BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan akan energi listrik meningkat seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi, dewasa ini listrik
telah digunakan untuk berbagai keperluan rumah tangga sampai ke dunia industri. Untuk itu,
kontinuitasnya perlu mendapat perhatian. Untuk menjaga kontinuitas pernyalurannya, suatu sistem
kelistrikan yang handal mutlak di perlukan.
Sistem kelistrikan tidak luput dari gangguan, mulai dari proses pembangkitan sampai pada proses
pemakaiannya. Dan berbagai cara dilakukan untuk mengatasi gangguan tersebut. Gangguan-gangguan
yang terjadi akan berdampak langsung pada beban (konsumen). Jika terjadi gangguan, maka penyaluran
listrik kebeban juga akan terputus.
Kebakaran yang terjadi sering kali disebabkan oleh listrik dikarenakan pemakaian listrik yang melebihi
kapasitas instalasi yang telah ditentukan, dan juga disebabkan karena penambahan pemasangan instalasi
yang tidak mengikuti prosedur dan dilakukan sendiri tanpa sepengetahuan instalatur resmi. Selain itu alat
pengaman yang tidak berfungsi ketika terjadi gangguan beban lebih dan gangguan hubung pendek.
Selanjutnya gangguan listrik yang disebabkan umur instalasi yang sudah lama atau kadarluasa.
Maka untuk menghindari agar gangguan tersebut tidak membahayakan peralatan dan manusia gangguan
tersebut harus dipisahkan dari beban. Untuk memisahkan gangguan tersebut dari beban dan untuk
menghindari segala resiko pemutusan listrik secara tiba-tiba serta untuk mempertahankan kontinuitas
pelayanan maka perlu dirancang sebuah sistem penyalur yang handal. Dalam hal ini penulis tertarik untuk
membuat perencanaan Panel Hubung Bagi (PHB) yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)
dan PUIL 2000.
Aktivitas pengontrolan penyaluran listrik tentunya membutuhkan komponen-komponen kontrol yang
mampu melakukan kegiatan tersebut, dan komponen-komponen tersebut tentunya juga perlu ditempatkan
pada tempat yang layak (panel) sehingga pelayanannya bisa dilakukan dengan mudah dan aman. Panel
Hubung Bagi (PHB) merupakan sarana vital dalam menjaga kelancaran penyaluran listrik dari jaringan
PLN ke konsumen atau beban. Dan untuk itu dalam merancang sebuah panel harus mengikuti aturan-
aturan yang telah dibakukan dalam Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000).
Ukuran dari Panel Hubung Bagi (PHB) di rancang sedemikian rupa, yang artinya panjang, lebar dan
tingginya di buat sedemikian rupa agar semua komponen yang diperlukan dalam sebuah panel terpasang
sempurna sesuai fungsi dan kegunaannya serta memudahkan dalam penggunaan serta perawatan
komponen Panel Hubung Bagi (PHB) itu sendiri. Sebagian besar box (lemari) Panel Hubung Bagi (PHB)
terbuat dari bahan yang tahan lembab, kokoh dan tidak dapat terbakar seperti besi dan logam dengan
ketebalan yang sudah di rancang sesuai kebutuhan sehingga ketahanannya terhadap gaya mekanis
memenuhi persyaratan serta memperhatikan kondisi iklim di Indonesia.
Panel Hubung Bagi (PHB) harus dipasang pada tempat yang sesuai, kering dan berventilasi cukup dengan
ketinggian sekurang-kurangnya 1,2 m dari lantai sampai alas box (lemari) hubung bagi dan dapat di
operasikan tanpa alat bantu misalnya tangga atau meja. Tidak di perbolehkan pemasangan box (lemari)
Panel Hubung Bagi (PHB) di kamar mandi, kamar kecil, tempat cuci, tangga atau di ruangan lembab
lainnya. Disekitar Panel hubung Bagi (PHB) harus terdapat ruang yang cukup sehingga pemeliharaan,
pemeriksaan, perbaikan, pengoperasian dan lalu lintas dapat dilakukan dengan mudah dan aman.
Salah satu kegunaan Panel Hubung Bagi (PHB) adalah pengatur dan pengaman seluruh instalasi listrik
termasuk pembagian daya listrik masing-masing fasa R, S, dan T yang ada tiap lantai gedung bertingkat
sehimbang, pada Istana Basa Pagaruyung ini terdapat peralatan listrik yang digunakan langsung oleh
penggunanya dimana penggunanya akan berhubungan langsung dengan peralatan tersebut pada waktu
jam kerja. Maka seharusnya Istana Basa ini dilengkapi dengan pentanahan yang standar dengan resistansi
minimal sehingga saat pengoperasian peralatan tidak membahayakan jika terjadi arus bocor pada
peralatan dan istalasi yang ada pada Gedung Istana Basa Pagaruyung Batu Sangkar tersebut. Untuk
pengaman arus bocor pembumian digunakan elektroda pentanahan dengan besar tahanannya ditentukan
sesuai dengan standar rating pengaman yang diperbolehkan dan dilihat juga dari resistansi tanah yang ada
pada Gedung Istana Basa Pagaruyung Batu Sangkar ini.
Bertitik tolak dari permasalahan diatas penulis tertarik melakukan perencanaan Panel Hubung Bagi pada
istana tersebut yang sesuai dengan standar nasional Indonesia yang berpedoman kepada Peraturan Umum
Instalasi Listrik (PUIL) 2000. kemudian akan penulis tuangkan dalam penulisan proyek akhir dengan
judul: “Perencanaan Panel Utama Dan Panel Hubung Bagi Masjid Raya Merauke”.
B. BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam perencanaan Panel Hubung Bagi hanya dibatasi pada beberapa aspek yaitu:
1. Menentukan berapa besarnya arus berdasarkan rancangan gambar rekapitulasi daya yang telah ada.
2. Menentukan jenis komponen-komponen panel yang akan digunakan.
3. Menentukan kemampuan hantar arus komponen-komponen panel yang akan digunakan.
4. Membuat layout dan tata letak komponen pada panel.
5. Membuat desain kotak PHB sesuai dengan rancangan yang diinginkan.
C. RUMUSAN MASALAH
Bertitik tolak dari batasan masalah diatas, maka rumusan masalah proyek akhir ini adalah Perencanaan
Panel Hubung Bagi (PHB) yang sesuai dengan standar PUIL 2000 dan SPLN yang memenuhi syarat
keamanan, kelancaran dan keefisienan penyaluran daya ke konsumen (beban).
D. TUJUAN PENULISAN
Tujuan proyek akhir ini adalah:
Dapat merancang panel listrik pada Gedung Istana Basa Pagaruyuang Batu Sangkar.
Dapat menentukan jumlah rangkaian akhir, perhitungan arus nominal beban dan menghitung Kuat Hantar
Arus (KHA) pada Gedung Istana Basa Pagaruyung Batu Sangkar.
Dapat menghitung besar rating pengaman MCB/MCCB pada Gedung Istana Basa Pagaruyuang Batu
Sangkar.
E. MANFAAT PENULISAN
Sebagai informasi bagi pihak pengelola Gedung Istana Basa Pagaruyuang Batu Sangkar.
Sebagai bahan bacaan bagi pembaca yang berminat melakukan perencanaan Panel Hubung Bagi (PHB)
untuk tempat sejenis.
Perencanaan Panel Hubung Bagi (PHB) yang diharapkan dapat meningkatan kontinuitas penyaluran
tenaga listrik ke beban khususnya pada Gedung Istana Basa Pagaruyuang Batu Sangkar.
Diharapkan dengan penggunaan peralatan yang tepat dan penempatan komponen yang sesuai akan
memudahkan menanggulangi gangguan pada Gedung Istana Basa Pagaruyuang Batu Sangkar.
Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
terutama kelistrikan.
BAB II
LANDASAN TEORI
B. FUNGSI PANEL
Fungsi panel dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu (Drs.Aslimeri,M.T: 1991: 92) :
1. Penghubung
Panel berfungsi untuk menghubungkan antara satu rangkaian listrik dengan rangkaian listrik lainnya pada
suatu operasi kerja. Panel menghubungkan suplay tenaga listrik dari panel utama sampai ke beban-beban
baik instalasi penerangan maupun instalasi tenaga.
2. Pengaman
Suatu panel akan bekerja secara otomatis melepas sumber atau suplay tenaga listrik apabila terjadi
gangguan pada rangkaian. Komponen yang berfungsi sebagai pengaman pada panel listrik ini adalah
MCCB dan MCB.
3. Pembagi
Panel membagi kelompok beban baik pada instalasi penerangan maupun pada instalasi tenaga. Panel
dapat memisahkan atau membagi suplay tenaga listrik berdasarkan jumlah beban dan banyak ruangan
yang merupakan pusat beban. Pembagian tersebut dibagi menjadi beberapa
group beban dan juga untuk membagi fasa R, fasa S, fasa T agar mempunyai beban yang seimbang antar
fasa.
4. Penyuplai
Panel menyuplai tenaga listrik dari sumber ke beban. Panel sebagai penyuplai, dan mendistribusikan
tenaga listrik dari panel utama, panel cabang sampai ke pusat beban baik untuk instalasi penerangan
maupun instalasi tenaga.
5. Pengontrol
Fungsi panel sebagai pengontrol merupakan fungsi paling utama, karena dari panel tersebut masing-
masing rangkaian beban dapat dikontrol. Seluruh beban pada bangunan baik instalasi penerangan maupun
instalasi tenaga dapat dikontrol dari satu tempat.
Pada Gedung Istana Basa Pagaruyung Batu Sangkar, jenis dan tipe panel yang digunakan adalah panel
hubung bagi tertutup pasang dalam, yaitu panel yang seluruh komponen-komponennya ditempatkan di
dalam kotak panel yang tertutup dan dipasang di dalam ruangan.
Panel Hubung Bagi (PHB) tertutup pasang dalam banyak dijumpai pada konsumen atau pemakai yang
digunakan sebagai tempat untuk menampung energi listrik dari jaringan PLN dan sebagai penyalur energi
listrik ke pusat beban serta untuk menempatkan pengaman-pengaman instalasi listrik.
Penempatan panel harus memenuhi syarat-syarat berikut ini sesuai dengan PUIL 2000 (6.3-6.4) yaitu :
1. Tinggi maksimal dari lantai 1,2 – 2m.
2. Di depan panel harus memiliki ruang bebas yang cukup luas.
3. Saat membuka panel ini tidak terganggu oleh benda apapun.
4. Pintu harus bisa terbuka penuh.
5. Panel dipasang pada tempat yang sesuai, kering dan berventilasi cukup.
Persyaratan untuk pemutus, harus memenuhi aturan yang ada pada (PUIL 2000: 5.5.8.3 - 5.5.8.4):
1. Sarana pemutus harus dapat memutuskan hubungan antara motor serta kendali dan semua
penghantar suplai yang telah dibumikan, dan dirancang sedemikian rupa sehingga tidak ada kutub yang
dapat dioperasikan tersendiri.
2. Sarana pemutus harus dapat menunjukkan dengan jelas apakah sarana pemutus tersebut pada
kedudukan terbuka atau tertutup.
3. Sarana pemutus harus mempunyai kemampuan arus sekurang-kurangnya 115 % dari arus beban
penuh.
4. Sarana pemutus yang melayani beberapa motor atau melayani motor dan beban lainnya, harus
mempunyai kemampuan arus sekurang-kurangnya 115 % dari jumlah arus beban pada keadaan beban
penuh.
5. Sarana pemutus harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tampak dari tempat kendali.
6. Jika sarana pemutus yang letaknya jauh dari motor, maka harus dipasang sarana pemutus lain
berdekatan dengan motor, atau sebagai
gantinya. Sarana pemutus yang letaknya jauh harus dapat dikunci pada kedudukan terbuka.
7. Jika motor menerima daya listrik lebih dari satu sumber, maka harus dipasang sarana pemutus
tersendiri untuk setiap sumber daya.
Setiap saklar / pemutus sirkit harus mampu menyambung dan memutuskan arus yang dapat mengalir
dalam keadaan penggunaan alat tersebut dan harus berfungsi sedemikian hingga tidak membahayakan
operator.
Syarat dari pemakaian saklar dan pemutus (PUIL 2000: 4.12.1.2 - 4.12.1.3):
1. Kutub Tunggal.
Setiap saklar atau pemutus sirkit kutub tunggal harus beroperasi pada penghantar aktif dari sirkit yang
dihubungkan padanya.
2. Sirkit Fase Banyak
Setiap saklar atau pemutus sirkit harus beroperasi pada semua penghantar aktif sirkit yang dihubungkan
padanya. Kutub tunggal atau pemutus sirkit kutub tunggal harus beroperasi pada penghantar aktif dari
sirkit.
4. Sarana pengontrol
Sarana pengontrol atau pengendali adalah sarana yang mengatur tenaga listrik, yang dialirkan ke motor
dengan cara yang sudah ditentukan. Di dalamnya termasuk juga sarana yang biasa digunakan untuk
mengasut
dan menghentikan motor maupun beban listrik lainnya. Hal ini digunakan untuk memperlancar
kelangsungan penyaluran sumber energi listrik.
i. Saklar tombol tekan (Push button)
Saklar tombol tekan merupakan alat pembuka atau penutup rangkaian yang pengoperasiannya dilakukan
dengan menekan tombol tersebut. Saklar ini berfungsi sebagai saklar bantu untuk pengoperasian
kontaktor ataupun MCCB.
Push button ini terdiri dari 2 tipe, yaitu normally open (NO) dimana dalam keadaan normal berada pada
posisi terbuka, dan normally close (NC) dimana dalam keadaan normal berada pada posisi tertutup.
Pengoperasian antara NO dengan NC saling bertolak belakang.
ii. Kontaktor
Kontaktor merupakan sejenis saklar/kontak yang bekerja dengan bantuan daya magnet listrik dan mampu
melayani arus beban listrik yang besar dan mampu menyambung ataupun membuka rangkaian listrik
secara berulang-ulang.
Keterangan:
Kotak luar kontaktor
Terminal kontak tetap
Lilitan magnet
Inti magnet
Lilitan bantu
Pegas
Kontak bantu
Kontak bergerak
Pegas kontak
Gaya magnet yang bekerja pada kontaktor dibangkitkan oleh kumparan. Kumparan kontaktor mempunyai
sejumlah lilitan kawat berisolasi untuk memberikan belitan amper yang diperlukan untuk beroperasi pada
arus kecil. Kumparan dibuat untuk operasi di atas kisaran 80 - 110 % ukuran kerja tegangan arus bolak-
balik atau arus searah.
5. Transformator Arus .
Pada panel listrik trafo arus berfungsi untuk mengontrol besar arus yang mengalir pada rangkaian.
Transformator arus dibuat dengan perbandingan tertutup, karana tidak tersedianya ampermeter yang dapat
mengukur arus yang sangat besar. Dengan adanya perbandingan antara arus primer dan arus sekunder
pada transformator arus, pada diukur berapapun besar arus yang mengalir dengan membuat perbandingan
lilitan trafo yang sesuai dengan besar arus yang akan diukur.
6. Alat Ukur dan Lampu Indikator
Alat ukur dan lampu indikator yang dipasang pada panel harus terlihat jelas dan harus ada petunjuk
tentang besaran yang diukur dan gejala apa yang ditunjukkan. Untuk piranti ukur digunakan beberapa alat
ukur yaitu:
a. Alat Ukur Ampermeter
Ampermeter digunakan untuk mengukur arus yang disuplai beban. Alat ukur ini pemasangannya seri.
Besaran tegangan yang diukur adalah besaran tegangan fase dengan fase dan fase dengan netral. Karena
pengukuran yang dilakukan lebih dari satu kali maka diperlukan suatu media perantara untuk
mengalihkan satu pengukuran ke pengukuran yang lain yaitu menggunakan saklar rotasi switch.
Pemasangan alat ukur ini paralel dengan sumber tegangan seperti gambar di bawah ini :
Ll/R
L2/S
L3/T
Nasional
U/X
V/Y
W/Z
L+
L–
M
+
-
Biru
D. Penghantar netral
N
Biru
E. Penghantar pembumian
PE
Loreng hijau-kuning
Selain berdasarkan bahannya, penghantar dapat dibedakan juga atas:
a. Kawat
Kawat adalah penghantar listrik yang berpenampang lingkaran tanpa isolasi penyekat, besar kecilnya
penampang kawat menentukan kepada kemampuan hantar arus maksimum yang diperbolehkan mengalir.
Kawat ini terdiri dari kawat berinti tunggal dan kawat berinti banyak.
b. Kabel
Kabel adalah semua jenis hantaran berisolasi atau berselubung baik berbentuk solid atau berserabut.
Penyatuan atau penyambungan satu atau lebih inti umumnya dilengkapi dengan selebung.
Dalam kotak panel hubung bagi kabel digunakan untuk menghubungkan satu komponen dengan
komponen lain. Biasanya dipakai kabel jenis NYA dan NYM. Dan untuk menentukan besar penampang
kabel disesuaikan besar arus yang melewati kabel serta jenis penghantar.
c. Busbar
Busbar merupakan penghantar listrik yang berbentuk empat persegi panjang tanpa isolasi. Busbar
biasanya ditempatkan di dalam panel yang bersifat menampung tenaga listrik guna menyalurkannya ke
komponen lainnya. Pada penggunaanya busbar dipasang untuk keperluan fasa, netral, dan pembumian.
Untuk membedakan antara fasa dan netral, busbar diberi cat dengan warna yang berbeda yakni:
1) Fasa R (LI) dicat dengan warna merah
2) Fasa S (L2) dicat dengan warna kuning
3) Fasa T (L3) dicat dengan warna hitam
4) Netral (N) dicat dengan warna biru
Busbar yang digunakan pada PHB harus terbuat dari tembaga atau logam yang memenuhi persyaratan
sebagai penghantar listrik. Besar arus yang mengalir dalam rel tersebut harus diperhitungkan sesuai
kemampuan rel sehingga tidak akan menyebabkan suhu rel lebih dari 65° C. Sedangkan untuk memberi
warna rel dan saluran harus dari jenis yang tahan terhadap kenaikan suhu yang diperbolehkan (PU1L:
2000: 6.6.4.1 - 6.6.4.3).
Pemasangan busbar untuk keperluan fasa dan netral di dalam sebuah panel listrik dipasang dengan
menggunakan penyangga dari bahan isolasi, sedangkan untuk arde/pembumian langsung dihubungkan
dengan bodi panel tersebut.
d. Terminal Blok
Terminal blok merupakan sederetan terminal yang berguna untuk penyambungan dari rangkaian panel ke
pemakaian. Terminal blok ini dapat dikategorikan sebagai pelengkap dan merupakan tempat
penampungan. ”Terminal ini harus terbuat dari paduan tembaga atau logam lain yang memenuhi
persyaratan yang berlaku serta mempunyai kemampuan sekurang-kurangnya sama dengan kemampuan
saklar dari sirkit yang bersangkutan. Dudukan terminal harus terbuat dari bahan isolator yang tidak
mudah pecah,rusak oleh gaya mekanis dan termis dari penghantar yang disambung pada terminal
tersebut” (PUIL 2000 : 6.6.6 – 6.6.6.3 )
E. PERENCANAAN PANEL HUBUNG BAGI
Melihat dari kondisi yang ada pada Gedung Istana Basa Pagaruyung Batu Sangkar, jenis PHB yang akan
digunakan adalah PHB jenis tertutup pasang dalam.
Dalam pembuatan panel listrik perlu diperhatikan beberapa faktor yakni mengetahui berapa banyak
rangkaian akhir yang akan dilayaninya, besar rating pengaman yang akan digunakan, besar box panel
yang akan dirancang disesuaikan dengan dimensi dari komponen-komponen yang akan dipasang pada
panel dan penempatan panel yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pada Gedung Istana Basa
Pagaruyung Batu Sangkar.
Adapun tahap-tahap dalam perencanaan sebuah panel listrik, yaitu:
1. Menentukan Jumlah Rangkaian Akhir
Jumlah maksimum titik beban yang boleh dihubungkan paralel pada sebuah rangkaian akhir dengan
pengaman pemutus daya atau pengaman lebur harus seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Jumlah Titik Sambung untuk Satu Akhir untuk Penggunaan Tunggal dalam Instalasi Bukan
Rumah (PUIL 2000: 4.4.2)
1
2
3
4
5
Jenis Sirkit
Diamankan dengan pemutus sirkit atau pengaman lebur kemampuan tinggi
Diamankan dengan pengaman lebur yang dapat dikawati kembali
Nilai pengenal dari gawai proteksi (a)
A
Jumlah titik sambung maksimum
Nilai pengenal dari gawai proteksi (a)
A
Jumlah titik sambung maksimum
Jenis Penerangan (c)
10
16
20
>25
20
25
40
Tidak terbatas
8
12
16
20
>25
20
20
25
40
Tidak terbatas
KKB atau KK fase tunggal atau fase banyak (b) 10A
Tanpa pengasut udara permanen
16
20
25
32
8
10
12
16
16
20
25
3
4
6
Dengan pengasut uadara permanen
(f)
16
20
25
32
15
20
25
35
16
20
25
3
4
6
…………………………………………………..( 1 )
Dimana:
In : arus yang mengalir pada rangkaian (A)
P : daya pada beban (W)
V : tegangan beban (V)
Cos j : faktor daya (0.8)
3. Menentukan KHA Penghantar
Kemampuan Hantar Arus (KHA) sirkit akhir yang menyuplai beban tunggal tidak boleh mempunyai
KHA kurang dari 125 % arus pengenal beban penuh. Di samping itu, untuk jarak jauh perlu digunakan
penghantar yang cukup ukurannya hingga tidak terjadi susut tegangan yang berlebihan. Sedangkan untuk
penghantar sirkit akhir yang menyuplai dua buah beban atau lebih, tidak boleh mempunyai KHA kurang
dari jumlah arus beban penuh semua beban itu ditambah 125 % dari arus dari arus beban yang terbesar
dalam kelompok tersebut.
Setelah dapat besar kemampuan hantar arus penghantar, maka kita dapat menentukan kabel jenis apa
yang akan dipakai dan berapa besar penampang kabel tersebut.
KHA penghantar utama dan busbar ditentukan dengan rumus:
KHA = KHA panghantar cabang dengan rangting arus beban tertinggi + In beban pada cabang lainnnya
4. Menentukan KHA Pengaman MCB / MCCB
Pengaman beban lebih yang akan digunakan pada tiap beban direncanakan menggunakan MCB.
Penentuan rating MCB untuk satu beban pada satu rangkaian akhir dihitung menggunakan rumus:
Rating MCB = 1,25 x In beban………………………( 2 )
(PUIL 2000:180)
Untuk rating MCB pada penghantar cabang dilakukakan dengan metode yang sama dengan penentuan
KHA. Untuk pengaman beban beban lebih dan arus hubung singkat pada panel direncanakan
menggunakan MCCB yang pemakaiannya disesuaikan besar arus yang mengalir ke beban.
5. Menentukan KHA Saklar Masuk
Cara menentukan kemampuan arus saklar yang digunakan adalah 1,15% dikali arus nominal yang
mengalir yaitu dengan rumus:
In Saklar = 1,15 % x In beban atau
= 1,15 x In beban……………………………….( 3 ).
(PUIL 2000:182).
6. Menentukan Drop Tegangan
Adapun faktor yang mempengaruhi terjadinya drop tegangan adalah:
a. Pemakaian penghantar yang terlalu panjang dari jarak pusat beban yang sebenarnya.
b. Kecilnya luas penampang kabel yang digunakan.
Drop tegangan yang diperbolehkan berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) tahun 2000
yaitu untuk penerangan sebesar 2 % sedangkan untuk tenaga sebesar 5 %.
Jadi drop tegangan yang diizmkan sebesar 2 % x 220 V = 4,4 Volt dan untuk tenaga sebesar 5 % x 220 V
- 11 Volt.
7. Menentukan Jenis Pengaman Arus Bocor (Pembumian)
Untuk pengaman arus bocor (pembumian) digunakan elektroda pentanahan dengan besar tahanannya
ditentukan dengan formula berikut:
………………………………………………….......( 4 )
1a = K x ln…………………………………………………....( 5 )
Dimana:
Rp : tahanan pentanahan badan peralatan/instalasi (W)
Ia : nilai nominal arus yang menyebabkan bekerjanya pengaman arus lebih pada waktu 5 detik (A)
In : arus nominal pengaman arus lebih (A)
K : faktor yang nilainya tergantung pada karakteristik pengaman arus lebih. Untuk pengaman arus
lebih nilai K berkisar antara 2,5 dan 5, sedangkan untuk pengaman lainnya antara 1,25 dan 3,5.
Untuk menentukan besar tahanan pentanahan yang diinginkan, dapat ditentukan dengan cara sebagai
berikut:
Dimana:
ρ1 : tahanan jenis tanah ( Ω )
ρ : tahanan jenis pembumian ( Ω-m ).
Tabel 3. Tahanan Pembumian pada Tahanan Jenis ρ1 = 100 -m
(PUIL: 2000: 81)
Jenis
elektroda
20
35
25
Sedangkan resistansi jenis tanah mempunyai nilai yang berbeda-bada seperti terliat pada tabel:
Tabel 4. resistansi Jenis Tanah
( Ija Darman : 2007 : 4.5.1 )
No
Klasifikasi / Jenis Tanah
Resistansi Jenis ( Ohm-m)
1
2
3
4
5
6
Tanah Rawa
Tanah Liat dan tanah Ladang
Tanah Basah
Kerikil Basah
Pasar dan Kerikil Kering
Tanah Berbatu
30
100
200
500
1.000
3.000
Seperti contoh : Utama Mencapai resitansi pembumian sebesar 5 Ohm pada tanah liat atau tanah ladang
dengan resistansi jinis 100 Ohm- meter, diperlukan sebuah elektroda pita yang panjangnya 50 atau 4
buah elektroda batang yang panjangnya masing-masing 5 M. Dan jarak elektroda-elektroda tersebut
menimum harus dua kali panjangnya elektroda.
Semua BKT PHB harus dibumikan ( bodi PHB, pintu PHB, rel netral yang tidak dilengkapi dengan gawai
arus sita – GPAS, rel proteksi yang terpisah dari rel netral ). Rel pembumian harus di beri tanda jelas
seperti; 1/- atau warna hijau-kuming.
8. Merencanakan Konstruksi Panel Hubung Bagi
Konstruksi panel listrik ini dibuat sesuai dengan dengan cuaca dan lingkungan setempat dan dengan
ketebalan dindingnya tertentu, hingga ketahanannya terhadap gaya mekanis memenuhi persyaratan (E.
Setiawan: 1991: 52). Selain itu panel ini dibuat sedemikian rupa, artinya panjang, lebar, dan tingginya
agar semua komponen yang diperlukan dapat terpasang dengan sempurna sebagaimana fungsi dan
keguanaannya. Lemari hubung bagi juga harus di pasang pada tempat yang sesuai , kering dan
berventilasi cukup. Sebagai finising tentunya dilakukan pengecatan untuk menambah keindahan sehingga
tidak merusak suasana ruangan tempat pemasang.
Panel Hubung Bagi (PHB) pada Gedung Istana Basa Pagaruyung Batu Sangkar, dibuat 4 buah yang
terdiri panel utama dan 3 panel cabang di pasang pada lantai 1.
BAB III
METODE PERENCANAAN
Proyek akhir ini bersumber dari pengumpulan data-data yang bersifaat analisis, dimana hasilnnya berupa
perencanaan panel instalasi listrik untuk Gedung Istana Basa Pagaruyung Batu Sangkar yang sesuai dan
ideal serta memenuhi standar yang berlaku dalam PUIL 2000. Untuk mendapatkan data yang diperlukan
dalam penulis terlebih dahulu melakukan survey ke Gedung Istana Basa Pagaruyung Batu Sangkar.
A. PROSEDUR
Dalam pengumpulan data-data penulis melalui beberapa prosedur diantaranya:
Mengurus surat izin untuk menentukan penelitian mulai dari jurusan, fakultas, sampai konsultan Gedung
Istana Basa Pagaruyung Batu Sangkar.
Mengambil data yang diperlukan berupa gambar denah bangunan dan beban terpasang pada Gedung
Istana Basa Pagaruyung Batu Sangkar.
Membuat rancangan panel instalasi listrik untuk Gedung Istana Basa Pagaruyung Batu Sangkar.
Membuat rancangan tata letak panel instalsi listrik Gedung Istana Basa Pagaruyung Batu Sangkar.
1
2
3
4
5
1
LDP.1A
Penerangan L.Gantung
Hias
150
30
Peerangan L. Gantung
HPL-N
150
30
2
LDP.1B
Stop Kontak
300
18
3
LDP.1C
Lampu Taman
Tinggi 1,2 m
50
31
Lampu Taman
Tinggi 4 m
50
14
Flood Lighting
MDK-700
1000
3
Dari table diatas dapat dihitung beban terpasang pada Gedung Istana Basa Pagaruyung Batu Sangkar.
Untuk beban penerangan sebesar 14,250 kVA, sedangkan untuk beban peralatan sebesar 5,4 kVA maka
total beban terpasang adalah 19,65 kVA.
B. MENGHITUNG KEMAMPUAN HANTAR ARUS PADA SETIAP RANGKAIAN AKHIR DAN
CABANG PANEL
Dalam menentukan jumlah maksimum titik sambung setiap rangkaian akhir beban penulis merujuk pada
table 2, sedangkan untuk menentukan jumlah rangkaian akhir instalasi penerangan disesuaikan menurut
kelompok beban penerangannya. Panel yang akan direncanakan terdiri dari panel utama (MDP), serta tiga
panel cabang (LDP 1A, LDP 1B dan LDP 1C). berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat ditentukan kemampuan hantar arus pengaman pada setiap panel cabang, seperti penguraian dibawah
ini:
1. Pengaman Panel Hubung Bagi (PHB) cabang LDP.1A
a. Fasa R
No
Group
R
LDP.1A
Jumlah Titik
Jumlah Daya
(W)
Lampu Gantung Hias
150
W
1
R
LDP 1A.1
2
300
2
R
LDP 1A.4
4
600
3
R
LDP 1A.7
2
300
4
R
LDP 1A.9
2
300
5
R
LDP 1A,13
4
600
6
R
LDP 1A.16
2
300
7
R
LDP 1A.19
4
600
Dari data diatas, maka dapat ditentukan kemampuan hantar arus pengaman pada setiap rangkaian akhir
fasa R, seperti penguraian dibawah ini:
a) Group R LDP 1A.1
In MCB = 11 A
KHA kabel NYM 2 x 2,5 mm2
d) Group S LDP 1A.12
c. Fasa T
Table 6. Rekapitulasi Fasa T
No
Group
T
LDP.1A
Jumlah Titik
Jumlah Daya
(W)
Lampu Gantung Hias
150
W
1
T
LDP 1A.2
2
300
2
T
LDP 1A.5
4
600
3
T
LDP 1A.8
4
600
4
T
LDP 1A.12
4
600
5
T
LDP 1A,15
2
300
6
T
LDP 1A.18
2
300
Dari data diatas, maka dapat ditentukan kemampuan hantar arus pengaman pada setiap rangkaian akhir
fasaT, seperti penguraian dibawah ini:
a) Group T LDP 1A.3
Dari data diatas, maka dapat ditentukan kemampuan hantar arus pengaman pada setiap rangkaian akhir
fasa R, seperti penguraian dibawah ini:
a) Group R LDP 1B.1
b. Fasa S
Table 8. Rekapitulasi Fasa S
No
Group
S
LDP.1B
Jumlah Titik
Jumlah Daya
(W)
Stop kontak
300
W
1
S
LDP 1B.2
3
900
2
S
LDP 1B.5
3
900
Dari data diatas, maka dapat ditentukan kemampuan hantar arus pengaman pada setiap rangkaian akhir
fasa S, seperti penguraian dibawah ini:
a) Group S LDP 1B.2
In MCB = 1,25 x 5,11
= 6,375 A
= 10 A
KHA kabel NYY 3 x 2,5 mm2
Dari data diatas, maka dapat ditentukan kemampuan hantar arus pengaman pada setiap rangkaian akhir
fasa R, seperti penguraian dibawah ini:
a) Group T LDP 1B.3
1
1000
2
R
LDP 1C.4
6
300
3
R
LDP 1C.7
8
400
4
R
LDP 1C,11
150
Dari data diatas, maka dapat ditentukan kemampuan hantar arus pengaman pada setiap rangkaian akhir
fasa R, seperti penguraian dibawah ini:
a) Group R LDP 1C.1
1
1000
2
S
LDP 1C.5
7
350
3
S
LDP 1C.8
4
200
4
S
LDP 1C,10
3
150
Dari data diatas, maka dapat ditentukan kemampuan hantar arus pengaman pada setiap rangkaian akhir
fasa R, seperti penguraian dibawah ini:
a) Group S LDP 1C.2
1
1000
2
T
LDP 1C.6
8
400
3
T
LDP 1C.9
6
300
Dari data diatas, maka dapat ditentukan kemampuan hantar arus pengaman pada setiap rangkaian akhir
fasa R, seperti penguraian dibawah ini:
a) Group T LDP 1C.3
= 0,29 Vollt.
2. Drop Tegangan Pada Panel Utama Dengan Panel LDP 1B
Diketahui jarak antara keduanya adalah 1 m dengan penghantar yang digunakan adalah jenis NYFGbY
dengan ukuran 5 x 25 mm2 sedangkan arus yang akan mengalir sebesar 47,937 A, maka drop
tegangannya adalah
= 0,179
3. Drop Tegangan Pada Panel Utama Dengan Panel LDP 1C
Diketahui jarak antara keduanya adalah 1 m dengan penghantar yang digunakan adalah jenis NYFGbY
dengan ukuran 5 x 25 mm2 sedangkan arus yang akan mengalir sebesar 45,19 A, maka drop tegangannya
adalah:
= 0,179 Vollt
Ini berarti dengan panjang elektroda 6.25 m akan mendapatkan tahanan pentanahan sebesar: 2.25-0.25 =
1.8 Ω
Jika untuk mendapatkan tahanan pentanahan yang mendekati hasil perhitungan maka elektroda tersebut
diparalelkan sebanyak 8 buah maka dapat dihitung besar tahanan pentanahan menjadi:
Rp = 0,2225
F. DIMENSI KOMPONEN-KOMPONEN PANEL HUBUNG BAGI
Komponen pengaman yang digunakan harus jelas dan dapat bekerja sebagaimana fungsi dan
kegunaannya. Pengaman yang digunakan penulis adalah sebagai berikut :
1. Dimensi MCCB / MCB 500 A
- Merk : Merlin Gerin
- Tegangan Kerja : 380 / 600 Volt 3 fase
- Dimensi : P : 120 mm L : 75 mm
T : 95 mm
2. Dimensi MCB 3 f
- Merk : Merlin Gerin
- Tegangan Kerja : 220 - 250 Volt 1 fase
- Dimensi : P : 95 mm L : 70 mm
T : 80 mm
3. Dimensi MCB 1f
- Merk : Merlin Gerin
- Tegangan Kerja : 220 - 250 Volt 1 fase
- Dimensi : P : 80 mm L : 18 mm
T : 70 mm
4. Dimensi Kontaktor
- Merk : Merlin Gerin
- Tegangan Kerja : 380 Volt 3 fase
- Teganagan Coil : 380 Volt
- Dimensi : P : 10 cm L : 10 cm
T : 15 cm
5. Dimensi Puss Botton
- Merk : National
- Tegangan Kerja : 220 - 250 Volt 1 fase
- Dimensi : D : 9,5 cm T : 5,5 cm
6. Dimensi Lampu Indikator
- Tegangan Kerja : 220 - 250 Volt 1 fase
- Arus Nominal :5A
- Dimensi : D : 2 cm T : 5 mm
8. Dimensi Alat Ukur Ampermeter dan Voltmeter
- Tegangan Kerja : 220 - 250 Volt 1 fase
- Arus Nominal : Untuk Ampere Meter : 50 A
Untuk Voltmeter : 220 – 400 V
- Dimensi : P : 5 cm L : 5 cm T : 6,5 cm
9. Dimensi Saklar Rotasi Switch
- Tegangan Kerja : 220 - 250 Volt 1 fase
- Dimensi : P : 6,5cm L : 5,5 cm T : 6,5 cm
10. Dimensi Rel / Bustbar
- Tegangan Kerja : 220 - 250 Volt 1 fase
- Dimensi : P : 30 cm L : 3 cm T : 150 mm
11. Dimensi Saklar Masuk TPST
- Tegangan Kerja : 220 - 250 Volt 1 fase
- Arus Perbandingan : 1 : 50 A
- Dimensi : P : 7 cm L : 3 cm T : 9 cm
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Didalam membuat perencanaan panel hubung bagi Gedung Istana Basa Pagaruyung Batu Sangkar penulis
dapat menarik beberapa kesimpulan tentang hasil rancangan yang penulis rencanakan yaitu :
1. Perencanaan untuk total daya yang terpasang pada Gedung Istana Basa Pagaruyung Batu Sangkar
adalah sebesar 19,65 kW yang merupakan penjumlahan dari beban penerangan dan beban peralatan yang
akan di pasang.
2. Pengamanan yang di pakai adalah MCB 1 fasa untuk rating pengaman 4-10 A pada pengaman
rangkaian akhir pada masing-masing panel, MCB 3 fasa 16-150 A untuk pengaman pada masing-masing
panel,sedangkan pengaman panel utama adalah MCCB 3 fasa 200 A.
3. Sistem pengaman panel yang di harapkan pada Gedung Istana Basa Pagaruyung Batu Sangkar
adalah pengaman panel yang memenuhi standarisasi yang berlaku di Indonesia.
4. Dalam perencanaan sebuah panel aspek yang perlu di perhatikan adalah bahan-bahan yang akan di
gunakan untuk komponen, kontruksi rangka supaya ketahanan panel sesuai dengan yang di rencanakan.
B. SARAN
Berdasarkan hasil perencanan panel hubung bagi Gedung Istana Basa Pagaruyung Batu Sangkar terdapat
beberapa kendala yang penulis temui, maka penulis menyarankan:
1. Perencanaan yang telah panulis lakukan hanya sebatas perencanaan panel hubung bagi selanjutnya
dapat di kembangkan dengan perencanaan system pentahanan dan penangkal petir dari gedung tersebut.
2. Dari perencanaan yang penulis lakukan hasil rancangan masih bersifat semi otomatis,selanjutnya
dapat di kembangkan dengan perencanaan menggunakan program MC atau PLC.
3. Dalam merencanakan panel hubung bagi suatu gedung sebaiknya harus di perhitungkan
ketersediaan daya cadangan,hal ini dimaksudkan untuk mempermudah perluasan pemakaian beban atau
adanya perubahan dan perbaikan.
4. Untuk meningkatkan keterandalan sistem sebaiknya panel hubung bagi untuk penerangan di pisah
dengan tenaga,hal ini di maksudkan apabila terjadi kerusakan pada salah satu rangkaian tidak
mengganggu pada rangkaian lain.
5. Untuk terjaminnya kelancaran pasokan listrik dari sumber ke beban peranan panel hubung bagi
sangat penting di perhatikan.