Anda di halaman 1dari 19

Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

BAB I
PERSYARATAN TEKNIS ELEKTRIKAL ARUS KUAT

1.0. PERSYARATAN UMUM


Persyaratan Teknis Pekerjaan Elektrikal adalah saling melengkapi serta
berkaitan dengan Gambar Perencanaan dan Bill Of Quantity, sehingga
keseluruhan dokumen tersebut dapat berfungsi sebagai acuan dalam tujuan
untuk mencapai hasil kerja yang optimal.
Pekerjaan elektrikal dalam proyek ini merupakan system yang lazim
diperuntukan bagi bangunan gedung. Yang mencakup pekerjaan instalasi
sumber daya dari PLN dan instalasi system distribusi daya (termasuk
instalasi penerangan dan stop-kontak).

1.1. LINGKUP PEKERJAAN


Pengadaan, pemasangan, pengetesan, commissioning semua material,
peralatan, tenaga kerja dan lain-lain dan pemeliharaan untuk seluruh instalasi
listrik seperti yang dipersyaratakan. Dalam pekerjaan ini harus termasuk juga
pekerjaan-pekerjaan kecil lain yang berhubungan dengan pekerjaan ini yang
tidak mungkin disebutkan secara terinci. tetapi dianggap perlu untuk
keselamatan dan kesempurnaan fungsi dan operasi sistem distribusi listrik.
Secara umum, pekerjaan yang harus dilaksanakan seperti berikut :
1.1.1. Kabel Daya Tegangan Menengah
Pekerjaan ini meliputi kabel tegangan menengah yang menghubungkan gardu
PLN dengan Medium Voltage Main Distribution Panel (MVMDP),
menghubungkan MVMDP dan Transformer Daya serta harus termasuk seluruh
peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi
listrik
1.1.2. Panel Daya Tegangan Menengah atau Medium Voltage Main Distribution Panel
(MVMDP).
Pekerjaan ini meliputi Incoming Panel, Metering Panel dan Outgoing Panel serta
peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instlasi
listrik
1.1.3. Transformator Daya
Pekerjaan ini meliputi Trafo Daya serta kelengkapan lain yang dibutuhkan sesuai
persyaratan teknis, gambar perencanaan dan persyaratan keamanan lain yang
diperlukan untuk kesempurnaan system
1.1.4. Panel-Panel Daya Tegangan Rendah
Pekerjaan ini meliputi Low Voltage Main Distribution Panel, Panel-panel Daya
untuk peralatan pompa termasuk seluruh peralatan bantu yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan sistem instalasi listrik
1.1.5. Kabel-Kabel Daya Tegangan Rendah
Pekerjaan ini meliputi kabel utama dari Trafo ke panel LVMDP, kemudian kabel-
kabel yang digunakan untuk menghubungkan panel LVMDP dengan beban

Elektrikal Arus Kuat 1-1


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

konsumen melalui saluran udara panel lainnya serta harus termasuk seluruh
peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan system
1.1.6. Instalasi Daya
Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang menghubungkan sub-sub
panel-panel daya termasuk peralatan bantu yang diperlukan untuk
kesempurnaan sistem instalasi
1.1.7. Instalasi Penerangan
Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang menghubungkan panel-panel
penerangan dengan fixture lampu penerangan luar termasuk peralatan bantu
yang diperlukan untuk kesempurnaan system
1.1.8. Fixture Lampu
Yang termasuk pekerjaan ini adalah armatur lampu, fitting, dudukan lampu dan
peralatan bantu lain yang berhubungan dengan item pekerjaan ini sesuai sesuai
dengan standard pabrik yang dipilih dan berlaku di Indonesia
1.1.9. Peralatan Penunjang Instalasi
Pekerjaan ini meliputi juction box, conduit, sparing, doos outlet daya, doos
saklar, doos penyambungan, doos pencabangan, elbow, metal flexible conduit,
klem dan peralatan lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem Distribusi
Listrik meskipun peralatan ini tidak disebutkan dan digambarkan dengan jelas
di dalam gambar perencanaan
1.1.10. Sistem Pembumian untuk Pengaman
Yang termasuk di dalam pekerjaan sistem pembunmian meliputi, batang
elektroda pembumian dan bare copper conductor atau kabel yang
menghubungkan peralatan yang harus dikebumikan dengan elektroda
pembumian termasuk seluruh peralatan bantu yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan system
1.1.11. Penyambungan sumber daya listrik PLN sesuai dengan ketentuan yang berlaku

1.2. STANDARD DAN ATURAN


Seluruh pekerjaan yang dikerjakan oleh Kontraktor harus mengikuti standard
dan aturan dengan segala kelengkapan operasi dan perawatan sesuai dengan
peraturan berikut :
1.2.1. PUIL : Peraturan Umum Instalasi Listrik
1.2.2. SII : Standard Industri Indonesia
1.2.3. NEC : National Electric Code
1.2.4. JIS : Japanese Industrial Standards
1.2.5. IEC : International Electrotecnical Commission
1.2.6. ANSI : American National Standard Institute
1.2.7. NEMA : National Electric Manufacturing Institute
1.2.8. Standard dan Peraturan yang berlaku di Indonesia
1.2.9. Peraturan Daerah setempat
2.0. PERSYARATAN SISTEM OPERASI LISTRIK
2.1. SISTEM OPERASI DISTRIBUSI LISTRIK

Elektrikal Arus Kuat 1-2


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

2.1.1. Pada keadaan normal, seluruh beban dilayani oleh sumber daya listrik utama
yang berasal dari Jaringan PLN (20 kV, 3 phasa, 50 Herzt)
2.1.2. Pada saat sumber daya listrik utama dari PLN mengalami gangguan, secara
otomatis seluruh kebutuhan daya dilayani oleh sumber daya listrik cadangan
yang berasal dari Diesel Generating-set.
2.1.3. Pada keadaan darurat (terjadi kebakaran), secara otomatis seluruh beban
dimatikan oleh signal listrik yang dikirimkan oleh sentral Fire Alarm Control Panel
(FACP) kecuali daya listrik untuk beban-beban khusus seperti Pompa
Kebakaran, Pompa Bahan-bakar, Lift Kebakaran, peralatan bantu evakuasi

2.2. SISTEM PENERANGAN


Lampu penerangan didalam bangunan dikategorikan sebagai-berikut :
2.2.1. Lampu penerangan normal (normal lighting) yaitu lampu penerangan buatan
dengan intensitas penerangan yang sesaui persyaratan untuk menjamin
kelancaran kegiatan dalam gerdung
2.2.2. Lampu penerangan darurat (emergency lighting), yaitu lampu penerangan
buatan sebagai pengganti bila lampu penerangan normal terganggu (mati),
lampu ini akan menyala baik pada kondisi normal maupun darurat.
2.2.3. Pada setiap ruangan kecuali koridor dan tangga, disediakan saklar-saklar
setempat untuk menyalakan/mematikan lampu. Pengontrolan lampu-lampu
koridor dan tangga dilakukan secara terpusat, dengan menggunakan Magnetic
Contactor yang ditempatkan di dalam Panel.
2.2.4. Sistem penyalaan lampu penerangan luar dilakukan secara otomatis oleh
kombinasi kerja antara magnetic contactor dengan saklar pengatur waktu,
sehingga penyalaan lampu penerangan luar dapat diatur pada waktu-waktu
tertentu saja (malam hari)

3.0. PERSYARATAN BAHAN


3.1. PERSYARATAN PANEL TEGANGAN MENENGAH
3.1.1. Ketentuan Umum
a). Incoming Panel
b). Metering Panel
c). Outgoing (Transformer Protection) Panel
d). Harus memenuhi SII dan SPLN atau standard lain yang diakui di Indonesia
e). MVMDP yang digunakan harus mempunyai rekomendasi untuk dipasang di
daerah tropis
f). Panel berupa indoor installation type dan berbentuk kubikel
g). Panel harus terbuat dari plat baja, dengan rangka yang terbuat dari besi
siku atau besi plat yang dibentuk dan diberi cat dasar dengan meni tahan
karat serta difinish dengan cat bakar warna abu-abu
h). Pintu panel, saklar pembumian dan Load Break Switch harus interlock
sehingga :
− Pintu panel dapat dibuka bila saklar pembumian telah menutup/ON dan
sebaliknya, pintu panel bisa ditutup bila saklar pembumian telah
membuka

Elektrikal Arus Kuat 1-3


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

− Saklar pembumian dapat ditutup bila Load Break Switch telah membuka
− Load Break Switch dapat ditutup bila saklar pembumian sudah terbuka.
− Tujuan interlock diatas untuk keamanan terhadap operator dan sistem
− Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang
digrounding dan busbar pembumian yang berfungsi untuk dudukan ujung
kabel grounding

3.1.2. Kelengkapan - Kelengkapan


MVMDP dilengkapi dengan komponen-komponen panel sebagai berikut :
a). Fuse tegangan menengah
b). LBS 400 A untuk switching
c). Busbar dari tembaga
d). Saklar pembumian 630 A
e). Terminal ukur
f). Dudukan kabel (terminating)
g). Saklar pembumian
h). Lampu indikator
i). Mimic diagram
j). Penunjuk untuk posisi saklar pembumian
k). Single phase protector

3.1.3. Persyaratan Listrik


Komponen-komponen MVMDP mempunyai persyaratan teknis seperti berikut :
a). Tegangan kerja nominal : 24 kV
b). Tingkat ketahanan isolasi (untuk 1 menit) : 50 kV
c). Basic Insulation Level : 125 kV
d). Arus nominal : 630 A
e). Thermal withstand (1 detik) : 16 kA
f). Electrodynamic withstand (sesaat) : 40 kA

3.1.4. Bus-bar
a). Panel mempunyai tiga buah bus bar phasa dan satu bar atau terminal untuk
pembumian yang terbuat dari tembaga dengan masing-masing mempunyai
ukuran 40 x10mm
b). Bus bar ditempatkan pada compartement yang terpisah
c). Bus bar dipasang menggunakan isolator sehingga kokoh dan tahan oleh
gangguan mekanis akibat electrodynamic force
3.1.5. Load Break Switch
a). Peralatan switching panel berupa Load Break Switch dari jenis
autopneumatic dimana penutupan dan pembukaannya sangat cepat dan
tidak tergantung kecepatan operator
b). LBS dipasang pada drawer element yang dapat ditarik keluar dari kubikal

Elektrikal Arus Kuat 1-4


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

3.1.6. Peralatan Ukur


MVMDP (Panel Tegangan Menengah) dilengkapi dengan peralatan ukur yang
terdiri dari :
a). Amperemeter
b). Voltmeter
c). kWH-meter
d). Costphi-meter

3.1.7. Fuse Tegangan Menengah


a). Fuse digunakan untuk memproteksi transformator mempunyai rating 24 kV,
40 Ampere
b). Dilengkapi single phasing protector sedemikian rupa bila salah satu fuse
putus, maka Load Break Switch akan membuka

3.2. PERSYARATAN PANEL TEGANGAN RENDAH


3.2.1. Konstruksi Panel
a). Panel harus terbuat dari plat baja, dengan rangka terbuat dari besi siku
atau besi plat yang dibentuk dan diberi cat dasar dengan meni tahan karat
serta difinish dengan cat bakar warna abu-abu. Ketebalan plat baja untuk
LVMDP, PP-FH dan SDP dinding 2 mm, pintu 3 mm. Untuk PP dan LP,
dinding 1.6 mm, pintu 2 mm
b). Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang
diketanahkan (grounding) dan busbar pentanahan, yang berfungsi untuk
dudukan ujung kabel pentanahan
c). Pada dinding panel bagian sisi kiri dan kanan, harus disediakan lubang
ventilasi serta bagian dalamnya diberi plat/lapisan pelindung, sehingga
dapat dicegah kemungkinan terjadinya tusukan secara langsung terhadap
bagian-bagian dalam panel yang bertegangan
d). Untuk pemasangan kabel incoming dan outgoing harus diesdiakan terminal
penyambungan yang disusun rapi dan ditempatkan pada lokasi yang tepat
dalam arti kata pada bagian panel dimana kabel incoming itu masuk dan
kabel outgoing itu keluar dari panel
e). Pada circuit breaker, sepatu kabel, kabel incoming dan outgoing serta
terminal penyambungan kabel harus diberi indikasi/label /sign plates
mengenai nama beban atau kelompok beban yang dicatu daya listriknya.
Label itu harus terbuat dari plat aluminium atau sesuai standard DIN 4070
f). Panel mempunyai tutup bagian dalam dan pintu luar yang dilengkapi
dengan kunci dan handle pintu. Handle pintu dipasang baik untuk tutup
bagian dalam panel maupun tutup bagian tutup bagian luar panel
g). Pada bagian atas panel (dari ambang atas sampai dengan 12 cm
disediakan tempat pemasangan lampu indikator, fuse dan alat ukur. Bagian
tersebut merupakan bagian yang terpisah dari pintu panel dan
kedudukannya menetap (fixed)

Elektrikal Arus Kuat 1-5


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

h). Ukuran panel didalam gambar perencanaan tidak mengikat, dapat


disesuaikan dengan ukuran komponen dan peralatan penunjang yang
dipilihserta standard pabrik pembuat
i). Pada pintu luar panel bagian dalam harus digambarkan diagram sistem
instalasi panel tersebut secara lengkap, baik dan dilaminasi

3.2.2. Bus-Bar dan Terminal Penyambungan


a). Panel harus sesuai untuk sistem 3 phasa, 4 kawat dan mempunyai 5 busbar
dimana busbar pentanahan terpisah
b). Busbar dari bahan tembaga yang digalvanis dengan bahan perak.
Galvanisasi ini termasuk pula bagian-bagian yang menempel pada busbar,
seperti sepatu kabel dan lalainnya
c). Pemasangan kabel (untuk semua ukuran luas penampang kabel) pada
busbar dan terminal penyambungan harus menggunakan sepatu kabel
d). Busbar dan terminal penyambungan harus disusun dan dipegang oleh
isolator dengan baik, sehingga mampu menahan electro mechanical force
akibat arus hubung singkat terbesar yang mungkin terjadi.

3.2.3. Circuit Breaker


a). Circuit breaker yang digunakan dari jenis MCB dan MCCB yang dilengkapi
dengan thermal overcurrent release dan electromagnetic overcurrent
release yang rating ampere trip-nya dapat di atur (adjustable)
b). Outgoing circuit breaker dari Low Voltage Main Distribution Panel harus
dilengkapi dengan proteksi kehilangan arus satu phasa
c). Circuit breaker untuk proteksi motor-motor listrik harus menggunakan Circuit
Breaker yang dirancang khusus untuk pengaman motor (Circuit Breaker tipe
M)
d). Breaking capacity dan rating CB yang digunakan harus sebesar yang
tercantum dalam gambar perencanaan
e). Semua Circuit Breaker harus di indentifikasi dengan jelas. Identifikasi ini
meliputi Breaking Capacity, Rating Ampere serta Ampere Trip dari Circuit
Breaker tersebut
f). Pemasangan MCB harus menggunakan omega reil, sedangkan
pemasangan MCCB dan komponen lain, seperti magnetic contactor, time
switch dan lainnya harus menggunakan dudukan dari plat. Pemasangan
komponen-komponen tersebut harus rapi dan kokoh sehingga tidak akan
lepas oleh gangguan mekanis
g). Jika di dalam gambar perencanaan dinyatakan ada spare, maka spare
tersebut harus terpasang secara lengkap
h). Semua Circuit Breaker harus diberi label/sign plate yang terbuat dari
aluminium mengenai nama beban atau kelompok beban yang di catu daya
listriknya. Label itu harus terbuat dari plat aluminium atau sesuai standard
DIN-4070

Elektrikal Arus Kuat 1-6


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

3.2.4. Alat Ukur / Indikator


a). Panel-panel dilengkapi dengan alat ukur, seperti :
− Volt meter & Selector switch
− Volt meter
− Amper meter
− Frequensi meter
− Trafo arus
− kWH meter
− Indicator lamp & mini fuse. Tidak semua panel dilengkapi dengan
peralatan seperti di atas, melainkan harus disesuaikan dengan gambar
perencanaan
b). Voltmeter dilengkapi dengan selector switch yang mempunyai mode 7 posisi
:
− 3 kali phasa terhadap netral
− 3 kali phasa terhadap phasa
− Posisi off
c). Ampere meter yang digunakan mempunyai range pengukuran sesuai
dengan rating incoming Circuit Breaker, seperti pada tabel berikut :
No Rating incoming CB Panel Ranges of Amper meter
1 1250 ~ 1500 A 0 ~ 1250/2500 A
2 800 ~ 1250 A 0 ~ 1000/2000 A
3 500 ~ 630 A 0 ~ 600/1200 A
4 350 ~ 400 A 0 ~ 400/600 A
5 250 ~ 300 A 0 ~ 250/500 A
6 125 ~ 200 A 0 ~ 200 /400 A
7 80 ~ 100 A 0 ~ 100/200 A
8 50 ~ 63 A 0~ 60/120 A
9 < 40 A 0~ 40/80 A
d).
e). Pengukuran arus yang kuat harus menggunakan trafo arus yang di rancang
khusus untuk pengukuran. Rating trafo arus harus sesuai dengan rating
Ampermeter yang digunakan dan tahan menerima impact short circuit
terbesar yang mungkin terjadi. Rating trafo arus yang digunakan harus
sesuai dengan tabel berikut :
No Ranges of Ampermeter Rating Trafo Arus
1 0 ~ 1250/2500 A 2500/5
2 0 ~ 1000/2000 A 1000/5
3 0 ~ 600/1200 A 600/5
4 0 ~ 400/600 A 400/5
5 0 ~ 250/500 A 200/5
6 0 ~ 200 /400 A 200/5
7 0 ~ 100/200 A 100/5

Elektrikal Arus Kuat 1-7


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

8 0~ 60/120 A direct
9 0~ 40/80 A direct
f). Amper meter yang dipasang pada panel utama selain mempunyai pointer
(jarum penunjuk) untuk menunjukan besarnya arus listrik yang ada
dilengkapi juga dengan pointer lain yang berfungsi sebagai Maximum
Demand Indicator.
g). Lampu indikator yang digunakan adalah :
− Warna hijau untuk phasa R
− Warna kuning untuk phasa S
− Warna merah untuk phasa T.
− Lampu-lampu indikator harus diproteksi dengan menggunakan fuse
h). Ampere meter dan Volt-meter harus menggunakan tipe Moving Iron
Rectangular dengan kelas alat 2.0 dan mempunyai dimensi sebagai berikut,
No Nama Panel Dimensi Alat Ukur
1 LVMDP. SDP, dan PP – PH 96 x 96
2 PP dan LP 72 x 72

3.2.5. Tipe Panel


Berdasarkan cara pemasangannya, panel-panel tegangan rendah
diklasifikasikan sebagai berikut :
No Nama Panel Tipe Panel
1 LVMDP Free standing
2 PP-PH Free standing/Wall
3 PP, SDP Wall Mounted
4 LP Wall Mounted
a). Panel jenis Free Standing dipasang pada lantai kerja dengan lokasi seperti
pada Gambar Perencanaan. Pemasangan panel harus menggunakan
dudukan konstruksi baja dan harus diperkuat dengan mur baut atau
dynabolt, sehingga tidak akan berubah posisi oleh gangguan mekanis.
b). Panel jenis wall mounting dipasang flush mounting pada dinding tembok
dengan lokasi sesuai Gambar Perencanaan. Pemasangan panel pada
dinding harus diperkuat dengan baut tanam (anchor bolt) sehingga tidak
akan rusak oleh gangguan mekanis
c). Box panel dan semua material yang bersifat konduktif yang berada disekitar
panel listrik harus dihubungkan ke sistem pembumian pengaman

3.2.6. Gambar Skema Rangkaian Listrik


a). Panel harus dilengkapi dengan gambar skema rangkaian listrik, lengkap
dengan keterangan mengenai bagian instalasi yang diatur oleh panel
tersebut
b). Gambar skema rangkaian listrik dibuat dengan baik, dilaminasi plastik dan
ditempelkan pada pintu luar panel bagian dalam

Elektrikal Arus Kuat 1-8


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

3.3. PERSYARATAN TRANSFORMATOR DAYA


3.3.1. Ketentuan Umum
a). Transformator daya yang digunakan harus memenuhi IEC standard dan
SPLN atau standard-standard lain yang diakui di negara Republik Indonesia
serta mendapat rekomendasi dari LMK
b). Transformator yang digunakan harus mempunyai rekomendasi untuk
dipasang di daerah tropis
3.3.2. Konstruksi
a). Inti besi harus kokoh
b). Kumparan terbuat dari tembaga harus mempunyai ketahanan dielektrik dan
mekanik yang cukup kuat
c). Selungkup (housing) terbuat dari plat baja yang di cat dasar tahan karat dan
cat finish berwarna putih
3.3.3. Kelengkapan – Kelengkapan
Trafo dilengkapi dengan komponen-komponen sebagai berikut :
a). Name plate
b). Alat me-monitor temperatur yang dihubungkan ke :
− Alarm System
− Fan control system
− Tripping system
c). Kuping pengangkat
d). Tap charger
e). Roda
f). Terminal pembumian
3.3.4. Persyaratan Listrik
a). Kapasitas : sesuai dengan gambar perencanaan dan harus mampu
dibebani sampai 125 % selama 15 menit
b). Tegangan kerja nominal,
− Sisi primer : 20 kV
− Sisi skunder : 400/230 Volt
c). Jumlah phasa : 3
d). Frekwensi : 50 Hz
e). Hubungan belitan : Dy-5
f). Tap charger : 3 tap dengan 2.5 % per-tap
g). Basic Insulation Level : 125 kV
h). Applid voltage test 1 menit : 50 kV
i). Effisiensi : > 98 % dalam keadaan beban
j). Jenis : Oil-immersed transformer

3.3.5. Persyaratan Pemasangan


a). Trafo ditempatkan pada ruang trafo seperti terlihat dalam gambar
perencanaan

Elektrikal Arus Kuat 1-9


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

b). Trafo dipasang pada dudukan setempat dengan perkuatan sedemikian rupa
sehingga tidak akan bergeser oleh gangguan mekanis

3.4. PERSYARATAN KABEL TEGANGAN MENENGAH


3.4.1. Ketentuan Umum
a). Kabel tegangan menengah digunakan untuk menghubungkan :
− Gardu PLN dengan MVMDP
− MVMDP dengan Transformer Daya
b). Kabel-kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard SII dan
SPLN atau standardnya lain yang diakui di negara Republik Indonesia serta
mendapat rekomendasi dari LMK
3.4.2. Data Teknis
a). Jenis kabel : N2XSY multi core atau single core sesuai dengan
gambar perencanaan
b). Bahan konduktor : Tembaga
c). Isolasi : XLPE
d). Trgangan nominal : 24/12.6 kV
e). Ukuran kabel : Sesuai dengan gambar perencanaan
3.4.3. Persyaratan Pemasangan
a). Pemasangan kabel instalasi tegangan rendah harus memenuhi peraturan
PLN dan PUIL atau peraturan lain yang diakui di Indonesia
b). Kabel harus diatur dengan rapi dan terpasang dengan kokoh sehingga tidak
akan lepas atau rusak oleh gangguan mekanis
c). Pembelokan kabel harus diatur sedemikian rupa sehingga jari-jari
pembelokan tidak boleh kurang dari 15 kali diameterluar kabel tersebut atau
harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat kabel
d). Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel tipe press, ukuran
sesuai dengan ukuran luas penampang kabel serta dililit dengan excelcior
tape dan difinish dengan bahan isolasi ciut panas yang sesuai
e). Kabel yang menghubungkan antara gardu PLN dengan MVMDP dan antara
MVMDP dengan Trafo tidak boleh ada sambungan
f). Penarikan kabel harus menggunakan peralatan bantu yang sesuai dan tidak
boleh melebihi strength dan stress maksimum yang direkomendasikan oleh
pabrik pembuat kabel
g). Sebelum dilakukan pemasangan/penyambungan, bagian ujung awal dan
ujung akhir dari kabel daya harus dilindungi dengan ‘sealing end cable’,
sehingga bagian konduktor maupun bagian isolasi kabel tidak rusak
h). Kabel antara gardu PLN dengan MVMDP (di ruang Trafo) dipasang dengan
cara di klem pada rak kabel dalam shaft yang sudah ada

3.5. PERSYARATAN KABEL TEGANGAN RENDAH


3.5.1. Ketentuan Umum
a). Persyaratan teknis ini berlaku untuk :

Elektrikal Arus Kuat 1-10


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

− Kabel daya
− Instalasi daya
− Instalasi penerangan
b). Yang dimaksud kabel daya adalah kabel yang menghubungkan antara
panel satu dengan panel yang lainnya termasuk peralatan bantu yamg
dibutuhkan
c). Yang dimaksud dengan instalasi daya adalah kabel yang menghubungkan
panel-panel daya dengan beban-beban Stop Kontak, Peralatan Sistem Tata
Suara, dan VAC (Smoke Vestibule Ventilator, Air Handling Unit, Fan Coil
Unit, AC split, Exhaust Fan), peralatan Sistem Pemadam Kebakaran (Fire
Hydrant Pump, Fuel Transfer Pump), Pompa Air Bersih dan lainnya sesuai
dengan Gambar Perencanaan. Di dalam instalasi daya ini harus sudah
termasuk out-let daya, conduit, sparing, doos untuk out-let
daya/penyambungan/pencabangan, fexible conduit dan peralatan bantu
lainnya yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi daya
d). Yang dimaksud dengan instalasi penerangan adalah kabel-kabel yang
menghubungkan antara panel-panel penerangan dengan fixture-fixture
lampu penerangan buatan. Di dalam instalasi penerangan ini harus sudah
termasuk semua jenis/tipe saklar, conduit, sparing, doos untuk saklar/
penyambungan/ pencabangan, metal flexible conduit dan peralatan bantu
lainnya yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalsi penerangan
buatan.

3.5.2. Jenis Kabel


a). Kabel-kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan standard SII dan
SPLN atau standard-standard lain yang diakui di Indonesia serta mendapat
rekomendasi dari LMK
b). Ukuran luas penampang kabel untuk jaringan instalasi listrik tegangan
rendah yang digunakan minimal harus sesuai dengan gambar perencanaan
c). Kabel listrik yang digunakan harus mempunyai rated voltage sebesar 600
Volt/1000 Volt
d). Tahanan isolasi kabel yang digunakan harus sedemikian rupa sehingga
arus bocor yang terjadi tidak melebihi 1 mA untuk setiap 100 meter panjang
kabel
e). Kecuali untuk instalasi yang harus beroperasi pada keadaan darurat (seperti
lift, smoke vestibole dan lain-lain seperti yang ditunjukan pada gambar
perencanaan) kabel-kabel yang digunakan adalah kabel PVC dengan jenis
kabel yang sesuai dengan fungsi dan lokasi pemasangannya seperti tabel
dibawah ini :

No Pemakaian Jenis Kabel

Elektrikal Arus Kuat 1-11


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

1. Instalasi penerangan di dalam bangunan NYA, NYM


Instalasi penerangan di luar bangunan NYFGbY
2. Instalasi daya dan kabel daya di dalam NYY
3. bangunan
4. Kabel tahan api RFC

f). Kabel yang digunakan untuk instalasi daya listrik yang dioperasikan pada
saat terjadi kebakaran (seperti Fire Hydrant Pump, Smoke Vestibule
Ventilator, Exit Lamp, Commad Control FACP dan lain-lain, seperti yang
ditunjukan didalam gambar perencanaan, harus menggunakan kabel tahan
api jenis RFC yang dapat menahan temperatur 800 oC selama 2 (dua) jam
g). Pada kabel instalasi harus dapat dibaca mengenai merk, jenis, ukuran luas
penampang, rating tegangan kerja dan standard yang digunakan
h). Pada ujung kabel daya utama harus diberi label/sign-plate yang terbuat dari
aluminium mengenai nama beban yang dicatu daya listriknya atau nama
sumber yang mencatu daya kebel/beban tersebut.

3.5.3. Persyaratan Pemasangan


a). Pemasangan kabel instalasi tegangan rendah harus memenuhi peraturan
PLN dan PUIL atau peraturan-peraturan lain yang diakui di negara Republik
Indonesia
b). Kabel harus diatur dengan rapi dan terpasang dengan kokoh sehingga tidak
akan lepas atau rusak oleh gangguan mekanis
c). Pembelokan kabel harus diatur sedemikian rupa sehingga jari-jari
pembelokan tidak boleh kurang dari 15 kali diameter luar kabel tersebut
atau harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuat kabel
d). Setiap ujung kabel harus dilengkapi dengan sepatu kabel tipe press, ukuran
sesuai dengan ukuran luas penampang kabel serta dililit dengan excelcior
tape dan difinish dengan bahan isolasi ciut panas yang sesuai
e). Penyambungan kabel pada kabel daya, kabel instalasi daya dan instalasi
penerangan tidak diperkenankan kecuali untuk pencabangan pada kabel
instalasi daya dan instalasi penerangan. Penyambungan kabel untuk
pencabangan harus dilakukan didalam junction box atau doos sesuai
dengan persyaratan.
f). Penarikan kabel harus menggunakan peralatan bantu yang sesuai dan tidak
boleh melebihi strength dan stress maksimum yang direkomendasikan oleh
pabrik pembuatnya
g). Sebelum dilakukan pemasangan/penyambungan, bagian ujung awal dan
ujung akhir dari kabel daya harus dilindungi dengan ‘sealine end cable’,
sehingga bagian konduktor maupun bagian isolasi kabel tidak rusak
h). Pemasangan kabel didalam tanah harus dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
− Kabel ditanam langsung di dalam tanah, harus mempunyai kedalaman
minimal 70 cm dibawah permukaan tanah, dengan cara penanaman
kabel sebagai berikut :
• Disediakan galian kabel dengan kedalaman minimal 80 cm dan lebar
galian sesuai dengan jumlah kabel yang akan di tanam

Elektrikal Arus Kuat 1-12


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

• Diberi alas pasir setebal 10 cm


• Gelarkan kabel yang akan ditanam dan disusun serapi mungkin
• Timbuni lagi dengan pasir setebal 10 cm dan di atas pasir tersebut
diberi bata pelindung sebanyak 6 buah per-meter
• Timbun dengan tanah urug halus serta tanah galian dan usahakan
tanah galian yang digunakan bebas dari kerikil yang dapat merusak
isolasi kabel
− Ditanam di dalam tanah dengan dilindungi pipa GIP, dengan cara
penanaman sebagia berikut :
• Harus dilengkapi dengan bak kontrol dengan ukuran sesuai gambar
perencanaan. Bak kontrol tersebut dipasang pada setiap pembelokan,
pencabangan atau daerah tertentu lainnya sesuai dengan modul pipa.
• Setiap pipa hanya digunakan untuk sebuah kabel berinti banyak untuk
sistem 3 phasa atau empat kabel berinti tunggal untuk sistem 3 phasa
• Pipa tersebut harus mempunyai diameter dalam 1.5 kali total diameter
luar kabel yang dilindunginya
• Apabila kabel sistem 3 phasa yang ditanam dalam tanah lebih dari
satu buah, maka kabel-kabel tersebut harus disusun sejajar dengan
jarak satu sama lain minimal 7 cm
• Bak kontrol yang digunakan harus terbuat dari beton dan dilengkapi
dengan tutup yang memaki handle dan harus mudah dibuka
• Pada ujung pipa pelindung kabel harus dibentuk seperti corong,
dihaluskan sehingga bebas dari hal-hal yang dapat merusak kabel.
Setelah kabel dipasang, lubang ujung kabel tersebut harus disumbat
dengan bahan karet atau bahan lain yang tidak merusak kabel dan
tidak mudah rusak
i). Pemasangan kabel didalam bangunan dapat dilakukan sebagai berikut :
− Pemasangan kabel pada rak kabel, harus diperhatikaan hal-hal berikut,
• Kabel harus diatur rapi
• Kabel harus diperkuat dengan klem pada setiap jarak 40 cm dengan
perkuatan mur-baut pada dudukan/struktur rak
• Untuk kabel instalasi daya dan penerangan harus dilindungi dengan
conduit
• Tidak diperkenankan adanya sambungan kabel didalam konduit
kecuali di dalam kotak sambung atau kotak cabang
− Pemasangan kabel dalam dinding harus memperhatikan hal-hal berikut,
• Kabel harus dilindungi dengan sparing
• Sparing (pipa pelindung kabel yang ditanam) sebelum ditutup tembok
harus disusun rapi dan diklem pada setiap jarak 60 cm.
• Jika sparing tersebut berjumlah cukup banyak, maka perkuatan
tersebut harus dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara
klem dan kawat ayam sehingga tersusun rapi dan kokoh
• Kabel instalasi yang datang dari konduit menuju sparing harus
dilindungi dengan metal flexible conduit serta pertemuan antara

Elektrikal Arus Kuat 1-13


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

conduit/sparing dengan metal flexible conduit harus dilakukan dengan


cara klem

3.6. PERSYARATAN PERALATAN INSTALASI


3.6.1. Outlet Daya
a). Outlet daya dan plug yang digunakan harus memenuhi standard SII dan
SPLN atau standard lain yang berlaku dan diakui di Indonesia
b). Outlet dan plug arus memenuhi spesifikasi sebagai berikut :
− Rating tegangan : 500 Volt
− Rating arus : Minimal 16 Amp atau lebih seperti pada gambar
perencanaan, kecuali untuk peralatan khusus dimana rating ampernya
harus disesuaikan kebutuhan atau peralatan yang ada
− Tipe pemasangan recessed atau disesuaikan dengan kondisi lapangan
dan kordinasi dengan perencana Arsitek/Interior
− Outlet daya dan plug harus mempunyai label yang menunjukan merk
pabrik pembuat, standard produk, tipe dan rating arus serta tegangannya
− Setiap pemasangan outlet daya baik yang dipasang pada dinding atau
partisi harus menggunakan doos dengan ketinggian pemasangan 30 cm
dari permukaan lantai atau ditentukan oleh Perencana Interior
− Tata letak outlet daya sesuai dengan gambar perencanaan dan harus
dikoordinasikan dengan tata letak furniture.

3.6.2. Saklar Lampu Penerangan


a). Saklar lampu penerangan yang digunakan harus memenuhi standard SII
dan SPLN atau standard lain yang berlaku di Indonesia
b). Saklar harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
− Rating tegangan 500 Volt
− Rating arus minimal 16 Amp atau lebih seperti pada gambar
perencanaan, kecuali untuk peralatan khusus dimana rating ampernya
harus disesuaikan kebutuhan lampu penerangan
− Tipe pemasangan recessed atau disesuaikan dengan kondisi lapangan
dan kordinasi dengan perencana Arsitek/Interior
− Saklar harus mempunyai label yang menunjukan merk pabrik pembuat,
standard produk, tipe dan rating arus serta tegangannya
− Setiap pemasangan saklar baik yang dipasang pada dinding atau partisi
harus menggunakan doos dengan ketinggian pemasangan 120 cm dari
permukaan lantai atau ditentukan oleh Perencana Interior
− Tata letak saklar sesuai dengan gambar perencanaan dan harus
dikoordinasikan dengan tata letak furnitures.

3.6.3. Rigit Conduit


a). Rigit Conduit yang dipasang secara expose dan conduit-conduit yang
ditanam di dalam tembok atau beton (sparing) harus terbuat dari pipa besi
yang di cat meni anti karat

Elektrikal Arus Kuat 1-14


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

b). Conduit atau sparing harus mempunyai ukuran diameter dalam sebesar 1.5
kali dari total diameter luar kabel yang dilindunginya dan diameter minimum
sebesar 20 mm. Oleh karena itu, kontraktor sebelum memasang conduit
harus rekonfirmasi dahulu terhadap kabel yang akan dilindunginya.
c). Ujung-ujung conduit harus dihaluskan dan diberi tules agar tidak merusak
isolasi kabel
d). Conduit untuk keperluan instalasi satu dengan instalasi lainnya harus
dibedakan dengan cara di cat finish dengan warna yang berbeda, sebagai
berikut :
− Instalasi listrik : warna hitam
− Instalasi fire alarm : warna merah
− Instalasi telepon : warna hijau
− Instalasi tata suara : wran putih
− Instalasi security : warna kuning
e). Pemakaian conduit disini dimaksudkan untuk finishing seluruh instalasi
daya, instalasi penerangan dan instalasi lainnya. Oleh karena itu
pemasangannya harus dilakukan serapi mungkin dan dikoordinasikan
dengan pekerjaan finishing arsitektur
f). Pemasangan pipa conduit di atas plafon harus dikoordinasikan dengan
penggunaan jalur untuk utilitas lain seperti instalasi telepon, fire alarm,
sound system, security, ducting AC dan lain-lain sehingga tersusun rapi,
kokoh dan tidak saling mempengaruhi.
g). Pemasangan pipa conduit atau sparing tidak boleh merusak atau
mengganggu instalasi utilitas lainnya
h). Dalam hal jalur pipa conduit pada gambar diperkirakan tidak mungkin lagi
untuk dilaksanakan, maka kontraktor wajib mencari jalur lain sehingga
pelaksanaan mudah dan tidak mengganggu utilitas lain, tetapi tetap harus
sesuai dengan persyaratan
i). Peretemuan antara pipa sparing yang muncul dari dalam dinding dengan
pipa conduit diatas plafon harus menggunakan doos dan diantara doos
tersebut dipasang flexible conduit. Pemasangan flexible conduit tersebut
harus dilakukan dengan cara di klem
j). Setiap sparing maupun conduit maksimum hanya dapat di isi dengan 1
kabel berinti banyak atau satu pasang kabel untuk phasa, netral dan
grounding, baik untuk kabel daya maupun untuk kabel lain
k). Conduit untuk instalasi listrik harus berjarak minimum 50 cm dari pipa air
panas
l). Jumlah sparing (conduit yang ditanam di dalam beton) harus disediakan
minimum sebanyak 120 % dari jumlah kabel yang akan melewatinya atau
minimum mempunyai satu buah sparing lebih banyak dari jumlah kabel
yang akan melewatinya

3.6.4. Metal Flexible Conduit


a). Flexible conduit digunakan untuk melindungi kabel :
− Yang keluar dari conduit dan masuk kedalam sparing

Elektrikal Arus Kuat 1-15


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

− Yang keluar dari conduit ke titik lampu


− Yang keluar dari conduit ke mesin-mesin atau beban-beban yang lainnya
− Pembelokan instalasi
− Dan keperluan lain seperti tercantum didalam gambar perencanaan
b). Penyambungan flexible conduit dengan conduit lain harus dilakukan
didalam doos penyambungan
c). Ukuran conduit harus mempunyai diameter dalam minimum 1.5 kali total
diameter luar kabel yang dilindunginya
d). Flexible conduit yang digunakan harus tahan karat dan cukup kuat untuk
menahan gangguan mekanis yang mungkin terjadi
e). Pemasangan flexible conduit harus menggunakan klem

3.6.5. Rak Kabel


a). Rak kabel digunakan untuk menyangga kabel-kabel daya, kabel-kabel
instalasi daya dan kabel-kabel penerangan. Rak kabel tersebut terbuat dari
besi siku dan besi plat dengan ukuran dan konstruksinya seperti tercantum
di dalam gambar perencanaan
b). Rak kabel harus mempunyai penggantung yang dapat diatur (adjustable)
yang terbuat dari bahan besi dengan ukuran sesuai gambar perencanaan
c). Semua bagian rak kabel dan penggantungnya harus di cat meni tahan karat
dan di cat finish
d). Penggantung rak kabel dipasang pada plat beton dengan anchor bolt dan
harus kuat untuk menyangga rak kabel beserta isinya dan harus tahan pula
untuk menahan gangguan mekanis lainnya

3.6.6. Armatur Lampu


a). Armatur-armatur lampu harus memenuhi persyaratan teknis, bentuk dan
penampilannya sesuai gambar perencanaan
b). Armatur-armatur lampu menggunakan produk lokal dengan standard
kwalitas yang baik
c). Armatur-armatur lampu yang terbuat dari plat baja harus mempunyai
ketebalan plat minimal 0.7 mm, di cat dasar dengan meni tahan karat dan di
cat finish warna putih atau sesuai petunjuk perencana interior. Pengecatan
ini menggunakan cat bakar powder coating.
d). Armatur lampu untuk lampu TL harus dilengkapi dengan komponen-
komponen lampu berupa ballast, starter dan kapasitor dengan kwalitas
terbaik
e). Pemasangan armatur harus dipasang dengan baik dan kokoh sehingga
tidak mudah terlepas oleh gangguan mekanis. Cara pemasangan lampu
harus sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat.

3.6.7. Lampu Penerangan Buatan


a). Jenis-jenis lampu harus sesuai dengan gambar perencanaan
b). Lampu-lampu yang digunakan harus mempunyai kwalitas terbaik

Elektrikal Arus Kuat 1-16


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

c). Lampu TL harus dipilih dari jenis lampu yang mempunyai efisiensi tinggi,
seperti lampu jenis TL-D dan SL
d). Semua lampu yang digunakan harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut
:
− Tegangan kerja : 220 Volt ~ 240 Volt
− Konsumsi daya : sesuai dengan gambar perencanaan
− Frequensi : 50 Hertz

3.6.8. Lampu Exit


a). Lampu exit ini harus menyala biasa dalam keadaan normal dan harus
secara otomatis dapat menyala kelap-kelip pada saat terjadi indikasi
kebakaran.
b). Sistem penyalaan lampu exist harus dilengkapi dengan magnetic contactor.
c). Gelombang electromagnetic yang ditimbulkan, tidak boleh lebih besar dari
50 Oersted

3.6.9. Lampu exit dilengkapi dengan :


a). High Temperatur Rechargeable Nickle Cadmium Battery yang mampu
bekerja selama 2 jam operasi
b). Change Over Switch
c). Converter - Inverter

3.7. SISTEM PENTANAHAN UNTUK PENGAMAN


3.7.1. Ketentuan Umum
a). Yang dimaksud dengan sistem pembumian untuk pengaman adalah
pembumian dari badan-badan peralatan listrik atau benda-benda di sekitar
instalasi listrik yang bersifat konduktif dimana pada keadaan normal
benda-benda tersebut tidak berteganggan, tetapi dalam keadaan gangguan
seperti hubung singkat phase ke badan.
b). Sistim pembumian ini bertujuan untuk keamanan/keselamatan menusia dari
bahaya tegangan sentuh pada saat terjadinya gangguan.
c). Semua badan peralatan atau badan-badan di sekitar peralatan yang bersifat
konduktif harus dihubungkan dengan sistim pembumian ini.
d). Ketentuan-ketentuan lain harus sesuai dengan PUIL, SPLN dan standard-
standard lain yang diakui di Indonesia.

3.7.2. Konstruksi
a). Sistim Pembumian terdiri dari grounding rod, kabel penghubung antara
benda-benda yang diketanahkan dan peralatan bantu lain yang dibutuhkan
untuk kesempurnaan system ini
b). Grounding rod dari system pembumian terbuat dari pipa GIP dan tembaga
dengan konstruksi seperti Gambar Perencanaan.

Elektrikal Arus Kuat 1-17


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

c). Konduktor penghubung antara peralatan (yang di grounding) dengan


Grounding rod terbuat dari ‘bare copper conductor’ atau kabel berisolasi
sesuai dengan Gambar Perencanaan.
d). Tahanan system pembumian sedimikian rupa sehingga tahanan sentuh
yang terjadi harus lebih kecil dari 45 volt.

3.7.3. Pemasangan
a). Grounding rod harus ditempatkan didalam tanah dengan bagian grounding
rod yang tertanam didalam tanah minimum sepanjang 6 M dan masing-
masing titik grounding rod mempunyai tahanan tidak lebih dari 1 ohm.
b). Grounding rod harus ditempatkan di dalam bak kontrol yang tertutup. Tutup
bak kontrol harus mudah dibuka dan dilegkapi dengan handle. Bak kontrol
ini mempunyai fungsi sebagai tempat terminal penyambungan dan tempat
pengukuran tahanan pembumian Grounding rod. Ukuran bak kontrol harus
sesuai dengan Gambar Perencanaan.
c). Hantaran pembumian harus dipasang sempurna dan cukup kuat menahan
gangguan mekanis.
d). Penyambungan bagian-bagian hantaran pembumian yang tertanam didalam
tanah harus menggunakan sambungan las sedangkan penyambungan
dengan peralatan yang diketanahkan harus menggunakan mur-baut atau
sesuai dengan Gambar Perencanaan
e). Penyambungan hantaran pembumian dengan Grounding rod harus
menggunakan mur baut berukuran M-10 sebanyak tiga titik. Penyambungan
ini dilakukan didalam bak Kontrol.
f). Ukuran hantaran pembumian harus sesuai dengan yang tercantum di
dalam Gambar Perencanaan.
g). Sistem pembumian pembumian tegangan rendah, harus terpisah dari
system pembumian :
− Pembumian jaringan tegangan tinggi
− Pembumian instalasi sistem penangkal petir
− Pembumian sistem tegangan rendah
− Pembumian sistem telepon
h). Tata letak system pembumian harus sesuai dengan Gambar Perencanaan
atau sesuai pengarahan Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas

4.0. TESTING & COMMISIONING


4.1. Testing dilakukan dengan disaksikan oleh pengawas lapangan yang disahkan
oleh lembaga yang berwenang .

4.2. Pengujian Panel


Pengujian panel perlu dilakukan untuk menghasilkan sertifikat pengujian yang
diakui oleh PLN (LMK), yang meliputi :
4.2.1. Test kekuatan tegangan impuls
4.2.2. Test kenaikan temperatur

Elektrikal Arus Kuat 1-18


Mekanikal-Elektrikal DYOKARA SERVICE APARTMENT

4.2.3. Test kekuatan hubung singkat


4.2.4. Test untuk alat-alat pengaman
4.2.5. Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang dimaksud
4.2.6. Pemeriksaan alat-alat interlock dan fungsi kerja handel-handel
4.2.7. Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock
4.2.8. Pemeriksaan kontinuitas rangkaian.

4.3. Pengujian Kabel


4.3.1. Factory Test Kabel
a). Pengetesan Individual
Pengetesan ini dilakukan pada setiap potong kabel dan terdiri dari
pengetesan sebagai berikut :
− Pengetesan ukuran tahanan hantaran
− Pengetesan dielektrik
− Pengukuran loss factor
b). Pengetesan Khusus
Pengetesan ini dilakukan terhadap sample dari kabel yang akan dipakai.
Pengetesan tersebut terdiri dari test sebagai berikut :
− Test tegangan impuls
− Mekanikal test
− Pengukuran loss factor pada bermacam-macam temperature
− Pengetesan dielektrik
− Pengetesan perambatan (Creep Test).

4.3.2. Site Test


a) Pengetesan setelah penanaman kabel. Setelah kabel ditanam,
penyambungan-penyambungan dan pemasangan kotak akhir, maka
dilakukan pengetesan dielektrik / insulation test.
b) Marking kabel untuk pemasangan kabel di dalam tanah harus jelas dan
tidak dapat dihapus.

5.0. GARANSI
Suatu sertifikat pengujian harus diserahkan oleh pabrik. Bila peralatan mengalami
kegagalan pengujian-pengujian yang disyaratkan diatas, maka pabrik
bertanggung jawab terhadap peralatan yang diserahkan, sampai peralatan
tersebut memenuhi persyaratan berdasarkan hasil pengujian ulang, dan sertifikat
pengujian telah diterima dan disetujui oleh Direksi lapangan atau Pemberi Tugas

6.0. PELATIHAN
Kepada tiga orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas tentang operasi dan
perawatan lengkap dengan 5 copy operating / maintenance dan repair manual,
segala sesuatunya atas biaya Pemborong.

Elektrikal Arus Kuat 1-19

Anda mungkin juga menyukai