancaman
dari dampak kebakaran. Penting untuk setiap penghuni Rumah Sakit baik itu staf , perawat, Dokter ,
Pimpinan dan juga pasien memperhatian terhadap detail dan proses skenario evakuasi.
Memahami skenario evakuasi adalah kunci keberhasilan bila terjadi kebakaran dan bencana.
 Setiap Mitigasi kebakaran di Rumah Sakit harus mempertimbangkan evakuasi yang sesuai
dengan fasilitas yang ada
 Evakuasi total di Rumah Sakit adalah pilihan terakhir ketika terjadi keadaan darurat.
 keselamatan adalah perhatian utama.
 Rencana harus sederhana, jelas dan sitematis, karena rencana yang rumit akan membuat
keadaan bertambah sulit dalam keadaan darurat.
 Fleksibilitas penting karena prosedur harus beradaptasi dengan berbagai situasi.
 Kemandirian di tingkat unit penting karena komunikasi yang tepat dari pemimpin rumah
sakit mungkin sulit atau bahkan tidak mungkin ketika dalam keadaan darurat,
karyawan pada setiap tingkat harus segera tahu apa yang harus dilakukan di daerah
 mereka.
 Menentukan essembly point yang reprensetatif untuk pasien sesuai dengan jenis
penyakit/perawatannya. Terutama bila diharuskan evakuasi total , tempat ini sangat diperlukan
ketika ruang perawatan dan evakuasi horizontal (bagian,gedung dan lantai dalam keadaan
bahaya) sudah tidak dapat dilakukan karena kebakaran terus membesar.
Pasien Rawat Jalan
Akan diminta untuk membuat rantai tangan dan menuju ke tempat yang aman di luar pintu kebakaran
(menuju essembly point). Satu orang ditugaskan memimpin rantai dan satu orang berada di
belakangnya.
Unit perawatan pasien.
Pada jalur persiapan, perawat harus bersama-sama dengan pasien dengan tidak mengelompokkan
status ambulatory dikarenakan perawat telah memahami setiap individu pasien sehingga perawat akan
lebih mampu mengelola individu pasien dalam keadaan darurat.
Asumsi-asumsi yang berikut diciptakan dalam pengembangan dokumen ini:
1. Tanggung jawab evakuasi berada pada Incident commander (IC) yang dalam struktur Fire
Safety Management berada pada level tertinggi dalam komando.
2. Pada setiap bagian (fasilitas) IC dibantu oleh tim evakuasi dan kepala peran kebakaran lantai
(bagian), yang bertanggung jawab evakuasi pada bagian-bagiannya.
Evakuasi pada fasilitas perawatan kesehatan mungkin diperlukan dalam berbagai bencana
(tidak hanya jika terjadi kebakaran).
Contoh beberapa bencana
Bencana alam
- Gempa bumi
- Banjir
- Tanah longsor
- Angin topan/puting beliung
- Gunung meletus
- Tsunami
- Kebakaran
Non alam
- Pencemaran lingkungan
- Bom biologi, Bom kimia, nuklir dan radiologi
- Collapse building / bangunan runtuh
- Wabah penyakit/epidemic
- Hazardous materials incident
- Kegagalan dalam pemanfaatan Nuklir
Sosial
- Konflik sosial
- Terror (bom dan lain-lain)

suara alarm kebakaran

1. Sekali alarm kebakaran berbunyi, tidak perlu ditunjuk personil untuk menyelidiki alasan alarm
( kemungkinan alarm palsu) dan untuk mengidentifikasi tingkat ancaman. Petugas
juga harus menentukan apakah kebakaran atau bencana lain, bila itu kebakaran lihat apakah
kebakaran kecil yang dapat dipadamkan atau kebakaran besar yang mengharuskan evakuasi.
2. Segera berkomunikasi dengan peran kebakaran bagian (lantai), agar dapat di ambil tindakan
selanjutnya.
3. Kepala peran kebakaran bagian (lantai) harus terus melaporkan setiap perkembangan kepada
IC

Melaporkan kepada Instansi terkait


Jika ada ancaman kebakaran, system komando Fire Safety Management harus langsung berjalan,
Kepala Keselamatan Kebakaran Gedung yang diduduki oleh pimpinan tertinggi di rumah sakit
langsung bertindak sebagai Incident Commander dan memimpin berlangsungnya pemadaman dan
evakuasi, diusahakan terus mendapatkan laporan dari Kepala peran kebakaran bagian (lantai) untuk
mencari tahu semua informasi terkini di bagian/fasilitas yang terbakar, agar tidak terjadi kepanikan
pada pasien, IC menginformasikan kepada seluruh bagian/lantai apa yang terjadi dengan alat
komunikasi personal: papan tulis, overhead halaman, email, BBM, SMS dan lain-lain berisi agar
seluruh staf, perawat dan bagian/petugas FSM untuk waspada dan bersiap/menyebutkan warna atau
jenis bahaya untuk evakuasi dan bahaya kebakaran (disebutkan lantai dan bagiannya), Petugas
informasi segera melaporkan kepada Instansi terkait misalnya: seperti Dinas Pemadam
kebakaran, polisi, Dinas Kesehatan dan lain-lain. Dengan cara :
 Sebutkan nama pelapor
 Sebutkan yang terbakar (lantai berapa, bagian apa dan apa yang terbakar)
 Nama jalan, titik kenal (gedung/tempat yang dikenal banyak orang)
 Kondisi terakhir kebakaran
 Sebutkan jika ada pasien/staf yang terjebak
 Selanjutnya ikuti perintah petugas informasi Dinas Pemadam Kebakaran

Macam-macam evakuasi dengan kode warna


Kerangka waktu untuk evakuasi mungkin berbeda tergantung pada sifat ancaman dan jumlah
waktu yang dapat diambil untuk mempersiapkan pasien bergerak. Jenis tertentu evakuasi adalah
sebagai berikut:

"Darurat bergerak"
langsung evakuasi atau pasien dan staf mungkin mati; tidak ada waktu
untuk mempersiapkan.

Mengevakuasi dalam waktu yang terbatas untuk mempersiapkan (1-2 jam) ikuti prosedur.

Tidak ada bahaya


waktu yang cukup untuk evakuasi prosedur sistematis (banyak
jam untuk beberapa hari).

Pasien diam di tempat , tetapi mulai mempersiapkan diri untuk evakuasi


Untuk ancaman kebakaran dan bom, mungkin langsung bergerak atau evakuasi cepat, tetapi untuk
bahaya bencana alam dengan periode peringatan yang memadai, seperti badai dan
banjir, mungkin memerlukan evakuasi bertahap.
Tindakan berikut mungkin akan dibutuhkan saat "mempersiapkan" instruksi evakuasi yang
dikeluarkan:
 Jika Anda mendengar alarm kebakaran atau melihat kilatan cahaya, tutup semua
pintu api di daerah Anda.
 Pastikan daerah koridor yang jelas untuk memungkinkan gerakan pasien dan peralatan.
 Mencari dan membawa catatan medis pasien dan obat-obatan.
 Siap evakuasi transportasi peralatan seperti kursi roda, selimut, dan gurneys.
 Tetapkan dalam gerakan sistem untuk memindahkan orang pada ruangan kusus (lokasi
essembly point).
 Menunggu instruksi lebih lanjut, tidak mengungsi kecuali diberikan izin untuk melakukannya.

Pergerakan Evakuasi
Incident Commander menentukan jenis evakuasi, berdasarkan laporan dari Kepala Peran kebakaran
lantai (bagian) di tempat kejadian pada situasi terakhir kebakaran, Incident Commander menentukan
apa jenis pengungsian yang diperlukan ;
1. Horizontal model utama evakuasi, ini melibatkan pasien bergerak dalam bahaya dari
ancaman, tetapi mereka tetap pada lantainya, hanya pindah dari gedung/bagian satu kebagian
lainnya.
2. Vertical, Ini biasanya pada evakuasi total, yang melibatkan semua elemen rumah sakit.
Pasien dan staf akan dievakuasi seluruhnya dari rumah sakit dikarenakan kebakaran sudah
tidak dapat dikendalikan.
3. Bersiap evakuasi, pasien dan staf mungkin diminta tetap di tempat,
yaitu tetap di unit mereka dan bersiap, sambil menunggu petunjuk lebih lanjut.
Jenis gerakan ini tergantung pada jenis bahaya sebagai contoh kebakaran mungkin di lantai di bawah
ini atau mungkin ancaman tsunami, di mana kasus urutan evakuasinya akan bergerak ke atas.

Rute evakuasi
Rute evakuasi harus jelas arahnya, harus dengan rinci dari awal bagian, Semua staf rumah sakit harus
paham dan mengerti rute evakuasi sesuai instruksi IC. Khusus anggota staf yang ditugaskan sebagai
tim evakuasi dan Rescue selanjutnya langsung menuju pasien dan pengunjung
untuk mengevakuasi dengan tertib dan tenang.
Perencanaan evakuasi harus mempertimbangkan semua ruang di sekitar rumah sakit, keadaan
ini akan membantu dalam berjalannya evakuasi sampai pada lokasi essembly point.

Level Evakuasi
Tingkat evakuasi
 Evakuasi total
 Evakuasi sebagian
Dalam kebanyakan keadaan darurat, evakuasi total jarang di gunakan. Karena kebutuhan yang
kompleks dan kondisi yang tidak stabil yaitu banyak pasien di rumah sakit. evakuasi total
umumnya dianggap sebagai pilihan terakhir. Evakuasi total mutlak diperlukan ketika potensi ancaman
pada keselamatan staf dan pasien terancam, misalnya :
 Api, asap, dan/atau beracun asap
 Merusak struktural fasilitas
 Potensi paparan bahan berbahaya
 Terorisme atau kekerasan, pengunjung bersenjata
 Ancaman bom
Ketika mempunyai banyak waktu yang diperlukan dan tersedia untuk menilai bahaya yang
ditimbulkan oleh situasi, rumah sakit harus mempertimbangkan mengeluarkan perintah hanya
persiapan.

Memperkirakan jumlah petugas/sumber daya


Evakuasi yang efektif pada fasilitas perawatan kesehatan tergantung pada jumlah staf dan petugas
yang terlatih dan tersedia disetiap bagian/lantai ketika terjadi kebakaran untuk melakukan tugas-
tugas evakuasi.Memahami lingkup evakuasi dan mengetahui jumlah minimum orang-
orang yang diperlukan untuk melakukan prosedur ini dalam keadaan darurat hal yang
terpenting dalam menyelamatkan nyawa.

Perbandingan Jumlah Staf


Rasio Deskripsi perawat
Perawat: pasien
≤ 1:8 Perawat jaga (umumnya
rasio ini seharusnya tidak boleh lebih)
ICU, neonatal, anesthesiology

≤ 1:2 pasca pemulihan, tenaga


kerja dan pengiriman, unit gawat
darurat dan pemulihan

≥ 1:1 Operasi dalam ruangan bedah


(biasanya lebih dari 1 perawat - 1 pasien)
Antepartum, pasca
1:4 melahirkan, pediatrics, ruang gawat darurat
dan perawatan khusus
1:5* Unit bedah umum

# Unit bedah umum bisa 1:8


 Rasio staf berdasarkan protokol di rumah sakit dan peraturan perundang-undangan setiap
negara dapat berbeda.
 Umumnya semua bagian lain (misalnya biomedis) mungkin memiliki satu orang
bertugas setelah jam kerja regular atau semua staf/petugas di setiap bagian akan dipanggil.
 Setiap pergerakan evakuasi harus didampingi petugas evakuasi yang terlatih dan
berpengetahuan, mengenai prosedur respon dan evakuasi kebakaran. Jumlah minimum petugas
evakuasi ditentukan menurut protokol darurat fasilitas perawatan kesehatan.
 Dalam beberapa kasus, relawan dapat membantu evakuasi bertahap atau cepat di rumah
sakit. Misalnya : ketika akan terjadi ancaman bom, sunami, angin topan,banjir dan lain-lain.

Model prioritas evakuasi pasien


Tiga jenis model prioritas pasien yang diuraikan dalam di bawah ini sering digunakan dalam prosedur
evakuasi darurat. Model yang digunakan tergantung pada jumlah pasien, waktu yang
tersedia untuk evakuasi, dan jenis peristiwa yang mendorong untuk evakuasi.

Model geografis
Biasanya diterapkan dalam kasus evakuasi bertahap. Model ini sistematis berfokus pada evakuasi area
di risiko terbesar di rumah sakit atau menentukan unit perawatan individu untuk mengevakuasi secara
berurutan, tergantung pada lokasi mereka dalam ruangan.

 Pemilihan Pasien sesuai bagian


Memungkinkan untuk evakuasi sebagian yang tidak akan mengganggu seluruh pasien rumah
sakit, memungkinkan unit untuk tetap bersama kepada seluruh proses evakuasi dengan
meningkatkan konsistensi perawatan medis.
 Pemilihan sesuai status pasien
Membutuhkan waktu yang cukup untuk evakuasi.

Model sumber daya


Model ini berfokus pada memanfaatkan sumber daya dalam cara yang paling efisien mungkin. Oleh
karena itu, prioritas pasien terhubung langsung dengan ketersediaan sumber daya.
Sebagai contoh, pasien ICU akan dievakuasi dengan menggunakan peralatan yang terbaik dari
ambulance yang dilengkapi peralatan untuk penanganan pasien ICU.

 Menggunakan sumber daya secara efektif, yaitu efektif pada arus proses evakuasi dengan
cara atas ke bawah atau cara bawah ke atas.
 Memerlukan perencanaan waktu yang tepat serta signifikan dan manajemen logistik terbaik
untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas selama krisis.

Model kondisi pasien


Model evakuasi ini mencoba untuk memperhitungkan kondisi pasien baik itu mental maupun fisik
atau kondisi selama evakuasi. Dalam model ini, evakuasi dilakukan dengan cara atas ke bawah atau
bawah ke atas cara yang diuraikan untuk model sumber daya. Namun, pasien medis yang paling rapuh
dievakuasi terakhir untuk memastikan bahwa mereka tidak dilepaskan dari ventilator dan peralatan
pendukung hidup, sampai benar-benar diperlukan.

 Mengevakuasi sebanyak-banyaknya pasien.


Pertama untuk memastikan ini terbanyak dalam jumlah pasien. Evakuasi sebagian dapat
dicapai dalam jumlah dan waktu daripada dua model lain yang lebih pendek.
 Tidak memperhitungkan alokasi sumber daya yang sedikit, yang dapat menyebabkan
situasi di mana pasien ICU harus menunggu lama untuk kendaraan transportasi yang sesuai.

Kebutuhan khusus pasien


Sangat penting untuk mengidentifikasi kebutuhan khusus pasien, beberapa diantaranya mungkin
memerlukan perhatian lebih:

 Kebutuhan pasien penderita cacat


Pasien yang tidak bisa mendengar atau melihat atau berada di bawah anestesi (sadar)
pada waktu evakuasi mungkin memerlukan akomodasi khusus.\
 Perawatan medis dan kebutuhan peralatan
1. Pasien mungkin memerlukan alat tertentu life support (misalnya,ventilator) yang
harus menemani mereka ketika mereka dievakuasi. Peralatan yang dioperasikan memakai
baterai harus diperiksa secara teratur dari rumah sakit.
2. obat tertentu yang memerlukan pasien untuk perawatan juga harus menemani
mereka ketika mereka mengungsi.
 Kebutuhan dukungan psikologis
pasien mungkin memerlukan dukungan psikologis, karena stres paska bencana.
Biasanya, pasokan medis (obat-obatan, infus dan sebagainya) tersimpan di bangunan utama rumah
sakit, namun itu semua harus disimpan dalam fasilitas yang mudah di jangkau dan terlindungi dari api
dan asap.
Prioritas pasien dalam skenario evakuasi
Mengutamakan pasien terhadap sumber daya fisik yang terbatas untuk di evakuasi (misalnya personil,
Elevator tangga, transportasi sleds) evakuasi ini adalah yang tersulit karena memerlukan petugas
dalam jumlah banyak dan harus terlatih.
Beberapa keadaan umum pada potensi prioritas evakuasi ini, harus dimasukan dalam skenario
evakuasi. Pemimpin rumah sakit, petugas, administrasi dan semua petugas evakuasi dalam Fire Safety
Management, harus menggunakan skenario ini memasukan pasien prioritas sebagai bagian dari upaya
perencanaan evakuasi.
Dalam evakuasi total, dikarenakan luasnya ancaman terhadap keselamatan pasien dan staf,
Maka prioritaskan pasien dapat keluar sebanyak mungkin. Oleh sebab itu, pasien-pasien ini dapat di
evakuasi saat terakhir setelah pasien lainnya keluar dari area bahaya, kecuali kebakaran berawal dari
tempat pasien ini berada.
Pembagian pasien
o Pasien-pasien dalam bahaya
o Pasien-pasien Ambulatori
o Pasien-pasien secara umum perawatan unit memerlukan transportasi assistence
o Pasien di unit perawatan intensif (ICU).
o Pasien di ruang operasi (penting untuk dicatat bahwa prosedur bedah yang telah di mulai
harus diselesaikan sampai titik keselamatan, sebelum pasien dipindahkan dari tempat bahaya,
mengevakuasi horizontal ke daerah yang aman untuk operasi lengkap ke penempatan pada
titik keselamatan dengan tempat tidur bergerak

Jika waktunya singkat dan kondisi pasien tidak memungkinkan, pasien ICU mungkin akan
dipindahkan setelah semua unit perawatan umum di evakuasi. Selain itu, untuk
memaksimalkan jumlah pasien yang dievakuasi dalam waktu yang singkat, model ini
memastikan bahwa pasien perawatan kritis memiliki akses ke gas medis (O2), suction dan
pemantauan yang intensif.
Jika sumber daya evakuasi terbatas, pasien ICU harus dievakuasi setelah sumberdaya transportasi
tersedia.
Meskipun pasien ICU mungkin orang terakhir yang meninggalkan rumah sakit, mereka
harus menjadi yang pertama untuk meninggalkan tempat berhimpun,
karena mereka adalah prioritas tertinggi untuk transfer ke rumah sakit lainnya.
Dalam pengungsian cepat, rencana transportasi standar harus didasarkan pada proses yang teratur dan
cepat pada pasien unit perawatan seluruhnya dipindahkan secara berurutan.
Evakuasi simultan juga dapat mengambil tempat; yaitu pengobatan umum, unit
bedah dan ICU dapat dikosongkan secara paralel jika memungkinkan untuk menghindari tidak
meratanya permintaan ke sumber daya evakuasi.
Ada kontroversi mengenai urutan evakuasi lantai, tapi satu merekomendasikan rencana untuk
mengevakuasi dari atas bangunan ke bawah jika elevator tersedia atau dari bawah bangunan ke atas
jika hanya tangga yang tersedia. Hal ini penting untuk dicatat bahwa dalam situasi seperti
kebakaran dan gempa bumi, Lift tidak boleh digunakan. Dalam evakuasi bertahap, rumah sakit
mungkin tidak memerlukan penggunaan assembly points, Sebaliknya, mereka dapat memilih untuk
mengirim pasien langsung dari unit mereka menunggu petugas ambulance di staging
area. Dalam keadaan ini, komunikasi antara staging area dan lantai rumah sakit (Exit Discharge)
sangat penting untuk memastikan bahwa aliran pasien keluar dari unit, mengantisipasi tersedianya
unit ambulance lengkap dan mencegah kemacetan ambulance menunggu untuk mengangkut
pasien datang.

Ingat: Prioritas pasien dapat bervariasi tergantung pada waktu, staf, peralatan, dan sumber
daya yang tersedia untuk evakuasi.

Bahaya khusus yang harus diperhatikan


Beberapa jenis bahaya dapat mengancam kepada staf dan pasien, pada kebakaran rumah sakit.

Bahaya khusus dan masalah yang terkait pada kebakaran rumah sakit :
Oksigen
Prosedur ini harus di tetapkan yaitu untuk memastikan ada petugas mematikan aliran oksigen
dan gas medis serta peralatan lainnya, yang dapat berkontribusi sebagai bahan bakar pada
kebakaran. Setiap kamar operasi memiliki manifold untuk mematikan gas medis. Petugas/staf
harus menyadari lokasi manifold ini dan harus mematikannya ketika evakuasi diperintahkan oleh
Inciden Commander.

Asap
Asap menimbulkan risiko tinggi untuk keselamatan pasiendanpetugas, dan didalam prosedur
evakuasi harus memasukkan strategi untuk memindahkan pasien dari daerah di mana bahaya asap ini
ada. (Lihat pencegahan dan penanggulangan kebakaran bagian di atas untuk gambaran langkah-
langkah untuk menghambat perkembangan dan penjalaran hasil pembakaran dan juga asap.)

Peralatan Listrik
Cabut/matikan semua peralatan listrik, yang tidak terhubung dengan peralatan ke pasien.

Penerangan
Memastikan bahwa ada lampu emergency yang memadai untuk melakukan evakuasi, karena listrik
sudah dimatikan, lampu emergency sistem dengan kapasitor yang diaktifkan ketika
power dimatikan yang umum digunakan

Air
Peralatan medis harus terlindung dari air, yang dapat merusak mesin-mesin penting
(ingat penggunaan alat penyiram kabut dan sprinkler). Juga pasien terhindar dari air sehingga menjadi
dingin dan mungkin akan bertambah sakit pada pasien.
Pertimbangkan memiliki terpal plastik (misalnya, "visqueen") tersedia untuk menutupi pasien selama
melakukan evakuasi.

Peralatan Transportasi Evakuasi


Dalam evakuasi, sangat penting untuk memiliki alat transportasi yang tersedia untuk pasien.
Misalnya sebagai berikut:
 Selimut
 Kursi roda
 Tempat tidur
 Kanvas usungan/tandu/Gurneys
 Backboards
 Sked Stretchers
 Dan lain-lain

Diagrammatic Use of a Sked Stretcher

Beberapa peralatan, seperti backboards dan tandu sked , biasanya tidak disimpan dirumah
sakit. Bahan-bahan ini biasanya dimiliki oleh Pemadam Kebakaran dan tentara.
Ada catatan praktis yang penting untuk diingat ketika menggunakan alat transportasi di rumah sakit
pada saat evakuasi, sebagai berikut:
1. Jumlah peralatan yang cukup harus tersedia untuk mengevakuasi setiap lantai.
2. Peralatan yang harus disimpan di tempat-tempat yang mudah diakses setiap saat
itu tidak disimpan dalam lemari terkunci.
3. Semua alat transportasi harus menjadi bagian dari program pemeliharaan preventif
direncanakan rutin sebagai fasilitas evakuasi.
Komando dan kontrol
Kewenangan untuk memerintahkan evakuasi
Setelah CEO rumah sakit, petugas komunikasi, dan incident commander yang ditunjuk. Mengambil
keputusan untuk mengevakuasi dengan menerima masukan dari semua petugas.
Ketika waktu memungkinkan (yaitu, tidak dalam kasus evakuasi), rumah sakit mungkin
mempertimbangkan membuat tim evakuasi, dengan perwakilan dari perawat, dokter, keamanan,
perawatan ruangan, keamanan, dan lain-lain agar dengan cepat dapat menimbang risiko evakuasi
terhadap risiko berlindung di tempat (tidak evakuasi).
Setelah keputusan untuk evakuasi telah dibuat, ada beberapa keputusan kunci tambahan yang harus
dilakukan dengan cepat dan dikomunikasikan.
1. Level evakuasi: parsial, lengkap
2. Jenis evakuasi: segera, cepat, bertahap, hanya persiapan
3. Prioritas pasien
4. Perencanaan Aktivasi evakuasi : komponen/personil
 Assembly point and discharge site Locations
 Evakuasi/koordinator operasi
 Staf
 Pasien
Incident commander terus menilai situasi, seperti rencana dan aktivitas mungkin perlu beradaptasi
dengan perubahan dalam keadaan sekitar evakuasi.
Command Center
Dalam proses evakuasi, incident Commander rumah sakit bertanggung jawab dalam penanggulangan
kebakaran sampai proses evakuasi dengan segera mengaktifkan pusat komando rumah sakit,
dimana keputusan dapat dibuat dan di keluarkan untuk evakuasi.
Command center harus menjadi bagian dari Fire Safety Management yang ada di rumah sakit
dan terpisah dari staging area untuk pemadam kebakaran. Namun, kepala peran kebakaran
bagian/lantai atau komandan kebakaran lantai harus bekerja sama dengan incident commander Gedung
rumah sakit untuk membuat keputusan seluruh proses evakuasi.

Assignments/tugas Command Center


1. Ditunjuk salah satu staf (ditugaskan oleh rumah sakit) perlu koordinasi dan organisasi
proses evakuasi. Individu ini biasanya ditunjuk juga sebagai koordinator evakuasi.
2. Incident Commander Rumah Sakit menentukan lokasi yang pasien akan dievakuasi (yaitu
lokasi-lokasi aman dirancang oleh rumah sakit).
3. Semua personil yang terlibat perlu mengetahui peran dan tanggung jawab mereka.
Mereka dapat ditugaskan peran mereka baik sebelum atau selama kebakaran (yang terbaik
sebelum kejadian sudah terlatih).
Komunikasi
1. Sebuah sistem komunikasi tertentu harus di tempat sehingga Koordinator evakuasi
dapat mempertahankan kontak dengan petugas di bawahnya dan petugas dapat berkomunikasi
dengan petugas lainnya.
2. Di beberapa negara, ketika terjadi bencana Nasional, Angkatan bersenjata sering membantu
hal ini dan akan menyediakan perangkat komunikasi.
3. Cara tradisional bentuk komunikasi adalah penggunaan "caraka," yaitu petugas
yang pindah dari titik A ke titik B dan C untuk menyebarkan informasi.
Kepercayaan
 salah satu kriteria utama untuk IC adalah kepercayaan, yang jatuh ke Koordinator
evakuasi dan semua petugas di bawah komandonya.
Tanggung jawab evakuasi di setiap rumah sakit berbeda-beda. Karena tidak semua fasilitas kesehatan
dimiliki rumah sakit, sehingga beberapa bagian atau anggota staf mungkin diperlukan untuk berbagai
tanggung jawab.
Koordinator Evakuasi
Koordinator evakuasi adalah link utama antara Incident commander di rumah sakit dan bangsal pasien
selama evakuasi. Tanggung jawab utamanya adalah untuk memonitor dan mengkomunikasikan setiap
perkembangan serta untuk memastikan bahwa semua pasien telah dievakuasi. Dalam
evakuasi, koordinator evakuasi harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tercantum di
bawah ini.
1. Waktu untuk persiapan perawat: Berapa lama waktu tersedia untuk
menyiapkan pasien sebelum evakuasi dimulai?
2. Lokasi assembly point: pasien harus pindah ke lokasi assembly point atau
modifikasi diperlukan sebagai hasil dari skenario evakuasi?
3. Lokasi discharge site: Petugas harus mengirim pasien berobat
(yakni, mereka yang tidak memerlukan tindakan medis mendesak) ke lokasi
discharge site atau apakah modifikasi diperlukan sebagai akibat
dari skenario evakuasi?
4. Prioritas evakuasi : dalam urutan apa yang akan di evakuasi petugas?
5. Penggunaan lift: bagaimana jika Elevator tersedia apakah
dapat digunakan dalam evakuasi?
6. Penggunaan Tangga: apakah bisa tangga digunakan dalam evakuasi?
7. Petugas yang telah masuk dalam FSM sementara mereka tidak ada di tempat (di
rumah): bagaimana menghubunginya untuk membantu dalam evakuasi?
8. Petugas kembali ke gedung: setelah tiba di lokasi essembly point apakah
petugas harus kembali lagi ke dalam rumah sakit, lalu siapa yang menjaga
pasien di essembly point?.
9. Bagaimana dengan pengelompokan pasien setelah sampai di essembly point,
siapa yang akan mengelompokan?
10. Jika pihak keluarga (penunggu) pasien mungkin dapat bersedia menjaga pasien,
maka kemungkinan ini harus dimasukan dalam skenario evakuasi

Ingat: Koordinator evakuasi berkomunikasi dengan pasien bangsal dan memantau kemajuan
mereka untuk memastikan bahwa setiap pasein telah dievakuasi dengan aman.

Penetapan Peran Staf


Evakuasi adalah proses yang sangat padat karya. Seluruh staf diberikan tugas untuk mendukung
evakuasi harus segera diaktifkan. Beberapa staf mungkin perlu di tunjuk untuk masuk dalam tim FSM,
namun tetap harus melihat dan memperhatikan jumlah staf/perawat yang shift malam, sore dan pagi.
Yang terbaik memasukan nama-nama staf pada FSM sesuai dangan jam shiftnya artinya setiap shift
akan berbeda daftar petugas evakuasi dan lainnya sesuai kebutuhan. Atau staf dapat ditetapkan peran
ganda; sebagai contoh, beberapa personil yang mengangkut pasien keluar dari
bangunan dapat dipindahkan sebagai pengirim pesan ke setiap bagian atau yang tugas yang lainnya.

Contoh penetapan tugas staf

FUNGSI PENGAWAS PERKIRAAN

STAF

Menyiapkan pasien untuk evakuasi

umah sakit)

Mengisi kebutuhan
Petugas evakuasi

staf (tergantung pada persyaratan r


Transportasi pasien ke lokasi essembly point Pemimpin
transportasi
Melacak pasien pada lokasi essembly point Pengawas
pencarian

Menilai pasien di lokasi essembly point (menetapkan


Pimpinan essembly
satu dokter untuk setiap unit perawatan pasien
point
sampai tambahan dokter tiba di lokasi essembly

point)

dukungan perawat di lokasi essembly point

(mengidentifikasi Petugas Medis

jumlah anggota staf diperlukan untuk setiap bagian)

Penyiaran informasi/pasokan/obat antara essembly

point dan rumah sakit Pimpinan essembly


point
(cantumkan nomor petugas pembawa pesan yang

diperlukan untuk setiap titik persiapan)

Triase pasien untuk transportasi dan discharge Pemimpin triase

Mengatur kendaraan angkutan Pemimpin


(ambulance) untuk pasien dan transportasi

memastikan kesiapan pasien untuk perjalanan

Perawatan untuk membantu pasien di daerah/bagian

discharge Pimpinan discharge


site
Menentukan kontak/membantu keluarga dalam Administrasi

pemberitahuan darurat
Triase pasien untuk transportasi atau discharge site Pemimpin triase

Mengatur kendaraan angkutan (ambulance) untuk pemimpin

pasien dan memastikan kesiapan pasien untuk transportasi


perjalanan

Perawatan untuk membantu pasien di daerah/bagian pemimpin discharge


discharge site

Menentukan kontak/membantu keluarga dalam Administrasi


pemberitahuan darurat

Contoh Struktur Sistem Incident Commander Rumah Sakit

Incident Commander Rumah Sakit

 Memimpin jalannya Pemadaman dan evakuasi


 Menetapkan tujuan prioritas
 Memantau berjalannya penanggulangan kebakaran dan evakuasi sesuai prosedur

Petugas penghubung/komunikasi

 Berkoordinasi dengan instansi terkait (Dinas Pemadam, Kepolisian, Kesehatan, ambulance


dan lain-lain).
 Berkoordinasi dengan rumah sakit lain, untuk pemindahan pasien
 Memastikan alat komunikasi berjalan baik
 Memastikan telpon tidak ada yang memakai (digunakan hanya dalam/untuk darurat)
Petugas keamanan

 Bertanggung jawab seluruh keamanan rumah sakit


 Memiliki spesialisasi keterampilan dan kesiapsiagaan bencana dan peraturan kesehatan
dan keselamatan
 -Ikut mengatur jalannya transportasi ambulance dan mobil lain (Pemadam, Polisi, dan lain-
lain)
Koordinator Evakuasi
 Menjalankan rencana evakuasi
 Sumber daya langsung kepada pasien
 Berkomunikasi antara petugas rumah sakit terutama incident commander
 Memastikan proses evakuasi berjalan sesuai prosedur
 Memastikan semua pasien di evakuasi
Pencarian dan Penyisiran Pasien
Harus ada yang ditunjuk untuk "Pencarian dan penyisiran Pasien" kepada staf yang bertanggung
jawab untuk pencarian dan pelaporan di ruangan perawatan, seluruh proses evakuasi untuk
memberikan kepercayaan terus-menerus kepada anggota staf meliputi :

 Petugas yang ditunjuk untuk melakukan penghitungan di lokasi assembly point.


 Staf yang ditugaskan mengecek ke kamar dan lantai harus memastikan bahwa kamar dan
lantai telah dikosongkan.
 Kepala peran kebakaran di setiap bagian/lantai yang bertanggung jawab untuk menangani
bahaya khusus atau masalah (misalnya, mematikan gas medis, melakukan penghitungan
dalam wilayah tanggung jawabnya).
Medical Record

 Medical Record biasanya terletak di administrasi lantai dengan pasien. Memastikan bahwa
catatan medis menyertai pasien ketika mereka dievakuasi.
 Obat dan peralatan yang penting untuk pasien harus dibawa juga.
 Protokol tertentu untuk memastikan bahwa catatan meninggalkan dengan pasien
harus ditetapkan sebagai bagian dari prosedur evakuasi.
 Pertimbangan harus diberikan untuk menyimpan semua fasilitas catatan kesehatan medis
penting dalam fireproof filing lemari (lemari tahan api).
 Status pasien/lokasi
 Lokasi saat ini/tempat titik berkumpul (identifikasi pasien sesuai dengan perawatan/penyakit)
pasien dan tujuan mereka harus ditentukan oleh Incident Commander rumah sakit.

Kontak keluarga untuk pemberitahuan darurat


Harus ada kontak darurat untuk semua pasien. Informasi kontak keluarga biasanya disimpan dengan
catatan medis pasien. Dalam pengungsian, petugas yang ditunjuk
harus:

 Berupaya untuk memberitahu anggota keluarga dan pihak lain yang bertanggung jawab
tentang tujuan pemindahan pasien.
 Menjawab panggilan dan menanggapi pertanyaan dari anggota keluarga tentang keadaan
pasien dan lokasi pemindahannya.
relokasi/Staging areas
Essembly points dan lokasi discharge site
Rumah sakit harus mengidentifikasi beberapa lokasi yang mengelilingi bangunan yang dapat
digunakan sebagai titik-titik persiapan, mempersiapkan essembly point dan discharge site.

o Assembly point / Holding Area


Tempat atau tempat-tempat yang mana unit perawatan pasien berkumpul (di luar bangunan klinis
utama rumah sakit) untuk menerima perawatan dasar dan menunggu pemindahan atau
kembali ke rumah sakit. Essembly points tidak dimaksudkan untuk menjadi komprehensif bidang
rumah sakit, Sebaliknya, mereka harus dirancang sebagai penanganan perawatan penting/mendesak
karena sumber daya tersedia.

o Discharge Site
Tempat dimana pasien yang dapat pulang ke rumah sambil menunggu keluarga atau
teman untuk membawa mereka.
Discharge Site harus ditempatkan jauh dari Essembly points untuk meminimalkan
kemacetan lalu lintas dan padatnya menuju ke jalan Raya.
Pertimbangan penting termasuk:

 Jarak dan luas essembly points serta discharge site, sementara essembly point dekat dengan
rumah sakit dapat membantu dalam upaya untuk merelokasi pasien yang rapuh selama
evakuasi, itu juga bisa yang menjadi perhatian setiap peristiwa yang melibatkan bahan
peledak, bahaya kimia atau beberapa jenis lainnya yang berpotensi luas sebagai
ancaman. Hal ini juga penting untuk mempertimbangkan arah angin, khususnya sehubungan
dengan penjalaran asap yang berhubungan dengan api. Idealnya, essembly point dan discharge
site akan mengizinkan berlindung di dalam ruangan.
 Skala ekonomi: pemilihan essemby points dan pelepasan situs harus memperhitung kan bahwa
sulit untuk layanan klinis dukungan (misalnya, Layanan farmasi) untuk mendukung
perawatan pasien dalam banyak dipisahkan lokasi.
 Area identifikasi: beberapa area terdekat harus diidentifikasi, dan kesediaan mereka
untuk membantu terjadi darurat harus dikonfirmasikan. Jika terjadi keadaan darurat,
ini harus dihubungi segera

Tim pemindahan pasien


Jika pasien dipindahkan ke fasilitas kesehatan alternatif (rumah sakit lain), maka tim pemindahan
pasien harus diaktifkan. Tim ini mencakup perwakilan dari kelompok incident command, dokter
senior, perawat senior dan pimpinan rumah sakit. Tim bekerja sama dengan pejabat pemerintah untuk
mengidentifikasi tersedianya tempat tidur dan ambulance untuk pasien yang akan dipindahkan. Semua
praktisi dokter dan perawat harus diberitahu bahwa tim pemindahan pasien telah diaktifkan dan
mengatur tujuan yang tepat untuk semua pasien. Hal ini sangat penting untuk keberhasilan evakuasi.

Ikhtisar
Proses evakuasi rumah sakit dapat dibagi menjadi beberapa komponen kunci. Semua petugas harus
menyadari peran dan tanggung jawabnya masing-masing, melalui latihan teratur dan simulasi,
mereka harus paham setiap rincian rencana evakuasi.

Berikut adalah contoh skema tahap inti evakuasi rumah sakit:

PELATIHAN LATIHAN PENGUNGSIAN

Aktivasi
Berdasarkan bunyi alarm kebakaran, diharapkan bahwa staf rumah sakit akan mengaktifkan
sistem dipraktekkan atau urutan aktivitas respons. Fasilitas kesehatan masing-masing harus memiliki
system yang unik yang telah disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan.

Rencana evakuasi
respon yang harus dibahas dan dikembangkan oleh administrasi rumah sakit dan rekayasa
dan tim medis. Rencana harus mencakup pelatihan yang dijadwalkan secara rutin untuk semua staf.

pelatihan staf
Pelatihan umum mencakup semua staf :

 Pelatihan tentang cara untuk mengangkat dan memindahkan pasien.


 Pelatihan tentang cara menggunakan alat pemadam kebakaran.
 Pelatihan apa yang harus dilakukan jika mereka melihat api.
Sebagai contoh, singkatan RACE menentukan tindakan yang akan diambil dalam kebakaran
(meskipun tidak dalam urutan tertentu;incident commander rumah sakit menentukan
tindakan yang tepat untuk yang diambil dalam situasi tertentu):
1. R- Rescue – menyelamatkan orang yang terancam oleh kebakaran
untuk daerah yang aman
2. A- Aktifkan alarm
3. C- Close - Tutup semua jendela dan pintu, menghindari api dan asap
4. E- Evakuasi - mengungsi
 Pelatihan apa yang harus dilakukan jika mereka mendengar alarm dan melihat lampu berkedip.
Pelatihan khusus mendefinisikan peran dan tanggungjawab setiap anggota staf. Sebagai contoh, dalam
kasus alarm kebakaran, siapa yang menghubungi Dinas kebakaran dan rumah sakit terdekat?

Tindakan sesuai Peran


Tindakan Peran adalah ringkasan singkat yang menentukan setiap peran dalam keadaan darurat
dan detail tugas yang diberikan untuk setiap peran. Semua anggota staf harus memiliki pengetahuan
umum dan pemahaman tentang berbagai peran, sebagai staf tunggal anggota
dapat bertugas dengan lebih dari satu atau mungkin diminta untuk melakukan peran yang ber
beda, mengingat situasi.
Latihan kebakaran
Latihan kebakaran dirancang untuk memastikan bahwa, melalui pelatihan secara
reguler dan simulasi, anggota staf akan:
 Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang keselamatan kebakaran,
merencanakan sehingga mereka dapat bertindak dengan cepat, aman dan tertib cara.
 Menjadi terlatih tentang perlindungan kebakaran. Ketakutan individu tidak
dapat bertindak bijaksana dan cerdas, dan mereka dapat melakukan hal-hal yang
merugikan diri sendiri atau orang di sekitar mereka.
 Meningkatkan kepercayaan diri dan kekuatan untuk memikul tanggung jawab mereka
dalam kebakaran.

Penting untuk dicatat bahwa semua simulasi pelatihan dan latihan kebakaran perlu
dijadwalkan dan dilakukan secara teratur, dan evaluasi kinerja perlu dilakukan dan digunakan
untuk meningkatkan ketrampilan pada pelatihan berikutnya.

Ingat: Pelatihan secara reguler dan simulasi sangat diperlukan untuk meningkatkan
respon dan keselamatan staf serta pasien.
Daftar Pusataka :

1. The eight leading causes of hospital fires. http://www.fiercehealthcare.com/story/eight-leading-


causes-hospital-fires/2009-10-20. Accessed 8 February 2014.
2. Cleveland Clinic, St. Anthony’s Hospital, and Mercy Hospital fires: case studies. www.nfpa.org.
Accessed 8 February 2014.
3. Hospital prevention and evacuation, Wasington, D.C, PAHO, @2014
4. Hospital Barros Luco fire. PAHO report dated 27 May 2003.
Calderon Guardia Hospital fire. http://www.nbcnews.com/id/8551431/ns/world_news-americas/t/die-
costa-rica-hospital-fire/#.UwKPntiYaM8. Accessed 8 February 2014.
5. St Jude Hospital. PAHO situation report dated 9 June 2010.
6. Undang-undang Bangunan Gedung Tahun 2002
7. Perda Provinsi DKI Jakarta No. 3 tahun 1992
8. Perda Provinsi DKI Jakarta No. 8 tahun2008

Anda mungkin juga menyukai