KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sistem Tenaga Listrik
Sistem Tenaga Listrik secara umum merupakan suatu sistem yang terdiri dari
lima sub sistem utama yaitu pembangkit listrik, sistem transmisi, gardu induk,
sistem distribusi dan beban. Sumber listrik dari sistem tenaga listrik berasal dari
pembangkit listrik dan disalurkan melalui sistem transmisi. Sebelum masuk ke
sistem transmisi energi listrik yang telah dibangkitkan tegangannya akan dinaikan
menggunakan transformator penaik tegangan (Step-Up Transformator) untuk
kemudian disalurkan melalui sistem transmisi menuju gardu induk. Tegangan ini
dinaikan dengan maksud untuk mengurangi jumlah arus yang mengalir pada
saluran transmisi. Setelah daya listrik yang disalurkan melalui sistem transmisi
sampai pada gardu induk, maka selanjutnya tegangan transmisi diturunkan melalui
transformator penurun tegangan (Step-Down Transformator) di gardu induk
tersebut. Tegangan akan diturunkan menjadi tegangan menengah sebesar 20kV
untuk dapat disalurkan ke gardu distribusi. Kemudian dari gardu distribusi tegangan
kembali diturunkan menjadi tegangan rendah sebesar 220V/380V sehingga
selanjutnya dapat disalurkan melalui saluran distribusi menuju pusat-pusat beban
(Wibowo, 2018).
25
26
a) Jenis Pemasangannya
1. Gardu Pasang Luar : Gardu Portal, Gardu Cantol
2. Gardu Pasang Dalam : Gardu Beton, Gardu Kios
b) Jenis Konstruksinya
1. Gardu Beton : Bangunan Sipil : Batu, Beton
2. Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol
3. Gardu Kios
c) Jenis Penggunaannya
1. Gardu Pelanggan Umum
2. Gardu Pelanggan Khusus
1. Gardu Portal
Gardu Portal merupakan gardu listrik tipe terbuka (outdoor) dengan
menggunakan konstruksi dua buah tiang. Gardu portal dicatu dari SUTM
dengan peralatan pengaman lebur Fuse Cut-Out (FCO) sebagai pengaman
hubung singkat transformator dengan elemen pelebur (pengaman lebur
link type expulsion) dan Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah
naiknya tegangan pada transformator akibat surja petir. Gardu Portal
dilengkapi dengan PHB-TR yang memiliki maksimal 4 jurusan yang
dilengkapi pengaman lebur (type NH, NT) sebagai pengaman jurusan dan
dilengkapi peralatan switching incoming-outgoing berupa Pemutus Beban
29
atau LBS (Load Break Switch) atau Pemutus Beban Otomatis (PBO) atau
CB (Circuit Breaker) yang bekerja secara manual maupun otomatis.
2. Gardu Cantol
Gardu Distribusi tipe cantol menggunakan transformator yang terpasang
adalah transformator 3 fasa atau 1 fasa dengan daya ≤ 100 kVA.
Transformator terpasang adalah jenis CSP (Completely Self Protected
Transformer) yaitu peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang
lengkap dalam tangki transformator. Perlengkapan perlindungan
transformator tambahan berupa Lightning Arrester yang dipasang terpisah
dengan penghantar pembumiannya yang dihubungkan langsung dengan
badan transformator. Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah
(PHB-TR) pada gardu cantol maksimum menggunakan 2 jurusan dengan
saklar pemisah pada sisi masuk dan pengaman lebur (type NH, NT)
sebagai pengaman jurusan. Semua Bagian Konduktif Terbuka (BKT) dan
Bagian Konduktif Ekstra (BKE) dihubungkan dengan pembumian sisi
Tegangan Rendah.
30
3. Gardu Beton
Gardu beton merupakan suatu gardu yang mempunyai konstruksi dasar
seperti bangunan sipil yang berbahan dasar beton. Seluruh komponen
utama instalasi yaitu transformator dan peralatan switching/proteksi,
terangkai di dalam bangunan sipil yang dirancang, dibangun dan
difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan beton (masonry wall
building). Konstruksi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
terbaik bagi keselamatan ketenagalistrikan.
(sumber : Wikimedia)
31
4. Gardu Kios
Gardu tipe ini adalah bangunan yang terbuat dari konstruksi baja,
fiberglass atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi rencana
pembangunan gardu distribusi. Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu
Kios Kompak, Kios Modular dan Kios Bertingkat. Gardu ini dibangun
pada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan membangun Gardu Beton.
Karena sifat mobilitasnya, maka kapasitas transformator distribusi yang
terpasang terbatas. Kapasitas maksimum adalah 400 kVA, dengan 4
jurusan Tegangan Rendah. Khusus untuk Kios Kompak, seluruh instalasi
komponen utama gardu sudah dirangkai selengkapnya di pabrik, sehingga
dapat langsung diangkut ke lokasi dan disambungkan pada sistem
distribusi yang sudah ada untuk difungsikan sesuai tujuannya.
PHB-TM gardu terdekat yang sering disebut dengan Gardu Antena. Untuk
tingkat keandalan yang dituntut lebih dari Gardu Pelanggan Umum biasa,
maka gardu dipasok oleh SKTM lebih dari satu penyulang sehingga
jumlah saklar hubung lebih dari satu dan dapat digerakan secara Otomatis
(ACOS : Automatic Change Over Switch) atau secara remote control.
Gambar 2.6 Bagian satu garis konfigurasi π section Gardu Pelanggan Umum
7. Gardu Hubung
Gardu Hubung disingkat GH atau Switching Substation adalah gardu yang
berfungsi sebagai sarana manuver pengendali beban listrik jika terjadi
gangguan aliran listrik, program pelaksanaan pemeliharaan atau untuk
maksud mempertahankan kontinuitas pelayanan. Isi dari instalasi Gardu
Hubung adalah rangkaian saklar beban (Load Break switch – LBS), dan
atau pemutus tenaga yang terhubung paralel. Gardu Hubung juga dapat
dilengkapi sarana pemutus tenaga pembatas beban pelanggan khusus
Tegangan Menengah. Konstruksi Gardu Hubung sama dengan Gardu
Distribusi tipe beton. Pada ruang dalam Gardu Hubung dapat dilengkapi
dengan ruang untuk Gardu Distribusi yang terpisah dan ruang untuk sarana
pelayanan kontrol jarak jauh. Ruang untuk sarana pelayanan kontrol jarak
jauh dapat berada pada ruang yang sama dengan ruang Gardu Hubung,
namun terpisah dengan ruang Gardu Distribusinya.
(sumber : Detikcom)
1. Kumparan Transformator
Kumparan trafo terdiri dari beberapa lilitan kawat tembaga yang dilapisi
dengan bahan isolasi (karton, pertinax, dll) untuk mengisolasi baik
terhadap inti besi maupun kumparan lain. Untuk trafo dengan daya besar
lilitan dimasukkan dalam minyak trafo sebagai media pendingin.
Banyaknya lilitan akan menentukan besar tegangan dan arus yang ada
pada sisi sekunder. Kadang kala transformator memiliki kumparan tertier.
Kumparan tertier diperlukan untuk memperoleh tegangan tertier atau
untuk kebutuhan lain. Untuk kedua keperluan tersebut, kumparan tertier
selalu dihubungkan delta. Kumparan tertier sering juga untuk
dipergunakan penyambungan peralatan bantu seperti kondensator
synchrone, kapasitor shunt dan reactor shunt.
38
(sumber : Wikipedia)
2. Inti Besi
Inti besi digunakan sebagai media mengalirnya flux yang timbul akibat
induksi arus bolak balik pada kumparan yang mengelilingi inti besi
sehingga dapat menginduksi kembali ke kumparan yang lain. Dibentuk
dari lempengan – lempengan untuk mengurangi eddy current yang
merupakan arus sirkulasi pada inti besi hasil induksi medan magnet,
dimana arus tersebut akan mengakibatkan rugi – rugi.
(sumber : Sainsmania)
3. Bushing
Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan dengan jaringan
luar. Bushing terdiri dari sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator.
39
4. Pendinginan
Suhu pada trafo yang sedang beroperasi akan dipengaruhi oleh kualitas
tegangan jaringan, rugi-rugi pada trafo itu sendiri dan suhu lingkungan.
Suhu operasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada
trafo. Oleh karena itu pendinginan yang efektif sangat diperlukan. Minyak
isolasi trafo selain merupakan media isolasi dia juga berfungsi sebagai
pendingin. Pada saat minyak bersirkulasi, panas yang berasal dari belitan
akan dibawah oleh minyak sesuai jalur sirkulasinya dan akan didinginkan
pada sirip-sirip radiator. Adapun proses pendinginan ini dapat dibantu oleh
adanya kipas dan pompa sirkulasi guna meningkatkan efisiensi
pendinginan.
40
(sumber : Wordpress)
(sumber : Alibaba)
41
6. Tap Charger
Kestabilan tegangan dalam suatu jaringan merupakan salah satu hal yang
dinilai sebagai kualitas tegangan. Transformator dituntut memiliki nilai
tegangan output yang stabil sedangkan besarnya tegangan input tidak
selalu sama. Dengan mengubah banyaknya belitan pada sisi primer
diharapkan dapat mengubah ratio antara belitan primer dan sekunder dan
dengan demikian tegangan output/sekunder pun dapat di proses.
Perubahan rasio belitan ini dapat dilakukan pada saat transformator sedang
berbeban (On load tap changer) atau saat transformator tidak berbeban
(Off load tap changer).
(sumber : IndiaMart)
8. Peralatan Proteksi
Peralatan yang mengamankan trafo terhadap bahaya fisis, elektris maupun
kimiawi.
(sumber : Rahmat.Net)
9. Indikator
Indikator berfungsi untuk mengawasi selama transformator beroperasi,
maka perlu adanya indikator pada transformator yang antara lain sebagai
berikut:
a. indikator suhu minyak
b. indikator permukaan minyak
c. indikator sistem pendingin
43
(sumber : Elektrikal-Engineering)
2.4.3 Tiang
Tiang listrik pada jaringan distribusi digunakan untuk saluran udara
(overhead line) sebagai penyangga kawat penghantar agar penyaluran tenaga listrik
ke konsumen atau pusat pusat beban dapat disalurkan dengan baik. Persyaratan
suatu tiang penyangga yang digunakan untuk penopang jaringan distribusi tenaga
listrik adalah :
2.4.5 Isolator
Isolator jaringan tenaga listrik merupakan alat tempat menopang kawat
penghantar jaringan pada tiang-tiang listrik yang digunakan untuk memisahkan
secara elektris dua buah kawat atau lebih agar tidak terjadi kebocoran arus (leakage
current) atau loncatan bunga api (flash over) sehingga mengakibatkan terjadinya
kerusakan pada sistem jaringan tenaga listrik. Langkah yang perlu diambil untuk
menghindarkan terjadinya kerusakan terhadap peralatan listrik akibat tegangan
lebih dan loncatan bunga api, ialah dengan menentukan pemakaian isolator
berdasarkan kekuatan daya isolasi (dielectric strength) dan kekuatan mekanis
(mechanics strength) bahan-bahan isolator yang dipakai. Karena sifat suatu isolator
ditentukan oleh bahan yang digunakan. Kemampuan suatu bahan untuk mengisolir
atau menahan tegangan yang mengenainya tanpa menjadikan cacat atau rusak
tergantung pada kekuatan dielektriknya. Fungsi utama isolator adalah :
Bahan-bahan yang baik untuk isolator adalah bahan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Walaupun ada yang sanggup menghantarkan arus listrik
46
tetapi relatif sangat kecil, sehingga bisa diabaikan terhadap maksud penggunaan
atau pemakaiannya. Pemakaian bahan isolasi ini diharapkan seekonomis mungkin
tanpa mengurangi kemampuannya sebagai isolator. Sebab makin berat dan besar
ukuran isolator tersebut akan mempengaruhi beban penyangga pada sebuah tiang
listrik. Bahan-bahan isolasi yang dipakai untuk isolator jaringan kebanyakan
terbuat dari bahan padat, seperti bahan porselin, gelas, mika, ebonit, keramik,
parafin, kuarts, dan veld spat (Suswanto, 2009).
PHB-TR adalah suatu kombinasi dari satu atau lebih Perlengkapan Hubung
Bagi Tegangan Rendah dengan peralatan kontrol, peralatan ukur, pengaman dan
kendali yang saling berhubungan. Keseluruhannya dirakit lengkap dengan sistem
pengawatan dan mekanis pada bagian-bagian penyangganya. Secara umum PHB
TR sesuai SPLN 118-3-1–1996, untuk pasangan dalam adalah jenis terbuka. Rak
TR pasangan dalam untuk gardu distribusi beton. PHB jenis terbuka adalah suatu
rakitan PHB yang terdiri dari susunan penyangga peralatan proteksi dan peralatan
Hubung Bagi dengan seluruh bagian-bagian yang bertegangan, terpasang tanpa
isolasi. Jumlah jurusan per transformator atau gardu distribusi sebanyak-banyaknya
8 jurusan, disesuaikan dengan besar daya transformator dan Kemampuan Hantar
Arus ( KHA ) Penghantar JTR yang digunakan. Pada PHB-TR harus dicantumkan
diagram satu garis, arus pengenal gawai proteksi dan kendali serta nama jurusan
JTR. Sebagai peralatan sakelar utama saluran masuk PHB-TR, dipasangkan
47
Pemutus Beban (LBS) atau NFB (No Fused Breaker). Pengaman arus lebih (Over
Current) jurusan di sisi tegangan rendah pada PHB-TR dibedakan menjadi 2 yaitu
(PT. PLN (Persero), 2010a):
1. Tanggap terhadap arus lebih dari sistem atau peralatan yang dilindunginya.
2. Memutus (memadamkan) arus lebih dan tahan terhadap perubahan
tegangan balik yang timbul karena pemutusan tersebut.
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi
kepada konsumen.
(PT. PLN (Persero), 2010b) Terdapat 3 jenis karakteristik Fuse Link, tipe-K
(cepat), tipe–T (lambat) dan tipe–H yang tahan terhadap arus surja. Jika sadapan
Lightning Arrester (LA) sesudah Fused Cut Out, dipilih Fuse Link type–H. jika
sebelum Fused Cut Out (FCO) dipilih Fuse Link type–K. Sesuai Publikasi IEC 282-
2 (1970) - NEMA) di sisi primer berupa pelebur jenis pembatas arus. Arus pengenal
pelebur jenis letupan (expulsion) tipe-H (tahan surja kilat) tipe-T (lambat) dan tipe-
K (cepat) menurut publikasi IEC No. 282-2 (1974) – NEMA untuk pengaman
berbagai daya pengenal transformator, dengan atau tanpa koordinasi dengan
pengamanan sisi sekunder.
yang yang menuju pada peralatan yang dilindunginya. Arrester ini bersifat bypass
disekitar isolasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui arus kilat, maka tidak
menimbulkan tegangan lebih pada peralatan. Dalam keadaan normal arrester harus
mampu bertindak sebagai isolator yang tahanannya tinggi sehingga hanya
mengalirkan arus beberapa mili ampere arus yang bocor dari tegangan sistem
ketanah. Dan apabila arrester ini terkena sambaran petir maka arrester ini berubah
menjadi konduktor yang tahanannya sangat rendah sehingga arrester ini
mengalirkan ribuan ampere arus surja ke tanah, maka arrester ini dipasang pada
transformator dan peralatan lainnya untuk melindungi dari gangguan sambaran
petir atau tegangan lebih pada surja petir (Ibnu H, 2017)
𝑆
𝐼𝑝 = ................................................................................ (1)
√3.𝑉
Dimana :
𝑆
𝐼𝑠 = ................................................................................. (2)
√3.𝑉
Dimana :
Untuk mengetahui beban total dapat menjumlahkan hasil dari perhitungan diatas
seperti persamaan berikut :
Keterangan:
S = Daya Semu
V = Tegangan
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
% 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛𝑎𝑛 = × 100% ....................... (7)
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑎𝑙 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑡𝑜𝑟
Untuk mencari nilai a dan b dari persamaan trend dapat digunakan dua persamaan
normal sebagai berikut :
∑ Y = n. a + b. ∑ X ................................................................................... (9)
∑ XY = a. ∑ X + b. ∑ x 2 ......................................................................... (10)
Bila titik tengah data sebagai tahun dasar, maka ∑ X = 0 dan dapat dihilangkan dari
kedua persamaan diatas dan menjadi :
ƩY
𝑎= ..................................................................................................... (11)
𝑛
ƩXY
𝑏= ................................................................................................... (12)
ƩX2
Dimana:
X = variabel waktu
distribusi juga dapat menyebabkan terjadinya drop voltage (jatuh tegangan) dan
dapat mempengaruhi kualitas daya. Terdapat dua metode alternatif untuk mengatasi
permasalahan transformator overload, yaitu dengan metode pemasangan
transformator sisipan dan uprating transformator (Regina C.Wagey dkk, 2021).
1. Finansial
Metode penambahan daya transformator atau metode uprating adalah
metode menambahkan daya, sebagai contoh dari 200 kVA menjadi 400
kVA sedangkan beberapa jenis transformator seperti transformator sisip
harus melakukan beberapa perencanaan diantaranya mengenai perhitungan
finansial, lahan, waktu, tempat seperti di perkotaan, material, penjualan
kVA terhadap konsumen. Selain daripada itu, metode transformator sisip
jauh lebih mahal dibandingkan dengan metode uprating transformator
dikarenakan metode ini hanya menambah kapasitas daya yang lebih besar
dari daya sebelumnya
2. Lahan
Saat ingin melakukan uprating transformator hanya menambah daya yang
lebih besar dari daya sebelumnya sehingga tidak perlu membutuhkan lahan
yang luas bahkan material tambahan juga tidak diperlukan. Jadi berdasarkan
jarak jaringan yang paling ideal untuk menempatkan Trafo sisipan tersebut
adalah 50 meter dari Trafo Utama. Namun dalam hal ini kita tidak dapat
berpatokan pada hasil perhitungan saja, tetapi juga harus melihat dari sisi
lapangan.