Anda di halaman 1dari 14

Diki Suryadi

147002034

Sistem Pencahayaan dan Penghematan Energi Page 1


Kata Pengantar

Assalammualaikum Wr Wb
Alhamdulillah kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat
dan kesehatan yang diberikan Nya lah tugas mengenai Pencahayaan ini dapat
terselesaikan tepat waktu.
Dan tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
baik secara langsung maupun tidak langsung membantu terselesaikannya tugas
ini. Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan tugas ini ahirnya
dapat diatasi, berujung dengan tersajinya studi literatur mengenai Pencahayaan
Dan Penghematan energi. Namun demikian saya tetap merasa ada yang kurang
dalam peyajian tugas ini berkaitan dengan kurang nya referensi yang dapat di
gali. Terlepas dari itu semua saya sangat mengaharapkan kritik terlebih sarannya
sebangai pedoman dalam penyusunan kedepannya.

Sistem Pencahayaan dan Penghematan Energi Page 2


Daftar isi

Kata
Pengantar ....................................................................
........2
Daftar
isi ................................................................................
......3
Pendahuluan .........................................................
......................4
Pencahayaan Dan Penghematan
energi.......................................5
Pencahayaan Alami Pada
Bangunan ............................................5
Pencahayaan Buatan Dengan Pemanfaatan Energi Surya
............8

Sistem Pencahayaan dan Penghematan Energi Page 3


Pendahuluan

Seiring dengan makin berkembangnya isu global warming, kesadaran


manusia untuk menjaga kelestarian bumi juga semakin meningkat. Manusia semakin
sadar bahwa eksistensinya tidak akan pernah bisa lepas dari dukungan sumber daya
alam sekitanya. Sumber daya alam pada dasarnya dibedakan menjadi sumber daya
yang dapat diperbarui dan sumber daya yang tidak dapat diperbarui.
Listrik adalah salah satu bentuk energi yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Segala kegiatan dan sebagian besar perabotan manusia memakai energi
listrik. Sampai saat ini, di Indonesia khususnya, energi listrik masih mengandalkan
bahan bakar fosil dalam proses produksinya. Hal ini membuat energi listrik sebagai
bagian dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.
Pertumbuhan properti, khususnya rumah tinggal di perkotaan padat penduduk
Indonesia seperti Surabaya berkembang pesat sejak tahun 1990an
(www.surabaya.go.id, akses 18 April 2011, pk 15.00) dan tipe rumah townhouse
berkembang menjadi tren. Pada umumnya rumah tipe ini dibangun saling
berdempetan dan bertingkat sehingga pencahayaan alami tidak dimaksimalkan. Hal ini
berdampak pada kurangnya penggunaan pencahayaan alami dan lebih sering
menggunakan pencahayaan buatan untuk menerangi rumah bahkan disiang hari.
Pencahayaan dan penghematan energy sangat erat kaitannya hal itu dikarenakan
pencahayaan itu memiliki 2 buah jenis sistem pencahayaan yaitu pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan dimana pencahayaan buatan itu merupakan pemakaian sumber
energy listrik dari untuk penerangan seperti penggunaan lampu pada bangunan. Bisa kita
bayangkan jika suatu saat nanti energy yang tidak terbaharui tersebut lama kelamaan
akan habis lalu bagaimana menanggapinya? Oleh sebab itu itu diperlukan pengembangan
suatu sistem pencahayaan yang hemat energi demi tidak terjadi pemanasan bumi akibat
energi yang akan habis.

Sistem Pencahayaan dan Penghematan Energi Page 4


Pencahayaan Dan Hemat Energi
Dalam dunia arsitektur dari sisi pencahayaan terhadap bangunan pencahayaan yang hemat
energi dapat diciptakan melalui dua buah sistem yaitu dengan pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan dengan pemanfaatan energi surya.

Pencahayaan Alami Pada Bangunan

matahari

Pencahayaan alami bangunan


= Hemat
Gambar : Skema sistem pencahayaan alami Energi
Sumber : Data Pribadi, 2014

Pencahayaan alami merupakan sumber pencahayaan yang berasal dari sinar


matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga
dapat
membunuh kuman. Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan
jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas
lantai.
Dalam usaha memanfaatkan cahaya alami, pada selang waktu antara pukul 08.00 s/d
16.00, perlu direncanakan dengan baik sedemikian sehingga hanya cahaya yang masuk ke
dalam ruangan, sedangkan panas diusahakan tidak masuk ke dalam ruangan. Panas yang
masuk ke dalam ruangan selain akan menyebabkan warna permukaan interior akan cepat
pudar, juga akan menyebabkan bertambahnya beban pendinginan dari sistem tata udara,
sehingga tujuan penghematan energi tidak tercapai.
Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan penggunaan
pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap, sumber alami
menghasilkan panas terutama saat siang hari
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat keuntungan,
yaitu:
o Variasi intensitas cahaya matahari
o Distribusi dari terangnya cahaya

Sistem Pencahayaan dan Penghematan Energi Page 5


o Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
o Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah mewakili pemerintah, asosiasi profesi,
konsultan, kontraktor, supplier, pengelola bangunan gedung dan perguruan tinggi,
menyusun standar "tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan
gedung" yang selanjutnya dibakukan oleh Badan Standardisasi Nasional menjadi : SNI 03-
0000-2001.
Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila :
1. Pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu seternpat terdapat
cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
2. Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup mer
ata dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu
Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari:
Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat pencahayaan pada suatu
titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan terhadap tingkat pencahayaan bidang
datar di lapangan terbuka yang merupakan ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut.
Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi :
1. Komponen langit (faktor langit-fl) yakni
komponen pencahayaan langsung dari cahaya langit.
2. Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar - frl) yakni komponen pencahayaan yang
berasal dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan yang bersangkutan.
3. Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam frd) yakni komponen pencahayaan yang
berasal dad refleksi permukaan-permukaan dalam ruangan, dad cahaya yang masuk ke
dalam ruangan akibat refleksi benda-benda di luar ruangan maupun dari cahaya langit

Sistem Pencahayaan dan Penghematan Energi Page 6


Gambar : Faktor Pencahayaan alami
Sumber : Digilib ITS

Variasi Teknik Memasukkan Cahaya Alami ke Dalam Bangunan


Dalam memaksimalkan pencahayaan alami pada bangunan dapat dilakukan beberapa cara
untuk memasukkan cahaya matahari ke dalam bangunan, berikut sketsanya :

Variasi Pencahayaan Alami

Sistem Pencahayaan dan Penghematan Energi Page 7


Variasi Pencahayaan Alami

Variasi Pencahayaan Alami

Gambar : Variasi Pencahayaan Alami


Sumber : Digilib ITS

Pencahayaan Buatan Dengan Pemanfaatan Energi Surya

matahari Sistem
Photovoltaic
= Hemat
Energi
Gambar : Skema sistem tenaga surya
Sumber : Data Pribadi, 2015

Sistem Pencahayaan dan Penghematan Energi Page 8


Energi surya adalah energi yang berupa sinar dan panas dari matahari Energi ini dapat
dimanfaatkan dengan menggunakan serangkaian teknologi seperti pemanas
surya,fotovoltaik surya , listrik panas surya, arsitektur surya, dan fotosintesis buatan
Teknologi energi surya secara umum dikategorikan menjadi dua kelompok, yakni teknologi
pemanfaatan pasif dan teknologi pemanfaatan aktif. Pengelompokan ini tergantung pada
proses penyerapan, pengubahan, dan penyaluran energi surya. Contoh pemanfaatan energi
surya secara aktif adalah penggunaan panel fotovoltaik dan panel penyerap panas. Contoh
pemanfaatan energi surya secara pasif meliputi mengarahkan bangunan ke arah matahari,
memilih bangunan dengan massa termal atau kemampuan dispersi cahaya yang baik, dan
merancang ruangan dengan sirkulasi udara alami.

Tenaga surya adalah proses pengubahan cahaya matahari menjadi listrik, baik secara
langsung menggunakan fotovoltaik, atau secara tak langsung menggunakan tenaga surya
terpusat (concentrated solar power, CSP). Sistem CSP menggunakan lensa atau cermin
dan sistem lacak untuk memfokuskan paparan cahaya matahari yang luas menjadi seberkas
sinar yang kecil. PV mengubah cahaya menjadi aliran listrik menggunakan efek fotolistrik

Tenaga Surya Terpusat

Sistem tenaga surya terpusat (concentrated surya power, CSP) menggunakan lensa atau
cermin dan sistem lacak untuk memfokuskan paparan sinar matahari yang luas menjadi
seberkas cahaya kecil. Seberkas cahaya tersebut kemudian digunakan sebagai sumber
panas untuk pembangkit listrik konvensional. Terdapat sejumlah besar teknologi pemusatan;
yang paling berkembang adalah cekungan parabola, pemantul fresnel linear, piringan
Stirling, dan menara tenaga surya. Di sistem-sistem ini, fluida kerja dipanaskan oleh cahaya
matahari yang dipusatkan, dan fluida kerja ini kemudian digunakan untuk membangkitkan
listrik atau sebagai penyimpan energy.

Fotovoltaic

Sel surya, atau sel fotovoltaik, adalah peralatan yang menggubah cahaya menjadi aliran
listrik dengan menggunakan efek fotovoltaik. Sel fotovoltaik pertama dibuat oleh Charles

Sistem Pencahayaan dan Penghematan Energi Page 9


Fritts. pada tahun 1880an. Pada tahun 1931, seorang insinyur Jerman, Dr. Bruno Lange,
membuat sel fotovoltaik menggunakan perak selenida ketimbang tembaga oksida Walaupun
sel selenium purwa rupa ini mengubah kurang dari 1% cahaya yang masuk menjadi
listrik, Ernst Werner von Siemens dan James Clerk Maxwell melihat pentingnya penemuan
ini. Dengan mengikuti kerja Russel Ohl pada tahun 1940an, peneliti Gerald Pearson, Calvin
Fuller, dan Daryl Chapin membuat sel surya silikon pada tahun 1954.Biaya sel surya ini 286
dollar AS per watt dan mencapai efisiensi 4,5 - 6 %. Menjelang tahun 2012, efisiensi yang
tersedia melebihi 20% dan efisiensi maksimum fotovoltaik penelitian melebihi 40%.

Gambar : Lahan Surya Di Jerman


Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:SolarparkTh
%C3%BCngen-020.jpg

ELEMEN DISAIN ARSITEKTUR DALAM

DISAIN TEKNOLOGI SURYA Elemen disain arsitektur yang mempunyai implikasi langsung
dengan disain teknologi surya meliputi beberapa hal :

1. Akses Matahari dalam Tapak (solaraccess): Pengaturan bangunan dalam


perencanaan tapak dalam konteks sistem surya aktif harus menjamin pencapaian sinar
matahari kebidang kolektor pada bangunan. Perancangan tapak dengan sasaran menjamin
akses surya yang tidak terhalang dan menghindari pembayangan sekitar (overshadowing)
mempertimbangkan faktor faktor signifikan yaitu lokasi tapak, karakteristik bentuk tapak dan
metabolisme. Metoda dan teknik Solar Envelope yang dikemukakan oleh Prof. Ralph
Knowles (Univ. of Southern California) dapat digunakan untuk membentuk batas batas
volumetrik imaginer bangunan yang tidak menimbulkan pembayangan disekitarnya pada

Sistem Pencahayaan dan Penghematan Energi Page 10


suatu waktu tertentu dimana solar envelope ini pada hakekatnya merupakan deskripsi
sintesa waktu dan ruang bagi tapak tertentu.

Gambar : Solar Envelope untuk Tapak


yang TidakBeraturan.
Sumber: Sun Rhythm Form, p. 78
2. Lokasi: Pada dasarnya terdapat tiga lokasi penempatan sistem surya aktif, yaitu
penempatan terpisah dari bangunan (tetapi dalam satu tapak), penempatan yang menempel
pada bangunan dan penempatan yang terpadu dalam bangunan. Pemilihan penempatan
yang tepat tergantung dari beberapa pertimbangan, misalnya tipe dan ukuran kolektor,
kondisi tapak dan cuaca, struktur bangunan yang ada dan sebagainya. Dalam paper ini
dibahas penempatan yang terpadu dalam bangunan.

3. Orientasi: Orientasi kolektor surya atau arah hadap kolektor surya merupakan faktor
yang kritis karena harus diusahakan penangkapan sinar matahari yang maksimum untuk
memperoleh temperatur akhir air/udara yang sesuai dengan kebutuhan penggunaannya.
Kolektor stationer membutuhkan pertimbangan yang seksama mengingat arah lintasan
matahari yang berbeda beda menurut waktu (tahun,bulan,hari) maupun tempat (lokasi
geografis) dimana kolektor itu digunakan. Sedangkan kolektor jejak (tracking collector) lebih
fleksibel karena mampu mengikuti gerakan lintasan matahari setiap saat. Orientasi kolektor
stasioner di Indonesia dalam region tropika dapat mengacu pada besarnya intensitas
matahari yang diterima persatuan luas (kwh/M2-solar insolation) untuk arah hadap
horisontal-utara-selatantimur-barat berdasarkan penelitian Prof. DR. Ir. Sugianto untuk lokasi
Jakarta. Di Indonesia (Jakarta, 6 0 Lintang selatan), urutan arah hadap yang optimum
sepanjang tahun adalah arah horisontal-barat-utaratimur-selatan. Dalam hal kolektor surya
merupakan elemen atap /dinding, arah hadap yang optimum adalah barat-timur (Priatman,
Pusat Riset Energi Surya,UKP 1980).

4. Volume Massa Bangunan: Efek bentuk dan komposisi volumetrik massa bangunan
terhadap penambahan panas (solar heat gain) maupun kehilangan panas (heat loss) dalam
proses pendinginan/pemanasan ruang merupakan fungsi dari eksposur luas permukaan
selubung bangunan terhadap temperatur luar,temperatur matah (sol-air temperature)

Sistem Pencahayaan dan Penghematan Energi Page 11


maupun kondisi aliran udara. Semakin besar luas permukaan selubung bangunan persatuan
volume massa, semakin besar pula proses penambahan/kehilangan panas yang terjadi.
Dalam penggunaan sistem surya aktif untuk tujuan pendinginan/pemanasan ruang, massa
yang kompak (compactness- volume maksimum, luas permukaan minimum) perlu
diusahakan untuk mencapai kinerja sistem secara maksimum.

5. Bentuk Fasade Bangunan : Dalam konteks integrasi sistem surya aktif dalam arsitektur,
fasade bangunan (selubung bangunan) merupakan elemen arsitektur yang paling potentif
bagi penempatan kolektor surya baik pada bidang atap maupun bidang dinding.
Penempatan kolektor surya sebagai bidang atap sangat dipengaruhi oleh tipe kolektor
surya, luas bidang kolektor, sudut kemiringan bidang kolektor, sedang penempatan kolektor
sebagai bidang dinding hanya ditentukan oleh tipe kolektor surya dan luas bidang kolektor.
Luas bidang kolektor tergantung dari tujuan kebutuhan penggunaanmaupun efisiensi
kolektor dalam mengubah panas yang diterima menjadi panas yang terpakai. Studi yang
dilakukan Donald Watson untuk American Timber Homes , menunjukkan kebutuhan luas
kolektor surya (kolektor datar) untuk penyediaan air panas domestik maupun pemanasan
ruang berkisar antara 20%-60% luas ruang yang dilayani. Sedangkan penelitian Frank
Bridgers dan Prof. Stanley Gilman (Penn State University) meng indikasikan bahwa luas
bidang kolektor untuk pendinginan ruang adalah tiga kali lipat luas kolektor untuk
pemanasan ruang dengan luas yang sama. Sudut kemiringan kolektor dimaksudkan untuk
mencari sudut penerimaan matahari yang optimum bagi kolektor datar stasioner. Apabila
kolektor surya berfungsi sebagai atap, maka selain sudut penerimaan matahari, juga
diperlukan sudut kemiringan minimum bagi atap didaerah tropis lembab dengan curah hujan
yang tinggi , dimana penggunaan atap datar (dibawah atau sama dengan 10 derajat ) tidak
dianjurkan. Untuk di Indonesia sudut kemiringan kolektor sebagai atap dengan orientasi
barat-timur kurang lebih adalah 30 derajat (Priatman, Pusat Riset Energi Surya,UKP 1980).

Sistem Pencahayaan dan Penghematan Energi Page 12


Gambar : Packaged Solar House
Sumber: Process Architecture Vol. 21 ,p. 92

6. Komponen Bangunan Lain: Meliputi komponen bangunan lain diluar bidang dinding
external dan atap. Komponen komponen bangunan ini dapat merupakan media pengumpul
panas secara teknik pasif. Termasuk dalam lingkup ini adalah basemen, lantai, attic, green
house/conservatory, dinding dalam (thrombe-wall), langit langit (roof pond), jendela kaca
(window to floor ratio, window to wall ratio),aksesori bangunan (aquarium, kolam, patio),
penangkal matahari (sun-shading) dan sebagainya.

7. Denah Bangunan: Ruang ruang privat dalam rumah tinggal dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan luar menurut orientasi dan eksposur (arah hadap)nya,fungsi ruang dan pola
hidup penghuni, sumber panas, pertukaran panas diantara ruang ruang, dan karakteristik
peralatan pendingin/pemanas. Termasuk dalam lingkup ini pula adalah bentuk geometris
ruang, window to floor area ratio, thermal zoning dimana kebutuhan disain akan
kenyamanan penghuni memerlukan perhatian yang seksama.

8. Ketinggian Bangunan/Tingkat Bangunan/ Banyaknya Lantai: Elemen sistem surya


aktif yang menentukan ketinggian bangunan adalah tipe kolektor surya dalam hubungannya
untuk menghindari pembayangan dari bangunan tetangga lainnya. Faktor lainnya adalah
luas bidang kolektor yang memerlukan luas bidang dinding dan atap yang memadai, ukuran
tanki reservoir yang dipersyaratkan sedekat mungkin dengan bidang kolektor, tipe dan
metode distribusi air panas atau udara dingin yang memanfaatkan shaft vertikal

Sistem Pencahayaan dan Penghematan Energi Page 13


berdasarkan gravitasi maupun kemungkinan penggunaan cerobong surya untuk mendorong
laju ventilasi vertikal dan meningkatkan penerangan alami bagi ruang dalam.

Gambar : Denah dan Ketinggian Bangunan


Sumber: Solar Energy and Housing Design, p. 75

Sistem Pencahayaan dan Penghematan Energi Page 14

Anda mungkin juga menyukai