Anda di halaman 1dari 16

KOMPONEN BY TRAFO

1. SINGLE LINE DIAGRAM BY TRAFO


BUS A

BUS B

PMS A PMS B

PMT 150 KV

CT

LIGHTNING
ARRESTER
TRAFO
TENAGA

CT

PMT INCOMING
20 KV

PT

PMT OUTCOMING
20 KV

2. PEMISAH (PMS)

Disconnecting switch atau pemisah (PMS) suatu peralatan sistem tenaga listrik yang
berfungsi sebagai saklar pemisah rangkaian listrik dalam kondisi bertegangan atau tidak
bertegangan tanpa arus beban. Penempatan PMS terpasang di antara sumber tenaga listrik dan
PMT (PMSBus) serta di antara PMT dan beban (PMSLine/Kabel) dilengkapi dengan PMS
Tanah (Earthing Switch). Untuk tujuan tertentu PMSLine/Kabel dilengkapi dengan PMS Tanah.
Umumnya antara PMSLine/Kabel dan PMS Tanah terdapat alat yang disebut interlock.
2.1.Pengertian danFungsi Pemisah (PMS)
Pemisah adalah suatu alat untuk memisahkan tegangan pada peralatan instalasi tegangan
tinggi. Ada dua macam fungsi PMS, yaitu:
a. Pemisah Peralatan: Berfungsi untuk memisahkan peralatan listrik dari peralatan lain atau
instalasi lain yang bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian
jaringan yang tidak berbeban
b. Pemisah Tanah (Pisau Pentanahan/Pembumian):Berfungsi untuk mengamankan dari arus
tegangan yang timbul sesudah saluran tegangan tinggi diputuskan atau induksi tegangan dari
penghantar atau kabel lainnya.Hal ini perlu untuk keamanan bagi orang-orang yang bekerja
pada peralatan instalasi.

Gambar 1-1 Pemisah

2.2.Penempatan Posisi Pemisah


Sesuai dengan penempatannya di daerah mana Pemisah tersebut dipasang, PMS dapat
dibagi menjadi:
1. Pemisah Penghantar/Line Pemisah yang terpasang di sisi penghantar
2. Pemisah Rel/Bus Pemisah yang terpasang di sisi rel
3. Pemisah Kabel Pemisah yang terpasang di sisi kabel
4. Pemisah Seksi Pemisah yang terpasang pada suatu rel sehingga rel tersebut dapat terpisah
menjadi dua seksi
5. Pemisah Tanah Pemisah yang terpasang pada penghantar/line/kabel untuk
menghubungkan ke tanah.

3. PEMUTUS (PMT)

Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 disebutkan


bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar/switching
mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal
serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban
dalam kondisi abnormal/gangguan seperti kondisi hubung singkat (short circuit). Sedangkan
definisi PMT berdasarkan IEEE C37.100:1992 (Standard definitions for power switchgear)
adalah merupakan peralatan saklar/ switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan
memutus arus beban dalam kondisi normal sesuai dengan ratingnya serta mampu menutup,
mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi
abnormal/gangguan sesuai dengan ratingnya. Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau
penutup suatu rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup
saat terjadi arus gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau peralatann lain.

Gambar 1-1 Macam Macam PMT

4. CT (CURRENT TRANSFORMER)

Trafo Arus (Current Transformator - CT) yaitu peralatan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran besaran arus pada intalasi tenaga listrik disisi primer (TET, TT dan TM)
yang berskala besar dengan melakukan transformasi dari besaran arus yang besar menjadi
besaran arus yang kecil secara akurat dan teliti untuk keperluan pengukuran dan proteksi.

Gambar 1-1 Rangkaian pada CT

Untuk trafo yang dihubung singkat : I1. N1 = I2. N2

Untuk trafo pada kondisi tidak berbeban:


1 1
=
2 2
Dimana

1
a=
2

I1 > I2 sehingga N1 = N 2

N1 = jumlah lilitan primer, dan

N2 = jumlah lilitan sekunder

5. LIGHTNING ARRESTER

Lightning Arrester (LA) merupakan peralatan yang berfungsi untuk melindungi peralatan
listrik lain dari tegangan surja (baik surja hubung maupun surja petir). Surja mungkin merambat
di dalam konduktor saat peristiwa sebagai berikut:

1. Kegagalan sudut perlindungan petir, sehingga surja petir mengalir di dalam konduktor fasa.

2. Backflashover akibat nilai pentanahan yang tinggi, baik di gardu induk ataupun di saluran
transmisi.

3. Proses switching CB/ DS (surja hubung).

4. Gangguan fasa-fasa, ataupun fasa-tanah baik di saluran transmisi maupun digardu induk.

Pada saat peristiwa surja, travelling wave/gelombang berjalan merambat di penghantar


sistem transmisi dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Surja dengan panjang
gelombang dalam orde mikro detik ini berbahaya bila nilai tegangan surja yang tiba di peralatan
lebih tinggi dari level BIL (Basic Insulation Level) peralatan. Untuk itu, LA dipasang untuk
memotong tegangan surja dengan cara mengalirkan arus surja ke tanah dalam orde sangat
singkat, dimana pengaruh follow current tidak ikut serta diketanahkan. LA memiliki karakteristik
sebagai berikut:

1. Pada tegangan operasi (rms):

a. LA bersifat sebagai insulator.

b. Arus bocor ke tanah tetap ada, namun dalam orde mili-Ampere. Arus bocor ini mayoritas
adalah arus kapasitif.
2. Pada saat terjadi surja petir/ surja hubung:

a. LA bersifat konduktif, dengan nilai resistansi sangat rendah.

b. LA mengalirkan arus surja ke tanah dalam orde kilo-Ampere.

c. LA segera bersifat insulator setelah surja berhasil dilewatkan, sehingga menghilangkan


pengaruh follow current. LA memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Pada tegangan operasi (rms):

a. LA bersifat sebagai insulator.

b. Arus bocor ke tanah tetap ada, namun dalam orde mili-Ampere. Arus bocor ini mayoritas
adalah arus kapasitif.

2. Pada saat terjadi surja petir/ surja hubung:

a. LA bersifat konduktif, dengan nilai resistansi sangat rendah.

b. LA mengalirkan arus surja ke tanah dalam orde kilo-Ampere.

c. LA segera bersifat insulator setelah surja berhasil dilewatkan, sehingga menghilangkan


pengaruh follow current.

6. TRANSFORMATOR

Trafo merupakan peralatan statis dimana rangkaian magnetik dan belitan yang terdiri dari
2 atau lebih belitan, secara induksi elektromagnetik, mentransformasikan daya (arus dan
tegangan) sistem AC ke sistem arus dan tegangan lain pada frekuensi yang sama (IEC 60076 -1
tahun 2011). Trafo menggunakan prinsip elektromagnetik yaitu hukum hukum ampere dan
induksi faraday, dimana perubahan arus atau medan listrik dapat membangkitkan medan magnet
dan perubahan medan magnet / fluks medan magnet dapat membangkitkan tegangan induksi.
Gambar 1-1 Prinsip hukum elektromagnetik

Arus AC yang mengalir pada belitan primer membangkitkan flux magnet yang mengalir melalui
inti besi yang terdapat diantara dua belitan, flux magnet tersebut menginduksi belitan sekunder
sehingga pada ujung belitan sekunder akan terdapat beda potensial / tegangan induksi (Gambar
1-1) .

Gambar 1-2 Elektromagnetik pada trafo

6.1. Jenis Trafo

Berdasarkan fungsinya trafo tenaga dapat dibedakan menjadi:

Trafo pembangkit

Trafo gardu induk / penyaluran

Trafo distribusi
7. PT (POTENTIAL TRANSFORMER)

E1 N1
= =
2 2

Dimana:

a; perbandingan /rasio transformasi

N1 > N2

N1 = Jumlah belitan primer

N2 = Jumlah belitan sekunder

E1 = Tegangan primer

E2 = Tegangan sekunder

Gambar 1-2 Rangkaian Ekivalen Trafo Tegangan

Dimana:

Im = arus eksitasi/magnetisasi

Ie = arus karena rugi besi

Trafo tegangan memiliki prinsip kerja yang sama dengan trafo tenaga tetapi rancangan Trafo
tegangan berbeda yaitu:
Kapasitasnya kecil (10 150 VA), karena digunakan hanya pada alat-alat ukur, relai dan
peralatan indikasi yang konsumsi dayanya kecil.

Memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.

Salah satu ujung terminal tegangan tingginya selalu ditanahkan

7.1. Fungsi Trafo Tegangan

Fungsi dari trafo tegangan yaitu:

Mentransformasikan besaran tegangan sistem dari yang tinggi ke besaran tegangan listrik yang
lebih rendah sehingga dapat digunakan untuk peralatan proteksi dan pengukuran yang lebih
aman, akurat dan teliti.

Mengisolasi bagian primer yang tegangannya sangat tinggi dengan bagian sekunder yang
tegangannya rendah untuk digunakan sebagai sistm proteksi dan pengukuran peralatan dibagian
primer.

Sebagai standarisasi besaran tegangan sekunder (100, 100/3, 110/3 dan 110 volt) untuk
keperluan peralatan sisi sekunder.

Memiliki 2 kelas, yaitu kelas proteksi (3P, 6P) dan kelas pengukuran (0,1; 0,2; 0,5;1;3).
KOMPONEN BY LINE

SINGLE LINE DIAGRAM BY LINE


BUS A

BUS B

PMS A PMS B

PMT 150 KV

CT

PMS LINE

PMS GROUND

PT

WAVE TRAP

LIGHTNING
ARRESTER CT

ARAH GI LAIN

3. PEMISAH (PMS)

Disconnecting switch atau pemisah (PMS) suatu peralatan sistem tenaga listrik yang
berfungsi sebagai saklar pemisah rangkaian listrik dalam kondisi bertegangan atau tidak
bertegangan tanpa arus beban. Penempatan PMS terpasang di antara sumber tenaga listrik dan
PMT (PMSBus) serta di antara PMT dan beban (PMSLine/Kabel) dilengkapi dengan PMS
Tanah (Earthing Switch). Untuk tujuan tertentu PMSLine/Kabel dilengkapi dengan PMS Tanah.
Umumnya antara PMSLine/Kabel dan PMS Tanah terdapat alat yang disebut interlock.

3.1.Pengertian danFungsi Pemisah (PMS)


Pemisah adalah suatu alat untuk memisahkan tegangan pada peralatan instalasi tegangan
tinggi. Ada dua macam fungsi PMS, yaitu:
a. Pemisah Peralatan: Berfungsi untuk memisahkan peralatan listrik dari peralatan lain atau
instalasi lain yang bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian
jaringan yang tidak berbeban
b. Pemisah Tanah (Pisau Pentanahan/Pembumian):Berfungsi untuk mengamankan dari arus
tegangan yang timbul sesudah saluran tegangan tinggi diputuskan atau induksi tegangan dari
penghantar atau kabel lainnya.Hal ini perlu untuk keamanan bagi orang-orang yang bekerja
pada peralatan instalasi.

Gambar 1-1 Pemisah

3.2.Penempatan Posisi Pemisah


Sesuai dengan penempatannya di daerah mana Pemisah tersebut dipasang, PMS dapat
dibagi menjadi:
1. Pemisah Penghantar/Line Pemisah yang terpasang di sisi penghantar
2. Pemisah Rel/Bus Pemisah yang terpasang di sisi rel
3. Pemisah Kabel Pemisah yang terpasang di sisi kabel
4. Pemisah Seksi Pemisah yang terpasang pada suatu rel sehingga rel tersebut dapat terpisah
menjadi dua seksi
5. Pemisah Tanah Pemisah yang terpasang pada penghantar/line/kabel untuk
menghubungkan ke tanah.

3. PEMUTUS (PMT)

Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 disebutkan


bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar/switching
mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal
serta mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban
dalam kondisi abnormal/gangguan seperti kondisi hubung singkat (short circuit). Sedangkan
definisi PMT berdasarkan IEEE C37.100:1992 (Standard definitions for power switchgear)
adalah merupakan peralatan saklar/ switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan
memutus arus beban dalam kondisi normal sesuai dengan ratingnya serta mampu menutup,
mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi
abnormal/gangguan sesuai dengan ratingnya. Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau
penutup suatu rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau menutup
saat terjadi arus gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau peralatann lain.

Gambar 1-1 Macam Macam PMT

4. CT (CURRENT TRANSFORMER)

Trafo Arus (Current Transformator - CT) yaitu peralatan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran besaran arus pada intalasi tenaga listrik disisi primer (TET, TT dan TM)
yang berskala besar dengan melakukan transformasi dari besaran arus yang besar menjadi
besaran arus yang kecil secara akurat dan teliti untuk keperluan pengukuran dan proteksi.

Gambar 1-1 Rangkaian pada CT

Untuk trafo yang dihubung singkat : I1. N1 = I2. N2

Untuk trafo pada kondisi tidak berbeban:


1 1
=
2 2
Dimana

1
a=
2

I1 > I2 sehingga N1 = N 2

N1 = jumlah lilitan primer, dan

N2 = jumlah lilitan sekunder

7. PT (POTENTIAL TRANSFORMER)

E1 N1
= =
2 2

Dimana:

a; perbandingan /rasio transformasi

N1 > N2

N1 = Jumlah belitan primer

N2 = Jumlah belitan sekunder

E1 = Tegangan primer

E2 = Tegangan sekunder
Gambar 1-2 Rangkaian Ekivalen Trafo Tegangan

Dimana:

Im = arus eksitasi/magnetisasi

Ie = arus karena rugi besi

Trafo tegangan memiliki prinsip kerja yang sama dengan trafo tenaga tetapi rancangan Trafo
tegangan berbeda yaitu:

Kapasitasnya kecil (10 150 VA), karena digunakan hanya pada alat-alat ukur, relai dan
peralatan indikasi yang konsumsi dayanya kecil.

Memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.

Salah satu ujung terminal tegangan tingginya selalu ditanahkan

7.1. Fungsi Trafo Tegangan

Fungsi dari trafo tegangan yaitu:

Mentransformasikan besaran tegangan sistem dari yang tinggi ke besaran tegangan listrik yang
lebih rendah sehingga dapat digunakan untuk peralatan proteksi dan pengukuran yang lebih
aman, akurat dan teliti.

Mengisolasi bagian primer yang tegangannya sangat tinggi dengan bagian sekunder yang
tegangannya rendah untuk digunakan sebagai sistm proteksi dan pengukuran peralatan dibagian
primer.

Sebagai standarisasi besaran tegangan sekunder (100, 100/3, 110/3 dan 110 volt) untuk
keperluan peralatan sisi sekunder.

Memiliki 2 kelas, yaitu kelas proteksi (3P, 6P) dan kelas pengukuran (0,1; 0,2; 0,5;1;3).
Wave Trap/Line Trap
Wave Trap berfungsi sebagai filter frekuensi pembawa PLC agar tidak masuk ke sistem
peralatan jaringan tegangan tinggi dalam gardu induk. Sebaliknya, Wave Trapharus mampu
menyalurkan arus listrik yang tinggi sesuai kebutuhan penyaluran daya pada sistem jaringan
tersebut. Kumparan filter frekuensi yang sering digunakan di sistem penyaluran daya listrik
memiliki induktansi sebesar: 0.2mH; 0.32mH; 0.4mH; 0.5mH; 1mH; dan 2mH. Sedangkan arus
nominalnya sebesar: 200A; 400A; 630A; 800A; 1000A; 1250A; 1600A; dan 2000A. Arus
nominal Wave Trapdiatas atau sama dengan arus nominal penghantar.

Gambar 1.5 Wave Trap atau Line Trap

Konfigurasi Wave Trap ada 3 jenis, yaitu:

- Phase to Ground

- Phase to Phase

- Inter Circuit

Gambar Phase to Ground


Gambar Phase to Phase

Gambar Inter Circuit

5. LIGHTNING ARRESTER

Lightning Arrester (LA) merupakan peralatan yang berfungsi untuk melindungi peralatan
listrik lain dari tegangan surja (baik surja hubung maupun surja petir). Surja mungkin merambat
di dalam konduktor saat peristiwa sebagai berikut:

1. Kegagalan sudut perlindungan petir, sehingga surja petir mengalir di dalam konduktor fasa.

2. Backflashover akibat nilai pentanahan yang tinggi, baik di gardu induk ataupun di saluran
transmisi.

3. Proses switching CB/ DS (surja hubung).

4. Gangguan fasa-fasa, ataupun fasa-tanah baik di saluran transmisi maupun digardu induk.
Pada saat peristiwa surja, travelling wave/gelombang berjalan merambat di penghantar
sistem transmisi dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Surja dengan panjang
gelombang dalam orde mikro detik ini berbahaya bila nilai tegangan surja yang tiba di peralatan
lebih tinggi dari level BIL (Basic Insulation Level) peralatan. Untuk itu, LA dipasang untuk
memotong tegangan surja dengan cara mengalirkan arus surja ke tanah dalam orde sangat
singkat, dimana pengaruh follow current tidak ikut serta diketanahkan. LA memiliki karakteristik
sebagai berikut:

1. Pada tegangan operasi (rms):

a. LA bersifat sebagai insulator.

b. Arus bocor ke tanah tetap ada, namun dalam orde mili-Ampere. Arus bocor ini mayoritas
adalah arus kapasitif.

2. Pada saat terjadi surja petir/ surja hubung:

a. LA bersifat konduktif, dengan nilai resistansi sangat rendah.

b. LA mengalirkan arus surja ke tanah dalam orde kilo-Ampere.

c. LA segera bersifat insulator setelah surja berhasil dilewatkan, sehingga menghilangkan


pengaruh follow current. LA memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Pada tegangan operasi (rms):

a. LA bersifat sebagai insulator.

b. Arus bocor ke tanah tetap ada, namun dalam orde mili-Ampere. Arus bocor ini mayoritas
adalah arus kapasitif.

2. Pada saat terjadi surja petir/ surja hubung:

a. LA bersifat konduktif, dengan nilai resistansi sangat rendah.

b. LA mengalirkan arus surja ke tanah dalam orde kilo-Ampere.

c. LA segera bersifat insulator setelah surja berhasil dilewatkan, sehingga menghilangkan


pengaruh follow current.

Anda mungkin juga menyukai