Oleh:
MUHAMMAD TAUFIQ AHSAN
157002103
PENDAHULUAN
Dimana :
L = Kuat Penerangan (cd/m2)
l = Intensitas Cahaya (cd)
As = Luas Semua Permukaan rmukaan. (m2)
2.5 Sistem Penerangan
Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada konstruksi sumber cahaya itu sendiri dan pada
konstruksi armatur yang digunakan (Van Harten, 2002).
Menurut (Muhaimin, 2001), pada buku Teknelogi Pencahayaan, tidak selalu cahaya dari suatu sumber cahaya
dipancarkan langsung ke suatu objek penerangan atau bidang kerja. Menurut IES terdapat 5 klasifikasi sistem pancaran
cahaya dari sumber cahaya, yaitu :
1. Penerangan langsung.
2. Penerangan tak langsung.
3. Penerangan menyebar (difus).
4. Penerangan setengah langsung.
5. Penerangan setengah tak langsung.
LANDASAN TEORI
2.6 Faktor – faktor Kualitas Penerangan
Menurut Muhaimin, 2001, pada buku Teknologi Pencahayaan, pada teknik penerangan terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas penerangan yang harus diperhitungkan. Faktor – faktor yang
dimaksud adalah :
1. Faktor Pemeliharaan
2. Faktor Absorpsi
3. Faktor Refleksi
4. Faktor Transmisi
2.7 Daya
Daya merupakan kecepatan melakukan kerja atau kecepatan energi berubah dari satu bentuk ke
bentuk lainnya, satuan daya adalah watt atau J/s. (K.G.Jackson,1994).
Komponen daya :
S = Daya Semu = V x I (VA)
P = Daya Aktif (Watt)
Q = Daya Reaktif (VAR)
LANDASAN TEORI
Faktor Daya
Cos φ =(P(W))/(S(VA))……………………………(2.7)
Dimana :
Cos φ = Faktor Daya
P = Daya Aktif
S = Daya Semu
Daya Reaktif
Q = V x I x Sin φ ...............................................(2.9)
Sin φ =(Q(VAR))/(S(VA))………………………………….(2.10)
Keterangan :
Q = Daya Reaktif (VAR)
V = Tegangan (V)
I = Arus (Ampere)
Φ = Sudut fasa antara trgangan dan arus
LANDASAN TEORI
Daya Aktif
P = V x I x Cos φ......................................................(2.11)
Cos φ =(P(W))/(S(VA))……………..…………………….(2.12)
Keterangan :
P = Daya Aktif (Watt)
V= Tegangan (V)
I = Arus (Ampere)
Φ= Sudut fasa antara tegangan dan arus
Daya Semu
S = V x I ……..........................................................(2.13)
Keterangan :
S = Daya Semu (VA)
V= Tegangan (V)
I = Arus (Ampere)
LANDASAN TEORI
2.8 Armatur
Menurut Harten.van P & Setiawan E, (2002), pada buku Instalasi Arus Kuat II (Van
Harten, 2002), armatur – armatur lampu dibagi menurut beberapa cara, yaitu :
1. Berdasarkan sifat penerangannya.
2. Berdasarkan konstruksinya.
3. Berdasarkan penggunaannya.
4. Bedasarkan bentuknya.
5. Berdasarkan cara pemasangannya.
Indeks Perlindungan (IP) pada Armatur
Rumah lampu penerangan (lantern) atau armatur dapat diklasifikasikan menurut
tingkat perlindungan terhadap debu/benda dan air. Hal ini dapat diindikasikan dengan
istilah IP (index of protection) atau indeks perlindungan, yang memiliki 2 (dua) angka,
angka pertama Menyatakan indeks perlindungan terhadap debu/benda, dan angka
kedua menyatakan indeks perlindungan terhadap air.
LANDASAN TEORI
Kode Indeks Perlindungan IP (Index of Protection)
LANDASAN TEORI
2.9 Lampu
Lampu LED
Light Emiting Diode (LED) atau dioda pancaran cahaya sangat umum digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Mulai dari indikator cahaya sampai tampilan pada peralatan elektronik. Banyaknya pilihan warna
serta output LED yang rendah membuat LED banyak digunakan dalam peralatan elektronik.
Penentuan Jumlah Titik Lampu
Menurut Trevor Linsley untuk menentukan luminari total (jumlah lampu yang digunakan) yang dibutuhkan
untuk menghasilkan iluminasi tertentu pada suatu tempat dimana pekerjaan dilaksanakan dengan
menggunakan metode lumen:
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐼𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝐿𝑥 𝑋 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴𝑟𝑒𝑎 (𝑚2 )
Luminai Total = ………………….(2.14)
𝐿𝑢𝑚𝑒𝑛 𝐿𝑎𝑚𝑝𝑢 𝐿𝐹 𝑋 𝑈𝐹𝐹 𝑋 𝐿𝐿𝐹
Dimana :
Tingkat iluminasi = Tingakat iluminasi yang direkomendasikan
Luas area = Luas area yang diiluminasi (area pekerjaan)
Lumen lampu = Sesuai dengan spesifikasi pabrik yang diberikan
UF = Faktor utilitas
LLF = Faktor rugi – rugi cahaya.
LANDASAN TEORI
Penentuan Besar Pengaman
Untuk mengetahui besarnya arus dapat ditentukan juga dengan menggunakan rumus arus
nominal untuk 1 fasa dan 3 fasa sebagai berikut :
𝑷
Untuk 1 fasa :In = 𝑽 𝑿 𝑪𝒐𝒔 𝝋 = (A).........................................................(2.16)
𝑷
Untuk 3 fasa :In = = (A) ..................................................(2.17)
𝟑 𝑿 𝑽 𝑿 𝑪𝒐𝒔 𝝋
Dimana :
In = Besar Arus (A)
P = Daya Aktif (Watt)
V = Tegangan (Volt)
Cos 𝝋 = Faktor Daya
Sudut Pancaran Lampu
Untuk memperoleh hasil pencahayaan yang baik pada sebuah stadion, sudut pancara n
lampu sangat berpengaruh akan hal tersebut. Sudut pancaran lampu yang direkomendasikan
oleh FIFA adalah minimal 25 derajat dan tidak lebih dari 45 derajat.
LANDASAN TEORI
Keterangan :
tan ө = Sudut pancaran lampu ( derajat )
ө = 250 sampai dengan 450
hm = Tinggi lampu
d = Jarak lampu dari tengah lapangan
LANDASAN TEORI
2.10 Pengaman
Arus yang mengalir dalam suatu penghantar menimbulkan panas. Supaya suhu penghantarnya
tidak menjadi terlalu tinggi, maka arus yang mengalir pada penghantar tersebut harus dibatasi.
a. MCB (Mini Cicuit Breaker)
MCB adalah suatu rangkaian pengaman yang dilengkapi dengan komponen thermis ( bimetal )
untuk pengaman beban lebih dan juga dilengkapi relay elektromagnetik untuk pengaman
hubung singkat.
b. MCCB (Moulded Case Circuit Breaker)
Menurut Ir. Wahyudi Sarimun N., M.(Sarimun, 2011) pada bukunya yang berjudul Buku Saku
Pelayanan Teknik MCCB merupakan alat pengaman yang dalam proses operasinya mempunyai dua
fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat untuk penghubung.
Dalam memilih MCCB ada beberapa karakteristik sistem yang perlu diperhatikan, yaitu mencakup
beberapa hal sebagai berikut :
1. Tegangan operasional dari MCCB harus lebih besar atau minimanl sama dengan tegangan sistem,
2. Frekuensi pengenal dari MCCB harus sesuai dengan frekuensi sistem,
3. Arus pengenal dari MCCB harus sama dengan arus hubung singkat yang mungkin akan terjadi pada
suatu titik dimana MCCB terpasang,
4. Jumlah pole atau kutub MCCB tergantung pada sistem pembumian
LANDASAN TEORI
2.11 Penghantar
Penghantar adalah suatu komponen utama material dan instalasi listrik, yang
berfungsi untuk menyalurkan arus dari satu bagian ke bagian lain dan juga untuk
menghubungkan bagian-bagian yang dirancang bertegangan sama. Bahan konduktor
yang paling umum digunakan adalah tembaga dan alumunium.
Kabel
Kabel listrik merupakan suatu penghantar yang sangat sering dan sangat baik digunakan
dalam melakukan instalasi listrik. Kabel adalah satu atau lebih inti penghantar, baik yang
berbentuk solid maupun serabut yang masing-masing dilengkapi dengan isolasinya sendiri-sendiri
dan membentuk suatu kesatuan.
Pada umumnya untuk mengetahui jenis penghantar atau kabel diberikan kode pengenal
serta warna selubung, penandaan kabel berselubung berinti tunggal menggunakan pedoman
PUIL 2000 .
LANDASAN TEORI
Penandaan Inti atau Rel
LANDASAN TEORI
Kode Penandaan Penghantar
Contoh Penggunaan kode penandaan penghantar yaitu, kabel NYY merupakan kabel
thermoplastic tanpa perisai dengan penghantar tembaga berinti lebih dari satu berisolasi PVC
dan selubung luar PVC. Kabel ini biasanya digunakan untuk instalasi listrik tenaga pada industry.
Kawat BC
Kawat BC (Bare Conductor) adalah jenis penghantar listrik yang terbuat dari logam
tembaga tanpa pelindung yang digunakan untuk grounding. Kawat BC tidak dianjurkan
dipakai sebagai penghantar phase listrik karena dapat berbahaya jika terkena
sentuhan atau terjadi hubung singkat.
LANDASAN TEORI
2.12 Kemampuan Hantar Arus
Kemampuan hantar arus adalah batas arus maksimum yang dapat dialirkan secara kontinyu
pada keadaan tertentu tanpa mengakibatkan kenaikan suhu melampaui nilai tertentu.
Kemampuan hantar arus terutama dipengaruhi oleh suatu penghantar yang diizinkan dan
kondisi sekitar penghantar. Semua penghantar mempunyai KHA sekurangkurangnya sama
dengan arus yang mengalir melaluinya ditentukan sesuai dengan kebutuhan arus maksimum
yang dihitung.
Dengan mengetahui KHA maka dapat ditentukan penghantar yang tepat dapat digunakan
dengan berpedoman pada PUIL 2000, yaitu :
KHA = 125% x In (arus nominal)................................(2.18)
2.13 Jatuh Tegangan
Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu penghantar.
Besarnya jatuh tegangan dalam persen diperlukan dalam batas-batas tertentu. Misalnya PT. PLN
(Persero) berlaku pada tegangan rendah ± 5 % - 10 % dari tegangan pelayanan (APEI, 2007).
Sedangkan umumnya dalam PUIL 2000 dalam pasal 4.2.3.1 menyebutkan bahwa :
“ Susut tegangan antara terminal konsumen dan sembarang titik dari instalasi tidak boleh melebihi
5 % dari tegangan pengenal pada terminal konsummen bila semua penghantar dari instalasi
dialiri arus “
LANDASAN TEORI
Sistem Fasa Tiga
Bila diketahui besarya arus I, ∆v [Volt], maka :
𝟑𝒙 𝑳 𝒙 𝑰 𝒙 𝑪𝒐𝒔𝝋
q= [mm 2] ................................................(2.19)
∆𝒗 𝒙 𝝀
𝟑𝒙 𝑳 𝒙 𝑰 𝒙 𝑪𝒐𝒔𝝋
∆v = [Volt] ..............................................(2.20)
𝒒𝒙𝝀
Bila diketahui besarnya beban P dalam Watt, maka definisi simbol dan Satuan :
P : beban dalam [Watt]
V : tegangan antara 2 saluran [Volt]
q : penampang saluran [mm2]
Δv : jatuh tegangan [volt]
Δu : jatuh tegangan [%]
L : panjang saluran (bukan panjang penghantar) [meter sirkuit]
I : arus beban [A]
σ : konduktivitas bahan penghantar Cu = 56; Alumunium = 32,7
LANDASAN TEORI
Tabel KHA Kabel
LANDASAN TEORI
2.14 Kontaktor
Kontaktor adalah saklar yang digerakkan dengan gaya kemagnetan. Pada
kontaktor ini ada yang disebut coil yang berisi lilitan tembaga sebagai penghasil medan
magnet. Cara kerja kontaktor ini adalah apabila coil tersebut dihubungkan dengan
sumber tegangan maka akan terjadilah induksi magnet yang akan menarik setiap
kontak (platina) yang terdapat pada kontaktor itu sendiri baik itu NO (Normally Open)
maupun NC (Normally Close). Artinya kontak NO yang pada posisi coil tidak diberi
tegangan tidak terhubung / tertutup akan tertarik menjadi terhubung, begitu pula NC
adalah kebalikannya.
Besar toleransi tegangan untuk kumparan kontaktor adalah berkisar 85% - 100% dari
tegangan kerja kontaktor (Arochman, 2013). Kontaktor yang melayani beberapa motor
atau melayani motor dan beban lainnya harus mempunyai kemampuan arus sekurang-
kurangya 115% dari jumlah arus beban pada keadaan penuh.
Sehingga untuk mengetahui besar kontaktor magnit yang digunakan dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut :
In x 150 % ........................................................(2.21)
LANDASAN TEORI
2.15 Penerangan Lapangan Olah Raga Berdasarkan FIFA
Penerangn lapangan sepak bola bukan hanya diperuntukkan untuk pemain saja, tetapi
agar penonton mampu melihat keseluruh bagian lapangan sekaligus pergerakan bola.
Terdapat 4 metode penerangan untuk lapangan sepakbola menurut FIFA, yaitu
penerangan :
1. Sistim 2 tiang
2. Sistim 4 tiang
3. Sistim 6 tiang
4. Sistim banyak lampu pada menara (multi lamp tower system)
Tiga sistem yang pertama digunakan untuk lapangan sepak bola rekreasi dan pelatihan
sedangkan yang terakhir untuk profesional. Posisi lampu untuk sistim 2 tiang adalah pada
pertengahan panjang lapangan. Pada sistem 4 tiang posisi sumber penerangan adalah
pada masing – masing sudut lapangan, sedangkan pada sistim 6 tiang masing – masing 2
tiang pada panjang lapangan masing – masing berjarak 1/3 panjang lapangan dan
maasing – masing 1 tiang dibagian belakang gawang.
LANDASAN TEORI
2.15 Penerangan Lapangan Olah Raga Berdasarkan FIFA
Penerangn lapangan sepak bola bukan hanya diperuntukkan untuk pemain saja, tetapi
agar penonton mampu melihat keseluruh bagian lapangan sekaligus pergerakan bola.
Terdapat 4 metode penerangan untuk lapangan sepakbola menurut FIFA, yaitu
penerangan :
1. Sistim 2 tiang
2. Sistim 4 tiang
3. Sistim 6 tiang
4. Sistim banyak lampu pada menara (multi lamp tower system)
Tiga sistem yang pertama digunakan untuk lapangan sepak bola rekreasi dan pelatihan
sedangkan yang terakhir untuk profesional. Posisi lampu untuk sistim 2 tiang adalah pada
pertengahan panjang lapangan. Pada sistem 4 tiang posisi sumber penerangan adalah
pada masing – masing sudut lapangan, sedangkan pada sistim 6 tiang masing – masing 2
tiang pada panjang lapangan masing – masing berjarak 1/3 panjang lapangan dan
maasing – masing 1 tiang dibagian belakang gawang.
LANDASAN TEORI
2.16 Stadion Standar FIFA
FIFA juga telah menyusun ukuran lapangan sepakbola yang standar untuk melakukan
pertandingan sepakbola. Sehingga untuk semua kompetisi di dunia sudah ada
standarisasinya. Berikut detail ukuran lapangan sepakbola :
Ukuran Keseluruhan :
Panjang lapangan sepakbola minimum 90 meter
Panjang lapangan sepakbola maksimum 120 meter
Lebar lapangan sepakbola minimum 45 meter
Lebar lapangan sepakbola maksimum 90 meter
Sedangkan untuk pertandingan level internasional :
Panjang lapangan minimum 100 meter
Panjang lapangan maksimum 110 meter
Lebar lapangan minimum 64 meter
Lebar lapangan maksimum 75 meter
LANDASAN TEORI