Anda di halaman 1dari 5

The 14th Industrial Electronics Seminar 2012 (IES 2012)

Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 24, 2012

Maximum Power Point Tracker (MPPT) untuk Panel Surya Statis


Dengan Metode Hill Climbing
Dwiky Alif Satria, Anizar Rizky, Novie Ayub Windarko, Suryono
Jurusan Teknik Elektronika - Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Email:dwikysatria@rocketmail.com, anizarical@gmail.com, ayub@eepis-its.edu, sur@eepis-its.edu

Abstrak
Besarnya insolasi matahari mempengaruhi
besarnya daya keluaran. Untuk mendapatkan daya
maksimum dari panel surya, tegangan output dari
panel surya diatur agar beroperasi pada titik daya
maksimum (maximum power point). Pada paper ini
metode Maximum Power Point Tracker (MPPT) yang
digunakan adalah Hill Climbing. Dengan metode
MPPT ini, duty-cycle pada konverter diubah pada
nilai yang tepat, sehingga tegangan keluaran dari
panel surya beroperasi pada titik daya maksimum.
Agar daya bisa tetap mengalir ke battery yang
tegangannya lebih rendah dari tegangan panel surya,
maka digunakan konverter Boost. Dengan sistem ini,
daya keluaran maksimum pada panel surya dapat
disalurkan pada beban atau baterai sehingga dapat
meningkatkan efisiensi kerja dari sistem panel surya.
Hasil eksperimen disertakan untuk menunjukkan
efektifitas metode MPPT yang digunakan. Dengan
MPPT, daya yang diserap bisa dinaikkan sampai
78%, tergantung pada impedansi beban.

yang digunakan diantaranya MPPT dinamis [1] dan


statis [2,3]. Metode MPPT dinamis menggunakan
motor listrik untuk mengarahkan panel surya ke
matahari. Metode ini memiliki kelemahan
diantaranya penggunaan motor listrik membutuhkan
daya tambahan, perlunya perawatan pada motor
listrik, biaya untuk motor listrik yang dipasang pada
masing-masing panel. Pada metode MPPT statis
hanya menggunakan konverter daya sehingga system
menjadi lebih sederhana. Namun daya yang
dibangkitkan tidak sebesar MPPT dinamis. Secara
umum MPPT statis lebih unggul dari sisi biaya dan
pemeliharaan.
MPPT statis telah dikembangkan dengan
berbagai metode. Metode-metode tersebut ada yang
dikembangkan berdasarkan kecerdasan buatan seperti
Fuzzy [4], Neural Network dll. Namun metode ini
memerlukan pemrograman atau pemodelan yang
rumit sehingga sulit untuk diterapkan pada kontroler
sederhana seperti mikrokontroller [5].

Kata kunci: panel surya, konverter Boost, duty-cycle,


ripple
1. Pendahuluan
Sel surya menjadi sumber sistem terbarukan
yang paling penting yang menawarkan banyak
keuntungan seperti tanpa memerlukan bahan bakar
minyak, tidak menghasilkan
polusi,
biaya
perawatan rendah dan tidak menghasilkan noise.
Penerapan sel surya pada sistem otomatis adalah
seperti pada penerangan jalan , pompa air,
kendaraan listrik, ruang angkasa dan militer. Pada
penerapan jaringan listrik seperti power plants dan
sistem hybrid.
Sel surya mempunyai prospek tinggi untuk
digunakan di daerah tropis, dimana insolasi matahari
tidak berfluktuasi terlalu tinggi di sepanjang tahun
dan bersinarr sekitar 12 jam sehari. Lebih jauh,
penggunaan sel surya untuk pembangkit listrik di
daerah terisolir mempunyai potensi yang besar.
Beberapa daerah terisolir di Indonesia dapat
menikmati listrik dengan pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Untuk menaikkan efektifitas konversi energi,
beberapa metode digunakan pada sel surya. Metode

Gambar 1 Rangkaian pengganti sel surya


Memperhatikan semua permasalahan tersebut,
maka pada paper ini dijelaskan perancangan dan
pembuatan Maximum Power Point Tracker (MPPT)
statis yang sederhana agar dapat diterapkan pada
mikrokontroller. Untuk itu, MPPT menggunakan
Algoritma
penjejak berdasarkan metode Hill
Climbing. Algoritma ini akan mencari nilai P/V
agar bernilai nol sebagai pertanda puncak suatu
kurva. Konverter Boost digunakan untuk membantu
pengoperasian algoritma agar daya yang dihasilkan
bisa diserap beban.

ISBN: 978-602-9494-28-0

289

High-Voltage Systems, Power Systems & Power Quality, Power Electronic, Electric Drives, Technology and Applications

2. Panel surya
Model
matematik
dikembangkan
untuk
menirukan sel surya. Gambar 1 menunjukkan
rangkaian pengganti sel surya, dimana I dan V
adalah arus dan tegangan sel surya, kemudian, IL
adalah cells photocurrent. Rsh dan Rs adalah tahanan
shunt dan tahanan seri dari sel surya.
Persamaan dari rangkaian pengganti di atas
adalah :

Dimana :
IO = arus saturasi reverse (Ampere)
n = faktor ideal dioda (bernilai 1 untuk dioda ideal)
q = pengisian electron (1.60210-19 C)
K = konstanta Boltzman (1.3806.10-23 J.K-1)
T = temperature sel surya (oK)
Pada gambar 2 menunjukkan karakteristik PV
pada sel surya bergantung pada nilai insolasi.
Semakin tinggi insolasi maka semakin tinggi daya
yang dihasilkan. Pada gambar 3 menunjukkan bahwa
karakteristik keluaran sel surya dipengaruhi oleh
temperature
pengoperasian.
Semakin
tinggi
temperature operasi sel surya maka daya yang
dihasilkan
akan
semakin
rendah.
Dengan
pengetahuan dasar karakteristik sel surya ini, maka
dapat diketahui bahwa sel surya mempunyai nilai
pengoperasian daya maksimum atau maximum power
point. Titik pengoperasian inialh yang akan dicari
dengan algoritma MPPT agar sel surya dapat
menghasilkan daya maksimum.
3. Algoritma Hill Climbing
Seperti diketahui bahwa karakteristik daya
keluaran sel surya dipengaruhi oleh radiasi sinar
matahari dan temperatur permukaan sel surya,
diperlukan sebuah algoritma untuk mencari titik daya
maksimum (MPP) dan menjaga pada titik kerja
tersebut. Terdapat beberapa cara untuk menjejak titik
daya maksimum tersebut seperti Perturb and
Observe, Incremental
Conductance,
Dynamic
Approach, Temperature
Methods dll.
Pada
pembahasan kali ini dipilih algoritma hill climbing
sebagai
algoritma
kontrol
MPPT
karena
komputasi yang mudah dan cepat. yang mengacu
pada karakteristik V-P dari sel surya. Seperti pada
Gambar 1, terdapat 3 jenis titik yang berada pada
3 posisi. Di sebelah kiri puncak P/V >0,
dipuncak kurva P/V=0 dan di sebelah kanan
puncak P/V<0.
Maximum Power Point Tracker (MPPT) adalah
suatu metode untuk mencari maximum power point
(mpp) dari kurva karakteristik daya tegangan panel
surya agar dapat mengambil nilai duty cycle nominal,
sehingga konverter dapat menyalurkan daya
maksimal dari panel surya ke beban.Algoritma Hill
Climbing merupakan salah

Gambar 2. Karakteristik P-V untuk level insolasi


yang berbeda.

Gambar 4. Karakteristik I-V pada temperatur


permukaan sel surya yang berbeda
satu metode MPPT yang sangat murah dan mudah
diimplementasikan.
Perancangan
MPPT
ini
membutuhkan dua parameter untuk menentukan
slope yaitu tegangan input konverter (Vin) dan arus
input konverter (Iin).

Dari dua parameter ini didapatkan Daya (Pin),


dan tegangan (Vin), maka dibandingkan dengan
parameter pembacaan data yang sebelumnya yaitu
Pin(n-1) dan Vin(n-1). Hasil perbandingan itu
didapatkan P
dan V. Persamaan matematisnya adalah:

Hasil pembagian P dan V nantinya dinamakan


slop, yang dirumuskan dengan:
Slope =
Gambar 5 memperlihatkan kurva panel P-V yang
mempresentasikan dasar dari metode algoritma hill
climbing. MPP menunjukkan daerah dengan sinyal
nol, yang menunjukkan nilai maksimum yang baru
dan sebaliknya, jika nilai sinyal (slope) negatif, maka
tegangan panel surya akan turun. Gambar 6
menunjukkan algoritma MPPT sesuai dengan prinsip
ini. Arah slope ditentukan dengan perabandingan P
dan V. Dengan karakteristik dari konverter boost

290

High-Voltage Systems, Power Systems & Power Quality, Power Electronic, Electric Drives, Technology and Applications

didapatkan ketetapan arah dari duty cycle. Bila hasil


perbandingan (slope) itu jika menghasilkan nilai
positif maka nilai tegangan ditambah dan bila
menghasilkan nilai negatif maka nilai nilai tegangan
dikurangi. Pada nilai tegangan apabila duty cycle
dikurangi maka tegangan akan bertambah dan apabila
duty cycle dikurangi maka tegangan akan berkurang.
Dengan menentukan slope maka didapatkan referensi
duty cycle yang baru.
6. Hasil Simulasi dengan PSIM
Gambar 7 dan 8 menunjukkan simulasi system
tanpa menggunakan algoritma MPPT. Pada gambar 7
panel surya dibebani dengan resistor. Daya yang
diserap pada rangkaian ini dapat dilihat pada gambar
8. Pada gambar 8 nampak bahwa daya yang serap
resistor dibawah daya maksimum yang bisa diserap.
Pada gambar 9 dan 10 menunjukkan sistem yang
digunakan untuk menguji algoritma MPPT.
Algoritma yang digunakan pada kontroler sesuai
dengan gambar 6. Gambar 9 menunjukkan rangkaian
konverter boost [6] yang dikontrol oleh algoritma
MPPT agar daya yang diserap beban bisa mendekati
daya maksimum yang dihasilkan panel surya. Dari
gambar 8, nampak bahwa system dengan algoritma
MPPT dapat mengikuti daya maksimum yang
dihasilkan panel surya. Pada saat terjadi perubahan
level iluminasi dari level 450 W/m2 menjadi 600
W/m2 daya keluaran panel dapat mengikuti daya
maksimal yang dapat dihasilkan oleh panel surya.
Hasil pengujian dalam simulasi ini menunjukkan
algoritma bisa mengkondisikan system agar
senantiasa menghasikan daya maksimum sesuai
dengan yang dihasilkan panel surya.

Gambar 6 Flowchart dari metode Hill Climbing

Gambar 7 Simulasi rangkaian sistem tanpa MPPT


DAYA_M AX_PANEL

V1

30

25

20

15

10

0.5

1
T im e (s)

1.5

Gambar 8 Hasil simulasi sistem tanpa MPPT

Gambar 5. Posisi P/V yang berbeda pada kurva


daya panel surya

Gambar 9 Simulasi rangkaian sistem MPPT

291

High-Voltage Systems, Power Systems & Power Quality, Power Electronic, Electric Drives, Technology and Applications

DAYA_MAX_PANEL

DAYA_MPPT

35

30

25

20

15

10

0.5

1
T ime (s)

1.5

Gambar 10. Hasil simulasi sistem MPPT.


7. Hasil Eksperimen
Untuk mengetahui karakteristik sel surya,
terutama daya maksimum yang bisa dihasilkan panel
surya maka dilakukan pengujian pengoperasian pada
jam berbeda untuk mewakili perubahan insolasi
matahari. Pengujian dilakukan dengan memberikan
beban resistor variable pada panel surya. Dengan
merubah besaran resistor maka akan diperoleh titik
pengoperasian yang berbeda. Pada gambar 11
menunjukkan pengujian sel surya pada pukul 11.00
WIB dan 13.00 WIB. Setiap gambar hasil pengujian
didapatkan dari pengujian lima titik pengoperasian.
Pengujian dilakukan pada titik pengoperasian hubung
singkat dan hubungan terbuka. Titik yang lain dilih
secara acak. Berdasarkan data uji pengoperasian ini
bisa diketahui daya maksimum yang bisa dihasilkan.
Dari data eksperimen Nampak perbedaan daya
maksimum yang dihasilkan sel surya sesuai besarnya
insolasi matahari yang berubah terhadap waktu. Data
panel surya ditampilkan pada table 1.

konverter yang berfungsi untuk menaikan tegangan


masuk dari sel surya. Rangkaian eksperimen dapat
dilihat pada gambar 13. Tegangan keluaran sel surya
dapat diatur dengan mengatur duty cycle konverter
boost dari mikrokontroler . Dengan mengatur duty
cycle maka panel surya dipaksa untuk menyalurkan
daya maksimum yang bisa dihasilkan sesuai dengan
insolasi matahari yang diterima. Mikrokontroler akan
mencari titik daya maksimum dengan mengatur duty
cycle setiap satu detik.
Data hasil pengujian sensor sistem MPPT dan
sistem tanpa menggunakan MPPT dapat dilihat pada
gambar14. Pada gambar tersebut nampak bahwa
algoritma MPPT dapat menghasilkan daya yang lebih
besar dibandingkan dengan tanpa MPPT. Pada
gambar tersebut menunjukkan dengan menggunakan
algoritma MPPT dapat menaikkan daya sampai 78%.
Eksperimen lebih lanjut ditunjukkan pada gambar 15.
Pada gambar 15 ditunjukkan bahwa kenaikan daya
yang dihasilkan algoritma MPPT tidak sebesar pada
gambar 14. Dari eksperimen ini dapat disimpulkan
bahwa besarnya kenaikan daya yang bisa dihasilkan
oleh algoritma MPPT juga dipengaruhi oleh
impedansi beban.
8. Ringkasan
Pada paper ini dijelaskan metode MPPT dengan
metode Hill Climbing untuk meningkatkan daya
keluaran dari sel surya. Sistem yang digunakan terdiri
dari
sel
surya,
konverter
boost,
dan
mikrokontroler.Kenaikan daya yang mampu dicapai
pada beban resistor adalah 78%. Peningkatan daya
yang bisa dihasilkan bergantung pada impedansi
beban.

Gambar 11.Grafik P-V pukul 11.00


Gambar 13 Rangkaian keseluruhan sistem MPPT
Table 1. Parameter panel surya
Maximum Power (PM)
50 W
Open Circuit Voltage
21.6 V
Short Circuit Current (Isc)
3.04 A
Maksimum Power Voltage
17.6 V
(Vmp)
Maksimum Power Current
2.84 A
(Imp)

Metode ini diharapkan dapat membantu


meningkatkan daya keluaran solar sel yang sudah
terpasang. Peningkatan daya dengan algoritma ini
akan menurunkan harga energi per rupiah sehingga
sel surya semakin mendekati pada harga yang
bersaing dengan sumber energi lainnya. Lebih jauh,
penggunaan solar sel untuk daerah terisolir akan
semakin layak.

Sistem yang digunakan untuk menguji algoritma


MPPT terdiri dari konverter Boost, mikrokontroler
dan beban resistor. Konverter Boost adalah DC-DC

292

High-Voltage Systems, Power Systems & Power Quality, Power Electronic, Electric Drives, Technology and Applications

Gambar 14.Pengujian MPPT dengan resistansi 36,9


Ohm

Gambar 15.Pengujian MPPT dengan resistansi 23


Ohm
Daftar Pustaka
[1] Hendra Laksono, Indhana Sudiharto, Abdul
Nasir. Sistem Tracker pada Pembangkit Listrik
Tenaga Surya untuk Emergency Rumah
Tangga. Jurnal Elektro PENS, Vol.1, No.1,
2012.
[2] Rusminto Tjatur Widodo, Rugianto, Asmuniv
dan Purnomo Sejati. Maximum Power Point
Tracker Sel Surya Menggunakan Algoritma
Perturb and Observe. PENS-ITS.
[3] Dianggoro Darmawan. Perancangan Maximum
Power Point Tracker (MPPT) Untuk Panel
Surya Menggunakan Konverter Cuk Dengan
Metode Hill Climbing. Jurusan Teknik ElektroFTI, ITS.
[4] Diah Septi Yanaratri. Pengaturan Switching
Boost Konverter Menggunakan Logika Fuzzy
pada Sistem Solar Cell Sebagai Tenaga
Alternatif. Elektro Industri PENS ITS.
[5] Pitvande Yanuar Hidayat. Rancang Bangun
Suatu Sistem Pemanfaatan Sumber Energi
Tenaga Surya Sebagai Pendukung Sumber PLN
untuk
Rumah
Tangga
Berbasis
Mikrokontroller. Elektro Industri PENS ITS
[6] https://purnomosejati.wordpress.com/2011/08/
25/cara-merancang-boost-konverter/
Diakses pada tanggal 26 Januari 2012 pukul
22.36

293

Anda mungkin juga menyukai