Anda di halaman 1dari 17

Tema : Lampu Solar Sell

Judul : Pemanfaatan energi terbarukan untuk menerangi jalan tanpa energi listrik
Abstrak
Krisis energi adalah masalah yang sangat fundamental di Indonesia khususnya masalah krisis energi listrik.
Energi listrik merupakan energi yang sangat diperlukan bagi manusia modern. Pada saat terjadi pemadaman
listrik, maka banyak kegiatan akan terhenti seketika.Sumber energi matahari merupakan salah satu harapan
utama sebagai sumber energi alam yang hampir dapat dikatakan tidak akan habis. Solar cell merupakan suatu
panel yang terdiri dari beberapa sel dan beragam jenis.Penggunaan solar cell ini telah banyak digunakan di
Negara-negara berkembang dan negara maju dimana pemanfaatnya tidak hanya pada lingkup yang kecil, tetapi
sudah banyak digunakan untuk keperluan industri dan penerangan jalan umum sehingga energi matahari dapat
dijadikan sebagai sumber energi alternatif tertentu.
Kata kunci : PJU, lampu, daya

Pendahuluan
A. Lampu Penerangan Jalan
Lampu penerangan jalan merupakan
(a) bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan atau dipasang di kiri atau kanan jalan dan atau
di tengah (di bagian median jalan) yang digunakan untuk menerangi jalan maupun lingkungan di sekitar jalan
yang diperlukan termasuk persimpangan jalan, jalan layang, jembatan dan jalan di bawah tanah;
(b) suatu unit lengkap yang terdiri dari sumber cahaya, elemen optik, elemen elektrik dan struktur penopang
serta pondasi tiang lampu.
a. Struktur Lampu Penerangan Jalan Umum

Berdasarkan jenis sumber cahaya, lampu penerangan jalan umum dapat pula dibedakan atas 2 (dua) macam
yaitu lampu merkuri dan lampu sodium.

a. Lampu Merkuri b. Lampu Sodium


Gambar 1 Contoh Lampu Merkuri dan Sodium
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga, 1991
b. Tiang Lampu Penerangan Jalan
Tiang merupakan komponen yang digunaka untuk menopang lampu. Beberapa jenis tiang yang digunakan untuk
lampu jalan adalah tiang besi dan tiang octagonal. Berdasarkan bentuk lengannya (stang ornamen), tiang lampu
jalan dapat dibagi menjadi 3, berikut contohnya:

A. Lengan tunggal

B. Lengan Ganda
Gambar 2 Beberapa Bentuk Lengan Tiang Lampu Jalan
Sumber : SNI 7391, 2008

Untuk menentukan sudut kemiringan stang

C.Lengan Tanpa

ornamen, agar titik penerangan mengarah ketengahtengah


jalan, maka :
T = h+c
Sehingga :
Cos q : h/c

Gambar 3 Penentuan sudut kemiringan stang ornamen terhadap


lebar jalan
Sumber : SNI 7391, 2008

Dimana :
h :tinggi tiang
t :jarak lampu ke tengah-tengah jalan
c :jarak horizontal lampu-tengah jalan
W1 :tiang ke ujung lampu
W2 :jarak horizontal lampu ke ujung jalan
B. Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada pada permukaan tanah, di bawah permukaan
tanah dan atau air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. Terdapat beberapa jenis jalan yaitu :
a. Jalan Arteri
b. Jalan Kolektor
c. Jalan Lokal
C. Dasar Pencahayaan
a. Fluks Cahaya
Fluks cahaya adalah seluruh jumlah cahaya
yang dipancarkan dalam satu detik.
(3)
Dimana : : fluks cahaya (lm)
: sudut ruang dalam staredian (sr)
I : intensitas cahaya (Cd)
b. Intensitas Penerangan
Intensitas penerangan atau iluminasi di suatu
bidang adalah fluks cahaya yang jatuh pada 1 meter2
dari bidang itu.
rata-rata
(4)
Dimana :E : intensitas penerangan (lux)
: fluks cahaya dalam lumen (lm)
A : luas bidang (m2)
c. Luminasi

Luminasi adalah suatu ukuran untuk terang


suatu benda. Luminasi yang terlalu besar akan
menyilaukan mata.
(5)
Dimana :L : luminasi (cd/cm2)
I : intensitas cahaya (cd)
As : luas semu permukaan (cm2)
d. Efikasi
Efikasi cahaya merupakan hasil bagi antara fluks luminous dengan daya listrik masukan suatu sumber cahaya.
Dimana :K : efikasi cahaya (lm/watt)
: fluks cahaya (lm)
P : daya listrik (watt)
e. Daya Lampu Total (7)
P total = P x n x cos
Dimana :
P total : Daya lampu total (W)
P : Daya lampu (W)
N : Jumlah lampu per APP
f. Daya Lampu Tiap Bulan (8)
P bulan = P total x t
Dimana :
P bulan :Daya lampu total tiap bulan
(kWh/bulan)
P total : Daya lampu total
t : waktu nyala (jam/bulan)
g. Biaya Pemakaian
M = U x Pbulan (9)
Dimana :
M : Biaya pemakaian tiap bulan (Rp/bulan)
U : Tarif biaya pemakaian tiap bulan
(Rp/kWh)
Pbulan : Daya total lampu tiap bulan (W)
D. Prinsip Kerja Solar Cell
Sistem photovoltaic menghasilkan daya keluaran hanya pada saat modul photovoltaic disinari matahari, oleh
karena itu sistem photovoltaic menggunakan mekanisme penyimpanan energi agar energi listrik selalu tersedia
pada waktu matahari sudah tidak menyinari (malam hari). Baterai merupakan komponen yang digunakan untuk
penyimpanan energi listrik yang dihasilkan array photovoltaic. Selain untuk media penyimpanan energi listrik,
baterai juga digunakan untuk pengaturan sistem tegangan dan sumber arus yang dapat melebihi kemampuan
array photovoltaic.(Messenger, 2004:47)
Aplikasi Solar Cell
Sebelum mendesain sistem energi alternatif yang memanfaatkan solar cell ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu :
a. Pemakaian daya rata-rata selama 24 jam.
b. Pemakaian daya rata-rata pada malam hari(terhitung dari nilainya sinar matahari yang mengenai solar cell).
c. Pemakaian daya puncak.
Gambaran diatas memperlihatkan sistem energi listrik alternatif yang memanfaatkan sinar matahari.
Pertimbangan-pertimbangan diatas digunakan untuk mengetahui spesifikasi komponen yang akan dipasang pada
sistem tersebut, karena salah memilih komponen bisa menyebabkan sistem ini tidak bekerja dengan baik (mudah
rusak/tidak maksimal).
Adapun tiap bagian antara lain yaitu :
a. Solar cell
b. Switch Controller
c. Baterai
d. Inverter
E. Perhitungan Energi dan Biaya Listrik PLN
Penerangan Jalan Umum
Tarif yang digunakan untuk lampu pada rumah menurut aturan Perusahaan Listrik Negara adalah termasuk
golongan R1 dengan harga Rp 1385,- per kWh tanpa biaya beban , melainkan disebut RM atau Rekening
Minimum yang harus dibayarkan. Perhitungannya. Tarif dasar untuk PJU adalah :
Biaya Bulanan P1-TR = Biaya Beban + ((daya dipakai kVAh) x Rp 1385,-) (10)

dengan biaya beban :


RM1 = jam menyala x daya tersambung (kVA) x Biaya pemakaian (11)
Salah satu penerangan jalan dengan menggunakan :

LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM TENAGA SURYA (PJU-TS)


2.1 Umum
Lampu Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJU-TS) adalah lampu penerangan jalan
yang menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energi listriknya. Penerangan Jalan Umum
Tenaga Surya ( PJU-TS ) sangat cocok digunakan untuk jalan-jalan di daerah-daerah yang belum
terjangkau oleh listrik PLN dan juga daerah-daerah yang mengalami krisis energi listrik terutama
di daerah terpencil. Namun belakangan ini PJU Tenaga Surya juga marak diaplikasikan di daerah
perkotaan seperti di kawasan jalan-jalan utama, jalan kawasan perumahan, lampu taman, area
kampus, area pabrik, halte bis, tempat parkir, pompa bensin (SPBU) dsb.
Penerangan Jalan Tenaga Surya merupakan sebuah alternatif yang murah
dan hemat untuk digunakan sebagai sumber listrik penerangan karena
menggunakan sumber energi gratis dan tak terbatas dari alam yaitu energi
matahari. Lampu Jalan Tenaga Surya ( PJU Tenaga Surya) menggunakan
Modul/Panel Surya dengan lifetime hingga 25 tahun yang berfungsi
menerima cahaya (sinar) matahari yang kemudian diubah menjadi listrik
melalui proses photovoltaic. Lampu ini secara otomatis dapat mulai menyala
pada sore hari dan padam pada pagi hari dengan perawatan yang mudah
dan efisien selama bertahun tahun. Lampu Jalan Tenaga Surya menggunakan
Lampu LED jenis hi-power yang sangat terang, hemat energi dan tahan lama,
seperti terlihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.
Gambar 2.1 Lampu Penerangan Jalan Tenaga Matahari (PJU-TS)
Lampu penerangan jalan (PJU) tenaga matahari mempunyai ketinggian tiang
yang berbeda-beda, mulai dari 5m s/d 14m. Jarak antar tiang juga bervariasi
mulai dari 15m s/d 40m. Jarak antar tiang tergantung ketinggian tiang, jenis
lampu, dan cahaya yang dibutuhkan (brightness).
Warna cahaya yang dipilih lampu penerangan jalan biasanya yang tergolong
'warm light' bukan 'cool light'. Cool light atau identik dengan warna putih
sepintas jauh lebih terang, tetapi untuk cuaca buruk seperti asap, kabut,
hujan gerimis maupun hujan deras warna 'cool light' sangat tidak dianjurkan.
Sedangkan 'warm light' yang identik dengan warna kuning dipilih karena
masalah safety. Dalam kondisi cuaca buruk maka warna kuning masih dapat
tembus sampai ke retina mata kita.
Terang tidaknya suatu penerangan biasanya diukur dalam satuan lumen yang merupakan
satuan luminasi flux. Sedangkan bila perangkat penerangannya sudah terpasang maka kekuatan
cahaya ( illuminasi rata-rata ) yang sampai ke obyek biasanya diukur dalam satuan lux atau
lumen/m2. Untuk aplikasi Penerangan Jalan Umum (PJU) biasanya diukur dalam lux per berapa
meter ketinggian sumber cahaya ke alat ukur. Contoh PJU yang mempunyai
luminasi flux sebesar 6075 lumen mempunyai illuminasi rata-rata 15 flux / 10
m.
Keunggulan Lampu Penerangan Jalan Tenaga Surya :
a. Terang dan tahan lama
b. Hemat energi
c. Ramah lingkungan
d. Bebas polusi
e. Cepat dan mudah dalam pemasangan
f. Hemat biaya perawatan

g. Life time yang lama (lampu LED hingga 11 tahun & solar panel hingga 25
tahun) h. Cocok dipasang di segala lokasi i. Tersedia dengan daya mulai dari
lampu dengan daya 15w (950Lm) -168w (14.558 Lm)
Lampu Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJU-TS) membutuhkan beberapa komponen
perangkat pendukung, yaitu :
a. Modul Solar Cell Mono/Polycrystalline : Alat ini merubah dari cahaya
matahari menjadi energi listrik DC dengan satuan WP ( WattPeak ).
b. Battery dan charger : Berfungsi sebagai alat menyimpan energi listrik.
c. Controller : Alat ini berfungsi untuk mengatur arus dari solar module ke
battery dan battery ke beban.
d. Beban : Sebagai objek beban berupa DC atau AC. Kalau Beban DC
biasanya tanpa coventer atau converter tergantung tegangan sama atau
tidak dengan battery. Kalau beban AC harus menggunakan inverter untuk
merubah arus DC ke AC.
e. Solar bracket
f. Kabel listrik 2 core untuk wiring
Solar Cell (Panel Surya)
Sel surya adalah suatu komponen elektronika yang dapat mengubah energi surya menjadi
energi listrik dalam bentuk arus searah (DC). Listrik tenaga matahari dibangkitkan oleh
komponen yang disebut solar cell yang besarnya sekitar 10 - 15 cm persegi. Komponen ini
mengkonfirmasikan energi dari cahaya matahari menjadi energi listrik. Solar cell merupakan
komponen vital yang umumnya terbuat dari bahan semi konduktor. Tenaga listrik yang dihasilkan
oleh satu solar cell sangat kecil maka beberapa solar cell harus digabungkan sehingga
terbentuklah satuan komponen yang disebut module.
Sel Surya diproduksi dari bahan semikonduktor yaitu silicon yang berperan sebagai
insulator pada temperatur rendah dan sebagaikonduktor bila ada energi dan panas. Sebuah Silikon
Sel Surya adalah sebuah diode yang terbentuk dari 3 lapisan atas silikon tipe n (silicondoping of
phosphorous), dan lapisan bawah silikon tipe p (silicondoping of boron). Elektron-elektron
bebas terbentuk dari milion photon atau benturan atom pada lapisan penghubung (junction = 0.20.5 micron ) menyebabkan terjadinya aliran listrik.
Produk yang dikeluarkan oleh industri-industri solar cell adalah dalam bentuk
module yang ditunjukan pada Gambar 2.2. Pada aplikasinya, tenaga listrik
yang dihasilkan oleh satu
dalam pemanfaatannya beberapa module digabungkan dan terbentuklah apa
yang disebut array. Sebagai contoh untuk menghasilkan listrik sebesar 3 kW
dibutuhkan array seluas kira-kira 20 - 30 meter persegi. Beberapa gambar
panel surya seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.2 Panel Surya (Solar Cell)


Sel silikon di dalam solar cells panel yang disinari matahari/ surya, membuat
photon bergerak menuju electron dan menghasilkan arus dan tegangan
listrik. Sebuah sel silikon menghasilkan kurang lebih tegangan 0.5 Volt. Jadi
sebuah panel surya 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel surya (untuk
menghasilkan 17 Volt tegangan maksimun).
Solar cells panel module memiliki kapasitas output: Watt hour. Solar cell 50
WP 12 V, memberikan output daya sebesar 50 Watt per hour dan tegangan
adalah 12 Volt. Untuk perhitungan daya yang dihasilkan per hari adalah 50
Watt x 5 jam (maximun peak intensitas matahari). Kapasitas 10 WP artinya
menghasil 10 watt dalam 1 jam apabila terjadi penyinaran matahari dalam 5
jam dan menghasilkan arus dc 0,5 Ampere.
Modul Surya
Modul Surya ( Photovoltaic), berfungsi mengubah energi matahari menjadi
arus listrik DC yang diteruskan ke alat BCU untuk selanjutnya disimpan pada
baterai. Modul surya terdiri dari beberapa sel surya (Solar cell) yang
disambung secara seri untuk menghasilkan system tegangan tertentu.
Apabila dilihat secara melintang, modul surya terdiri dari beberapa lapisan
seperti terlihat pada Gambar 2.3 dibawah ini :

Gambar 2.3 Modul Surya dan Penampang Lintang Modul Surya


Sel surya adalah suatu komponen elektronika yang dapat mengubah energi surya menjadi
energi listrik dalam bentuk arus searah (DC). Modul surya adalah unit rangkaian lengkap (dilapisi
bahan kedap air dan tahan terhadap perubahan cuaca), tersusun dari sejumlah sel surya yang
dirangkai secara seri dan paralel. Hal ini bertujan untuk meningkatkan tegangan dari arus yang
dihasilkan sehingga cukup untuk pemakaian system catu daya beban.
Bila foton yang terdiri dari jutaan partikel berenergi tinggi akibat radiasi sinar
matahari menumbuk atom silikon dari sel surya dan menghasilkan energi
yang cukup mendorong elektron terluar keluar dari orbitnya, maka akan

timbul elektron-elektron bebas yang siap mengalir di ujung-ujung terminal sel


surya. Kemudian bila beban seperti lampu dipasang di antara terminal negatif
dan positif dari sel surya, maka elektron-elektron akan mengalir sebagai arus
Iistrik searah yang dapat menghidupkan lampu tersebut, Energi matahari
tersedia terus-menerus, maka arus listrik akan dialirkan ke beban terus
menerus. Semakin besar radiasi matahari yang mengenai sel surya, maka
semakin besar pula arus yang dihasilkan oleh sel surya tersebut. Sel surya
akan selalu memproduksi energi listrik bila disinari oleh matahari. Oleh
karenanya sel surya tidak akan pernah habis atau rusak dalam
membangkitkan listrik. Biasanya kerusakan terjadi disebabkan karena sel
surya tersebut pecah atau karena faktor lain, sehingga bila sel surya
dilindungi dengan baik, maka usianya bisa mencapai dua puluh tahun.
Jenis jenis Solar Cell
Berdasarkan pada tipe bahan solar cell nya, modul surya yang umum dipakal
dikategokan kedalam 3 tipe dengan efisiensi konversinya yaltu perbandingan antara daya yang
dihasilkan modul surya dengan radiasi mataai yang ditangkap modul surya dalam satuan (%):
a. Type Mono Crystalline; terbuat dari silicon kristal tunggal, efisiensi konversi
paling tinggi(12%-18%). Secara visual dapat dilihat dimana wama solar cell
merata. Harga tipe modul ini relatif paling mahal.
b. Type Poly Crystalline;terbuat dari silicon kristal banyak (Poly), saat ini
paling banyak dipakai, efisiensi lebih rendah dari monokristal tetapi lebih
tinggi dari amorphous. (10%- 15%). Secara visual dapat dilihat dimana wama
permukaan solar cell tidak merat&seragam. Harga tipe modul ni relatif lebih
murah dari monokristal.
c. Type Amorphous; terbuat dari silicon yang tidak terbentuk kristalnya, oleh
karenanya disebut juga sebagai non kristalin. Secara visual tipe modul surya
ini dapat dilihat dari solar cell nya yg berupa lembaran (sheet, dan bukan
kotak-kotak kecil seperti tipe rendah diantara kedua type di atas berkirsar
8%-12%), maka ukuran modul surya tipe ini hampir dua kali lipat dari ukuran
modul surya kristalin dengan kapasitas yang sama. Beberapa tahun yang lalu
tipe ini ditinggalkan para pemakainya karena ketidakstabilan outputnya
apabila terkena matahari langsung. Belakangan beberapa produsen mengclaim bahwa teknologi amorphous telah diperbaiki dan dapat menghasilkan
listrik yang lebih stabil. Tipe ini paling murah di antara dua tipe lainnya.
Output standar setiap modul surya umumnya dicantumkan pada label yang
di lekatkan di bagian belakang dari modul surya. Output tersebut di ukur
pada STC (Standard Test Condition 1 kW/m2 pada distribusi spectral AM 1,5
dan Temperatur cell 25C). Sedangkan output harian yang dihasilkan oleh
modul surya sangat tergantung pada tingkat radiasi matahari yang menyinari
modul surya.
Working Components: Solar Panel
Solar panel is one of the most important parts of solar street lights, as solar panel will convert solar energy into
electricity. There are 2 types of solar panel: monocrystalline monocrystalline and poly-crystalline. Conversion
rate of monocrystalline solar panel is much higher than polycrystalline.
Lighting Fixture
LED is usually used as lighting source of modern solar street light, as the LED will provide much higher
Lumens with lower energy consumption. The energy consumption of LED fixture is at least 50% lower than
HPS fixture which is widely used as lighting source in Traditional street lights. LEDs lack of warm up time also
allows for use of motion detectors for additional efficiency gains.
Rechargeable Battery
Battery will store the electricity from solar panel during the day and provide energy to the fixture during night.
The life cycle of the battery is very important to the lifetime of the light and the capacity of the battery will
affect the backup days of the lights. There are usually 2 types of batteries: Gel Cell Deep Cycle Battery and
Lead Acid Battery and many more. There are some guidance which must be followed for lighting

streetsGuidance for lighting of public streets, roads, and highways is provided in the Indian Standard (BIS,
1981).Since these guidelines are not enforced by any regulatory authority, it is common for municipalities to be
unaware of the standards, and many fail to comply. The most common reasons for inefficient street lighting
systems in municipalities are: Selection of inefficient luminaires
-Poor design and installation
-Poor power quality
-Poor operation and maintenance practice
-There is tremendous potential to improve lighting quality while reducing energy use, costs, and greenhouse gas
emissions through energy-efficient retrofits for street lighting and improved operation and maintenance
(O&M) practices.
The purpose of these guidelines is to increase the awareness about the Bureau of Indian Standards (BIS)
Code of Practice for lighting of public thoroughfares and to provide practical guidance on energy-efficient street
lighting best practices. Since the Code has not been updated since 1981, these guidelines can also contribute to
the development of future standard
Advantages:
Solar street lights are independent of the utility grid Hence, the operation costs are minimized.
Solar street lights require much less maintenance compared to conventional street lights.
Since external wires are eliminated, risk of accidents is minimized.
This is a non polluting source of electricity
Separate parts of solar system can be easily carried to the remote areas
Disadvantage:
Initial investment is higher compared to conventional street lights.
Risk of theft is higher as equipment costs are comparatively higher.
Snow or dust, combined with moisture can accumulate on horizontal PV-panels and reduce or even stop energy
production.
Rechargeable batteries will need to be replaced several times over the lifetime of the fixtures adding to the
total lifetime cost of the light.
The batteries have to be replaced from time to time

Faktor Pengoperasian Solar Cell


Pengoperasian maximum Sel Surya sangat tergantung pada :
Sebuah Sel Surya dapat beroperasi secara maximum jika temperatur sel
tetap normal (pada 25o C), kenaikan temperatur lebih tinggi dari temperature
normal pada PV sel akan melemahkan voltage (Voc). Setiap kenaikan
temperatur Sel Surya 1o C (dari 25o C) akan berkurang sekitar 0.4 % pada
total tenaga yang dihasilkan atau akan melemah 2x lipat untuk kenaikkan
temperatur Sel per 10o C.
a. Ambient air temperature
b. Radiasi solar matahari (insolation) Radiasi solar matahari di bumi dan
berbagai lokasi bervariable, dan sangat tergantung keadaan spektrum solar
ke bumi. Insolation solar matahari akan banyak berpengaruh pada current (I)
sedikit pada volt.
Kecepatan tiup angin disekitar lokasi PV array dapat membantu mendinginkan permukaan
temperatur kaca-kaca PV array.
Keadaan atmosfir bumi berawan, mendung, jenis partikel debu udara,
asap, uap air udara (Rh), kabut dan polusi sangat mementukan hasil
maximum arus listrik dari deretan PV.
c. Kecepatan angin bertiup
d. Keadaan atmosfir bumi
e. Orientasi panel atau array PV Orientasi dari rangkaian PV (array) ke arah
matahari secara optimum adalah penting agar panel/deretan PV dapat
menghasilkan energi maximum. Selain arah orientasi, sudut orientasi (tilt
angle) dari panel/deretan PV juga sangat mempengaruhi hasil energi
maximum (lihat penjelasan tilt angle). Sebagai guidline: untuk lokasi yang
terletak di belahan Utara latitude, maka panel/deretan PV sebaiknya
diorientasikan ke Selatan, orientasi ke TimurBarat, walaupun juga dapat

menghasilkan sejumlah energi dari panel- panel/deretan PV, tetapi tidak akan
mendapatkan energi matahari optimum.
f. Posisi letak sel surya (array) terhadap sudut orientasi matahari (Tilt Angle) Mempertahankan
sinar matahari jatuh ke sebuah permukaan panel PV secara tegak lurus akan mendapatkan energi
maximum 1000 W/m2 atau 1 kW/m2. Kalau sinar matahari dengan bidang PV tidak tegak lurus,
maka extra luasan bidang panel PV dibutuhkan (bidang panel PV terhadap sun latitude yang
berubah setiap jam dalam sehari).
Solar Panel PV pada Equator (latitude 0o) yang diletakkan mendatar (tilt angle
= 0) akan menghasilkan energi maximum, sedangkan untuk lokasi dengan
latitude berbeda harus dicarikan tilt angle yang optimum (maksimal).
Baterai (Battery)
Baterai adalah obyek kimia penyimpan arus listrik. Dalam sistem solar cell,
energi listrik dalam baterai digunakan pada malam hari dan hari mendung.
Karena intensitas sinar matahari bervariasi sepanjang hari, baterai
memberikan energi yang konstan. Baterai tidak seratus persen efisien,
beberapa energi hilang seperti panas dari reaksi kimia, selama charging dan
discharging. Charging adalah saat energi listrik diberikan kepada baterai,
discharging adalah pada saat energi
listrik diambil dari baterai. Satu cycle adalah charging dan discharging.
Dalam sistem solar cell, satu hari dapat merupakan contoh satu cycle baterai
(sepanjang hari charging, malam digunakan/ discharging).
Baterai tersedia dalam berbagai jenis dan ukuran. Ada dua jenis baterai yaitu
"disposable" dan rechargeable. Baterai rechargeable digunakan oleh sistem
solar cell adalah aki/ baterai lead-acid seperti terlihat pada Gambar 2.6 di
bawah ini.

Gambar 2.6 Baterai


Battery Charger
Pengertian dari Battery Charger adalah suatu alat yang berfungsi untuk
mengisi battery dengan arus konstan hingga mencapai tegangan yang

ditentukan. Bila level tegangan yang ditentukan itu telah tercapai, maka arus
pengisian akan turun secara otomatis ke level yang aman tepatnya yang
telah ditentukan dan menahan arus pengisian hingga menjadi lebih lambat
sehingga indicator menyala menandakan battery telah terisi penuh.
Rangkaian baterai charger dapat dilihat pada Gambar 2.7 di bawah ini.

Gambar 2.7 Rangkaian Baterai Charger


Didalam rangkaian battery charger terdapat rangkaian regulator dan
rangkaian comparator. Rangkaian regulator berfungsi untuk mengatur
tegangan keluaran agar tetap konstan, sedangkan rangkaian comparator
berfungsi untuk menurunkan arus pengisian secara otomatis pada battery
pada saat tegangan pada battery penuh ke level yang aman tentunya dan
menahan arus pengisian hingga menjadi lebih lambat sehingga
menyebabkan indicator aktif menandakan battery telah terisi penuh.
Metode Charge Discharge
Baterry (accumulator) merupakan salah satu komponen yangsangat penting
untuk memberikan supply tenaga terutama pada kendaraan bermotor, akan
tetapi dalam tugas proyek akhir ini yang berjudul Sistem Pengisian Battery
Charger Pada Pembangkit Listrik Tenaga Angin ini, accumulator digunakan
untuk menyimpan energy listrik yang berasal dari generator dikarenakan
kecepatan angin yang berubah-ubah sehingga tegangan keluaran dari
generator dc
juga berubah-ubah. Penelitian atau percobaan tentang Proses Charge dan Discharge telah
menghasilkan banyak sekali metode yaitu antara lain:
Proses Charge dan Proses Discharge dengan arus konstan yang ditunjukkan
pada Gambar 2.8 dan Gambar 2.9 dapat diambil kesimpulan bahwa, proses
charge discharge akan berakhir ketikawaktu yang telah diset terlampaui atau
apabila kapasitas battery (accumulator) yang ditentukan telah terpenuhi. a.
Proses Charge dan Discharge dengan Arus Konstan.

Gambar 2.8 Proses Charge dengan Arus Konstan


Gambar

Gambar 2.9 Proses Discharge dengan Arus Konstan


b. Proses Charge Discharge dengan Daya Konstan. Proses Charge dengan
daya konstan yang ditunjukkan pada Gambar 2.10 dilakukan ketika tegangan
naik dan arus turun, proses ini berakhir ketika set time terpenuhi atau
tegangan pada battery terpenuhi. Sedangkan Proses Discharge dengan daya
konstan yang ditunjukkan pada Gambar 2.11 dilakukan ketika tegangan
baterryturun dan arus naik dan discharge berakhir saat set time terlampaui
atau tegangan beban terpenuhi.
Gambar

Gambar 2.10 Proses Charge dengan Daya Konstan

Gambar 2.11 Proses Discharge dengan Daya Konstan

c. Gambar 2.12 menunjukkan Proses Charge dengan arus konstan ketika


tegangan terminal lebih rendah dari pada tegangan charge.

Gambar 2.12 Proses Charge dengan arus konstan / tegangan konstan


d. Gambar 2.13 menunjukkan Proses Discharge dengan resistansi konstan
ketika tegangan baterry turun dan arus juga turun.

Gambar 2.13 Proses Charge dengan resistansi konstan


Untuk mengetahui waktu dalam proses pengisian accumulator, dapat menggunakan perhitungan
pada persamaan (2.4.1) dan persamaan (2.4.2) berikut ini.
Lama pengisian Arus: T = Ah/A
Keterangan :

Ta = Lamanya pengisian arus (jam).


Ah = Besarnya kapasitet accumulator (Ampere hours).
A = Besarnya arus pengisian ke accumulator (Ampere).
Lama pengisian Daya: T = Daya Ah/Daya A
Keterangan :
Td = Lamanya pengisian Daya (jam).
Daya Ah = Besarnya daya yang didapat dari perkalian Ah dengan besar tegangan accumulator
(Watt hours).
Daya A = Besarnya daya yang didapat dari perkalian A dengan besar tegangan accumulator
(Watt).
Solar PV Controller
PV (Photovoltaic) Controller bekerja seperti alat pengatur tegangan. Fungsi utama dari PV
controller ini adalah untuk menghindari baterai dari pengisian ulang yang berlebihan
(overcharged) dari solar cells. Beberapa PV controller juga melindungi baterai dari kehabisan dini
(overdrain) oleh beban (alat listrik). Overcharge dan overdrain mengurangi umur baterai.
PV Controller menghindari overdischarging dengan:
PV controller secara konstan mengawasi tegangan baterai. Ketika baterai sudah terisi penuh,
pengontrol akan berhenti atau mengurangi jumlah arus yang mengalir dari solar cells ke dalam
baterai. Ketika baterai sudah habis sampai tingkat terendah, PV controller akan mematikan arus
yang mengalir dari baterai ke beban (alat listrik).
PV controller tersedia dalam berbagai ukuran, dari beberapa ampere sampai dengan 80amps.
Untuk arus yang tinggi, dua atau lebih pengontrol PV dapat digunakan. Saat menggunakan lebih
dari satu PV controller, diperlukan untuk membagi solar cells dalam beberapa kelompok. Berikut
diagram kerja controller seperti ditunjukkan pada Gambar 2.14.- Mengaktifkan indikator ataupun
buzzer untuk menyatakan tegangan baterai yang rendah - Mendiskonek beban pada nilai tegangan
baterai tertentu

Gambar 2.14 Diagram Kerja Controller


Jenis PV Controller
Ada 4 jenis controller :
Shunt PV controller diciptakan untuk sistem yang sangat kecil. Mereka menghindari pengisian
ulang yang berlebihan dengan shunting atau sirkuit/lingkaran pendek solar cells saat baterai
sudah terisi penuh. Shunt controller mengawasi tegangan baterai dan mengalihkan arus dari solar
cells melalui power transistor saat nilai pre-set tegangan tercapai. Transistor bertindak sebagai
resistant dan mengubah arus dari solar cells menjadi panas. Shunt controller memiliki heat sinks
untuk membantu menghilangkan produksi panas. Shunt controller juga memiliki blocking diode
untuk menghindari arus dari arus balik dari baterai ke solar cells pada malam hari.

a. Shunt PV Controller
b. Single Stage Controller Single stage controller menghindari pengisian baterai secara berlebihan
dengan mematikan sakelar dari solar cells ketika tegangan baterai mencapai nilai yang telah

ditentukan. Di luar dari nilai tersebut, arus dari solar cells akan mengisi
baterai. Single stage controller menggunakan relay atau transistor untuk memutuskan aliran arus
pada saat pengisian baterai dan menghindari arus balik pada malam hari, dari baterai ke solar
cells. Single stage controller ini kecil dan tidak mahal, dan mempunyai kapasitas muatan yang
lebih besar dari tipe shunt. controller.
c. Diversion Controller Controller ini otomatis mengatur arus yang mengalir ke baterai dengan
memonitor tegangan baterai yang sedang diisi, arus yang berlebih dialihkan ke resistor load. Arus
dari solar cells dapat mengalir ketika tegangan baterai rendah. Saat baterai mendekati penuh,
controller mengalihkan sebagaian arus ke muatan resistors.
d. Pulse Width Modulation (PWM) Controller PWM controller adalah pengontrol yang saat ini
tersedia di pasaran. seperti namanya menggunakan 'lebar' pulse dari on dan off elektrikal,
sehingga menciptakan seakan-akan sine wave electrical form. Lamanya arus pulse yang sedang
diisi ulang secara perlahan-lahan berkurang sebagaimana tegangan baterai meningkat,
mengurangi rata-rata arus ke dalam baterai.
Inverter
Inverter adalah perangkat elektrika yang digunakan untuk mengubah arus listrik searah (DC)
menjadi arus listrik bolak balik (AC). Inverter mengkonversi DC dari perangkat seperti batere,
accu, panel surya / solar cell menjadi AC. Tujuan dasar dari sistem inverter panel surya adalah
untuk mengubah listrik arus searah dari modul PV (saat terhubung dengan utilitas grid) dan
baterai (berdiri sendiri atau diikat dengan baterai cadangan) untuk listrik arus alternating,
dan untuk daya beban arus bolak balik. Berikut ini adalah skema rangkaian sederhana 12V DC to
220V AC seperti ditunjukkan pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Skema Rangkaian Inverter


Lampu LED ( Light Emitting Diode) LED (Light Emitting Diode) adalah dioda semi
konduktor dan dapat menyala jika mendapat arus, biasanya LED ditambahkan dengan reflektor
yang berguna sebagai dari pantulan dari LED tersebut, warna cahaya yang dipancarkan

tergantung pada material semikondukting yang digunakan, dapat kita lihat didalam dioda terdapat
Anode dan katoda.
Lampu LED (Light Emitting Diode) pada saat ini tidak hanya ditemui sebagai lampu indikatorindikator peralatan elektronika. Karena lampu LED bisa seterang lampu pijar bahkan neon dapat
saya contohkan lampu Ostar Lighting LED buatan Osram yang siap dipasarkan dapat
memancarkan cahaya 1000 lumens sehingga cukup untuk menerangi ruangan dari ketinggian
sekitar 2 meter. Lumen merupakan satuan yang menunjukkan kekuatan cahaya yang dipancarkan.
Sebagai gambaran, sebuah lampu pijar 60 watt dapat memancarkan cahaya 730 lumen dan lampu
halogen 50 watt memancarkan 900 lumen. Gambar 2.16 menunjukkan contoh lampu LED yang
dipakai dalam system penerangan tenaga surya.

Gambar 2.16 Lampu LED


Sebagai pengganti lampu, LED sangat potensial. Selain ukurannya kecil, LED juga hemat daya
sebab efisiensinya tinggi. Ostar Lighting LED saja menghasilkan 75 lumen per watt dengan arus
kerja 350 miliampere. Rasio perubahan energi listrik menjadi cahaya jauh lebih besar daripada
lampu pijar. Selain itu, untuk membuat LED tidak dibutuhkan logam beracun timbal atau merkuri
sehingga lebih ramah lingkungan. Daya tahannya juga mencapai 10 kali lipat daripada lampu
halogen dan 50 kali lipat dibandingkan lampu pijar sehingga secara kesleuruhan lebih murah.
Namun, selama bertahun-tahun LED belum digunakan sebagai sumber penerangan ruangan
karena tidak dapat menghasilkan cahaya yang terang. Berbagai jenis LED telah dibuat dan
dipakai sebagai lampu latar pada layar ponsel, lampu indikator berbagai alat elektronik, atau
lampu papan reklame.
V. CONCLUSION:
One of the major issue of failure of solar street lighting
system is theft of batteries. Thus the loop of battery can be
removed by using smart solar street lights. The street
lights can be directly integrated to the Grid and the energy
generated by the solar panels connected to the street lights
in the daytime can be exported directly to the grid. In the
evening the same can be drawn from the grid to light up
the street lights. This will not only ensure the low cost as
the energy storage device battery is not required, it will
also ensure the net zero consumption of street light
electricity which will also curtail down a huge amount of
electricity for the Government. The net zero consumption
can be measured by using an import-export meter.

REFERENCES:
[1] Bhattacharyya, SC (ed.), 2013, Rural Electrification through
Decentralised Off-grid Systems in Developing Countries, Springer,
London.
[2] IEA, 2012, World Energy Outlook 2012, International Energy
Agency, Paris.
[3] Kishore, VVN, J. Dattakiran and E. Nand Gopal, 2013, Technology
Choices for off-grid Electrification, Chapter 3, in SC Bhattacharyya
(ed.) Rural Electrification through Decentralised Off-grid Systems
in Developing Countries, Springer, London.
[4] UNDP-WHO, 2009, The Energy Access Situation in Developing
Countries: A Review Focusing on the Least-Developed Countries
and Sub-Saharan Africa, United Nations Development Programme,
New York, USA.
[5]Kadir, Abdul 2000. Distribusi dan Utilisasi Tenaga
Listrik. Cetakan Pertama, Jakarta : Universitas
Indonesia (UI-Press).
[6]Neidle, Michael,1991. Teknologi Instalasi Listrik,
Erlangga.
[7] Wibawa, Unggul, 2004. Manajemen Industri- II, Malang :
Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya.

International Advanced Research Journal in Science, Engineering and Technology (IARJSET)


National Conference on Renewable Energy and Environment (NCREE-2015)
IMS Engineering College, Ghaziabad
Vol. 2, Special Issue 1, May 2015

ANSHUL TIWARI1, CHETAN VARSHNEY1, ANKIT SHUKLA1


Students, IMS Engineering College, Ghaziabad1

Engga Kusumayogo1, Unggul Wibawa, Ir., M.Sc.2, Hadi Suyono, ST., MT., Ph.D 3
Mahasiswa Teknik Elektro, Dosen Teknik Elektro, Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

E-mail: Enggakusumayogo@ymail.com

Anda mungkin juga menyukai