Anda di halaman 1dari 38

Penduduk Indonesia mayoritas Muslim. Inilah realitas yang tak mungkin dipungkiri.

Tak heran
jika saat bulan Ramadhan, menjelang hari raya Idul Fitri, kita pun merasakan gegap gempita.
Bunyi beduk saat sahur dan buka puasa Ramadhan, acara televisi yang bernuansa Islami, dan
tradisi mudik. Semua dekat dengan kita.

Gereja Katolik Indonesia berada dalam realitas itu. Hubungan dengan agama-agama lain,
termasuk Islam, secara eksplisit tertuang dalam satu deklarasi Konsili Vatikan II, Nostra Aetate.
Sebelumnya, Paus Paulus VI telah mempromulgasikan Ensiklik Ecclesiam Suam pada 6 Agustus
1964, yang mengartikan dialog sebagai norma dan cita-cita. Lantas semangat itu
diwujudnyatakan dengan pendirian Sekretariat
untuk Umat Bukan Kristen pada Pentakosta 1964, yang sejak 28 Juni 1988 menjadi Dewan
Kepausan untuk Dialog Antarumat Beragama. Melalui lembaga ini, setiap menjelang Idul Fitri,
Paus mengeluarkan pesan Ramadhan.

Idul Fitri identik dengan silahturahmi, saling bersalaman, dialog, dan meminta maaf. Paus
Fransiskus pun mengangkat tema tentang kerahiman dalam pesan bulan Ramadhan tahun ini. Ia
mengatakan bahwa kekristenan dan Islam percaya kepada Allah yang penuh belas kasih, yang
menunjukkan kerahiman dan kasih sayang kepada semua ciptaan-Nya. Kerahiman Allah
diwujudkan dalam cara-cara tertentu, terutama melalui pengampunan akan kesalahan-kesalahan
kita, maka Dia adalah pribadi yang mengampuni (al-Ghafir), Dia
yang banyak dan selalu mengampuni (al-Ghafour).

Masih dalam suasana Tahun Suci Kerahiman Allah dan Lebaran, kita, umat Kristen dan Islam
pun dipanggil melakukan hal terbaik meneladan Allah, Sang Maharahim. Dia telah menaburkan
kerahiman kepada semua makhluk secara cuma-cuma, tanpa membedakan. Maka kini saatnya
kita pun menyebarkan kemurahan hati kepada sesama, juga tanpa membedakan latar belakang.
Dia Yang Maharahim memanggil kita untuk saling berdialog, bersilahturahmi, dan mengampuni.
Pencegahan kebakaran dan evakuasi di Rumah Sakit
Pendahuluan
Daerah perkotaan masih menjadi magnet yang besar buat masyarakat meninggalkan desa untuk
mengadu nasib di kota-kota, sehingga populasi penduduk menjadi masalah yang sulit sekali
terpecahkan di kota besar, dari penyedian lahan perumahan sampai pada bangunan-bangunan
komersial. Keterbatasan lahan menjadi masalah besar untuk bangunan-bangunan umum seperti
perdagangan dan juga rumah sakit.
Dan karena keterbatasan lahan untuk pembangunan rumah sakit maka sekarang kebanyakan
rumah sakit menyerupai hotel atau pusat perbelanjaan (baca: gedung tinggi). Gedung tinggi
merupakan fenomena daerah urban / perkotaan, dimana semakin banyak didirikan diberbagai
kota besar di Indonesia. Melalui Undang-Undang No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
( UUBG 2002 ), factor keselamatan telah menjadi persyaratan penting yang harus dipenuhi oleh
bangunan gedung. Salah satu aspek keselamatan adalah keselamatan dari bahaya kebakaran.
Untuk menjamin tingkat keandalan serta keselamatan bangunan agar dapat digunakan sesuai
dengan fungsinya, maka perlu dilengkapi dengan system proteksi aktif, system proteksi pasif,
dan penerapkan Manajemen Keselamatan Kebakaran ( Fire Safety Management, FSM ). Ketiga
komponen proteksi tersebut adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. pada dasarnya
FSM telah dijalankan pada bangunan gedung, dengan bentuk dan kualitas yang beragam.
Didapati bahwa bangunan komersil memiliki perhatian yang lebih baik dalam penerapan FSM
dibandingkan bangunan perkantoran dan rumah sakit. Namun demikian, apresiasi masyarakat
terhadap FSM dirasakan masih kurang. Banyak faktor kenapa bangunan perkantoran dan rumah
sakit belum menerapkan pelaksanaan FSM, di antaranya adalah :
1 1) kendala personil ( baik kuantitas maupun kualitas/kompetensi ),
2 2) pembiayaan yang dirasa memberatkan,
3 3) kebijakan ( baik internal maupun eksternal ).

Untuk Rumah Sakit dalam penerapan FSM ada beberapa hal yang berbeda dengan bangunan lain
, misalnya: Dalam hal evakuasi, di rumah sakit tentu banyak terdapat pasien , baik itu pasien
rawat jalan, pasien rawat inap yang dapat berjalan (ambulatory), pasien rawat inap yang tidak
dapat berjalan (non ambulatory) , pasien rawat inap yang tidak dapat berjalan dan memerlukan
alat bantu kesehatan (oksigen, Ventilator-Dependent dan lain-lain), serta pasien yang ada di ICU
dan ICCU yang tentu memerlukan alat bantu. ditambah lagi dirumah sakit hampir setiap hari
melakukan tindakan operasi (bedah) yang terkadang memerlukan waktu yang tidak sebentar,
sehingga tidak mungkin ketika sedang melakukan operasi harus segera di hentikan
karena terjadi kebakaran . Di rumah sakit juga banyak bahan-bahan yang dapat membuat api
semakin membesar ketika terjadi kebakaran misalnya : oksigen, kasur busa, gas elpiji dan lain-
lain
Oleh karena itu, Rumah Sakit harus siap seandainya terjadi kebakaran dengan proteksi pasif
yang baik misalnya menahan rambatan api, misalnya : bahan bangunan gedung, kontruksi
bangunan gedung, kompartemisasi dan pemisahan serta penutup pada bukaan. Proteksi
Aktif juga sangat penting karena Tanggung jawab utama pengendalian kebakaran terletak
pada petugas rumah sakit sepeti : alat pemadam api ringan, system deteksi dan alarm kebakaran,
. system pipa tegak dan slang kebakaran serta hidran halaman, system sprinkler otomatis, system
pengendali asap, lif kebakaran, pencahayaan darurat, penunjuk arah darurat, system pasokan
daya listrik darurat, pusat pengendali kebakaran, instalasi pemadam khusus.
Sangatlah penting setiap karyawan sudah terlatih dengan rencana prosedur pencegahan
kebakaran di rumah sakit dan mengerti tindakan yang tepat jika terjadi kebakaran. Tindakan
yang tepat dalam keadaan darurat kebakaran dapat mengurangi resiko kebakaran.
Sementara pelatihan pengungsian (evakuasi) di rumah sakit tujuan utamanya adalah untuk
tidak mengungsikan pasien kecuali sangat diperlukan, Oleh karena itu perhatian khusus harus
difokuskan pada teknik pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang tepat untuk
menghindari skenario terburuk, namun bila sangat diperlukan pasien seluruhnya harus
dievakuasi, Rumah Sakit harus siap melakukannya. Pelatihan evakuasi dan Kesiapsiagaan
sangatlah penting untuk menghindari dan/atau meminimalkan korban jiwa, yaitu dengan
memberikan panduan yang baik dan tepat di rumah sakit pada saat evakuasi berlangsung.
Rencana Penanggulangan Kebakaran dan Evakuasi di Rumah Sakit berisi rincian tugas-tugas dan
tanggung Jawab setiap anggota staf sampai pada pimpinan Rumah Sakit.

STUDI KASUS KEBAKARAN RUMAH SAKIT

Banyaknya bahan yang mudah menyala dan mudah membakar adalah contributor
utama terjadinya kebakaran di rumah sakit. Sebagai contoh saja,
National Fire Protection Association mencatat penyebab kebakaran rumah
sakit di Amerika Serikat dalam tabel di bawah ini

Contoh-contoh kebakaran Rumah Sakit

Mei 1929: Klinik Cleveland, Ohio, Amerika Serikat


korban jiwa 125 orang meninggal dunia
Api berasal dari basement klinik, terbakarnya gudang penyimpanan film X-ray
(70.000 lembar film)
Asap beracun dari pembakaran film dengan cepat menyebar ke ventilasi rumah sakit.
Korban meninggal dikarenakan menghisap asap beracun
April 1949: Rumah Sakit St. Anthonys, Effingham, Illinois, USA

Menghanguskan 74 kamar
Bahan yang mudah terbakar menyebabkan cepatnya penyebaran api dan
asap.
Kepala Teknisi Rumah Sakit meninggal dunia ketika berusaha
memadamkan api di ruangan Binatu.
Satu perawat di bangsal Pediatrik tidak dapat menyelamatkan seorang bayi
dan ikut meninggal dunia dengan bayi tersebut.
Pemadam Kebakaran yang tiba di tempat setelah sepuluh menit panggilan
melihat asap tebal keluar dari bangunan Rumah Sakit dan mengatakan,
kita tidak punya kesempatan

Januari 1950: Rumah Sakit Jiwa Wanita St. Elizabeth, bangunan psikopat Mercy, Davenport,
Iowa, Amerika Serikat

41 korban meninggal dunia.


Api dan asap menyebar dengan cepat, berasal dari interior yang mudah terbakar.
Pintu dan jendela kamar Pasien dalam keadaan terkunci dari luar.
Di Rumah Sakit ini (Psikiatris) evakuasi sangat di larang
Karena kondisi pasien, beberapa menolak untuk meninggalkan kamar.
Dan beberapa pasien yang telah berhasil dievakuasi ingin kembali ke kamar mereka

Mei 2003: Rumah sakit Barros Luco, Santiago, Chili

Tidak ada korban jiwa


Rumah sakit ini melayani sekitar 10.000 orang setiap hari.
Api berasal lantai mekanik yang sangat padat, alarm kebakaran tidak bekerja dengan
baik
Petugas Pemadam Kebakaran dikerahkan 334 petugas dan butuh 5 jam untuk
memadamkan kebakaran
Seluruh staf Rumah Sakit telah di latih dalm prosedur evakuasi kebakaran
Proteksi aktif dan Pasif ada namun belum bekerja secara maksimal

Juli 2005: Caldern Guardia Hospital, San Jos, Kosta Rika

Korban 19 orang meninggal dunia


Rumah Sakit berusia 62 tahun ini adalah salah satu yang tersibuk di San Jose.
Api berasal dari lantai lima, pasien di bangsal bedah, syaraf dan perawatan intensif.
Ruangan ICU dikepung api.
Pasien keluar dengan diikatkan seprei keluar dari lantai.
Alarm kebakaran tidak bekerja dan sarana evakuasi kurang terang karena lampu dan
signage terbatas.

September 2009: Rumah sakit St Jude, Vieux Fort, St. Lucia

3 orang meninggal dunia


Rumah sakit ini adalah kedua terbesar di St Lucia.
Api membakar salah satu dari tiga bangunan, yang terdapat ruangan bedah dan bangsal
pemulihan,
Api menyebar dengan cepat pada struktur kayu yang sudah tua.
Kebakaran disebabkan dari asbes atap menyebar ke seluruh rumah sakit
Mei 2010: St. Joseph Mercy Hospital, Georgetown, Guyana
Tidak ada korban jiwa
Rumah Sakit yang terbuat dari "struktur kayu, habis terbakar.
Seluruh catatan medis Rumah Sakit selama 66 tahun habis dilalap api.
Segera setelah terjadi kebakaran seluruh staf Rumah Sakit mengevakuasi semua
pasien sebanyak 37 orang dan 4 bayi.

2011 Desember: AMRI Hospital, Kolkata, India

91 orang meninggal dunia.


Api berasal dari basement.
Banyaknya peralatan ilegal disimpan.
Staf rumah sakit meninggalkan tempat ketika kebakaran mulai berlangsung tanpa
menyelamatkan siapapun.
Pemadam Kebakaran tiba di lokasi setelah kebakaran berlangsung 90
menit
Jendela dan pintu banyak yang terkunci, sehingga harus dirusak untuk masuk ke kamar-
kamar pasien.
Korban meninggal kebanyakan karena menghirup asap

Bulan April 2013: rumah sakit psikiatris No. 14, Ramensky, Rusia

38 orang meninggal dunia


Pada saat kebakaran 41 pasien dalam keadaan dibius dengan dosis tinggi (tertidur).
Sebahagian besar jendela dan pintu terkunci
Evakuasi sangat dilarang (tidak ada prosedur evakuasi)
Tidak ada prosedur pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
Bangunan terbuat dari kayu, sehingga ketika petugas Pemadam datang sudah ludes
terbakar.
Oktober 2013: Rumah sakit ortopedi, Fukuoka, Jepang

10 korban jiwa meninggal dunia


17 pasien berada di rumah sakit ketika kebakaran terjadi.
Pintu kebakaran di lantai kedua dan ketiga tidak ditutup, mengakibatkan asap
menyebar dengan cepat
Petugas Pemadam mencatat staf Rumah Sakit tidak berusaha untuk memadamkan
kebakaran ketika mulai terjadi dan laporan ke petugas Pemadam Kebakaran terlambat.

Dari kejadian-kejadian tersebut timbul beberapa pertanyaan :

1. Bagaimana dengan mudah api membakar struktur bangunan dan perabot interior?
2. Bagaimana ketentuan untuk membatasi penyebaran api dan asap?
3. Apa yang dilakukan ketika melihat kebakaran?
4. Bagaimana cara melaporkan kejadian kebakaran kepada Dinas Pemadam Kebakaran?
5. Bagaimana berlatih pencegahan dan penanggulangan kebakaran?
6. Bagaimana prosedur evakuasi di rumah sakit?

Pencegahan
Bagian ini mempertimbangkan aspek pencegahan kebakaran yang berhubungan dengan bahan-
bahan yang tahan terhadap penyalaan dan pembakaran dari bahan-bahan yang mudah menyala
dan membakar sehingga memerlukan perawatan khusus jika digunakan di rumah sakit. Tujuan
strategi pencegahan adalah untuk membatasi kejadian besarnya kebakaran serta membatasi api
dan asap menyebar ke fasilitas medis. Pihak rumah sakit kususnya yang masuk dalam organisasi
FSM harus memahami sifat-sifat api, phase-phase kebakaran, taktik dan strategi pemadaman
serta kelas-kelas kebakaran agar dalam perencanaan dan perawatan gedung akan mengacu pada
bahan (material) bangunan yang tidak mudah menyala dan membakar.

Pertimbangan perencanaan pembangunan Rumah Sakit


Salah satu pertimbangan utama dalam mencegah kebakaran Rumah Sakit adalah struktur
bangunan yang terbuat dari bahan yang tidak mudah menyala dan terbakar, misalnya : lantai,
dinding, atap dan tangga termasuk non struktural bangunan juga terbuat dari bahan yang tidak
mudah terbakar misalnya : pintu, jendela, langit-langit, perlengkapan interior, mekanikal,
elektrikal conduits dan lain-lain.
komponen dalam fasilitas rumah sakit baru harus di rancang menggunakan kode bangunan dan
pedoman untuk pencegahan kebakaran, bahan-bahan yang digunakan harus memiliki ketahanan
pada api pada suhu maksimum tertentu dengan durasi bervariasi dari 30 menit sampai 4 jam
(terlebih lagi pada ruangan bedah/operasi).
Gambar atau rencana yang ada pada fasilitas yang diperlukan untuk menentukan penyesuian
tahan api,harus dikonsultasikan dan diserahkan ke Dinas Pemadam Kebakaran sehingga dalam
keadaan darurat pemadam kebakaran sebagai rescue akan memiliki pengetahuan yang baik dari
tata letak dan lokasi pintu darurat, kompartement, dan sebagainya, sehingga Petugas Pemadam
dapat bekerja efektif dan efisien dalam memberikan pertolongan.
Sekaligus Pemadam Kebakaran akan mengetahui apakah fasilitas yang dibangun sudah sesuai
dengan ketentuan dan standart keselamatan.

Konstruksi dan pertimbangan desain


Bahan yang digunakan dalam desain dan konstruksi rumah sakit harus dari bahan yang tidak
mudah menyala dan tidak mudah terbakar, namun bila terbakar mudah di padamkan dan tidak
memancarkan gas/asap beracun. tergantung pada tata letak, hunian, dan penggunaan fasilitas.
Beberapa contoh bahan yang memancarkan asap beracun selama api dan harus dihindari adalah:
- Polystyrene (misalnya, polystyrene dekoratif cetakan)
- isolasi semprot busa, busa poliuretan dan isocyanate
Pada fasilitas yang baru dibangun, teknisi desain harus memperhitungkan rating kebakaran,
diperlukan komponen-komponen structural bangunan, dipandu oleh kode bangunan standar,
Kode bangunan berbeda tergantung pada negara. Misalnya:

Ketahanan properti pada api dan bahan struktural yang dipilih


Kayu
Fire resistand:
Meskipun kayu bahan yang mudah terbakar, Sebagian kayu dapat melakukan lebih baik
daripada berukuran baja atau aluminium. Kayu memiliki konduktivitas termal yang rendah, dan
hangus permukaan dapat membantu melindungi bagian interior dari pembakaran. Kebanyakan
jenis kayu memiliki charring ukuran mulai 20 mm (0.8 inci) dalam 30 menit dan 40 mm
(1.6 inci) dalam 60 menit. Beberapa kayu keras seperti oak, jati dan greenheart memiliki tarif
char lebih lambat mulai dari 15 mm dalam 30 menit sampai 30 mm dalam 60 menit.
Batu Solid
Batu Solid unit cenderung lebih tahan api dari berongga unit setara ketebalan.Padat 100 mm
(3,9 inci) dalam ketebalan dapat memberikan hingga 2 jam dari tahan api jika mereka beban
bantalan dan 4 jam jika mereka tidak beban bantalan. Informasi rinci mengenai tahan api harus
diperoleh dari produsen.
Material
Beton bertulang
Tahan api yang disediakan oleh komponen struktural yang berbeda tergantung pada minimal
mereka dimensi dan sampul beton jarak reinforcement 25 mm (1 inci) cover untuk penguatan
dapat memberikan perlindungan antara 60 menit dan 90 menit, dan dapat hingga 45 mm Mampu
sampai 2 jam perlindungan tergantung pada elemen struktural. Penting untuk dicatat bahwa
detail khusus dari beton bertulang diperlukan untuk mencegah spalling (melanggar off,
mengelupas atau pitting beton) jika penutup lebih besar dari 35 mm. persyaratan penutup
beton adalah tergantung pada daya tahan umur elemen struktural dan bukan hanya perlindungan
kebakaran.
Baja tulangan dalam beton

Struktur Baja

Bahan ini memiliki ketahanan yang sangat rendah untuk kebakaran, dan dengan demikian
beberapametode tersedia. Sampai dengan 3jam perlindungan api dapat dicapai dengan boards da
n vermiculite 5 beton semprot. Hingga 2jam dapat dicapai dengan cat "intumescent" dan selimut
fleksibel (meskipun yang terakhir tidak
optimal estetis). Daya tahan intumescent cat di daerah tropis tidak dijamin, dan hardtop dekoratif
mungkin diperlukan untuk melindungi lapisan intumescent dilingkungan yang lembab.
Unsur-unsur baja termasuk beton terbungkus, sangat mahal dan memakan waktu (serta ruang ).
Bentuk-bentuk lain yang kurang populer adalah kolom beton penuh, yang berisi kolom udara
dan blok penuh kolom jaring. (Catatan: daya tahan umur juga harus dipertimbangkan dengan
perlindungan yang ditentukan untuk unsur-unsur Baja struktural.)

struktur baja

blok kolom.

Stainless Steel
Stainless steel biasanya berfungsi lebih baik dari baja ringan, yang memiliki karbon rendah
konten (0,1% untuk 0,25%), karena ia tetap lebih
banyak kekuatan dan kekakuan bila terkena api. Namun karena
struktur baja yang biasanya terkena tahan api inheren mereka perlu dihitung
sebagai bagian dari fasilitas rekayasa skema.
Struktur kaca
Jenis kaca Tahan api, seperti kawat interlayer kaca, kaca laminasi intumescent, dan usaha kaca
borosilicate (seperti yang dikenal sebagai Pyrex), dapat menahan rambatan api hingga 60 menit

Fasilitas medis

Fasilitas yang ada harus dipasang untuk dapat meningkatkan pertahanan rambatan api.
Sebagai contoh, dinding kayu berbingkai cahaya dan lantai dapat dihilangkan dan diganti
dengan papan seperti gypsum atau papan beton, yang dapat memiliki menahan rambatan
api 60 menit, tergantung pada ketebalan papan.
Papan harus berpotongan dengan lantai beton padat dinding dan sebagainya untuk
membuat partisi tahan api yang terus-menerus, juga dikenal sebagai kompartemen
kebakaran. Kompartemen kebakaran, yang biasanya harus memiliki rating 2 jam
terbakar, yang dipisahkan oleh dinding kebakaran dan pintu kebakaran.
bahan yang mudah terbakar harus dilindungi dengan cat tahan api atau bentuk lain dari
isolasi api, Bahan-bahan yang mudah terbakar mencakup cairan kayu, mudah terbakar,
listrik peralatan dan kabel, logam mudah terbakar, gas medis (terutama oksigen) dan
peralatan memasak.
Pintu kaca dan jendela harus tahan api serta tahan pecah.
Langit-langit, ubin, dinding dan lantai (misalnya, karpet) harus tahan api.
Pintu kebakaran dan frame harus menyatu antara kamar atau kompartemen tahan api
masing-masing dan setiap arahan tingkat tangga untuk menghindari
bahaya kebakaran. Sangat penting bahwa pintu kebakaran
dengan minimal rating 20 menit sampai1,5 jam memisahkan setiap kamar dan pintu
kebakaran harus selalu tertutup.

Figure 2: Typical Standard Fire Door


Jumlah Lantai

Semakin banyak jumlah lantainya, maka akan semakin rumit rencana evakuasi, baik
itu pergerakan horisontal maupun vertikal.
Jika tanah terbatas, 7 lantai adalah jumlah maksimal dalam desain Fasilitas Medis baru,
karena harus mengurangi jumlah lantai gedung. Secara tunggal
lantai, bangunan rendah yang tersebar di seluruh ruangan akan lebih baik, karena akan
lebih mudah dan cepat untuk mengevakuasi.
ICU dan UGD (Unit Gawat Darurat) seharusnya berada di lantai dasar atau lantai
tingkat dengan erdedikasi landai akses. Biasanya unit yang lalu
lintasnya tinggi (misalnya, diagnostik) terletak di lantai bawah tanah. (Catatan:
Konfigurasi dan desain ICU harus berbeda dangan ruangan lain)

Sarana Jalan Keluar


1. Koridor/ selasar
Koridor : jalur jalan yang menghubungkan antara ruangan dengan tangga exit.
Setiap koridor harus berfungsi sebagai jalan keluar, dengan ketentuan : lebar minimum koridor
2,4 M). Ini akan memudahkan transportasi di rumah sakit seperti tempat tidur, kasur, dan
sebagainya dalam evakuasi bebas Ambulatori pasien, semua mengarah ke tangga
exit, berhubungan langsung dengan jalan (halaman/tempat terbuka yang berhubungan
langsung dengan jalan umum).
2. Tangga Kebakaran

Tangga masing-masing harus memiliki pintu kebakaran di setiap arah.


Tidak boleh terjadi penyempitan mendadak (bottle neck), karena dapat mengakibatkan
kemacetan, sehingga dapat menimbulkan kepanikan.
Tidak boleh terlalu curam
Injakan harus nyaman
Lebar anak tangga harus cukup untuk menapakan kaki dengan nyaman
Harus ada bordes, untuk tangga yang panjang
Tangga kebakaran harus kedap asap (alami atau mekanik : penekanan udaran dan
pengispan udara), panas dan api.
3. Jalan keluar mendatar (horizontal exit)
Jalan terlindung yang digunakan untuk keluar guna menyelamatkan diri, yang menghubungkan
satu ruang atau gedung lainnya yang aman, PADA LEVEL YANG SAMA
Dengan ketentuan:

Harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar.


Bukan jalan yang terputus menuju keluar bangunan.
Pintu yang menghubungkan jalan keluar tidak boleh terkunci.
Jalan keluar mendatar dari lantai atas maupun bawah tidak boleh berakhir pada lantai.
kebakaran kecuali dipisahkan oleh dinding api minimum 2 jam.
4. Pintu-pintu exit

Pintu harus membuka kearah keluar


pintu harus lebar minimum yang diperlukan untuk mengakomodasi tandu (biasanya
1,25 m).
Pintu jalan keluar berbeda dengan pintu tahan api (pintu jalan keluar :dilengkapi dengan
self doors closer/alat pembuka dan pembebas otomatis, harus dalam keadaan menutup,
tidak boleh dikunci, harus mudah dibuka (dilengkapi dengan batang panik. Pintu tahan
api : memakai sistim ayun, dorong dan gulung. Harus tahan api 20 menit sampai 1,5
jam)
Akses untuk Petugas Pemadam Kebakaran: rumah sakit harus menyediakan tangga
dan jendela untuk Petugas Pemadam untuk masuk kedalam bangunan, untuk
menghindari bertemunya dengan orang yang evakuasi dengan Petugas Pemadam

5. Lampu penerangan darurat

Rute evakuasi harus dipasang di rumah sakit, utamanya akses poin untuk secara jelas
mengidentifikasi rute jalan keluar. Ini penting untuk dicatat bahwa evakuasi tidak
selalu melibatkan pasien dan staf keluar bangunan; mereka mungkin diperlukan
untuk pindah bagian gedung lain atau ke lantai atas (Horizontal).
Untuk menjamin pasien dan staf berevakuasi dengan mudah dan cepat.
Sinar/cahaya harus cukup menerangi jalan keluar, walaupun ada satu lampu pasien
masih dapat berjalan tanpa kesulitan.
Penerangan harus menyala terus menerus.
Penerangan harus dilengkapi dengan sumber daya cadangan, sebagai antisipasi jika
sumber daya utama padam/trouble.

6. Tanda Penunjuk arah

Jumlah exit harus dikaitkan dengan jumlah penghuni dan pengunjung (pasien) untuk
rumah sakit yang tidak ada sprinklernya jarak tempuh maksimalnya adalah 30 m, untuk
yang ada sprinklernya maksimal 75 m
Sepanjang jalur exit harus terang (lampu darurat) dan tidak terhalang, dengan 2 sumber
daya agar jika sumber daya utama padam masih terus menyala.
Jalan keluar harus jelas diidentifikasi.
Arah menuju ke titik atau lokasi exit harus cukup jelas dengan menggunakan penunjuk
arah bertuliskan KELUAR/EXIT
Pada tempat-tempat yang dapat disalah tafsirkan jala keluar harus diberi tanda BUKAN
JALAN KELUAR.
Tanda penunjuk arah keluar harus berwarna putih dengan dasar warna hijau atau
sebaliknya.

Berikut adalah tanda penunjuk arah keluar secara internasional:

7. Tempat berhimpun sementara

Tempatnya realatif jauh dari bangunan


Relatif aman dari bahaya kebakaran/bencana lain
Dapat menampung staf dan pasin (dengan pengelompokan perawatan)
Atur /bagi tempat berhimpun menjadi beberapa bagian dan beri tanda sesuai dangan
lantai/Perawatan medis dan peralatannya.
Menahan Rambatan Api
Ini berguna untuk menghindari/meminimalkan kerusakan atau kehilangan properti dan korban
jiwa. Kemampuan untuk dengan cepat mendeteksi dan memadamkan kebakaran merupakan
faktor kunci dalam menghindari skenario terburuk yaitu evakuasi total pada rumah sakit.

Fire Alarm System


Ada beberapa cara di mana kebakaran dapat dideteksi. Metode tradisional dan deteksi automatis.
Deteksi manual/tradisional adalah seseorang melihat api dan/atau bau asap, di mana titik alarm
kebakaran harus diaktifkan atau pemberitahuan dilaksanakan. Dalam beberapa kasus, Petugas
yang ditunjuk menyampaikan pemberitahuan kepada petugas lainnya dari mulut ke
mulut. Dalam kasus lain, alarm manual kebakaran menarik alarm atau diaktifkan secara
manual memulai perangkat alarm yang digunakan untuk suara alarm kebakaran.
Berdasarkan National Fire Protection Association di Amerika Serikat, menyarankan persyaratan
untuk memakai sistim dan menentukan manual alarm kebakaran dengan memulai adalah
sebagai berikut:

1. Kotak manual alarm harus aman dipasang pada latar belakang warna kontras.
2. bagian beroperasi dari kotak alarm kebakaran tidak boleh lebih dari 1,07 m (42 inci)
untuk ukuran 1,22 m (48 inci) di atas lantai.
3. Kotak manual alarm harus terletak mencolok tidak terhalang dan dapat diakses dengan
mudah.
4. Kotak manual alarm harus ditempatkan dengan jarak horizontal perjalanan antara
kotak di setiap lantai tidak lebih dari 61 meter.
5. Selain itu, manual kotak alarm harus berada dalam jarak 1.52 m dari kedua sisi
pembukaan dikelompokkan (misalnya, sebuah elevator dan tangga terletak bersama-
sama) yang lebih dari12,2 m (40 kaki) lebarnya.

Ingat: Sistem alarm kebakaran yang didirikan untuk


(i) meningkatkan keselamatan para penghuni gedung dan
(ii) untuk meminimalkan kerusakan properti.

Smoke and head detectors


Berbagai sensor asap dan panas dapat dipasang sebagai bagian dari sistem alarm kebakaran
untuk mendeteksi kebakaran yang dimulai di mulai dari tempat yang jarang di lalui personil/staf.
Sensor ini idealnya harus memicu system alert otomatis dengan terlihat (lampu sorot lampu
berkedip) dan terdengar lonceng atau suara peringatan untuk menunjukkan bahwa api
terdeteksi. Sensor juga harus mampu menunjukkan lokasi di mana api terdeteksi, melalui remote
anunciator panel yang menyala untuk menandakan wilayah
yang mana perangkat deteksi api dipicu.

1. Detektor asap umumnya akan mendeteksi api lebih cepat daripada detektor panas.
Namun personil yang bertanggung jawab untuk daerah tertentu dari asap dan
pendeteksi panas harus mempertimbangkan kemungkinan setiap alarm palsu atau yang
tidak diinginkan. Misalnya, detector asap mungkin tidak boleh digunakan di fasilitas
dapur. Sebaliknya memilih untuk suhu Panas tetap seperti dalam kasus kasus yang mana
peningkatan suhu mendadak dalam kebakaran.
2. Asap dan panas dari kebakaran akan cenderung menumpuk di bagian tertinggi diruang ter
tutup bangunan. Ini adalah dimana detektor yang harus ditempatkan.
3. Lokasi pendeteksi asap dan panas tergantung pada jenis detektor yang sedang digunakan
dan geometri dan hunian ruang. Biasanya daerah pertanggungan maksimal untuk asap
dan pendeteksi panas yang 100 meter persegi dan 50 meter persegi, masing-masing.
4. Ada tiga jenis detektor asap : ionisasi, fotolistrik, dan gabungan terionisasi/fotolistrik.
Terionisasi detektor asap relatif murah, sementara fotolistrik detector cenderung lebih
mahal.

Persyaratan minimum pada sistem pemadam kebakaran adalah system alarm kebakaran dengan
asap detektor dan sistem pemadam kebakaran dengan alat pemadam api ringan. Ada perangkat
pemadam api yang dapat dipasang di rumah sakit untuk fasilitas pemadaman. termasuk pemercik
otomatis (sprinkler). Hhydrant dan Sistem pengendali asap.

Water Sprinkler Systems

Sistem ini memiliki diameter tetesan air yang lebih besar dari 1 mm, dengan cakupan luas
ke permukaan kumulatif untuk 1 liter air adalah sekitar 3 4 meter persegi.
Biasanya, dalam fire sprinkler sistem, Jaringan penuh pipa terus-menerus dituntut
dengan air.
Kepala sprinkler adalah katup peka panas yang melepaskan air setelah suhu melebihi
suhu tetap umumnya diatas suhu 30 derajat Celcius.
Masing-masing kepala sprinkler beroperasi secara mandiri dan akan mengaktifkan
hanya setelah cukup panas mencapai katup. Oleh karena itu, hanya alat
pemercik terdekat api yang akan beroperasi, memaksimalkan tekanan air yang tersedia
untuk lokasi api.
Sistim Sprinkler menyebabkan kerusakan karena air berkurang akibat dari yang
digunakan petugas/staf pemadaman menggunakan selang hidrant.

Mist Sprinkler Systems

1. Fungsi kabut sprinkler sistem mirip sistem sprinkler air tradisional.


2. Diameter tetesan air mereka adalah kurang dari 1 mm, dan cakupan luas permukaan
kumulatif mereka untuk 1 liter air adalah kira-kira 60 meter persegi.
3. Sekali sistem diaktifkan, pompa mendorong air melalui nozzle khusus untuk membentuk
sebuah kabut air padat atau.
4. Kabut ini menekan dan memadamkan api melalui penurunan suhu panas dan perpindahan
oksigen dari Zona api.
5. Sistem ini hanya memerlukan volume air rendah, membuat mereka lebih aman dari
pada beberapa sistem lain untuk digunakan di medis dan listrik peralatan, terutama di
ICU.

Beberapa keuntungan dari sistem sprinkler yang terawat dengan baik adalah:

Memungkinkan untuk tata letak lebih terbuka dalam fasilitas dengan kata lain, lebih
lama penjalaran api.
Mereka memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar dalam desain dan masa depan
adaptasi dari ruang di fasilitas.
Struktur dengan alat penyiram dapat mengurangi rating kebakaran persyaratan untuk
elemen struktural sebanyak 30 menit,tergantung pada bangunan kode spesifikasi dan
peraturan suatu negara terhadap fasilitas kesehatan
Kelemahan utama dari sistem sprinkler adalah bahwa mereka mungkin cukup mahal untuk
memasukkan ke dalam perawatan kesehatan yang ada.
Fasilitas spesialis keselamatan kebakaran harus menyelidiki layout struktur dan arsitektur
bangunan untuk menentukan kelayakan memasang sistem sprinkler.
Jika hal ini tidak layak untuk memasang sebuah sistem untuk seluruh fasilitas, paling tidak
dipertimbangkan pemasangan untuk daerah-daerah rawan penyalaan di rumah sakit dengan
kerentanan terhadap kebakaran.

PENTING:
Sistem Sprinkler adalah fitur pemadaman wajib di semua fasilitas kesehatan
yang baru.

Water Hose Reels dan Hidrant

Selang berketekanan tinggi (hose reel) dan Hidrant ini harus tersedia di setiap lantai
rumah sakit, untuk petugas/staf rumah sakit pada saat terjadi kebakaran dapat
mengoperasikannya .
Selang Hidrant dan hose reel terhubung suplai air utama atau system penyimpanan air
independen.
Selang Hidrant biasanya berukuran 18 m sampai 36 m panjangnya dan memiliki
diameter dalam 13-19mm. Ukuran hose reel yang digunakan tergantung pada ukuran
fasilitas medis, agar kebutuhan menjadi cukup panjang dan berdekatan.
Hydrant dan Hose reel semuanya sama dalam operasi. Prosedur umum untuk
mereka gunakan adalah sebagai berikut:

1. menjamin bahwa nozzle/jet adalah dalam posisi tertutup.


2. Hidupkan katup utama.
3. tarik selang dari Box, ke arah api.
4. buka nozzle/katup dan mengarahkan aliran air menuju api.

Penggunaan selang berketekanan tinggi dan selang Hidrant hanya untuk kebakaran kelas
A
Selang pada hydrant biasanya terletak dekat dengan poin Hidran dan dimaksudkan untuk
digunakan hanya pada saat terjadi kebakaran sudah membesar dan dioperasikan oleh tim
tanggap darurat yang telah ditunjuk dan terlatih.

Smoke Extractors/ Sistem pembuang asap


Penyebaran cepat dan akumulasi asap biasanya menimbulkan salah satu risiko tertinggi untuk
keselamatan manusia dalam kebakaran. Salah satu cara untuk meminimalkan bahaya ini adalah
dengan menggabungkan sistem ekstraksi asap khusus, biasanya dalam desain awal panas,
ventilasi dan sistem AC (HVAC).

Asap ekstraksi sistem adalah sistem mekanis yang dapat secara manual atau secara
otomatis diaktifkan setelah alarm dipicu.
Sistem ini dirancang untuk menghilangkan asap berbahaya dari daerah kebakaran dan
mencegah penyebaran asap ke area lain dari bangunan melalui penutupan tertentu
ventilasi dan bertekanan tinggi pemompaan udara ruangan khusus untuk mencegah
masuknya asap.
Asap extractor sistem cenderung sangat mahal untuk memasukkan dalam fasilitas yang
ada.

Sample Illustration of Smoke Extraction System

Rencana Penanggulangan Kebakaran, Pencegahan & Pemeliharaan


Salah satu aspek yang paling penting yaitu sistem Penanggualangan Kebakaran yang efektif
adalah rencana pencegahan dan pemeliharaan.
Pemeriksaan rutin harus dilakukan dan didokumentasikan sebagai bagian dari fasilitas perawatan
kesehatan manajemen sistem. Ketika item peralatan telah diperiksa, itu harus ditandai dan
ditandatangani untuk aman digunakan dengan indikasi setiap tindakan yang diambil dan tanggal
check dijadwalkan berikutnya :

The National Fire Protection Association 10 (USA) merekomendasikan bahwa detector


asap diganti setiap 10 tahun. Namun jika mereka beroperasi pada baterai
detektor asap harus diperiksa sebagai bagian dari pemeliharaan rumah sakit berstandar,
biasanya setiap bulan.
Water sprinkler sistem membutuhkan pemeliharaan preventif terencana serta
pemeliharaan sesuai prosedur. Umumnya setiap kepala sprinkler di cek dengan sesuai
system random pada setiap zona sampai pada yang berhubungan dengan menjaga system
melalui tes mingguan dan pemeliharaan pasokan air dan peralatan pompa.
Selang gulungan harus diperiksa dan ditandatangani setiap bulan.
Administrasi rumah sakit harus memastikan bahwa kanvas selang gulungan bersertifikat
untuk digunakan untuk pemadaman.
Petugas inspeksi peralatan harus melaporkan setelah penggunaannya dalam sebuah
insiden seperti kebakaran.

Ingat: Pemeliharaan Pencegahan yang direncanakan adalah suatu aspek kritis dari sistem
pemadam kebakaran efektif. Semua Peralatan harus secara
berkala diperiksa, ditandatangani untuk penggunaan yang aman, serta didokumentasikan.

Pertimbangan penting
Penting untuk dicatat bahwa semua sistem mekanis pemadaman, termasuk system sprinkler
asap sistem extractor, dan tangki penyimpanan air, perlu dirancang untuk menahan gempa bumi.
Kerusakan sistem mekanis Umum selama gempa bumi karena system ini cenderung memiliki
koneksi kaku dan Fitting yang gagal dalam hal seismic gerakan dan kekuatan.
Tangki air khususnya dapat memperburuk dampak dari gempa bumi pada fasilitas perawatan
kesehatan jika mereka tidak dirancang dengan baik.

Evakuasi
Ini adalah komponen yang sangat penting dari tujuan penyelamatan jiwa dalam situasi darurat
di rumah sakit. Evakuasi koprehensif (total) harus melibatkan seluruh elemen rumah sakit , dari
mulai petugas kebersihan, staf, perawat, dokter sampai unsur pimpinan rumah sakit.
Rencana evakuasi harus dijadikan prosedur tetap rumah sakit bila terjadi keadaan darurat,
prosedur tetap ini harus disosialisasikan, dilatih, dan disimulasikan, sehingga timbul kesadaran
dari semua unsur pihak rumah sakit. Prosedur tetap ini menyajikan langkah-langkah bila terjadi
keadaan darurat di rumah sakit, dari mulai terjadi awal api terlihat sampai seluruh penghuni
(pasien) berkumpul di titik kumpul (essembly point).
Penting untuk dicatat bahwa tidak ada yang sama metodologi untuk evakuasi pada setiap
bagian, prosedur akan bervariasi untuk setiap fasilitas perawatan kesehatan.Ingat bahwa
prosedur evakuasi total dilakukan hanya sebagai tindakan akhir untuk rumah sakit. Dalam kasus
kebakaran evakuasi dilakukan setelah langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan
kebakaran yang dijelaskan sebelumnya telah gagal untuk pemadaman dan seluruh penghuni
berada di bawah ancaman dari dampak kebakaran. Penting untuk setiap penghuni Rumah Sakit
baik itu staf , perawat, Dokter , Pimpinan dan juga pasien memperhatian terhadap detail dan
proses skenario evakuasi.
Memahami skenario evakuasi adalah kunci keberhasilan bila terjadi kebakaran dan bencana.

Setiap Mitigasi kebakaran di Rumah Sakit harus mempertimbangkan evakuasi yang


sesuai dengan fasilitas yang ada
Evakuasi total di Rumah Sakit adalah pilihan terakhir ketika terjadi keadaan darurat.
keselamatan adalah perhatian utama.
Rencana harus sederhana, jelas dan sitematis, karena rencana yang rumit akan membuat
keadaan bertambah sulit dalam keadaan darurat.
Fleksibilitas penting karena prosedur harus beradaptasi dengan berbagai situasi.
Kemandirian di tingkat unit penting karena komunikasi yang tepat dari pemimpin rumah
sakit mungkin sulit atau bahkan tidak mungkin ketika dalam keadaan darurat,
karyawan pada setiap tingkat harus segera tahu apa yang harus dilakukan di daerah
mereka.
Menentukan essembly point yang reprensetatif untuk pasien sesuai dengan jenis
penyakit/perawatannya. Terutama bila diharuskan evakuasi total , tempat ini sangat
diperlukan ketika ruang perawatan dan evakuasi horizontal (bagian,gedung dan lantai
dalam keadaan bahaya) sudah tidak dapat dilakukan karena kebakaran terus membesar.

Pasien Rawat Jalan


Akan diminta untuk membuat rantai tangan dan menuju ke tempat yang aman di luar pintu
kebakaran (menuju essembly point). Satu orang ditugaskan memimpin rantai dan satu orang
berada di belakangnya.

Unit perawatan pasien.


Pada jalur persiapan, perawat harus bersama-sama dengan pasien dengan tidak mengelompokkan
status ambulatory dikarenakan perawat telah memahami setiap individu pasien sehingga perawat
akan lebih mampu mengelola individu pasien dalam keadaan darurat.
Asumsi-asumsi yang berikut diciptakan dalam pengembangan dokumen ini:

1. Tanggung jawab evakuasi berada pada Incident commander (IC) yang dalam struktur
Fire Safety Management berada pada level tertinggi dalam komando.
2. Pada setiap bagian (fasilitas) IC dibantu oleh tim evakuasi dan kepala peran kebakaran
lantai (bagian), yang bertanggung jawab evakuasi pada bagian-bagiannya.
Evakuasi pada fasilitas perawatan kesehatan mungkin diperlukan dalam berbagai bencana
(tidak hanya jika terjadi kebakaran).

Contoh beberapa bencana


Bencana alam
- Gempa bumi
- Banjir
- Tanah longsor
- Angin topan/puting beliung
- Gunung meletus
- Tsunami
- Kebakaran
Non alam
- Pencemaran lingkungan
- Bom biologi, Bom kimia, nuklir dan radiologi
- Collapse building / bangunan runtuh
- Wabah penyakit/epidemic
- Hazardous materials incident
- Kegagalan dalam pemanfaatan Nuklir
Sosial
- Konflik sosial
- Terror (bom dan lain-lain)

suara alarm kebakaran

1. Sekali alarm kebakaran berbunyi, tidak perlu ditunjuk personil untuk menyelidiki alasan
alarm ( kemungkinan alarm palsu) dan untuk mengidentifikasi tingkat ancaman. Petugas
juga harus menentukan apakah kebakaran atau bencana lain, bila itu kebakaran lihat
apakah kebakaran kecil yang dapat dipadamkan atau kebakaran besar yang
mengharuskan evakuasi.
2. Segera berkomunikasi dengan peran kebakaran bagian (lantai), agar dapat di ambil
tindakan selanjutnya.
3. Kepala peran kebakaran bagian (lantai) harus terus melaporkan setiap perkembangan
kepada IC

Melaporkan kepada Instansi terkait


Jika ada ancaman kebakaran, system komando Fire Safety Management harus langsung berjalan,
Kepala Keselamatan Kebakaran Gedung yang diduduki oleh pimpinan tertinggi di rumah sakit
langsung bertindak sebagai Incident Commander dan memimpin berlangsungnya pemadaman
dan evakuasi, diusahakan terus mendapatkan laporan dari Kepala peran kebakaran bagian (lantai)
untuk mencari tahu semua informasi terkini di bagian/fasilitas yang terbakar, agar tidak terjadi
kepanikan pada pasien, IC menginformasikan kepada seluruh bagian/lantai apa yang terjadi
dengan alat komunikasi personal: papan tulis, overhead halaman, email, BBM, SMS dan lain-
lain berisi agar seluruh staf, perawat dan bagian/petugas FSM untuk waspada dan
bersiap/menyebutkan warna atau jenis bahaya untuk evakuasi dan bahaya kebakaran (disebutkan
lantai dan bagiannya), Petugas informasi segera melaporkan kepada Instansi terkait misalnya:
seperti Dinas Pemadam kebakaran, polisi, Dinas Kesehatan dan lain-lain. Dengan cara :

Sebutkan nama pelapor


Sebutkan yang terbakar (lantai berapa, bagian apa dan apa yang terbakar)
Nama jalan, titik kenal (gedung/tempat yang dikenal banyak orang)
Kondisi terakhir kebakaran
Sebutkan jika ada pasien/staf yang terjebak
Selanjutnya ikuti perintah petugas informasi Dinas Pemadam Kebakaran

Macam-macam evakuasi dengan kode warna


Kerangka waktu untuk evakuasi mungkin berbeda tergantung pada sifat ancaman dan jumlah
waktu yang dapat diambil untuk mempersiapkan pasien bergerak. Jenis tertentu evakuasi adalah
sebagai berikut:

"Darurat bergerak"
langsung evakuasi atau pasien dan staf mungkin mati; tidak
ada waktu untuk mempersiapkan.

Mengevakuasi dalam waktu yang terbatas untuk mempersiapkan (1-2 jam) ikuti prosedur.

Tidak ada bahaya


waktu yang cukup untuk evakuasi prosedur sistematis (banyak
jam untuk beberapa hari).
Pasien diam di tempat , tetapi mulai mempersiapkan diri untuk evakuasi.

Untuk ancaman kebakaran dan bom, mungkin langsung bergerak atau evakuasi cepat, tetapi
untuk bahaya bencana alam dengan periode peringatan yang memadai, seperti badai dan
banjir, mungkin memerlukan evakuasi bertahap.
Tindakan berikut mungkin akan dibutuhkan saat "mempersiapkan" instruksi
evakuasi yang dikeluarkan:

Jika Anda mendengar alarm kebakaran atau melihat kilatan cahaya, tutup semua
pintu api di daerah Anda.
Pastikan daerah koridor yang jelas untuk memungkinkan gerakan pasien dan peralatan.
Mencari dan membawa catatan medis pasien dan obat-obatan.
Siap evakuasi transportasi peralatan seperti kursi roda, selimut, dan gurneys.
Tetapkan dalam gerakan sistem untuk memindahkan orang pada ruangan kusus (lokasi
essembly point).
Menunggu instruksi lebih lanjut, tidak mengungsi kecuali diberikan izin untuk
melakukannya.

Pergerakan Evakuasi
Incident Commander menentukan jenis evakuasi, berdasarkan laporan dari Kepala Peran
kebakaran lantai (bagian) di tempat kejadian pada situasi terakhir kebakaran, Incident
Commander menentukan apa jenis pengungsian yang diperlukan:

1. Horizontal model utama evakuasi, ini melibatkan pasien bergerak dalam bahaya dari
ancaman, tetapi mereka tetap pada lantainya, hanya pindah dari gedung/bagian satu
kebagian lainnya.
2. Vertical, Ini biasanya pada evakuasi total, yang melibatkan semua elemen rumah sakit.
Pasien dan staf akan dievakuasi seluruhnya dari rumah sakit dikarenakan
kebakaran sudah tidak dapat dikendalikan.
3. Bersiap evakuasi, pasien dan staf mungkin diminta tetap di tempat,
yaitu tetap di unit mereka dan bersiap, sambil menunggu petunjuk lebih lanjut.
Jenis gerakan ini tergantung pada jenis bahaya sebagai contoh kebakaran mungkin di lantai di
bawah ini atau mungkin ancaman tsunami, di mana kasus urutan evakuasinya akan bergerak ke
atas.

Rute evakuasi
Rute evakuasi harus jelas arahnya, harus dengan rinci dari awal bagian, Semua staf rumah sakit
harus paham dan mengerti rute evakuasi sesuai instruksi IC. Khusus anggota staf yang
ditugaskan sebagai tim evakuasi dan Rescue selanjutnya langsung menuju pasien dan
pengunjung untuk mengevakuasi dengan tertib dan tenang.
Perencanaan evakuasi harus mempertimbangkan semua ruang di sekitar rumah sakit, keadaan
ini akan membantu dalam berjalannya evakuasi sampai pada lokasi essembly point.

Level Evakuasi
Tingkat evakuasi

Evakuasi total
Evakuasi sebagian

Dalam kebanyakan keadaan darurat, evakuasi total jarang di gunakan. Karena kebutuhan yang
kompleks dan kondisi yang tidak stabil yaitu banyak pasien di rumah sakit. evakuasi total
umumnya dianggap sebagai pilihan terakhir. Evakuasi total mutlak diperlukan ketika potensi
ancaman pada keselamatan staf dan pasien terancam, misalnya :

Api, asap, dan/atau beracun asap


Merusak struktural fasilitas
Potensi paparan bahan berbahaya
Terorisme atau kekerasan, pengunjung bersenjata
Ancaman bom
Ketika mempunyai banyak waktu yang diperlukan dan tersedia untuk menilai bahaya yang
ditimbulkan oleh situasi, rumah sakit harus mempertimbangkan mengeluarkan perintah hanya
persiapan.

Memperkirakan jumlah petugas/sumber daya


Evakuasi yang efektif pada fasilitas perawatan kesehatan tergantung pada jumlah staf dan
petugas yang terlatih dan tersedia disetiap bagian/lantai ketika terjadi kebakaran untuk
melakukan tugas-tugas evakuasi.Memahami lingkup evakuasi dan mengetahui jumlah minimum
orang-orang yang diperlukan untuk melakukan prosedur ini dalam keadaan darurat hal
yang terpenting dalam menyelamatkan nyawa.

Perbandingan Jumlah Staf


Rasio Deskripsi perawat
Perawat: pasien
1:8 Perawat jaga
(umumnya rasio ini seharusnya tidak boleh
lebih)
ICU, neonatal, anesthesiology
1:2 pasca pemulihan, tenaga
kerja dan pengiriman, unit gawat
darurat dan pemulihan

1:1 Operasi dalam ruangan


bedah (biasanya lebih dari 1 perawat - 1
pasien)
Antepartum, pasca
1:4 melahirkan, pediatrics, ruang gawat darurat
dan perawatan khusus
1:5* Unit bedah umum

# Unit bedah umum bisa 1:8

Rasio staf berdasarkan protokol di rumah sakit dan peraturan perundang-undangan setiap
negara dapat berbeda.
Umumnya semua bagian lain (misalnya biomedis) mungkin memiliki satu orang
bertugas setelah jam kerja regular atau semua staf/petugas di setiap
bagian akan dipanggil.
Setiap pergerakan evakuasi harus didampingi petugas evakuasi yang terlatih dan
berpengetahuan, mengenai prosedur respon dan evakuasi kebakaran. Jumlah minimum
petugas evakuasi ditentukan menurut protokol darurat fasilitas perawatan kesehatan.
Dalam beberapa kasus, relawan dapat membantu evakuasi bertahap atau cepat di rumah
sakit. Misalnya : ketika akan terjadi ancaman bom, sunami, angin topan,banjir dan lain-
lain.

Model prioritas evakuasi pasien


Tiga jenis model prioritas pasien yang diuraikan dalam di bawah ini sering digunakan dalam
prosedur evakuasi darurat. Model yang digunakan tergantung pada jumlah pasien, waktu yang
tersedia untuk evakuasi, dan jenis peristiwa yang mendorong untuk evakuasi.

Model geografis
Biasanya diterapkan dalam kasus evakuasi bertahap. Model ini sistematis berfokus pada evakuasi
area di risiko terbesar di rumah sakit atau menentukan unit perawatan individu untuk
mengevakuasi secara berurutan, tergantung pada lokasi mereka dalam ruangan.

Pemilihan Pasien sesuai


bagian Memungkinkan untuk evakuasi sebagian yang tidak akan mengga
nggu seluruh pasien rumah sakit, memungkinkan unit untuk tetap bersama
kepada seluruh proses evakuasi dengan meningkatkan konsistensi perawatan medis.
Pemilihan sesuai status
pasien Membutuhkan waktu yang cukup
untuk evakuasi.
Model sumber daya
Model ini berfokus pada memanfaatkan sumber daya dalam cara yang paling efisien mungkin.
Oleh karena itu, prioritas pasien terhubung langsung dengan ketersediaan sumber daya.
Sebagai contoh, pasien ICU akan dievakuasi dengan menggunakan peralatan yang terbaik dari
ambulance yang dilengkapi peralatan untuk penanganan pasien ICU.

Menggunakan sumber daya secara efektif, yaitu efektif pada arus proses evakuasi
dengan cara atas ke bawah atau cara bawah ke atas.
Memerlukan perencanaan waktu yang tepat serta signifikan dan manajemen logistik
terbaik untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas selama krisis.

Model kondisi pasien


Model evakuasi ini mencoba untuk memperhitungkan kondisi pasien baik itu mental maupun
fisik atau kondisi selama evakuasi. Dalam model ini, evakuasi dilakukan dengan cara atas ke
bawah atau bawah ke atas cara yang diuraikan untuk model sumber daya. Namun, pasien medis
yang paling rapuh dievakuasi terakhir untuk memastikan bahwa mereka tidak dilepaskan dari
ventilator dan peralatan pendukung hidup, sampai benar-benar diperlukan.

Mengevakuasi sebanyak-banyaknya pasien.


Pertama untuk memastikan ini terbanyak dalam jumlah pasien. Evakuasi sebagian dapat
dicapai dalam jumlah dan waktu daripada dua model lain yang lebih pendek.
Tidak memperhitungkan alokasi sumber daya yang sedikit, yang dapat menyebabkan
situasi di mana pasien ICU harus menunggu lama untuk kendaraan transportasi yang
sesuai.

Kebutuhan khusus pasien


Sangat penting untuk mengidentifikasi kebutuhan khusus pasien, beberapa diantaranya mungkin
memerlukan perhatian lebih:

Kebutuhan pasien penderita cacat Pasi


en yang tidak bisa mendengar atau melihat atau berada di bawah anestesi
(sadar) pada waktu evakuasi mungkin memerlukan akomodasi khusus.\
Perawatan medis dan kebutuhan peralatan
1. Pasien mungkin memerlukan alat
tertentu life support (misalnya,ventilator) yang harus menemani mereka ketika
mereka dievakuasi. Peralatan yang dioperasikan memakai baterai harus diperiksa secara
teratur dari rumah sakit.
2. obat tertentu yang memerlukan pasien untuk perawatan juga harus menemani
mereka ketika mereka mengungsi.
Kebutuhan dukungan psikologis
pasien mungkin memerlukan dukungan psikologis, karena stres paska bencana.
Biasanya, pasokan medis (obat-obatan, infus dan sebagainya) tersimpan di bangunan utama
rumah sakit, namun itu semua harus disimpan dalam fasilitas yang mudah di jangkau dan
terlindungi dari api dan asap.

Prioritas pasien dalam skenario evakuasi


Mengutamakan pasien terhadap sumber daya fisik yang terbatas untuk di evakuasi (misalnya
personil, Elevator tangga, transportasi sleds) evakuasi ini adalah yang tersulit karena
memerlukan petugas dalam jumlah banyak dan harus terlatih.
Beberapa keadaan umum pada potensi prioritas evakuasi ini, harus dimasukan dalam skenario
evakuasi. Pemimpin rumah sakit, petugas, administrasi dan semua petugas evakuasi dalam Fire
Safety Management, harus menggunakan skenario ini memasukan pasien prioritas sebagai
bagian dari upaya perencanaan evakuasi.
Dalam evakuasi total, dikarenakan luasnya ancaman terhadap keselamatan pasien dan staf,
Maka prioritaskan pasien dapat keluar sebanyak mungkin. Oleh sebab itu, pasien-pasien ini dapat
di evakuasi saat terakhir setelah pasien lainnya keluar dari area bahaya, kecuali kebakaran
berawal dari tempat pasien ini berada.

Pembagian pasien
o Pasien-pasien dalam bahaya
o Pasien-pasien Ambulatori
o Pasien-pasien secara umum perawatan unit memerlukan transportasi assistence
o Pasien di unit perawatan intensif (ICU).
o Pasien di ruang operasi (penting untuk dicatat bahwa prosedur bedah yang telah di
mulai harus diselesaikan sampai titik keselamatan, sebelum pasien dipindahkan dari
tempat bahaya, mengevakuasi horizontal ke daerah yang aman untuk operasi lengkap
ke penempatan pada titik keselamatan dengan tempat tidur bergerak

Jika waktunya singkat dan kondisi pasien tidak memungkinkan, pasien ICU mungkin akan
dipindahkan setelah semua unit perawatan umum di evakuasi.
Selain itu, untuk memaksimalkan jumlah pasien yang dievakuasi dalam waktu yang singkat,
model ini memastikan bahwa pasien perawatan kritis memiliki akses ke gas medis (O2), suction
dan pemantauan yang intensif.
Jika sumber daya evakuasi terbatas, pasien ICU harus dievakuasi setelah sumberdaya
transportasi tersedia.
Meskipun pasien ICU mungkin orang terakhir yang meninggalkan rumah sakit, mereka
harus menjadi yang pertama untuk meninggalkan tempat berhimpun,
karena mereka adalah prioritas tertinggi untuk transfer ke rumah sakit lainnya.
Dalam pengungsian cepat, rencana transportasi standar harus didasarkan pada proses
yang teratur dan cepat pada pasien unit perawatan seluruhnya dipindahkan secara berurutan.
Evakuasi simultan juga dapat mengambil tempat; yaitu pengobatan umum, unit
bedah dan ICU dapat dikosongkan secara paralel jika memungkinkan untuk menghindari tidak
meratanya permintaan ke sumber daya evakuasi.
Ada kontroversi mengenai urutan evakuasi lantai, tapi satu merekomendasikan rencana untuk
mengevakuasi dari atas bangunan ke bawah jika elevator tersedia atau dari bawah bangunan ke
atas jika hanya tangga yang tersedia. Hal ini penting untuk dicatat bahwa dalam situasi seperti
kebakaran dan gempa bumi, Lift tidak boleh digunakan. Dalam evakuasi bertahap, rumah sakit
mungkin tidak memerlukan penggunaan assembly points, Sebaliknya, mereka dapat memilih
untuk mengirim pasien langsung dari unit mereka menunggu petugas ambulance di staging
area. Dalam keadaan ini, komunikasi antara staging area dan lantai rumah sakit (Exit Discharge)
sangat penting untuk memastikan bahwa aliran pasien keluar dari unit, mengantisipasi
tersedianya unit ambulance lengkap dan mencegah kemacetan ambulance menunggu untuk
mengangkut pasien datang.

Ingat: Prioritas pasien dapat bervariasi tergantung pada waktu, staf, peralatan, dan sumber
daya yang tersedia untuk evakuasi.

Bahaya khusus yang harus diperhatikan


Beberapa jenis bahaya dapat mengancam kepada staf dan pasien, pada kebakaran rumah sakit.

Bahaya khusus dan masalah yang terkait pada kebakaran rumah sakit
Oksigen
Prosedur ini harus di tetapkan yaitu untuk memastikan ada petugas mematikan aliran oksigen
dan gas medis serta peralatan lainnya, yang dapat berkontribusi sebagai bahan bakar pada
kebakaran. Setiap kamar operasi memiliki manifold untuk mematikan gas medis. Petugas/staf
harus menyadari lokasi manifold ini dan harus mematikannya ketika evakuasi diperintahkan oleh
Inciden Commander.

Asap
Asap menimbulkan risiko tinggi untuk keselamatan pasien dan petugas, dan didalam prosedur
evakuasi harus memasukkan strategi untuk memindahkan pasien dari daerah
di mana bahaya asap ini ada. (Lihat pencegahan dan penanggulangan kebakaran bagian di
atas untuk gambaran langkah-langkah untuk menghambat perkembangan dan penjalaran hasil
pembakaran dan juga asap.)
Peralatan Listrik
Cabut/matikan semua peralatan listrik, yang tidak terhubung dengan peralatan ke pasien.

Penerangan
Memastikan bahwa ada lampu emergency yang memadai untuk melakukan evakuasi, karena
listrik sudah dimatikan, lampu emergency sistem dengan kapasitor yang diaktifkan ketika
power dimatikan yang umum digunakan

Air
Peralatan medis harus terlindung dari air, yang dapat merusak mesin-mesin penting
(ingat penggunaan alat penyiram kabut dan sprinkler). Juga pasien terhindar dari air sehingga
menjadi dingin dan mungkin akan bertambah sakit pada pasien.
Pertimbangkan memiliki terpal plastik (misalnya, "visqueen") tersedia untuk menutupi pasien
selama melakukan evakuasi.

Peralatan Transportasi Evakuasi


Dalam evakuasi, sangat penting untuk memiliki alat transportasi yang tersedia untuk pasien.
Misalnya sebagai berikut:

Selimut
Kursi roda
Tempat tidur
Kanvas usungan/tandu/Gurneys
Backboards
Sked Stretchers
Dan lain-lain

Diagrammatic Use of a Sked Stretcher


Beberapa peralatan, seperti backboards dan tandu sked , biasanya tidak disimpan dirumah
sakit. Bahan-bahan ini biasanya dimiliki oleh Pemadam Kebakaran dan tentara.
Ada catatan praktis yang penting untuk diingat ketika menggunakan alat transportasi di rumah
sakit pada saat evakuasi, sebagai berikut:

1. Jumlah peralatan yang cukup harus tersedia untuk mengevakuasi setiap lantai.
2. Peralatan yang harus disimpan di tempat-tempat yang mudah diakses setiap saat
itu tidak disimpan dalam lemari terkunci.
3. Semua alat transportasi harus menjadi bagian dari program pemeliharaan preventif diren
canakan rutin sebagai fasilitas evakuasi.

Komando dan kontrol

Kewenangan untuk memerintahkan evakuasi

Setelah CEO rumah sakit, petugas komunikasi, dan incident commander yang ditunjuk.
Mengambil keputusan untuk mengevakuasi dengan menerima masukan dari semua petugas.
Ketika waktu memungkinkan (yaitu, tidak dalam kasus evakuasi), rumah sakit mungkin
mempertimbangkan membuat tim evakuasi, dengan perwakilan dari perawat, dokter, keamanan,
perawatan ruangan, keamanan, dan lain-lain agar dengan cepat dapat menimbang risiko evakuasi
terhadap risiko berlindung di tempat (tidak evakuasi).
Setelah keputusan untuk evakuasi telah dibuat, ada beberapa keputusan kunci tambahan yang
harus dilakukan dengan cepat dan dikomunikasikan.

1. Level evakuasi: parsial, lengkap


2. Jenis evakuasi: segera, cepat, bertahap, hanya persiapan
3. Prioritas pasien
4. Perencanaan Aktivasi evakuasi : komponen/personil

Assembly point and discharge site Locations


Evakuasi/koordinator operasi
Staf
Pasien
Incident commander terus menilai situasi, seperti rencana dan aktivitas mungkin perlu
beradaptasi dengan perubahan dalam keadaan sekitar evakuasi.
Command Center
Dalam proses evakuasi, incident Commander rumah sakit bertanggung jawab dalam
penanggulangan kebakaran sampai proses evakuasi dengan segera mengaktifkan pusat komando
rumah sakit, dimana keputusan dapat dibuat dan di keluarkan untuk evakuasi.
Command center harus menjadi bagian dari Fire Safety Management yang ada di rumah sakit
dan terpisah dari staging area untuk pemadam kebakaran. Namun, kepala peran kebakaran
bagian/lantai atau komandan kebakaran lantai harus bekerja sama dengan incident commander
Gedung rumah sakit untuk membuat keputusan seluruh proses evakuasi.

Assignments/tugas Command Center

1. Ditunjuk salah satu staf (ditugaskan oleh rumah sakit) perlu koordinasi dan organisasi
proses evakuasi. Individu ini biasanya ditunjuk juga sebagai koordinator evakuasi.
2. Incident Commander Rumah Sakit menentukan lokasi yang pasien akan dievakuasi (yaitu
lokasi-lokasi aman dirancang oleh rumah sakit).
3. Semua personil yang terlibat perlu mengetahui peran dan tanggung jawab mereka.
Mereka dapat ditugaskan peran mereka baik sebelum atau selama kebakaran (yang
terbaik sebelum kejadian sudah terlatih).
Komunikasi

1. Sebuah sistem komunikasi tertentu harus di tempat sehingga Koordinator evakuasi


dapat mempertahankan kontak dengan petugas di bawahnya dan petugas dapat
berkomunikasi dengan petugas lainnya.
2. Di beberapa negara, ketika terjadi bencana Nasional, Angkatan bersenjata
sering membantu hal ini dan akan menyediakan perangkat komunikasi.
3. Cara tradisional bentuk komunikasi adalah penggunaan "caraka," yaitu petugas
yang pindah dari titik A ke titik B dan C untuk menyebarkan informasi.

Kepercayaan
salah satu kriteria utama untuk IC adalah kepercayaan, yang jatuh ke Koordinator
evakuasi dan semua petugas di bawah komandonya.
Tanggung jawab evakuasi di setiap rumah sakit berbeda-beda. Karena tidak semua fasilitas
kesehatan dimiliki rumah sakit, sehingga beberapa bagian atau anggota staf mungkin diperlukan
untuk berbagai tanggung jawab.

Koordinator Evakuasi
Koordinator evakuasi adalah link utama antara Incident commander di rumah sakit dan bangsal
pasien selama evakuasi. Tanggung jawab utamanya adalah untuk memonitor dan
mengkomunikasikan setiap perkembangan serta untuk memastikan bahwa semua pasien telah
dievakuasi. Dalam evakuasi, koordinator evakuasi harus mampu menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang tercantum di bawah ini.
1. Waktu untuk persiapan
perawat: Berapa lama waktu tersedia untuk menyiapkan pasien sebelum
evakuasi dimulai?
2. Lokasi assembly point: pasien harus pindah ke lokasi assembly point atau
modifikasi diperlukan sebagai hasil dari skenario evakuasi?
3. Lokasi discharge site: Petugas harus mengirim pasien berobat
(yakni, mereka yang tidak memerlukan tindakan medis mendesak) ke
lokasi discharge site atau apakah modifikasi diperlukan sebagai akibat
dari skenario evakuasi?
4. Prioritas evakuasi : dalam urutan apa yang akan di evakuasi petugas?
5. Penggunaan lift: bagaimana jika Elevator tersedia apakah
dapat digunakan dalam evakuasi?
6. Penggunaan Tangga: apakah bisa tangga digunakan dalam evakuasi?
7. Petugas yang telah masuk dalam FSM sementara mereka tidak ada di
tempat (di rumah): bagaimana menghubunginya untuk membantu dalam
evakuasi?
8. Petugas kembali ke gedung: setelah tiba di lokasi essembly point apakah
petugas harus kembali lagi ke dalam rumah sakit, lalu siapa yang menjaga
pasien di essembly point?.
9. Bagaimana dengan pengelompokan pasien setelah sampai di essembly
point, siapa yang akan mengelompokan?
10. Jika pihak keluarga (penunggu) pasien mungkin dapat bersedia menjaga
pasien, maka kemungkinan ini harus dimasukan dalam skenario evakuasi

Ingat: Koordinator evakuasi berkomunikasi dengan pasien bangsal dan memantau kemajuan
mereka untuk memastikan bahwa setiap pasein telah dievakuasi dengan aman.

Penetapan Peran Staf


Evakuasi adalah proses yang sangat padat karya. Seluruh staf diberikan tugas untuk mendukung
evakuasi harus segera diaktifkan. Beberapa staf mungkin perlu di tunjuk untuk masuk dalam tim
FSM, namun tetap harus melihat dan memperhatikan jumlah staf/perawat yang shift malam, sore
dan pagi. Yang terbaik memasukan nama-nama staf pada FSM sesuai dangan jam shiftnya
artinya setiap shift akan berbeda daftar petugas evakuasi dan lainnya sesuai kebutuhan. Atau staf
dapat ditetapkan peran ganda; sebagai contoh, beberapa personil yang mengangkut pasien keluar
dari bangunan dapat dipindahkan sebagai pengirim pesan ke setiap bagian atau yang tugas yang
lainnya.

Contoh penetapan tugas staf


FUNGSI PENGAWAS PERKIRAAN
STAF
sakit)
mah
tan ru
rsyara
da pe
ng pa
gantu
af (ter
butuhan st
Mengisi ke

Menyiapkan pasien untuk evakuasi Petugas evakuasi

Transportasi pasien ke lokasi essembly point Pemimpin


transportasi
Melacak pasien pada lokasi essembly point Pengawas pencarian

Menilai pasien di lokasi essembly point (menetapkan satu


dokter untuk setiap unit perawatan pasien sampai tambahan Pimpinan essembly
dokter tiba di lokasi essembly point) point

dukungan perawat di lokasi essembly point (mengidentifikasi


jumlah anggota staf diperlukan untuk setiap bagian) Petugas Medis

Penyiaran informasi/pasokan/obat antara essembly point


dan rumah sakit Pimpinan essembly
(cantumkan nomor petugas pembawa pesan yang diperlukan point
untuk setiap titik persiapan)

Triase pasien untuk transportasi dan discharge Pemimpin triase


Mengatur kendaraan angkutan (ambulance) untuk pasien dan Pemimpin
memastikan kesiapan pasien untuk perjalanan transportasi
Perawatan untuk membantu pasien di daerah/bagian discharge
Pimpinan discharge
site
Menentukan kontak/membantu keluarga dalam pemberitahuan Administrasi
darurat
Triase pasien untuk transportasi atau discharge site Pemimpin triase
Mengatur kendaraan angkutan (ambulance) untuk pasien dan pemimpin
memastikan kesiapan pasien untuk perjalanan transportasi

Perawatan untuk membantu pasien di daerah/bagian pemimpin discharge


discharge site
Menentukan kontak/membantu keluarga dalam pemberitahuan Administrasi
darurat

Contoh Struktur Sistem Incident Commander Rumah Sakit


Incident Commander Rumah Sakit

Memimpin jalannya Pemadaman dan evakuasi


Menetapkan tujuan prioritas
Memantau berjalannya penanggulangan kebakaran dan evakuasi sesuai prosedur

Petugas penghubung/komunikasi

Berkoordinasi dengan instansi terkait (Dinas Pemadam, Kepolisian, Kesehatan,


ambulance dan lain-lain).
Berkoordinasi dengan rumah sakit lain, untuk pemindahan pasien
Memastikan alat komunikasi berjalan baik
Memastikan telpon tidak ada yang memakai (digunakan hanya dalam/untuk darurat)
Petugas keamanan

Bertanggung jawab seluruh keamanan rumah sakit


Memiliki spesialisasi keterampilan dan kesiapsiagaan bencana dan peraturan kesehatan
dan keselamatan
-Ikut mengatur jalannya transportasi ambulance dan mobil lain (Pemadam, Polisi, dan
lain-lain)
Koordinator Evakuasi

Menjalankan rencana evakuasi


Sumber daya langsung kepada pasien
Berkomunikasi antara petugas rumah sakit terutama incident commander
Memastikan proses evakuasi berjalan sesuai prosedur
Memastikan semua pasien di evakuasi
Pencarian dan Penyisiran Pasien
Harus ada yang ditunjuk untuk "Pencarian dan penyisiran Pasien" kepada staf yang bertanggung
jawab untuk pencarian dan pelaporan di ruangan perawatan, seluruh proses evakuasi untuk
memberikan kepercayaan terus-menerus kepada anggota staf meliputi :

Petugas yang ditunjuk untuk melakukan penghitungan di lokasi assembly point.


Staf yang ditugaskan mengecek ke kamar dan lantai harus memastikan bahwa kamar dan
lantai telah dikosongkan.
Kepala peran kebakaran di setiap bagian/lantai yang bertanggung jawab untuk menangani
bahaya khusus atau masalah (misalnya, mematikan gas medis, melakukan
penghitungan dalam wilayah tanggung jawabnya).
Medical Record

Medical Record biasanya terletak di administrasi lantai dengan pasien.


Memastikan bahwa catatan medis menyertai pasien ketika mereka dievakuasi.
Obat dan peralatan yang penting untuk pasien harus dibawa juga.
Protokol tertentu untuk memastikan bahwa catatan meninggalkan dengan pasien
harus ditetapkan sebagai bagian dari prosedur evakuasi.
Pertimbangan harus diberikan untuk menyimpan semua fasilitas catatan kesehatan medis
penting dalam fireproof filing lemari (lemari tahan api).
Status pasien/lokasi
Lokasi saat ini/tempat titik berkumpul (identifikasi pasien sesuai dengan
perawatan/penyakit) pasien dan tujuan mereka harus ditentukan oleh Incident
Commander rumah sakit.

Kontak keluarga untuk pemberitahuan darurat


Harus ada kontak darurat untuk semua pasien. Informasi kontak keluarga biasanya
disimpan dengan catatan medis pasien. Dalam pengungsian, petugas yang ditunjuk
harus:

Berupaya untuk memberitahu anggota keluarga dan pihak lain yang bertanggung jawab
tentang tujuan pemindahan pasien.
Menjawab panggilan dan menanggapi pertanyaan dari anggota keluarga tentang
keadaan pasien dan lokasi pemindahannya.

relokasi/Staging areas
Essembly points dan lokasi discharge site
Rumah sakit harus mengidentifikasi beberapa lokasi yang mengelilingi bangunan yang dapat
digunakan sebagai titik-titik persiapan, mempersiapkan essembly point dan discharge site.
o Assembly point / Holding Area
Tempat atau tempat-tempat yang mana unit perawatan pasien berkumpul (di luar
bangunan klinis utama rumah sakit) untuk menerima perawatan dasar dan menunggu
pemindahan atau kembali ke rumah sakit. Essembly points tidak dimaksudkan untuk menjadi
komprehensif bidang rumah sakit, Sebaliknya, mereka harus dirancang sebagai penanganan
perawatan penting/mendesak karena sumber daya tersedia.

o Discharge Site
Tempat dimana pasien yang dapat pulang ke rumah sambil menunggu keluarga atau
teman untuk membawa mereka.
Discharge Site harus ditempatkan jauh dari Essembly points untuk meminimalkan
kemacetan lalu lintas dan padatnya menuju ke jalan Raya.
Pertimbangan penting termasuk:

Jarak dan luas essembly points serta discharge site, sementara essembly point
dekat dengan rumah sakit dapat membantu dalam upaya untuk merelokasi pasien yang
rapuh selama evakuasi, itu juga bisa yang menjadi perhatian setiap peristiwa yang
melibatkan bahan peledak, bahaya kimia atau beberapa jenis lainnya yang berpotensi
luas sebagai ancaman. Hal ini juga penting untuk mempertimbangkan arah angin,
khususnya sehubungan dengan penjalaran asap yang berhubungan dengan api.
Idealnya, essembly point dan discharge site akan mengizinkan berlindung di dalam
ruangan.
Skala ekonomi: pemilihan essemby points dan pelepasan situs harus memperhitung kan
bahwa
sulit untuk layanan klinis dukungan (misalnya, Layanan farmasi) untuk mendukung
perawatan pasien dalam banyak dipisahkan lokasi.
Area identifikasi: beberapa area terdekat harus diidentifikasi, dan kesediaan mereka
untuk membantu terjadi darurat harus dikonfirmasikan. Jika terjadi keadaan
darurat, ini harus dihubungi segera

Tim pemindahan pasien


Jika pasien dipindahkan ke fasilitas kesehatan alternatif (rumah sakit lain), maka tim pemindahan
pasien harus diaktifkan. Tim ini mencakup perwakilan dari kelompok incident command, dokter
senior, perawat senior dan pimpinan rumah sakit. Tim bekerja sama dengan pejabat pemerintah
untuk mengidentifikasi tersedianya tempat tidur dan ambulance untuk pasien yang akan
dipindahkan. Semua praktisi dokter dan perawat harus diberitahu bahwa tim pemindahan
pasien telah diaktifkan dan mengatur tujuan yang tepat untuk semua pasien.
Hal ini sangat penting untuk keberhasilan evakuasi.

Ikhtisar
Proses evakuasi rumah sakit dapat dibagi menjadi beberapa komponen kunci.
Semua petugas harus menyadari peran dan tanggung jawabnya masing-masing, melalui latihan
teratur dan simulasi, mereka harus paham setiap rincian rencana evakuasi.

Berikut adalah contoh skema tahap inti evakuasi rumah sakit:

PELATIHAN LATIHAN PENGUNGSIAN


Aktivasi
Berdasarkan bunyi alarm kebakaran, diharapkan bahwa staf rumah sakit akan mengaktifkan
sistem dipraktekkan atau urutan aktivitas respons. Fasilitas kesehatan masing-masing harus
memiliki system yang unik yang telah disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan.

Rencana evakuasi
respon yang harus dibahas dan dikembangkan oleh administrasi rumah sakit dan rekayasa
dan tim medis. Rencana harus mencakup pelatihan yang dijadwalkan secara
rutin untuk semua staf.

pelatihan staf
Pelatihan umum mencakup semua staf :

Pelatihan tentang cara untuk mengangkat dan memindahkan pasien.


Pelatihan tentang cara menggunakan alat pemadam kebakaran.
Pelatihan apa yang harus dilakukan jika mereka melihat api.
Sebagai contoh, singkatan RACE menentukan tindakan yang akan diambil dalam
kebakaran (meskipun tidak dalam urutan tertentu;incident commander rumah sakit
menentukan tindakan yang tepat untuk yang diambil dalam situasi tertentu):
1. R- Rescue menyelamatkan orang yang
terancam oleh kebakaran untuk daerah yang aman
2. A- Aktifkan alarm
3. C- Close - Tutup semua jendela dan pintu, menghindari api dan asap
4. E- Evakuasi - mengungsi
Pelatihan apa yang harus dilakukan jika mereka mendengar alarm dan melihat lampu ber
kedip.
Pelatihan khusus mendefinisikan peran dan tanggungjawab setiap anggota staf. Sebagai contoh,
dalam kasus alarm kebakaran, siapa yang menghubungi Dinas kebakaran dan rumah sakit
terdekat?

Tindakan sesuai Peran


Tindakan Peran
adalah ringkasan singkat yang menentukan setiap peran dalam keadaan darurat dan detail tugas
yang diberikan untuk setiap peran. Semua anggota staf harus memiliki pengetahuan
umum dan pemahaman tentang berbagai peran, sebagai staf tunggal anggota
dapat bertugas dengan lebih dari satu atau mungkin diminta untuk melakukan peran yang ber
beda, mengingat situasi.

Latihan kebakaran
Latihan kebakaran dirancang untuk memastikan bahwa, melalui pelatihan secara
reguler dan simulasi, anggota staf akan:

Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang keselamatan kebakaran, merencanakan s


ehingga mereka dapat bertindak dengan cepat, aman dan tertib cara.
Menjadi terlatih tentang perlindungan kebakaran. Ketakutan individu tidak
dapat bertindak bijaksana dan cerdas, dan mereka dapat melakukan hal-hal yang
merugikan diri sendiri atau orang di sekitar mereka.
Meningkatkan kepercayaan diri dan kekuatan untuk memikul tanggung jawab mereka
dalam kebakaran.
Penting untuk dicatat bahwa semua simulasi pelatihan dan latihan kebakaran perlu
dijadwalkan dan dilakukan secara teratur, dan evaluasi kinerja perlu dilakukan dan digunakan
untuk meningkatkan ketrampilan pada pelatihan berikutnya.

Ingat: Pelatihan secara reguler dan simulasi sangat diperlukan untuk meningkatkan
respon dan keselamatan staf serta pasien.

The eight leading causes of hospital fires. http://www.fiercehealthcare.com/story/eight-leading-


causes-hospital-fires/2009-10-20. Accessed 8 February 2014.
2. Cleveland Clinic, St. Anthonys Hospital, and Mercy Hospital fires: case studies. www.nfpa.org.
Accessed 8 February 2014.
3. Hospital prevention and evacuation, Wasington, D.C, PAHO, @2014
4. Hospital Barros Luco fire. PAHO report dated 27 May 2003.
Calderon Guardia Hospital fire. http://www.nbcnews.com/id/8551431/ns/world_news-
americas/t/die-costa-rica-hospital-fire/#.UwKPntiYaM8. Accessed 8 February 2014.
5. St Jude Hospital. PAHO situation report dated 9 June 2010.
6. Undang-undang Bangunan Gedung Tahun 2002
7. Perda Provinsi DKI Jakarta No. 3 tahun 1992
8. Perda Provinsi DKI Jakarta No. 8 tahun2008

Anda mungkin juga menyukai