Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 14, No. 1, Desember 2016, pp.

22 - 31
ISSN 1693-2390 print/ISSN 2407-0939 online

Desain Maximum Power Point Tracking (MPPT) pada Panel Surya


MenggunakanMetode Sliding Mode Control

Ahmad Faizal1, Bagus Setyaji2


1,2
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Jl. HR. Soebrantas No. 155 Simpang Baru, Panam, Pekanbaru, 28293
Email:1ahmad.faizal@uin-suska.ac.id

(Received: 18 Oktober 2016; Revised: 30 Desember 2016; Accepted: 30 Desember 2016)

ABSTRAK

Energi surya merupakan suatu energi alternatif yang tersedia dalam jangka waktu yang lama,
sementara sumber energi utama yang digunakan saat ini mempunyai keterbatasan. Maximum Power Point
Tracking (MPPT) untuk menjaga titik kerja panel surya, digunakan DC-DC Boost Converter sebagai
pengatur tegangan keluaran dari panel surya untuk menjaga titik kerja panel surya tetap pada titik MPP.
Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan sistem yang dirancang berjalan dengan baik. Terjadi kenaikan
rata-rata nilai tegangan keluaran sebesar 51.22 %, dari rata-rata sebesar 19.84 Volt sebelum pemasangan
sistem MPPT menjadi 40.67 Volt setelah pemasangan sistem MPPT saat kondisi iradiasi matahari dan
temperatur yang berubah-ubah, dan juga dapat mempertahankan tegangan keluaran dari modul panel surya
disekitar nilai maksimum yang diinginkan yaitu sebesar 40 Volt.

Kata Kunci : DC-DC Boost Converter,MPPT, Panel Surya, Sliding Mode Control

ABSTRACT

Solar energy is an energy alternative that is available in a long period of time, while the main energy
source in use today have limitations Maximum Power Point Tracking (MPPT) to keep the working point of
the solar panels. As a supporter of the MPPT system, used DC-DC Boost Converter as a regulator of the
output voltage of the solar panel to keep the working point of the solar panels fixed on MPP. As for the
results of research conducted system designed. Going on a rise in the average value of the output voltage of
51.22%, from an average of 19.84 Volt MPPT system before installation be 40.67 Volt system after
installation when the MPPT solar irradiation and temperature conditions are fickle, and can also maintain
the output voltage of the module's solar panels around the desired maximum value i.e. for 40 volts.

Keywords : DC-DC Boost Converter, MPPT, Panel Surya, Sliding Mode Controller

Corresponding Author:
Ahmad Faizal
Prodi Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Email: ahmad.faizal@uin-suska.ac.id

Pendahuluan kebutuhan yang terus meningkat tersebut,maka dari


itu dibutuhkan suatu sumber energi terbarukan.
Energi listrik merupakan energi yang sangat Energi terbarukan secara umum dapat didefinisikan
penting bagi kehidupan manusia, kebutuhan energi sebagai energi yang didapat dari sumber yang alami
saat ini sebagai penggerak kehidupan semakin lama yang ada disekitar manusia dan dapat kita peroleh
semakin meningkat. Hal ini didorong oleh lonjakan secara gratis. Sebagai salah satu sumber energi yang
jumlah populasi manusia terutama di Negara bersifat terbarukan, sinar matahari atau energi surya
berkembang, sementara ketersediaannya pasokan ini dirasa tepat untuk menjadi salah satu sumber
daya yang ada juga tidak dapat mencukupi energi listrik alternatif yang dapat digunakan. Energi

Journal homepage: http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/sitekin 22


Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 14, No. 1, Desember 2016, pp.22 - 31
ISSN 1693-2390 print/ISSN 2407-0939 online

surya merupakan suatu energi yang bersih, memiliki tujuan utama untuk memaksa dan
terbarukan, serta tersedia dalam jangka waktu yang membatasi variabel yang dikontrol berada pada
lama. Sumber energi surya ini juga merupakan permukaan luncur yang dirancang dan menjaganya
energi terbarukan yang paling umum dimanfaatkan agar dapat tetap berada pada keadaan yang
saat ini dan energi surya ini dapat dikonversi menjadi diinginkan. Sebagai pendukung sistem MPPT,
energi listrik. digunakan DC-DC Boost Converter sebagai
Divais elektronik yang digunakan untuk pendukung kontrol tegangan keluaran dari panel
mengubah energi yang dihasilkan dari cahaya surya agar dapat memaksa dan mempertahankan
matahari menjadi energi listrik adalah panel surya. panel surya memperoleh tegangan keluaran yang
Panel surya adalah komponen semikonduktor yang maksimum pada tingkat radiasi dan temperatur yang
dapat mengkonversi energi surya menjadi energi berubah-ubah.
listrik. Namun, karena tingkat penyinaran energi Berdasarkan uraian latar belakang diatas dan
surya yang berbeda-beda pada setiap harinya penelitian-penelitian sebelumnya, maka penulis
menyebabkan daya keluaran dari panel surya tertarik untuk melakukan penelitian yaitu dengan
bervariasi dan tidak maksimal [1], maka dari itu judul “Desain Maximum Power Point Tracking
diperlukannya model yang menyerupai karakteristik pada panel surya dengan menggunakan metode
sel surya sebenarnya, sehingga kita dapat melakukan Sliding Mode Control (SMC)”.
percobaan sederhana dari beberapa data untuk
mencari tahu bagaimana untuk mendapatkan Dasar Teori
performa semaksimal mungkin dan
mempertahankannya. Panel surya memiliki A. Panel Surya
karakteristik yang non-linear, hal ini membuat kita Panel surya adalah alat yang terdiri dari suatu
sulit untuk mendapatkan titik maksimum dari panel sel yang terbuat dari bahan semikonduktor yang
surya tersebut, sehingga untuk menyelesaikan dapat melepas elektron.Sel surya diartikan sebagai
masalah tersebut diperlukan pemodelan dari panel teknologi yang membangkitkan suatu daya listrik
surya untuk mendesain dan mensimulasikan DC, diukur dalam satuan Watts (W) atau kiloWatts
algoritma Maximum Power Point Tracking (MPPT) (kW), yang berasal dari suatu bahan semikonduktor
untuk menjaga titik kerja panel surya tetap pada titik ketika dipaparkan oleh cahaya. Selama cahaya
MPP [5]. Pada titik tersebut panel suryaberada pada menyinari bahan semikonduktor tersebut maka sel
keadaan optimal, baik dari tegangan dan arus yang surya akan menghasilkan energi listrik, dan ketika
dihasilkan. Ketika tegangan dan arus yang dihasilkan cahaya berhenti menyinari, sel surya berhenti
maksimal maka akan mendapatkan keluaran daya menghasilkan listrik [7].
yang maksimal [1]. Sel surya bergantung pada efek panel
Pada penelitian-penelitian sebelumya, yaitu suryauntuk menyerap energi matahari dan
dengan judul Matlab Simulink Based Study of menyebabkan arus mengalir antara dua lapisan
Photovoltaic Cells Modules Array and Their bermuatan yang berlawanan, ketika memproduksi
Experimental Verification[2], kemudian desain dan panel surya, produsen harus memastikan bahwa sel-
implementasi maximum power point tracker (MPPT) sel surya saling terhubung secara elektrik antara satu
solar PV berbasis Fuzzy Logic menggunakan dengan yang lain pada sistem tersebut. Persamaan
mikrokontroler AVR [3], danSecond-Order Sliding eksponensial untuk memodelkan sel surya
Mode Control for Variable Speed Wind Turbine diturunkan dari hukum fisika untuk pn junction dan
Experiment System [4]. Dengan algoritma MPPT secara umum diterima sebagai representasi
tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan daya karakteristik sel ditunjukkan oleh persamaan
maksimal yang mampu dihasilkan dari panel surya. berikut[2].
Pada penelitian ini, digunakan metode Sliding
Mode Control (SMC). Metode Sliding Mode Control ( ) ( )
( )
(SMC) digunakan untuk mencari MPP dan
mempertahankannya dari panel surya, karena SMC (1)
memiliki keuntungan pelacakan kecepatan kinerja
yaitu bersifat sangat robust, dan juga kokoh terhadap Dimana
gangguan [4]. SMC merupakan salah satu Iph adalah arus hubung singkat,
metodologi pengontrolan yang mampu mengatasi Is adalah arus reverse saturation dari dioda (A),
perubahan pada sistem, tanpa menyebabkan q adalah muatan elektron (1,602×10-19 C),
gangguan pada performa sistem itu sendiri. SMC V adalah tegangan dioda (V),
menyediakan pendekatan yang sistematis untuk K adalah konstanta Boltzman (1,381×10-23 J/K),
mengarahkan permasalahan kestabilan dan melacak T adalah suhu junction dalam Kelvin (K),
pencapaian keberhasilan sistem dengan N faktor idealitas dari dioda,
kemungkinan pemodelan yang sangat luas dan Rs adalah tahanan seri dari dioda,

Copyright © 2016, SITEKIN, ISSN 2407-0939 23


Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 14, No. 1, Desember 2016, pp.22 - 31
ISSN 1693-2390 print/ISSN 2407-0939 online

Rsh adalah tahanan shunt dari dioda, Dalam rangkaian boost converter sebuah induktor
dihubungkan secara seri dengan tegangan suplai ,
Dari persamaan diatas, dapat digambarkan dan transistor terhubung untuk switching pasokan di
rangkaian pengganti dari sel surya, yaitu seperti induktor. Sebuah kapasitor terhubung ke beban
ditunjukkan oleh Gambar. 1. untuk menghasilkan output, kemudian boost
converter berfungsi tergantung pada saklar on dan
off , dan blok dioda akan membalikkan arus ketika
saklar dihidupkan [14].

D. Sliding Mode Control


Gambar. 1 Rangkaian Pengganti Sel Surya SMC merupakan sebuah kontrol umpan balik
pensaklaran berkecepatan tinggi yang efektif dan
B. Maximum Power Point Tracking (MPPT) kokoh dalam mengendalikan sistem linier maupun
Maximum Power Point Tracking atau yang non-linier. Sistem kontrol ini kokoh karena
biasa disingkat MPPT, adalah sebuah sistem menyediakan sebuah metode perancangan sistem
elektronis yang mengoperasikan modul photovoltaic yang tidak peka terhadap ketidakpastian parameter
(PV) atau modul sel surya agar dapat menghasilkan lingkungan dan gangguan dari luar. SMC merupakan
daya maksimal yang bisa diproduksi oleh modul sel kontrol yang didesain dengan menyediakan sebuah
surya. MPPT bukan merupakan sistem tracking pendekatan sistematis, dan memiliki performa yang
mekanis yang secara fisik menggerakkan modul agar konsisten di dalam ketidakpastian model parameter.
mengarah langsung ke matahari. MPPT merupakan Prinsip dasar SMC merancang permukaan
sistem elektronis yang secara keseluruhan luncur dalam hukum kontrol yang akan membawa
mengubah-ubah titik operasi elektronis modul sel variabel menuju ke titik operasi, karena dalam kasus
surya sehingga dapat mengirim daya maksimal yang boost converter memiliki satu switch, sangat tepat
tersedia. Dari daya tambahan yang terkumpul yang menggunakan hukum kontrol untuk fungsi switching
berasal dari modul sel surya, sehingga arus pengisian [14], sebagai :
u  1  sgn( S ) 
baterai dapat ditingkatkan. MPPT dapat juga 1
dihubungkan dengan sistem tracking mekanis, tetapi 2
kedua sistem ini benar-benar sangat berbeda [9]. (5)
Dimana, u  switching untuk converter, dan „S‟
C. DC-DC Boost Converter adalah variabel lintasan. Dalam hal ini, 'S'
Boost converter terdiri dari induktor, dioda, digambarkan sebagai,
kapasitor dan komponen pensaklar. Boost converter
bekerja berdasarkan sinyal pensaklaran, ton dan toff.
S  1 X 1   2 X 2   3 X 3  J T x
Perbandingan waktu hidup (ton) terhadap jumlah (6)
waktu keduanya disebut juga dengan duty cycle. Saat Dengan [ ] dan dan
saklar hidup (on), energi disimpan pada induktor mewakili kontrol disebut sebagai koefisien geser.
menjadi medan magnet, saat saklar mati (off), energi x1 , x 2 , dan x3 adalah keadaan yang diinginkan
yang tersimpan pada induktor diubah lagi menjadi
variabel umpan balik yang harus dikontrol. Dengan
listrik dan didorong oleh tegangan input menjadi
menyamakan S = 0, permukaan luncur dapat
tegangan output sehingga nilainya menjadi lebih
diperoleh. Tujuan dari desainer adalah untuk
besar[10].Karakteristik tersebut membuat boost
menentukan keadaan fungsi beralih 'u' dan juga
converter digunakan untuk sistem MPPT, sebab
untuk memilih nilai yang sesuai dari dan
ketika arus terputus maka tegangan yang terukur
sehingga kontrol memenuhi hitting, keberadaan
akan sama dengan tegangan rangkaian. Rangkaian
sliding mode dan kondisi stabilitas [14].
dari konverter boost converter dapat dilihat pada
gambar 5.
E. Kondisi Hitting
Desain SMC untuk memenuhi kondisi hitting
dalam kasus konverter daya. Sekarang variabel
permukaan dapat dinyatakan dalam bentuk [14].

Gambar. 2 Rangkaian Konverter DC-DC Boost.

Journal homepage: http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/sitekin 24


Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 14, No. 1, Desember 2016, pp.22 - 31
ISSN 1693-2390 print/ISSN 2407-0939 online

V ref  Vo  umumunya, energi yang dihasilkan oleh satu sel


 x1   
 x    d V ref  Vo  
surya sangat tidak memadai. maka sel surya
dikembangkan lagi menjadi modul surya yang terdiri
 2  dt 
dari beberapa sel surya. sehingga persamaan yang
 x 3   
  (V ref  Vo )dt  digunakan dalam pemodelan sel surya [16] menjadi :
(7)
K .TOPT
Dalam rangka merancang kondisi hitting, VT 
q
tergantung pada keadaan variabel x1 langsung, yang
dominan selama fase mencapai 'S'. fungsi kontrol (10)
yang dihasilkan dalam konfigurasi ini adalah,  q.(V  I RS ) 
1  ON , When S  0 (8) I d  I s .N p  exp  1
u  N .K .T 
0  OFF , When S 0
Dan, dimana pemetaan fungsi kontrol ke (11)
kontrol duty ratio, memberikan hubungan untuk I  ( I Ph .N p )  I D  I SH
sinyal kontrol VC dan sinyal ramp Vramp dengan, (12)
0d 
VC
1
I ph  [ K i (TOPT  TREF )  I SC ]I RR
Vramp (13)
(9)
Dengan demikian, metode ini memastikan  V  I RS 
penyelesaian kondisi hitting dari SMC, yang hampir I SH  R 

 SH 
terkait dengan cara di mana kontrol switch
permukaan dirancang. (14)
 T 3
 2 Eg 
Metodologi Penelitian I S   I RS  OPT  .q . exp (1 / TOPT .1 / TREF ) 
  TREF  N .K 
Adapun tahapan penelitian digambarkan
seperti pada Gambar. 3 diagram alir penelitian
berikut ini : (15)
I
I RS 
Start
SC

Studi Literatur [exp ( q .VOC / KCTOPT )


 1]
Pemodelan Plant Panel (16)
P  VI
Surya

Pemodelan DC-DC Boost


(17)
Converter
Dimana :
Pemodelan rangkaian
kontrol duty cycle
VT = Tegangan thermal (V)
V = Tegangan operasi (V)
Pemodelan kontrol SMC
untuk menentukan nilai
duty cycle
VJ =
Tegangan junction (V)
Pemodelan sistem Panel
Surya dengan MPPT VOC = Tegangan rangkaian terbuka
No I Ph = Arus hubung singkat
Pengujian Panel Surya
sebelum dan sesudah
pemasangan MPPT
IS = Saturasi arus balik dari dioda
Yes

Analisa Hasil
I SC = Hubungan arus pendek
I = Sel keluaran arus
Selesai TREF = Referensi operasi temperatur sel
TOPT = Operasi temperatur sel
Gambar. 3 Diagram Alir Penelitian
RSH =Tahanan shunt dari dioda
A. Pemodelan Panel Surya
Pemodelan matematika padasel surya
RS = Tahanan seri dioda
mengacu pada persamaan(1) pemodelan sel surya Eg = Energy Band Gap
sebelumnya. Namun, untuk menghasilkan energi
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan beban pada

Copyright © 2016, SITEKIN, ISSN 2407-0939 25


Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 14, No. 1, Desember 2016, pp.22 - 31
ISSN 1693-2390 print/ISSN 2407-0939 online

N = Faktor idealistis dari dioda (bernilai 1 untuk Dari persamaan-persamaan sel surya
dioda ideal) sebelumnya, digunakan dalam simulasi
23 menggunakan komputer pada software matlab
K =Konstanta Boltzman (1,38 x10 J / K) simulink untuk mendapatkan karakteristik keluaran
q =Electron charge (1.602 x10 19 C ) sel surya, seperti pada gambar 5 dan 6. Dari gambar
tersebut menunjukkan sangat jelas bahwa
NS =Jumlah sel surya yang dihubung seri karakteristik keluaran sel surya adalah non linier dan
NP = Jumlah sel surya yang dihubung paralel sangat dipengaruhi oleh iradiasi sinar matahari dan
2
temperatur. Selain itu, karakteristik I-V sel surya
G = Iradiansi (1000W / m ) adalah non linier dan juga dipengaruhi oleh iradiasi
Modul sel surya yang digunakan jenis dan temperatur permukaan. Secara umum, terdapat
BPSX60 dengan daya keluaran maksimal dari titik yang unik pada kurva I-V atau kurva V-P, yang
photovotaic adalah 60 Watt. Oleh karena itu model dinamakan Maximum Power Point (MPP). Dimana
sel surya dibangun berdasarkan spesifikasi modul sel pada titik tersebut, sel surya menghasilkan daya
surya tersebut. Parameter modul surya BPSX60 keluaran paling besar. Pada gambar 5 diperlihatkan
ditunjukkan pada Tabel I pada STC. pengaruh dari temperatur permukaan sel surya pada
kurva I-V dan pada gambar 6 juga diperlihatkan
Tabel1. Spesifikasi Modul Sel Surya BPSX60 pengaruh iradiasi terhadap daya dan tegangan
keluaran dari sel surya.
VI
Spesifikasi Modul Sel Surya 4

Ideality diode factor of PN junction 1.1 3

Arus (Ampere)
(N) 77 2

Band gap energy (Eg) 1.12 eV


1
Number of parallel-connected
1 0
modules (np) 0 5 10 15
Tegangan (V)
20 25

Number of series-connected Gambar 5. Grafik karakteristik IV panel surya


36
modules (ns)
Maximum power at STC (PMAX) 60 Watt Grafik diatas merupakan karakteristik arus (I)
Voltage at the MPP (VMAX) 16.8 Volt – tegangan(V) dari model simulasi panel surya yang
3.56 telah dibuat. Sumbu x merupakan variasi tegangan
Current at the MPP (IMAX)
Ampere dansumbu y merupakan arus keluaran dari modul
Nominal Operating Cell surya, dari grafik diatas dapat dilihat bahwa grafik
47 oC
Temperature (NOTC) 2
Short-circuit current at STC (ISC) 3.87 A arus pada intensitas radiasi 1000 W / m merupakan
Open-circuit voltage at STC (VOC) 21.0 V arus yang dihasilkan panel surya surya.Jadi, model
VOC temperature coefficient (KV) o
-80 mV/ C
yang dibuat telah sesuai dengan teori dimana untuk
setiap kenaikan intensitas radiasi matahari, arus yang
ISC temperature coefficient (Ki) 0.065 %/oC
dihasilkan panel surya mengalami peningkatan. Hal
Model dari modul sel surya ditunjukkan pada ini pasti berpengaruh terhadap daya yang dihasilkan
gambar4. Masukan dari model ini ialah tegangan, dimana setiap kenaikan intensitas radiasi matahari
irradiasi,temperatur kerja,tahanan seri, tahanan daya yang dihasilkan juga mengalami peningkatan.
shunt, faktor ideal dioda (bernilai 1 untuk dioda Hal ini seperti yang ditunjukkan oleh grafik 13
ideal) dari modul. Serta adanya rangakain tambahan dibawah ini.
VP
60
untuk membantu keluaran dari panel surya [18]. 50

40
Daya (Watt)

30

20

10

0
0 5 10 15 20 25
Tegangan (V)

Gambar 6 Grafik karakteristik PV panel surya

B. Pemodelan Boost Converter


Rangkaian boost converter digunakan untuk
menaikkan level tegangan dc ke level tegangan dc
tertentu dengan mengontrol duty cycle pada
switchnya. Panel surya dihubungkan dengan
Gambar. 4Blok pemodelan panel surya rangkaian boost converter agar tegangan panel surya
dapat dikontrol. Pada matlab simulink komponen-

Journal homepage: http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/sitekin 26


Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 14, No. 1, Desember 2016, pp.22 - 31
ISSN 1693-2390 print/ISSN 2407-0939 online

komponen utama penyusun boost converter ialah Pemodelan kontrol SM untuk menetukan nilai
seperti induktor, kapasitor, diode, mosfet dan duty cycle, Di sini C, L, r L , Vo menunjukkan
resistor.Dalam merancang sebuah boost converter
dibutuhkan parameter-parameter untuk menentukan kapasitansi, induktansi,resistansi beban sesaat dari
besar hambatan, induktansi dan kapasitor yang akan konverter, dan merasakan tegangan keluaran. ic, iL,
digunakan. Parameter tersebut disesuaikan dengan ir menyatakan kapasitor, induktor, dan arus beban
spesifikasi dari modul panel surya,boost converter sesaat. Vref, Vi, Vo menunjukkan tegangan referensi,
yang dimodelkan adalah konverter yang dapat masukan, dan tegangan keluaran, β menunjukkan
menaikkan tegangan dari 5 - 21 V ke 40 V.. perbandingan umpan balik. u adalah logika terbalik
dari u, adalah 0 atau 1, yang mewakili tombol power
(switch). Pada penelitian ini dibuat sesuai dengan
tujuan awal yaitu bagaimana merancang kontrol SM
pada boost converter, dengan persamaan,
x1  x 2
1  Vo  Vi 
x 2   x2  u
Gambar. 7 Rangkaian Boost Converter rL C LC
x 3  x1 (19)
Untuk lebih jelasnya di bawah ini dijelaskan
perhitungannya. Parameter dari boost converter
adalah sebagai berikut : Merancang kontrol SM pada boost converter
Nilai-nilai yang sudah ditentukan : agar dapat menaikkan tegangan dan dapat
Tegangan masukan (Vin) : 5-21 Volt memaksimalkan tegangan keluaran, di sini tegangan
Tegangan keluaran (Vout) : 40Volt error X 1 , laju perubahan error tegangan X 2 , dan
Frekuensi (fs) : 12kHz integral tegangan error X3 , di bawah mode
Ripple tegangan keluaran :1%
Ripple arus keluaran :5% konduksi kontinyu operasi CCM [6], diturunkan
Pemodelan boost converter diawali dengan dalam persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut :

X 1  Vref  Vo
perhitungan duty cycle (D) maksimal dengan
persamaan yang telah di jelaskan pada bab 2
sebelumnya : (20)
D 1
21
 0.4 Vo  (Vo  Vi)u
X 2  X 1   dt
40 (18) rL C LC
(21)
C. Pemodelan rangkaian kontrol duty cycle X 3   X 1 dt
konverter
Cara paling sederhana untuk membuat sinyal (22)
PWMadalah dengan metode intersective. Metode Model subtitusi boost converter di bawah
intersective menggunakan sinyal gigi gergaji (saw CCM dari persamaan (7) menghasilkan kontrol
tooth) sebagai gelombang modulasi dan komparator. deskripsi variabel berikut,
Blok pembuat sinyal PWMdibangun untuk  x  V  V 
 1 ref o

menghasilkan sinyal PWMyang dibutuhkan  VO  (VO  Vi )u 
rangkaian boost converter. Keluaran dari blok PWM X boost   x2   dt 
 rL C LC 
adalah kondisi High dan Low yang memiliki proporsi
 x  V   V dt 
tertentu setiap periode. Variabel yang menunjukkan  3  ref o  (23)
lebar kondisi High dalam satu periode disebut duty
Selanjutnya, didapatkan state-space yang
cycle (D), oleh karena itu masukan pada blok
dibutuhkan untuk desain kontrol boost converter,
pembuat sinyal PWM yang dibangun adalah duty
cycle.   
 x1  0 1 0  x1 
   0 +
 x2     1
rL C 0 x 
 2
   1 0 0  x3 
 
 x3 
Gbr. 8 Blok Pembuat Sinyal PWM  
 0 
D. Perancangan Sliding Mode Control untuk  Vo  Vi _
menentukan nilai duty cycle boost converter  u
 LC 
 0 
(24)

Copyright © 2016, SITEKIN, ISSN 2407-0939 27


Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 14, No. 1, Desember 2016, pp.22 - 31
ISSN 1693-2390 print/ISSN 2407-0939 online

dimana ̅ = 1  u adalah logika terbalik dari u, Selanjutnya, desain PWM dalam terdapat dua
digunakan untuk pemodelan boost converter, dan u eq
langkah, pertama sinyal kontrol yang setara,
penyusunan kembali deskripsi dari state-space boost
converter dalam bentuk, yang merupakan fungsi kelancaran input u . Kedua,
 fungsi kontrol setara dipetakan ke fungsi duty cycle
X boost  Ax boost  Bu dari modulator PWM, untuk PWM berdasarkan
sliding mode boost converter hal tersebut dapat
Untuk sistem ini, adalah tepat untuk memiliki
dinyatakan sebagai,
hukum kontrol sliding mode umum yang
menggunakan fungsi switching seperti : S  J T AX  J T Bueq  0 (30)
1  ON , When S  0 Menghasilkan setara fungsi kontrol dari
u persamaan 29 pada persaman 25 dan 27,
0  OFF , When S  0 (25)

u
1
1  sgn( S )  (26)   1
u eq   J T B J T Ax 
L 
x 1 
1 
ic 
 3 LC
 Vo  Vi    2 rL C   2  Vo  Vi 
Vref  Vo 
2
Di mana S adalah seketika suatu variabel (31)
lintasan dan digambarkan sebagai Dimana, u eq kontinyu 0  u eq  1 . Saat
S  1 X 1   2 X 2   3 X 3  J T x (27)
u  1  u dan juga u eq 1  u eq , subtitusi dari
dengan, [ ]
dimana, dan adalah mewakili kontrol persamaan 31 ke dalam persaman memberikan,
 L   1 1 
disebut sebagai koefisien geser. Untuk memastika
0  u eq  1     ic 
 3 LC
Vref  Vo   1
operasi sliding mode dapat dinyatakan sebagai,    
 o i  2 L 
V V  r C  2  V o  V i  
lim S .S  0
S 0 persamaan dengan  Vo  Vi  memberikan,
S S 0 =
J Axboost  J Bus0 < 0
T T
 1  
0  u eq   L 1  ic  LC 3 Vref  Vo    Vo  Vi    Vo  Vi 
*

  2 rL C  2
S S 0 = J T Ax boost  J T Bu s0 > 0 (28) (32)
jadi, pemetaan fungsi kontrol setara persamaan
Permukaan geser dapat diperoleh dengan S = 0, 32 ketugas kontrol rasio d,dimana,
Kondisi untuk keberadaan operasi kontrol SM pada VC
0d  1
boost converter adalah sebagai berikut, Vramp
Kasus 1, subtitusi u S 0   u  0 , dari state- memberikan hubungan untuk membawa sinyal
space persamaan (24) dan persamaan (28) pada kontrol VC dan mempertahan sinyal Vramp untuk
persamaan (23) memberikan,
pelaksanaan dari PWM berdasarkan kontrol sliding
mode, dan persamaan kontrol yang diperlukan untuk
ic ic
 1  2   3 Vref  Vo   0 pelaksanaan boost converter beroperasi di CCM,
C rL C 2 dimana :
 1  
Kasus 2, subtitusi u S 0   u  1 , dan dari VC  U equ   L ( 1 )  ( )ic  LC ( 3 )(Vref  VO )   (VO  Vi )
state-space persamaan (24) dan persamaan (28) pada   2 rL C  2
persamaan (23) memberikan,
VC  kp1ic  kp2 (Vref  Vo )   (Vo  Vi ) (33)
ic ic  (Vo  Vi )
 1 2   3 Vref  Vo    2 0 1 1 3
C rL C 2
LC kp1  ( )( ) dan kp 2  LC ( )
2 rL C 2
Akhirnya, kombinasi dari kasus diatas
memberikan kondisi operasi keberadaan boost (34)
converter di CCM. dan Vramp  U n   Vo  Vi  (35)
Untuk implementasi praktis dari control
 1  
0  L 1  ic  LC 3 Vref  Vo    Vo  Vi  sliding mode berbasis PWM dapat ditunjukkan pada
  2 rL C  2
(29)
gambar berikut,

Journal homepage: http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/sitekin 28


Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 14, No. 1, Desember 2016, pp.22 - 31
ISSN 1693-2390 print/ISSN 2407-0939 online

Tabel 3. Hasil pengujian setelah pemasangan sistem MPPT


dengan variasi temperatur modul dan variasi radiasi
matahari

Iradiasi Temperatur Vout Iout Pout


(W/m2) (oC) (V) (A) (Watt)
355 26.6 40.41 3.87 152.74
406 26.8 40.78 4.28 174.53
415 27.3 40.79 4.31 175.80
425 27.6 40.86 4.42 180.60
410 27.9 40.79 4.35 177.43
402 27.9 40.78 4.32 176.16
405 27.4 40.78 4.32 176.16
Gambar 9. Diagram skematik sliding mode boost converter
406 27.2 40.80 4.30 175.44
412 27.1 40.74 4.34 176.81
Analisa dan Hasil 422 27.2 40.24 3.70 148.88
392 27.0 40.70 4.18 170.12
A. Pengujian Total Sistem 360 27.6 40.43 3.89 157.27
Pengujian secara keseluruhan pada sistem
yang dibuat dengan cara memberikan input berupa Dengan melihat hasil pengujian pada Tabel II,
panel surya dengan spesifikasi yang telah ditentukan pengaruh temperatur modul terhadap tegangan, arus
sebelumnya.Pengujian dilakukan dengan level dan daya yang dihasilkan oleh modul panel surya
irradiasi dan temperatur yang bervariasi, dari sangat kecil. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
irradiasi dan temperatur selama 12 jam perhari yang variasi temperatur modul, sedangakan pengaruh
akan selalu disinari matahari [20], dalam setiap iradiasi matahari terhadap tegangan, arus dan daya
bulannya di daerah kota Pekanbaru, data yang yang dihasilkan oleh modul panel surya sangat besar.
digunakan diambil dari suatu aplikasi retscreen 2013, Tegangan dan arus keluaran yang dihasilkan sangat
yaitu suatu aplikasi yang menyajikan data-data tidak konstan dan semakin rendah seiring dengan
mengenai cuaca yang ada di setiap negara dan kota menurunnya nilai iradiasi matahari sehingga
yang ada di Dunia. Pengujian pertama adalah berpengaruh kepada daya keluaran yang terus
simulasi panel surya sebelum pemasangan sitem menurun. Hal ini dapat dilihat dari beberapa variasi
MPPT dengan variasi iradiasi matahari dan iradiasi matahari yang diberikan.
temperatur, sedangkan pengujian selanjutnya adalah Nilai intensitas radiasi matahari dan
simulasi panel surya setelah pemasangan sistem temperatur kerja dari modul tidak selalu tetap karena
MPPT dengan variasi iradiasi matahari dan bergantung pada energi matahari yang diradiasikan.
temperatur. Perubahan intensitas radiasi matahari dan temperatur
Adapun hasil simulasi dari panel surya kerja akan mempengaruhi tegangan keluaran modul
sebelum dan sesudah pemasangan sistem MPPT panel surya menjadi tidak kontinyu. Namun, setelah
dengan variasi temperatur modul dan variasi iradiasi pemasangan sistem MPPT pada kondisi temperatur
matahari dapat dilihat pada Tabel III dan IV. dan iradiasi matahari yang bervariasi ataupun
berubah-ubah, sistem dapat mempertahankan
Tabel 2. Hasil pengujian sebelum pemasangan sistem keluaran tegangan dari modul panel surya pada
MPPT dengan variasi temperatur modul dan variasi radiasi range yang sesuai dengan perancangan dan sesuai
matahari
dengan tegangan keluaran yang diinginkan. Hasil
Iradiasi Temperatur Vout Iout Pout pengujian modul panel surya setelah pemasangan
(W/m2) (oC) (V) (A) (Watt) sistem MPPT dapat dilihat pada Tabel III
355 26.6 19.68 1.41 27.74 sebelumnya
406 26.8 19.86 1.61 31.97
415 27.3 19.90 1.66 33.03
425 27.6 19.93 1.71 34.08
410 27.9 19.88 1.66 33.00
402 27.9 19.86 1.63 32.37
405 27.4 19.86 1.63 32.37
406 27.2 19.87 1.62 32.18
412 27.1 19.89 1.69 33.61 .
Gambar 10. (a) dan (b) Grafik pengaruh iradiasi matahari
422 27.2 19.92 1.65 32.86
dan temperatur pada tegangan dan daya keluaran sebelum
392 27.0 19.82 1.56 30.91
dan sesudah pemasangan sistem MPPT
360 27.6 19.70 1.43 28.17

Copyright © 2016, SITEKIN, ISSN 2407-0939 29


Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 14, No. 1, Desember 2016, pp.22 - 31
ISSN 1693-2390 print/ISSN 2407-0939 online

Dari Gambar 18 (a) dan (b) terlihat bahwa Daftar Pustaka


pengaruh dari pemasangan sistem MPPT terhadap
iradiasi matahari dan temperatur yang berubah-ubah. [1] Kurnia M. Pebriningtyas, Ali Musyafa,
Tegangan dan daya keluaran dari modul panel surya Katherin Indriawati.(2013). “Penelusuran
sebelum pemasangan sistem MPPT tidak dapat Daya Maksimum Pada Panel Photovoltaic
mencapai dan mempertahankan nilai keluaran yang Menggunakan Kontrol Logika Fuzzy di Kota
diinginkan ketika kondisi iradiasi matahari dan Surabaya”.Institut Teknologi Sepuluh
temperatur berubah. Tapi setelah pemasangan sistem November. Surabaya. Vol. 2,No 1. ISSN
MPPT, tegangan dan daya keluaran dari modul panel 2337-3539.
surya dapat dicapai dan dipertahankan disekitar nilai [2] Nema, S., Nema, R.K., & Aghnihotri, G.
maksimum yang telah ditentukan. (2010). Matlab Simulink Based Study of
Secara keseluruhan, dari hasil pengujian yang Photovoltaic Cells Modules Array and Their
dilakukan sistem yang dirancang berjalan dengan Experimental Verification. International
baik. Selain itu terjadi kenaikan rata-rata nilai dari Journal of Energy and Environment. 1 (3),
tegangan keluaran sebesar 51.22 %, dari rata-rata 487-500.
sebesar 19.84 Volt sebelum pemasangan sistem [3] Fauzi, Noval. (2012). Desain dan
MPPT menjadi 40.67 Volt setelah pemasangan Implementasi Maximum Power Point Tracker
sistem MPPT. Hal ini juga terjadi pada daya (MPPT) Solar PV Berbasis Fuzzy Logic
keluaran dengan kenaikan sebesar 81.29 %, dari rata- Menggunakan Mikrokontroler AVR. Surabaya
rata sebesar 31.85 Watt sebelum pemasangan sistem : ITS.
MPPT menjadi 170.16 Watt setelah pemasangan [4] A. Merabet, M. A. Islam, R. Beguenane, H.
sistem MPPT. Ibrahim. (2014). Second-Order Sliding Mode
Control for Variable Speed Wind Turbine
Penutup Experiment System. Canada. ISSN 2172-038
X.
Berdasarkan analisa dan pembahasan yang [5] Fuady, A,(2012). Rancang bangun Maximum
telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka Power Point Tracker (MPPT) pada panel
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : surya dengan menggunakan metode Fuzzy.
1. Sistem MPPT dapat menjaga tegangan dan Institut Teknologi Sepuluh November.
daya keluaran dari modul panel surya Surabaya.
disekitar nilai maksimumnya saat kondisi [6] Siew-Chong Tan,Y. M. Lai, and Chi K.
iradiasi matahari dan temperatur yang Tse.(2006).”A Unified Approach to the
berubah-ubah. Design of PWM-Based Sliding-Mode Voltage
2. Terjadi kenaikan rata-rata nilai tegangan Controllers for Basic DC-DC Converters in
keluaran sebesar 51.22 % dari rata-rata Continuous Conduction Mode”. The authors
sebesar 19.84 Voltsebelum pemasangan are with the Department of Electronic and
sistem MPPT menjadi 40.67 Volt setelah Information Engineering, The Hong Kong
pemasangan sistem MPPT saat kondisi Polytechnic University. IEEE.
iradiasi matahari dan temperatur yang [7] Hegedeus, S. & Luque, A. (2003). Handbook
berubah-ubah. of Photovoltaic Science and Engineering.
3. Terjadi peningkatan juga pada daya West Sussex: John Wiley & Sons.
keluaran sebesar 81.29 %, dari rata-rata [8] Tito, B. (2012). Metode MPPT Baru untuk
sebesar 31.35 Watt sebelum pemasangan Sel Surya Berdasarkan Pengendali PI. Teknik
sitem MPPT menjadi 170.16 Watt setelah Elektro. Universitas Indonesia. Depok.
pemasangan sistem MPPT saat kondisi [9] Richard A. Cullen. (2000). “What is
iradiasi matahari dan temperatur yang Maximum Power Point Tracking (MPPT) and
berubah-ubah. How Does it Work”.Blue Sky Energy.
4. Pada kondisi iradiasi matahari dan [10] Kalmin, A. (2012). Simulasi dan Verifikasi
temperatur yang berubah-ubah, sistem Modul Surya Terhubung Dengan Boost
MPPT dapat mempertahankan tegangan Converter pada Jaringan Listrik Mikro Arus
keluaran dari modul panel surya disekitar Searah dengan menggunakan Matlab
nilai maksimum yang diinginkan yaitu Simulink. Teknik Elektro. Universitas
sebesar 40 Volt. Indonesia. Depok.
[11] Hart, D. W. (2011). Power Electronics.
AmerikaNew York: McGraw-Hill. ISBN 978-
0-07-338067-4.

Journal homepage: http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/sitekin 30


Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 14, No. 1, Desember 2016, pp.22 - 31
ISSN 1693-2390 print/ISSN 2407-0939 online

[12] Xiao, W., Dunford, W. G., Palmer, P. R., &


Capel, A. (2007). Regulation of Photovoltaic
Voltage. Industrial Electronics, IEEE
Transactions on , 54(3), 1365 – 1374.
[13] W. Ambar, C.I. Dedet, dan M. Arif. (2014).
Rancang Bangun Multilevel Boost Converter
(MLBC) Sebagai Suplai DC Bus pada
Inverter. Teknik Elektro. Institut Teknologi
Sepuluh November (ITS). Surabaya.
[14] V.R. Kolluru, K K Mahapatra, S.S. Sarode,
R.K. Patjoshi, and B. Subudhi. (2014).Design
and Implementation of an Optimized Sliding
Mode Controllerand Compared with a
Conventional MPPT Controller for a Solar
System. National Institute of Technology.
India. E-ISSN: 2224-2856.
[15] Slotine, J.J.E. and Weiping Li
(1991).”Applied Nonlinear Control".
Prentince-Hall International,Inc. United
States of America. ISBN 0-13-040049-1.
[16] Chandani Sharma, Anamika Jain. (2014). “
Solar Panel Mathematical Modeling Using
Simulink”.Electronics & Communication
Engg. Graphic Era University, Dehradun
Uttrakhand, India. ISSN : 2248-9622, Vol. 4,
Issue 5.
[17] J.A. Ramos-Hernanz, J.J. Campayo, J.
Larranaga, E. Zulueta, O. Barambones, J.
Motrico, U. Fernandez Gamiz, and I. Zamora.
(2012).” Two Photovoltaic Cell Simulation
Models IN Matlab/Simulink”. International
Organization of IOTPE.Spain. ISSN 2077-
3528.
[18] Ioan-Viorel Banu, and Marcel Istrate. (2012).
“ Modeling and Simulation of Photovoltaic
Arrays”. Gheorghe Asachi Technical
University of Iasi. Romania.
[19] Esram, T., & Chapman, P. L. (2007).
Comparison of Photovoltaic Array Maximum
Power Point TrackingTechniques. Energy
Conversion, IEEE Transactions on , 22(2),
439 - 449.
[20] P. Eko Yoga. (2013).”Peluang Pemanfaatan
Energi Surya didaerah terpencil”. Teknik
Elektro. Universitas Negri Semarang.
[21] RETScreen International (2013). “Clean
Energy Projects Analysis Software”. Canada.
Tersedia : www.retscreen.net[Diakses : 27
Agustus 2013]

Copyright © 2016, SITEKIN, ISSN 2407-0939 31

Anda mungkin juga menyukai