Anda di halaman 1dari 13

200

PELAKSANAAN SISTEM LONCAT 2 LANTAI UNTUK


GEDUNG BERTINGKAT RANGKA BAJA

Koespiadi1), Vito Adivta Nugraha2), Primashita MHP3), dan Dimas Bagas S.A4)
1) Teknik Sipil, Universitas Narotama, Surabaya, Jawa Timur
2) Teknik Sipil, Imperial College, London, Inggris
3) Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur
4) Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Jawa Timur
koespiadi@narotama.ac.id

ABSTRACT
The construction of the 2-story jump system is an alternative to the construction of
steel frame buildings. In this study an analysis was carried out on a 10-story steel frame
building using a comparative method between 2 systems namely the 2-story jump system
and Conventional Systems. The research method used is to compare between 2 systems,
where in the initial stages a modeling of a 10-story steel building to get a steel frame
building design, followed by an analysis of completion time for each system, and control of
buckling in the column for a 2-story jump system. In accordance with the analysis, it was
found that the implementation of the construction of a 10-story steel frame building with
the 2-story jump system takes 62.97 days, whereas with the conventional system takes
74.68 days or the 2-story jump system is 11.71 days faster or 84.32% of the time of the
implementation of conventional systems.

Keywords: time of execution, 2-story jump system, conventional system

ABSTRAK
Pelaksanaan pembangunan dengan Sistem Loncat 2 Lantai merupakan alternatif
untuk pelaksanaan pembangunan gedung rangka baja. Pada penelitian ini dilakukan
analisis pada gedung rangka baja 10 lantai dengan menggunakan metode komparasi
antara 2 sistem yaitu sistem loncat 2 lantai dan sistem konvensional. Metode penelitian
yang dilakukan adalah membandingkan antara 2 sistem, dimana pada tahap awal
dilakukan pemodelan gedung rangka baja 10 lantai untuk mendapatkan desain gedung
rangka baja, dilanjutkan dengan analisis waktu penyelesaian untuk masing masing sistem,
dan kontrol terhadap bahaya tekuk pada kolom untuk sistem loncat 2 lantai. Sesuai dengan
analisis, didapatkan bahwa dengan sistem pelaksanaan pembangunan gedung rangka baja
10 lantai dengan sistem loncat 2 lantai memerlukan waktu 62.97 hari, sedangkan dengan
sistem konvensional memerlukan waktu 74.68 hari atau sistem loncat 2 lantai lebih cepat
11.71 hari atau 84.32% dari waktu pelakasanaan sistem konvensional.

Kata kunci: waktu pelaksanaan, sistem loncat 2 lantai, sistem konvensional

PADURAKSA: Volume 8 Nomor 2, Desember 2019 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
201

PENDAHULUAN mempercepat proses pembangunan gedung


Sarana dan prasarana gedung pada bertingkat, dan pada penelitian ini, metode
masa sekarang ini, sudah menjadi lancat lantai diterapkan pada bangunan
kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. konstruksi baja dengan jumlah lantai 10
Gedung bertingkat di perkotaan tingkat. Metodenya mudah untuk
berkembang dengan pesat. Seiring dengan diterapkan pada pelaksanaan gedung,
cepatnya perkembangan bangunan gedung, untuk menjawab kebutuhan percepatan
tidak lepas dari proses pembangunan proses pembangunan yang selama ini
gedung. Metode pelaksanaan selalu menggunakan metode pelaksanaan
pembangunan gedung yang sering konvensional.
dilakukan oleh kontraktor pelaksana Rencana pemecahan masalah yang
adalah dengan membangun bangunan akan dilakukan pada penelitian ini adalah
gedung mulai dari lantai dasar, dilanjutkan melakukan analisa waktu proses
ke lantai satu, ke lantai dua dan seterusnya, pelaksanaan metode loncat lantai dan
metode ini disebut metode konvensional membandingkan dengan metode
yang banyak dijumpai pada proses konvensional, dan untuk menjawab
pembangunan gedung bertingkat. permasalahan ini maka digunakan analisa
Pada proses pembangunan gedung waktu yang diperlukan untuk melakukan
bertingkat, seringkali dituntut untuk proses pelaksanaan bangunan konstruksi
melakukan pembangunan dengan cepat, baja mulai dari tahap persiapan, fabrikasi
untuk memenuhi kebutuhan konsumen kolom, balok, sambungan dan erection
atau untuk memenuhi pasar, jika dengan konstruksi baja untuk masing masing
menggunakan metode pelaksanaan dengan metode. Permasalahan yang timbul pada
metode konvensional, maka proses pelaksanaan metode loncat lantai adalah
pembangunan tidak dapat secara signifikan faktor tekuk kolom, karena tinggi kolom
mempercepat proses pembangunan untuk metode ini menjadi lebih tinggi dan
gedung, perlu adanya metode pelaksanaan perlu adanya pengontrolan terhadap
yang lebih baik, sehingga dapat bahaya tekuk dan tegangan yang terjadi.
mendukung proses pelaksanaan Tujuan penelitian ini adalah untuk
pembangunan gedung lebih cepat. mengetahui tingkat kecepatan proses
Metode loncat lantai adalah salah pelaksanaan pembangunan gedung
satu metode baru yang berfungsi untuk bertingkat dengan konstruksi baja antara

PADURAKSA: Volume 8 Nomor 2, Desember 2019 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
202

metode konvensional dengan metode sebagai tempat manusia melakukan


loncat 2 lantai. Pada tahap awal penelitian kegiatannya, baik untuk hunian atau
ini dilakukan pengumpulan data sekunder tempat tinggal, kegiatan keagamaan,
terkait dengan metode pelaksanaan kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
bangunan gedung dan peraturan peraturan maupun kegiatan khusus. Penyelenggaraan
yang relevan dengan tujuan penelitian ini. bangunan gedung adalah kegiatan
Teori yang digunakan pada pembangunan yang meliputi proses
penelitian ini adalah penelitian komparatif perencanaan teknis dan pelaksanaan
yaitu membandingkan 2 metode konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,
pelaksanaan proses pembangunan gedung pelestarian, dan pembongkaran.
bertingkat. Tahap awal dari penelitian ini, Pemanfaatan bangunan gedung adalah
dengan mengumpulkan data dan referensi kegiatan memanfaatkan bangunan gedung
yang sesuai, terkait dengan penelitian yang sesuai dengan fungsi yang telah
relevan dengan penelitian ini yaitu waktu ditetapkan, termasuk kegiatan
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan
pembangunan konstruksi baja, analisis secara berkala.
struktur terkait dengan kontrol
Sistem Loncat 2 Lantai
kelangsingan kolom.
Sistem loncat 2 lantai adalah sistem
pelaksanaan pembangunan gedung
KAJIAN PUSTAKA
bertingkat, dimana metode untuk proses
Didalam penelitian ini literatur dan
pembangunannya meloncat 2 lantai keatas
pustaka yang digunakan meliputi: definisi
melewati 1 lantai dibawahnya. Urutan
gedung, metode pelaksanaan
pelaksanaannya sebagai berikut:
pembangunan gedung bertingkat dengan
1. Awal pembangunan setelah
sistem loncat 2 lantai, produktifitas kerja
pekerjaan pondasi selesai
konstruksi, konstruksi struktur baja.
dikerjakan, maka dilanjutkan
Bangunan Gedung
pemasangan kolom baja untuk
Bangunan gedung adalah wujud fisik
lantai 1 dan lantai 2 secara
hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
bersama sama;
dengan tempat kedudukannya, sebagian
2. Dengan selesainya 2 kolom ini
atau seluruhnya berada di atas dan/atau di
maka dilanjutkan dengan
dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi

PADURAKSA: Volume 8 Nomor 2, Desember 2019 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
203

pemasangan balok baja dan plat kolom baja lantai 2, maka hal ini perlu
lantai untuk lantai 2; dikontrol terhadap kelangsingan / tekuk,
3. Dengan selesainya lantai 2, tegangan dan simpangan yang terjadi pada
pekerjaan dilanjutkan ke tahap kolom baja dengan mempertimbangkan
berikutnya adalah pemasangan beban kombinasi aksial, momen, lentur
balok baja dan plat lantai 1 yang dan geser yang terjadi pada saat
secara bersama sama juga konstruksi. Kolom gabungan antara kolom
melakukan pemasangan kolom 1 dan kolom 2 pada saat konstruksi tidak
baja di lantai 3 dan lantai 4; digunakan struktur pembantu untuk
4. Pada proses pemasangan balok menahan gaya lateral, dimensi kolom
baja dan plat lantai 1, sesuai dengan hasil desain yang telah
diharapkan selesai tepat saat dibuat. Beban yang terjadi saat konstruksi
pelaksanaan kolom baja lantai 3 menjadi pertimbangan yang penting pada
dan lantai 4 selesai terpasang; sistem loncat 2 lantai. Beban yang bekerja
5. Tahap selanjutnya, prosesnya pada saat pelaksanaan konstruksi dapat
mengulangi pada tahap di no. 2. dikategorikan menjadi 2 beban yaitu beban
Kelebihan pada Sistem loncat lantai mati dan beban hidup.
ini adalah tersedianya lahan pekerjaan
yang tersedia lebih banyak dibandingkan
dengan metode konvensional pada waktu
yang sama, sehingga hal ini akan
mempercepat proses pembangunan gedung
baja bertingkat dibandingkan dengan
metode konvesional.
Pada pelaksanaan dengan sistem
loncat 2 lantai, desain struktur yang
dipakai dalam penelitian adalah desain
bangunan rangka baja 10 lantai yang telah
dibuat oleh peneliti. Pada pelaksanaan
sistem loncat 2 lantai, mengingat terdapat
Gambar 1. Gedung Baja Rencana 10 lantai
penggabungan tinggi kolom baja pada saat
konstruksi antara kolom lantai 1 dan

PADURAKSA: Volume 8 Nomor 2, Desember 2019 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
204

input dan output dimana input


diekspresikan sebagai orang-jam (OJ) atau
orang-hari (OH), sedangkan output adalah
kuantitas hasil kerja yang satuannya
bervariasi tergantung jenis pekerjaan yang
diukur. Dalam hal ini apabila penyelesaian
suatu jenis pekerjaan yang sama
produktivitasnya dihitung dengan cara
yang berbeda, tentu hasilnya tidak dapat
Gambar 2. Tahapan No. 1 dan No 2. langsung dibandingkan. Untuk itu
diperlukan suatu standar pengukuran yang
dapat dijadikan acuan bagi para penyedia
dan pengguna jasa. Nilai koefisien
produktivitas adalah sebagai berikut:
Koefisien produktivitas kerja =
jumlah tenaga kerja yang terlibat / jumlah
produktivitas yang didapatkan.

Struktur Baja
2.4.1 Konstruksi Struktur Baja
Struktur baja adalah struktur logam
Gambar 3. Tahapan No. 3. yang terbuat dari komponen baja struktural
yang saling terhubung untuk mengangkut
Produktivitas Kerja Konstruksi
beban dan memberikan kekakuan penuh.
Tenaga kerja industri konstruksi
Karena tingkat kekuatan baja yang tinggi,
merupakan faktor penting dikarenakan
struktur ini dapat diandalkan dan
pekerjaan konstruksi menyerap tenaga
membutuhkan lebih sedikit bahan baku
kerja cukup banyak dalam
dibandingkan jenis struktur lain seperti
penyelesaiannya. Oleh karena itu untuk
struktur beton dan struktur kayu. Struktur
mengetahui performasi tenaga kerjanya
baja meliputi sub-struktur atau bagian
sangat penting untuk mendapatkan durasi
dalam sebuah bangunan yang terbuat dari
waktu yang diperlukan. Secara umum
baja struktural. Baja struktural adalah
definisi produktivitas adalah rasio antara
bahan konstruksi baja yang dibuat dengan

PADURAKSA: Volume 8 Nomor 2, Desember 2019 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
205

bentuk dan komposisi kimia tertentu sesuai pembebanan, ekspansi secara vertikal
dengan spesifikasi pada proyek tersebut. mudah untuk dilakukan di masa yang akan
Bahan utama dari baja struktural adalah datang dan dapat diubah sesuai keinginan
besi dan karbon. Mangan, logam pemilik yang tidak dapat dilakukan oleh
campuran, dan beberapa zat kimia tertentu sistem perangkaan yang lainnya.
juga ditambahkan pada besi dan karbon Tidak menyebabkan pencemaran
untuk menambah kekuatan dan ketahanan. debu atau kebisingan dalam proses
Baja struktural dibuat dari canai panas pemasangan struktur baja, hal ini karena
maupun canai dingin atau dibuat dengan pembuatannya yang dilakukan di pabrik.
pengelasan antara plat datar atau plat
tekuk, tergantung pada spesifikasi yang 2.4.2 Persyaratan Stabilitas Umum
Stabilitas harus disediakan untuk
berlaku pada setiap proyek. Kelebihan
struktur secara keseluruhan dan untuk
struktur baja, hemat biaya; produksi
setiap elemennya. Efek terhadap stabilitas
menjadi lebih murah, minim perawatan
struktur dan elemen elemennya harus
dibandingkan dengan metode bangunan
mempertimbangkan hal hal berikut:
tradisional lainnya. Selain itu, 98% dari
semua struktur baja dapat didaur ulang 1. Lentur, geser dan deformasi

menjadi produk baja baru tanpa komponen struktur aksial, dan

mengurangi fisik bahannya. Pemasangan semua deformasi lainnya yang

cepat; akurasi ukuran komponen baja memberikan kontribusi terhadap

mempercepat proses pemasangan dan perpindahan struktur;

memungkinkan pemantauan menggunakan 2. Efek orde kedua (P-dan P-);


manajemen dengan perangkat lunak untuk 3. Ketidaksempurnaan geometri;
menyelesaikan pemasangan dengan lebih 4. Reduksi kekakuan akibat
cepat. Kesehatan dan Keselamatan kerja; inelastisitas;
struktur baja di produksi di pabrik dan 5. Ketidakpastian dalam kekakuan
dipasang dengan cepat di lokasi konstruksi dan kekuatan.
oleh tenaga terampil menjadikan struktur
2.4.3 Analisis Elastik - Linier
baja tetap aman. Survei di bidang industri
Analisis elastik-linier (first order
secara konsisten menunjukkan bahwa
elastic analysis), sebagian besar tujuan
struktur baja adalah solusi paling aman.
dari perencanaan struktur adalah dapat
Flexibilitas; aplikasi terbaru, kondisi
memproporsikan elemen-elemen dan

PADURAKSA: Volume 8 Nomor 2, Desember 2019 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
206

sistem sambungan sedemikian rupa akibat beberapa beban, adalah sama


sehingga strukturnya tetap dalam kondisi dengan jumlah aljabar deformasi dari tiap-
aman dan berfungsi terhadap suatu kondisi tiap beban secara individu, tanpa
pembebanan yang tertentu, baik untuk dipengaruhi urutan pembebanan. Itulah
kondisi sehari-hari (beban tetap) atau mengapa suatu kasus beban jika dianalisis
kondisi tidak terduga (beban sementara). elastik-linier dapat ditinjau secara sendiri-
Jika kondisi pembebanannya adalah pasti sendiri. Untuk mendapatkan efek ekstrim
dan tertentu maka tentunya tidak dari pembebanan, yaitu memastikan bahwa
diperlukan analisis perilaku struktur dalam struktur aman dari setiap kondisi beban
kondisi ultimate atau keruntuhannya. Jika rencananya, maka dilakukan kombinasi
perilaku struktur dapat diprediksi dari masing-masing kasus beban tersebut
berdasarkan kondisi elastik-liniernya, untuk mendapatkan kondisi maksimum
maka detail analisisnya dapat dibuat dan minimum. Dalam tahap ini, dapat
sederhana secara signifikan. Kondisi dimasukan faktor beban untuk
elastik linier itu sendiri sebenarnya hanya mensimulasi kondisi batas (ultimate)
bagian kecil dari perilaku struktur yang berdasarkan prinsip probabilitas.
dibebani. Kondisi elastis adalah jika Ketepatan dan kebenaran strategi ini tentu
pembebanan dihilangkan maka hanya bisa dilihat dari kaca mata ilmu
deformasinya juga hilang, kembali pada statistik yang umumnya dapat dikaitkan
posisi semula sebelum dibebani. Adapun dengan data-data empiris yang ada.
linier adalah bentuk hubungan antara Analisa struktur elastis-linier relatif
beban dan deformasi yang terjadi selama sederhana dan mencukupi untuk
pembebanan yang berupa garis lurus. perancangan struktur dengan pembebanan
Perilaku elastik-linier umumnya terjadi pasti atau tertentu. Oleh karena cukup
pada kondisi deformasi yang relatif kecil, sederhana, maka banyak dijadikan topik
sehingga dianggap dapat dianalisis utama materi perkuliahan analisa struktur
berdasarkan konfigurasi struktur awal, di tingkat perguruan tinggi atau yang
sebelum dibebani. Sehingga untuk sejenis. Dasar teori penyelesaian statik
analisisnya, kondisi geometri dianggap program rekayasa struktur, pada prinsipnya
tidak mengalami perubahan. Itulah adalah matrik kekakuan elastis-linier,
mengapa prinsip superposisi dapat dimana persamaan keseimbangan struktur
diterapkan, sehingga deformasi setiap titik dapat dituliskan sebagai berikut:

PADURAKSA: Volume 8 Nomor 2, Desember 2019 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
207

K  = F ............................... (1) Matrik kekakuan elemen batang


terdiri dari dua bagian, [Ko] adalah matrik
Dimana: [K] adalah matrik
kekakuan standar terhadap lentur atau
kekakuan, atau representasi matematik dari
matrik [K] pada persamaan (1), dan [K1]
perilaku struktur. {δ} adalah vektor
adalah matrik kekakuan geometri yang
perpindahan (translasi atau rotasi). {F}
memperhitungkan pengaruh gaya aksial P
adalah vektor gaya luar, dapat berbentuk
terhadap kekakuan lentur elemennya. Dari
beban titik nodal bebas atau reaksi
formulasi tersebut akhirnya dapat
tumpuan.
diketahui bahwa kondisi tekuk terjadi bila
2.4.4 Analisis Tekuk Elastik gaya aksial yang diberikan dapat
Analisis tekuk elastik pada dasarnya mengurangi kekakuan lenturnya sampai
adalah hasil pengembangan dari analisa bernilai nol (kehilangan kekakuan).
elastik-linier. Hanya saja dalam analisis Dengan menulis ulang persamaan (2) di
tekuk, pengaruh gaya aksial terhadap atas menjadi format berikut:
kekakuan lentur elemen diperhitungkan.
 = Ko + P K1-1 Q ......... (3)
Gaya aksial tarik (positip) akan
Jika P adalah gaya tekan (negatif)
meningkatkan kekakuan lentur elemen
kekakuan bisa hilang, yaitu jika deformasi
struktur. Demikian juga sebaliknya, gaya
[] bertambah tanpa ada penambahan gaya
aksial tekan (negatif) dapat mengurangi
transversal [Q]. Ini terjadi jika invers
kekakuan. Bahkan untuk elemen dengan
matrik menjadi tidak terhingga. Invers
kategori langsing, gaya aksial tekan yang
matrik diperoleh dari membagi matrik
besar dapat menghilangkan kekakuan
dengan nilai determinan-nya. Jadi invers
struktur secara keseluruhan, kondisi ini
matrik menjadi tak terhingga hanya jika
disebut tekuk (buckling). Kondisi
determinan-nya bernilai nol (zero). Itu
kekakuan elemen struktur yang
berarti beban kritis dapat diperoleh dengan
dipengaruhi gaya aksial dapat dituliskan
mencari determinan matrik yang bernilai
dalam persamaan matrik sebagai berikut:
nol. Itulah esensi dari analisis tekuk elastis,
Q = Ko + P K1 ............ (2)
yaitu mencari beban kritis pada sistem
Dimana [Q] berisi gaya transversal struktur yang menimbulkan gaya aksial
yang menyebabkan lentur, [] berisi tekan yang menyebabkan tekuk (buckling)
deformasi lentur yang berkesesuaian dan P pada salah satu atau bahkan keseluruhan
adalah gaya aksial (tarik = positip). elemen. Karena konfigurasi bebannya bisa

PADURAKSA: Volume 8 Nomor 2, Desember 2019 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
208

berbeda-beda, maka umumnya yang dapat


dicari dari analisis tekuk elastis adalah
faktor pengali dari beban tersebut.

2.4.5 Analisis Elastis Orde ke 2


Analisa struktur dengan metode
matrik kekakuan, jika suatu keseimbangan
struktur dapat dituliskan dalam persamaan
Gambar 4. Momen yang dipengaruhi Efek
(1) menunjukkan bahwa perilaku struktur P-delta
(Sumber: Wiryanto, 2015)
yang dievaluasi terbatas pada kondisi
elastik-linier, Jika deformasinya relatif
Rangka bergoyang (framed
besar maka menjadi non-linier geometri.
sideways) adalah rangka dimana titik-titik
Jika demikian cara analisis elastis-linier
nodal penghubung mengalami translasi
yang biasa dipakai akan memberikan hasil
akibat pembebanannya, baik lateral
yang tidak tepat. Untuk mengatasi,
maupun vertikal. Ini akan terjadi jika
penyelesaiannya harus memasukkan
struktur atau pembebanannya tidak simetri,
pengaruh deformasi struktur. Rangka tidak
juga akibat tidak tersedianya sistem
bergoyang (braced framed), adalah
penahan lateral yang khusus. Efek P-delta
struktur rangka dimana titik-titik nodal
yang terjadi adalah akibat adanya
penghubung elemennya tidak mengalami
perpindahan pada titik nodal, dalam hal ini
perpindahan (translasi). Ini terjadi jika
disebut sebagai P-∆ (lihat Gambar 4b).
struktur rangka tersebut ditahan oleh
Analisis tekuk elastis sudah tidak cocok
sistem penahan lateral tersendiri (dinding
jika dipakai pada jenis struktur ini.
geser atau bracing). Efek P-delta yang
Untuk struktur rangka tidak
seperti ini disebut juga sebagai P-δ,
bergoyang (braced framed), titik nodal
dimana deformasinya (δ) terjadi pada
penghubung tidak mengalami translasi,
bagian elemen itu sendiri, di antara titik-
sehingga δ hanya akan terjadi pada elemen
titik nodal. Adapun titik nodalnya sendiri
batang, tanpa mempengaruhi sistem
tetap, tidak mengalami translasi.
struktur secara keseluruhan. Itulah
alasannya, mengapa efek P-δ bersifat lokal
dan terjadi jika elemennya langsing atau
terlalu lentur. tekuk yang diakibatkan oleh

PADURAKSA: Volume 8 Nomor 2, Desember 2019 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
209

efek P-δ dapat diprediksi secara baik yaitu studi komparatif antara
dengan analisis tekuk elastis, yang relatif metode pelaksanaan sistem
lebih sederhana dan tidak memerlukan loncat 2 lantai dengan metode
iterasi. Keuntungan jika digunakan analisis pelaksanaan konvensional;
elastik order ke-2 adalah dapat dilacak 2. Penentuan kelompok yang
perilaku struktur sebelum mengalami mempunyai karakteristik yang
tekuk. Tentu saja ini hanya cocok untuk akan diteliti; yaitu sistem loncat
struktur langsing dimana kondisi 2 lantai dan sistem konvesional;
tegangannya masih elastis murni. Pada 3. Studi literatur dan pengumpulan
struktur rangka bergoyang (framed data sekunder berupa data
sideways), titik nodal penghubung gedung yang akan menjadi
mengalami perpindahan sebesar  dari obyek yang akan diteliti yaitu
kondisi asli, karena titik nodal tersebut bangunan gedung baja 10 lantai;
juga terhubung pada elemen-elemen 4. Pembuatan model gedung
struktur yang lainnya, maka efek P- juga rangka baja;
mempengaruhi sistem struktur secara 5. Analisis data, berupa analisis
keseluruhan, sifatnya global. waktu pelaksanaan untuk sistem
loncat 2 lantai dan waktu
METODE PENELITIAN pelaksanaan sistem
Metode penelitian ini menggunakan konvensional, dan analisis
metode penelitian komparatif yaitu: kelangsingan/faktor tekuk dan
membandingkan persamaan dan perbedaan tegangan yang terjadi pada
2 dan sifat objek yang diteliti, membuat sistem loncat 2 lantai;
generalisasi tingkat perbandingan, 6. Kesimpulan dan saran hasil
menentukan mana yang lebih baik atau penelitian.
mana yang sebaiknya dipilih. Tahapan
metode penelitian komparatif sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN
berikut: Desain Bangunan Rangka Baja
Pada tahap awal dari penelitian ini
1. Penentuan masalah penelitian,
dilakukan pemodelan gedung rangka baja
pada tahap ini di pilih
10 lantai dengan program bantu ETABS,
permasalahan yang akan
dengan beban yang bekerja pada struktur
digunakan pada penelitian ini
gedung baja 10 lantai adalah beban mati

PADURAKSA: Volume 8 Nomor 2, Desember 2019 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
210

beban hidup dan beban gempa, untuk profil, sesuai dengan Peraturan Menteri
mendapatkan desain struktur dari gedung Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
baja yang dianalisis. Dari analisis dengan No.: 26/PRT/M/2016 koefisien tukang baja
program ETABS didapatkan dimensi adalah 0.06 OH, sehingga produkstivitas
kolom dan tegangan yang terjadi pada tukang baja adalah 16.67 kg/hari. Jumlah
kolom sebagai berikut: Tukang untuk pemasangan kolom
berjumlah 20 orang dan pemasangan balok
Tabel 1. Perbandingan P-M33-M22 berjumlah 55 orang.
Terjadi/Kapasitas dan P Terjadi/P kritis
Perbandingan Tahapan pelaksanaan pekerjaan Sistem
P-M33-M22 Perbandingan
Dimensi Loncat 2 Lantai sebagai berikut:
Lantai Terjadi/ P Terjadi/P
Hbeam
Kapasitas kritis
Terbesar 1. Tahap 1: Pemasangan kolom
600x600x
1
18x30
0.759 0.025 lantai 1 dan kolom lantai 2,
600x600x dilanjutkan pemasangan balok
2 0.715 0.022
18x30
3
600x600x
0.532 0.020 lantai 2;
18x30
500x500x 2. Tahap 2: Pemasangan kolom
4 0.706 0.036
15x28
500x500x lantai 3 dan 4 bersamaan
5 0.527 0.031
15x28
400x400x
waktunya dengan pemasangan
6 0.761 0.060
13x21 balok lantai 1, dilanjutkan
400x400x
7 0.645 0.048
13x21 pemasangan balok lantai 4;
350x350x
8 0.740 0.062 3. Tahap 3: Pemasangan kolom
12x18
350x350x
9 0.442 0.041 lantai 5 dan 6 bersamaan
12x18
300x300x
10
10x15
0.864 0.039 waktunya dengan pemasangan
balok lantai 3, dilanjutkan
Analisis Waktu Pelaksanaan
pemasangan balok lantai 6;
Pada tahap ini dilakukan analisis
4. Tahap 4: Pemasangan kolom
waktu pelaksanaan dari gedung rangka
lantai 7 dan 8 bersamaan
baja yang telah di analisis pada sub bab
waktunya dengan pemasangan
4.1., untuk bangunan gedung rangka baja
balok lantai 5, dilanjutkan
lantai 10 dengan sistem loncat 2 lantai dan
pemasangan balok lantai 8;
untuk bangunan gedung rangka baja lantai
5. Tahap 5: Pemasangan kolom
10 dengan sistem konvensional. Waktu
lantai 9 dan 10 bersamaan
yang diperlukan untuk pelaksanaan baja
waktunya dengan pemasangan

PADURAKSA: Volume 8 Nomor 2, Desember 2019 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
211

balok lantai 7, dilanjutkan Tabel 3. Waktu Pelaksanaan Sistem


Konvensional
pemasangan balok lantai 10;
Volume
6. Tahap 6: Pemasangan balok Tahap Kolom Balok Waktu
lantai 9. (kg) (kg)
1 904 5275 8.47
Waktu pelaksanaan yang diperlukan
2 904 5275 8.47
untuk masing masing tahap, dibuat dalam 3 904 5275 8.47
Tabel 2. 4 643 5275 7.69
5 643 5275 7.69
6 427 5275 7.04
Tabel 2. Waktu Pelaksanaan Sistem Loncat
2 Lantai 7 427 5275 7.04
8 329 5275 6.74
Volume
9 292 5275 6.63
Tahap Kolom Balok Waktu
10 235 5275 6.46
(kg) (kg) Waktu Total 74.68
1 1808 5275 11.18
2 1548 10551 11.51 Dari hasil pada Tabel 2 dan Tabel 3,
3 1070 10551 11.51 maka didapatkan bahwa dengan sistem
4 756 10551 11.51 loncat 2 lantai mempersingkat waktu 11.71
5 565 10551 11.51
hari atau 84.32% dari waktu sistem
6 5275 5.75
konvensional.
Waktu Total 62.97

Untuk pembanding dilakukan Tegangan Kolom Pada Sistem


Loncat 2 Lantai
analisis terhadap waktu pelaksanaan untuk
Sesuai dengan tahapan pelaksanaan
gedung rangka baja lantai 10 dengan
pada sistem loncat 2 lantai, hal yang perlu
sistem konvensional. Tahapan pelaksanaan
di kontrol adalah tegangan kolom saat
untuk gedung rangka baja dengan sistem
pelaksanaan, dikarenakan tinggi kolom
konvensional dimulai dari pemasangan
menjadi lebih lebih panjang, gabungan
kolom lantai 1 dilanjutkan dengan balok
tinggi kolom 2 lantai. Beban yang bekerja
lantai 1, pelaksanaan untuk kolom
saat kontruksi adalah adalah beban mati
diatasnya sama seperti tahap sebelumnya,
dan beban hidup, besarnya beban mati
hingga berakhirnya seluruh lantai. Dari
yang diperhitungkan 135 kg/m2, besarnya
hasil analisis dengan sistem konvensional
beban hidup yang diperhitungkan 250
di buat dalam Tabel 3.
kg/m2. Dari analisis dengan program bantu
ETABS didapatkan hasil pada Tabel 4.

PADURAKSA: Volume 8 Nomor 2, Desember 2019 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939
212

Tabel 4. Perbandingan P-M33-M22 Anonim. (2010). ANSI/AISC 360-10: An


Terjadi/Kapasitas Pada Sistem Loncat 2
Lantai dan P terjadi/P kritis Sistem Loncat American National Standard:
2 Lantai Spesification for Structural Steel
Perbandingan
Perbandingan Buildings. Chicago: American
Kolom P-M33-M22
Tahap P Terjadi / P
Lantai Terjadi /
kritis Institute of Steel Construction.
Kapasitas
1 0.034 0.010
1 Anonim. (2015). Spesifikasi untuk
2 0.037 0.010
3 0.032 0.010
2
4 0.046 0.021
Bangunan Gedung Baja Struktural:
5 0.041 0.020 SNI 1729:2015. Jakarta: Badan
3
6 0.080 0.049
4
7 0.073 0.048 Standarisasi Nasional.
8 0.107 0.083
9 0.106 0.084 Basari, K., Pradipta, R.Y., Dwi, U.J., &
5
10 0.301 0.150
Hidayat, A. (2014). Analisa
Dari hasil pada tabel 4 didapatkan Koefisien Produktivitas Tenaga
Perbandingan P-M33-M22 Terjadi/ Kerja Pada Pekerjaan Pembesian.
Kapasitas dan P terjadi/P kritis dibawah Jurnal Karya Teknik Sipil, 3, 830-
harga 1 sehingga sistem loncat 2 lantai 839.
aman.
Citing Internet sources URL.
https://atad.vn/id/pengenalan-
SIMPULAN
struktur-baja/
Pelaksanaan gedung rangka baja 10
lantai dengan sistem loncat 2 lantai Dewobroto, W. (2015). SNI 1729:2015

memiliki waktu penyelesaian lebih cepat dan Era Baru Perencanaan Baja

11.71 hari atau 84.32% dari waktu sistem Berbasis Komputer. Seminar

konvensional. Sesuai dengan kontrol gaya Nasional “Inovasi Struktur dan

internal dan kapasitas element, metode Rekayasa Bahan dalam Teknologi

sistem loncat 2 lantai aman. Konstruksi”. Jakarta: Jurusan Teknik


Sipil, Politeknik Negeri Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Sukamta, D. (2016). Inovasi Dalam
Anonim. (2002). Undang Undang Desain Struktur Dan Konstruksi
Republik Indonesia No. 28 Tahun Gedung Super-Tinggi. Seminar dan
2002 Tentang Bangunan Gedung. Pameran HAKI 2016 - "Innovations
Jakarta: Deputi Sekretaris Kabinet in Structural and Engineering
Bidang Hukum dan Perudangan- Construction".
undangan.

PADURAKSA: Volume 8 Nomor 2, Desember 2019 P-ISSN: 2303-2693


E-ISSN: 2581-2939

Anda mungkin juga menyukai