Anda di halaman 1dari 15

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) AL-IHSAN

SIMPANG EMPAT
Jl. Bhakti DepanSPBU Pertamina Simpang Empat, Kab.Pasaman
Barat Handphone : 0812-6670-8304

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) AL-IHSAN SIMPANG EMPAT
NOMOR: /SK-RSIA-A/V1/2019

TENTANG
PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSIA


AL- IHSAN secara berhasil guna dan berdaya guna sesuai
kebutuhan masyarakat, Maka RSIA AL- IHSAN perlu
dikelola secara profesional.
b. bahwa untuk mencapai keprofesionalan tersebut diperlukan
adanya kebijakan tentang penanggulangan kebakaran di
RSIA AL- IHSAN, yang dapat digunakan sebagai pedoman
bagi setiap karyawan dalam menjalankan tugasnya sehari-
hari
c. bahwa untuk merealisir hal tersebut pada hurup a dan b perlu
diatur dengan surat keputusan direktur.
Mengingat : 1. Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan
2. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
3. Peraturan Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : Membuat kebijakan tentang penanggulangan kebakaran di RSIA
AL- IHSAN
KEDUA : Kebijakan – kebijakan tentang penanggulangan kebakaran di
RSIA AL IHSAN adalah sebagai berikut:
1. Bila terjadi kebakaran jangan panik dan tetap tenang
2. Segera lapor ke satpam atau bagian informasi melalui telpon
ataau sarana komunikasi lain
3. Hubungi dinas kebakaran 113-451-5356 / 113-415-7061
4. Ambil APAR untuk memadamkan api
5. Diberitahukan agar pasien dan pengunjung tetap tenang karna
kebakaran sedang di atasi
6. Amankan pasien ke tempat yang aman
7. Amankan dokumen/barang milik rumah sakit/ pasien ketempat
yang aman
8. Apabila kebakaran tidak diatasi buat laporan penanggulangan
bencana
KETIGA : Semua biaya yang ditimbulkan dengan adanya surat keputusan ini di
bebankan kepada RSIA AL- IHSAN

KEEMPAT : Surat keputusan ini berlaku sejak di tetapkan kepada yang


bersangkutan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Ditetapkan di Pasaman barat

Pada tanggal januari 2020


RSIA AL IHSAN SIMPANG EMPAT
Direktur

dr. Irsadul faruqi


PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN SERTA
RSIA AL-IHSAN PEYAMATAN DIRI
SIMPANG EMPAT
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
/SPO-RSIA- 00 1/2
A/MFK/2020

Tanggal terbit Direktur RSIA Al –IHSAN Simpang Empat


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO) dr.Irsadul faruqi

PENGERTIAN adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancamdan mengganggu


kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh kelalaian
manusia maupun faktor lain, sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda serta dampak
psikologis.

TUJUAN a) Memberikan perlindungan kepada pegawai dari ancaman bencana;


b) Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada
c) Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu terkoordinasi, dan menyeluruh;
d) Menghargai budaya lokal;
e) Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
f) Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawaan
dan
g) menciptakan perdamaian dalamkehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara

KEBIJAKAN

PROSEDUR 1. Bila terjadi kebakaran karyawan dan tamu menyelamatkan diri ditempat
aman dan jangan panik
2. Penanggungjawab ruangan memberi informasi sumber kebakaran kepada
petugas / yang diberitanggung jawab
3. Bila sumber kebakaran dan penyebab kebakaran diketahui maka petugas
mematikan sakelar pemutus arus listrik atau putuskan arus listrik melalui
panel MCB/ Sekering.
4. Bila memungkinkan pada mkan kebakaran tersebut dengan alat pemadam api
dengan bahan pemadam yang sesuai (Tabung Pemadam, fireblanket, Karung
Goni dsb
a. Namun bila ternyata kebakaran cukup besar segera hubungi dinas
pemadam kebakaran dan PLN
b. Lingkungan sekitar perlu dirapihkan/sterilkan sehingga mudah dicapai
oleh pemadam kebakaran
c. Sambil menunggu petugas pemadam kebakaran. Satgas Kebakaran
Balai Besar Pulp dan Kertas mempersiapkan peralatan
pemadam/hydrant/Genset
d. Satgas/ petugas yang ditunjuk mengambil posisi yang telah ditentukan
5. Melakukan pemadaman sumber kebakaran/api
6. Lakukan penyelamatan dokumen-dokumen serta peralatan kantor

PANDUAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) AL-IHSAN SIMPANG EMPAT
KABUPATEN PASAMAN BARAT
TAHUN 2020

PANDUAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN.


A. LATAR BELAKANG

Kebakaran meruapakan kejadian yang tidak bisa kita perkirakan terjadinya, dapa
tterjadi kapan saja dan dimana saja,tidak ada tempat yang dijamin bebas dari resiko
kebakaran. Kebakaran ditempa tkerja dapat membawa konsekuensi yang berdampak
merugikan banyak pihak, baik dari pihak rumah sakit, pegawai maupun bagi
masyarakat banyak. Akibat yang ditimbulkan dari kebakaran yang terjadi di tempat
kerja dapat berupa korban terbakar maupun korban jiwa, kerugian material, hilangnya
tempat kerja dan kerugian lain yang tidak langsung, apalagi jika terjadi kebakaran di
objek vital maka dapat berdampak lebih luas. Berdasarkan data khusus kebakaran
yang ada dari Pusat Laboraturium Fisika Forensik Mabes Polri kebakaran yang
banyak terjadi yaitu di tempat kerja lebih kurang70 sampai80 persen. Dari penyebab
kebakaran yang ada, ada dua faktor penyebab yaitu api terbuka dan listrik. Untuk
dapat menanggulangi kebakaran ditempat kerja diperlukan adanya peralatan proteksi
kebakaran yang memadai, petugas penanggulangan kebakaran dan prosedur
penanganan keadaan darurat.

B. DASAR HUKUM

Kebakaran di tempat kerja termasuk dalam kategori kecelakaan kerja, dimana


kejadian kebakaran dapat membawa konsekuensi mengancam keselamatan jiwa
tenaga kerja, pasien dan orang yang ada di rumah sakit, dan berdampak dapat
merugikan banyak pihak, baik rumah sakit, pegawai dan masyarakat luas.
Pertimbangan hukum, tujuan dan sasaran K3 adalah dalam rangka melindungi
pegawai dan orang lain, menjamin kelancaran kegiatan yang ada di rumahsakit,
menjaga aset serta kepedulian terhadap lingkungan. Beberapa hal yang mendasar
khususnya yang berkaitan langsung dengan penanggulangan kebakaran adalah:
1. UU nomor 1 tahun 1970 tentang
 Tujuan K3 pada umumnya kebakaran yaitu: bertujuan melindungi tenaga
kerjadan orang lain aset dan lingkunga masyarakat.
 Syarat-syarat keselamatan kerja Pasa l3 ayat (1) huruf
a. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
b. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
c. Mengendalikan penyebaran panas, asap dan gas
 Pasal 9 ayat (3)
Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada dibawah pimpinannya dalam pencegahan kebakaran dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja pula, dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep186/MEN/1999 tentang
penanggulangan kebakaran ditempa tkerja.
3. Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No.Ins1l1M/BW1997 tentang pengawasan
khusus K3 penanggulangan kebakaran.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per02/MEN/1983 tentang instalasi alarm
kebakaran automatic.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI No.Per04/MENIl980
tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per04/MENIl988 tentang berlakunya Standar
Nasional Indonesia SNI. 225-1987 mengenai Peraturan Umum Instalasi Listrik
Indonesia (PUlL1987) di tempat kerja.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.per02/MEN/1989 tentang pengawasan
instalasi penangkal petir.)
8. Peraturan khusus EE mengenai syarat-syarat keselamatan kerja dimana diolah,
disimpan atau dikerjakan bahan-bahan mudah terbakar.

UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN


Unit penanggulangan kebakaran di Rumah Sakit Ibu Dan Anak AL- IHSAN Simpang
Empat terdiri dari :
A. PETUGAS PERAN KEBAKARAN
Petugas peran kebakaran berjumlah 27 orang, dimana menurut peraturan sekurang-
kurangnya 2 orang untuk setiap 25 tenaga kerja. Tenaga kerja Rumah Ibu dan Anak
AL-IHSAN simpang Empat berjumlah orang.
Tugas:
− Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat menibulkan
bahaya kebakaran.
− Memadamkan kebakaran pada tahap awal.
− Mengarahkan evakuasi orang dan barang.
− Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait.
− Mengamankan lokasi kebakaran.
B. REGU PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Tugas:
− Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat menimbulkan
adanya kebakaran.
− Melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran.
− Memberikan penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran pada tahap awal.
− Membantu menyusun buku rencana tanggap darurat penanggulangan kebakaran.
− Memadamkan kebakaran.
− Mengarahkan evakuasi orang dan barang.
− Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait.
− Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.
− Mengamankan seluruh lokasi tempat kerja.
− Melakukan koordinasi seluruh petugas peran kebakaran.
C. KOORDINATOR UNIT PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Tugas:
− Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dar iinstansi
yang berwenang.
− Menyusun program kerja dan kegiatan tentang cara penanggulangan kebakaran.
− Mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kebakaran kepada
pengurus.
Pembentukan unit penanggulangan kebakaran RumahSakitIbu dan Anak Al-IHSAN
Simpang Empat ini, dengan memperhatikan jumlahpegawai ( orang) dan atau
klasifikas itingkat potensi bahaya kebakaran dimana jeni stempat kerja menurut
klasifikasi tingkat resiko bahaya. Bahaya kebakaran sebagai mana tercantum dalam
lampiran I Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.Kep186/MEN/1999.
KLASIFIKASI JENIS TEMPAT KERJA
Bahaya kebakaran ringan

Tempat kerja yang mempunyai jumlah dan Gedung/ruangrumahsakit


kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi
kebakaran melepaskan panas rendah, sehingga
menjalarnya api lambat

SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN


A. KONSEP SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
Penerapan sistem proteksi kebakaran atau sumber daya yang direncanakan untuk
mengantisipasi bahaya kebakaran, yang direncanakan sesuai dengan tingkat resiko
bahaya pada hunian rumah sakit.
Sistem proteks ikebakaran yang direncanakan ada 3 sistem:
1. Sarana proteksi kebakaran aktif
Yaitu berupa alat atau instalasi yang dipersiapkan untuk mendeteksi dan
memadamkan kebakaran seperti sistem deteksi dan alarm, apar, hydran,
springkel, dll.
2. Sarana proteksi kebakaran pasif
Yaitu berupa alat, sarana atau metode mengendalikan penyebaran asap panas
dangan berbahaya jika terjadi kebakaran seperti sistem kompartementasi, sarana
pengendalian asap (smoke control sistem). Sarana evakuasi, sistem pengendalian
asap dan api, alat bantu evakuasi dan rescue.
3. Fire sevety manajemen.

B. SISTEM DETEKSI DAN ALARM KEBAKARAN


Strategi yang pertama dalam menghadapi kebakaran adalah berpacu dengan waktu,
api yang masih awal lebih mudah dipadamkan dibandingkan dengan yang telah lama
terbakar. Karena itu perlu adanya sistem pendeteksi dini dan sistem tanda bahaya
serta sisterm komunikasi darurat. Sistem yang ada berupa sistem instalasi deteksi.

C. ALAT PEMADAM API RINGAN


Reverensi Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per04/MEN/1980.
Alat Pemadam Api Ringan direncanakan untuk memadamkan api pada awal
kebakaran, disain konstruksinya dapat dijinjing dan mudah dioperasikan oleh satu
orang.
Pemasangan AP AR di RumahSakit Ibu dan Anak Al- ISAN Simpang Empat dengan
memenuhi syarat tentang APAR yaitu:
1. Di tempatkan ditempat yang mudah dilihat, dijangkau dan mudah diambil.
2. Jarak jangkauannya maksimal 15 meter.
3. Tinggi pemasangan maksimal 125 cm.
4. Pemeriksaan seeara berkala.
5. Media pemadam di isi ulang sesuai batas waktu yang ditentukan.

D. HYDRAN
Adalah instalasi pemadam kebakaran yang dipasang permanen berupa jaringan
perpipaan berisiair bertekanan terus menerus yang siap untuk memadamkan
kebakaran.
Komponen utama sistem hydran adalah:
1. Penyediaan air yang cukup.
2. Sistem pompa yang handal (pompa utama dan cadangan)
3. Sambungan untuk mensuplai air dari mobil kebakaran.
4. Jaringan pipa yang cukup.
5. Selang dan nozle yang cukup melindungi seluruh bangunan.

E. SPRINGKLER
Springkler adalah instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara permanen untuk
melindungi bangunan dari bahaya kebakaran yang akan bekerja seeara otomatis
memancarkan air apabila noizel/pemaneari kepala sringkler terkena panas pada
temperatur tertentu.

F. SARANA EVAKUASI
1. Evakuasi adalah usaha untuk menyelamatkan diri sendiri dari tempat bahaya
menuju tempat yang aman.
2. Sarana evakuasi adalah sarana dalam bentuk konstruksi dari bagian bangunan
yang dirancang aman sementara (minimal1 jam),untuk jalan menyelamatkan diri
bila terjadi kebakaran bagi seluruh penghuni didalamnya tanpa dibantu oranglain.
3. Ketentuan hukum (peraturankhususEE) Setiap tempat kerja harus tersedia jalan
selain pintu kelua rmasuk utama untuk menyelamatkan diri jika terjadi
kebakaran. Pintu tersebut harus membuka keluar dan tidak boleh dikunci,
petunjuk arah evakuasi harus terlihat jelas pada waktu keadaan gelap.
4. Perhitungan teknis
− Percobaan rate of flow 40 orang per menit.
− Standar waktu evakuasi 2,5 menit sesuai klasifikasi bahaya ringan, sedang dan
berat.
− Lebar unit exit 21 inchi
Contoh:
Berapa unit exit yang dibutuhkan untuk mengevakuasi orang sebanyak
337 dalamwaktu2,5 menit.
337/40/2,5= 3,37 atau 4 unit exit.
− Konstruksinya harus dirancang tahan api dan dilengkapi sarana pengendalian
asap dengan tekanan udara positif. Halini untuk menjamin keamanan minimal 1
jam.
G. KOMPARTEMENTASI
Metode pengaturan tata ruang untuk menghambat penjalaran kebakaran kebagian lain.
Metode dengan menerapkan jarak tertentu atau dengan dinding pembatas dan
mengatur posis ibuka anti dak saling berhadapan.

H. SISTEM PENGENDALIAN ASAP DAN PANAS


Asap dan gas pada waktu kejadian kebakaran adalah salah satu produk kebakaran
yang dapat membahayakan bagimanusia kecenderungan asap dan gas akan menyebar
keatas. Apa bila terjadi kebakaran dapat menyebarkan asap keseluruh ruangan, karena
itu sistemdeteksi asap yang dapa tmengontrol mekanik penutup asap dan atau
mematikan AC sentral sangat penting.

I. TEMPAT PENIMBUNAN BAHAN CAIR ATAU GAS MUDAH TERBAKAR.


Tempat penimbunan bahan cair yang mudah terbakar ditempatkan terpisah

MANAJEMEN PENANGGULANGAN KEBAKARAN.


A. KONSEPMANAJEMANKEBAKARAN
Konsep ini berdasarkan pendekatan teknik dengan mencermati fenomena kebakaran,
adalah mencakup semua aktifitas dari pra kondisi sampai pasca kejadian.
1. Pre fire control
− Identifikasi proteksi bahaya kebakaran
− Identifikasi tingkatan ancaman bahaya kebakaran
− Identifikasi scenario
− Perencanaan tanggap darurat
− Perencanaan sistem proteksi kebakaran
− Pelatihan
2. In case fire control
− Deteksi alarm
− Padamkan
− Lokalisasi
− EVakuasi
− Rescue
− Amankan
3. Post fire control
Setiap terjadi kebakaran baik besar maupun kecil ternasuk hampir kebakaran harus
dilakukan langkah:

INVESTIGASI ANALISIS

REHABILITASI REKOMENDASI

Penerapan manajemen K3 pendekatan


− Pendekatan hukum K3: K3 merupakan ketentuan perundangan yang bersifat
wajib.
− Pendekatan ekonomi K3: K3 mencegah kerugian dan meningkatkan produktifitas.
− Pendekatan kemanusiaan K3: kecelakaan menimbulkan penderitaan bagi korban
dan K3 melindungi pekerja dan masyarakat.

B. RUJUKAN
− UU No. 1tahun1970 tentang kesehatan kerja.
− Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 04/MEN/1987 tentang P2K3.
− Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per OSIMEN/1996 tentang SMK3.
− Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep186/MEN/1999 tentang unit
penanggulangan kebakaran di tempat kerja.

C. MASALAH K3
Untuk menangani masalah K3 penanggulangan kebakaran diperlukan adanya petuga s
atau unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap usaha pencegahan kebakaran,
pemeliharaan sistem proteksi kebakaran dan melakukan usaha pemadaman
pertolongan dan penyelamatan benda apabila terjadi kebakaran.

SISTEM TANGGAP DARURAT.


A. KEADAAN DARURAT.
Keadaan darura tadalah sistem/kondisi kejadian yang tidak normal, beberapa
keadaan:
 Terjaditiba-tiba
 Menggangu kegiatan/ organisasi/ kornunitas
 Perlu segera ditanggulangi karena keadaan darurat dapat berubah menjadi
bencana yang mengakibatkan banyak korban atau kerusakan
B. KEADAAN DARURAT KEBAKARAN
Sistem dalam kejadian kebakaran pada suatu bangunan akan melibatkan semua orang
yang ada didalam bangunan yang terbakar, semua orang merasa terancam dalam
bahaya dan ingin menyelamatkan diri rnasing -.masing. Adakalanya yang sudah
keluar dan berada di tempat yang aman masih ada kemungkinan masuk kernbali.
Apabila ada orang asing (tamu/pengunjung) mereka lebih tidak mengenal dengan
lingkungan setempat. Mengatasi situasi panik dapat dilakukan dengan cara latihan
secara teratur, dalam pelaksanaan latihan harus ada skenario yang baku dan diulang-
ulang.

Anda mungkin juga menyukai