Anda di halaman 1dari 22

RANCANG BANGUN PROTOTYPE PANEL SURYA DUAL

AXIS DENGAN TEKNOLOGI MAXIMUM POWER POINT


TRACER (MPPT) BASIS ARDUINO

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Di Ajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Ujian Proposal di Jurusan


Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Siliwangi

Oleh:

MUHAMMAD TAUFIQ AHSAN


157002103

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia

saat ini khususnya energi listrik. Populasi di dunia terus bertambah setiap harinya

dan permintaan kebutuhan energi semakin meningkat untuk menyesuaikannya.

Minyak bumi dan batu bara yang di gunakan sebagai sumber energi saat ini,

diperkirakan ketersedianya akan semakin menipis dan akan habis. Hal ini akan

menjadi masalah yang serius dalam menyediakan energi yang cukup ke populasi

manusia yang ada. Sehubungan dengan keadaan semakin menipisnya sumber

energi tersebut, menyebabkan terjadinya perpindahan penggunaan sumber energi

tak terbarukan menuju sumber energi terbarukan. Salah satu sumber energi yang

dapat menjadi solusi alternatif kepada kondisi diatas ialah pemanfaatan energi

matahari dengan menggunakan panel surya yang dapat mengubah energi matahari

tersebut menjadi energi listrik. Teknologi ini yang selanjutnya disebut dengan

solar cell.

Energi listrik yang dihasilkan dari suatu dari solar cell tergantung pada

besar intensitas matahari yang diterima oleh solar cell. Hal ini berarti, untuk

mendapatkan efisiensi maksimum solar cell, solar cell harus selalu berhadapan

dengan matahari. Oleh karena rotasi bumi, matahari tidak selalu berada pada

posisi yang sama, sehingga hal ini akan mengurangi efisiensi solar cell, jika posisi

solar cell tetap. Untuk selalu mendapatkan efisiensi yang maksimum, maka posisi

solar cell harus selalu mengikuti pergerakan matahari. Posisi solar cell terhadap

2
matahari sebagai referensi secara otomatis harus dikontrol dengan suatu sistem

peralatan penggerak posisi solar cell agar dapat menyerap energi matahari secara

maksimal.

Selain itu, untuk menghasilkan daya keluaran solar cell yang optimal

maka akan digunakan metode Maximum Power Point Tracking (MPPT) untuk

mengontrol keluarannya. Maximum power point tracker (MPPT) adalah teknologi

yang dapat diterapkan untuk menjaga solar cell bekerja pada titik optimumnya.

Rata-rata harian peningkatan daya yang dihantarkan MPPT adalah sebesar 16-

43% dibanding tidak menggunakan MPPT. Peningkatan terjadi saat kondisi

lingkungan berubah secara cepat (Enselin, 1990). Hal ini dikarenakan titik kerja

optimum solar cell berubah seiring perubahan kondisi lingkungan.

Dengan didasari oleh latar belakang ini, maka di rancanglah sebuah sistem

Panel Surya Dual Axis dengan Maximum Power Point Tracker (MPPT) yang

menggunakan arduino dan bantuan konverter DC-DC untuk menggerakkan solar

cell naik turun, kenanan dan kekiri mengikuti arah intensitas tertinggi serta dapat

mengatur besarnya tegangan keluaran pada panel surya, agar dapat memaksa

panel surya memperoleh daya optimum pada berbagai tingkat intensitas cahaya.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan merujuk pada latar belakang masalah, maka dirumuskan beberapa

rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut :

1. Desain sistem apa yang dapat di gunakan untuk mengoptimalkan kinerja

panel surya.

2. Begaimana efesiensi keluaran panel surya dengan control dual axis..

3
3. Bagaimana efesiensi keluaran panel surya dengan menggunakan MPPT.

4. Bagaimana efesiensi sistem charging yang digunakan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari tugas akhir ini adalah merancang system serta charge

controller sberbasis mikrokontroler untuk mengoptimalkan kinerja panel surya

dengan cara mencari titik Maximum Power Point (MPP) kemudian

mengimplementasikan keluarnya untuk melakukan pengengisian pada baterai.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini adalah sistem MPPT dapat meningkatkan

efisiensi daya pada panel surya agar dapat melakukan pengisian baterai yang lebih

optimal pada kondisi cuaca apapun di bandingkan dengan tanpa menggunakan

sistem MPPT.

1.5 Batasan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya

maka dibuatlah batasan-batasan masalah yang akan di bahas pada penelitian ini.

Adapun batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Otak sistem yang di gunakan adalah mikrokontroler ATMEL ATMega328

pada Arduino Uno R3

2. Media penyimpanan energi listrik yang digunakan adalah baterai aki kering

pada sepeda.

4
3. Metode yang di gunakan listrik adalah metode Maximum Power Point

Traking (MPPT).

4. MPPT menggunakan modul LTC3780

5. Sistem keseluruhan hanya beroperasi di arus searah (direct current (DC).

6. Parameter yang diamati pada pengujian ini adalah penambahan efisiensi daya

yang di hasilkan di bandingkan dengan sistem yang tidak menggunakan

MPPT.

1.6 Metode Penelitian

Metodelogi penelitian yang digunakan dalam menyusun tugas akhir ini

adalah :

1. Studi Literatur

Digunakan untuk mengetahui teori-teori dasar dan sebagai sarana pendidikan

dalam menganalisis permasalahan yang ada. Adapun sumbernya antara lain buku

referensi, internet dan diskusi.

2. Analisis Masalah

Digunakan untuk menganalisis semua permasalahan berdasarkan sumber-sumber

dan pengamatan terhadap permasalahan tersebut .

3. Perancangan

Melakukan pemodelan, desain dan perancangan pada tiap bagian dari

keseluruhan sistem yang akan dibuat, baik dari segi desain mekanik, perangkan

lunak, interface sensor, maupun rangkaian elektronik.

4. Simulasi Alat

Melakukan simulasi alat untuk melihat performansi dari alat yang telah dirancang.

5
1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan buku hasil penelitian ini disusun secara sistematis dengan

penjelasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mencakup pengertian, latar belakang

penelitian, tujuan penelitian, perumusan masalah

yang diambil, batasan masalah, metode penelitian

yang akan dilakukan, dan sistematika penulisan.

BAB II DASAR TEORI

Bab ini membahas tentang dasar teori yang

diperlukan untuk melakuakn penelitian ini.

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

SISTEM

Bab ini membahas mengenai perancangan titik kerja

optimum (MPPT) solar panel, diagram alir sistem

pendeteksian titik kerja optimum.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Solar Cell

Photovoltaic adalah teknologi yang berfungsi untuk mengubah atau

mengkonversi radiasi matahari menjadi energi listrik secara langsung.

Photovoltaic biasanya dikemas dalam sebuah unit yang disebut modul. Dalam

sebuah modul surya terdiri dari banyak sel surya yang bisa disusun secara seri

maupun paralel. Sedangkan yang dimaksud dengan surya adalah sebuah elemen

semikonduktor yang dapat mengkonversi energi surya menjadi energi listrik atas

dasar efek photovoltaic. Solar cell mulai popular akhir-akhir ini, selain mulai

menipisnya cadangan enegi fosil dan isu global warming. energi yang dihasilkan

juga sangat murah karena sumber energi (matahari) bisa didapatkan secara gratis.

2.1.1 Solar Cell Monokristal

Sel surya yang terdiri atas p-n junction monokristal silikon atau yang

disebut juga monocrystalline photovoltaic, mempunyai kemurnian yang tinggi

yaitu 99,999%. Efisiensi sel fotovoltaik jenis silikon monokristal mempunyai

efisiensi konversi yang cukup tinggi yaitu sekitar 15 sampai 20%.

Kelemahan dari panel jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat

yang cahaya mataharinya kurang (teduh), efisiensinya akan turun drastis dalam

cuaca berawan. Sel surya jenis ini jika disusun membentuk solar modul (panel

surya) akan menyisakan banyak ruangan yang kosong karena sel surya seperti ini

umumnya berbentuk segi enam atau bulat, sehingga memiliki tingkat

kerapatannya yang rendah. Bisa saja produsen membuat bentuk persegi dengan

7
proses pemotongan tetapi kerugian proses produksi tentu menjadi lebih besar dan

menjadikan harga jauh lebih mahal lagi. Seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 2.1. Monokristal

Keterangan gambar:

1. Batangan kristal silikon murni.

2. Irisan kristal silikon yang sangat tipis.

3. Sebuah sel surya monokristal yang sudah jadi.

4. Sebuah solar cell monokristal yang berisi susunan sel surya monokristal.

Nampak area kosong yang tidak tertutup karena bentuk sel surya jenis ini.

(Legenda, Sanford. 2011)

2.1.2 Prinsip Kerja Solar Sel

Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana yaitu mengubah

cahaya matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu

bentuk energi dari sumber daya alam.

8
Sumber daya alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk mensuplai

daya listrik di satelit komunikasi melalui solar cell. Solar cell ini dapat

menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil

dari matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan bakar.

Sehingga sistem solar cell sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan. Panel

solar cell merupakan modul yang terdiri beberapa solar cell yang digabung dalam

hubungkan seri dan paralel tergantung ukuran dan kapasitas yang diperlukan.

Yang sering digunakan adalah modul solar cell 20 watt. Modul solar cell itu

menghasilkan energi listrik yang proporsional dengan luas permukaan panel yang

terkena sinar matahari.

Solar cell terbuat dari potongan silikon yang sangat kecil dengan dilapisi

bahan kimia khusus untuk membentuk dasar dari solar cell. Solar cell pada

umumnya memiliki ketebalan minimum 0,3 mm yang terbuat dari irisan bahan

semikonduktor dengan kutub positif dan negatif. Tiap solar cell biasanya

menghasilkan tegangan 0,5 volt. Solar cell merupakan elemen aktif

(Semikonduktor) yang memanfaatkan efek photovoltaic untuk merubah energi

surya menjadi energi listrik. Berikut adalah diagram kerja solar cell.

Gambar 2.2. Diagram Kerja Solar Cell

9
Sel surya dapat dianalogikan sebagai divais dengan dua terminal atau

sambungan, dimana saat kondisi gelap atau tidak cukup cahaya berfungsi seperti

dioda, dan saat disinari dengan cahaya matahari dapat menghasilkan tegangan.

Ketika disinari, umumnya satu sel surya komersial menghasilkan tegangan dc

sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit dalam skala milliampere per cm2.

Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai aplikasi, sehingga

umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri membentuk modul surya. Satu

modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan total menghasilkan

tegangan dc sebesar 12 V dalam kondisi penyinaran standar (Air Mass 1.5).

Modul surya tersebut bisa digabungkan secara paralel atau seri untuk

memperbesar total tegangan dan arus outputnya sesuai dengan daya yang

dibutuhkan untuk aplikasi tertentu. Gambar dibawah menunjukan ilustrasi dari

modul surya.

Gambar 2.3. Modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya yang

dirangkai seri untuk memperbesar total daya output.

10
Pada solar cell terdapat sambungan (junction) antara dua lapisan tipis yang

terbuat dari bahan semikonduktor yang masing-masing diketahui sebagai

semikonduktor jenis “P” (positif) dan semikonduktor jenis “N” (negatif).

Semikonduktor jenis negatif dibuat dari kristal silikon dan terdapat juga

sejumlah material lain (umumnya posfor) dalam batasan bahwa material tersebut

dapat memberikan suatu kelebihan elektron bebas.

Elektron adalah partikel sub atom yang bermuatan negatif, sehingga

silikon paduan dalam hal ini disebut sebagai semikonduktor jenis-N (negatif).

Semikonduktor jenis-P juga terbuat dari kristal silikon yang didalamnya terdapat

sejumlah kecil materi lain (umumnya boron) yang mana menyebabkan material

tersebut kekurangan satu elektron bebas. Kekurangan atau hilangnya elektron ini

disebut lubang (hole). Karena tidak ada atau kurangnya elektron yang bermuatan

listrik negatif maka silikon paduan dalam hal ini sebagai semikonduktor jenis-P

(positif).

Pengaruh medan listrik dalam sel Photovoltaic

Operasi sel Photovoltaic

11
Struktur dasar dari sel Photovoltaic silikon

Gambar 2.4. PN Junction Solar Cell

Sehingga pada bagian kiri terbentuk silikon yang tidak murni lagi dan

dinamakan silikon jenis P, sedangkan yang sebelah kanan dinamakan silikon jenis

N. Didalam silikon murni terdapat dua macam pembawa muatan listrik yang

seimbang. Pembawa muatan listrik yang positip dinamakan hole, sedangkan yang

negatif dinamakan elektron. Setelah dilakukan proses penodaan itu, didalam

silikon jenis P terbentuk hole (pembawa muatan listrik positif) dalam jumlah yang

sangat besar dibandingkan dengan elektronnya. Oleh karena itu didalam silikon

jenis P hole merupakan pembawa muatan mayoritas, sedangkan elektron

merupakan pembawa muatan minoritas. Sebaliknya, di dalam silikon jenis N

terbentuk elektron dalam jumlah yang sangat besar sehingga disebut pembawa

muatan mayoritas dan hole disebut pembawa muatan minoritas.

Didalam batang silikon itu terjadi pertemuan antara bagian P dan N. Oleh

karena itu dinamakan PN junction. Bila sekarang, bagian P dihubungkan dengan

kutub positif dari sebuah baterai, sedangkan kutub negatifnya dihubungkan

dengan bagian N, maka terjadi hubungan yang dinamakan “forward bias”.

Tapi, bila bagian positif dihubungkan dengan kutub negatif dari baterai

dan bagian negatif dihubungkan dengan kutub positifnya, maka sekarang

12
terbentuk hubungan yang dinamakan “reverse bias”. Dengan keadaan seperti ini,

maka hole (pembawa muatan positif) dapat tersambung langsung ke kutub positif,

sedangkan elektron juga langsung ke kutub positif. Jadi, jelas di dalam PN

junction tidak ada gerakan pembawa muatan mayoritas baik yang hole maupun

yang elektron. Sedangkan pembawa muatan minoritas (elektron) didalam bagian P

bergerak berusaha untuk mencapai kutub positif baterai. Demikian pula pembawa

muatan minoritas (hole) di dalam bagian N juga bergerak berusaha mencapai

kutub negatif. Karena itu, dalam keadaan reverse bias, di dalam PN junction ada

juga arus yang timbul meskipun dalam jumlah yang sangat kecil (mikro ampere).

Arus ini sering disebut dengan reverse saturation current atau leakage current

(arus bocor) (Septina, Wilman. 2013)

2.2 Arduino Nano

Arduino merupakan sebuah platform dari physical computing yang

bersifat open source. Pertama-tama perlu dipahami bahwa kata “platform” di sini

adalah sebuah pilihan kata yang tepat. Arduino tidak hanya sekedar sebuah alat

pengembangan, tetapi ia adalah kombinasi dari hardware, bahasa pemrograman

dan Integrated Development Environment (IDE) yang canggih. IDE adalah

sebuah software yang sangat berperan untuk menulis program, meng-compile

menjadi kode biner dan meng-upload ke dalam memory microcontroller Arduino

Nano adalah salah satu papan pengembangan mikrokontroler yang berukuran

kecil, lengkap dan mendukung penggunaan breadboard.Arduino Nano diciptakan

dengan basis mikrokontroler ATmega328 (untuk Arduino Nano versi 3.x) atau

ATmega 168 (untuk Arduino versi 2.x). Arduino Nano kurang lebih memiliki

13
fungsi yang sama dengan Arduino Duemilanove, tetapi dalam paket yang berbeda.

Arduino Nano tidak menyertakan colokan DC berjenis Barrel Jack, dan

dihubungkan ke komputer menggunakan port USB Mini-B. Arduino Nano

dirancang dan diproduksi oleh perusahaan Gravitech.

Bagian Depan Arduino Nano

Bagian Belakang Arduino Nano

Gambar 2.5 Arduino Nano

2.2.1 Konfigurasi Pin Arduino Nano

Konfigurasi pin Arduino Nano.Arduino Nano memiliki 30 Pin. Berikut

Konfigurasi pin Arduino Nano.

1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya

digital.

2. GND merupakan pin ground untuk catu daya digital.

3. AREF merupakan Referensi tegangan untuk input analog. Digunakan

dengan fungsi analogReference().

14
4. RESET merupakan Jalur LOW ini digunakan untuk me-reset

(menghidupkan ulang) mikrokontroler. Biasanya digunakan untuk

menambahkan tombol reset pada shield yang menghalangi papan utama

Arduino

5. Serial RX (0) merupakan pin yang berfungsi sebagai penerima TTL data

serial.

6. Serial TX (1) merupakan pin yang berfungsi sebagai pengirim TT data

serial.

7. External Interrupt (Interupsi Eksternal) merupakan pin yang dapat

dikonfigurasi untuk memicu sebuah interupsi pada nilai yang rendah,

meningkat atau menurun, atau perubahan nilai.

8. Output PWM 8-Bitmerupakan pin yang berfungsi untuk analogWrite( ).

9. merupakan pin yang berfungsi sebagai pendukung komunikasi.

10. LED merupakan pin yang berfungsi sebagai pin yag diset bernilai HIGH,

maka LED akan menyala, ketika pin diset bernilai LOW maka LED

padam. LED Tersedia secara built-in pada papan Arduino Nano.

11. Input Analog (A0-A7) merupakan pin yang berfungsi sebagi pin yang

dapat diukur/diatur dari mulai Ground sampai dengan 5 Volt, juga

memungkinkan untuk mengubah titik jangkauan tertinggi atau terendah

mereka menggunakan fungsi analogReference().

Tabel 2.1 Konfigurasi Pin Arduino Nano


Nomor Pin Arduino Nano Nama Pin Arduino Nano
1 Digital Pin 1 (TX)
2 Digital Pin 0 (RX)
3 & 28 Reset
4 & 29 GND
5 Digital Pin 2

15
Nomor Pin Arduino Nano Nama Pin Arduino Nano
6 Digital Pin 3 (PWM)
7 Digital Pin 4
8 Digital Pin 5 (PWM)
9 Digital Pin 6 (PWM)
10 Digital Pin 7
11 Digital Pin 8
12 Digital Pin 9 (PWM)
13 Digital Pin 10 (PWM-SS)
14 Digitl Pin 11 (PWM-MOSI)
15 Digital Pin 12 (MISO)
16 Digital Pin 13 (SCK)
18 AREF
19 Analog Input 0
20 Analog Input 1
21 Analog Input 2
22 Analog Input 3
23 Analog Input 4
24 Analog Input 5
25 Analog Input 6
26 Analog Input 7
27 VCC
30 Vin

Gambar 2.6 Konfigurasi Pin Layout Arduino Nano

2.2.2 Spesifikasi Arduino Nano

Berikut ini adalah Spesifikasi yang dimiliki oleh Arduino Nano:

1. MikrokontrolerAtmel ATmega168 atau ATmega328

2. 5 V Tegangan Operasi

16
3. 7-12VInput Voltage (disarankan)

4. 6-20VInput Voltage (limit)

5. Pin Digital I/O14 (6 pin digunakan sebagai output PWM)

6. 8 Pin Input Analog

7. 40 mA Arus DC per pin I/O

8. Flash Memory16KB (ATmega168) atau 32KB (ATmega328) 2KB

digunakan oleh Bootloader

9. 1 KbyteSRAM (ATmega168) atau 2 Kbyte(ATmega328)

10. 512 ByteEEPROM (ATmega168) atau 1Kbyte (ATmega328)

11. 16 MHz Clock Speed

12. Ukuran1.85cm x 4.3cm

2.3.3 Sumber Daya Arduino Nano

Arduino Nano dapat diaktifkan melalui koneksi USB Mini-B, atau melalui

catu daya eksternal dengan tegangan belum teregulasi antara 6-20 Volt yang

dihubungkan melalui pin 30 atau pin VIN, atau melalui catu daya eksternal

dengan tegangan teregulasi 5 volt melalui pin 27 atau pin 5V. Sumber daya akan

secara otomatis dipilih dari sumber tegangan yang lebih tinggi. Chip FTDI

FT232L pada Arduino Nano akan aktif apabila memperoleh daya melalui USB,

ketika Arduino Nano diberikan daya dari luar (Non-USB) maka Chip FTDI tidak

aktif dan pin 3.3V pun tidak tersedia (tidak mengeluarkan tegangan), sedangkan

LED TX dan RX pun berkedip apabila pin digital 0 dan 1 berada pada posisi

HIGH.

17
2.3 Sensor Cahaya Light Dependent Resistor (LDR)

Light Dependent Resistor (LDR) ialah jenis resistor yang berubah

hambatannya karena pengaruh cahaya. Besarnya nilai hambatan pada sensor

cahaya LDR tergantung pada besar kecilnya cahaya yang diterima oleh LDR itu

sendiri. Bila cahaya gelap nilai tahanannya semakin besar, sedangkan cahayanya

terang nilainya menjadi semakin kecil. LDR adalah jenis resistor yang biasa

digunakan sebagai detektor cahaya atau pengukur besaran konversi cahaya. LDR

terdiri dari sebuah cakram semikonduktor yang mempunyai dua buah elekrtroda

pada permukaannya.

Resistansi LDR berubah seiring dengan perubahan intensitas cahaya yang

mengenainya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR sekitar 10 MΩ dan dalam

keadaan terang sebesar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari bahan semikonduktor

seperti senyawa kimia cadmium sulfide. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang

jatuh menyebabkan lebih banyak muatan yang dilepas atau arus listrik meningkat,

artinya resistansi bahan telah mengalami penurunan. Seperti halnya resistor

konvensional, pemasangan LDR dalam suatu rangkaian sama persis seperti

pemasangan resistor biasa. Simbol LDR dapat dilihat seperti gambar berikut:

Gambar 2.7 Bentuk Fisik Dan Simbol LDR

(sumber: data sheet CDS Light-Dependent Photoresistors, 2010)

LDR digunakan untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik.

Saklar cahaya otomatis dan alarm pencuri adalah beberapa contoh alat yang 7

18
menggunakan LDR. Akan tetapi karena responnya terhadap cahaya cukup lambat,

LDR tidak digunakan pada situasi di mana intensitas cahaya berubah secara

drastis. Sensor ini akan berubah nilai hambatannya apabila ada perubahan tingkat

kecerahan cahaya.

2.3.1 Karakteristik Sensor Cahaya LDR

Sensor Cahaya Light Dependent Resistor (LDR) adalah suatu bentuk

komponen yang mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada

cahaya. Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu Laju Recovery dan

Respon Spektral sebagai berikut:

a. Laju Recovery Sensor Cahaya LDR

Bila sebuah Sensor Cahaya Light Dependent Resistor (LDR) dibawa dari

suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya tertentu ke dalam suatu ruangan yang

gelap, maka bisa kita amati bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan segera

berubah resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut. Namun LDR tersebut

hanya akan bisa mencapai harga di kegelapan setelah mengalami selang waktu

tertentu. Laju recovery merupakan suatu ukuran praktis dan suatu kenaikan nilai

resistansi dalam waktu tertentu. Harga ini ditulis dalam K/detik. Untuk LDR tipe

arus harganya lebih besar dari 200K/detik (selama 20 menit pertama mulai dari

level cahaya 100 lux), kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arah sebaliknya,

yaitu pindah dari tempat gelap ke tempat terang yang memerlukan waktu kurang

dari 10 ms untuk mencapai resistansi yang sesuai dengan level cahaya 400 lux.

b. Respon Spektral Sensor Cahaya LDR

19
Sensor cahaya LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap

panjang gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa

digunakan sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, aluminium, baja, emas

dan perak. Dari kelima bahan tersebut tembaga merupakan penghantar yang

paling banyak, digunakan karena mempunyai daya hantar yang baik.

2.3.2 Prinsip Kerja LDR

Pada saat gelap atau cahaya redup, bahan dari cakram tersebut

menghasilkan elektron bebas dengan jumlah yang relatif kecil. Sehingga hanya

ada sedikit elektron untuk mengangkut muatan elektrik. Artinya pada saat cahaya

redup, LDR menjadi konduktor yang buruk atau bisa disebut juga LDR memiliki

resistansi yang besar pada saat gelap atau cahaya redup.

Pada saat cahaya terang, ada lebih banyak elektron yang lepas dari atom

bahan semikonduktor tersebut. Sehingga akan lebih banyak elektron untuk

mengangkut muatan elektrik. Artinya pada saat cahaya terang, LDR menjadi

konduktor yang baik atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi kecil pada

saat cahaya terang.

Misalnya untuk rangkaian sistem alarm cahaya (menggunakan LDR) yang

aktif ketika terdapat cahaya. Ketika akan mengatur kepekaan LDR dalam suatu

rangkaian maka perlu digunakan potensiometer. Atur letaknya agar ketika

mendapat cahaya maka buzzer atau bell akan berbunyi dan ketika tidak mendapat

cahaya maka buzzer atau bell tidak akan berbunyi. (Supatmi, 2011:176)

20
2.4

BAB III. METODE PENELITIAN

21
DAFTAR PUSTAKA

22

Anda mungkin juga menyukai