Anda di halaman 1dari 57

PROPOSAL

KARYA ILMIAH TERAPAN

Sistem Alarm Kebakaran dengan Sensor


Suhu dan Asap

Disusun oleh :
Meina innaya (f1e221009)
Nur fajar nadin filiyang (f1e221011)
Fikri amar (f1e221013)
Eva elis susanti (f1e221015)
Ridho armansyah (m1a117034)

Dosen pengampu :
Samratul fuady, s. T, m. T.

TEKNIK elektro

FAKULTAS sains dan teknologi


UNIVERSITAS jambi
2021
KATA PENGANTAr

Puji dan syukur kami panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan proposal penelitian

yang berjudul “Sistem Alarm Kebakaran dengan Sensor Suhu dan Asap”

tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari kamian proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah rangkaian logika dan teknik digital

Pada kesempatan ini, kami hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga proposal
penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini kami tujukan kepada:

Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik mungkin,


kami menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal penelitian ini.

Akhir kata, kami berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Jambi, 28 September 2022

Kelompok 2
materi, waktu dan juga data-data yang diperoleh. Kami dalam hal ini juga senantiasa

menerima adanya kritik dan saran yang bersifat memperbaiki dan membangun untuk

kesempurnaan tugas akhir ini.

Dalam kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-

pihak yang telah membantu kami khususnya kepada orang tua dan saudara tercinta,

serta senior-senior yang memberikan dukungan baik wawasan, moril dan material

serta kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

2. Pak Samratuk Fuady,S.T, M.T selaku Dosen pengampuh mata


kuliah rangkaian logika dan teknik digital.

3. Teman – teman sekalian yang hadir pada saat ini

4. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas


proyek ini.

Akhir kata kami berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat untuk

menambah wawasan bagi kami dan pembaca.

Jambi,…............................2022

Kami

vi
ABSTRAK

PINTO KURNIAWAN, Analisis Kinerja Alarm Kebakaran Untuk


Keselamatan Di Atas Kapal. Dibimbing oleh Bapak Hariyono, ST, MM selaku
dosen pembimbing I dan Bapak Faris Nofandi, S.si.T, M.sc. selaku dosen
pembimbing II.

Alarm kebakaran didesain khusus untuk mengeluarkan bunyi yang bising


dan flash camp / lampu indikator dipanel control dan bunyi. Namun dalam
beberapa kasus, alarm kebakaran juga dapat menimbulkan terjadinya Alarm palsu
yang juga disebut alarm gangguan. Dengan adanya alarm paslu ini menyebabkan
adanya Kebakaran yang tidak dapat ditangani benar dan perlu diketahui
permasalahan dan pencegahannya.

Penelitian yang dilakukan dengan berfokus kepada detector berupa Smoke


detector dengan Type FDK-512HK ini akan membahas tentang cara mengurangi
dari false alarm, pemicu dari alarm paslu, desain yang diterapkan serta faktor-
faktor yang dapat memicu agar alarm dapat beroperasi secara maksimal.

Dengan Melakukan perawatan, mengetahui kinerja detector, mempelajari


dari desain alarm yang digunakan (Sistem Adressable) dan melakukan
maintenance pada sensor & panel, serta kegiatan Routine test minimal 3 bulan
sekali dapat kita jalankan untuk menjalankan alarm secara normal.

Dari penyebab Timbulnya alarm paslu di kapal MV. Ocean Makmur, dapat
diketahui bahwa dengan kurangnuya masukan input atau tegangan yang kurang
dari 20VDC, serta jarangnya melakukan Routine Test (per-unit) , dan kurangnya
kesadaran dari awak kapal sendiri menjadi penyebab terjadinya Alarm Palsu. Hal
ini seharusnya kita antisipasi dengan kepedulian kita dalam bekerja dan kesadaran
dalam beraktifitas

Dari data yang diperoleh ini, kami berharap para pembaca dapat
mempelajari dan mengatasi kesalahan dalam penggunaan kinerja alarm atau False
Alarm, mengetahui Perawatan secara teratur pada sensor alarm akan mengurangi
tidak berfungsinya sensor, Mengetahui cara Pengujian alarm secara rutin, dan
dapat Melakukan pengecekan pada mulai dari sensor, sensitivitas, dan kondisi dari
detector serta panel alarm kebakaran itu sendiri terjaga dan dapat beroperasi
secara maksimal.

Kata kunci : Alarm, Kebakaran, Keselamatan.

vii
ABSTRACT
PINTO KURNIAWAN, Performance Analysis of Fire Alarms To Safety On
The Ship .Guided by Mr. Hariyono, ST, MM as the supervisor I and Mr. Faris
Nofandi, S.si.T, M.sc. as a supervisor II.

Fire alarm is specifically designed to make a noisy sound and flash camp /
indicator lights and control panel sounds. But in some cases, a fire alarm can also
cause a false alarm which is also called an intrusion alarm. With this paslu alarm,
there is a fire that cannot be handled properly and needs to know the problem and
its prevention.

Research conducted by focusing on the detector in the form of a Smoke


detector with Type FDK-512HK will discuss about how to reduce false alarms,
triggers from paslu alarms, designs that are applied as well as factors that can
trigger the alarm to operate optimally.

By doing maintenance, knowing the performance of the detector, learning


from the design of the alarm that is used (Adressable System) and doing
maintenance on sensors & panels, as well as routine test activities at least every 3
months we can run to run the alarm normally.

From the cause of the emergence of paslu alarm on the MV. Ocean
Makmur, it can be seen that the lack of input or voltage less than 20VDC, as well
as the rarity of performing Routine Tests (per-unit), and lack of awareness of the
crew itself becomes the cause of the False Alarm. We should anticipate this with
our concern in working and awareness in activities

From the data obtained, the authors hope that readers can learn and
overcome errors in the use of alarm performance or False Alarms, knowing that
regular maintenance of alarm sensors will reduce the malfunction of sensors,
know how to test alarms routinely, and be able to check starting from sensors,
sensitivity, and condition of the detector and the fire alarm panel itself are
maintained and can operate optimally.

From the data obtained, the authors hope that readers can learn and
overcome errors in the use of alarm performance or False Alarms, knowing that
regular maintenance of alarm sensors will reduce the malfunction of sensors,
know how to test alarms routinely, and be able to check starting from sensors,
sensitivity, and condition of the detector and the fire alarm panel itself are
maintained and can operate optimally.

Keywords: fire, alarm, safety.

viii
DAFTAR ISI

hal
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN............................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR.............................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................iv
KATA PENGANTAR..............................................................................................v
ABSTRAK.................................................................................................................vii
DAFTAR ISI.............................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................................xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................3
C. Batasan Masalah......................................................................................3
D. Tujuan Penelitian.....................................................................................3
E. Manfaat Penelitian...................................................................................4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Review Penelitian Sebelumnya...............................................................5


B. Landasan Teori........................................................................................8
1. Pengertian Alarm Kebakaran..............................................................10
2. Jenis-jenis Alarm Kebakaran..............................................................12
3. Indikator Alarm...................................................................................21
4. Pemeliharaan dan Pengecekan Alarm Kebakaran...............................25
5. Fungsi dan Manfaat Alarm..................................................................31
6. Kelebihan dan Kekurangan Alarm......................................................32
C. Kerangka Penelitian................................................................................33
ix
BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian.....................................................................................35
B. Lokasi Penelitian...................................................................................36
1. Waktu Penelitian...............................................................................36
2. Tempat Penelitian.............................................................................36
C. Jenis dan Sumber Data..........................................................................37
1. Jenis Data..........................................................................................37
2. Sumber Data......................................................................................37
D. Pemilihan Informan..............................................................................38
E. Teknik Pengumpulan Data....................................................................38
1. Observasi...........................................................................................38
2. Wawancara........................................................................................38
3. Studi Pustaka.....................................................................................38
F. Teknik Analisis Data.............................................................................39
1. Pengumpulan Data...........................................................................39
2. Reduksi Data....................................................................................39
3. Penyajian Data.................................................................................40
4. Penarikan Kesimpulan.....................................................................41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian......................................................43


1. Perusahaan........................................................................................44
2. Tempat Penelitian.............................................................................44
3. Awak Kapal......................................................................................45
B. Hasil Penelitian.....................................................................................45
1. Penyajian Data.................................................................................45
2. Analisis Data....................................................................................47
C.Pembahasan...........................................................................................51
x
BAB V. PENUTUP

1. Kesimpulan...........................................................................................63
2. Saran.....................................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR GAMBAR

hal

2.1 Alarm Jenis ROR (Rate of rise) Heat Detector...................................................13


2.2 Rangkaian Alarm ROR (Rate of rise)..................................................................13
2.3 Alarm Jenis Fix Temperatur...............................................................................15
2.4 Rangkaian Alarm Fix Temperatur......................................................................15
2.5 Ionisation Smoke Detector..................................................................................17
2.6 Photoelectric (Optical) Smoke Detector.............................................................17
2.7 Alarm jenisSmoke Detector.................................................................................18
2.8 Rangkaian Alarm Smoke Detector......................................................................19
2.9 Alarm jenisFlame detector..................................................................................19
2.10 Alarm jenis Gas Detector...................................................................................20
3.1 Fire Sprinkler......................................................................................................21
3.2 Manual Call Point (MCP)...................................................................................23
3.3 Fire Bell..............................................................................................................24
3.4 Indicator Lamp....................................................................................................24
3.5 Remote Indicating Lamp.....................................................................................25
4.1 Wiring Diagram of Marine Fire Alarm Panel................................................45
4.2 Wiring Diagram of Smoke Detector..........................................................46
4.3 Smoke Detector.........................................................................................46
4.4 Terdeteksi Alarm pada panel.....................................................................46
4.5 Smoke Detector.........................................................................................49
4.6 Panel Alarm Kebakaran.............................................................................49
4.7 Smoke detector Spare Part.........................................................................50
4.8 Smoke Detector pada ruangan Stearing Gear.............................................51
4.9 Pengecekan Alarm para Alarm Panel.........................................................60
4.10 Gambar 4.10 Pembersihan Detector.........................................................61
4.11 Routine Test pada Alarm Panel.................................................................61

Gambar Kerangka Penelitian.....................................................................................34

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini kemajuan teknologi telah membawa dampak

positif dalam pengembangan pendidikan, tata hubungan sosial serta

pengetahuan masyarakat, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap pola

hidup serta tingkah laku manusia di dalam memenuhi kebutuhan serta

tugas dan tanggung jawabnya. Banyak mesin-mesin, bahan maupun

proses baru yang kita temui sebagai hasil kemajuan teknologi. Akan

tetapi kemajuan teknologi juga membawa akibat sampingan yang

merugikan bila tidak ditangani dengan baik, yaitu dalam bentuk bahaya-

bahaya baru yang muncul seperti kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja,

pencemaran lingkungan dan juga tanpa terkecuali kebakaran dikapal.

Terjadinya kebakaran dikapal umumnya disebabkan oleh

berbagai macam penyebab. Kebakaran juga bisa ditimbulkan akibat

aliran pendek (short circuit) yang disebabkan oleh tidak sempurnanya

pemasangan kabel-kabel listrik, kejelekan isolasi listrik dan adanya

temperatur yang tinggi pada ruangan yang berdampingan, percikan api

sekecil sekalipun akan menimbulkan kebakaran atau ledakan. Kebakaran

dapat ditangani dengan adanya alat pendeteksi kebakaran berupa alarm

kebakaran agar terhindar dari kerugian-kerugian yang lebih besar, begitu

juga dengan apabila sampai terjadi adanya alarm palsu (False alarm).
2

Belakangan ini keadaan alarm di kapal mengalami banyak

permasalahan, Alarm yang dipasang justru tidak berfungsi sebagaimana

mestinya. Alarm yang dikeluarkan dari sistem alarm kebakaran di

kapal merupakan tanda kepada ABK untuk segera mematikan mesin dan

benda-benda yang dapat memicu api menjadi semakin besar. Adapun

letak serta pemasangan dari alarm ini berpengaruh untuk keefektifan dari

alarm yang berfungsi sebagai peringatan dini. Peringatan dini atau early

warning sangat dibutuhkan untuk mencegah dan mengurangi akan

bahaya atau trouble ketika bekerja diatas kapal. Fungsi dari alarm diatas

kapal sebagai sebagai peringatan dan memberikan informasi akan bahaya

diatas kapal perlu dijaga agar tidak terjadi kerugian akibat kebakaran

apalagi hanya karena kesalahan alarm atau alarm palsu. Hal ini dapat

mengurangi kerugian finansial serta keselamatan nyawa dari awak kabin

itu sendiri.

Dalam Internasional Convention on Standart of Training,

Certification and Watchkeeping for Seafarer (STCW) 1978 yang mulai

diberlakukan tahun 1984, konvensi yang dihasilkan oleh Marine safety

Committee (MSC) yang merupakan komite yang dibentuk oleh IMO

yang khusus untuk menangani masalah teknik dan pekerjaan

administrasi yang telah mengeluarkan suatu persyaratan bagi pelaut agar

dibekali pengetahuan yang cukup tentang alat-alat keselamatan,

sertifikasi terhadap nakhoda (master), perwira (officers), dan awak kapal

(crews), termasuk pengawasan di atas kapal, untuk itu awak kapal wajib

mengikuti pelatihan-pelatihan keselamatan diatas kapal.


3

Berdasarkan uraian diatas maka kami merencanakan

melakukan penelitian dengan mengambil judul:

ANALISIS KINERJA ALARM KEBAKARAN UNTUK

KESELAMATAN DI ATAS KAPAL

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas maka kami merumuskan beberapa masalah

yang akan diuraikan , yaitu :

1. Bagaimana cara untuk mengurangi terjadinya False Alarm diatas kapal ?

2. Apa saja penyebab yang bisa memicu terjadinya False Alarm

diatas kapal ?

3. Bagaimanakah desain alarm sistem yang diterapkan dikapal ?

4. Faktor-faktor apakah yang harus menjadi perhatian agar sistem

alarm kebakaran dapat beroperasi secara maksimal ?

C. BATASAN MASALAH

Adapun ruang lingkup dari Batasan Masalah disini yaitu meliputi

sistem dan prosedur kerja dari alarm kebakaran yang berada diatas kapal.
4

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini sejalan dengan rumusan masalah yang telah

disampaikan oleh peneliti, yakni untuk :

1. Mengetahui cara-cara untuk mengurangi terjadinya False Alarm

diatas kapal.

2. Mempelajari Penyebab atau faktor-faktor yang bisa memicu

atau menimbulkan terjadinya False Alarm diatas kapal.

3. Mengetahui desain dari alarm sistem yang diterapkan dikapal.

4. Mempelajari faktor-faktor agar sistem kebakaran dapat beroperasi

secara maksimal diatas kapal.

E. MANFAAT PENELITIAN

Dari penelitian yang akan kami sampaikan, kami berharap agar bisa

menyampaikan informasi kepada pembaca, yaitu :

1. Sebagai Gambaran kepada pembaca utamanya bagi rekan-rekan taruna

yang belum mengetahui lebih mendalam tentang Alarm kebakaran.

2. Menambah informasi dan ilmu bagi pembaca tentang

memanfaatkan kegunaan dari alarm kebakaran.

3. Menghindari kerugian dari terjadinya False Alarm ketika bekerja dikapal.

4. Memaksimalkan keselamatan bagi pekerja dari bahaya kebakaran

diatas kapal.
1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA

Adapun beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-

peneliti sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Endang Sukesi I, Suliyanto, Muradi, ANALISIS TIMBULNYA

ALARM PALSU PADA SISTEM DETEKSI KEBAKARAN

(TAHUN 2012)

Sistem deteksi kebakaran bertujuan untuk mengidentifikasi

adanya kebakaran melalui alat pendeteksi, baik secara manual

maupun otomatis, pada umumnya terdiri dari: Panel Deteksi

Kebakaran dan Detektor kebakaran. PDK berfungsi untuk mengirim

Tegangan ke detektor dan memantau Tegangan yang keluar dari

detektor. Ada dua macam PDK, yaitu: sistem konvensional dan

addressable. Pada sistem konvensional terdapat 1 atau lebih

rangkaian detektor (network) di dalam bangunan atau ruang yang

dipantau, dimana masing-masing network ditempatkan satu atau

lebih alat deteksi.

Jika suatu kesalahan terjadi (trouble) hanya menyatakan

bahwa network telah gagal beroperasi, tetapi tidak secara rinci

menyatakan di mana masalah sedang terjadi. Sedangkan pada sistem

alamat (addressable), alat pemicu Alarm seperti detektor atau

Manual Call Point diberi suatu identifikasi khusus atau "alamat".


2

Alamat ini selalu diprogram berhubungan dengan memori pada PDK

dengan informasi antara lain: jenis alat, penempatannya, dan Alarm

diharapkan aktif. Detektor yang paling umum digunakan adalah:

detektor panas dan asap. Detektor panas merupakan jenis alat

pendeteksian api yang mempunyai tingkat alarm palsu yang paling

rendah dari semua pendeteksi otomatis, tetapi paling lambat di dalam

merespon adanya kebakaran.

Detektor panas dirancang untuk merasakan suatu perubahan

suhu yang ditentukan oleh suatu material ketika timbul panas. Suatu

detektor asap akan mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dibanding

detektor panas. Detektor asap dikenali dari prinsip operasinya, yakni:

sensor ionisasi dan fotoelektrik. Detektor asap sensor ionisasi berisi

sejumlah kecil bahan radioaktif Americium (Am-241) yang

dilekatkan pada suatu lembaran matriks emas di dalam suatu kamar

ionisasi. Americium (Am-241) pada detektor asap akan

mengionisasikan udara di dalam kamar (chamber) pengindera,

memberikan daya konduksi dan suatu aliran arus melalui udara

antara dua muatan elektroda, memberi kamar pengindera suatu efek

aliran listrik.

Apabila partikel asap masuk daerah ionisasi, maka asap

tesebut akan mengurangi aliran listrik udara dengan menempelkan

diri pada ion, menyebabkan pengurangan gerak ion. Ketika arus

listrik kurang dari tingkat yang ditetapkan, maka detektor akan

merespon untuk mengaktifkan bunyi alarm. Di dalam detektor asap


3

tipe fotoelektrik, suatu sumber cahaya dan sensor cahaya diatur

sedemikian rupa, sehingga sumber cahaya tidak akan menumbuk

sensor cahaya. Ketika partikel asap masuk alur cahaya, sebagian dari

cahaya menyebar dan mengarah ke sensor, yang menyebabkan

detektor mengaktifkan alarm.

2. Wiweko, Hang Suharto, SISTEM PERINGATAN DINI AKAN

BAHAYA KEBAKARAN (TAHUN 2008)

Sistem alat peringatan dini akan bahaya kebakaran memiliki

fungsi utama untuk memberikan peringatan dini sehingga

kemungkinan akan terjadinya musibah kebakaran dapat dicegah atau

api dapat diketahui dengan cepat dan dipadamkan sebelum

membesar. Sistem terdiri dari dua bagian dimana kedua bagian

tersebut terhubung secara wireless dengan menggunakan jasa GSM.

Bagian pertama terdiri dari sistem detektor asap, sistem detektor

suhu, sistem ADC (Analog to Digital Converter), sistem

mikrokontroler, sistem relay dan alarm, sistem penyemprot air,

sistem RS-232.

Sistem detektor asap dan suhu digunakan untuk memonitor

kondisi dari ruangan dimana alat ini digunakan. Detektor asap akan

diletakkan dilangit – langit ruangan sedangkan detektor suhu akan

diletakkan ditempat–tempat yang berpotensi menjadi titik awal api

seperti stop kontak listrik. Kedua detektor ini memberikan input

untuk mikrokontroler agar mikrokontroler dapat menentukan kondisi


4

dari ruangan tersebut. Input dari detektor suhu akan menjadi

pembanding dari input detektor asap yang dihubungkan pada

mikrokontroler. Bila detektor asap mendeteksi adanya asap akan

tetapi detektor suhu tidak mendeteksi kenaikan suhu maka

mikrokontroler akan mengasumsikan asap bukan dari kebakaran dan

tidak akan mengaktifkan sistem lainnya. Tingginya suhu yang

diperlukan untuk dianggap high oleh sistem dapat diatur melalui

program mikrokontroler sesuai dengan keperluan. Bila kedua

detektor mendeteksi adanya asap dan suhu yang tinggi maka

mikrokontroler akan mengasumsikan terjadi kebakaran dan akan

mengaktifkan sistem penyemprot air, alarm, dan peringatan melalui

SMS (Short Message Service).

Sistem mikrokontroler berfungsi untuk menentukan kondisi

ruangan berdasarkan input dari detektor suhu dan asap. Selain itu

mikrokontroler merupakan penggerak bagi sistem alarm, penyemprot

air, dan pengirim SMS bila input dari detektor menunjukkan adanya

kebakaran. Mikrokontroler juga harus terus mendeteksi input dari

detektor suhu dan asap saat kebakaran terjadi. Bila asap kebakaran

atau suhu sudah tidak terdeteksi maka mikrokontroler harus

menghentikan kerja dari sistem penyemprot air dan alarm.


5

3. Devin favian, Heri Supomo, PERANCANGAN SISTEM

DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS KOMPUTER UNTUK

GALANGAN KAPAL (TAHUN 2012)

Kebakaran pada galangan kapal yang disebabkan oleh api

yang tidak terdeteksi lebih awal adalah penyebab kerugian materi

pada galangan dan juga dapat menyebabkan kematian pekerjanya.

Tidak bekerjanya alat deteksi atau tidak tepatnya posisi alat deteksi

diletakkan adalah kondisi yang dapat terjadi. Kerugian materi yang

besar dapat menyebabkan terhambatnya proses produksi di galangan.

Dalam hal ini diperlukan perancangan sistem yang tepat untuk

menanggulanginya terutama sistem yang dapat dipantau setiap saat

secara terpusat untuk menghindari kebakaran yang terjadi lebih besar

dan dengan pemantauan ini memudahkan para pekerja khususnya

petugas tim K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dalam

memantau jalannya proses suatu produksi tanpa kecelakaan yang

khususnya kebakaran.

Dengan tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian

sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya

kebakaran dari perancangan sistem deteksi kebakaran yang berbasis

komputer ini para pekerja dapat lebih baik dan aman dalam

mengerjakan proses produksi, hal ini dikarenakan para tim K3 siap

dalam bertugas meskipun kecelakaan kerja tidak hanya karena

kebakaran, dengan mengadopsi aturan – aturan yang ada dipastikan

kejadian kebakaran yang merugikan tidak akan terjadi. Dalam hal ini
6

penggunaan aturan yang digunakan di akui oleh dunia dengan

pengalaman yang sudah tidak diragukan lagi, terutama

perkembangan – perkembangan teknologi yang semakin cepat

tumbuh diharapkan pihak galangan pun mengikuti pula dengan

sistem yang telah ada untuk diadopsi. Dengan mengadopsi

perkembangan teknologi yang telah ada, perancangan sistem deteksi

yang berbasis komputer dapat dibentuk atau dibuat dan juga dengan

biaya yang tidak terlalu mahal.

Meskipun teknologi yang telah ada lebih baik tapi belum

tentu sesuai yang di inginkan oleh para Konsumen yang ada

Indonesia. Dengan dibuatnya konsep perancangangan sistem ini

semoga dapat membantu para konsumen khususnya di galangan

kapal untuk meningkatkan pencegahan bahaya kebakaran. Konsep

yang terbentuk ini merupakan konsep sederhana yang dimana dapat

dimungkinkan untuk dikembangkan untuk menjadi lebih baik.

B. LANDASAN TEORI

Pada bagian landasan teori ini penting diketahui bagi pembaca agar

dapat memahami permasalahan dan inti sari dari pokok tema yang akan

disampaikan atau diangkat dalam penelitian. Disamping itu landasan teori ini

juga memiliki maksud untuk menunjukan ide bagaimana pemasalahan tersebut

dapat diangkat dan dihubungkan dengan hasil penelitian dengan ilmu

pengetahuan yang lebih luas. Pada bagian landasan teori ini kami akan

memaparkan tentang pengertian, jenis- jenis prinsip kerja dari alarm

kebakaran.
7

1. PENGERTIAN ALARM KEBAKARAN

Alarm Kebakaran dapat didefinisikan sebagai alat yang

dirancang untuk mendeteksi terjadi kebakaran pada area yang

dipasang. Alarm kebakaran didesain khusus untuk mengeluarkan

bunyi yang bising dan flash camp / lampu indikator dipanel control

dan bunyi. Bunyi dan lampu indicator sebagai signal untuk

memberitahu kepada operator / penghuni jika sedang terjadi

kebakaran pada lokasi ruang yang telah di instalasi dengan sistem

alarm kebakaran ini. bunyi alarm di hasilkan oleh alarm bell atau

motor sirine, sedangkan flash / lampu bahaya di hasilkan oleh

indicating lamp/strobo fire alarm.

Pemberantasan kebakaran merupakan daya upaya untuk men

ghindari suatu peristiwa kebakaranya : memadamkan, melokalisir,

mengamankan harta benda, jiwa, mencari atau menyelidiki sebab

-sebab kebakaran dan rehabilitasi.

Jadi pemberantasan kebakaran adalah

usaha yang dilakukan setelah terjadi musiba kebakaran

(Suma’mur, 1995).

Perubahan pada lingkungan sekitar dapat diasumsikan

sebagai tanda pendeteksi bahaya kebakaran. Perubahan yang

mungkin terjadi misalnya adalah munculnya asap, meningkatnya

suhu ruangan, dan munculnya api ataupun gas. Maka dari itu,

sebuah fire alarm system selalu dilengkapi dengan sensor yang peka
8

terhadap keberadaan asap, panas, api, maupun gas. Secara umum,

sistem alarm kebakaran diklasifikasikan sebagai baik secara otomatis

ditekan, ditekan secara manual, atau keduanya.

Sistem alarm kebakaran otomatis dimaksudkan untuk

memberitahukan kepada penghuni bangunan untuk mengevakuasi

jika terjadi kebakaran atau darurat lainnya, melaporkan peristiwa

tersebut ke lokasi off-tempat dalam rangka untuk memanggil

layanan darurat, dan menyiapkan struktur dan sistem yang terkait

untuk mengontrol penyebaran api dan asap.

Adapun alarm kebakaran juga dapat menimbulkan terjadinya

Alarm palsu, yang juga disebut alarm gangguan, yaitu laporan yang

menipu atau keliru tentang keadaan darurat, menyebabkan kepanikan

yang tidak perlu dan / atau membawa sumber daya (seperti layanan

darurat) ke tempat yang tidak diperlukan. Alarm palsu dapat terjadi

dengan alarm pencurian tempat tinggal, detektor asap, alarm industri,

dan dalam teori deteksi sinyal.

Alarm palsu memiliki potensi untuk mengalihkan responden

darurat dari keadaan darurat yang sah, yang akhirnya dapat

menyebabkan hilangnya nyawa. Dalam beberapa kasus, alarm palsu

berulang di area tertentu dapat menyebabkan penghuni mengalami

kelelahan alarm dan mulai mengabaikan sebagian besar alarm,

mengetahui bahwa setiap kali alarm yang nyala itu mungkin salah

dan itu sangat berbahaya.


9

2. JENIS-JENIS ALARM KEBAKARAN

a. ROR (Rate of Rise) Heat Detector.

Salah satu jenis dari heat detector yaitu ROR (Rate of

rise) . detektor panas type ROR atau rate of rise detector bekerja

ketika ada kenaikan suhu 12-15 derajat celcius dari suhu semula,

detektor jenis ROR dapat di gunakan untuk segala jenis ruangan

atau lokasi karena detektor ini mampu mendeteksi perubahan

suhu yang tiba-tiba ekstrim.

Prinsip operasi detektor panas fire alarm pada jenis ROR

menyebabkan jenis ini menjadi sangat aplikatif untuk digunakan

pada hampir seluruh jenis ruangan yang memang memiliki suhu

normal yang tinggi. Selain itu, jenis detektor panas ROR dari

segi biaya juga dinilai lebih hemat dengan kemampuan operasi

yang lebih luas. Cakupan perlindungan detektor panas jenis

ROR mencapai 30 meter persegi dengan pemasangan ketinggian

5 hingga 8 meter. Berbeda dengan cakupan perlindungan

detektor panas jenis fixed temperature yang bisa mencapai 30

meter persegi hanya apabila dipasang pada ketinggian maksimal

4 meter, dan di atas 4 meter hingga sampai 8 meter hanya

mampu melindungi area seluas 15 meter persegi saja


10

Gambar 2.a.1 Alarm Jenis ROR (Rate of rise) Heat Detector

Sumber : https://www.Bromindo.com

Detektor ini bekerja berdasarkan kenaikan temperatur

yang sangat cepat meskipun itu hanya hembusan panas. Bel

pada detektor akan berbunyi jika temperatur melebihi 55-65C.

ROR heat detektor akan bekerja jika saklar bi-metal kontak saat

mendeteksi panas. Detektor ini tidak membutuhkan tegangan

oleh sebab itu detektor langsung dipasang di panel

alarm. Detektor jenis ROR memiliki keunggulan yaitu mampu

bekerja pada temperatur rendah bahkan di bawa temperatur api

normal. ROR heat detektor dilengkapi dengan termistor atau

termokopel yang sangat sensitif pada panas.

Gambar 2.a.2 Rangkaian Alarm ROR (Rate of rise)

Sumber : http//:www.projectcircuit4u.blogspot.com
11

ROR heat detector memanfaatkan teknologi

thermacouple dan thermistor yang responsif dengan panas.

Fungsi dari thermistor ini sendiri adalah medeteksi arus

konveksi dan radiasi sedangkan thermocouple lainnya

mendeteksi respon dari suhu lingkungan sekitarnya.

b. Fix Temperatur

Fixed Temperature merupakan salah satu

jenis heat detector. Heat detector sendiri merupakan suatu alat

yang berfungsi untuk mendeteksi kebakaran dengan panas pada

ruangan. Jika ROR bekerja dengan cara mendeteksi derajat

panas dengan beda temperatur rendah, fixed temperatur akan

mendeteksi panas dengan derajat panas yang tinggi. Alasan area

sepeti diatas tidak cocok pada jenis ROR heat detector karena

pada ROR sering terjadi kesalahan alarm (alarm palsu) karena

dapat mengaktifkan alarm. Luas area deteksi adalah sekitar 30

m2 dengan ketinggian plafon 4 m sedangkan untuk luas area 15

m2 maka ketinggian plafon antara 4 – 8 m. Seperti halnya ROR,

kabel yang diperlukan untuk detector ini cuma 2, yaitu L dan

LC.

Adapun prinsip operasi detektor panas fire alarm fixed

temperature yaitu Jenis detektor panas fixed temperature

memiliki prinsip operasi dengan patokan eutectic point atau

suhu tertentu di mana apabila suhu ruangan telah mencapai suhu


12

eutectic point tersebut, maka detektor panas fixed temperature

akan otomatis aktif. Pada umumnya, jenis detektor panas fixed

temperature tersebut memiliki eutectic point pada suhu-suhu

tertentu sesuai dengan model dan spesifikasi atau design

komponen fixed temperature tersebut.

Ada yang didesain dengan eutectic point yang rendah,

yaitu sejak temperatur baru mencapai 47 derajat Celcius, ada

pula yang dirancang dengan eutectic point 58 derajat Celcius,

hingga 68 derajat Celcius. Ketika suhu pada ruangan atau area

yang termasuk cakupan perlindungan mencapai suhu eutectic

point, maka komponen timah atau Tin (Sb) yang merupakan

komponen yang digunakan sebagai heat sensitive eutectic alloy

tersebut akan mencair karena terkena suhu tinggi.

Zat timah yang mencair tersebutlah yang menjadi

komponen sensor yang selanjutnya dapat mengaktifkan sistem

secara otomatis sehingga alarm peringatan baik peringatan

kebakaran suara pada alarm bell maupun visual pada indicating

lamp akan aktif.

Gambar 2.b.1 Alarm Jenis Fix Temperatur

Sumber : http://www.tanyaalarm.com
13

Gambar 2.b.2 Rangkaian Alarm Fix Temperatur

Sumber : https://www.ElectroSchematics.com

c. Smoke Detector

Smoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke

dalamnya. Asap memiliki partikel-partikel yang kian lama

semakin memenuhi ruangan smoke (smoke chamber) seiring

dengan meningkatnya intensitas kebakaran. Jika kepadatan asap

ini (smoke density) telah melewati ambang batas (threshold),

maka rangkaian elektronik di dalamnya akan aktif. Oleh karena

berisi rangkaian elektronik, maka Smoke memerlukan tegangan.

Pada tipe 2-Wire tegangan ini disupply dari panel Fire

bersamaan dengan sinyal, sehingga hanya menggunakan 2 kabel

saja.

Sedangkan pada tipe 4-Wire (12VDC), maka tegangan

plus minus 12VDC-nya disupply dari panel alarm biasa

sementara sinyalnya disalurkan pada dua kabel sisanya. Area

proteksinya mencapai 150m2 untuk ketinggian plafon 4m.


14

Jenis jenis Smoke detector

1. Ionisation Smoke Detector

Ionisation Smoke Detector bekerja berdasarkan

proses ionisasi molekul udara oleh unsur radioaktif Am

(Americium241). Bahan ini digunakan sebagai pembangkit

ion di dalam ruang detector. Dalam detector terdapat dua

plat yang masing-masing bermuatan postif dan negatif. Ion

bermuatan positif akan tertarik ke plat negatif, sedangkan

ion negatif tertarik ke plat positif. Proses ini akan

menghasilkan sedikit arus listrik yang dikatakan "normal".

Manakala asap kebakaran masuk, terjadilah tumbukan

antara partikel asap dengan molekul udara (yang terionisasi

tadi). Sebagian partikel asap akan dimuati oleh ion positif

dan sebagian lagi oleh ion negatif.

Oleh karena ukuran partikel asap lebih besar dan

jumlahnya lebih banyak daripada molekul udara (yang

terionisasi tadi), maka arus ion yang sebelumnya "normal"

tadi, kini akan mengecil akibat terhalang oleh partikel asap.

Jika sudah melampaui batas ambangnya, maka terjadilah

kondisi "alarm".
15

Gambar 2.c.1 Ionisation Smoke Detector

Sumber : https://www.Bromindo.com

2. Photoelectric (Optical) Smoke Detector

Photoelectric (Optical) Smoke Detector bekerja

berdasarkan perubahan cahaya di dalam ruang detector

(chamber) disebabkan oleh adanya asap dengan

kepadatan tertentu.

Gambar 2.c.2 Photoelectric (Optical) Smoke Detector

Sumber : https://www.Bromindo.com
16

Berdasarkan prinsip kerjanya, kita kenal dua

jenis optical smoke, yaitu:

a. Light Scattering

Prinsip ini yang banyak dipakai oleh smoke detector

saat ini. Terdiri atas light-emitting diode (LED) sebagai

sumber cahaya dan photodiode sebagai penerima

cahaya. LED diarahkan ke area yang tidak terlihat

oleh photodiode. Jika ada asap yang masuk, maka

cahaya akan dipantulkan ke photodiode, sehingga

menyebabkan detector bereaksi.

b. Light Obscuration.

Prinsip ini mirip dengan cara kerja beam sensor

pada alarm. Cahaya yang terhalang oleh asap

menyebabkan detector mendeteksi. Prinsip ini pula

yang digunakan pada smoke detector jenis infra red

beam, sehingga bisa mencapai panjang hingga 100m.

Gambar 2.c.3 Alarm jenis Smoke Detector

Sumber : http://fireprotection-indonesia.blogspot.co.id
17

Gambar 2.c.4 Rangkaian Alarm Smoke Detector

Sumber : http://fireprotection-indonesia.blogspot.co.id
d. Flame Detector

Flame Detector adalah alat yang sensitif terhadap radiasi

sinar ultraviolet yang ditimbulkan oleh nyala api. Tetapi detector

ini tidak bereaksi pada lampu ruangan, infra merah atau sumber

cahaya lain yang tidak ada hubungannya dengan nyala api

(flame).

Gambar 2.d.1 Alarm jenis Flame detector

Sumber : http://engineeringbuilding.blogspot.co.id

Penempatan detector harus bebas dari objek yang

menghalangi, tidak dekat dengan lampu mercury, lampu halogen

dan lampu untuk sterilisasi. Juga hindari tempat-tempat yang


18

sering terjadi percikan api (spark), seperti di bengkel-bengkel las

atau bengkel kerja yang mengoperasikan gerinda. Dalam

percobaan singkat, detector ini menunjukkan performa yang

sangat bagus. Respon detector terbilang cepat saat korek api

dinyalakan dalam jarak 3 - 4m. Oleh sebab itu, pemasangan di

pusat keramaian dan area publik harus sedikit dicermati. Jangan

sampai orang yang hanya menyalakan pemantik api (lighter) di

bawah detector dianggap sebagai kebakaran.

Bisa juga dipasang di ruang bebas merokok (No

Smoking Area) asalkan bunyi alarm-nya hanya terjadi di

ruangan itu saja sebagai peringatan bagi orang yang

"membandel".

e. Gas Detector

Gas Detector adalah salah satu jenis fire alarm atau alat

keamanan yang berfungsi sebagai peringatan apabila terjadinya

kebocoran gas yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya

kebakaran. Pada umumnya alat ini dapat mendeteksi gas seperti

LPG dan LNG, dan ada juga yang dapat mendeteksi gas kimia

beracun yang dapat membahayakan. Perbedaan LPG dengan

LNG adalah: Elpiji lebih berat daripada udara, sehingga apabila

bocor, gas akan turun mendekati lantai (tidak terbang ke udara).

Sedangkan LNG lebih ringan daripada udara, sehingga jika

terjadi kebocoran, maka gasnya akan terbang ke udara.


19

Gambar 2.e.1 Alarm jenis Gas Detector

Sumber : http://engineeringbuilding.blogspot.co.id

3. INDIKATOR ALARM

Indikator alarm terdiri dari berbagai jenis, indikator alarm

digunakan untuk mendeteksi adanya kebakaran pada berbagai tempat

terkhususnya ketika dikapal yang lebih banyak berpotensi timbul

kebakaran seperti pada Ruang Mesin, Anjungan,dll. Adapun

beberapa indikator alarm yang digunakan yaitu :

A. fire sprinkler.

Fire Sprinkler merupakan salah satu sistem proteksi

kebakaran media air yang banyak digunakan di Indonesia. cara

kerja Sprinklers adalah mendeteksi panas berdasarkan suhu.

suhu pada kepala fire sprinkler bermacam-macam, tergantung

dari potensi kebakaran di tempat tersebut.

Gambar 3.a.1 Fire Sprinkler

Sumber : http://www.Bromindo.com
20

ketika efek panas dari api telah terdeteksi, kepala fire

Sprinkler akan pecah. sehingga aliran air dari dalam instalasi

pipa akan memancar ke lubang yang pecah tersebut.

Setiap kepala sprinkler ditutup oleh bola kaca yang peka

terhadap suhu panas, sedangkan bagian lainnya adalah logam

yang tahan terhadap tekanan. Kaca bohlam ini berlfungsi untuk

penahan tekanan air dari pipa instalasi. bertindak sebagai plug

yang fungsinya mencegah air mengalir sampai bohlam pecah /

suhu lingkungan sekitar kepala sprinkler mencapai titik tertentu

untuk aktivasi sprinkler secara individu. setiap sprinkler aktif

secara independen di lokasi yang bersuhu tinggi saja, jumlah fire

sprinkler yang beroperasi hanya yang berada dekat dengan api.

Sprinkler dapat pula dibagi menjadi dua kategori

berdasarkan mode aktivasi pengiriman air, yaitu sebagai

berikut:

– Dalam versi “fusible element”, panas mencairkan stopper

metal yang menyumbat lubang pengiriman air.

– Dalam versi “bulb”, temperatur tinggi memanaskan cairan

dalam bohlam kaca(glass bulb), sampai bulb pecah.

B. Manual Call Point (MCP)

Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda

kebakaran (Fire Bell) secara manual dengan cara


21

memecahkan kaca atau plastiktransparan di bagian tengahnya.

Istilah lain untuk alat ini adalah Emergency Break Glass.

Di dalamnya hanya berupa saklar biasa yang

berupa microswitch atau tombol tekan. Salah satu aspek yang

harus diperhatikan adalah soal lokasi penempatannya. Terbaik

jika unit ini diletakkan di lokasi yang sering terlihat oleh banyak

orang dan mudah dijangkau. Untuk menguji fungsi alat ini tidak

perlu dengan memecahkan kaca, karena sudah tersedia tongkat

atau kunci khusus, sehingga saklar bisa tertekan tanpa harus

memecahkan kaca.

Gambar 3.b.1 Manual Call Point (MCP)

Sumber : http://engineeringbuilding.blogspot.co.id

C. Fire Bell

Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran

yang khas. Suaranya cukup nyaring dalam jarak yang relatif

jauh. Tegangan output yang keluar dari dari panel Fire Alarm

adalah 24VDC, sehingga jenis Fire Bell 24VDC-lah yang

banyak dipakai saat ini, sekalipun versi 12VDC juga tersedia.

Perlu diperhatikan dalam pemasangan Fire Bell (pada tipe


22

Gong) adalah kedudukan piringan bell terhadap batang pemukul

piringan jangan sampai salah. Jika tidak pas, maka bunyi bell

menjadi tidak nyaring. Aturlah kembali dudukannya dengan

cermat sampai bunyi bel terdengar paling nyaring.

Gambar 3.c.1 Fire Bell

Sumber : http://engineeringbuilding.blogspot.co.id

D. Indicator Lamp

Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai

pertanda aktif-tidaknya sistem Fire Alarm atau sebagai pertanda

adanya kebakaran. Yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada

Fire Alarm adalah lampu yang menunjukkan adanya power pada

panel ataupun menunjukkan trouble dan atau kebakaran. Di

dalamnya hanya berupa lampu bohlam (bulb) berdaya 30V/2W

atau lampu LED berarus rendah. Oleh karena itu, dalam sistem

yang normal (tidak pada saat kebakaran) seyogianya lampu ini

menyala (On). Sebaliknya apabila lampu mati, ya tentu saja ada

trouble pada power. Pada beberapa merk, indikasi kebakaran

dinyatakan dengan lampu indikator yang berkedip-kedip.


23

Gambar 3.d 1 Indicator Lamp

Sumber : http://engineeringbuilding.blogspot.co.id

E. Remote Indicating Lamp

Berbeda dengan Indicator Lamp, maka Remote

Indicating Lamp akan menyala saat terjadi kebakaran. Lampu

ini dipasang di luar ruangan tertutup (closed room), seperti

ruang panel listrik, ruang genset, ruang pompa dan semisalnya,

dengan maksud agar gejala kebakaran di dalam dapat diketahui

oleh orang di luar melalui nyala lampu. Unit ini bisa juga

dipasang di luar kamar hotel (sepanjang hallway), rumah sakit

dan ruangan yang semisalnya.

Gambar 3.e.1 Remote Indicating Lamp

Sumber : http://engineeringbuilding.blogspot.co.id
24

C. PEMELIHARAAN DAN PENGECEKAN ALARM KEBAKARAN

Sistem alarm kebakaran disiapkan untuk membantu melindungi

orang, properti, dan asset dari bahaya kebakaran dengan dapat

memberikan peringatan dini terhadap potensi kebakaran. Seperti sistem

yang lain, perangkat elektronik dan komponen lainnya dapat menurun

daya kerjanya dari waktu ke waktu, debu, kotoran, dan kontaminan

lainnya dapat menyebabkan masalah dengan detektor asap. Oleh karenya

diperlukan perawatan berkala dengan melakukan pengujian yang tepat,

inspeksi, dan pemeliharaan untuk menjaga dan memastikan sistem alarm

kebakaran dapat bekerja optimal. Mengetahui sistem usia dan

pemeliharaan sejarah membantu Anda menentukan langkah-langkah

yang harus Anda ambil untuk mempertahankan kesiapan

operasionalnya. Sistem balita harus memerlukan sedikit usaha untuk

mempertahankan. Dalam sistem begitu muda, masalah biasanya karena

instalasi marjinal seperti grounding yang tidak tepat atau faktor

lingkungan seperti transien tegangan. Pemeliharaan Fire Alarm

secara umum terdiri dari lima langkah yang berbeda, yaitu :

1. Test dan mengkalibrasi sensor alarm, termasuk detektor sensor asap,

panas, percikan dan lainnya terhadap nyala api. Hal ini

membutuhkan pengetahuan tentang berbagai sensor-dan persyaratan

pengujian mereka, mode kegagalan, dan persyaratan instalasi ulang.

2. Uji suara alarm kebakaran dan melakukan simulasi, Hal ini

memerlukan petunjuk yang sangat spesifik.


25

3. Sensitivitas Set. Hal ini membutuhkan pemahaman tentang sistem

tertentu, aplikasi tertentu, dan teori deteksi kebakaran dengan

mengikuti panduan dan instruksi dari brand yang dipasang.

4. Berkoordinasi dengan pemadam kebakaran untuk menguji input ke

sistem mereka.

5. Periksa korosi pada baterai alarm kebakaran serta tanggal

kedaluwarsa. Lakukan pergantian baterai alarm (independen)

kebakaran paling tidak 1 tahun sekali.

Adapun berdasarkan jenis standar berkala Umur dari Alarm

kebakaran itu sendiri memiliki spesifikasi untuk pemeliharaan ataupun

perawatan, hal ini perlu dipehaikan bahwa untuk tetap menjaga agar

terawat dengan baik, Waktu jenjang perawatannya terdiri atas :

1. Fire Alarm Berusia Kurang Dari Lima Tahun, Alarm kebakaran

baru biasanya memerlukan sedikit perawatan. Secara

umum, inspeksi alarm kebakaran tahunan dan perubahan baterai

semi-tahunan biasanya cukup sebagai perawatan. Satu-satunya

masalah nyata yang timbul dalam alarm kebakaran yang muda ini

biasanya datang dari instalasi yang tidak tepat.

2. Fire Alarm Berusia Sepuluh Tahun, Pada titik ini alarm

kebakaran Anda mungkin mulai menunjukkan tanda-tanda seperti

fluktuasi suhu, kelembaban dan tegangan. Jika pemeliharaan

diabaikan maka akan mengakibatkan kegagalan pada sistem alarm

kebakaran
26

3. Fire Alarm Berusia Sepuluh Hingga Lima Belas Tahun, masih

bisa memberikan respon hidup dan keselamatan. Namun, sistem

dalam kategori ini membutuhkan perhatian, bahkan dengan prosedur

perawatan yang tepat di tempat. Jika sistem memiliki sejarah

pemeliharaan yang buruk atau tidak sama sekali, kemungkinan

bahwa kegagalan komponen dan monitoring yang tidak tepat dari

komponen sistem akan terjadi.

4. Fire Alarm Berusia Lebih Dari Lima Belas Tahun, Alarm

kebakaran yang berusia lebih dari lima belas tahun harus diganti.

Pada usia ini, fungsi sistem telah buruk dan berpotensi mengalami

kegagalan sistem yang tinggi Inspeksi tahunan dan pemeliharaan

rutin oleh para profesional terlatih harus dilakukan untuk

memastikan bahwa sistem masih dapat berfungsi dengan baik.

5. Fire Alarm Berusia Lebih Dari Dua Puluh Tahun, Setelah 20

tahun, alarm kebakaran yang pasti harus diganti. Bahkan dengan

perawatan yang tepat, alarm kebakaran usia ini bisa saja tidak

berfungsi terlebih saat situasi darurat.

Standar dan pedoman dari alarm kebakaran kebanyakan

produsen sistem merekomendasikan setidaknya satu tes tahunan penuh

dan inspeksi setelah instalasi awal dan penerimaan. Berbagai instansi,

organisasi, dan pemerintah daerah merekomendasikan, dan dalam

beberapa kasus, mandat, pengujian interval.


27

The National Fire Protection Association (NFPA) memberikan

Kode Alarm Kebakaran Nasional, NFPA 72. Ini standar berkaitan

dengan aplikasi, instalasi, kinerja, dan pemeliharaan sistem sinyal

proteksi dan komponen mereka. Instansi yang lokal yurisdiksi (AHJ)

dan perusahaan asuransi juga berpengaruh, merekomendasikan, atau

ditetapkan standar yang mereka anggap perlu untuk operasi yang tepat

dari sistem kehidupan keselamatan. AHJs dapat membentuk pedoman

yang melebihi pedoman NFPA. Dalam hampir semua kasus, standar

garis persyaratan minimum. Potensi masalah, bagaimanapun, adalah

bahwa tidak semua sistem alarm kebakaran tunduk pada kondisi

lingkungan dan ambient yang sama. Oleh karena itu, memenuhi standar

minimum semua kode dan standar yang berlaku mungkin tidak

memberikan perlindungan yang optimal untuk fasilitas. Karena itu,

organisasi pelayanan produsen dapat merekomendasikan inspeksi dan

pemeliharaan yang melampaui standar yang diterbitkan dan pedoman.

Pemeliharaan sistem selain usia pada sistem, Anda harus

mempertimbangkan anggaran dan staf sumber daya. Apakah staf Anda

memiliki waktu dan keahlian untuk benar menjaga sistem hidup-

keselamatan penting ini? Apakah akan lebih efektif biaya untuk

memiliki organisasi jasa produsen atau kontraktor yang mengkhususkan

diri dalam alarm kebakaran melakukan pemeliharaan? Standar yang

paling ketat dan pedoman yang berarti kecuali orang-orang yang

melakukan inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan berpengetahuan dan

berkualitas untuk melayani sistem alarm kebakaran.


28

Orang pemeliharaan fasilitas biasanya tidak memiliki

pengalaman dan pengetahuan yang ditemukan dalam teknisi layanan

pabrikan, yang pekerjaan sehari-hari berkisar teknologi sistem alarm

kebakaran di berbagai lingkungan dan keadaan. Beberapa fasilitas telah

menjawab masalah ini dengan mengirimkan orang-orang mereka untuk

kursus pelatihan pabrik yang disponsori. Pendekatan ini bekerja, jika

dilakukan secara terus-menerus. Anda bisa mendapatkan sekitar dilema

pelatihan dengan menggunakan perjanjian layanan pabrik. Ini dapat

berkisar dari perjanjian on-call dasar yang dijadwalkan secara rutin

kunjungan layanan.

Layanan Darurat menawarkan empat jam dan delapan jam waktu

respon, secara 24 jam sehari, adalah pilihan yang tersedia dalam

perjanjian layanan yang paling. Layanan ini biasanya memberikan

respon dalam waktu yang ditentukan, bersama dengan perbaikan dan

penggantian peralatan. Tanggap darurat yang cepat hampir universal

untuk industri kesehatan dan penginapan karena sekitar-the-clock hunian

oleh staf, pasien, dan tamu. Untuk sebagian besar fasilitas,

mengontrakkan fungsi yang masuk akal. Sebelum Anda menandatangani

perjanjian pemeliharaan, meskipun, pastikan teknisi disertifikasi oleh

Lembaga Nasional untuk Sertifikasi Teknik Teknologi (nicet) dan

mengkhususkan diri pada keselamatan hidup. Sertifikasi nicet

menunjukkan pengetahuan mendalam tentang sistem instalasi dan

kehidupan pemeriksaan siklus, pengujian, dan protokol perawatan.

Beberapa fasilitas memiliki staf mereka sendiri nicet bersertifikat.


29

D. FUNGSI DAN MANFAAT ALARM

Alarm kebakaran memiliki fungsi sebagai tanda atau peringatan

terhadap adanya bahaya ataupun kerusakan yang tidak diinginkan

ataupun diharapkan pada jaringan sinyal sehingga dapat memberitahu

atau memperingatkan secara jelas supaya segera untuk diantisipasi.

Instalasi dan Peralatan Fire alarm berfungsi sebagai alat

pendeteksi awal dari bahaya kebakaran, agar bahaya kebakaran yang

terjadi dapat diatasi dengan segera sehingga biasa terhindar dari resiko

yang lebih besar dan fatal. Adapun manfaat dari alarm adalah untuk

mengurangi akibat atau resiko kerugian dari kecelakaan/kebakaran yang

terjadi. Sistem alarm kebakaran akan membunyikan peringatan bahwa

api telah terdeteksi dan semua orang perlu mengungsi.

Komponen lain dari sistem ini juga memudahkan penumpang

untuk mengungsi, seperti lampu strobo dan tanda keluar. Lampu-lampu

dan tanda-tanda itu berarti jalan keluar agar lebih mudah dilihat, terutama

jika kapal tersebut kehilangan daya karena suatu alasan. Dengan

demikian upaya untuk penyelamatan akan lebih siaga dan kerugiannya

terlebih akibat alarm palsu dapat berkurang.

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ALARM

1. Kelebihan Alarm

Dapat memberikan peringatan dini terhadap bahaya yang akan

terjadi sehingga manusia dapat mengantisipasi dan meminimalisir

korban jiwa maupun kerugian harta benda.


30

2. Kelemahan Alarm

Alarm merupakan alat yang mampu menyebabkan reaksi positif

dan negatif pada manusia. Orang yang mendengar bunyi alarm yang

nyaring dapat mengeluarkan reaksi panik dan menyelamatkan diri

secara tidak rasional yang dapat membahayakan dirinya. Terlebih lagi

jika alarm tersebut adalah alarm palsu, Kehadiran fire alarm palsu

tersebut dinilai sangat meresahkan. Selain mengganggu

keberlangsungan aktivitas, alarm palsu tersebut juga kerap

menimbulkan kerugian finansial karena menghabiskan biaya yang tak

kecil.

Biaya tersebut bisa timbul akibat beberapa situasi, seperti ganti

rugi yang harus diberikan perusahaan terhadap awak kapal yang

mungkin cidera karena berusaha menyelamatkan diri, dapat pula

berupa biaya yang dikeluarkan untuk upaya penyelamatan dan

pemadaman api yang pada nyatanya bukanlah api kebakaran, dan

masih banyak situasi merugikan lainnya.

F. KERANGKA PENELITIAN

Kerangka penelitian disusun dalam menganalisa dari permasalahan

yang akan dibahas dan dapat mempermudah pembahasan agar lebih

terperinci, Pembahas ini tentang kinerja alarm kebakaran diatas kapal

maka dirancang sedemikian rupa sehingga mampu mengurangi resiko

terjadinya alarm palsu.


31

Mulai

Observasi Objek Lapangan

Studi literatur

Penjelasan Objek penelitian :

Sistem alarm kebakaran


Konstruksi alarm kebakaran Selesai
Mekanisme kerja pada
alarm kebakaran
1

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Menurut Ruslan (2003:24), Metode merupakan kegiatan ilmiah

yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami

suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan

jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk

keabsahannya.

Sementara munurut Kerlinger (1986: 17-18), Penelitian adalah

investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari suatu

proposisihipotesis mengenai hubungan tertentu antarfenomena.

Menurut Nazir (1988: 63), di dalam Buku Contoh Metode

Penelitian, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti

status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari

penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau

lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-

sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Menurut Poerwandari (1998), penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya

deskriptif, seperti wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman

video dan lain-lain.


2

Penelitian yang digunakan kami di dalam melakukan pengamatan

ini menggunakan metode kamian kualitatif, dimana akan menganalisis

tentang kinerja alarm kebakaran untuk memaksimalkan keselamatan

diatas kapal. Untuk metode dalam penelitian, kami menggunakan jenis

metode penelitian yaitu metode deskriptif, yang memiliki tujuan

pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan

subjek atau objek dalam penelitian berdasarkan fakta-fakta yang

tampak atau apa adanya diatas kapal.

Dalam penelitian ini kami akan menganalisis atau

menggambarkan gangguan-gangguan pada alarm kebakaran maupun

prosedur ataupun prinsip kerjanya, sehingga dapat mengetahui apa saja

penyebab atau yang menyebabkan bisa terjadinya alam palsu diatas

kapal. Data diperoleh dengan pengamatan langsung terhadap sistem

alarm kebakaran lalu mencatat data-data dan dokumen yang dibutuhkan,

yang berhubungan dengan analisis kinerja alarm kebakaran untuk

memaksimalkan keselamatan diatas kapal.

B. LOKASI PENELITIAN

1. Waktu penelitian.

Waktu penelitian dilakukan pada saat peneliti melakukan

pelayaran sampai data yang dibutuhkan peneliti sudah terpenuhi.

1. Tempat penelitian.

Dilaksanakan diatas kapal pada saat prola/praktek layar dikapal.


3

C. JENIS DAN SUMBER DATA

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan kami dalam penelitian ini yaitu data

informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber, melalui sumber

buku dan media internet.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam proses penyelesaian

kamian penelitian karya ilmiah terapan adalah :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara

melakukan pengamatan, penelusuran dan wawancara kepada

Markonis, Electrician dan teknisi yang bersangkutan langsung

dengan objek penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperuntukkan guna

mendukung data-data primer dalam menjelaskan substansi

penelitian. Data jenis ini diperoleh dari berbagai sumber

kepustakaan seperti, buku-buku referensi, materi/jurnal/log

book, internet (social network) dan manual book peralatan yang

terdapat di atas kapal.


4

D. PEMILIHAN INFORMAN

Berdasarkan rumusan masalah yang kami lakukan sebelumnya,

maka dalam kamian Karya Ilmiah Terapan ini dibutuhkan suatu

pengamatan. Sehingga mampu mendapatkan data yang benar dan akurat,

agar tujuan kamian dapat tercapai dan sesuai dengan judul yang kami

ambil. Disini kami memilih Informan yang sesuai dan berkaitan

langsung dengan data yang akan dikumpulkan, yakni Electrician,

Markonis dan teknisi kapal.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Adapun data atau informasi yang akan dikumpulkan untuk

keperluan Karya Ilmiah Terapan ini melalui beberapa teknik

pengumpulan, yakni :

1. Observasi, yaitu penelitian ini dilakukan dengan cara peninjauan

langsung pada objek yang akan diteliti. Informasi dari data yang ada

akan ditelusuri sehingga memperoleh data secara akurat.

2. Wawancara, yaitu penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti

menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dan melakukan sesi tanya jawab

secara sistematis yang berkaitan dengan data yang akan diperoleh.

3. Dokumentasi, yaitu penelitian ini dilakukan dengan cara

mempelajari dan mengumpulkan dokumen-dokumen, literatur-

literatur, buku-buku referensi, review penelitian sebelumnya dan


5

tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti

untuk memperoleh data sebagai landasan teori dari penelitian.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data, menurut Patton (1980:268), adalah proses mengatur

urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan

satuan uraian dasar. Hal ini berarti dalam menganalisis data diperlukan

aturan dan pengorganisasian untuk mendapatkan tujuan atau hasil yang

diinginkan.

Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan langkah-langkah

analisis data yaitu Analysis Interactive model Miles dan Huberman, yang

telah membagi langkah-langkah atau urutan dari kegiatan menganalisis

data secara kualitatif yaitu dengan bagian-bagiannya berupa

pengumpulan data (data collection), reduksi data (data reduction),

penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi

(conclusions).

1. Pengumpulan Data

Pada analisis model pertama dilakukan pengumpulan

data hasil wawancara, hasil observasi, dan berbagai dokumen

berdasarkan kategorisasi yang sesuai dengan masalah

penelitian yang kemudian dikembangkan penajaman data

melalui pencarian data selanjutnya. Data yang dikumpulkan

disesuaikan dengan penelitian yang akan diteliti.


6

2. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongan, mengarahkan, membuang data

yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara

sedemikian rupa sehingga simpulan final dapat ditarik dan

diverifikasi (Miles dan Huberman, 2007: 16).

Menurut Mantja (dalam Harsono, 2008: 169), reduksi

data berlangsung secara terus menrus sepanjang penelitian

belum diakhiri. Produk dari reduksi data adalah berupa

ringkasan dari catatan lapangan, baik dari catatan awal,

perluasan, maupun penambahan.

3. Penyajian Data

Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi

yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan.

Penyajian data dimaksudkan intuk menemukan pola-pola

yang bermakna serta memberikan kemungkinan adanya

penarikan simpulan serta memberikan tindakan (Miles dan

Huberman, 2007: 84).

Menurut Sutopo (dalam Harsono, 2008: 169) menyatakan

bahwa sajian data berupa narasi kalimat, gambar/skema,

jaringan kerja dan tabel sebagai narasinya. Dalam penelitian

kualitatif ini, data yang disajikan lalu di analisis dan pada


7

akhirnya akan memberikan suatu penarikan kesimpulan dan

memverifikasikan data sesuai temuan yang ada.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari sutu

kegiatan konfigurasi yang utuh (Miles dan Huberman, 2007:

18). Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama

penelitian berlangsung. Kesimpulan ditarik semenjak peneliti

menyususn pencatatan, pola-pola, pernyataan-pernyataan,

konfigurasi, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi

(Harsono, 2008: 169).

Adapun panduan yang dijadikan dalam proses analisis

data, dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Dari hasil wawancara, observasi, pencatatan

dokumen, dibuat catatan lapangan secara lengkap.

Catatan lapangan ini terdiri atas deskripsi dan

refleksi.

2. Berdasarkan catatan lapangan, selanjutnya dibuat

reduksi data. Reduksi data ini berupa pokok-pokok

temuan yang penting.

3. Dari reduksi data kemudian diikuti penyusunan

sajian data yang berupa cerita sistematis dengan

suntingan peneliti supaya maknanya lebih jelas

dipahami. Sajian data ini, dilengkapi dengan faktor


8

pendukung, antara lain metode, skema, bagan, tabel,

dan sebagainya.

4. Berdasarkan sajian data tersebut, kemudian

dirumuskan kesimpulan sementara.

5. Kesimpulan sementara tersebut senantiasa akan terus

berkembang sejalan dengan penemuan data baru dan

pemahaman baru, sehingga akan didapat suatu

kesimpulan yang mantap dan benar-benar sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya. Demikian

seterusnya aktivitas penelitian ini berlangsung, yaitu

terjadi, interaksi yang terus menerus antara ketiga

komponen analisisnya bersamaan dengan

pengumpulan data baru yang dirasakan bisa

menghasilkan data yang lengkap sehingga dapat

dirumuskan kesimpulan akhir.

6. Merumuskan kesimpulan akhir, tahap terakhir yakni

kesimpulan akhir. Kesimpulan ini diperoleh setelah

menjabarkan permasalahan dan mendapatkan

kesimpulan sementara, selanjutnya kesimpulan

sementara dibuktikan keabsahannya dengan hasil

dari penelitian juga didukung dengan adanya

informasi dari penelitian lainnya dan juga dari

“intersubjektivitas”, melalui diskusi dengan orang

lain.
9
DAFTAR PUSTAKA

ANONIM, “Dokumen perbaikan sistem alarm kebakaran IRM (gedung 20)”,


Budimas Pundinusa PT., Jakarta, 2005.

Aspenchore. (2013). High Temperatur Alarm Systematic.


https://www.electroschematics.com/6255/temperature-alarm-2/.
Diakses pada tanggal 29 September 2015.

Bromindo. (2015). ROR Dan Fixed Heat Detector.


https://www.bromindo.com/ror-dan-fixed-heat-detektor/. Diakses
pada tanggal 16 Mei 2015.

Favian, Devin. (2012). Perancangan Sistem Deteksi Kebakaran Berbasis


Komputer Untuk Galangan Kapal.
https://media.neliti.com/media/publications/145989-ID-perancangan-
sistem-deteksi-kebakaran-ber.pdf. Diakses pada tanggal 1 September
2012.

Harselindo. 2013. Mengenal Cara Kerja Ionization Smoke Detector.


http://www.pemadamapionline.com/detail_artikel/mengenal_cara_
kerja_ionization_smoke_detector. Diakses pada tanggal 11 December
2013.

Moh Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Halaman 48.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung :


Remaja Rosdakarya.

Muradi. (2012). Analisis Timbulnya Alarm Palsu Pada Sistem Pendeteksi


kebakaran. http://papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2012/16.pdf.
Diakses pada tanggal 31 Oktober 2012.

National Fire Protection Association. (1999). NFPA 72 National Fire Alarm Code
Edition. Quincy, Massachusetts: Author (1999).

Patigeni. 2017. Mengurangi False Alarm. https://patigeni.com/mengurangi-false-


alarm/. Diakses Pada Tanggal 04 Desember 2017.

Sugiyono. 2012. Metode penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: ALFABETA. 2012 (cet.21)
Suma’mur. (1995). Instalasi APAR Dan Fire Alarm System Sebagai Upaya
Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam
Peningkatan Keselamatan Kerja Di-PT MAITLAND-SMITH
Indonesia. https://eprints.uns.ac.id/4013/1/101341009200908311.pdf.
Diakses Pada tanggal 5 Februari 2009.

Sunaryo P, Nora. 2016. Pengertian Analisis Data Menurut Para Ahli.


http://norasunaryoputribjm.com /2016/10/pengertian-analisis-data-
menurut-para.html. Diakses Pada Tanggal 15 Oktober 2016.

Sutopo.2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta :UNS.

Taufan, Muhammad. 2014. Tentang Fire Alarm Sistem.


http://engineeringbuilding.blogspot.co.id/2011/06/tentang-fire-alarm-
sistem.html. Diakses Pada Tanggal 18 November 2014.

Wiweko, Hang Suharto. (2008). Sistem Peringatan Dini Akan Bahaya Kebakaran.
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/jte/article/download/17793
/17709. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2008.

Anda mungkin juga menyukai