MH Antono 1
STANDAR DAN PERATURAN
Standar.
▪ NFPA20: Standard for the Installation of Centrifugal Fire Pumps.
▪ SNI 03-6570-2001 Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk
Proteksi Kebakaran.
Peraturan.
▪ Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992 Tentang
Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta.
▪ Atau Peraturan Daerah masing-masing yang berlaku.
2
PENGANTAR SATUAN
Satuan metrik dari ukuran dalam standar ini sesuai dengan sistem metrik yang dimodernisasi,
dikenal sebagai unit Sistem Internasional (SI). Dua satuan (liter dan bar) meskipun diluar sistem SI
tetapi dikenal oleh SI, digunakan bersama dalam proteksi kebakaran internasional.
3
PENGERTIAN HEAD
Head:
Dua faktor penting untuk mengerti kinerja pompa kebakaran adalah kuantitas air
yang bergerak atau perlu dipindahkan, disebut laju aliran (flow), dan enersi yang
tersedia untuk menggerakkan air tersebut, disebut tekanan (pressure).
Laju aliran (flow) didefinisikan sebagai kuantitas dari air yang melalui suatu titik
tertentu dalam suatu perioda waktu tertentu. Laju aliran diukur dalam gpm, ft3/det,
L/men (volume dibagi dengan waktu). Terminologi Q biasanya dipakai untuk mewakili
aliran dalam persamaan aljabar tentang hidrolik.
4
RUMUS HEAD
Rumus untuk mengukur Head:
SI unit:
P = 0,098 bar/m x H atau H = P 10,2 m/bar
5
KOMPONEN SISTEM
Pompa kebakaran. Menambah tekanan pasokan air pada debit tertentu ke tekanan
yang cukup untuk operasi sistem proteksi kebakaran.
Penggerak pompa kebakaran. Biasanya sebuah motor listrik atau mesin diesel
dipakai untuk mengoperasikan pompa.
Katup dan fitting. Memberikan kontrol atas tekanan dan debit pompa kebakaran.
Komponen ini membolehkan pengetesan pompa, proteksi kondisi tekanan lebih atau
kurang, dan pemeliharaan sistem.
Panel pompa kebakaran (controller). Controller bertanggung jawab menjalankan
pompa pada kondisi darurat. Juga bertanggung jawab untuk komunikasi kondisi
darurat ke operator atau ke sistem kontrol darurat bangunan.
Pompa jockey dan panelnya (controller). Pompa jockey dan panelnya bertanggung
jawab menjamin bahwa sistem terisi air bertekanan siap untuk keadaan darurat.
Semua komponen tersebut diatas (kecuali pompa jockey dan panelnya), harus
teruji/terdaftar untuk tugas instalasi proteksi kebakaran.
6
RUANG LINGKUP
Standar ini berhubungan dengan pemilihan dan instalasi pompa terpasang
tetap yang memasok air untuk proteksi kebakaran pada bangunan gedung,
termasuk:
Pasokan air.
Pasokan daya.
7
PASOKAN AIR
Umum
8
POMPA KEBAKARAN
Bersama-sama, komponen ini bekerja menjamin keandalan sistem proteksi
kebakaran untuk menanggulangi setiap keadaan darurat. Tidak boleh ada
halangan diluar operator yang mencegah pompa start dan terus hidup.
Karena itu pompa kebakaran hanya boleh stop secara otomatik hanya bila
sedang dilakukan pengetesan, atau pada kasus pompa berpenggerak mesin
diesel, bila mesin diesel overspeed menyebabkan kondisi overpressure. Bila
pompa kebakaran start karena sebarang sebab kecuali pengetesan, maka
operator harus pergi ke ruang pompa dan menekan tombol stop di panel
pompa atau controler.
Pompa kebakaran dapat di start secara manual atau otomatik. Start manual
dapat dimulai dari lokasi jauh atau di ruang pompa. Start otomatik dimulai
oleh penurunan tekanan sistem (yang diukur oleh sebuah saklar tekanan)
yang turun dibawah suatu nilai yang sudah ditentukan dan diset terlebih
dahulu.
9
POMPA DAN PENGGERAKNYA
Penggerak yang dapat diterima untuk pompa pada suatu instalasi tunggal
adalah motor listrik, motor bakar jenis diesel, turbin uap atau kombinasinya.
10
KAPASITAS NOMINAL POMPA
Plat Nama.
Pompa harus dilengkapi dengan
plat nama.
11
ALAT PENGUKUR TEKANAN
Alat pengukur tekanan pipa pelepasan:
- Penunjuk harus mempunyai diameter tidak kurang dari 89 mm, dan harus
dihubungkan dekat dengan pipa pelepasan dengan katup alat pengukur (cock valve)
6,25 mm.
- Penunjuk harus menunjukkan tekanan sekurang-kurangnya dua kali tekanan kerja
pompa, tetapi tidak kurang dari 13,8 bar (200 psi). Muka dari penunjuk harus terbaca
dalam bar, psi, atau keduanya dengan graduasi standar pabrik.
12
KATUP RELIEF SIRKULASI
Setiap pompa kebakaran harus mempunyai katup relief sirkulasi yang
terdaftar (listed). Katup ini harus menyediakan aliran air yang cukup untuk
mencegah pompa dari panas berlebihan apabila beroperasi dengan tanpa
pelepasan (katup pelepasan ditutup). Ukuran minimum katup relief otomatik
harus 19 mm (¾ in.) untuk pompa dengan kapasitas nominal tidak lebih dari
9.462 L/men (2.500 gpm), dan 25,4 mm (1 in.) untuk pompa dengan
kapasitas nominal antara 11.355 sampai 18.925 L/men (3.000 sampai
5.000gpm).
13
PROTEKSI PERALATAN
1. Pompa kebakaran, penggerak dan alat kontrolnya (controller), harus diproteksi terhadap
kemungkinan gangguan pelayanan terhadap kerusakan yang disebabkan ledakan, banjir,
gempa bumi, serangga, angin ribut, kekerasan, dan kondisi lain yang merugikan.
2. Unit pompa kebakaran di dalam bangunan harus dipisahkan dari semua daerah bangunan
dengan konstruksi tahan api 2 jam.
Pengecualian:
Dalam bangunan yang diproteksi dengan sistem sprinkler otomatik, ketentuan konstruksi tahan api dapat
dikurangi sampai 1 jam.
3. Unit pompa kebakaran yang ditempatkan di luar bangunan harus ditempatkan minimal 15,3 m
(50 ft) dari bangunan yang diproteksi, dan juga harus memenuhi no.1.
4. Pencahayaan normal dan darurat harus disediakan dalam ruangan pompa atau rumah untuk
pompa.
5. Ventilasi untuk ruangan pompa atau rumah untuk pompa harus memenuhi ketentuan yang
berlaku.
6. Lantai ruangan pompa atau rumah untuk pompa harus dalam keadaan kering. Lantai harus
dibuat miring/landai untuk pengeringan yang cukup menjauhkan air dari peralatan, disediakan
cukup drain lantai (floor drain) yang akan menyalurkan air ke lokasi di luar.
7. Tutup pengaman harus disediakan untuk kopling fleksibel dan sambungan poros fleksibel
pompa kebakaran.
14
PIPA DAN FITING
Semua pipa harus di atas tanah, kecuali sambungan ke pipa hisap di bawah
tanah dan pipa pelepasan di bawah tanah.
Pipa harus dilindungi terhadap korosi dengan cara digalvanis atau dicat anti
karat.
Sambungan pipa dengan cara ulir, flens (flens dilas ke pipa lebih disukai),
groove joint.
15
PIPA DAN FITING PIPA HISAP
Pipa Hisap dan Fiting.
Komponen hisapan terdiri dari semua pipa, katup, dan fitting dari flens hisap
pompa sampai ke sambungan PDAM, tanki penyimpanan/reservoir dan
sebagainya, yang memasok air ke pompa.
16
KATUP PIPA HISAP
Katup penutup jenis sorong ulir luar (OS&Y, outside screw & yoke gate
valve) harus dipasang pada pipa hisap. Katup sorong harus dipasang
sejauh mungkin dari flens hisap pompa, pada outlet tanki/reservoir.
17
INSTALASI PIPA HISAP
Pipa hisap harus dipasang secara hati-hati untuk mencegah kebocoran dan
kantung udara, keduanya dapat berpengaruh serius pada beroperasinya
pompa.
Apabila pipa hisap dan flens hisap pompa tidak sama ukurannya, maka
harus dihubungkan dengan reduser eksentrik, untuk mencegah kantong
udara.
Elbow dan tee yang bidang garis pusat-nya sejajar terhadap poros pompa
jenis rumah terpisah horisontal harus dihindari.
18
SARINGAN HISAP
Apabila pasokan air diperoleh dari sumber terbuka seperti kolam, sumur
basah, aliran dari bahan yang dapat menyumbat pompa harus dihindari.
Saringan masuk ganda yang mudah dibuka harus disediakan pada mulut
pipa hisap. Di bawah permukaan air minimum saringan ini harus
mempunyai luas bersih efektif bukaan 645 mm2 (1 in2) untuk setiap 3,785
L/men (1 gpm) pada 150 persen kapasitas nominal pompa.
Saringan harus disusun sehingga mudah dibersihkan atau diperbaiki tanpa
mengganggu pipa hisap. Kawat saringan harus terbuat dari bahan anti
karat seperti perunggu, tembaga, monel, baja tahan karat.
19
PERALATAN PADA PIPA HISAP
Tidak boleh ada alat atau rakitan yang dipasang dalam pemipaan hisap
yang akan menghentikan, menghalangi pada waktu start, atau
menghalangi pelepasan dari pompa kebakaran atau penggerak pompa.
Pengecualian:
Kecuali katup penutup jenis OS&Y
Alat yang sesuai dibolehkan dipasang pada pemipaan pasokan hisap atau
pasokan air tersimpanan disusun untuk mengaktivasi alarm jika tekanan
hisap pompa atau permukaan air jatuh di bawah minimum yang ditentukan
sebelumnya.
20
PIPA PELEPASAN DAN FITING
Komponen pelepasan harus terdiri dari pipa, katup, dan fitting dari flens
pelepasan pompa sampai sisi sistem dari katup pelepasan.
Tekanan nominal dari komponen pelepasan harus bertekanan kerja cukup
tetapi tidak kurang dari tekanan nominal sistem proteksi kebakaran. Pipa
baja dengan sambungan pipa dengan cara ulir, flens (flens dilas ke pipa
lebih disukai), groove joint, harus dipasang di atas tanah.
Ukuran pipa pelepasan dan fiting harus tidak kurang dari yang
dipersyaratkan dalam Tabel 3.
Katup searah atau alat pencegah aliran balik yang terdaftar (listed) harus
dipasang dalam rakitan pelepasan pompa.
Katup penutup jenis sorong ulir luar (OS&Y, outside screw & yoke gate
valve) atau katup kupu-kupu (butterfly valve) dengan penunjuk yang terdaftar
(listed) harus dipasang pada sisi hilir katup searah. Apabila pompa dipasang
seri, katup kupu-kupu tidak boleh dipasang di antara pompa.
21
KATUP
Katup kupu-kupu (butterfly valve)
22
SUPERVISI KATUP
Semua katup penutup aliran air, baik katup hisap, katup pelepasan atau katup
isolasi peralatan, harus disupervisi pada posisi terbuka oleh salah satu cara
berikut ini:
23
PROTEKSI PIPA
24
KATUP RELIEF
Apabila tekanan pompa pada waktu katup pelepasan ditutup (shut off / churn
pressure) melebihi tekanan nominal komponen sistem, katup relief harus
disediakan. Hal ini dapat terjadi bila penggerak pompa mempunyai kecepatan
yang variabel, seperti mesin diesel..
Pompa kebakaran hanya untuk sistem pipa tegak dan slang / hidran biasanya
tidak memerlukan katup relief.
Katup relief harus ditempatkan antara pompa dan katup searah pelepasan
pompa dan mudah dibuka untuk perbaikan tanpa mengganggu pipa.
Ukuran katup relief dan pipa pelepasannya harus tidak kurang dari yang
dipersyaratkan dalam Tabel 3.
Katup relief harus melepas ke dalam pipa terbuka atau ke dalam kerucut atau
cerobong. Pelepasan air dari katup relief harus mudah terlihat atau dideteksi
oleh operator pompa. Cipratan air ke ruangan pompa harus dicegah.
Pelepasan katup relief tidak boleh disalurkan ke hisapan pompa atau
sambungan pelepasan.
Katup penutup tidak boleh dipasang dalam pemipaan pasokan atau pelepasan
katup relief.
25
ALAT UJI ALIRAN AIR
Umum.
Instalasi pompa kebakarn harus disusun untuk memungkinkan pompa dan
pasokan hisap diuji pada aliran maksimum dari pompa. Metoda pengetesan
adalah sebagai berikut:
1. Manifol tes (test header): peralatan ini disambung pada sisi pelepasan
pompa dan mempunyai beberapa outlet slang. Ketika menguji pompa,
slang disambung ke outlet dan air dibuang ke lokasi yang aman.
Pembacaan aliran biasanya diambil pada ujung slang dengan memakai
sebuah alat ukur Pitot.
26
METER ALIRAN (FLOWMETER)
Meter atau nozel terpasang tetap untuk uji pompa harus terdaftar (listed).
Meter harus mampu menerima aliran air tidak kurang dari 175 persen
kapasitas nominal pompa.
Ukuran sistem meter pemipaan harus dispesifikasikan oleh pabrik
pembuat meter tetapi tidak kurang dari yang dipersyaratkan dalam Tabel
3.
Ukuran meter minimum untuk kapasitas pompa yang diberikan boleh
digunakan bila sistem meter pemipaan tidak lebih dari 30 m (100 ft)
panjang ekivalennya dan elevasi. Bila melebihi, ukuran yang satu tingkat
lebih besar harus digunakan. Bacaan pada meter harus disesuaikan
dengan kapasitas nominal pompa (lihat Tabel 3).
27
MANIFOL TES (TEST HEADER)
Katup slang terdaftar (listed). Jumlah dan ukuran katup slang yang
dipakai untuk pengujian harus seperti yang dipersyaratkan dalam
Tabel 3. Katup slang harus dipasang pada manifol tes (test header)
dan pemipaan pasokan harus sesuai dengan yang dipersyaratkan
dalam Tabel 3.
28
MANIFOL TES (TEST HEADER)
29
SUSUNAN UJI ALIRAN AIR POMPA
30
UJI PABRIK
Setiap pompa kebakaran harus diuji di pabrik untuk memberikan detil data
kinerja dan menunjukkan kesesuaian dengan spesifkasi.
Sebelum dikirim dari pabrik, setiap pompa harus diuji secara hidrostatik oleh
pabrik pembuat untuk jangka waktu tidak kurang dari 5 menit. Tekanan tidak
boleh kurang dari 1 ½ kali tekanan pompa dalam kondisi menutup ditambah
tekanan hisap maksimum yang diijinkan, tetapi tidak kurang dari 17 bar (250
psi).
Rumah pompa harus betul-betul rapat pada saat uji coba tekanan. Selama
pengujian, harus tidak ada kebocoran yang terjadi pada setiap sambungan.
Dalam hal pompa jenis turbin vertikal, tuangan pelepasan dan rakitan
mangkuk pompa harus diuji.
31
ALARM
Bagian lain dari standar ini mempersyaratkan alarm atas kondisi tidak benar
yang dapat terjadi pada peralatan pompa kebakaran.
Tambahan alarm untuk kondisi lain dapat direkomendasikan tergantung
situasi dan kondisi setempat. Beberapa dari kondisi alarm supervisi tersebut
adalah sebagai berikut:
32
POMPA JOKI
1. Pompa yang mempertahankan tekanan (pompa joki) harus digunakan bila diinginkan untuk
mempertahankan tekanan yang uniform atau relatif tinggi pada sistem proteksi kebakaran.
Sebuah pompa joki harus dipilih untuk mengganti laju kebocoran yang diijinkan dalam 10 menit
atau 3.785 L/men (1 gpm), mana yang lebih besar.
2. Pompa joki biasanya adalah pompa dengan aliran rendah dan tekanan tinggi. Untuk sistem
sprinkler, pompa joki biasanya dipilih untuk mengalirkan sejumlah air yang kurang atau sama
dengan yang dipersyaratkan untuk satu sprinkler. Dengan demikian, bila satu sprinkler dalam
sistem terbuka, pompa joki tidak akan dapat mengikuti kebutuhan sistem, tekanan akan turun,
dan pompa kebakaran akan start.
3. Katup searah atau alat pencegah aliran balik yang terdaftar (listed) harus dipasang dalam
rakitan pelepasan pompa joki. Katup penutup jenis sorong ulir luar (OS&Y, outside screw &
yoke gate valve) atau katup kupu-kupu (butterfly valve) dengan penunjuk yang terdaftar (listed)
harus dipasang untuk keperluan perbaikan pompa.
4. Apabila pompa joki jenis sentrifugal mempunyai tekanan menutup yang melebihi tekanan kerja
dari sistem proteksi kebakaran, atau apabila pompa jenis turbin baling-baling (turbin vane)
digunakan, katup relief yang sesuai harus dipasang untuk mencegah kerusakan sistem
proteksi kebakaran. Alat pengatur jangka waktu berjalannya pompa joki tidak boleh dipasang
apabila pompa joki yang tersedia mempunyai kemampuan melebihi tekanan kerja dari sistem
proteksi kebakaran.
5. Pompa kebakaran utama atau cadangan tidak boleh dipakai untuk pompa yang
mempertahankan tekanan.
33
RINGKASAN DATA POMPA KEBAKARAN
34
POMPA SENTRIFUGAL
Jenis.
Dalam Bab ini dijelaskan tentang pompa sentrifugal jenis horisontal dan
segaris (in-line). Pompa horisontal harus dari jenis rumah terpisah (split
case), hisapan ujung (end-case suction), atau segaris (in-line).
Aplikasi.
Pompa sentrifugal tidak boleh digunakan untuk kondisi daya angkat hisap
(suction lift).
Dalam hal ini, pompa kebakaran turbin vertikal harus digunakan.
35
POMPA SENTRIFUGAL
End Suction
In Line
36
POMPA SENTRIFUGAL END SUCTION
37
POMPA SENTRIFUGAL IN-LINE
38
POMPA SENTRIFUGAL SPLIT-CASE
39
KINERJA PABRIK DAN LAPANGAN
Pompa harus memberikan tidak kurang dari 150 persen kapasitas nominal pompa pada
tidak kurang dari 65 persen head. Head pada waktu katup pelepasan ditutup (shut-off head,
churn) tidak boleh melebihi 140 persen head nominal.
Pompa jenis hisapan ujung (end-case suction) atau segaris (in-line) secara tradisional
digunakan untuk kapasitas aliran lebih kecil dan aplikasi tekanan rendah sampai sedang
karena rancangan dari pipa hisap pompa. Sedangkan pompa jenis rumah terpisah (split
case) secara tradisional digunakan untuk selang kapasitas yang amat lebar dan cocok untuk
aplikasi kapasitas besar dengan tekanan tinggi pompa tahap jamak (multistage).
Setelah semua instalasi pompa kebakaran selesai, suatu uji coba serah terima harus
dilakukan sesuai pedoman dalam standar ini. Selanjutnya, suatu program inspeksi, tes dan
pemeliharaan berkala dan berkelanjutan sesuai dengan NFPA 25 harus dilakukan.
40
PERSYARATAN KURVA POMPA
150% aliran nominal pada 65% head nominal.
Tanpa aliran (churn) pada140% head nominal.
41
KURVA TIPIKAL POMPA KEBAKARAN
42
FITING POMPA
Bila perlu, fiting berikut untuk pompa harus disediakan oleh pabrik pembuat:
43
FITING POMPA
Bila perlu, fiting berikut untuk pompa harus disediakan:
44
FITING POMPA
1. Tanki diatas tanah
2. Lubang hisap
3. Pipa hisap
5. Flexible coupling
6. OS&Y gate valve
7. Eccentric reducer
8. Alat ukur tekanan hisap
9. Pompa kebakaran
10. Pelepas udara otomatik
11. Alat ukur tekanan pelepasan
13. Check valve
Plat anti Vortex: plat besi bujur 14. Katup relief (bila diperlukan)
sangkar dengan sisinya diameter 15. Pipa suplai sistem
pipa hisap, paralel dengan, dan 16. Katup pembuangan
berjarak 16 cm dari dasar tanki. 17. Manifol katup selang u/ tes
aliran
18. Penopang pipa
19. Gate valve atau butterfly valve
jenis penunjuk /indicating
45
FITING POMPA
46
PONDASI DAN ALIGNMENT
Pondasi dan Setting.
Pompa dan penggeraknya harus dipasang pada plat dasar (base plate) yang sama.
Plat dasar harus dipasang dengan aman pada pondasi padat sedemikian sehingga
kelurusan (alignment) poros pompa dan poros penggerak dapat terjamin.
Pondasi harus cukup besar memenuhi sebagai penyangga secara permanen daan
kaku dari plat dasar.
Plat dasar, dengan pompa dan penggerak yang dipasang di atasnya, harus diset level
pada pondasi.
47
PONDASI DAN ALIGNMENT
48
POMPA TURBIN VERTIKAL
Operasi yang memuaskan pompa jenis turbin poros vertikal sangat tergantung
kepada kecermatan dan kebenaran instalasi unit pompa tersbut; oleh
karenanya, direkomendasikan dalam mengerjakan instalasi tersebut berada di
bawah pengarahan wakil dari pabrik pembuat pompa.
Bila sumber pasokan berada di bawah garis tengah flens pelepasan dan
tekanan air pasok tidak mencukupi untuk dapat mencapai pompa kebakaran,
pompa jenis turbin poros vertikal harus digunakan. Pompa jenis ini pada
mulanya dirancang untuk pompa sumur yang di bor, tetapi dapat digunakan
pula untuk menaikkan air dari danau, sungai, dan sumber di bawah
permukaan tanah yang lain.
Pompa harus memberikan tidak kurang dari 150 persen kapasitas nominal
pompa pada tidak kurang dari 65 persen head. Head pada waktu katup
pelepasan ditutup (shut-off head, churn) tidak boleh melebihi 140 persen head
nominal.
49
POMPA TURBIN VERTIKAL
Pasokan Air.
Sumber.
Pasokan harus cukup, terjamin, dan dapat memenuhi persyaratan instansi
berwenang.
Sumur bor yang dapat diterima sebagai pasokan air tergantung pada sifat
kemampuan sumur menghasilkan air dan harus ditunjang oleh karakteristik lapisan
aquifer yang baik.
Lebih disukai sumber air yang tersimpan dalam reservoir atau tanki.
Sumber air dari dari danau, sungai harus dianalisa terlebih dahulu untuk kesesuaian
dan layanannya, termasuk elevasi yang berubah sesuai musim, dan sampah.
Perendaman Pompa.
Instalasi sumur bor (well): Perendaman mangkok pompa harus dikerjakan dengan
benar agar unit pompa dapat dioperasikan dengan handal.
Instalasi bak basah (wet pit): Guna menjamin rendaman pompa agar dapat
menghisap, ketinggian impeller kedua dari dasar rakitan mangkok pompa harus
sedemikian sehingga berada di bawah permukaan air terendah dari sumber air.
50
POMPA TURBIN VERTIKAL
Pompa.
Kepala Pompa.
Kepala pompa harus dari jenis pelepasan di atas tanah atau pelepasan di bawah tanah.
Kepala pompa harus dirancang dapat menahan penggerak, pompanya sendiri, rakitan
kolom dan mangkuk pompa, gaya aksial maksimum dan lain-lainnya.
Kolom Pompa.
Kolom pompa harus disusun dalam bagian-bagian demgan panjang per bagian tidak
melebihi 3 m (10 ft) dan harus dihubungkan menggunakan sambungan ulir atau flens.
Rakitan Mangkuk Pompa.
- Mangkuk pompa harus dari besi tuang, perunggu atau bahan lain yang sesuai
berdasarkan analisis kimia air dan pengalaman di lapangan.
- Impeller harus dari jenis tertutup dan dari besi tuang, perunggu atau bahan lain yang
sesuai berdasarkan analisis kimia air dan pengalaman di lapangan.
Saringan Hisap.
Saringan dari bahan metal tahan korosi, dituang atau hasil fabrikasi, harus dipasang
pada pipa hisap pompa.
51
POMPA TURBIN VERTIKAL
Fiting/Kelengkapan.
Fiting berikut harus dipasang untuk kelengkapan pompa:
1. Katup pelepas udara otomatis.
2. Detektor permukaan air.
3. Alat ukur tekanan pelepasan.
4. Katup relief dan kerucut pelepasan, bila dipersyaratkan.
5. Manifol katup slang (test / hose valve header), atau meter aliran (flowmeter).
Instalasi.
Rumah pompa: harus dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan
pemeliharaan dan pengangangkatan bagian-bagian pompa secara vertikal.
Pondasi: harus dibuat cukup kuat untuk memikul semua berat pompa,
penggerak dan berat air yang ada di dalamnya. Sisi atas pondasi harus dilevel
secara hati-hati dan datar sedemikian sehingga memungkinkan pompa dapat
digantung bebas di atas bak hisap (well pit) untuk pompa sambungan pendek.
52
POMPA TURBIN VERTIKAL
Motor listrik: Pompa harus digerakan oleh motor listrik vertikal poros
berlubang atau penggerak roda gigi siku tegak bila digerakkan mesin diesel
atau turbin uap. Motor harus dari jenis vertikal, kedap tetesan (drip proof),
jenis induksi belitan sangkar (squirrel cage induction), dan dilengkapi dengan
lidah penahan balik (nonreverse ratchet).
Penggerak roda gigi (gear drive): Penggerak roda gigi dan poros
penyambung vertikal harus dari jenis poros berlubang vertikal. Penggerak
roda gigi harus dilengkapi dengan lidah penahan balik (nonreverse ratchet).
Panel kontrol (controller): Alat kontrol untuk motor, mesin diesel harus
memenuhi spesifikasi untuk alat kontrol penggerak listrik atau diesel.
53
POMPA TURBIN VERTIKAL
54
POMPA TURBIN VERTIKAL
55
POMPA TURBIN VERTIKAL
56
PENGGERAK LISTRIK: SUMBER DAYA
Sumber daya harus dipasok dari sumber yang terpercaya/handal atau dua atau lebih
sumber yang tak saling bergantung. Bilamana motor listrik dipergunakan dan tinggi
bangunan diatas kemampuan peralatan dinas pemadam kebakaran, sumber kedua harus
disediakan.
Untuk penggerak motor listrik, dimana tidak dapat diperoleh sumber daya yang dapat
diandalkan, satu diantara yang berikut harus disediakan:
a) Kombinasi yang disetujui dua atau lebih sumber daya
b) Satu sumber daya dan generator cadangan setempat
c) Kombinasi yang disetujui dari penyalur yang terdiri dari dua atau lebih sumber daya
d) Kombinasi yang disetujui dari satu atau lebih penyalur dalam kombinasi dengan
genertor cadangan setempat
e) Suatu pompa kebakaran berpenggerak motor diesel redundant
f) Suatu pompa kebakaran berpenggerak turbin uap redundant
58
SUSUNAN PASOKAN DAYA
Sambungan pasokan daya: Pasokan daya ke pompa kebakaran tidak boleh terputus jika daya bangunan diputus.
Sambungan langsung: Konduktor pasok harus tersambung langsung dari sumber daya ke panel pompa/controller.
Pengecualian:
a) Alat proteksi arus lebih dalam jangka waktu tak terbatas harus mampu melayani jumlah arus rotor
terkunci motor-motor pompa kebakaran, pompa jockey, dan arus beban penuh semua peralatan
pendukung yang dihubungkan ke sumber pasokan tersebut.
b) Saklar pemutus arus harus dapat dikunci pada posisi tertutup.
c) Sebuah tanda harus dipasang pada bagian luar saklar pemutus arus dengan tulisan “SAKLAR
PEMUTUS ARUS POMPA KEBAKARAN”.
d) Sebuah tanda harus dipasang disebelah panel pompa kebakaran yang menjelaskan lokasi dari
saklar pemutus arus tersebut dan lokasi kunci (bila saklar pemutus arus dikunci).
e) Saklar pemutus arus harus disupervisi pada posisi tertutup oleh salah satu cara berikut:
Semua motor harus memenuhi standar yang berlaku dan harus teruji secara
khusus/terdaftar untuk melayani pompa kebakaran.
60
PANEL POMPA LISTRIK: APLIKASI
Semua panel pompa listrik/electrical controller dan saklar pemindah/transfer switch
(kalau ada) harus secara khusus teruji/terdaftar untuk motor listrik penggerak pompa
kebakaran.
Semua panel pompa listrik/electrical controller dan saklar pemindah (kalau ada)
harus mampu untuk arus hubung singkat yang ada (withstand rating) pada jalur
terminal panel pompa listrik/electrical controller dan saklar pemindah dan harus
ditandai angka yang sesuai untuk setiap instalasi.
Semua panel pompa listrik/electrical controller harus dirakit lengkap, dikabeli, dan
diuji oleh pabrik pembuat sebelum dikirim dari pabrik.
Semua panel pompa listrik/electrical controller harus diberi tanda “Panel Pompa
Kebakaran” dan diberi plat nama pabrik pembuat, menunjukkan indikasi dan
kapasitas nominal listrik lengkap. Bila terpasang pompa jamak melayani daerah yang
berbeda dari fasilitas, tanda yang sesuai harus secara menyolok dipasang di setiap
panel yang menandakan daerah, zona atau bagian dari sistem yang dilayani oleh
pompa atau panel tersebut. Setiap pompa harus mempunyai panel pompa
listrik/electrical controller tersendiri.
61
PANEL POMPA LISTRIK: LOKASI
62
PANEL POMPA LISTRIK: KONSTRUKSI
Peralatan: Semua peralatan harus sesuai dengan penempatannya, terutama terhadap
kelembaban bila diletakkan di bismen.
Pemasangan: Semua peralatan harus dipasang dengan cara yang benar pada struktur
penumpu tunggal yang tidak mudah terbakar.
Selungkup panel: Struktur atau panel harus dipasang di dalam selungkup yang minimal
tahan tetesan air/drip proof. Bilamana peralatan ditempatkan di luar atau berada pada
lingkungan khusus, maka selungkup harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Sambungan dan pengkabelan:
Semua basbar dan sambungan harus mudah dicapai untuk pemeliharaannya sesudah
panel dipasang, dan pelepasan konduktor sirkit luar tidak diperlukan.
Pengukuran semua tegangan dan arus dapat dilakukan tanpa harus melepas konduktor
di dalam alat kontrol. Peralatan penunjuk harus dipasang di sisi luar alat kontrol untuk
membaca arus dan tegangan.
Proteksi sirkit bantu: Tidak boleh menggunakan alat proteksi arus lebih yang
dihubungkan padanya.
Operasi dari luar: Semua saklar manual untuk menyambung atau memutus, menstart
atau menghentikan motor, harus dapat dioperasikan dari luar.
Diagram listrik dan instruksi: Diagram skematik harus dipasang secara tetap pada sisi
dalam pintu panel. Instruksi pengoperasian panel harus secara mencolok dipasang pada
panel.
63
PANEL POMPA LISTRIK: RANCANGAN
64
PANEL POMPA LISTRIK: KOMPONEN
65
WITHSTAND RATING
66
ALAT PROTEKSI ARUS LEBIH
67
KONTAKTOR
68
SIRKIT START
69
SAKLAR TEKANAN
70
PANEL POMPA LISTRIK: ALARM & SINYAL
71
PANEL POMPA LISTRIK: KONTROL START
72
PANEL POMPA LISTRIK
73
PENGGERAK POMPA: MOTOR DIESEL
Semua motor diesel harus memenuhi standar yang berlaku dan harus teruji
secara khusus/terdaftar untuk melayani pompa kebakaran.
Nilai nominal daya kuda berdasarkan pada kondisi standar (91,4 m (300 ft)
diatas muka laut dan temperatur 25°C). Pengurangan sebanyak 3 % dari
daya kuda nominal motor diesel harus dibuat untuk setiap elevasi 305 m
(1000 ft).
Pengurangan sebanyak 1 % dari daya kuda nominal motor diesel harus
dibuat untuk setiap kenaikan temperatur 5,6°C (10°F).
Ventilasi harus disediakan untuk ruang pompa.
Kapasitas tanki bahan bakar harian minimal 5 liter/kW (1 gallon/dayakuda),
ditambah 5% volume untuk ekspansi dan 5% volume untuk pengurasan.
Kapasitas harus memperhitungkan pula persyaratan bahwa pompa harus
dites setiap minggu selama 30 menit.
Batere: bila menggunakan start elektrik, maka harus disediakan dua batere,
masing-masing mempunyai dua kali kapasitas yang mampu untuk 6 kali
putaran start selama 3 menit (15 detik memutar dan 15 detik berhenti).
74
PENGGERAK POMPA: MOTOR DIESEL
75
PANEL POMPA DIESEL: RANCANGAN
76
PANEL POMPA DIESEL: KOMPONEN
77
SIRKIT PROTEKSI MOTOR DIESEL
Bila ada kondisi tekanan rendah Bila ada kondisi tekanan rendah
pelumas pelumas
Bila ada kondisi temperatur tinggi Bila ada kondisi temperatur tinggi
media pendingin media pendingin
78
SIRKIT START
79
SAKLAR TEKANAN
80
PANEL POMPA DIESEL: ALARM & SINYAL
Alarm & sinyal pada panel:
Indikator visuil terpisah serta satu alarm suara dipakai bersama untuk:
- Tekanan minyak rendah kritis di sistem pelumasan.
- Temperatur cairan pendingin yang tinggi.
- Kegagalan dari motor diesel untuk distart otomatis.
- Diberhentikan karena kecepatan lebih/overspeed.
- Kegagalan batere (indikator visuil terpisah u/ setiap batere).
- Kegagalan alat pengisi batere/battery charger (indikator visuil terpisah u/ setiap
alat, alarm bunyi tidak diperlukan).
- Tekanan udara atau hidrolik yang rendah untuk start (bila ada).
81
PANEL POMPA DIESEL: ALARM & SINYAL
82
UJI SERAH TERIMA
Uji Hidrostatik dan Pembilasan.
Pemipaan hisap dan pelepasan, harus diuji secara hidrostatik pada
tekanan tidak kurang dari 13,8 bar (200 psi), atau 3,4 bar (50 psi) di
atas tekanan maksimum sistem, mana yang lebih besar. Tekanan
harus dipertahankan selama 2 jam.
Pemipaan hisap harus dibilas dengan laju aliran pembilasan sesuai
ketentuan.
83
UJI SERAH TERIMA
Uji Serah Terima di Lapangan.
Perwakilan pabrik pembuat pompa, panel kontrol pompa (controller), dan
saklar pemindah (change over switch) harus menghadiri uji serah terima di
lapangan.
Semua pengkabelan listrik, kabel daya dan kabel kontrol, harus sebelumnya
dilengkapi dan diperiksa oleh kontraktor.
Instansi berwenang harus diberitahu tentang waktu dan tempat.
Salinan kurva karakteristik pengujian pompa di pabrik yang disahkan pabrik
pembuat harus tersedia untuk dibandingkan dengan hasil uji serah terima di
lapangan. Pompa kebakaran yang terpasang kinerjanya harus sama dengan
yang tertera di kurva karakteristik pengujian pompa di pabrik yang disahkan
pabrik pembuat dalam batasan ketelitian dari peralatan penguji.
Pompa kebakaran harus dapat bekerja pada beban minimum, nominal dan
penuh tanpa pemanasan berlebihan yang mengganggu setiap komponen.
Getaran pada rakitan pompa kebakaran harus tidak terlalu besar.
84
PROSEDUR UJI SERAH TERIMA
Pompa berpenggerak listrik: untuk start pompa langkah urutan berikut sebaiknya
dilakukan:
1. Pompa sudah terisi air.
2. Tutup saklar tenaga (isolating switch) dan kemudian tutup pemutus arus (circuit
breaker).
3. Alat kontrol otomatik akan menstart pompa jika kebutuhan sistem tidak terpenuhi
(tekanan sistem rendah).
4. Untuk pengoperasian secara manual, aktifkan saklar atau tombol tekan, atau handel
start manual.
85
SETTING OPERASI POMPA
86
PERALATAN PENGUJAN
Semua peralatan/instrumen yang digunakan harus sudah dikalibrasi.
1. Slang 2 ½ inci berikut nozel khusus untuk pengujian.
2. Volt/amper meter jenis klem.
3. Alat ukur (gauge).
4. Tachometer.
5. Pitot tube dengan alat ukur (gauge) (untuk digunakan dengan no. 1).
Pengujian Aliran.
Beban minimum, nominal dan puncak harus ditentukan dengan mengontrol
kuantitas air yang dilepas melalui alat penguji yang disetujui
87
PITOT TUBE
Pitot tube: digunakan untuk mengukur
jumlah air yang mengalir keluar dari
nozel terbuka. Bagian orifice
dimasukkan ke pusat pancaran air
yang mengalir pada jarak kira-kira ½
diameter nozel dari bukaan nozel.
Bacaan tekanan pada alat ukur adalah
berbanding kepada laju aliran air yang
mengalir. Rumus berikut digunakan
untuk menentukan aliran air dalam
gpm:
Q = 29.83 C D2 P
dimana:
C = koefisien bukaan nozel (diberikan
oleh pabrik pembuat)
D = diameter aktual bukaan nozel
P = bacaan tekanan alat ukur Pitot
tube
Q = aliran (gpm)
88
PROSEDUR PENGUKURAN
Kuantitas air yang dilepas dari rakitan pompa kebakaran harus ditentukan dan distabilkan. Segera
setelah itu harus diukur kondisi operasi dari pompa kebakaran dan penggeraknya.
a) Pemeriksaan visuil terhadap rakitan pompa dan perlengkapannya.
b) Start pompa.
c) Buka secara partial satu atau dua slang kebakaran, atau buka sedikit katup pelepasan meter aliran
(flowmeter).
d) Periksa operasi pompa: getaran, kebocoran (minyak atau air), kebisingan yang tidak lazim. Setel
paking gland pompa.
e) Pelepasan air. Langkah-langkah berikutnya:
1. Apabila manifol tes (test header) digunakan, atur pelepasan dengan sarana katup slang dan
seleksi ujung nozel.
2. Apabila meter aliran (flowmeter) digunakan, atur katup pelepasan untuk memperoleh
bermacam aliran.
3. Titik uji yang penting adalah 150 persen kapasitas nominal, kapasitas nominal, dan katup
pelepasan tertutup.
f) Catat data berikut pada setiap titik uji:
1. Putaran pompa (rpm).
2. Tekanan hisap.
3. Tekanan pelepasan.
4. Jumlah dan ukuran nozel slang, tekanan pitot untuk setiap nozel, dan L/mem (gpm).
5. Amper.
6. Tegangan listrik (Volt).
89
PROSEDUR PENGUKURAN
g) Kalkulasi hasil uji:
1) Kecepatan nominal: tentukan bahwa pompa beroperasi pada putaran (rpm) nominal.
2) Untuk manifol tes (test header), menggunakan tabel pancaran (Fire stream table), tentukan
L/mem (gpm) untuk setiap nozel pada setiap bacaan pitot. Contohnya, 1,1 bar (16 psi) tekanan
pitot dengan 45 mm (1 ¾ in) diameter nozel dari tabel menunjukkan 1380 L/men (364 gpm).
Tambahkan L/men untuk setiap saluran slang dalam menentukan volume total.
Untuk meter aliran (flowmeter), L/men total langsung terbaca.
3) Total head:
Untuk pompa horisontal adalah jumlah dari:
• Tekanan diukur oleh alat ukur (gauge) pelepasan pada flens pelepasan pompa.
• Perbedaan head kecepatan (velocity head), pelepasan pompa dan hisapan pompa.
• Koreksi elevasi alat ukur (gauge) terhadap garis tengah pompa (tambah atau kurang).
• Tekanan diukur oleh alat ukur (gauge) hisapan pada flens hisapan pompa. Nilainya negatif
bila tekanan di bawah nol.
Untuk pompa vertikal adalah jumlah dari:
• Tekanan diukur oleh alat ukur (gauge) pelepasan pada flens pelepasan pompa.
• Head kecepatan (velocity head) pada pelepasan pompa.
• Jarak ke permukaan air pasok.
• Koreksi elevasi alat ukur (gauge) pelepasan terhadap garis tengah pelepasan.
90
PROSEDUR PENGUKURAN
4) Input elektrikal:
Tegangan dan amper terbaca langsung dari Volt/Amper meter. Pembacaan ini dibandingkan
dengan amper beban penuh (FLA – Full Load Amper) dari plat nama. Dalam hal angka faktor
pelayanan (service factor) 1,15, amper maksimum mendekati 1,15 kali amper motor. Jika amper
maksimum yang tercatat pada pengujian tidak melebihi angka ini, motor dan pompa dianggap
cukup memuaskan.
dimana:
• Q1 = kapasitas pada kecepatan uji dalam L/men (gpm)
• Q2 = kapasitas nominal dalam L/men (gpm)
• N1 = kecepatan uji dalam rpm
• N2 = kecepatan nominal dalam rpm
91
PROSEDUR PENGUKURAN
Head: 2
N
H 2 2 H1
N1
dimana:
• H1 = head pada kecepatan uji dalam m (ft)
• H2 = head pada kecepatan nominal dalam m (ft)
Daya kuda:
3
N2
hp 2 hp1
N1
dimana:
• hp1 = daya kuda (kW) pada kecepatan uji
• hp2 = daya kuda (kW) pada kecepatan nominal
92
PROSEDUR PENGUKURAN
6) Kesimpulan::
Langkah akhir dari perhitungan pengujian biasanya mem-plot titik-titik uji, untuk
mendapatkan kurva kapasitas vs. head, dan kurva kapasitas vs. amper.
93
94
PEMELIHARAAN
Suatu program dan prosedur inspeksi, tes dan perawatan periodik memenuhi
NFPA 25 juga penting untuk menjamin sistim akan beroperasi pada saat
diperlukan.
95
IKHTISAR PEMELIHARAAN
96
KEPUSTAKAAN DAN REFERENSI
97
Terima Kasih Atas Perhatian Anda
http://www.victram.com
98