Tak heran
jika saat bulan Ramadhan, menjelang hari raya Idul Fitri, kita pun merasakan gegap gempita.
Bunyi beduk saat sahur dan buka puasa Ramadhan, acara televisi yang bernuansa Islami, dan
tradisi mudik. Semua dekat dengan kita.
Gereja Katolik Indonesia berada dalam realitas itu. Hubungan dengan agama-agama lain,
termasuk Islam, secara eksplisit tertuang dalam satu deklarasi Konsili Vatikan II, Nostra Aetate.
Sebelumnya, Paus Paulus VI telah mempromulgasikan Ensiklik Ecclesiam Suam pada 6 Agustus
1964, yang mengartikan dialog sebagai norma dan cita-cita. Lantas semangat itu
diwujudnyatakan dengan pendirian Sekretariat
untuk Umat Bukan Kristen pada Pentakosta 1964, yang sejak 28 Juni 1988 menjadi Dewan
Kepausan untuk Dialog Antarumat Beragama. Melalui lembaga ini, setiap menjelang Idul Fitri,
Paus mengeluarkan pesan Ramadhan.
Idul Fitri identik dengan silahturahmi, saling bersalaman, dialog, dan meminta maaf. Paus
Fransiskus pun mengangkat tema tentang kerahiman dalam pesan bulan Ramadhan tahun ini. Ia
mengatakan bahwa kekristenan dan Islam percaya kepada Allah yang penuh belas kasih, yang
menunjukkan kerahiman dan kasih sayang kepada semua ciptaan-Nya. Kerahiman Allah
diwujudkan dalam cara-cara tertentu, terutama melalui pengampunan akan kesalahan-kesalahan
kita, maka Dia adalah pribadi yang mengampuni (al-Ghafir), Dia
yang banyak dan selalu mengampuni (al-Ghafour).
Masih dalam suasana Tahun Suci Kerahiman Allah dan Lebaran, kita, umat Kristen dan Islam
pun dipanggil melakukan hal terbaik meneladan Allah, Sang Maharahim. Dia telah menaburkan
kerahiman kepada semua makhluk secara cuma-cuma, tanpa membedakan. Maka kini saatnya
kita pun menyebarkan kemurahan hati kepada sesama, juga tanpa membedakan latar belakang.
Dia Yang Maharahim memanggil kita untuk saling berdialog, bersilahturahmi, dan mengampuni.
Pencegahan kebakaran dan evakuasi di Rumah Sakit
Pendahuluan
Daerah perkotaan masih menjadi magnet yang besar buat masyarakat meninggalkan desa untuk
mengadu nasib di kota-kota, sehingga populasi penduduk menjadi masalah yang sulit sekali
terpecahkan di kota besar, dari penyedian lahan perumahan sampai pada bangunan-bangunan
komersial. Keterbatasan lahan menjadi masalah besar untuk bangunan-bangunan umum seperti
perdagangan dan juga rumah sakit.
Dan karena keterbatasan lahan untuk pembangunan rumah sakit maka sekarang kebanyakan
rumah sakit menyerupai hotel atau pusat perbelanjaan (baca: gedung tinggi). Gedung tinggi
merupakan fenomena daerah urban / perkotaan, dimana semakin banyak didirikan diberbagai
kota besar di Indonesia. Melalui Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
( UUBG 2002 ), factor keselamatan telah menjadi persyaratan penting yang harus dipenuhi oleh
bangunan gedung. Salah satu aspek keselamatan adalah keselamatan dari bahaya kebakaran.
Untuk menjamin tingkat keandalan serta keselamatan bangunan agar dapat digunakan sesuai
dengan fungsinya, maka perlu dilengkapi dengan system proteksi aktif, system proteksi pasif,
dan penerapkan Manajemen Keselamatan Kebakaran ( Fire Safety Management, FSM ). Ketiga
komponen proteksi tersebut adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. pada dasarnya
FSM telah dijalankan pada bangunan gedung, dengan bentuk dan kualitas yang beragam.
Didapati bahwa bangunan komersil memiliki perhatian yang lebih baik dalam penerapan FSM
dibandingkan bangunan perkantoran dan rumah sakit. Namun demikian, apresiasi masyarakat
terhadap FSM dirasakan masih kurang. Banyak faktor kenapa bangunan perkantoran dan rumah
sakit belum menerapkan pelaksanaan FSM, di antaranya adalah :
1 1) kendala personil ( baik kuantitas maupun kualitas/kompetensi ),
2 2) pembiayaan yang dirasa memberatkan,
3 3) kebijakan ( baik internal maupun eksternal ).
Untuk Rumah Sakit dalam penerapan FSM ada beberapa hal yang berbeda dengan bangunan lain
, misalnya: Dalam hal evakuasi, di rumah sakit tentu banyak terdapat pasien , baik itu pasien
rawat jalan, pasien rawat inap yang dapat berjalan (ambulatory), pasien rawat inap yang tidak
dapat berjalan (non ambulatory) , pasien rawat inap yang tidak dapat berjalan dan memerlukan
alat bantu kesehatan (oksigen, Ventilator-Dependent dan lain-lain), serta pasien yang ada di ICU
dan ICCU yang tentu memerlukan alat bantu. ditambah lagi dirumah sakit hampir setiap hari
melakukan tindakan operasi (bedah) yang terkadang memerlukan waktu yang tidak sebentar,
sehingga tidak mungkin ketika sedang melakukan operasi harus segera di hentikan
karena terjadi kebakaran . Di rumah sakit juga banyak bahan-bahan yang dapat membuat api
semakin membesar ketika terjadi kebakaran misalnya : oksigen, kasur busa, gas elpiji dan lain-
lain
Oleh karena itu, Rumah Sakit harus siap seandainya terjadi kebakaran dengan proteksi pasif
yang baik misalnya menahan rambatan api, misalnya : bahan bangunan gedung, kontruksi
bangunan gedung, kompartemisasi dan pemisahan serta penutup pada bukaan. Proteksi
Aktif juga sangat penting karena Tanggung jawab utama pengendalian kebakaran terletak
pada petugas rumah sakit sepeti : alat pemadam api ringan, system deteksi dan alarm kebakaran,
. system pipa tegak dan slang kebakaran serta hidran halaman, system sprinkler otomatis, system
pengendali asap, lif kebakaran, pencahayaan darurat, penunjuk arah darurat, system pasokan
daya listrik darurat, pusat pengendali kebakaran, instalasi pemadam khusus.
Sangatlah penting setiap karyawan sudah terlatih dengan rencana prosedur pencegahan
kebakaran di rumah sakit dan mengerti tindakan yang tepat jika terjadi kebakaran. Tindakan
yang tepat dalam keadaan darurat kebakaran dapat mengurangi resiko kebakaran.
Sementara pelatihan pengungsian (evakuasi) di rumah sakit tujuan utamanya adalah untuk
tidak mengungsikan pasien kecuali sangat diperlukan, Oleh karena itu perhatian khusus harus
difokuskan pada teknik pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang tepat untuk
menghindari skenario terburuk, namun bila sangat diperlukan pasien seluruhnya harus
dievakuasi, Rumah Sakit harus siap melakukannya. Pelatihan evakuasi dan Kesiapsiagaan
sangatlah penting untuk menghindari dan/atau meminimalkan korban jiwa, yaitu dengan
memberikan panduan yang baik dan tepat di rumah sakit pada saat evakuasi berlangsung.
Rencana Penanggulangan Kebakaran dan Evakuasi di Rumah Sakit berisi rincian tugas-tugas dan
tanggung Jawab setiap anggota staf sampai pada pimpinan Rumah Sakit.
Banyaknya bahan yang mudah menyala dan mudah membakar adalah contributor
utama terjadinya kebakaran di rumah sakit. Sebagai contoh saja,
National Fire Protection Association mencatat penyebab kebakaran rumah
sakit di Amerika Serikat dalam tabel di bawah ini
Menghanguskan 74 kamar
Bahan yang mudah terbakar menyebabkan cepatnya penyebaran api dan
asap.
Kepala Teknisi Rumah Sakit meninggal dunia ketika berusaha
memadamkan api di ruangan Binatu.
Satu perawat di bangsal Pediatrik tidak dapat menyelamatkan seorang bayi
dan ikut meninggal dunia dengan bayi tersebut.
Pemadam Kebakaran yang tiba di tempat setelah sepuluh menit panggilan
melihat asap tebal keluar dari bangunan Rumah Sakit dan mengatakan,
kita tidak punya kesempatan
Januari 1950: Rumah Sakit Jiwa Wanita St. Elizabeth, bangunan psikopat Mercy, Davenport,
Iowa, Amerika Serikat
Bulan April 2013: rumah sakit psikiatris No. 14, Ramensky, Rusia
1. Bagaimana dengan mudah api membakar struktur bangunan dan perabot interior?
2. Bagaimana ketentuan untuk membatasi penyebaran api dan asap?
3. Apa yang dilakukan ketika melihat kebakaran?
4. Bagaimana cara melaporkan kejadian kebakaran kepada Dinas Pemadam Kebakaran?
5. Bagaimana berlatih pencegahan dan penanggulangan kebakaran?
6. Bagaimana prosedur evakuasi di rumah sakit?
Pencegahan
Bagian ini mempertimbangkan aspek pencegahan kebakaran yang berhubungan dengan bahan-
bahan yang tahan terhadap penyalaan dan pembakaran dari bahan-bahan yang mudah menyala
dan membakar sehingga memerlukan perawatan khusus jika digunakan di rumah sakit. Tujuan
strategi pencegahan adalah untuk membatasi kejadian besarnya kebakaran serta membatasi api
dan asap menyebar ke fasilitas medis. Pihak rumah sakit kususnya yang masuk dalam organisasi
FSM harus memahami sifat-sifat api, phase-phase kebakaran, taktik dan strategi pemadaman
serta kelas-kelas kebakaran agar dalam perencanaan dan perawatan gedung akan mengacu pada
bahan (material) bangunan yang tidak mudah menyala dan membakar.
Struktur Baja
Bahan ini memiliki ketahanan yang sangat rendah untuk kebakaran, dan dengan demikian
beberapametode tersedia. Sampai dengan 3jam perlindungan api dapat dicapai dengan boards da
n vermiculite 5 beton semprot. Hingga 2jam dapat dicapai dengan cat "intumescent" dan selimut
fleksibel (meskipun yang terakhir tidak
optimal estetis). Daya tahan intumescent cat di daerah tropis tidak dijamin, dan hardtop dekoratif
mungkin diperlukan untuk melindungi lapisan intumescent dilingkungan yang lembab.
Unsur-unsur baja termasuk beton terbungkus, sangat mahal dan memakan waktu (serta ruang ).
Bentuk-bentuk lain yang kurang populer adalah kolom beton penuh, yang berisi kolom udara
dan blok penuh kolom jaring. (Catatan: daya tahan umur juga harus dipertimbangkan dengan
perlindungan yang ditentukan untuk unsur-unsur Baja struktural.)
struktur baja
blok kolom.
Stainless Steel
Stainless steel biasanya berfungsi lebih baik dari baja ringan, yang memiliki karbon rendah
konten (0,1% untuk 0,25%), karena ia tetap lebih
banyak kekuatan dan kekakuan bila terkena api. Namun karena
struktur baja yang biasanya terkena tahan api inheren mereka perlu dihitung
sebagai bagian dari fasilitas rekayasa skema.
Struktur kaca
Jenis kaca Tahan api, seperti kawat interlayer kaca, kaca laminasi intumescent, dan usaha kaca
borosilicate (seperti yang dikenal sebagai Pyrex), dapat menahan rambatan api hingga 60 menit
Fasilitas medis
Fasilitas yang ada harus dipasang untuk dapat meningkatkan pertahanan rambatan api.
Sebagai contoh, dinding kayu berbingkai cahaya dan lantai dapat dihilangkan dan diganti
dengan papan seperti gypsum atau papan beton, yang dapat memiliki menahan rambatan
api 60 menit, tergantung pada ketebalan papan.
Papan harus berpotongan dengan lantai beton padat dinding dan sebagainya untuk
membuat partisi tahan api yang terus-menerus, juga dikenal sebagai kompartemen
kebakaran. Kompartemen kebakaran, yang biasanya harus memiliki rating 2 jam
terbakar, yang dipisahkan oleh dinding kebakaran dan pintu kebakaran.
bahan yang mudah terbakar harus dilindungi dengan cat tahan api atau bentuk lain dari
isolasi api, Bahan-bahan yang mudah terbakar mencakup cairan kayu, mudah terbakar,
listrik peralatan dan kabel, logam mudah terbakar, gas medis (terutama oksigen) dan
peralatan memasak.
Pintu kaca dan jendela harus tahan api serta tahan pecah.
Langit-langit, ubin, dinding dan lantai (misalnya, karpet) harus tahan api.
Pintu kebakaran dan frame harus menyatu antara kamar atau kompartemen tahan api
masing-masing dan setiap arahan tingkat tangga untuk menghindari
bahaya kebakaran. Sangat penting bahwa pintu kebakaran
dengan minimal rating 20 menit sampai1,5 jam memisahkan setiap kamar dan pintu
kebakaran harus selalu tertutup.
Semakin banyak jumlah lantainya, maka akan semakin rumit rencana evakuasi, baik
itu pergerakan horisontal maupun vertikal.
Jika tanah terbatas, 7 lantai adalah jumlah maksimal dalam desain Fasilitas Medis baru,
karena harus mengurangi jumlah lantai gedung. Secara tunggal
lantai, bangunan rendah yang tersebar di seluruh ruangan akan lebih baik, karena akan
lebih mudah dan cepat untuk mengevakuasi.
ICU dan UGD (Unit Gawat Darurat) seharusnya berada di lantai dasar atau lantai
tingkat dengan erdedikasi landai akses. Biasanya unit yang lalu
lintasnya tinggi (misalnya, diagnostik) terletak di lantai bawah tanah. (Catatan:
Konfigurasi dan desain ICU harus berbeda dangan ruangan lain)
Rute evakuasi harus dipasang di rumah sakit, utamanya akses poin untuk secara jelas
mengidentifikasi rute jalan keluar. Ini penting untuk dicatat bahwa evakuasi tidak
selalu melibatkan pasien dan staf keluar bangunan; mereka mungkin diperlukan
untuk pindah bagian gedung lain atau ke lantai atas (Horizontal).
Untuk menjamin pasien dan staf berevakuasi dengan mudah dan cepat.
Sinar/cahaya harus cukup menerangi jalan keluar, walaupun ada satu lampu pasien
masih dapat berjalan tanpa kesulitan.
Penerangan harus menyala terus menerus.
Penerangan harus dilengkapi dengan sumber daya cadangan, sebagai antisipasi jika
sumber daya utama padam/trouble.
Jumlah exit harus dikaitkan dengan jumlah penghuni dan pengunjung (pasien) untuk
rumah sakit yang tidak ada sprinklernya jarak tempuh maksimalnya adalah 30 m, untuk
yang ada sprinklernya maksimal 75 m
Sepanjang jalur exit harus terang (lampu darurat) dan tidak terhalang, dengan 2 sumber
daya agar jika sumber daya utama padam masih terus menyala.
Jalan keluar harus jelas diidentifikasi.
Arah menuju ke titik atau lokasi exit harus cukup jelas dengan menggunakan penunjuk
arah bertuliskan KELUAR/EXIT
Pada tempat-tempat yang dapat disalah tafsirkan jala keluar harus diberi tanda BUKAN
JALAN KELUAR.
Tanda penunjuk arah keluar harus berwarna putih dengan dasar warna hijau atau
sebaliknya.
1. Kotak manual alarm harus aman dipasang pada latar belakang warna kontras.
2. bagian beroperasi dari kotak alarm kebakaran tidak boleh lebih dari 1,07 m (42 inci)
untuk ukuran 1,22 m (48 inci) di atas lantai.
3. Kotak manual alarm harus terletak mencolok tidak terhalang dan dapat diakses dengan
mudah.
4. Kotak manual alarm harus ditempatkan dengan jarak horizontal perjalanan antara
kotak di setiap lantai tidak lebih dari 61 meter.
5. Selain itu, manual kotak alarm harus berada dalam jarak 1.52 m dari kedua sisi
pembukaan dikelompokkan (misalnya, sebuah elevator dan tangga terletak bersama-
sama) yang lebih dari12,2 m (40 kaki) lebarnya.
1. Detektor asap umumnya akan mendeteksi api lebih cepat daripada detektor panas.
Namun personil yang bertanggung jawab untuk daerah tertentu dari asap dan
pendeteksi panas harus mempertimbangkan kemungkinan setiap alarm palsu atau yang
tidak diinginkan. Misalnya, detector asap mungkin tidak boleh digunakan di fasilitas
dapur. Sebaliknya memilih untuk suhu Panas tetap seperti dalam kasus kasus yang mana
peningkatan suhu mendadak dalam kebakaran.
2. Asap dan panas dari kebakaran akan cenderung menumpuk di bagian tertinggi diruang ter
tutup bangunan. Ini adalah dimana detektor yang harus ditempatkan.
3. Lokasi pendeteksi asap dan panas tergantung pada jenis detektor yang sedang digunakan
dan geometri dan hunian ruang. Biasanya daerah pertanggungan maksimal untuk asap
dan pendeteksi panas yang 100 meter persegi dan 50 meter persegi, masing-masing.
4. Ada tiga jenis detektor asap : ionisasi, fotolistrik, dan gabungan terionisasi/fotolistrik.
Terionisasi detektor asap relatif murah, sementara fotolistrik detector cenderung lebih
mahal.
Persyaratan minimum pada sistem pemadam kebakaran adalah system alarm kebakaran dengan
asap detektor dan sistem pemadam kebakaran dengan alat pemadam api ringan. Ada perangkat
pemadam api yang dapat dipasang di rumah sakit untuk fasilitas pemadaman. termasuk pemercik
otomatis (sprinkler). Hhydrant dan Sistem pengendali asap.
Sistem ini memiliki diameter tetesan air yang lebih besar dari 1 mm, dengan cakupan luas
ke permukaan kumulatif untuk 1 liter air adalah sekitar 3 4 meter persegi.
Biasanya, dalam fire sprinkler sistem, Jaringan penuh pipa terus-menerus dituntut
dengan air.
Kepala sprinkler adalah katup peka panas yang melepaskan air setelah suhu melebihi
suhu tetap umumnya diatas suhu 30 derajat Celcius.
Masing-masing kepala sprinkler beroperasi secara mandiri dan akan mengaktifkan
hanya setelah cukup panas mencapai katup. Oleh karena itu, hanya alat
pemercik terdekat api yang akan beroperasi, memaksimalkan tekanan air yang tersedia
untuk lokasi api.
Sistim Sprinkler menyebabkan kerusakan karena air berkurang akibat dari yang
digunakan petugas/staf pemadaman menggunakan selang hidrant.
Beberapa keuntungan dari sistem sprinkler yang terawat dengan baik adalah:
Memungkinkan untuk tata letak lebih terbuka dalam fasilitas dengan kata lain, lebih
lama penjalaran api.
Mereka memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar dalam desain dan masa depan
adaptasi dari ruang di fasilitas.
Struktur dengan alat penyiram dapat mengurangi rating kebakaran persyaratan untuk
elemen struktural sebanyak 30 menit,tergantung pada bangunan kode spesifikasi dan
peraturan suatu negara terhadap fasilitas kesehatan
Kelemahan utama dari sistem sprinkler adalah bahwa mereka mungkin cukup mahal untuk
memasukkan ke dalam perawatan kesehatan yang ada.
Fasilitas spesialis keselamatan kebakaran harus menyelidiki layout struktur dan arsitektur
bangunan untuk menentukan kelayakan memasang sistem sprinkler.
Jika hal ini tidak layak untuk memasang sebuah sistem untuk seluruh fasilitas, paling tidak
dipertimbangkan pemasangan untuk daerah-daerah rawan penyalaan di rumah sakit dengan
kerentanan terhadap kebakaran.
PENTING:
Sistem Sprinkler adalah fitur pemadaman wajib di semua fasilitas kesehatan
yang baru.
Selang berketekanan tinggi (hose reel) dan Hidrant ini harus tersedia di setiap lantai
rumah sakit, untuk petugas/staf rumah sakit pada saat terjadi kebakaran dapat
mengoperasikannya .
Selang Hidrant dan hose reel terhubung suplai air utama atau system penyimpanan air
independen.
Selang Hidrant biasanya berukuran 18 m sampai 36 m panjangnya dan memiliki
diameter dalam 13-19mm. Ukuran hose reel yang digunakan tergantung pada ukuran
fasilitas medis, agar kebutuhan menjadi cukup panjang dan berdekatan.
Hydrant dan Hose reel semuanya sama dalam operasi. Prosedur umum untuk
mereka gunakan adalah sebagai berikut:
Penggunaan selang berketekanan tinggi dan selang Hidrant hanya untuk kebakaran kelas
A
Selang pada hydrant biasanya terletak dekat dengan poin Hidran dan dimaksudkan untuk
digunakan hanya pada saat terjadi kebakaran sudah membesar dan dioperasikan oleh tim
tanggap darurat yang telah ditunjuk dan terlatih.
Asap ekstraksi sistem adalah sistem mekanis yang dapat secara manual atau secara
otomatis diaktifkan setelah alarm dipicu.
Sistem ini dirancang untuk menghilangkan asap berbahaya dari daerah kebakaran dan
mencegah penyebaran asap ke area lain dari bangunan melalui penutupan tertentu
ventilasi dan bertekanan tinggi pemompaan udara ruangan khusus untuk mencegah
masuknya asap.
Asap extractor sistem cenderung sangat mahal untuk memasukkan dalam fasilitas yang
ada.
Ingat: Pemeliharaan Pencegahan yang direncanakan adalah suatu aspek kritis dari sistem
pemadam kebakaran efektif. Semua Peralatan harus secara
berkala diperiksa, ditandatangani untuk penggunaan yang aman, serta didokumentasikan.
Pertimbangan penting
Penting untuk dicatat bahwa semua sistem mekanis pemadaman, termasuk system sprinkler
asap sistem extractor, dan tangki penyimpanan air, perlu dirancang untuk menahan gempa bumi.
Kerusakan sistem mekanis Umum selama gempa bumi karena system ini cenderung memiliki
koneksi kaku dan Fitting yang gagal dalam hal seismic gerakan dan kekuatan.
Tangki air khususnya dapat memperburuk dampak dari gempa bumi pada fasilitas perawatan
kesehatan jika mereka tidak dirancang dengan baik.
Evakuasi
Ini adalah komponen yang sangat penting dari tujuan penyelamatan jiwa dalam situasi darurat
di rumah sakit. Evakuasi koprehensif (total) harus melibatkan seluruh elemen rumah sakit , dari
mulai petugas kebersihan, staf, perawat, dokter sampai unsur pimpinan rumah sakit.
Rencana evakuasi harus dijadikan prosedur tetap rumah sakit bila terjadi keadaan darurat,
prosedur tetap ini harus disosialisasikan, dilatih, dan disimulasikan, sehingga timbul kesadaran
dari semua unsur pihak rumah sakit. Prosedur tetap ini menyajikan langkah-langkah bila terjadi
keadaan darurat di rumah sakit, dari mulai terjadi awal api terlihat sampai seluruh penghuni
(pasien) berkumpul di titik kumpul (essembly point).
Penting untuk dicatat bahwa tidak ada yang sama metodologi untuk evakuasi pada setiap
bagian, prosedur akan bervariasi untuk setiap fasilitas perawatan kesehatan.Ingat bahwa
prosedur evakuasi total dilakukan hanya sebagai tindakan akhir untuk rumah sakit. Dalam kasus
kebakaran evakuasi dilakukan setelah langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan
kebakaran yang dijelaskan sebelumnya telah gagal untuk pemadaman dan seluruh penghuni
berada di bawah ancaman dari dampak kebakaran. Penting untuk setiap penghuni Rumah Sakit
baik itu staf , perawat, Dokter , Pimpinan dan juga pasien memperhatian terhadap detail dan
proses skenario evakuasi.
Memahami skenario evakuasi adalah kunci keberhasilan bila terjadi kebakaran dan bencana.
1. Tanggung jawab evakuasi berada pada Incident commander (IC) yang dalam struktur
Fire Safety Management berada pada level tertinggi dalam komando.
2. Pada setiap bagian (fasilitas) IC dibantu oleh tim evakuasi dan kepala peran kebakaran
lantai (bagian), yang bertanggung jawab evakuasi pada bagian-bagiannya.
Evakuasi pada fasilitas perawatan kesehatan mungkin diperlukan dalam berbagai bencana
(tidak hanya jika terjadi kebakaran).
1. Sekali alarm kebakaran berbunyi, tidak perlu ditunjuk personil untuk menyelidiki alasan
alarm ( kemungkinan alarm palsu) dan untuk mengidentifikasi tingkat ancaman. Petugas
juga harus menentukan apakah kebakaran atau bencana lain, bila itu kebakaran lihat
apakah kebakaran kecil yang dapat dipadamkan atau kebakaran besar yang
mengharuskan evakuasi.
2. Segera berkomunikasi dengan peran kebakaran bagian (lantai), agar dapat di ambil
tindakan selanjutnya.
3. Kepala peran kebakaran bagian (lantai) harus terus melaporkan setiap perkembangan
kepada IC
"Darurat bergerak"
langsung evakuasi atau pasien dan staf mungkin mati; tidak
ada waktu untuk mempersiapkan.
Mengevakuasi dalam waktu yang terbatas untuk mempersiapkan (1-2 jam) ikuti prosedur.
Untuk ancaman kebakaran dan bom, mungkin langsung bergerak atau evakuasi cepat, tetapi
untuk bahaya bencana alam dengan periode peringatan yang memadai, seperti badai dan
banjir, mungkin memerlukan evakuasi bertahap.
Tindakan berikut mungkin akan dibutuhkan saat "mempersiapkan" instruksi
evakuasi yang dikeluarkan:
Jika Anda mendengar alarm kebakaran atau melihat kilatan cahaya, tutup semua
pintu api di daerah Anda.
Pastikan daerah koridor yang jelas untuk memungkinkan gerakan pasien dan peralatan.
Mencari dan membawa catatan medis pasien dan obat-obatan.
Siap evakuasi transportasi peralatan seperti kursi roda, selimut, dan gurneys.
Tetapkan dalam gerakan sistem untuk memindahkan orang pada ruangan kusus (lokasi
essembly point).
Menunggu instruksi lebih lanjut, tidak mengungsi kecuali diberikan izin untuk
melakukannya.
Pergerakan Evakuasi
Incident Commander menentukan jenis evakuasi, berdasarkan laporan dari Kepala Peran
kebakaran lantai (bagian) di tempat kejadian pada situasi terakhir kebakaran, Incident
Commander menentukan apa jenis pengungsian yang diperlukan:
1. Horizontal model utama evakuasi, ini melibatkan pasien bergerak dalam bahaya dari
ancaman, tetapi mereka tetap pada lantainya, hanya pindah dari gedung/bagian satu
kebagian lainnya.
2. Vertical, Ini biasanya pada evakuasi total, yang melibatkan semua elemen rumah sakit.
Pasien dan staf akan dievakuasi seluruhnya dari rumah sakit dikarenakan
kebakaran sudah tidak dapat dikendalikan.
3. Bersiap evakuasi, pasien dan staf mungkin diminta tetap di tempat,
yaitu tetap di unit mereka dan bersiap, sambil menunggu petunjuk lebih lanjut.
Jenis gerakan ini tergantung pada jenis bahaya sebagai contoh kebakaran mungkin di lantai di
bawah ini atau mungkin ancaman tsunami, di mana kasus urutan evakuasinya akan bergerak ke
atas.
Rute evakuasi
Rute evakuasi harus jelas arahnya, harus dengan rinci dari awal bagian, Semua staf rumah sakit
harus paham dan mengerti rute evakuasi sesuai instruksi IC. Khusus anggota staf yang
ditugaskan sebagai tim evakuasi dan Rescue selanjutnya langsung menuju pasien dan
pengunjung untuk mengevakuasi dengan tertib dan tenang.
Perencanaan evakuasi harus mempertimbangkan semua ruang di sekitar rumah sakit, keadaan
ini akan membantu dalam berjalannya evakuasi sampai pada lokasi essembly point.
Level Evakuasi
Tingkat evakuasi
Evakuasi total
Evakuasi sebagian
Dalam kebanyakan keadaan darurat, evakuasi total jarang di gunakan. Karena kebutuhan yang
kompleks dan kondisi yang tidak stabil yaitu banyak pasien di rumah sakit. evakuasi total
umumnya dianggap sebagai pilihan terakhir. Evakuasi total mutlak diperlukan ketika potensi
ancaman pada keselamatan staf dan pasien terancam, misalnya :
Rasio staf berdasarkan protokol di rumah sakit dan peraturan perundang-undangan setiap
negara dapat berbeda.
Umumnya semua bagian lain (misalnya biomedis) mungkin memiliki satu orang
bertugas setelah jam kerja regular atau semua staf/petugas di setiap
bagian akan dipanggil.
Setiap pergerakan evakuasi harus didampingi petugas evakuasi yang terlatih dan
berpengetahuan, mengenai prosedur respon dan evakuasi kebakaran. Jumlah minimum
petugas evakuasi ditentukan menurut protokol darurat fasilitas perawatan kesehatan.
Dalam beberapa kasus, relawan dapat membantu evakuasi bertahap atau cepat di rumah
sakit. Misalnya : ketika akan terjadi ancaman bom, sunami, angin topan,banjir dan lain-
lain.
Model geografis
Biasanya diterapkan dalam kasus evakuasi bertahap. Model ini sistematis berfokus pada evakuasi
area di risiko terbesar di rumah sakit atau menentukan unit perawatan individu untuk
mengevakuasi secara berurutan, tergantung pada lokasi mereka dalam ruangan.
Menggunakan sumber daya secara efektif, yaitu efektif pada arus proses evakuasi
dengan cara atas ke bawah atau cara bawah ke atas.
Memerlukan perencanaan waktu yang tepat serta signifikan dan manajemen logistik
terbaik untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas selama krisis.
Pembagian pasien
o Pasien-pasien dalam bahaya
o Pasien-pasien Ambulatori
o Pasien-pasien secara umum perawatan unit memerlukan transportasi assistence
o Pasien di unit perawatan intensif (ICU).
o Pasien di ruang operasi (penting untuk dicatat bahwa prosedur bedah yang telah di
mulai harus diselesaikan sampai titik keselamatan, sebelum pasien dipindahkan dari
tempat bahaya, mengevakuasi horizontal ke daerah yang aman untuk operasi lengkap
ke penempatan pada titik keselamatan dengan tempat tidur bergerak
Jika waktunya singkat dan kondisi pasien tidak memungkinkan, pasien ICU mungkin akan
dipindahkan setelah semua unit perawatan umum di evakuasi.
Selain itu, untuk memaksimalkan jumlah pasien yang dievakuasi dalam waktu yang singkat,
model ini memastikan bahwa pasien perawatan kritis memiliki akses ke gas medis (O2), suction
dan pemantauan yang intensif.
Jika sumber daya evakuasi terbatas, pasien ICU harus dievakuasi setelah sumberdaya
transportasi tersedia.
Meskipun pasien ICU mungkin orang terakhir yang meninggalkan rumah sakit, mereka
harus menjadi yang pertama untuk meninggalkan tempat berhimpun,
karena mereka adalah prioritas tertinggi untuk transfer ke rumah sakit lainnya.
Dalam pengungsian cepat, rencana transportasi standar harus didasarkan pada proses
yang teratur dan cepat pada pasien unit perawatan seluruhnya dipindahkan secara berurutan.
Evakuasi simultan juga dapat mengambil tempat; yaitu pengobatan umum, unit
bedah dan ICU dapat dikosongkan secara paralel jika memungkinkan untuk menghindari tidak
meratanya permintaan ke sumber daya evakuasi.
Ada kontroversi mengenai urutan evakuasi lantai, tapi satu merekomendasikan rencana untuk
mengevakuasi dari atas bangunan ke bawah jika elevator tersedia atau dari bawah bangunan ke
atas jika hanya tangga yang tersedia. Hal ini penting untuk dicatat bahwa dalam situasi seperti
kebakaran dan gempa bumi, Lift tidak boleh digunakan. Dalam evakuasi bertahap, rumah sakit
mungkin tidak memerlukan penggunaan assembly points, Sebaliknya, mereka dapat memilih
untuk mengirim pasien langsung dari unit mereka menunggu petugas ambulance di staging
area. Dalam keadaan ini, komunikasi antara staging area dan lantai rumah sakit (Exit Discharge)
sangat penting untuk memastikan bahwa aliran pasien keluar dari unit, mengantisipasi
tersedianya unit ambulance lengkap dan mencegah kemacetan ambulance menunggu untuk
mengangkut pasien datang.
Ingat: Prioritas pasien dapat bervariasi tergantung pada waktu, staf, peralatan, dan sumber
daya yang tersedia untuk evakuasi.
Bahaya khusus dan masalah yang terkait pada kebakaran rumah sakit
Oksigen
Prosedur ini harus di tetapkan yaitu untuk memastikan ada petugas mematikan aliran oksigen
dan gas medis serta peralatan lainnya, yang dapat berkontribusi sebagai bahan bakar pada
kebakaran. Setiap kamar operasi memiliki manifold untuk mematikan gas medis. Petugas/staf
harus menyadari lokasi manifold ini dan harus mematikannya ketika evakuasi diperintahkan oleh
Inciden Commander.
Asap
Asap menimbulkan risiko tinggi untuk keselamatan pasien dan petugas, dan didalam prosedur
evakuasi harus memasukkan strategi untuk memindahkan pasien dari daerah
di mana bahaya asap ini ada. (Lihat pencegahan dan penanggulangan kebakaran bagian di
atas untuk gambaran langkah-langkah untuk menghambat perkembangan dan penjalaran hasil
pembakaran dan juga asap.)
Peralatan Listrik
Cabut/matikan semua peralatan listrik, yang tidak terhubung dengan peralatan ke pasien.
Penerangan
Memastikan bahwa ada lampu emergency yang memadai untuk melakukan evakuasi, karena
listrik sudah dimatikan, lampu emergency sistem dengan kapasitor yang diaktifkan ketika
power dimatikan yang umum digunakan
Air
Peralatan medis harus terlindung dari air, yang dapat merusak mesin-mesin penting
(ingat penggunaan alat penyiram kabut dan sprinkler). Juga pasien terhindar dari air sehingga
menjadi dingin dan mungkin akan bertambah sakit pada pasien.
Pertimbangkan memiliki terpal plastik (misalnya, "visqueen") tersedia untuk menutupi pasien
selama melakukan evakuasi.
Selimut
Kursi roda
Tempat tidur
Kanvas usungan/tandu/Gurneys
Backboards
Sked Stretchers
Dan lain-lain
1. Jumlah peralatan yang cukup harus tersedia untuk mengevakuasi setiap lantai.
2. Peralatan yang harus disimpan di tempat-tempat yang mudah diakses setiap saat
itu tidak disimpan dalam lemari terkunci.
3. Semua alat transportasi harus menjadi bagian dari program pemeliharaan preventif diren
canakan rutin sebagai fasilitas evakuasi.
Setelah CEO rumah sakit, petugas komunikasi, dan incident commander yang ditunjuk.
Mengambil keputusan untuk mengevakuasi dengan menerima masukan dari semua petugas.
Ketika waktu memungkinkan (yaitu, tidak dalam kasus evakuasi), rumah sakit mungkin
mempertimbangkan membuat tim evakuasi, dengan perwakilan dari perawat, dokter, keamanan,
perawatan ruangan, keamanan, dan lain-lain agar dengan cepat dapat menimbang risiko evakuasi
terhadap risiko berlindung di tempat (tidak evakuasi).
Setelah keputusan untuk evakuasi telah dibuat, ada beberapa keputusan kunci tambahan yang
harus dilakukan dengan cepat dan dikomunikasikan.
1. Ditunjuk salah satu staf (ditugaskan oleh rumah sakit) perlu koordinasi dan organisasi
proses evakuasi. Individu ini biasanya ditunjuk juga sebagai koordinator evakuasi.
2. Incident Commander Rumah Sakit menentukan lokasi yang pasien akan dievakuasi (yaitu
lokasi-lokasi aman dirancang oleh rumah sakit).
3. Semua personil yang terlibat perlu mengetahui peran dan tanggung jawab mereka.
Mereka dapat ditugaskan peran mereka baik sebelum atau selama kebakaran (yang
terbaik sebelum kejadian sudah terlatih).
Komunikasi
Kepercayaan
salah satu kriteria utama untuk IC adalah kepercayaan, yang jatuh ke Koordinator
evakuasi dan semua petugas di bawah komandonya.
Tanggung jawab evakuasi di setiap rumah sakit berbeda-beda. Karena tidak semua fasilitas
kesehatan dimiliki rumah sakit, sehingga beberapa bagian atau anggota staf mungkin diperlukan
untuk berbagai tanggung jawab.
Koordinator Evakuasi
Koordinator evakuasi adalah link utama antara Incident commander di rumah sakit dan bangsal
pasien selama evakuasi. Tanggung jawab utamanya adalah untuk memonitor dan
mengkomunikasikan setiap perkembangan serta untuk memastikan bahwa semua pasien telah
dievakuasi. Dalam evakuasi, koordinator evakuasi harus mampu menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang tercantum di bawah ini.
1. Waktu untuk persiapan
perawat: Berapa lama waktu tersedia untuk menyiapkan pasien sebelum
evakuasi dimulai?
2. Lokasi assembly point: pasien harus pindah ke lokasi assembly point atau
modifikasi diperlukan sebagai hasil dari skenario evakuasi?
3. Lokasi discharge site: Petugas harus mengirim pasien berobat
(yakni, mereka yang tidak memerlukan tindakan medis mendesak) ke
lokasi discharge site atau apakah modifikasi diperlukan sebagai akibat
dari skenario evakuasi?
4. Prioritas evakuasi : dalam urutan apa yang akan di evakuasi petugas?
5. Penggunaan lift: bagaimana jika Elevator tersedia apakah
dapat digunakan dalam evakuasi?
6. Penggunaan Tangga: apakah bisa tangga digunakan dalam evakuasi?
7. Petugas yang telah masuk dalam FSM sementara mereka tidak ada di
tempat (di rumah): bagaimana menghubunginya untuk membantu dalam
evakuasi?
8. Petugas kembali ke gedung: setelah tiba di lokasi essembly point apakah
petugas harus kembali lagi ke dalam rumah sakit, lalu siapa yang menjaga
pasien di essembly point?.
9. Bagaimana dengan pengelompokan pasien setelah sampai di essembly
point, siapa yang akan mengelompokan?
10. Jika pihak keluarga (penunggu) pasien mungkin dapat bersedia menjaga
pasien, maka kemungkinan ini harus dimasukan dalam skenario evakuasi
Ingat: Koordinator evakuasi berkomunikasi dengan pasien bangsal dan memantau kemajuan
mereka untuk memastikan bahwa setiap pasein telah dievakuasi dengan aman.
Petugas penghubung/komunikasi
Berupaya untuk memberitahu anggota keluarga dan pihak lain yang bertanggung jawab
tentang tujuan pemindahan pasien.
Menjawab panggilan dan menanggapi pertanyaan dari anggota keluarga tentang
keadaan pasien dan lokasi pemindahannya.
relokasi/Staging areas
Essembly points dan lokasi discharge site
Rumah sakit harus mengidentifikasi beberapa lokasi yang mengelilingi bangunan yang dapat
digunakan sebagai titik-titik persiapan, mempersiapkan essembly point dan discharge site.
o Assembly point / Holding Area
Tempat atau tempat-tempat yang mana unit perawatan pasien berkumpul (di luar
bangunan klinis utama rumah sakit) untuk menerima perawatan dasar dan menunggu
pemindahan atau kembali ke rumah sakit. Essembly points tidak dimaksudkan untuk menjadi
komprehensif bidang rumah sakit, Sebaliknya, mereka harus dirancang sebagai penanganan
perawatan penting/mendesak karena sumber daya tersedia.
o Discharge Site
Tempat dimana pasien yang dapat pulang ke rumah sambil menunggu keluarga atau
teman untuk membawa mereka.
Discharge Site harus ditempatkan jauh dari Essembly points untuk meminimalkan
kemacetan lalu lintas dan padatnya menuju ke jalan Raya.
Pertimbangan penting termasuk:
Jarak dan luas essembly points serta discharge site, sementara essembly point
dekat dengan rumah sakit dapat membantu dalam upaya untuk merelokasi pasien yang
rapuh selama evakuasi, itu juga bisa yang menjadi perhatian setiap peristiwa yang
melibatkan bahan peledak, bahaya kimia atau beberapa jenis lainnya yang berpotensi
luas sebagai ancaman. Hal ini juga penting untuk mempertimbangkan arah angin,
khususnya sehubungan dengan penjalaran asap yang berhubungan dengan api.
Idealnya, essembly point dan discharge site akan mengizinkan berlindung di dalam
ruangan.
Skala ekonomi: pemilihan essemby points dan pelepasan situs harus memperhitung kan
bahwa
sulit untuk layanan klinis dukungan (misalnya, Layanan farmasi) untuk mendukung
perawatan pasien dalam banyak dipisahkan lokasi.
Area identifikasi: beberapa area terdekat harus diidentifikasi, dan kesediaan mereka
untuk membantu terjadi darurat harus dikonfirmasikan. Jika terjadi keadaan
darurat, ini harus dihubungi segera
Ikhtisar
Proses evakuasi rumah sakit dapat dibagi menjadi beberapa komponen kunci.
Semua petugas harus menyadari peran dan tanggung jawabnya masing-masing, melalui latihan
teratur dan simulasi, mereka harus paham setiap rincian rencana evakuasi.
Rencana evakuasi
respon yang harus dibahas dan dikembangkan oleh administrasi rumah sakit dan rekayasa
dan tim medis. Rencana harus mencakup pelatihan yang dijadwalkan secara
rutin untuk semua staf.
pelatihan staf
Pelatihan umum mencakup semua staf :
Latihan kebakaran
Latihan kebakaran dirancang untuk memastikan bahwa, melalui pelatihan secara
reguler dan simulasi, anggota staf akan:
Ingat: Pelatihan secara reguler dan simulasi sangat diperlukan untuk meningkatkan
respon dan keselamatan staf serta pasien.