Oleh
Ir. Hasan Suherman
Abstrak
Sesuai dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia yang semakin padat, maka otomatis kebutuhan akan rumah di
Indonesia semakin meningkat, namun peningkatan ini belum dapat diimbangi. Hal ini dikarenakan oleh faktor
kecepatan pembangunan perumahan saat ini dan masih terpuruknya perekonomian Indonesia. Dikarenakan metode
pembangunan yang digunakan selama ini (metode konvensional) membutuhkan waktu serta sumber daya yang cukup
besar, maka sulit mendapatkan tingkat efisiensi yang tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu inovasi dalam
pelaksanaan konstruksi perumahan yang dapat dengan cepat dibangun.
Sehubungan dengan ini maka dibuat bangunan rumah satu lantai dengan sistem beton pracetak dimana dapat
dibangun dengan cepat dengan memasang tiang-tiang dan panel-panel dinding yang sudah ada., kemudian disambung
dengan lapisan beton atau plesteran beton.
Sistem bangunan ini dinamakan bangunan Zero To One dan baru diperkenalkan di Indonesia. Untuk mengetahui
sampai sejauh mana kekuatan dari bangunan itu, maka akan dilakukan analisa terhadap gempa baik secara statik
ekivalen maupun analisa dinamik. Untuk lebih akuratnya maka akan diperbandingankan dengan hasil uji laboratorium.
52
Evaluasi Bangunan Rumah Satu Lantai 53
SUMBER DATA
e.
10)
Gaya geser horizontal gempa
{}nT[M][]{q}+{}nT[C][]{q}+{}nT[K][]{q}={}nT{P(t)}
Dari persamaan (31) hal 30 (SNI 03-1726-2002
tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Dengan memperhatikan sifat-sifat ortogonalitas
Gempa untuk Bangunan Gedung) diperoleh nilai dengan asumsi bahwa matriks redaman [C] juga
gaya geser horizontal gempa. memenuhi kondisi ortogonalitas (Hypotesa Basile)
maka diperoleh hubungan :
Gambar 2.
Respons Spektrum Gempa Rencana
Wilayah Gempa 6
Dari analisa statik ekuivalen didapatkan : pendekatan daerah elastis struktur tersebut.
Gaya Geser Horisontal Gempa : Perpotongan garis regresi linear dengan kurva beban
1. Jenis tanah lunak : V = 1.836 ton dan puncak dan perpindahan lateral merupakan batas
lendutan = 0.0658mm leleh struktur tersebut. Untuk beban maksimum
2. Jenis tanah sedang : V = 1.044 ton dan ditentukan berdasarkan beban terbesar yang dicapai
lendutan = 0.0374mm benda uji pada saat pengujian.
3. Jenis tanah keras : V = 0.812 ton dan
lendutan = 0.0281mm
Dari analisa ragam respons spektrum :
Gaya Geser Horisontal Gempa :
1. Respons Spectrum (jenis tanah lunak) :
V = 0.567 ton dan lendutan = 0.0237mm
2. Respons Spectrum (jenis tanah sedang)
:V = 0.546 ton dan lendutan = 0.0232mm
3. Respons Spectrum (jenis tanah keras) :
V = 0.473 ton dan lendutan = 0.0201 mm
4. Respons Spectrum UBC97 : V=2.033 ton
dan lendutan = 0.0958
2500 pada saat pengujian lebih besar dari 5.3. Oleh karena
2033 itu dapat dikatakan benda uji berperilaku daktail
2000 1836
penuh.
1500
1044 KESIMPULAN
1000 812
567 546 473 Setelah dilakukan analisa terhadap gempa dan
500 diperbandingkan dengan hasil uji laboratorium
terhadap bangunan rumah satu lantai dengan sistem
0
SE- RS- RS- beton pracetak dapat disimpulkan sebagai berikut :
SE - SE- RS - RS-
sedan sedan UBC9 Lab
lunak keras lunak keras 1. Beban leleh kondisi dorong tercapai pada
g g 7
saat Vy(+) = 3.17 ton dengan deformasi y =
Y 1836 1044 812 567 546 473 2033 3170
6.38 mm, sedangkan untuk kondisi tark,
Tipe Analisa leleh terjadi pada beban Vy(-) = 2.93 ton
dengan deformasi y = 5.08 mm. Nilai ini
Gambar 5 lebih besar dari beban lateral gempa
Grafik Tipe Analisa vs Gaya Geser Dasar rencana untuk zona gempa terbesar (zona
6) seperti dalam tabel 1.4.
Dari grafik pada gambar 5 didapatkan bahwa 2. Beban lateral gempa maksimum untuk
untuk analisa baik statik ekuivalen dan ragam respons kondisi dorong adalah sebesar V maks (+) =
spektrum nilainya masih dibawah dari hasil test di 5.34 ton dengan deformasi maksimum m =
laboratorium yaitu maksimum 3170 kg. Untuk analisa 25.32 mm, dan untuk kondisi tarik V maks (-)
ragam respons spektrum dengan beban spektrum = 4.99 ton dengan deformasi maksimum m
gempa rencana zona 6 dan UBC97 hasilnya masih = 26.22 mm.
dibawah hasil dari uji lab. 3. Ditinjau dari hubungan antara benda uji
dengan simpangan (lendutan)
Untuk simpangan yang terjadi dari beberapa tipe memperlihatkan bahwa nilai daktilitas sistem
analisa menunjukkan bahwa jika gaya geser dasar struktur ini adalah sebesar 5.59 untuk
makin besar maka simpangan akan semakin besar, kondisi dorong dan 7.01 untuk kondisi tarik.
dan hal ini terlihat pada hasil uji laboratorium bahwa Dengan demikian bangunan ini termasuk
dengan gaya dorong 3170 kg menghasilkan kategori daktilitas penuh sebagaimana
simpangan 5.08 mm. disebutkan dalam SNI 03-1726-2002.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel di bawah
ini : DAFTAR PUSTAKA
Riwayat Penulis
1. Konsultan Perencana (Engineering Consulting)
2. Sebagai Dosen Tetap pada Program Studi Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Suryakancana
Cianjur (UNSUR)
3. Menjabat Struktural Pembantu Dekan III Fakultas
Teknik UNSUR sejak tahun 2005 sampai sekarang.