Anda di halaman 1dari 7

EVALUASI BANGUNAN RUMAH SATU LANTAI

SISTEM BETON PRACETAK TERHADAP BEBAN GEMPA

Oleh
Ir. Hasan Suherman

Abstrak

Sesuai dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia yang semakin padat, maka otomatis kebutuhan akan rumah di
Indonesia semakin meningkat, namun peningkatan ini belum dapat diimbangi. Hal ini dikarenakan oleh faktor
kecepatan pembangunan perumahan saat ini dan masih terpuruknya perekonomian Indonesia. Dikarenakan metode
pembangunan yang digunakan selama ini (metode konvensional) membutuhkan waktu serta sumber daya yang cukup
besar, maka sulit mendapatkan tingkat efisiensi yang tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu inovasi dalam
pelaksanaan konstruksi perumahan yang dapat dengan cepat dibangun.
Sehubungan dengan ini maka dibuat bangunan rumah satu lantai dengan sistem beton pracetak dimana dapat
dibangun dengan cepat dengan memasang tiang-tiang dan panel-panel dinding yang sudah ada., kemudian disambung
dengan lapisan beton atau plesteran beton.
Sistem bangunan ini dinamakan bangunan Zero To One dan baru diperkenalkan di Indonesia. Untuk mengetahui
sampai sejauh mana kekuatan dari bangunan itu, maka akan dilakukan analisa terhadap gempa baik secara statik
ekivalen maupun analisa dinamik. Untuk lebih akuratnya maka akan diperbandingankan dengan hasil uji laboratorium.

PENDAHULUAN pembangunan perumahan saat ini dan masih


terpuruknya perekonomian Indonesia. Dikarenakan
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok metode pembangunan yang digunakan selama ini
manusia setelah sandang dan pangan. Sebagaimana (metode konvensional) membutuhkan waktu serta
pandangan yang memiliki kaidah-kaidah kelayakan sumber daya yang cukup besar, maka sulit
pangan yang meliputi empat sehat lima sempurna, mendapatkan tingkat efisiensi yang tinggi. Oleh
begitu juga dengan papan atau rumah memiliki karena itu dibutuhkan suatu inovasi dalam
kaidah-kaidah layak huni. Agar bangunan memiliki pelaksanaan konstruksi perumahan yang dapat
keandalan, bangunan tersebut harus memenuhi aspek dengan cepat dibangun.
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, serta Sehubungan dengan ini maka dibuat bangunan
kemudahan sebagaimana diatur dalam Undang- rumah satu lantai dengan sistem beton pracetak
Undang Bangunan Gedung No. 28/2002. dimana dapat dibangun dengan cepat dengan
Keselamatan bangunan meliputi persayaratan memasang tiang-tiang dan panel-panel dinding yang
kemampuan bangunan gedung untuk mendukung sudah ada, kemudian disambung dengan lapisan
beban muatan, yang meliputi beban sendiri dan beban beton atau plesteran beton.
yang ditimbulkan oleh fenomena alam seperti angin Sistem bangunan ini dinamakan bangunan Zero
dan gempa. Selain itu juga meliputi kemampuan To One dan baru diperkenalkan di Indonesia. Untuk
bangunan gedung dalam mencegah dan mengetahui sampai sejauh mana kekuatan dari
menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir. bangunan itu, maka akan dilakukan analisa terhadap
Teknologi konstruksi bangunan rumah tinggal gempa baik secara statik ekuivalen maupun analisa
menurut Kepmen Kimpraswil No. 403/2002 meliputi dinamik. Sebagai perbandingannya maka akan
konstruksi pasangan dengan rangka beton bertulang, diperbandingankan dengan hasil uji laboratorium.
konstruksi tembok dan konstruksi kayu panggung
maupun tidak panggung. Selain itu dikenal juga MAKSUD DAN TUJUAN
konstruksi rumah bambu dan konstruksi baja untuk
rumah tinggal. Maksud dari makalah ini adalah untuk
Bahwa sebagian besar perumahan diperkotaan mengetahui kekuatan dari bangunan rumah satu
maupun dipedesaan saat ini telah bergeser pada lantai sistem beton pracetak dengan pembebanan
bangunan tembok. Tingginya animo masyarakat gempa.
terhadap rumah tembok ini, diperlukan informasi
khusus yang menyangkut kaidah-kaidah membangun Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat
rumah tembok. kehandalan serta menjamin tingkat keamanan dan
Sesuai dengan pertumbuhan penduduk di keselamatan struktur dalam hal kekuatan bila
Indonesia yang semakin padat, maka otomatis dibebani beban gempa dinamik selama masa
kebutuhan akan rumah di Indonesia semakin layannya sesuai dengan yang disyaratkan dalam
meningkat, namun peningkatan ini belum dapat Standar Nasional Indonesia untuk bangunan tahan
diimbangi. Hal ini dikarenakan oleh faktor kecepatan gempa.

52
Evaluasi Bangunan Rumah Satu Lantai 53

RUANG LINGKUP MODELISASI BANGUNAN ZERO TO ONE


Data Bangunan :
Makalah ini berupa evaluasi yang dilakukan Prototipe rumah satu lantai dengan ukuran
dengan menganalisa struktur bangunan rumah satu panjang bangunan 4.4 m, lebar 4.4 m dan tinggi 2.4
lantai dengan sistem beton pracetak terhadap beban m. Komponen struktur bangunan terdiri dari pondasi,
gempa. sloof, kolom, panel dinding dan ring balk yang terbuat
Analisa yang akan digunakan adalah : dari campuran beton dengan mutu K-225.
1. Analisa Statik Ekivalen
2. Analisa Dinamik

Parameter yang akan digunakan untuk penelitian ini


adalah :
1. Gaya geser dasar
2. Lendutan
Parameter ini akan diperbandingkan dengan hasil uji
di laboratorium.

SUMBER DATA

Untuk pembuatan makalah ini data diambil dari


Yayasan Zero To One untuk detail bangunan,
spesifikasi dan gambar serta buku laporan hasil uji Gambar 1
laboratorium. Denah Bangunan Rumah Satu Lantai

METODE ANALISIS Pondasi :


Terbuat dari beton dengan mutu K-225 , ukuran
1. Analisis beban dorong statik (static push over pondasi 60x60x40 dan ditengahnya diberi lubang
analysis) pada struktur gedung. 25x25 dengan sedalam 30 cm untuk pemasangan
Suatu analisis statik 2 Dimensi atau 3 Dimensi kolom.
linier dan non-linear, di mana pengaruh gempa Sloof :
rencana terhadap struktur gedung dianggap sebagai Sloof dipasang sepanjang keliling bangunan berguna
beban-beban statik, yang menangkap pada pusat untuk mengikat pondasi. Sloof terbuat dari beton
massa masing-masing lantai, yang nilainya dengan ukuran lebar 5 cm dan tinggi 40 cm. Tulangan
ditingkatkan secara berangsur-angsur sampai pada sloof berupa wiremesh M4 (4mm).
melampau pembebanan yang menyebabkan Kolom :
terjadinya pelelehan (sendi plastis) pertama di dalam Kolom terbuat dari beton dengan mutu K-225.
struktur gedung, kemudian dengan peningkatan beban Panjang kolom sebesar 2.75 m dimana 30cm ditanam
lebih lanjut mengalami perubahan bentuk elasto- di dalam pondasi.
plastis yang besar sampai mencapai kondisi di Panel dinding :
ambang keruntuhan (analisa yang digunakan dalam uji Panel dinding terbuat dari beton dengan mutu K-225
di laboratorium). dengan ukuran 205x40x5 cm3. Untuk luas dinding
220x240 cm2 dibutuhkan 6 buah panel dinding.
2. Analisis beban gempa statik ekuivalen pada Ring balk :
struktur bangunan gedung beraturan. Terbuat dari beton dengan mutu K-225 dengan
Suatu cara analisa dinamik 3 dimensi linier ukuran penampang 20x15 cm2.
dengan meninjau beban-beban gempa statik
ekuivalen, sehubungan dengan sifat struktur gedung TINJAUAN TEORITIS
beraturan yang praktis berperilaku sebagai struktur 2
dimensi, sehingga respons dinamiknya praktis hanya Kriteria Kehandalan Sistem Struktur
ditentukan oleh respons ragamnya yang pertama dan Secara umum kehandalan sistem sruktur
dapat ditampilkan sebagai akibat dari beban gempa diperiksa melalui uji pembebanan bolak-balik dua
statik ekuivalen. arah quasi statik. Hysteresis Loop beban lateral dan
perpindahan dijadikan parameter kuantitatif dan
3. Analisis ragam spektrum respons kualitatif sebagai tolok ukur daktilitas. Parameter
Suatu cara analisis untuk menentukan respons kuantitatif yang diperoleh dari hysteresis loop adalah
dinamik struktur gedung 3 dimensi yang berperilaku daktilitas elemen (), energi disipasi (Wd), degradasi
elastik penuh terhadap pengaruh suatu gempa melalui kekuatan dan kekakuan sambungan.
metoda analisis yang dikenal dengan analisis ragam Pembebanan yang diberikan untuk pengujian
spektrum respons, di mana respons dinamik total keandalan struktur pada umumnya adalah
struktur gedung tersebut didapat sebagai superposisi pembebanan horisontal siklik dua arah quasi statik.
dari respons dinamik maksimum masing-masing
ragamnya yang didapat melalui spektrum respons Analisis Gempa Statik Ekuivalen
gempa rencana. Bangunan uji dapat dikategorikan sebagai
struktur gedung beraturan karena memenuhi

Volume 2 - No. 1 : Periode Juli - Desember 2006


Evaluasi Bangunan Rumah Satu Lantai 54

persyaratan yang telah ditetapkan SNI 03-1726-2002 Tabel 1.2.


tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Perhitungan Gempa Statik Ekivalen
untuk Bangunan Gedung. Oleh karena itu, sesuai Karakteristik Bangunan
dengan peraturan ini, pengaruh gempa rencana dapat Tinggi Bangunan 4m 4m 4m
ditinjau sebagai pengaruh gempa statik ekuivalen Jumlah Lantai 1 1 1
Asumsi
sehingga analisisnya bisa dilakukan analisis gempa 1 Zona Gempa 6 6 6
statik ekuivalen. 2 Jenis Tanah Lunak Sedang Keras
Untuk keperluan penelitian, kondisi lingkungan 3 Jenis Bangunan Rumah Rumah Rumah
bangunan yang akan diteliti ditetapkan sangat Perhitungan Gempa Statik
konservatif. Bangunan direncanakan berada pada A Berat Bangunan Total
zona gempa 6 dan 3 jenis tanah keras, sedang dan Wt 6,185 kg 6,185 kg 6,185 kg
lunak. Peruntukan bangunan adalah sebagai rumah B Koefisien Gempa
tinggal. C 0.95 0.54 0.42
Perhitungan Analisis Gempa Statik Ekuivalen.
C Faktor Keutamaan & Jenis Struktur
a. Berat bangunan (Wt)
I 1 1 1
Berat bangunan yang diperhitungkan dalam R 3.2 3.2 3.2
analisis ini adalah beban mati efektif struktur
bangunan yang bekerja pada saat terjadinya D Gaya Geser Horizontal Total
akibat Gempa
gempa. V 1,836 1,044 812
Tabel 1.1.
Beban Mati Efektif Bangunan Untuk mengetahui besarnya lendutan akan dilakukan
No Komponen W Jumlah Wt
kg kg analisa dengan bantuan program komputer struktur
ETABS.
1 Kolom 156.29 9 1,406.61
2 Panel Dinding 96.80 24 2,323.20 Analisis ragam respons spektrum
3 Ring balk 1,518.00 1 1,518.00
4 Langit-langit 212.96 1 212.96
Persamaan umum kesetimbangan dinamik
struktur MDOF :
5 Penutup atap 211.20 2 422.40

[M ]U + [C]U + [K ]{U} = {P(t )}



6 Kuda-kuda 150.00
7 Aksesoris 75.75 2 151.50
Jumlah 6,184.67
Untuk membentuk persamaan dinamik dalam
koordinat pola getar dapat diselesaikan dengan
metode superposisi modal atau pola ragam getar
b. Koefisien gempa (c)
(modal analysis). Metode ini didasarkan atas teorema
Bangunan direncanakan masih mempunyai
ekspansi yang menyatakan bahwa suatu vektor
perilaku struktur yang baik untuk zona gempa 6.
perpindahan sembarang dapat dinyatakan sebagai
Berdasarkan wilayah gempa dan jenis tanah
kombinasi linier dari pola ragam getarnya.
rencana, koefisien gempa bangunan ditetapkan
Agar respons dari setiap pola ragam getar (mode
sebagai berikut :
shape) dapat ditentukan, maka persamaan di atas
i. untuk jenis tanah keras, c=0.42
harus ditransformasikan dari koordinat Cartesius ke
ii. untuk jenis tanah sedang , c = 0.54
koordinat modal dengan memanfaatkan sifat-sifat
iii. untuk jenis tanah lunak, c = 0.95
ortogonalitas dari pola ragam getar melalui hubungan
(SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara
:
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung). {U} = [ ]{q}
c. Faktor keutamaan (I) dimana : [] = matriks modal (eigenvektor)
Faktor keutamaan I = 1.0 diperoleh dari tabel 1 yang belum dinormalisasi.
hal. 7, SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara {q} = koordinat modal
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Hasil substitusi persamaan di atas menghasilkan :
Gedung untuk kategori bangunan hunian.
d. Faktor reduksi gempa (R) [M ][ ]{q} + [C][ ]{q} + [K ][ ]{q} = {P(t )}
Faktor reduksi gempa untuk kondisi daktail parsial
dengan =2 adalah R = 3.2 (Tabel 2, SNI 03- Dengan mengalikan dari arah kiri dengan transpose
1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan
vektor pola tingkat ke-n {}nT akan menjadi :
Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, hal

e.
10)
Gaya geser horizontal gempa
{}nT[M][]{q}+{}nT[C][]{q}+{}nT[K][]{q}={}nT{P(t)}
Dari persamaan (31) hal 30 (SNI 03-1726-2002
tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Dengan memperhatikan sifat-sifat ortogonalitas
Gempa untuk Bangunan Gedung) diperoleh nilai dengan asumsi bahwa matriks redaman [C] juga
gaya geser horizontal gempa. memenuhi kondisi ortogonalitas (Hypotesa Basile)
maka diperoleh hubungan :

Volume 2 - No. 1 : Periode Juli - Desember 2006


Evaluasi Bangunan Rumah Satu Lantai 55

{}nT [M ][ ]n = M n untuk Bangunan Gedung khususnya untuk respons


spektrum gempa rencana wilayah gempa 6.
{}nT [C][ ]n = 2M n n n CI
Maka : Sa = g, sehingga kurva di gambar 2
{}nT [K ][ ]n = M n n2 R
akan berubah nilainya dan menjadi beban untuk
Dengan mensubstitusikan persamaan maka bangunan yang akan dianalisa.
persamaan saling terkait satu sama lain (coupled)
menjadi persamaan bebas satu sama lain (uncoupled) Tabel 1.3.
dan dapat ditulis : Percepatan respons spektrum gempa rencana

M n q n + 2M n n n q n + M n n2 q n = fn (t )..................................n = 1T,2,..., N Sa
detik Lunak Sedang Keras

0 0.103 0.125 0.119
q n + 2 n n q n + n2 q n = fn (t ) / M n
0.2 0.26 0.281 0.297
Jika pola getar telah dinormalisasi maka :
0.5 0.26
{}nT [M ][ ]n = 1 0.6 0.281
Sehingga persamaan direduksi menjadi : 1 0.131 0.169 0.297

2 0.065 0.084 0.148
q n + 2 n n q n + n2 q n = fn (t )...........................................n = 1,2,..., N3 0.044 0.056 0.099
Persamaan ini merupakan sejumlah N persamaan Untuk mensimulasikan arah pengaruh gempa
diferensial terlepas (uncoupled). Persamaan ini adalah rencana yang sembarang terhadap struktur gedung,
persamaan vibrasi untuk sistem dengan derajat pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama
kebebasan tunggal (SDOF) dalam koordinat modal. yang ditentukan menurut Pasal 5.8.1 SNI 03-1726-
Penyelesaian persamaan tersebut dilakukan dengan 2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan
pendekatan waktu dan spektrum. Gempa untuk Bangunan Gedung harus dianggap
efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan
Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah dengan pengaruh pembebanan gempa arah tegak
Gempa, di mana Wilayah Gempa 1 adalah wilayah lurus pada arah utama pembebanan tadi, tetapi
dengan kegempaan paling rendah dan Wilayah dengan efektifitas hanya 30%
Gempa 6 dengan kegempaan yang paling tinggi.
Pembagian wilayah gempa ini didasarkan atas Beban-beban yang bekerja ini akan di analisa
percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh dengan bantuan program komputer struktur ETABS
gempa rencana dengan perioda ulang 500 tahun, untuk mendapatkan gaya geser dasar dan lendutan.
yang nilainya rata-ratanya untuk setiap wilayah gempa
ditetapkan dalam Tabel 5 SNI 03-1726-2002 tentang DISKUSI HASIL ANALISA
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung. Analisa struktur dilakukan dengan menggunakan
program komputer ETABS dengan input data dari
uraian sebelumnya, dan hasilnya bisa diuraikan
sebagai berikut :
Modelisasi Bangunan dengan program komputer
ETABS :

Gambar 2.
Respons Spektrum Gempa Rencana
Wilayah Gempa 6

Beban gempa yang akan digunakan adalah


beban berdasarkan peraturan SNI 03-1726-2002
tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa

Volume 2 - No. 1 : Periode Juli - Desember 2006


Evaluasi Bangunan Rumah Satu Lantai 56

Dari analisa statik ekuivalen didapatkan : pendekatan daerah elastis struktur tersebut.
Gaya Geser Horisontal Gempa : Perpotongan garis regresi linear dengan kurva beban
1. Jenis tanah lunak : V = 1.836 ton dan puncak dan perpindahan lateral merupakan batas
lendutan = 0.0658mm leleh struktur tersebut. Untuk beban maksimum
2. Jenis tanah sedang : V = 1.044 ton dan ditentukan berdasarkan beban terbesar yang dicapai
lendutan = 0.0374mm benda uji pada saat pengujian.
3. Jenis tanah keras : V = 0.812 ton dan
lendutan = 0.0281mm
Dari analisa ragam respons spektrum :
Gaya Geser Horisontal Gempa :
1. Respons Spectrum (jenis tanah lunak) :
V = 0.567 ton dan lendutan = 0.0237mm
2. Respons Spectrum (jenis tanah sedang)
:V = 0.546 ton dan lendutan = 0.0232mm
3. Respons Spectrum (jenis tanah keras) :
V = 0.473 ton dan lendutan = 0.0201 mm
4. Respons Spectrum UBC97 : V=2.033 ton
dan lendutan = 0.0958

Sebagai perbandingan dari kedua analisa di atas


maka akan ditampilkan juga hasil dari uji laboratorium
yang sudah dilaksanakan di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pemukiman di Cileunyi Bandung
dengan rincian data sebagai berikut :

1. Denah bangunan yang diuji di laboratorium : Gambar 4


Grafik Beban Lateral Puncak Vs Pergeseran Lateral

Dari kurva pada gambar 4 dapat dilihat bahwa


leleh untuk kondisi dorong terjadi pada saat
pergeseran horizontal pada titik yang ditinjau sebesar
y(+)= 6.38 mm dimana beban horizontal sebesar
Py(+) = 3.17 ton. Untuk kondisi tarik, leleh terjadi pada
pergeseran horizontal sebesar y(-)= 5.08 mm dengan
beban horizontal Py(-) = 2.93 ton. Beban maksimum
untuk kondisi dorong tercapai pada pergeseran
horizontal sebesar y(+)= 25.32 mm dengan beban
horizontal 5.34 ton dan pada pergeseran horizontal
y(-)= 26.22 mm, beban horizontal maksimum Py(-) =
4.99 ton untuk kondisi tarik.
Sesuai dengan Proposed Revision to 1997
NEHRP, beban yang dicapai di akhir pengujian harus
lebih besar dari 75% dari beban puncak. Benda uji ini
telah menunjukkan perilaku tersebut. Sampai akhir
Gambar 3 pengujian (story drift 3.5%), beban puncak yang
Denah Bangunan Yang diuji mampu dipikul dalam kondisi dorong adalah 5.34 ton,
sedangkan beban yang dicapai pada saat akhir
2. Hasil Uji beban lateral gempa terhadap bangunan pengujian adalah 4.080 atau 76.4%. Angka ini lebih
rumah satu lantai : besar dari 75% sesuai dengan persyaratan.
Pengujian beban quasi statik terhadap benda uji Untuk kondisi tarik beban puncak yang dicapai adalah
dilakukan sampai pada kondisi drift ratio 3.5%. Data 4.99 ton dan beban di akhir pengujian adalah 3.46 ton
yang diperoleh dari pengujian adalah beban pada atau 69.3%. Angka ini lebih kecil dari 75% sesuai
setiap step perpindahan titik yang diamati serta dengan persyaratan. Oleh karena itu sistem ini dapat
regangan yang terjadi pada komponen baja. Dari data dikatakan mempunyai kestabilan yang baik pada saat
yang diperoleh, dibuat kurva relasi yang diperlukan dorong dan mempunyai kestabilan yang kurang pada
sehingga parameter yang menentukan tingkat saat tarik.
kehandalan struktur dapat diktahui.
Penentuan batas leleh serta batas maksimum struktur
ditentukan dengan menggunakan kurva hubungab
beban puncak dan perpindahan lateral.
Batas leleh terjadi tepat pada saat perubahan bentuk
kurva linear menjadi kurva berbentuk lengkung. Untuk
itu dilakukan pendekatan regresi linear. Didapat
persamaan garis linear y=0.6087x 0.0682 sebagai

Volume 2 - No. 1 : Periode Juli - Desember 2006


Evaluasi Bangunan Rumah Satu Lantai 57

6.38 mm untuk kondisi dorong dan 5.08 mm untuk


Grafik Tipe Analisa vs Gaya Geser Dasar kondisi tarik. Dari data tersebut didapatkan daktilitas
benda uji untuk kondisi dorong sebesar 5.59 dan 7.01
3500 untuk kondisi tarik. Menurut SNI-03-1726-2002
3170
tentang Tata Cara Perencanaan Banguna Tahan
3000 Gempa, daktilitas bangunan untuk taraf kerja daktail
penuh adalah 5.3, sedangkan nilai daktilitas benda uji
Gaya Geser D asar

2500 pada saat pengujian lebih besar dari 5.3. Oleh karena
2033 itu dapat dikatakan benda uji berperilaku daktail
2000 1836
penuh.
1500
1044 KESIMPULAN
1000 812
567 546 473 Setelah dilakukan analisa terhadap gempa dan
500 diperbandingkan dengan hasil uji laboratorium
terhadap bangunan rumah satu lantai dengan sistem
0
SE- RS- RS- beton pracetak dapat disimpulkan sebagai berikut :
SE - SE- RS - RS-
sedan sedan UBC9 Lab
lunak keras lunak keras 1. Beban leleh kondisi dorong tercapai pada
g g 7
saat Vy(+) = 3.17 ton dengan deformasi y =
Y 1836 1044 812 567 546 473 2033 3170
6.38 mm, sedangkan untuk kondisi tark,
Tipe Analisa leleh terjadi pada beban Vy(-) = 2.93 ton
dengan deformasi y = 5.08 mm. Nilai ini
Gambar 5 lebih besar dari beban lateral gempa
Grafik Tipe Analisa vs Gaya Geser Dasar rencana untuk zona gempa terbesar (zona
6) seperti dalam tabel 1.4.
Dari grafik pada gambar 5 didapatkan bahwa 2. Beban lateral gempa maksimum untuk
untuk analisa baik statik ekuivalen dan ragam respons kondisi dorong adalah sebesar V maks (+) =
spektrum nilainya masih dibawah dari hasil test di 5.34 ton dengan deformasi maksimum m =
laboratorium yaitu maksimum 3170 kg. Untuk analisa 25.32 mm, dan untuk kondisi tarik V maks (-)
ragam respons spektrum dengan beban spektrum = 4.99 ton dengan deformasi maksimum m
gempa rencana zona 6 dan UBC97 hasilnya masih = 26.22 mm.
dibawah hasil dari uji lab. 3. Ditinjau dari hubungan antara benda uji
dengan simpangan (lendutan)
Untuk simpangan yang terjadi dari beberapa tipe memperlihatkan bahwa nilai daktilitas sistem
analisa menunjukkan bahwa jika gaya geser dasar struktur ini adalah sebesar 5.59 untuk
makin besar maka simpangan akan semakin besar, kondisi dorong dan 7.01 untuk kondisi tarik.
dan hal ini terlihat pada hasil uji laboratorium bahwa Dengan demikian bangunan ini termasuk
dengan gaya dorong 3170 kg menghasilkan kategori daktilitas penuh sebagaimana
simpangan 5.08 mm. disebutkan dalam SNI 03-1726-2002.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel di bawah
ini : DAFTAR PUSTAKA

Tabel 1.4. 1. SNI 03-1726-2002. Tata Cara Perencanaan


Hasil Analisa untuk parameter simpangan dan Gaya Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan
Geser Dasar Gedung, 2002
Tipe Analisa V 2. Departemen Pekerjaan Umum RI,
Pedoman Perencanaan Gempa Untuk
mm kg Rumah dan Gedung, 7 Oktober 1997.
Ragam Respon Spektrum (Tanah Keras) 0.0201 473 3. DPU Badan Penelitian dan Pengembangan,
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Ragam Respon Spektrum (Tanah Sedang) 0.0232 546 Pemukiman, Laporan Pengujian Bangunan
Ragam Respon Spektrum (Tanah Lunak) 0.0237 567 Rumah Satu Lantai Sistem Zero To One
Statik Ekuivalen Jenis Tanah Keras 0.0281 812 Terhadap Beban Lateral Siklik, September
2005.
Statik Ekuivalen Jenis Tanah Sedang 0.0374 1044 4. Handi Parmono, ETABS 8.0 Untuk Struktur
Statik Ekuivalen Jenis Tanah Lunak 0.0658 1836 2D dan 3D, Maxikom, 2005.
5. Habibullah, A, ETABS-Three-Dimensional
Ragam Respon Spektrum (UBC97) 0.0958 2033 Analysis of Building Systems, User Manual,
Computers and Structures, Inc, Berkeley,
Dari Gambar 4 didapatkan simpangan maksimum California, 1989.
yang dicapai oleh sistem bangunan ini adalah sebesar
35.68 mm untuk kondisi dorong dan 35.60 mm untuk
kondisi tarik. Leleh terjadi pada simpangan sebesar

Volume 2 - No. 1 : Periode Juli - Desember 2006


Evaluasi Bangunan Rumah Satu Lantai 58

Riwayat Penulis
1. Konsultan Perencana (Engineering Consulting)
2. Sebagai Dosen Tetap pada Program Studi Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Suryakancana
Cianjur (UNSUR)
3. Menjabat Struktural Pembantu Dekan III Fakultas
Teknik UNSUR sejak tahun 2005 sampai sekarang.

Volume 2 - No. 1 : Periode Juli - Desember 2006

Anda mungkin juga menyukai