PROYEK
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................... 1
1.3.0 KOORDINASI.............................................................................................................................. 5
2.1.0 U M U M..................................................................................................................................... 11
3.1.0 U M U M ............................................................................................................ 12
1
3.6.0 TESTING DAN COMMISIONING............................................................................................. 24
4.3.0 PAKET POMPA PEMADAM ELEKTRIK (HYDRANT PUMP SET ELECTRIC DRIVEN)........27
4.9.0 ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR ) / PORTABLE FIRE EXTINGUISHER (PFE)............31
5.3.0 LAIN-LAIN.................................................................................................................................. 34
6.0.0 PRODUK............................................................................................................................................. 35
2
1.0.0 PERATURAN UMUM
Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan-peraturan sebagai berikut:
2. Peraturan Menteri
a. Kepmen PU No: 10/KPTS/2000, tentang Ketentuan Teknis pengamanan Terhadap Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
b. Permen PU No. 29/PRT/M/2006, tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.
c. Permen PU No. 26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan.
d. Permen PU No. 9 Tahun 2008, tentang Pedoman SMK3.
e. Permen PUPR No. 02/PRT/M/2018, tentang Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum.
f. Permenakertrans No. 1 Tahun 1980, tentang K3 pada Konstruksi Bangunan.
g. Permenakertrans No.Per.02/MEN/1982, tentang Kwalifikasi Juru Las di Tempat Kerja.
h. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
3. Peraturan Daerah
a. Perda DKI Jakarta Nomor 8 tahun 2008, tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya
Kebakaran.
b. Perda DKI Jakarta No. 7 tahun 2010, tentang Bangunan Gedung.
c. Pergub DKI Jakarta No. 92 tahun 2014, Persyaratan Teknis Tata Cara Pemasangan Sistem
Pipa Tegak dan Selang Kebakaran serta Hidran Halaman.
d. Pergub DKI Jakarta No. 200 tahun 2015, tentang Persyaratan Teknis Akses Kebakaran.
e. Pergub DKI Jakarta No. 147 tahun 2018, tentang Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan
Penyelenggaraan Bangunan Gedung.
f.Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
4. Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar Lain Yang Diijinkan Oleh Yang Berwenang
a. SNI 03-1735-2000, Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan Gedung dan Akses Lingkungan
untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Genung.
b. SNI 03-1736-2000, Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
c. SNI 03-1745-2000, Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Slang
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
d. SNI 03-1746-2000, Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sarana Jalan Ke luar Untuk
Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
e. SNI 03-3989-2000, Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Springkler Otomatik
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bagunan Gedung.
f.SNI 03-6570-2001, Instalasi Pompa yang Dipasang Tetap Untuk Proteksi Kebakaran.
g. SNI 03-6571-2001, Sistem Pengendalian Asap Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
h. SNI 03-3985-2000, Tata Cara Perencanaan, Pemasangan dan Pengujian Sistem Deteksi dan
Alarm Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
i.Standar NFPA 10 edisi terbaru tentang “Portable Fire Extinguishers".
j.Standar NFPA 12 edisi terbaru tentang “Carbon Dioxide Extinguishing Systems".
k. Standar NFPA 12A edisi terbaru tentang “Halon 1301 Fire Extinguishing Systems".
l.Standar NFPA 13 edisi terbaru tentang “Installation of Sprinkler System”.
m. Standar NFPA 14 edisi terbaru tentang “Installation of Stand Pipe and Hose System”.
n. Standar NFPA 17 edisi terbaru tentang “Dry Chemical Extinguishing Systems”.
o. Standar NFPA 20 edisi terbaru tentang “Installation of Stationery Pumps for Fire Protection".
3
p. Standar NFPA 2001 edisi terbaru tentang “Clean Agent Fire Extinguishing Systems".
q. Standar NFPA 2010 edisi terbaru tentang “Fixed Aerosol Fire-Extinguishing Systems".
r.Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000.
s. Japanese Industrial Institute (JIS).
t.British Standards (BS).
u. American National Standards Institute (ANSI).
v. American Welding Society (AWS).
w. American Society for Tooling Materials (ASTM).
x. American Water Works Association (AWWA).
y. American Society of Mechanical Engineers (ASME).
z. IEEE
aa. NEMA Standard MG 1: Motors and Generators
ab. NEMA Standard ICS 2: Industrial Control Devices, Controllers, and Assemblies.
ac. NEMA Standard 250: Enclosures for Electrical Equipment.
ad. NEMA Standard 250 KS 1 : Enclosed Switches.
ae. Deutsches Institut für Normung (DIN).
af. Standar-standar lain yang terkait.
a. Perusahaan yang memiliki Surat Ijin Instalasi dari Instansi yang berwenang dan telah biasa
mengerjakannya.
b. Khusus untuk izin dari Instansi PLN (PAS PLN dengan kelas yang sesuai) diperkenankan
bekerja sama dengan perusahaan lain yang telah memiliki PAS PLN yang dimaksud).
1. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang saling
melengkapi dan sama mengikatnya. Jika terdapat perbedaan antara gambar dan persyaratan
teknik, dan tidak ada klarifikasi pada dokumen setelahnya, maka Pemberi Tugas berhak memilih
jumlah terbesar dan spesifikasi terbaik.
2. Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan, sedangkan
pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada dan
mempertimbangkan juga kemudahan perawatan/perbaikan (service/maintenance) jika peralatan-
peralatan sudah dioperasikan.
3. Gambar-gambar Arsitek dan Struktur/Sipil harus dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan
pekerjaan ini.
4. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar kerja dan detail kepada MK
untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu. Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut,
Kontraktor dianggap telah mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi
ini.
5. Kontraktor instalasi ini harus membuat gambar-gambar instalasi terpasang (As-Built Drawing) yang
disertai dengan Operating Manual dan Maintenance Instruction serta harus diserahkan kepada MK
sebelum penyerahan pertama dalam rangkap 5 (lima) terdiri 1 kalkir dan 4 blue print, dijilid serta
dilengkapi dengan daftar isi dan data notasi beserta 1 (satu) set CD electronic copy.
6. Kontraktor wajib mengajukan as-built drawing untuk peralatan atau instalasi yang sudah terpasang
per bagian pekerjaan sebelum ceiling/plafon, gutter, dan finsihing lainnya ditutup. Gambar as-built
drawing harus sesuai dengan gambar kerja (shop drawing) yang sudah disetujui. Kompilasi gambar
as-built drawing dilakukan setelah semua sistem instalasi sudah terpasang dengan lengkap dan
benar. Kompilasi gambar tersebut sebagai dasar acuan untuk pembuatan final as-built drawing.
4
1.3.0 KOORDINASI
2. Kontraktor berkewajiban mempersiapkan gambar perijinan dan dokumen lain serta tenaga ahli
untuk mendapatkan rekomendasi teknis TABG - SDP-PK (Pemadam Kebakaran).
3. Kontraktor instalasi ini wajib bekerja sama dengan kontraktor instalasi lainnya, agar seluruh
pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
4. Kontraktor berkewajiban membuat gambar komposit dengan kontraktor lain di bawah pengawasan
MK, agar instalasi yang satu tidak menghalangi kemajuan instalasi yang lain.
5. Apabila pelaksanaan instalasi ini menghalangi instalasi yang lain, maka semua akibatnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor terkait.
1. Semua material yang diajukan dan akan digunakan pada proyek ini harus asli atau original, bukan
hasil modifikasi, dalam kondisi baru, bukan bekas, dan memenuhi kualitas sebagaimana disebutkan
dalam standar-standar yang diacu/digunakan serta sesuai untuk kondisi di mana material tersebut
akan dipasang.
2. Selama memungkinkan, semua peralatan/material tetap dalam packaging asli tanpa dibuka dari
pabrik. Jika tidak memungkinkan harus dibungkus dengan bahan penutup yang dapat menjaga dari
kerusakan. Peralatan/material tersebut harus diangkat, dibawa, diturunkan dan disimpan dengan
baik untuk menjaga agar terhindar dari kerusakan.
3. Peralatan/material tersebut harus disimpan di tempat yang bersih dan kering dan terlindung dari
kerusakan. Jika peralatan/material rusak, jangan dipasang, tetapi harus dilakukan pengecekan
secepatnya untuk mendapatkan penggantian atau perbaikan. Semua perbaikan harus
mendapatkan review dan persetujuan dari Pemberi Tugas.
4. Perbaikan atau penggantian harus dilakukan secara rutin terhadap kerusakan yang disebabkan
karena pemotongan dalam pekerjaan seperti pemotongan channel dan cabinet, pengeboran lantai,
dinding dan ceiling yang diperlukan untuk pemasangan yang baik, penunjang dan angkur dari
raceway, boks atau peralatan lain. Kerusakan pada gedung, pemipaan, peralatan atau finishing
harus diperbaiki ke kondisi semula. Perbaikan harus dijalankan dengan material dan spesifikasi
yang sesuai dengan aslinya.
5. Apabila diperlukan, membuat lubang core-drill melalui slab dengan alat yang sesuai. Semua
opening, sleeve dan lubang di slab antar lantai dan partisi harus ditutup kembali dengan seal, fire-
proof, dan waterproof.
6. Tidak diperbolehkan adanya akumulasi kotoran, boks, serpihan, dll dari instalasi ini. Buang setiap
hari semua kotoran, boks, serpihan, dll tersebut ke area yang sudah ditentukan sehingga area
instalasi dijaga tetap bersih.
7. Semua peralatan dan instalasi setelah penyelesaian proyek harus dalam keadaan bersih.
8. Semua panel listrik, jalur kabel, dll sudah harus terpasang dengan baik dan benar sebelum
mengaktifkan peralatan.
9. Sediakan lampu penerangan dan sistem distribusi listrik sementara dengan ukuran yang cukup
untuk peralatan yang ada termasuk ukuran kabel feeder yang cukup untuk mengatasi penurunan
tegangan. Panel dilengkapi dengan meter untuk pembayaran ke pihak lain jika diperlukan.
5
10. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Kontraktor harus menyerahkan gambar
kerja/ shop drawing dan detailnya kepada Pemberi Tugas dalam rangkap 3 (tiga) untuk disetujui.
11. Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan kapasitas peralatan
yang akan dipasang. Apabila ada sesuatu yang diragukan, Kontraktor harus segera menghubungi
Pemberi Tugas.
12. Pengambilan ukuran dan/atau pemilihan kapasitas peralatan yang salah akan menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
13. Gambar pelaksanaan/shop drawing yang digunakan di lokasi proyek mutlak harus yang sudah
disetujui oleh pemberi tugas/MK.
14. Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaannya harus berkoordinasi secara baik dengan kontraktor
lain yang terkait untuk mencapai hasil pekerjaan yang sempurna bagi semua pihak. Jika terjadi
resiko ketidak-sempurnaan pekerjaan, bongkar pasang pekerjaan, penggantian material,
pembobokan, dan sebagainya yang disebabkan oleh kurangnya koordinasi, maka resiko tersebut
merupakan tanggung jawab pihak yang kurang berkoordinasi. Jika penanggung jawab di antara
para kontraktor yang terkait tersebut tidak dicapai kesepakatan, maka Pemberi Tugas atau MK
dengan pertimbangannya sendiri dapat menetapkan penanggung jawabnya. Penyelesaian atau
perbaikan atas resiko tersebut harus dilaksanakan secepat mungkin dengan waktu yang disetujui
oleh Pemberi Tugas atau MK yang mana dalam hal ini Pemberi Tugas berhak menunjuk pihak lain
yang melaksanakannya dengan biaya yang ditanggung oleh penanggung jawab yang telah
ditetapkan.
15. Kontraktor wajib membuat as-built drawing setiap kali suatu bagian pekerjaan selesai dipasang,
untuk bagian-bagian yang tertutup ceiling/plafon, gutter, dan atau finishing lainnya harus
diselesaikan sebelum instalasi tertutup. As-built drawing kemudian secara bertahap disusun
terintegrasi, sehinga pada akhir pekerjaan dicapai as-built drawing keseluruhan yang lengkap,
terintegrasi dan benar. Bagian-bagian as-built drawing yang dibuat tersebut harus diserahkan
kepada Pemberi Tugas atau MK setiap bulan, atau waktu lain yang ditentukan kemudian
berdasarkan kemajuan pekerjaan, dalam keadaan sudah diperiksa dan benar. Jika terjadi
keterlambatan atau kelalaian dalam menyerahkan as-built drawing tersebut, maka kontraktor dapat
dikenakan denda kelalaian, dan atau penundaan pembayaran pekerjaan.
1. Kontraktor instalasi ini harus melakukan semua testing dan commissioning untuk mengetahui dan
membuktikan apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi
semua persyaratan yang diminta.
2. Testing dan commissioning harus benar-benar dilakukan secara lengkap sesuai dengan metoda
dan prosedur yang benar, disaksikan oleh Pemberi Tugas atau pihak yang ditugaskan, MK.
3. Sebelum melakukan testing dan commissioning, kontraktor wajib menyusun dan menyerahkan
metode dan prosedur testing dan commissioning yang sudah benar dan disetujui oleh MK.
Kontraktor dalam rangka melakukan testing dan commissioning wajib berkoordinasi dengan
kontraktor dan pihak lain yang terkait. Semua kerusakan dan kerugian yang diakibatkan oleh
kegiatan testing dan commissioning merupakan tanggung jawab kontraktor.
4. Semua bahan dan perlengkapannya termasuk bahan bakar, tenaga listrik, dan air yang diperlukan
serta tenaga kerja untuk mengadakan testing tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor.
5. Kontraktor berkewajiban mengajukan jadwal testing dan commissioning, sesuai dengan item
pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas/MK, sebelum dilaksanakan di
lapangan.
6. Bila pada keadaan tertentu sehingga pengujian dan commissioning secara keseluruhan sistem
tidak mungkin dilaksanakan secara serempak, maka pada kesempatan pertama berikutnya
Kontraktor wajib mengulang pekerjaan tersebut di atas.
6
7. Bila ada bagian pekerjaan yang telah diuji dan dicommissioning secara terpisah, maka pada saat
tahap akhir penyelesaian pekerjaan Kontraktor wajib membuktikan bahwa bagian pekerjaan
tersebut dapat berfungsi dengan baik secara terus menerus, di mana hal ini merupakan
persyaratan yang harus dipenuhi dalam kontrak. Di dalam jadwal pelaksanaan secara keseluruhan
bila ada bagian pekerjaan yang telah diserah-terimakan dan Pemberi Tugas / MK yang ditunjuk
memandang perlu untuk dilaksanakan pengujian dan commissioning ulang maka Kontraktor wajib
melaksanakannya. Untuk hal ini Kontraktor wajib menaruh perhatian yang cukup sehingga
pelaksanaan Pengujian dan commissioning bagian pekerjaan tersebut tidak mengganggu dan
membahayakan aktivitas Pemberi Tugas bila bekerja pada lokasi tersebut.
8. Bilamana pengujian sistem gagal, padahal peralatan dan perlengkapannya yang terpasang telah
berfungsi, maka Kontraktor wajib segera memeriksa apakah bagian yang tidak berfungsi tersebut
merupakan kesalahan Sub Kontraktor Pemasok peralatan sehingga pengujian ulang dapat segera
dilaksanakan.
9. Semua peralatan pengujian yang digunakan harus sudah dikalibrasi dengan masa berlaku sesuai
kontrak.
10. Kalibrasi peralatan harus dilakukan oleh badan resmi yang ditunjuk oleh pemerintah.
1. Serah terima pekerjaan pertama kali dapat dilakukan setelah pekerjaan selesai 100%, setelah
dilakukan testing dan commissioning, dokumen-dokumen yang benar dan lengkap telah diserahkan.
Semuanya diserahkan kepada MK sebanyak rangkap 5 (lima) termasuk 1 (satu) set asli dan
khusus untuk as-built drawing disertakan 1 (satu) set CD electronic copy.
1. Peralatan dan instalasi yang termasuk dalam lingkup tugas pekerjaan ini harus digaransi minimum
selama satu tahun terhitung sejak saat penyerahan pertama. Jika proyek telah dihuni atau sistem
yang terpasang sudah digunakan pada beberapa tahap atas permintaan Pemberi Tugas, maka
garansi setiap sistem atau peralatan akan dimulai sejak setiap sistem atau peralatan tersebut telah
terpasang dengan operasi yang memuaskan dan disetujui secara tertulis dari Pemberi Tugas.
Penggunaan peralatan gedung untuk sementara dan testing tidak merupakan awal dari masa
garansi.
2. Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama dua belas bulan terhitung sejak saat
penyerahan pertama.
7
3. Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor instalasi ini diwajibkan mengatasi segala kerusakan
yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.
4. Kontraktor wajib melaksanakan perawatan rutin minimum satu kali dalam satu bulan terhadap
peralatan dan instalasi yang termasuk dalam lingkup tugasnya, termasuk penyetelan-penyetelan,
pemeriksaan-pemeriksaan, perbaikan-perbaikan, penggantian-penggantian material untuk
memastikan seluruh sistem dari pekerjaan ini bekerja sempurna dengan pemakaian daya dan
energi yang paling efisien. Kontraktor harus membuat catatan-catatan tentang penyetelan dan
kondisi peralatan dan instalasi dan disampaikan secara baik dan teratur kepada Pemberi Tugas.
Perawatan yang dimaksud harus bersifat preventif maintenance dan kontraktor wajib melaporkan
kepada pemberi tugas mengenai hal-hal yang perlu diantisipasi untuk mencegah terjadinya
permasalahan seluruh akibat yang disebabkan oleh ketidak-sempurnaan pekerjaan seperti
kebocoran, hubung singkat listrik, beban listrik berlebih (overload), tekanan berlebih, tekanan kurang,
kebanjiran dan lain-lain merupakan tanggung jawab kontraktor pekerjaan ini. Dalam hal diperlukan
tindakan perawatan maka kontraktor harus menghadirkan teknisi yang menguasai dan terampil
pada bidangnya beserta peralatan yang memadai dan setidaknya material yang diperlukan untuk
tindakan pertama dalam waktu paling lambat 2 (dua) jam sejak diberitahukan oleh pemberi tugas
atau pihak yang ditugaskan untuk itu.
5. Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan masih merupakan
tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.
6. Selama masa pemeliharaan ini, apabila Kontraktor instalasi ini tidak melaksanakan tugas
perawatan / perbaikan / penggantian / penyetelan / lain-lain yang diperlukan, maka Pemberi Tugas
berhak menyerahkan pekerjaan tersebut kepada pihak lain atas biaya Kontraktor instalasi ini.
7. Selama masa pemeliharaan ini, Kontraktor instalasi ini harus melatih petugas-petugas yang ditunjuk
oleh Pemberi Tugas sehingga dapat mengenali sistim instalasi dan dapat melaksanakan
pemeliharaannya.
8. Setiap kegiatan dalam masa pemeliharaan ini harus dibuatkan berita acaranya.
Serah terima kedua atau terakhir kali dapat dilakukan setelah seluruh pekerjaan dalam masa
pemeliharaan dilaksanakan dengan baik dengan melampirkan bukti-bukti pelaksanaan pekerjaan
yang sah dan dapat diterima oleh Pemberi Tugas. Jika serah terima kedua belum dapat
dilaksanakan karena adanya pekerjaan atau kewajiban kontraktor yang belum terlaksana, maka
masa pemeliharaan tetap berlaku sampai dengan dilakukannya serah terima kedua.
Kontraktor wajib membuat laporan harian dan laporan mingguan yang memberikan gambaran
mengenai:
1) Kegiatan fisik
2) Catatan dan perintah Pemberi Tugas yang disampaikan secara lisan maupun secara tertulis.
3) Jumlah material masuk/ditolak
4) Jumlah tenaga kerja
5) Keadaan cuaca, dan
6) Pekerjaan tambah/kurang
Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian dan setelah ditanda tangani oleh
Project Manager harus diserahkan kepada Pemberi Tugas/MK untuk diketahui/ disetujui.
8
2. Laporan Pengetesan
Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan kepada Pemberi Tugas/MK laporan tertulis mengenai
hal-hal sebagai berikut:
1) Hasil pengetesan semua persyaratan operasi instalasi.
2) Foto-foto hasil pengetesan termasuk tanggal pengetesan.
3) Hasil pengetesan peralatan
4) Hasil pengetesan kabel
5) dan lain-lainnya.
Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan harus disaksikan oleh pihak Pemberi
Tugas, MK.
Kontraktor instalasi ini harus menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan
berpengalaman yang harus selalu berada di lapangan, yang bertindak sebagai wakil dari Kontraktor
dan mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan teknis dan yang bertanggung jawab
penuh dalam menerima segala instruksi yang akan diberikan oleh pihak MK. Penanggung jawab
tersebut di atas juga harus berada di tempat pekerjaan pada saat diperlukan/dikehendaki oleh pihak
MK.
1. Setiap perubahan/pengurangan pada dasarnya tidak boleh melanggar peraturan dan standar yang
berlaku.
2. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan kondisi lapangan,
harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Pemberi Tugas dan MK.
3. Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada kepada pihak
Pemberi Tugas/MK dalam rangkap 3 (tiga).
4. Pada dasarnya tidak boleh ada penggantian material dengan spek yang lebih rendah, apabila ada
perubahan material, dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Kontraktor kepada MK secara tertulis dan
pekerjaan tambah/ kurang/ perubahan yang ada harus disetujui oleh MK secara tertulis.
Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh biaya yang
diperlukannya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
1. Pembobokan tembok, lantai dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam pelaksanaan instalasi
ini serta mengembalikannya kekondisi semula, menjadi lingkup pekerjaan instalasi ini.
1. Pemeriksaan rutin harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi secara periodik dan tidak kurang
dari tiap dua minggu.
2. Pemeriksaan khusus harus dilaksanakan oleh Kontraktor instalasi ini, apabila ada permintaan dari
pihak Pemberi Tugas dan atau bila ada gangguan dalam instalasi ini.
3. Pemberi Tugas atau pihak lain yang ditugaskan dapat melakukan audit proyek dan untuk itu
kontraktor harus memberi ijin dan keleluasaan memberikan informasi dan dokumen, bersedia
9
melakukan pengetesan dan pengukuran termasuk peralatan yang diperlukan, membantu
pemeriksaan, dan sebagainya untuk kelancaran proses audit. Kontraktor berkewajiban segera
memperbaiki cacat-cacat (defects), penyimpangan-penyimpangan, pengerjaan yang buruk,
melakukan penyetelan, penyesuaian-penyesuaian atas temuan audit sesuai lingkup tugas dan
ketentuan yang berlaku.
4. Apabila material yang disuplai diragukan keaslian dan performanya, kontraktor wajib melakukan
pengujian atas setiap material yang digunakan pada Badan Independen sesuai dengan standar
bahan material tersebut dan biaya pengetesan sudah masuk dalam penawaran.
Wakil Kontraktor harus selalu hadir dalam setiap rapat proyek yang diatur oleh Pemberi Tugas dan
MK.
10
2.0.0 LINGKUP PEKERJAAN PEMADAM KEBAKARAN
2.1.0 UMUM
Yang dimaksud di sini dengan pekerjaan instalasi pemadam kebakaran secara keseluruhan adalah
pengadaan, transportasi, pembuatan, pemasangan, peralatan-peralatan bahan-bahan utama dan
pembantu serta pengujian, sehingga diperoleh instalasi yang lengkap dan baik sesuai dengan
spesifikasi, gambar dan bill of quantity.
Sebelum kontraktor melaksanakan suatu bagian pekerjaan lapangan, harus menyerahkan gambar
kerja antara lain sebagai berikut:
1. Denah tata ruang dan detail pemasangan dari peralatan utama, perlengkapan dan fixtures.
2. Detail Isometrik perpipaan yang terkoordinasi dengan instalasi lain beserta semua dimensinya.
3. Detail denah perkabelan yang terkoordinasi dengan instalasi atau pekerjaan yang lain.
4. Detail penempatan sparing, sleeve yang menembus lantai, atap, tembok dll.
5. Gambar koordinasi instalasi yang terkait dengan instalasi kontraktor lain dalam bentuk gambar
tumpang tindih terpadu (composite drawing) pada area-area instalasi bersama, dengan cara
berkoordinasi dan bekerja sama dengan kontraktor terkait, sehingga dicapai instalasi yang rapi,
benar, dan terkoordinasi secara baik. Pemberi Tugas atau MK berhak menentukan kontraktor
yang mengkoordinir penggambaran tersebut.
6. Detail lain yang diminta oleh MK / Pemberi Tugas.
Setiap tahapan penyelesaian pekerjaan, kontraktor harus memberi tanda sesuai jalur terpasang
pada Re-Kalkir gambar tender maupun gambar kerja, atau cara lain yang memadai sehingga pada
akhir penyelesaian pemasangan sudah tersedia gambar terpasang yang sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
11
3.0.0 SPESIFIKASI PERPIPAAN
3.1.0 UMUM
1. Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter minimal dari pipa dan letak serta arah dari masing-
masing sistem pipa.
2. Seluruh pekerjaan, terlihat pada gambar dan/ atau spesifikasi dipasang terintegrasi dengan kondisi
bangunan dan menghindari gangguan dengan bagian lainnya.
3. Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari kotoran, air karat dan stress sebelum,
selama dan sesudah pamasangan.
4. Khusus pipa dan perlengkapan dari bahan plastik, selain disebut di atas harus juga terlindung dari
cahaya matahari.
5. Semua barang yang dipergunakan harus jelas menunjukkan identitas pabrik pembuat.
6. Material yang diajukan dan akan digunakan pada proyek ini harus asli atau original bukan hasil
modifikasi.
12
a. Spesifikasi GIP
URAIAN KETERANGAN
Pipa Galvanized Iron Pipe :
- Medium standar BS-1387 / SNI 0039-87.
- Sch 40 standar ASTM A53 Grade A
Sambungan/fitting Dia. 50mm ke bawah, galvanized malleable cast iron, DIN,
screwed end.
Dia. 65mm ke atas, galvanized steel butt - welding fitting, JIS B
2311/12., flange.
Flange Dia. 50mm ke bawah, galvanized malleable cast iron, screwed
end.
Dia. 65mm ke atas, galvanized steel butt, welding joint.
Nominal
Wall Thickness (mm) Weight (Plain End) - (Kg/m)
Diameter
b. Spesifikasi BSP
URAIAN KETERANGAN
Pipa Black steel pipe, Sch 40, ASTM A53 Grade A.
Sambungan/fitting Dia. 50mm ke bawah, malleable cast iron, DIN, screwed end.
Dia. 65mm ke atas, steel butt - welding fitting, JIS B 2311/12.,
flange.
Flange Dia. 50mm ke bawah, malleable cast iron, screwed end.
Dia. 65mm ke atas, steel butt, welding joint.
13
ASTM A53 Steel Pipe for General Application
Nominal
Wall Thickness (mm) Weight (kg/m)
Diameter
2. Valve Schedule
a. Ball Valve
Range
Spesifikasi
Servis Diameter Tipe, Standar, Kelas
material
(mm)
Stop valve untuk peralatan 15 Brass, screwed Class 400 manufacture standard
sensor dan pengujian end, standard Working pressure 400 psi/27,5 bar
bore.
Range
Spesifikasi
Servis Diameter Tipe, Standar, Kelas
material
(mm)
Ruang pompa & sebelum
Pressure Reducing Valve;
Suction 32-50 Bronze, screwed JIS Class 10 K
end ASME Class 125 psi
BS/DIN Class 10 Bar
14
Range
Spesifikasi
Servis Diameter Tipe, Standar, Kelas
material
(mm)
c. Butterfly Valve
Range
Spesifikasi
Servis Diameter Tipe, Standar, Kelas
material
(mm)
Suction pompa 65 - 200 Cast/Ductile Iron UL/FM approved
Manual gear dengan penanda
tutup/buka.
Tanpa Tamper Switch.
Working pressure 150 psi / 10 bar
15
Range
Spesifikasi
Servis Diameter Tipe, Standar, Kelas
material
(mm)
d. Check Valve
Range
Spesifikasi
Servis Diameter Tipe, Standar, Kelas
material
(mm)
Non alarm check valve di 15-40 Bronze, screwed Swing type
ruang pompa end Class 400 manufacture standard
Working pressure 360 psi/ 25 bar
e. Strainer
Range
Spesifikasi
Servis Diameter Tipe, Standar, Kelas
material
(mm)
Suction pompa joki 15-40 Bronze Y-type
kebakaran Working pressure 150 psi / 10 bar
(suction pompa kebakaran
tidak dilengkapi strainer) Screwed end ASME Class 150
JIS Class 10 K
DIN/BS PN10
16
3.3.0 SPESIFIKASI PERALATAN
1. STRAINER
Strainer dipasang pada suction pompa jockey dan sebelum needle valve atau pilot valve pada
pressure regulator valve.
Strainer terbuat dari cast iron/bronze/brass/ductile iron. Basket screens harus terbuat dari stainless
steel.
Strainer didesain untuk menghalau kotoran yang terakumulasi dan dibuat sedemikian rupa
sehingga untuk membersihkan dan mengganti strainer screen dapat dilakukan tanpa melepaskan
pipa utama.
Pressure & Vaccuum Gauge harus disediakan dan dipasang di tempat-tempat yang diperlukan
untuk mengetahui tekanan pada daerah tersebut.
Pressure gauge:
- Ujung atas setiap riser selain drain.
- Titik terjauh setiap cabang sprinkler.
- Katup-katup kendali utama dan cabang (Main Control Valve & Branch Control Valve).
- Katup-katup pengurang tekanan (Pressure Reducing Valve).
Setiap unit harus diuji secara operasional dan hidrostatik. Hasil pengujian harus tercatat pada
sertifikat yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat unit.
Diameter dial minimal 100 mm dengan warna dasar putih. Skala utama warna hitam dalam satuan
bar dan skala sekunder warna merah dalam satuan psi. Setiap skala dilengkapi garis grid mayor
dan garis grid minor dengan grid rasio 1:5.
Rentang skala pressure gauge adalah 2x tekanan kerja pada titik pemasangan.
Rentang skala vacuum/compound gauge adalah -0,1 s/d 1 bar atau -15 s/d 15 psi.
Pointer berwarna hitam. Untuk pressure gauge ruang pompa ditambahkan maksimum/setting
pointer warna merah.
17
3. PRESSURE REDUCING VALVE
Katup-katup pengurang tekanan harus disediakan dan dipasang untuk mengatur dengan
mengurangi tekanan pada zona-zona bertekanan lebih rendah.
Instalasi katup pengurang tekanan (Pressure Reducing Valve, PRV) dipasang dalam rangkaian
yang memudahkan perawatan dan perbaikan (service and maintenance) serta memudahkan
pengaturan tekanan (pressure setting) dari peralatan tersebut.
PRV harus dapat dipasang secara horisontal maupun vertikal tanpa mengurangi kemampuan alat
dan tidak memerlukan penggantian komponen. Apabila diperlukan pengaturan tambahan, maka
harus dapat dilakukan setempat tanpa perlu melepas katup maupun komponen bersangkutan.
Perbaikan maupun penggantian komponen harus dapat dilakukan di tempat tanpa harus
menurunkan seluruh unit PRV.
Setiap unit harus diuji secara operasional dan hidrostatik. Hasil pengujian harus tercatat pada
sertifikat yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat unit.
Instalasi katup pelepas/pelepasan tekanan (Pressure Relief Valve) dipasang dalam posisi yang
memudahkan perawatan dan perbaikan (service and maintenance) serta memudahkan pengaturan
tekanan (pressure setting) dari peralatan tersebut.
Perbaikan maupun penggantian komponen harus dapat dilakukan di tempat tanpa harus
menurunkan katup.
Pressure relief valve dari tipe diafragma dengan pilot circuit valve dan pressure gauge glycerin bath
type.
Setiap unit harus diuji secara operasional dan hidrostatik. Hasil pengujian harus tercatat pada
sertifikat yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat unit.
Katup-katup pelepas udara (Automatic Air Vent/Air Release Valve, AAV) harus disediakan dan
dipasang untuk melepaskan udara yang terjebak dalam sistem dan instalasi.
Setiap katup pelepas udara dilengkapi dengan stop valve dan drain valve. Katup pelepas udara di
ujung atas riser dapat dipasang dalam satu rangkaian dengan pressure gauge.
Setiap unit harus diuji secara operasional dan hidrostatik. Hasil pengujian harus tercatat pada
sertifikat yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat unit.
Pemasangan disesuaikan dengan gambar perencanaan dan kondisi lapangan. Apabila dalam
instalasi terdapat kemungkinan terjadinya kantung udara atau udara terjebak akibat perubahan
ketinggian instalasi setempat, maka AAV harus disediakan dan dipasang pada titik tertinggi dari
instalasi setempat tersebut meskipun tidak terdapat di gambar perencanaan.
6. FLOW METER
Diameter dial minimal 100 mm dengan warna dasar putih. Skala utama dalam satuan gpm dan
skala sekunder dalam satuan lpm. Warna skala hitam dengan penanda untuk laju aliran (flow rate)
pompa 100% dan 150%. Pointer berwarna hitam.
19
7. SAMBUNGAN MEKANIS (MECHANICAL JOINT/COUPLING)
Penggunaan sambungan mekanis tipe fleksibel tidak diperkenankan digunakan sebagai pengganti
flexible joint.
8. ANTI VORTEX
Berupa plat besi dengan ketebalan 6 mm yang dipasang di ujung pipa suction pompa dengan lebar
3 x diameter pipa, pada ketinggian 1,5 x diameter pipa dari dasar tangki air seperti pada gambar
detail ruang pompa.
1. U M U M
a. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan, kerapihan,
ketinggian yang benar, serta memperkecil banyaknya penyilangan.
b. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari 50 mm di antara
pipa-pipa atau dengan bangunan & peralatan.
c. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum dipasang,
membersihkan semua kotoran, benda-benda tajam / runcing serta penghalang lainnya.
d. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua valve-valve yang diperlukan antara lain
gate valve, control valve, check valve dan sebagainya, sesuai dengan fungsi sistem dan yang
diperlihatkan digambar.
e. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi dengan UNION
atau FLANGE atau SAMBUNGAN MEKANIS.
g. Kemiringan menurun dari pekerjaan perpipaan drain adalah 2% kecuali seperti diperlihatkan
dalam gambar.
h. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun kearah titik buangan. Drains dan
vents harus disediakan guna mempermudah pengisian maupun pengurasan.
i.Valves dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan dan penggantian.
Pegangan valve (valve handle) tidak boleh menukik.
j.Sambungan-sambungan fleksibel harus dipasang sedemikian rupa dan angkur pipa secukupnya
harus disediakan guna mencegah tegangan pada pipa atau alat-alat yang dihubungkan oleh
gaya yang bekerja kearah memanjang.
20
k. Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah pompa dengan
proporsi yang tepat pada bagian-bagian penyempitan. Valve-valve dan fittings pada pemipaan
demikian harus ukuran jalur penuh.
l.Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan pengarah-pengarah pipa harus
secukupnya disediakan agar pemuaian serta perenggangan terjadi pada alat-alat tersebut,
sesuai dengan permintaan & persyaratan pabrik.
m. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, pipe sleeves harus disediakan di mana pipa-pipa
menembus dinding-dinding, lantai, balok, kolom atau langit-langit. Di mana pipa-pipa melalui
dinding tahan api, ruang-ruang kosong di antara sleeves dan pipa-pipa harus dipakal dengan
bahan rock-wool 15. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam
pekerjaan perpipaan yang tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup dengan
menggunakan caps atau plugs untuk mencegah masuknya benda-benda lain.
p. Pipa-pipa hidran yang dipasang di luar bangunan sebisa mungkin dipasang di atas tanah
dengan penunjang beton. Pengecualian untuk pipa melintasi jalan, maka harus dipasang di
dalam saluran yang dapat dibuka atau instalasi dapat ditarik dari salah satu atau di kedua
ujungnya.
a. Perpipaan harus ditunjang atau digantung dengan hanger, brackets atau sadel dengan tepat
dan sempurna agar memungkinkan gerakan-gerakan pemuaian atau perenggangan pada
jarak yang cukup, khusus penunjang pipa (support) diarea terbuka menggunakan pedestal.
b. Penunjang atau Penggantung tambahan harus disediakan pada pipa berikut ini:
c. Tipe, jarak, dan ukuran penggantung pipa datar sesuai dengan NFPA 13.
d. Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat dasar zinchromat sebelum dipasang,
dan dicat (finishing coating) sesuai peruntukan pipa.
e. Khusus untuk semua gantungan dan penumpu di ruang pompa harus menggunakan Hot Dip
Galvanized. Demikian pula untuk semua penumpu dan pengapit pipa tegak harus
menggunakan Hot Dip Galvanized.
a. Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup, untuk pipa kebakaran
minimum 75 cm di bawah tanah dan dibalut dengan LAPISAN ANTI KARAT sebanyak 2 (dua)
lapisan dengan overlapping sebesar 2 cm. Sebelum dibalut dengan lapisan anti karat pipa
harus dibersihkan dari karat (bisa dengan amplas) dan dicuci dengan sabun kemudian
dikeringkan dan di beri lapisan primer.
c. Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada dasar galian dengan adukan
semen.
21
d. Semua Pipa diberi pasir 10 - 30 mm di bawah pipa dan 15-30 mm di atas pipa dan baru diurug
dengan tanah tanpa batu-batuan.
e. Untuk pipa di bawah tanah pada tanah yang labil, harus dibuat dudukan beton pada jarak 2 - 2
½ m dan pada belokan-belokan atau fitting-fitting.
f.Untuk pipa-pipa yang menyeberangi jalan harus di beri pipa pengaman (selubung) baja atau beton
dengan diameter minimum 2 X diameter pipa tersebut.
i. Pengurugan bertahap dengan pasir 10 cm, tanah halus, kemudian tanah kasar.
4. Pemasangan Valve-valve
a. Valve-valve harus disediakan sesuai yang diminta dalam gambar, spesifikasi dan untuk bagian-
bagian berikut ini:
- Sambungan masuk dan keluar peralatan
- Sambungan ke saluran pembuangan pada titik-titik rendah.
- Di ruang Mesin
5. Pemasangan Strainer
Strainer harus disediakan sesuai gambar, spesifikasi dan untuk alat-alat berikut ini:
Valve-valve Pengontrol
Valve-valve Pengurang Tekanan
Sambungan-sambungan ekspansi panas, harus disediakan untuk pemipaan uap dan kondensasi
pada tempat yang mungkin timbul pemuaian
Valve-valve Pelepasan Tekanan harus disediakan di tempat-tempat yang mungkin timbul kelebihan
tekanan.
Valve-valve Pengaman harus disediakan di tempat-tempat yang dekat dengan sumber tekanan.
Ven udara otomatis harus disediakan di tempat-tempat tertinggi dan kantong udara.
22
10. Pemasangan Valve-valve Pengurangan Tekanan
a. Sambungan fleksibel harus disediakan dan dipasang untuk menghilangkan getaran dari
sumber getaran.
b. Sambungan fleksibel tipe stainless steel harus disediakan dan dipasang pada
- Instalasi yang melintasi dilatasi bangunan
- Instalasi yang melintasi retaining wall menuju halaman
c. Sambungan fleksibel boleh tidak dipasang pada pompa-pompa kebakaran sepanjang pompa-
pompa tersebut dipasang tetap pada pondasi untuk meminimalkan getaran.
Pengukur tekanan harus disediakan dan dipasang di tempat yang diperlukan, antara lain:
a. Katup-katup pengatur tekanan (Pressure Relief Valve dan Pressure Reducing Valve).
b. Sisi hisap dan keluaran pompa.
c. Katup-katup kendali utama dan cabang (Main Control Valve dan Branch Control Valve).
d. Ujung-ujung atas pipa tegak.
a. Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakansambungan ulir berlaku untuk ukuran
sampai dengan 50 mm.
b. Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk pada pipa dengan diputar
tangan sebanyak 3 ulir dan dikencangkan dengan kunci yang sesuai.
c. Semua sambungan ulir harus menggunakan perapat Henep dan zinkwite dengan campuran
minyak, dan dapat memakai epoxy, gasket.
d. Semua pemotongan pipa harus memakai pipe cutter dengan pisau roda.
e. Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter dengan reamer.
f. Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
a. Sistem sambungan las hanya berlaku untuk saluran bukan air minum.
b. Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las.
c. Kawat las atau elektrode yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang dilas.
d. Sebelum pekerjaan las dimulai Kontraktor harus mengajukan kepada Pemberi Tugas contoh
hasil las untuk mendapat persetujuan tertulis.
e. Tukang las harus mempunyai sertifikat khusus las yang di terbitkan instansi yang berwenang
dan masih berlaku. Sebelum melakukan pengelasan, kontraktor wajib melakukan test kerja las
dengan kondisi dan jumlah yang ditentukan MK/Pemberi tugas.
f. Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus untuk itu.
g. Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang berkondisi baik menurut penilaian
Pemberi Tugas/Pengawas.
h. Setiap lokasi di mana dilakukan pengerjaan pengelasan, mutlak harus disediakan 1 buah
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) minimal 2 kg untuk alasan keamanan kerja.
16. Sleeves
a. Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut menembus
konstruksi beton.
b. Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan kelonggaran di luar pipa
ataupun isolasi.
c. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja. Untuk yang mempunyai kedap
air harus digunakan sayap.
d. Untuk pipa pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yang mempunyai lapisan kedap
air (water proofing) harus dari jenis "Flushing Sleeves".
e. Rongga antara pipa dan sleeve harus dibuat kedap air dengan rubber sealed .
f. Sleeves yang menembus lantai dan dinding kering seperti daerah unit hunian, koridor, ruang
pompa, dan lain-lain harus diberi bahan anti api (fire stop).
17. Pembersihan
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan, pemipaan di setiap
service harus dibersihkan dengan seksama, menggunakan cara-cara/ metoda-metoda yang
disetujui sampai semua benda-benda asing disingkirkan.
3.5.0 PENGECATAN
1. U M U M
2. Persyaratan Pengecatan
1. Kontraktor pekerjaan instalasi harus melakukan semua testing pengukuran secara parsial dan
secara sistem, untuk mengetahui apakah seluruh instalasi yang sudah dilaksanakan berfungsi
dengan baik dan memenuhi persyaratan yang ditentukan.
24
2. Semua tenaga, bahan, perlengkapan yang perlu untuk testing merupakan tanggung jawab
Kontraktor, sehinga semua persyaratan test yang ditentukan dapat dilakukan, termasuk yang
dianjurkan oleh pabrik agar dilakukan pengetesan juga dan dapat diketahui hasil test-nya sesuai
persyaratan yang ditentukan.
3. Hal lebih lengkap dapat dilihat pada pasal lainnya di buku spesifikasi ini.
1. Label-label untuk katup harus disediakan di tempat-tempat penting guna operasi dan pemeliharaan.
2. Fungsi-fungsi seperti "Normally Open" atau "Normally Close" harus ditunjukkan di setiap label katup.
3. Label katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan rantai atau kawat.
2. Pipa besi yang menembus dinding tahan api menggunakan fire stop tipe sealant.
25
4.0.0 SISTEM PEMADAM KEBAKARAN
Uraian singkat lingkup pekerjaan sistem Pemadam Kebakaran antara lain adalah sbb:
1. Tangki air cadangan pemadam kebakaran berfungsi untuk menyediakan air dengan volume 60
menit dari kapasitas pompa.
2. Tangki air cadangan pemadam kebakaran harus dibuat minimum menjadi dua bagian untuk
memungkinkan pengurasan dan perbaikan.
3. Untuk memperkecil volume air mati setebal 600 mm pada sisi hisap (suction), maka harus dibuat
suction pit sedalam 600 mm untuk setiap tangki.
4. Tangki air cadangan pemadam kebakaran dapat dibuat dari konstruksi beton, Fibreglass
Reinforced Plastic atau Coated Carbon Steel.
7. Pengaturan pada sambungan ke sumber air yang dipasang secara permanen adalah sbb :
Apabila permukaan air dalam tangki telah naik mencapai ambang batas H, maka masukan air
harus berhenti sebaliknya apabila turun mencapai L maka tangki harus diisi.
26
4.3.0 PAKET POMPA PEMADAM ELEKTRIK (HYDRANT PUMP SET ELECTRIC DRIVEN)
1. Paket pompa pemadam kebakaran harus mampu memasok kebutuhan air pemadam kebakaran
sampai batas maksimum kemampuan pompa pada setiap saat secara otomatis.
2. Paket pompa pemadam kebakaran harus terdiri dari satu atau lebih pompa utama dan satu pompa
joki.
3. Unit pompa harus centrifugal type dengan flanged connection dan komponen sbb:
a. Cast iron casing
b. Bronze impeller
c. Heavy duty steel shaft
d. Gland Packing
4. Motor pompa
a. Motor pompa harus di-coupling dengan pompa oleh manufaktur dan bukan dimodifikasi.
b. Motor pompa harus mampu menyuplai tenaga pada kapasitas 150% dari kapasitas kerja
pompa.
c. Motor pompa harus mendapat sumber daya dari PLN dan Genset otomatis.
d. Sumber daya dari PLN harus diambil dari switch khusus sebelum main switch (skup elektrikal).
5. Hydrant pump set antara lain harus terdiri dari peralatan sbb :
a. Jockey Pump
b. Centrifugal Fire Pump (UL/FM)
c. Outlet headers
d. Inlet and outlet valves
e. Check valve against water hammer
f. Power and control panels include pressure transducer 600 psi (UL/FM)
g. Flow meter
h. Pressure gauges
i. Hydraulic connections
j. Electric connections
k. Base frame
l. Announciating pump status:
* Jockey pump ON, indicating lamp
* Main pump ON, alarm horn & indicating lamp
* Water level drop, alarm horn & indicating lamp
* Water level very low, alarm horn, indicating lamp
b. Apabila tekanan air dalam jaringan terus turun karena dibukanya satu atau lebih valve hidran
atau bekerjanya beberapa kepala sprinkler, maka pompa utama start. Pompa utama stop
secara manual oleh operator apabila uji coba atau pemadaman telah selesai.
7. Spesifikasi Pompa
27
Casing Cast Iron
Impeller Bronze
Rotation Maksimal 3000 rpm
Motor Type TEFC, IP 55
Motor Class Insulation F
Efisiensi pompa Minimum 60% at rated duty
Efisiensi Motor IE2
Base Frame Steel
Vibration Mounting Fix
1. Pompa pemadam kebakaran diesel berfungsi untuk memasok kebutuhan air pemadam kebakaran
pada saat pompa listrik gagal atau diperlukan lebih banyak air untuk pemadaman.
2. Engine driven fire pump harus diuji coba minimal sekali seminggu selama satu jam.
3. Engine driven fire pump harus merupakan satu paket yang dirancang khusus untuk keperluan
pemadam kebakaran yang antara lain terdiri dari:
a. Centrifugal Fire Pump (NFPA 20 atau UL/FM)
b. Gasoline or Diesel Engine
c. Starting Device with Pulley or Motor Starter
d. Battery Starter and Outside Battery Charger
e. Engine Speed Control Device
f. Fuel Oil Tank
g. Hydraulic Connections
h. Electric Connections
i. Power and control panels include pressure transducer 600 psi (NFPA 20 atau UL/FM)
j. Instrumentations
k. Knalpot dan instalasi pipa gas buang termasuk pemasangan sampai dengan luar gedung
dilengkapi dengan rain hood.
4. Diesel engine
a. Diesel engine harus di-coupling dengan pompa oleh manufaktur dan bukan dimodifikasi.
b. Diesel engine harus mampu menyuplai tenaga pada kapasitas 150% dari kapasitas kerja
pompa.
28
5. Spesifikasi Pompa
29
4.6.0 HYDRANT PILLAR
1. Pilar hidran (hydrant pillar) yang dipergunakan di sini adalah tipe two way dengan katup utama
ukuran 100 mm (4”) dan dua (2) katup cabang 65 mm (2½”).
2. Landing valve coupling ukuran 65 mm tipe Machino dan Van Der Hyde atau sesuai dengan
rekomendasi Dinas Pemadam Kebakaran setempat. Masing-masing coupling dilengkapi tutup.
3. Pemasangan pilar hidran harus dapat dijangkau oleh petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan
tidak boleh terhalang.
4. Pemasangan pillar hidran kota sudah termasuk izin dari Dinas Kebakaran Kota /Instansi yang terkait.
1. Katup kendali sprinkler (Sprinkler Control Valve Set) terdiri dari dua yaitu Katup Kendali Utama
(Main ControlValve, MCV) dan Katup Kendali Cabang (Branch Control Valve, BCV).
4. Sprinkler Flushing
a. Sprinkler Flushing harus dipasang di bagian ujung dari branch main pipe atau branch sub main
pipe.
b. Sprinkler flushing dimaksud untuk membuang air mati dalam jaringan pipa sprinkler.
c. Sprinkler flushing terdiri dari pipa drain diameter 25 mm yang di tab dari ujung branch main atau
sub main ke sprinkler drain riser melalui Test & Drain Valve.
5. Sprinkler Head
a. Sprinkler head yang dipergunakan di sini dari jenis glass bulb standar UL/FM.
b. Tipe pendant dan sidewall dibuat dari chromium plate brass yang dilengkapi dengan flushing
flange.
c. Tipe upright boleh menggunakan bronze finish.
d. Untuk hunian seperti rumah tinggal, APAR temen, dan hotel harus menggunakan sprinkler tipe
respon cepat (quick/fast response).
30
e. Temperature pecah harus mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku.
f. Daerah dapur pada radius 3 m dari kompor atau alat pemanas lainnya harus menggunakan
sprinkler dengan temperatur pecah 141ºC.
1. Sambungan pemadam kebakaran (siamese connection) yang dipergunakan di sini ada 2 tipe:
a. Two way, dengan katup utama ukuran 100 mm (4”) dan dua (2) katup cabang 65 mm (2½”).
b. Four way, dengan katup utama ukuran 150 mm (4”) dan empat (4) katup cabang 65 mm (2½”).
3. Landing valve coupling ukuran 65 mm tipe Machino dan Van Der Hyde atau sesuai dengan
rekomendasi Dinas Pemadam Kebakaran setempat. Masing-masing coupling dilengkapi tutup.
4. Pemasangan siamese connection harus dapat dijangkau oleh petugas Dinas Pemadam
Kebakaran dan tidak boleh terhalang.
4.9.0 ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR ) / PORTABLE FIRE EXTINGUISHER (PFE)
1. APAR disediakan sebagai sarana pemadaman awal yang dapat dilakukan oleh setiap penghuni
bangunan.
2. Setiap APAR dilengkapi dengan pressure indicator dengan penanda yang menunjukkan tekanan
berlebih, cukup, dan kurang.
3. Untuk daerah umum dalam bangunan disediakan 1 buah APAR jenis bubuk kering kapasitas
minimal 2 kg setiap luas 100 m2.
4. Untuk ruangan mesin seperti ruang mesin lift, disediakan 1 buah APAR jenis CO2 kapasitas 5 kg
untuk setiap luas 100 m2.
5. Untuk Ruang Genset, Ruang PKG, PDTM dan Trafo menggunakan APAR jenis CO2 kapasitas 25
kg lengkap dengan trolley.
6. Untuk ruang panel capacitor bank dan ruang panel lantai dilengkapi dengan thermatic 5 kg per 9
m3 volume ruangan. Isi thermatic dari bahan pemadam api (fire agent) tipe halotron atau FE-36
dengan gas bertekanan dari argon atau nitrogen. Thermatic dilengkapi dengan pressure gauge.
7. Untuk tangki-tangki solar, minyak, dan zat cair mudah terbakar lain sejenis dilengkapi dengan
masing-masing 1 buah APAR tipe Foam kelas B (minyak dan gas mudah terbakar) kapasitas 9 kg.
8. Untuk perlindungan terhadap panel, khususnya panel capacitor bank, dilengkapi dengan
pemadam api ringan kelas C (peralatan listrik) atau aerosol dengan pemantik panas (Based on
Temperature Activation).
8. Untuk ruangan dan peralatan dapur, disediakan APAR dari kelas K (cooking media) untuk setiap
luas 100 m2.
31
4.10.0 PEMADAM API KHUSUS (FIRE SUPPRESSION)
1. Pada dasarnya pemadam api khusus (fire suppression) berfungsi memutus mata rantai segitiga api
dengan menekan salah satu atau kombinasi dari faktor-faktor penyebab api.
2. Pemadam api khusus dipilih berdasarkan kesesuaian dan ketepatan penggunaan sesuai standar
yang berlaku.
3. Pemadam api khusus dipilih dari jenis ramah lingkungan ditunjukkan dengan nilai pencemaran
ozon (Ozone Depleting Potential, ODP), potensi pemanasan global (Global Warming Potential,
GWP), serta usia atmosfer (atmospheric lifetime).
4. Pemadam api khusus dipilih juga harus mempertimbangkan keamanan dan keselamatan manusia.
Sehingga harus memenuhi standar-standar yang berlaku untuk setiap tipenya.
5. Setiap instalasi pemadam api khusus harus mampu memberikan sinyal kepada sistem alarm
kebakaran apabila mendeteksi adanya tanda-tanda kebakaran.
7. Apabila terdapat beberapa ruangan, maka masing-masing harus dilengkapi alarm dan push button
baik di dalam ruangan dan di luar di samping pintu masuk ke dalam ruangan. Kecuali untuk manual
release push button dipasang di masing-masing pintu masuk ruangan.
8. Manual release push button tidak boleh dipasang di dalam ruangan yang dilayaninya.
9. Abort pushbutton di dalam ruangan dipasang pada titik terjauh dari pintu masuk ruangan.
10. Untuk menjamin tercapainya konsentrasi yang diperlukan oleh sistem pemadam api khusus tipe
total flooding, maka setiap grille/louvre harus dilengkapi dengan motorized damper dan dikontrol
sepenuhnya oleh sistem tersebut. Demikian pula untuk sistem AC dan ventilasi mekanis (fresh
air/exhaust), harus dilengkapi interkoneksi untuk mngatur penyalaanya (on-off).
11. Untuk sistem pemadam api khusus tipe local application, apabila diperlukan, harus dilengkapi
interkoneksi yang memungkinkan pengaturan penyalaan sistem AC dan ventilasi mekanis terkait.
12. Apabila diperlukan, peralatan pembilasan harus disediakan dan dipasang untuk membilas udara
dan gas terkonsentrasi hingga aman bagi manusia. Pembilasan harus membuang langsung udara
dan gas terkonsentrasi ke luar bangunan, ke atap, atau ke lantai refugee dan tidak diperkenankan
dibuang di koridor dan atau ruangan-ruangan lain di dalam gedung.
13. Untuk ruangan Data Center dan ruang arsip, masing-masing digunakan pemadam api khusus IG-
541 atau IG-55. Nozel dipilih dari tipe silent.
14. Untuk masing-masing ruang genset digunakan pemadam api khusus CO2 local application.
32
5.0.0 PENGUJIAN DAN COMMISSIONING
5.1.1 Umum
a. Sebelum jalur pipa untuk bahan cair akan dipergunakan, maka terlebih dahulu harus diperiksa
dengan teliti. Hal ini berlaku pula untuk jalur pipa di dalam atau di atas tanah, juga berlaku apakah
jalur pipa ini merupakan bagian dari sistem secara keseluruhan.
b. Berdasarkan atas peraturan mengenai uap, bejana bertekanan, begitu pula alat penyambung pipa,
dan perlengkapannya juga harus memenuhi standar yang berlaku baik peraturan internasional atau
setempat.
Hal ini akan berkaitan erat untuk pemasangan, pengelasan, pengujian kekuatan dan pengawasan,
hal ini harus diperhitungkan pula oleh Kontraktor.
Peraturan standar ini terdiri dari persyaratan umum yang berhubungan dengan pengujian dan
pemeriksaan mengenai kebocoran. Untuk pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian berdasarkan
atas peraturan internasional ataupun peraturan setempat.
5.1.2 TEKNIS
1. Seluruh pelaksanaan pengujian dan pemeriksaan yang dilaksanakan oleh Kontraktor harus
disaksikan oleh MK yang di tunjuk.
2. Sebelum pelaksanaan pengujian, pipa harus diglontor dan dibersihkan denga air dan diventilasi
dengan benar, sampai tidak ada air yang tersisa.
4. Pengujian ini dilaksanakan untuk menguji kerapatan sambungan pipa, alat sambung dan
perlengkapan yang lain secara benar.
5. Pipa yang diletakkan dalam tanah tidak boleh diurug sebelum pelaksanaan pengujian selesai
dilaksanakan.
6. Pada sambungan-sambungan pipa tidak boleh diisolasi, diaspal atau dibungkus, sebelum
pengujian dilaksanakan.
7. Lokasi penyambungan, Valve-valve sambungan las, sambungan flens, sambungan ulir harus
mudah diperiksa untuk memudahkan pelaksanaan pengujian.
8. Pada saat dilaksanakan pengujian, seluruh pipa yang tersambung keperalatan harus dilepas dan
ditutup dengan alat penutup (dop/flens buntu).
9. Kebocoran yang terjadi pada saat pengujian harus dilaksanakan pengujian ulang.
10. Pengujian ini dianggap memenuhi setelah mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas atau MK.
11. Selama pengujian dilaksanakan, harus dilengkapi alat pengukur dan alat pengaman yang memadai,
sehingga cukup aman bagi lingkungan sekitarnya.
33
12. Prosedur pengujian dan pengujian peralatan benar-benar memperlihatkan hasil pengetesan yang
sedang berlangsung pada jalur pipa atau bagian dari jalur tersebut.
13. Catatan hasil pengujian dan pemeriksaan yang telah selesai dilaksanakan harus diserahkan
kepada Pemberi Tugas/Manajemen Konstruksi yang ditunjuk.
Hasil pengujian ini tetap berlaku sampai dengan dipergunakannya sistem tersebut atau dilanjutkan
dengan pengujian yang berikutnya.
14. Catatan hasil pengujian yang berhubungan dengan uji kebocoran sekurang-kurangnya harus terdiri
dari hal-hal sebagai berikut:
a. Tekanan kerja
b. Bahan/media penguji yang dipergunakan
c. Tekanan pengujian
d. Jangka waktu pengujian
e. Temperatur sekitarnya pada saat dilaksanakan pengujian.
f.Atau informasi lain yang diperlukan yang dianggap penting.
g. Nama Manajemen Konstruksi yang ditunjuk mewakili Pemberi Tugas guna menghadiri
pengujian serta menandatangani berita acara pengujian tersebut.
15. Semua alat ukur yang akan dipakai untuk pengetesan harus ditera dahulu (harus ada lisensi dari
instansi terkait).
a. Kalau tidak dinyatakan lain, semua pemipaan harus diuji dengan tekanan air tidak kurang dari
tekanan kerja ditambah 50% atau maksimum 20 kg/cm2 untuk pipa GIP/BS (Besi) dan tidak
lebih tinggi lagi dalam jangka waktu 24 jam.
b. Kebocoran-kebocoran harus diperbaiki dan pekerjaan pemipaan harus diuji kembali.
c. Peralatan-peralatan yang rusak akibat uji tekanan harus dilepas (diputus) dari hubungan-
hubungannya selama uji tekanan berlangsung.
d. Pada pembacaan alat ukur test, toleransi turun 0% toleransi kenaikan 5%.
5.1.1 Umum
Sebelum dilakukan test dan komisioning untuk pompa-pompa maka terlebih dahulu harus
dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
- Pemeriksaan hasil pengelasan/ penyambungan pompa dengan instalasi pemipaan.
- Pemeriksaan sistem pengkabelan.
- Pemeriksaan hasil pengecatan dan pelapisan
- Pemeriksaan kebenaran fungsi dari sistem yang dipasang.
5.1.2 TEKNIS
Hal-hal yang perlu ditest dan komisioning untuk pompa, minimal adalah sebagai berikut :
1. Tekanan discharge pompa
2. Head total
3. Kapasitas aliran
4. Tegangan listrik
5. Putaran motor
6. Penyetelan pompa
7. Kebisingan
8. Getaran
5.3.0 LAIN-LAIN
Kontraktor harus menyiapkan form testing dan komisioning yang mencangkup ketentuan-ketentuan
di atas dan disetujui olek pihak MK / Pemberi Tugas.
34
6.0.0 PRODUK
Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor harus mengajukan salah satu merk
yang tercantum dalam spesifikasi teknis dan akan mengikat dalam pelaksanaan. Kontraktor baru
bisa mengganti bila ada persetujuan resmi dan tertulis dari Pemberi Tugas.
A POMPA KEBAKARAN
1 Diesel Pump
Merek Pompa Aurora, Fairbanks, Peerless
Clarke (UK), Cummins (UK), Caterpillar (UK), Perkins
Merek Diesel Driven
(UK)
Standard UL/FM
Tipe Horizontal Split Case
2 Electric Pump
Merek Pompa Aurora, Fairbanks, Peerless
Motor Pompa CMG, Mez, Western, Electrim, Marelli
Standard UL/FM
Tipe Horizontal Split Case
Soft starter
3 Jockey Pump
B HIDRAN KEBAKARAN
1 Indoor Hydrant Box IHB tipe B dan tipe B Modifikasi
Model Pintu dengan Inspeksi Kaca Tempered
Box Lokal
Nozzle, rack Chrome plated aluminium alloy/bronze
Landing valve, linen hose Working pressure min. 13 kg/cm2
Merek Appron, Ocean Fire, Naffco
35
NO URAIAN MERK YANG DIREKOMENDASIKAN
4 Siamese Connection
Two way, Working pressure 13 kg/cm2 Firesafe, Combat, Naffco
Four way, Working pressure 25 kg/cm2 Firesafe, Combat, Naffco
5 Pipa Hidran
Indoor BSP A53 Sch. 40
Outdoor exposed atau diisolasi double wrapping anti karat
Merek Bakrie, Krakatau Steel (KS), Spindo
6 Pipa Gas Buang c/w Jacket & Isolasi BSP A53 Sch. 20
Merek Bakrie, Krakatau Steel (KS), Spindo
9 Ball Valve 15 mm
Working pressure 400 psi/27,5 bar Kitz, Toyo, Showa
10 Strainer
Dia 15-40, screwed end Kitz, Toyo, Showa
Dia 50-300, flanged end Victaulic, Fivalco, Viking
14 Pressure Gauge (In dan Out Peralatan) Nagano, VPG, Yamamoto Keiki
Tipe Dial 4"
C SPRINKLER
1 Pipa Sprinkler Bakrie, Krakatau Steel (KS), Spindo
Tipe BSP A53 Sch. 40
Pipa Drain GIP Medium
37
NO URAIAN MERK YANG DIREKOMENDASIKAN
3 Thermatic Servvo, Gunnebo, Ocean Fire
Tipe Halotron, Thermal Based Actuator
E FIRE SUPPRESSION
F FIRE STOP
38