1 (page: 38-46)
e-ISSN: 2579-4698 Mei 2021
1
Muhammad Dliaul Haq, 2Evi Nafiatus Sholikhah, 3Novie Ayub Windarko,&
4
Diah Septi Yanaratri
1234
Teknik Elektro Industri*, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Kampus ITS, Jl. Raya ITS,
Keputih, Kec. Sukolilo, Kota Surabaya, Jawa Timur 60111
* Email : muhammaddliaulhaq@pe.student.pens.ac.id
Abstrak Panel surya menjadi salah satu energi bersih yang menjanjikan namun kinerja
panel surya bergantung pada tingkat iradiasi matahari dan kondisi suhu. Sebuah kondisi
dimana panel surya menerima iridiasi yang berbeda yang dinamakan partial shading.
Partial shading menyebabkan penurunan efisiensi daya keluaran PV dan dapat
menimbulkan kerusakan pada PV. Untuk mencegah kerusakan terdapat dioda bypass
namun adanya dioda bypass menyebabkan kurva karakterisistik daya-tegangan memiliki
puncak lebih dari satu. Puncak daya yang lebih rendah dinamakan Local Maximum Power
Point (LMPP) dan puncak daya yang lebih tinggi dinamakan Global Maximum Power
Point (GMPP). Untuk mendapatkan daya maksimum digunakan metode Maximum Power
Point Tracking (MPPT). Penggunaan algoritma yang konvensional pada MPPT kurang
mampu melacak GMPP dan sering terjebak pada LMPP pada kondisi partial shading
sehingga penggunaan algoritma Differential Evolution (DE) ditujukan untuk menghindari
terjebak pada puncak daya yang lebih rendah dan lebih optimal dalam mendapatkan
puncak daya maksimum. Sistem panel surya yang digunakan berupa 2 panel surya dengan
100 Wp yang mana disambungkan secara seri sebagai modul surya dan sebuah buck
converter. MPPT DE diuji dengan beberapa pola partial shading dengan menggunakan
software PSIM dan dibandingkan dengan algoritma Human Psychology Optimization
(HPO). Hasil menunjukkan MPPT DE mampu melacak puncak daya maksimum pada
kondisi partial shading dengan menghasilkan osilasi daya yang sedikit dan mampu
melacak ketika iradiasi matahari rendah. Algoritma yang diusulkan memiliki rata – rata
akurasi pelacakan sebesar 98.55% dan rata – rata waktu pelacakan sebesar 0.10 detik.
Sehingga penerapan algortima DE pada MPPT menjadi salah satu pilihan yang
menjanjikan untuk memaksimalkan daya keluaran panel surya pada kondisi normal
maupun partial shading yang berguna menimalisir daya yang terbuang sia – sia.
Abstract Solar Panel has become one of the promising clean energy resource beside the
solar panel work that relies on iradiation level and sun temperature's condition. A
condition in where solar panel received diverse iradiation which gives partial shading.
The partial shading is resulting in the low PV power output efficiency and tend to
damage the PV. In order to prevent the damage, the bypass diode is installed, but the
presence of bypass diode is resulting in the appearance of multiple peaks of Power-
Voltage Characteristic curve. The Lower power peaks called Local Maximum Power
Point (LMPP) while the higher peaks called Global Maximum Power Point (GMPP). In
order to get the maximum power, the Maximum Power Point Tracking (MPPT) method is
used. The convensional algoritm using of MPPT was barely able to tracked GMPP and
stucked in LMPP during partial shading condition which make the using of Differential
38
M. D. Haq, E. N. Sholikhah, N. A. Windarko, D.S. Yanaratri
Evolution (DE) algorithm is aimed for avoiding trapped within the lower power point and
more optimized in getting maximum power point. The solar panel system used is
consisting of 2 solar panels with 100 Wp in which serial connected as a solar module and
buck converter. MPPT DE tested with several patern of partial shading using PSIM
software and compared with Human Psychology Optimization (HPO) algorithm. The
result shows MPPT DE is able to tracked maximum power point in partial shading
condition with producing less power oscillation and able to tracked during low sun
irradiation. The algorithm is having the average accuracy of 98.55% and average time of
0.10 second. That the appliance of DE algorithm to the MPPT became one of the
promising option to maximize solar panel power output during normal condition or
partial shading that is useful in minimizing wasted power.
Hak Cipta © 2021 Pusat Penerbitan Ilmiah UM Pontianak - Hak cipta dilindungi
undang-undang.
Submitted: April 29th ,2021. Revised : Mei 23rd ,2021. Accepted: Juni 19th 2021.
I. Pendahuluan
Pemakaian sumber energi konvensional yang metode ini diklasifikasikan metode konvensional yang
berlebihan menyebabkan semakin menipisnya sumber hanya bisa melacak maximum power point (MPP) pada
energi konvensional dan pencemaran terhadap perubahan iridiasi matahari normal, dimana puncak daya
lingkungan karena itu kebutuhan akan energi bersih maksimal yang terjadi pada kurva tegangan-daya (P-V)
semakin meningkat. Salah satu energi bersih yang hanya satu puncak [8]. Jika beberapa modul panel surya
menjanjikan adalah panel surya [1]. Keuntungan panel dalam kondisi partial shading dimana modul panel surya
surya adalah penggunaan energi matahari yang tersedia menerima iridiasi matahari yang berbeda – beda akan
hampir setiap saat, bebas emisi, dan kontinuitas listrik menyebabkan kurva P-V yang memiliki puncak lebih
terjamin. Namun panel surya memiliki kelemahan dari satu global maximum power point (GMPP) dan local
diantaranya karakteristik listrik panel surya yang non- maximum power point (LMPP). Algoritma yang
linear karena keluaran panel surya dipengaruhi oleh disebutkan diatas memiliki presentase kegagalan yang
iradiasi matahari dan temperatur dan efisiensi yang relatif besar untuk melacak GMPP yang mana sering terjebak
rendah sebesar 20% [2]. Keluaran panel surya terdapat pada LMPP [9]. Algoritma differential evolution (DE)
Maximum Power Point (MPP) yang mana menghasilkan digunakan pada metode MPPT karena lebih sederhana
listrik dengan efesiensi tertinggi untuk melacak titik dan mudah diterapkan. Keunggulan DE adalah mampu
tersebut diperlukan metode pelacakan berupa Maximum mencari GMPP secara efektif dalam kondisi partial
Power Point Tracking (MPPT) [3]. MPPT merupakan shading dan perubahan cepat insolasi matahari.
metode yang memiliki fungsi meningkatkan efisiensi Keberhasilan DE dalam mencari GMPP dengan cara
daya keluaran PV sehingga bisa mengatur energi menghasilkan trial vector. [10]. Setiap algoritma
keluaran pada daya maksimal [4]. Aspek yang perlu memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan dalam
diperhatikan adalah penggunaan algoritma, dalam mendapatkan daya maksimal. Pada penelitian ini
beberapa tahun terakhir banyak literatur yang telah memiliki fokusan pada metode MPPT dengan
mengembangkan berbagai algoritma pada MPPT, menggunakan algoritma DE.
termasuk penggunaan algoritma hill climbing pada
MPPT untuk mencari MPP pada PV arrays dengan
II. Literatur Pendukung
perubahan iradiasi dan temperatur [5], penggunaan
incremental conductance dan pengembangan algoritma Pada penelitian ini terdapat beberapa literatur
tersebut berupa variable step size incremental pendukung yang ditampilkan untuk mendukung hasil
conductance dalam mencari MPP dengan metode MPPT pengujian yang mana literatur tersebut memiliki
[6], dan Algoritma perturb and observe digunakan pada kesesuaian dengan penelitian. Literatur yang dipakai
MPPT untuk mencari MPP pada PV Arrays lalu pada penelitian ini diantaranya seperti modul surya,
dibandingkan dengan algoritma modified particle swarm kondisi partial shading, buck converter, maximum power
optimization dan flower pollination algorithm [7]. Semua point tracking, dan algoritma differential evolution.
39
M. D. Haq, E. N. Sholikhah, N. A. Windarko, D.S. Yanaratri
(2)
41
M. D. Haq, E. N. Sholikhah, N. A. Windarko, D.S. Yanaratri
Mutasi
Crossover
Seleksi
Populasi Baru
Gen>Genmax?
Solusi terbaik
Berhenti
42
M. D. Haq, E. N. Sholikhah, N. A. Windarko, D.S. Yanaratri
Panel surya yang digunakan dari produk ICA Solar D= = = 0.8 (12)
sebanyak 2 buah photovoltaic dihubungkan secara seri
untuk membentuk array photovoltaic. Panel ini berisi 36
sel polycrystalline yang mana satu panel surya dapat Nilai Induktor
menghasilkan jumlah daya sebesar 100 Wp. Panel surya
yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 9 dengan ∆I𝐿 = 𝑟I𝐿 x I𝐿(𝑎𝑣𝑔) = 0.3 x 2,1 = 0.63 A (13)
spesifikasi modul yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 1 [15] :
L = x (Vo + Vdioda) x [ ] x [ ]
= x (28,16 + 1,5 ) x [ ] x [ ]
= 562.35 μH (14)
Nilai Kapasitor Output
Co =
=
= 27 μF (16)
Gambar 9: Panel Surya dari ICA Solar
Buck converter yang digunakan pada sistem dengan
perhitungan yang telah dilakukan berupa komponen
Tabel 1: Spesifikasi Panel Surya
induktor sebesar 562.35μH dan kapasitor sebesar 27μF.
Merk ICA Solar
Teknologi polycrystalline
Daya maksimum (Pmp) 100 W
IV. Hasil dan Pembahasan
Tegangan saat Mpp (Vmp) 17.6 V Perancangan sistem ini divalidasi dengan
Arus saat Mpp (Imp) 5.69 A menggunakan software PSIM untuk menguji kinerja
Tegangan Open-Circuit (Voc) 22.6 V algoritma yang diusulkan terhadap kondisi partial
Arus Short-Circuit (Isc) 6.09 A shading. Iradiasi matahari yang digunakan pada masing-
Tegangan sistem maksimum 1000 V masing panel surya diatur sebanyak 3 pola dengan
Fuse maksimum 11 A menggunakan 2 panel surya yang dihubungkan seri. Pola
Kondisi standar iridiasi 1000 W/m2 pertama diberikan iradiasi sebesar 1000 W/m2 pada panel
Kondisi standar suhu 25oC surya 1 dan panel surya 2 diberikan iradiasi sebesar 650
W/m2, kemudian untuk pola kedua diberikan iradiasi
III.3. Perancangan Buck Converter matahari pada panel surya 1 sebesar 950 W/m2 dan panel
surya 2 diberikan iradiasi panel surya sebesar 550 W/m2,
Berdasarkan data parameter pada Tabel I nilai dari dan pola terakhir iradiasi matahari yang diberikan pada
setiap komponen converter dapat dihitung terutama panel surya 1 sebesar 350 W/m2 dan panel surya 2 sebear
komponen penting pada buck converter seperti nilai 750 W/m2. Pemberian iradiasi matahari pada modul
induktor (L) dan kapasitor (C). Tegangan output dari surya ditunjukkan pada Tabel 2 :
buck converter digunakan sebesar 28.16 V. Nilai
Tabel 2: Perubahan Iradiasi Panel Surya
tegangan output ini dapat dimasukkan pada perhitungan
duty cycle yang digunakan untuk proses switching
dengan perhitungan dibawah ini : Panel Iridiasi Matahari (W/m2)
Surya
Pola 1 Pola 2 Pola 3
Vin = 35.2 V
Vdioda = 1.5 V 1 1000 950 350
Vo = 28.16 V
Io = I𝐿(𝑎𝑣𝑔) = 2.13 A 2 650 550 750
Ripple Δ𝑉𝑜 = 0,1 %
Ripple IL = 30%
Frekuensi switching = 40kHz
43
M. D. Haq, E. N. Sholikhah, N. A. Windarko, D.S. Yanaratri
Power (Watt)
GMPP sebesar 120.87 Watt. Dan terakhir pada pola 3
didapatkan nilai GMPP sebesar 75.73 Watt. Simulasi
yang dijalankan menggunakan algoritma differential
evolution (DE) yang diusulkan dan dibandingkan dengan
algoritma human psychology optimization (HPO),
dimana perbandingan dibuat dengan tujuan mengevaluasi
akurasi dan kecepatan pelacakan pada metode MPPT.
Nilai pelacakan daya maksimal setiap pola dengan
menggunakan algoritma DE dan HPO dapat dilihat pada
Time (second)
Tabel 3 :
Tabel 3: Hasil Tracking Daya Menggunakan DE dan HPO Gambar 11: Tracking daya maksimum dengan DE pola 2
Time (second)
Time (second)
44
M. D. Haq, E. N. Sholikhah, N. A. Windarko, D.S. Yanaratri
Kemudian algoritma HPO pada pola kedua dapat Pada Tabel 4 algoritma differential evolution yang
melacak GMPP dengan nilai sebesar 109.37 Watt, yang diusulkan memiliki akurasi yang tinggi untuk melacak
mana grafik pelacakan dapat dilihat pada Gambar 14. GMPP pada modul surya yang terkena partial shading
dengan rata – rata akurasi sebesar 98.55% dengan waktu
rata – rata sebesar 0.10 detik. Sedangkan untuk algoritma
HPO untuk melacak GMPP pada kondisi partial shading
didapatkan akurasi rata – rata sebesar 96.97% dengan
waktu rata – rata sebesar 0.12 detik. Algoritma DE
Power (Watt)
Time (second)
V. Kesimpulan
Gambar 14: Tracking daya maksimum dengan HPO pola 2
Metode MPPT dengan penggunaan algoritma
Yang terakhir algoritma HPO untuk pola terahir dapat differential evolution (DE) dapat melacak global
melacak nilai GMPP sebesar 77.89 Watt, yang mana maximum power point (GMPP) pada saat modul surya
grafik pelacakan ditunjukkan pada Gambar 15. mengalami kondisi partial shading dengan baik yang
mana memiliki rata-rata akurasi tracking sebesar 98.55%
dan rata-rata waktu trackingnya sebesar 0.10 detik.
Selain itu penggunaan algoritma differential evolution
(DE) juga menghasilkan osilasi daya yang rendah dan
pelacakan daya maksimum yang akurat ketika adanya
Power (Watt)
45
M. D. Haq, E. N. Sholikhah, N. A. Windarko, D.S. Yanaratri
Informasi penulis
Pertama A. Muhammad Dliaul Haq lahir di Sidoarjo
pada tanggal 13 September 2000. Sedang menjalani studi
di Diploma 4 Teknik Elektro Industri di Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya pada tahun 2017 – hingga
sekarang.
Penulis Kedua Evi Nafiatus Sholikhah sedang menjalani
studi di Magister Terapan Teknik Elektro di Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya
Penulis Ketiga Novie Ayub Windarko lahir di Surabaya
pada tanggal 14 November 1975. Pekerjaan sebagai
dosen di perguruan tinggi Politeknik Elektronika Negeri
Surabaya. Memiliki gelar S.T.,M.T., Ph.D.
Penulis Keempat Diah Septi Yanaratri memiliki
pekerjaan sebagai dosen di perguruan tinggi Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya. Memiliki gelar S.T.,M.T.
46