Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PERUBAHAN KONSTRUKSI JARINGAN KARENA ESTETIKA

LINGKUNGAN TERHADAP BEP, FAKTOR KEAMANAN, PEMELIHARAAN


JARINGAN, DAN KEPUASAAN PELANGGAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem distribusi tenaga listrik adalah gabungan komponen tenaga listrik yang secara
bersamaan membentuk sistem penyaluran daya/tenaga listrik ke konsumen tenaga listrik, tiga
bagian utama dari sistem tenaga listrik adalah pembangkit tenaga listrik, transmisi tenaga
listrik, distribusi tenaga listrik. Dalam distribusi tenaga listrik dibagi lagi menjadi dua yaitu,
sistem distribusi primer, dan sistem distribusi sekunder. Jaringan distribusi tegangan menengah
adalah jaringan distribusi yang berada pada sisi primer transformator yang digunakan untuk
menyalurkan tenaga listrik ke beban-beban yang ada pada konsumen. Pada jaringan tegangan
menengah ini bisa menggunakan Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM) atau
Saluran Kabel Tanam Tegangan Menengah (SKTTM). Lebih terfokus untuk jaringan distribusi
tegangan menengah hingga ke pemanfaatan distribusi tenaga listrik untuk saat ini permintaan
pelanggan modern sangat mempertimbangkan faktor estetika, terutama untuk daerah daerah
strategis komersil area. Di Bali terutama di daerah pariwisata seperti Uluwatu ataupun Pecatu,
Villa ataupun tempat wisata berskala besar pastinya membutuhkan pasokan daya sesuai yang
dibutuhkan namun tetap ingin menjaga nilai jual mereka terutama menjaga kualitas visual yang
mereka tawarkan. Dengan kebijakan PLN saat ini dengan permohonan daya listrik dibawah
atau sampai sama dengan 197 kVA dilayani oleh gardu tiang dengan jaringan distribusi SUTM
dan SKTM. Dengan ini kerap kali ada permasalahan yaitu mempengaruhi kepuasan konsumen
karena jaringan distribusi PLN yang terpakai untuk melayani kenutuhan mereka dinilai kurang
dari segi estetika.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penerapan perubahan kontruksi jaringan karena penyesuaian estetika yang
biasanya diminta pelanggan.
2. Bagaimana pengaruh penerapan perubahan komtruksi tersebut terhadap penyesuaian
BEP (Break Event Point) dan solusinya terhadap penyesuaian tersebut.
3. Bagaimana pengaruh yang terjadi dengan adanya penerapan perubahan kontruksi
tersebut jika ditinjau dari faktor keamanan dan pemeliharaan jaringan,
4. Pengaruh penerapan perubahan kontruksi terhadap opini atau kepuasan
konsumen/pelanggan.

1.3 Tujuan Masalah


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui efisiensi dari penerapan
perubahan kontruksi jaringan PLN dengan menilai dari berbagai aspek atau faktor seperti
terhadap BEP, faktor keamanan dan pemeliharaan serta penyesuaian dengan permintaan dari
konsumen/pelanggan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Jaringan Tegangan Menengah


Pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan, penggunaan
sistem tegangan menengah sebagai jajringan utama untuk menghindarkan rugi-rugi penyaluran
(losses) dengan kualitas persyaratan tegangan yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero yang
dijelaskan bahwa selaku pemegang Kuasa Usaha Utama yang diatur dalam UU
Ketenagalistrikan No 30 Tahun 2009. Standar tegangan menengah sebagai tegangan operasi
yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV, konstruksi JTM wajib memenuhi kriteria
engineering keamanan ketenagalistsrikan, termasuk didalamya adalah jarak aman minimal
antara fase dengan lingkungan dan antara fase dengan tanah, pengoperasiannya atau
pemeliharaan jaringan akn dilaksanakan oleh Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB).
Konstruksi jaringan tenaga listrik tegangan menengah dapat dikelompokkan menjadi 3 macam
konstruksi sebagai berikut :

1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah konstruksi dengan biaya


termurah dibandingkan yang lainnya untuk penyaluran tenaga listrik dengan daya
yang sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan tegangan
menengah di Indonesia.
2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM) adalah konstruksi yang
difungsikan untuk meningkatkan keamanan dan keandalan penyaluran tenaga
listrik, penggunaan penghantar telanjang atau penghantar berisolasi setengah pada
konstruksi jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV, selain itu bisa
digantikan dengan konstruksi penghantar berisolasi penuh yang dipilin.
3. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM) adalah konstruk yang sangat
aman dan andal dibandingkan yang lainnya berfungsi untuk mendistribusikan
tenaga listrik tegangan menengah, tetapi relatif lebih mahal untuk menyaluran daya
yang sama. Pada rentang biaya yang diperlukan, konstruksi ditanam langsung
adalah termurah bila dibandingkan dengan penggunaan konduit atau bahkan
tunneling (terowongan beton). Dibandingkan dengan SUTM, SKTM akan
memperkecil resiko kegagalan operasi akibat faktor eksternal dan meningkatkan
keamanan ketenagalistrikan. Secara garis besar kelompok SKTM dibagi menjadi 2
yaitu :
 SKTM bawah tanah (Underground MV Cable).
 SKTM laut (Submarine MV Cable).
2.2 Konstruksi SKTM
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Kabel SKTM

No Jenis Kabel SKTM


1. SPLN 43-5-1:1995 – Kabel Pilin Tanah Berisolasi 1’1, PE dan Berselubung PE/PVC
dengan Tegangan Pengenal 12/20 (24) kV.
2. SPLN 43-5-2:1995 – Kabel Pilin Udara Berisolasi XLPE dan Berselubung PVC
Berpenggantung Penghantar Baja dengan Tegangan Pengenal 12/20 (24) Kv.
3. SPLN 43-5-3:1995 – Kabel Tanah Inti Tunggal Berisolasi XLPE dan Berselubung
PE/PVC dengan atau tanpa Perisai Tegangan Pengenal 3,6/6 (7,2) Kv s/d 12/20 (24) Kv.

4. SPLN 43-5-4:1995 – Kabel Tanah Inti Tigga Berisolasi XLPE dan Berselubung PE/PC
dengan atau tanpa Perisa Tegangan Pengenal 3;6/6 (7,2) Kv s/d 12/20 (24) Kv.
5. SPLN 43-5-5:1995 – Kabel wah inti Tunggal Berisolasi XLPE dan Berselubung PE/PVC
Berpenghantar Konsen-is dengar, atau tanpa Perisai dengan Pengenal 3,6/6 (7,2) Kv s/d
12/20 (2d) Kv.
6. SPLN 43-5-6:1995 – Kabel Tanah Inti Tiga Berisolasi XLPE dan Berselubung PE/PVC
Berpenghantar Konsentris dengan atau tanpa Perisai Tegangan Pengenal 3,6/6 (7,2) Kv
s/d 12/20 (24) kV.

Pemilihan jenis kabel disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Salah satu contohnya
untuk kabel dengan konstruksi dalam terowongan (ducting) beton, tidak menggunakan jenis
kabel dengan perisai baja, tetapi untuk yang ditanam langsung di tanah wajib menggunakan
kabel jenis perisai baja.
Tabel 2.2 Pemilihan Jenis Konstruksi SKTM

Pemilihan jenis konstruksi ini harus sesuai dengan kemampuan financial perusahaan
dan kebutuhan. Untuk perolehan biaya pengusahaan lebih murah, penerapan terowongan dapat
saja bersama utilitas prasarana lain dibawah koordinasi PEMDA. Dengan pertimbangan
optimasi biaya perusahaan, pada pedoman standar konstruksi SKTM ini diutamakan sistem
tanam langsung untuk diterapkan di PT PLN Persero.
2.3 Gardu distribusi
Gardu distribusi adalah sebuah komponen penting dalam penyaluran distribusi listrik
yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah untuk
disalurkan dan digunakan oleh pelanggan. Di dalam gardu distribusi terdapat beberapa
peralatan listrik seperti panel hubung bagi (PHB) TM, panel hubung bagi (PHB) TR, dan
transformator distribusi (20kV/380 volt). Pada PHB-TM ada fuse cut off (FCO), arrester
(penangkap petir) dan lain-lain. Pada PHB-TR ada NH fuse, rel, headbump dan lain-lain.
Secara garis besar gardu distribusi dibagi kedalam beberapa jenis menurut pemasanganya,
kontruksinya, dan penggunaannya. Menurut pemasangannya gardu distribusi dibagi menjadi
gardu pasangan dalam (gardu beton / gardu tembok dan gardu kios) dan pasangan luar (gardu
portal dan gardu cantol). Menurut penggunaannya ada gardu penggunaan umum (untuk banyak
pelanggan listrik tegangan rendah yang biasa ada di sekitar rumah) dan gardu penggunaan
khusus (untuk satu pelanggan tegangan menengah yang memakai daya minimal 240 kVA).
Karena pada dasarnya jenis gardu distribusi sama saja baik menurut pemasangan, konstruksi
maupun penggunaan, gardu distribusi menurut konstruksinya yang terbagi menjadi tiga yaitu :

1. Gardu Tembok / Gardu Beton


2. Gardu Portal
3. Gardu Cantol

2.4 jaringan distribusi Tegangan rendah

Sistem Distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga
listrik pada tegangan distribusi 380/220 Volt langsung kepada para pelanggan tegangan
rendah. Saluran tegangan rendah terdiri dari 3 (tiga) macam, yaitu Saluran Udara Tegangan
Rendah (SUTR), Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR), dan Saluran Kabel Tanah
Tegangan Rendah.

2.5 Break Event Point (BEP)


Break Event Point adalah posisi dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita kerugian, BEP atau titik impas sangat penting bagi manajemen untuk mengambil
keputusan untuk menarik produk atau mengembangkan produk, atau untuk menutup anak
perusahaan yang tidak menguntungkan. Dengan kata lain, ada suatu usaha dikatakan impas jika
pendapatan atau revenue (penghasilan) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi
hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Menurut Djarwanto dalam buku Dr.
H. Rusdiana, M.M, Break Event Point adalah suatu keadaan impas, yaitu apabila telah disusun
perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tidak mendapat keuntungan dan
tidak menderita rugi.

2.6 Pemeliharaan Jaringan


Pemeliharaan jaringan distribusi merupakan serangkaian tindakan atau proses kegiatan
untuk mempertahankan kondisi dan menyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya gangguan yang menyebabkan
kerusakan. Pemeliharaan ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan, ketersediaan dan
efisiensi peralatan, untuk memperpanjang umur peralatan, mengurangi resiko terjadinya
kegagalan atau kerusakan peralatan, meningkatkan keamanan peraltan mengurangi lama wktu
padam akibat sering gangguan.

2.7 Kepuasan Pelanggan


Kepuasan pelanggan menjadi salah satu kunci berhasilnya atau tidak berhasilnya suatu
perusahaan dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan yang pada akhirnya bermuara pada nilai
yang diberikan oleh pelanggan mengenai kepuasan yang dirasakan. Oleh karena itu, pelanggan
memegang peranan cukup penting dalam mengukur kepuasaan terhadap produk ataupun jasa.
Menurut Kotler dan Keller (2009) “Kepuasan (satisfaction) adalah perasaan senang atau
kecewa seseorang yang timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk
(atau hasil) terhadap ekspektasi mereka”.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

Di era global dan modern saat ini permintaan konsumen/pelanggan sangat berkembang
dan lebih mendetail terhadap permohonan pemasokan daya listrik yang mereka butuhkan.
Terutama untuk kelas konsumen konsumen yang membutuhkan pasokan listrik untuk
kebutuhan komersil seperti Hotel, Villa, Restourant ataupun tempat tempat yang mendukung
pariwisata. Salah satu contoh yang penulis angkat disini adalah daerah pecatu Bali. Area area
wisata didaerah ini lebih mengutamakan pada pemandangan atau panorama indah bebukitan
dan pantainya. Banyak utilitas umum atau komersil yang berkembang di area ini karena
ramainya pengunjung. Tentu saja banyaknya perkembangan diarea ini menyebabkan
permintaan pasokan daya listrik juga sangat banyak. Banyak jaringan distribusi dan Gardu
distribusi yang terpasang untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Sebagian besar yang
digunakan adalah jaringan distribusi tenaga listrik melalui udara. Walapun ada beberapa yang
terpasok dengan jaringan distribusi dibawah tanah tapi lebih mengkhusus pada pasokan daya
besar lebih atau sama dengan 345 Kva keatas. Atau biasanya disebut pelanggan premium atau
pelanggan TM, untuk pelanggan pelangan TR 197 Kva kebawah masih dilayani dengan SUTM
dan gardu tiang. Hal ini sering menjadi keluhan dari konsumen karena kebutuhan akan daya
TR ini sangan banyak untuk kelas villa atau hotel menengah, jadi semakin banyak lingkungan
mereka di hiasi dengan jaringan listrik PLN. Sehingga menurut mereka nilai estetika untuk
tempat mereka berkurang, dan tentu saja mempengaruhi kenyamanan serta nilai komersil yang
bisa ditawarkan.

Dalam ini tentu saja solusi yang bisa ditawarkan adalah dengan pemasangan jaringan
distribusi menggunakan system kabel tanam, dan pemasangan gardu bangunan yang kompleks.
Seperti yang sudah pernah terpasang di Villa Aster wilayah pecatu graha.dengan kawasan
khusus dengan permintaan management pengembang tidak diperbolehkan menggunakan kabel
udara untuk distribusi saluran listrik. Maka digunakan sistem distribusi dengan kabel tanam
dari segi TM dan TR. Dan untuk pengalokasian tempat untuk gardu bangunan yang sempit
sehingga digunakan gardu kios/GRC(glass-fibre reinforced concrete) gardu kompak.
GRC adalah material komposit yang terdiri dari pasir halus, semen, polimer akrilik, air,
serta serat kaca tahan alkali yang dikenal berkekuatan tinggi. Material ini merupakan sejenis
beton yang diperkuat serat. GRC adalah singkatan dari Glass Reinforced Concrete atau disebut
juga GFRC yang (Glass Fiber Reinforced Concrete) alias beton bertulang glass fiber. Sebagian
orang juga ada yang menyebut GRC dengan istilah papan semen.Walaupun dari luar terlihat
berat, tetapi sebenarnya GRC termasuk material berbobot ringan dibandingkan material
sejenisnya. Banyak orang memilih material GRC karena memiliki daya tahan ekstra terhadap
api dan air. Pemanfaatan GRC untuk gardu bangunan sudah teraplikasi di Bali dari tahun 2010
(sepengetahuan observasi penulis). Seperti halnya yang terpasang di Villa aster menggunakan
Gardu GRC dengan supply kabel tanam NA2XSEBY 3 x 240 mm2 untuk supply tegangan 20
kV ke gardu dari line utama PLN. Gardu yang terpasang dilengkapi dengan unit Kubikel untuk
switching dan proteksi sisi TM, Transformator untuk menghasilkan tegangan TR dan panel
PHB gardu. Yang semuanya tersusun rapi dalam satu bangunan yang terbuat dari GRC.
Gardu GRC kompak yang sudah pernah terpasang di Villa Aster pecatu memiliki
rincian komponen sebagai berikut :

a. Instalasi Hubung 20 kV
Instalasi hubung yang terpasang harus sesuai dengan kebutuhan rangkaian yang di
perlukan.pada perlengkapan hubung tegangan menengah 20 kv gardu distribusi pasangan
dalam terdiri dari bebrapa jenis Kubikel :

1. Kubikel pemutus beban - Load Break Switch ( LBS )


2. Kubikel Pengaman Transformator - Transformator Protection ( TP ) Dengan Saklar (
LBS ) dan proteksi arus lebih dengan jenis pengaman lebur.
3. Kubikel Sambungan Pelanggan.

Pemasangan GRC Gardou kompak yang terpasang di villa aster menggunakan kubikel
arlisco dengan tipe dan spesifikasi sebagai berikut :

1. Kubikel RMU 630A 24 kV, 125 kV BIL, Motorize (full insulated, 2 LBS,1 FLBS)

b. Trafo distribusi

Trafo Distribusi adalah perangkat statis yang dibangun dengan dua atau lebih gulungan yang
digunakan untuk mentransfer daya listrik arus bolak-balik dengan induksi elektromagnetik dari
satu sirkuit ke sirkuit lainnya pada frekuensi yang sama tetapi dengan nilai-nilai tegangan dan
arus yang berbeda. Didalam GRC yang terpasang adalah Trafo distribusi jenis indoor dengan
connecting menggunakan elastimol full insulated untuk connecting TM dan beberapa busbar
untuk konecting sisi TR hingga ke Panel PHB TR.maksimum kapasitas trafo yang dapat di
tempatkan di dalam GRC adalah maksimal 630 kVA.

c. PHB TR Pembagi jurusan

Fungsi atau kegunaan PHB TR adalah sebagai penghubung dan pembagi atau
pendistribusian tenaga listrik dari out put trafo sisi tegangan rendah TR ke Rel pembagi dan
diteruskan ke Jaringan Tegangan Rendah (JTR) melalui kabel jurusan (Opstyg Cable) yang
diamankan oleh NH Fuse jurusan masing-masing. Untuk kepentingan efisiensi dan penekanan
susut jaringan (loses) saat ini banyak unit PLN yang mengambil kebijaksanaan untuk melepas
atau tidak memfungsikan rangkaian pengukuran maupun rangkaian kontrolnya, hal ini
dimaksudkan agar tidak banyak energi listrik yang mengalir ke alat ukur maupun kontrol
terbuang untuk keperluan kontrol dan pengukuran secara terus menerus, sedangkan untuk
mengetahui besarnya beban maupun tegangan, dilakukan pengukuran pada saat di perlukan
saja dan bisa menggunakan peralatan ukur portable seperti AVO atau Tang Ampere saja.

PHB TR yang terpasang di dalam GRC terdapat komponen komponen sebagai berikut :
1. Rak TR.
2. Saklar Utama.
3. NH Fuse Utama.
4. Rel Tembaga.
5. NH Fuse jurusan.
6. Isolator penumpu Rel.
7. Sirkuit Pengukuran.
8. Alat ukur Ampere & Volt meter.
9. Trafo Arus (CT).
10. Sistem Pembumian.
11. Lampu Kontrol / Indikator.

Adapun foto foto contoh Gardu GRC kompak yang terpasang di villa aster dapat dilihat dari
beberapa gambar dibawah ini.

Gambar 3.1 Kubikel dalam gardu GRC.

Gambar 3.2 Gardu GRC.


Gambar 3.2 Connecting Transformator.

Gambar 3.4 Panel PHB TR.

Terkait biaya pemasangan yang harus dikeluarkan memang terlihat berbeda nilai dari
pemasangan dengan system distribusi kabel udara dan gardu tiang. Perkiraan penulis untuk
gardu tiang, jumlah investasi pembangunan gardu antara 200 sampai 250 juta. Sedangkan
untuk GRC ini nilai investasi pembangunannya mencapai kisaran 800 juta sampai 1,2 Miliyar.
Seperti yang sudah terpasang komplit di Villa Aster pecatu dengan daya amprahan 66.000 VA.
Ditinjau dari nilai kontrak yang terpenuhi. Pekerjaan tersebut bernilai 1 Miliar rupiah. Jika
ditinjau dari BEP (break event point) investasi memang terlihat berjangka panjang dengan
ilustrasi perhitungan sebagai berikut :
 Saat pemakaian minimum dan yang terpenuhi hanya biaya amandemen atau pemakaian
minimum perbulan dengan kisaran mencapai nilai pembayaran perbulan 4 juta rupiah
untuk daya 66 kVA maka untuk gardu tiang, BEP akan terpenuhi maksimal 5,2 tahun,
sedangkan untuk gardu GRC BEP akan terpenuhi jangka panjang mencapai 20 tahun.
 Sedangkan saat pemakaian maksimum atau villa beroperasi dengan pemakaian listrik
adalah 70% setiap harinya hingga mencapai nilai pembayaran 10 sampai 15 juta
perbulan maka perbandingan jangka waktu BEP bisa terpenuhi sebagai berikut. Untuk
gardu tiang pemenuhan BEP bisa tercapai dalam waktu 1 sampai 2 tahun. Dan untuk
gardu GRC bisa tercapai dalam jangka waktu 5 sampai 10 tahun.

Dari segi keamanan dan pemeliharaan pembangunan jaringan sistem distribusi dengan
kabel tanam/jaringan bawah tanah dan gardu kompak jauh lebih aman. Semua material yang
terhubung dalam system tersebut tidak terlihat atau tidak dapat tersentuh langsung manusia.
Konstruksi jaringan bawah tanah mahal dan biayanya lebih bervariasi, faktor-faktor utama
yang mempengaruhi biaya jaringan bawah tanah adalah :

1. Pengembangan. Jalan-jalan, jalan raya dan trotoar dan saluran air, hal ini akan
memperlambat pengerjaan konstruksi dan akan meningkatkan biaya.
2. Kondisi tanah Bebatuan dan material lain yang bersifat keras akan meningkatkan waktu
dan biaya pengerjaan untuk pemasangan kabel.
3. Perkotaan, pinggiran kota dan pedesaan Konstruksi perkotaan jauh lebih sulit tidak
hanya disebabkan bangunan-bangun beton tetapi juga lalu lintas. Area pedesaan secara
umum lebih murah perpanjang saluran, tetapi salurannya lebih panjang.
4. Pipa kabel saluran yang dilapisi beton jauh lebih mahal dibandingkan dengan yang
ditanam langsung.
5. Bahan dan ukuran kabel biaya kabel relatif lebih rendah dibandingkan biaya lain pada
jaringan bawah tanah.
6. Peralatan instalasi mesin-mesin besar dan mesin lainnya yang sesuai dengan permukaan
dan jenis tanah akan memudahkan instalasi.
Pada umumnya keuntungan yang dapat diperoleh dari suatu jaringan bawah tanah dan
Gardu GRC kompak adalah bebasnya dari gangguan pohon, sambaran petir maupun dari
gangguan manusia. Keuntungan pemakaian kabel bawah tanah dan GRC gardu kompak adalah:
a. Tidak terpengaruh oleh cuaca buruk, bahaya petir, badai, tertimpa pohon, dsb.
b. Tidak mengganggu pandangan, bila adanya bangunan yang tinggi.
c. Dari segi keindahan, saluran bawah tanah dan GRC lebih sempurna dan lebih indah
dipandang.
d. Mempunyai batas umur pakai dua kali lipat dari saluran udara dan gardu tiang.
e. Tegangan drop lebih rendah karena masalah induktansi bisa diabaikan.
f. Tidak ada gangguan akibat sambaran petir, angin topan dan badai.
g. Keandalan lebih baik.
h. Mengurangi tingkat korosi karena semua unit terpasang di dalam GRC yang sudah
sudah teruji kualitasnya untuk ini.
i. Rugi-rugi daya lebih kecil untuk penggunaan kabel tanam.
Adapun kerugian atau kelemahan dari penggunaan jaringan kabel bawah tanah dan
GRC Gardu kompak ialah sebagai berikut :
a. Harga kabel dan material unit yang relatif mahal.
b. Gangguan yang terjadi bersifat permanen trutama untuk kabel tanamnya.
c. Tidak fleksibel terhadap perubahan jaringan.
d. Waktu dan biaya untuk menanggulangi bila terjadi gangguan lebih lama dan lebih
mahal
e. Biaya investasi pembangunan lebih mahal dibanding-kan dengan saluran udara dan
gardu tiang, yang sudah penulis bahas dalam ilustrasi BEP diatas.
f. Saat terjadi gangguan hubung singkat kabel tanam, usaha pencarian titik gangguan
tidak mudah (susah).
g. Perlu pertimbangan-pertimbangan teknis yang lebih mendalam di dalam
perencanaan, khususnya untuk kondisi tanah yang dilalui.
h. Sulit mencari titik kerusakan bila ada gangguan.

Dengan banyaknya keuntungan diatas pemeliharaan saluran kabel tanam dan


pengginaan Gardu GRC kompak tidak terlalu banyak dan dengan waktu yang tidak terlalu
sering. Dan tentu saja tentu saja akan meningkatkan kepuasan pelayanan kepada
konsumen/pelanggan. Terutama untuk wilayah wilayah komersil, harga jual pasar mereka akan
terjaga dan objek yang dijual seperti halnya pemandangan dan panorama tetap terjaga nilainya.
BAB IV
KESIMPULAN

Sistem distribusi tenaga listrik adalah gabungan komponen tenaga listrik yang secara
bersamaan membentuk sistem penyaluran daya/tenaga listrik ke konsumen tenaga listrik, tiga
bagian utama dari sistem tenaga listrik adalah pembangkit tenaga listrik, transmisi tenaga
listrik, distribusi tenaga listrik. Di Bali terutama di daerah pariwisata seperti Uluwatu ataupun
Pecatu, villa ataupun tempat wisata biasanya menggunakan sistem distribusi tegangan
menengah dikarenakan kebutuhannya akan pasokan daya dan estetika dari pemasangan TM.
Oleh karena itu, solusinya adalah dengan menggunakan distribusi SKTTM dengan persetujuan
dari PLN.
Salah satu penerapan yang telah dilakukan perubahan konstruksi jaringan untuk
memperindah estetika adalah konstruksi jaringan di Villa Aster dengan menggunakan sistem
distribusi kabel tanam dari segi TM dan TR dengan menggunakan gardu kios/GRC (Glass
Reinforced Concrete). Digunakannya GRC dikarenakan memiliki manfaat yang lebih banyak
dibandingkan bahan yang lainnya seperti, ringan, daya tahan ekstra terhadap api dan air. pada
gardu GRC kompak sudah terpasang secara kompleks terdapat tiga bagian utama yaitu,
instalasi hubung 20 kV, trafo distribusi, dan PHB TR.

Melihat dan meninjau dari BEP (Break Event Point) perubahan konstruksi ini bisa
disebut inverstasi jangka panjang dikarenakan melihat saat pemakaian minimum maka gardu
GRC akan terpenuhi dengan jangka waktu mencapai ±20 tahun dan saat pemakaian maksimum
akan mencapai BEP dengan jangka waktu 5 sampai 10 tahun. Segi keamanan dan pemeliharaan
jaringan sistem distribusi juga memiliki lebih banyak manfaat salah satunya adalah tidak
terpengaruh oleh cuaca buruk, tidak mengganggu pemandangan, memiliki batas umur dua kali
lipat dibandingkan saluran udara dan gardu tiang. Artinya penggunaan gardu GRC kompak
akan lebih baik dan efisien digunakan kedepannya, jika dilihat dari kepuasaan pelanggan
terutama pada daerah pariwisata pastinya konsumen akan mengutamakan keamanan,
pemeliharaan dan juga estetikanya menjadi yang terbaik.

Anda mungkin juga menyukai