Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS MAXIMUM POWER POINT TRACKING (MPPT) PADA

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN MENGGUNAKAN


METODE PERTUBE AND OBSERVE

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
Aldianto Wahyu Ramadhan
NIM 141910201019

PROGRAM STUDI STRATA 1 TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2018
1

1. Latar Belakang
Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang semakin tinggi
mengakibatkan adanya beberapa masalah pokok yang dialami oleh Indonesia
seperti masalah energi, terutama energi listrik. Menurut BPPT Outlook Energi
Indonesia (2016:69) Projection of Electricity Demand by Sector terus mengalami
peningkatan. Konsumsi listrik Indonesia tahun 2014 mencapai 199 TWh. Konsumsi
listrik tersebut masih dominan untuk keperluan konsumtif dengan konsumsi listrik
sektor rumah tangga mencapai 42% terhadap total konsumsi listrik, disusul sektor
industri sebesar 33%, diikuti oleh sektor komersial sebesar 24%, dan sektor
transportasi sebesar 0,1%. Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk yang
sangat signifikan maka kebutuhan akan energi listrik juga akan meningkat,
akibatnya beban listrik akan meningkat juga.
Salah satu cara untuk mengatasi permasalah kebutuhan energi listrik diatas
adalah dengan pemanfaatan energi terbarukan yaitu energi angin atau bayu. Hal
tersebut dikarenakan potensi angin yang cukup besar untuk dapat digunakan
sebagai sumber energi listrik dengan menggerakkan sudu pada kincir angin. Energi
angin juga sangat mudah diperoleh secara bebas, apalagi bentuk dataran Indonesia
yang sangat cocok untuk mengembangkan energi listrik dari PLT Angin. Menurut
Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025, potensi angin cukup besar
dengan sumber daya mencapai 9,29 GW, sedangkan kapasitas yang terpasang
hingga saat ini hanya sebesar 0,50 GW. Selain itu, PLT Angin yang ada saat ini
masih belum menggunakan sistem optimasi untuk menghasilkan energi listrik dari
gerakan blade yang lebih besar. Indikator keterbatasan pengembangan teknologi
turbin angin di Indonesia dapat dilihat pada penggunaan turbin angin yang bersifat
konvensional, yang berarti tanpa adanya mode kontrol.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, beberapa penelitian sudah dan telah
dilakukan. Secara umum, berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, untuk
mengoptimalkan daya keluaran dari turbin angin, sistem pembangkit listrik tenaga
angin perlu dilengkapi dengan MPPT. Dalam penelitian ini, digunakan teknologi
MPPT untuk mengoptimalkan daya keluaran pembangkit listrik tenaga angin
dengan cara mencari daya listrik maksimum pada laju angin yang telah ditentukan.
2

Terdapat bermacam-macam metode yang dapat digunakan untuk


mendapatkan titik operasi maksimum dari sistem turbin angin, diantaranya adalah
perturb and observe, kendali tip speed ratio (TSR), kendali power signal feedback
(PSF), hill climbing search (HCS), gradient approximation, dan sebagainya.
Dengan algoritma MPPT tersebut dapat digunakan untuk menelusuri daya
maksimal yang dapat dihasilkan pembangkit listrik (Kukuh, 2016). Algoritma
MPPT ini diimplementasikan pada suatu rangkaian DC-DC converter yang
berfungsi sebagai rangkaian pengendali titik kerja wind turbine. Ada beberapa jenis
rangkaian DC-DC converter, seperti Boost Converter, Buck Converter dan Buck-
Boost Converter. Tiap Jenis converter memiliki fungsi dan karakteristik masing-
masing. Pemilihan konverter DC-DC sangat penting untuk dapat mengoptimalkan
daya keluaran dari sistem pembangkit listrik tenaga angin. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Muhammad Firad dan Sabar Nababan pada tahun 2007 mengenai
evaluasi topologi konverter DC-DC untuk memperbaiki kinerja pembangkit listrik
tenaga angin pengisian baterai, bahwa buck-boost converter memiliki tegangan
yang lebih stabil dibanding tegangan dari buck converter dan boost converter, serta
buck-boost converter memiliki harmonik ysng lebih sedikit ketika tegangan steady
state dibanding tegangan dari buck converter dan boost converter.
Oleh karena itu dalam penelitian ini akan digunakan metode Perturb and
Observe yang diimplementasikan pada rangkaian buck-boost converter untuk
mengoptimalkan daya keluaran yang mampu dihasilkan oleh pembangkit listrik
tenaga angin dengan nilai kecepatan angin yang berubah-ubah.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan inti masalah yang akan
diselesaikan pada penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana memodelkan sistem turbin angin yang dilengkapi dengan
MPPT ?
2. Berapakah efisiensi yang dapat diperoleh sistem turbin angin yang
dilengkapi dengan MPPT menggunakan metode P&O ?
3

3. Bagaimana perbandingan daya keluaran yang didapatkan oleh sistem turbin


angin yang dilengkapi MPPT dengan metode Perturb and Observe, dengan
sistem turbin angin yang tidak dilengkapi dengan MPPT ?

3. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian pada bagian yang dianggap pentiing, maka
dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Proses simulasi hanya dilakukan menggunakan perangkat lunak
MATLAB.
2. Sistem yang akan dirancang dalam penelitian ini adalah sistem pembangkit
listrik tenaga angin, yang akan dianalisis daya keluarannya yang dihasilkan
oleh sistem turbin angin yang dilengkapi MPPT dengan metode Perturb
and Observe. Kemudian akan dilakukan perbandingan dengan sistem
turbin angin tanpa dilengkapi MPPT.
3. Pitch angle pada turbin angin bernilai konstan.

4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pada penelitian kali ini adalah :
1. Memodelkan dan mensimulasikan sistem turbin angin yang dilengkapi
MPPT dengan metode Perturb and Observe untuk mendapatkan daya
keluaran yang maksimal.
2. Mengetahui berapa besar peningkatan efisiensi sistem turbin angin setelah
dilengkapi dengan MPPT.
3. Mengetahui perbandingan daya keluaran antara sistem turbin angin yang
dilengkapi MPPT dengan sistem turbin angin yang tidak dilengkapi MPPT.

5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Dapat memberikan gambaran mengenai pengembangan turbin angin
dengan penambahan MPPT untuk menghasilkan energi yang sesuai dengan
kapasitas turbin angin.
4

2. Dapat mengetahui perbandingan daya keluaran antara sistem turbin angin


yang dilengkapi MPPT dengan sistem turbin angin yang tidak dilengkapi
MPPT.
3. Dapat digunakan sebagai referensi untuk mengerjakan penelitian tentang
sistem turbin angin yang dilengkapi dengan MPPT.

6. Tinjauan Pustaka
Pada bab ini dijelaskan materi tentang pengumpulan pendapat atau teori yang
telah ada yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, membandingkan dan
memilih teori yang paling relevan untuk memecahkan masalah, membahas atau
menilai kelemahan dan keunggulan teori-teori, dan menentukan teori-teori sebagai
dasar analisis selanjutnya, dan dapat dijelaskan dibawah ini antara lain :

6.1 Turbin Angin


Turbin angin adalah sistem yang mampu mengkonversi energi angin secara
langsung menjadi energi listrik. Salah satu bagian atau komponen turbin angin yang
berfungsi untuk mengkonversi energi mekanik menjadi energi listrik adalah
generator. Generator turbin angin memiliki karakter yang lebih spesifik
dibandingkan dengan generator lainnya, yakni mampu menghasilkan energi listrik
pada putaran yang rendah.
Pemodelan sistem turbin angin untuk tugas akhir ini adalah seperti ditunjukkan
pada Gambar 1. Pemodelan sistem ini hanya menunjukkan blok diagram yang
berupa subsistem yang didalamnya terdapat rangkaian yang lebih kompleks lagi.
Tujuan pemodelan sistem ini adalah untuk mempermudah pembaca dalam melihat
sistem secara keseluruhan.

Gambar 1. Pemodelan pembangkit listrik tenaga angin


5

Prinsip kerja dari turbin angin cukup sederhana yaitu energi angin yang
memutar blade dari turbin angin, kemudian diteruskan untuk memutar rotor pada
generator, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Dalam hal ini tegangan AC
yang dihasilkan oleh generator akan dikonversikan menjadi tegangan DC untuk
selanjutnya dihubungkan pada beban. Untuk mendapatkan keluaran DC yang lebih
optimal maka perlu digunakan kontrol MPPT.

Gambar 2. Bagian-bagian dari turbin angin

Blade pada turbin angin bekerja untuk mengubah energi dari pergerakan aliran
udara, kemudian mengubah energi tersebut menjadi energi rotasi untuk
menggerakkan sistem mekanis pada rotor dari generator listrik (Hanifah dkk.,
2016). Energi kinetik dalam udara terdiri dari massa (m) yang bergerak dengan
kecepatan (v) yang diberikan dalam persamaan berikut :
1
𝐸= 𝑚𝑣 2 ..............................................................................................(6.1)
2

Daya yang bergerak di udara, jika diasumsikan dengan kecepatan angin


konstan yaitu :
𝑑𝐸 1
𝑃𝑤𝑖𝑛𝑑 = 𝑚𝑣 2 ...................................................................................(6.2)
𝑑𝑡 2
6

Dimana, m adalah massa laju aliran per detik. Ketika udara melewati
sebuah luasan A, seperti daerah sapuan oleh rotor blade, maka daya dari
udara tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1
𝑃𝑤𝑖𝑛𝑑 = 𝜌𝐴𝑣 3 ......................................................................................(6.3)
2

dimana :
P : daya (Watt)
𝜌 : kerapatan udara (kg/m3)
A : luas daerah sapuan baling-baling rotor (m2)
V : kecepatan angin tanpa gangguan (m/s)

6.2 Permanent Magnet Synchronous Generator (PMSG)


Permanent Magnet Synchronous Generator (PMSG) merupakan generator
sinkron yang medan eksitasi dihasilkan oleh magnet permanen bukan kumparan
sehingga fluks magnetik dihasilkan oleh medan magnet permanen. Dalam hal ini,
fluks medan tetap konstan dan supply untuk mengeksitasi kumparan medan tidak
diperlukan, begitupula dengan keberadaan sliprings (Daud, 2016).

Gambar 3. PMSG dalam simulink MATLAB

Dalam sistem konversi turbin angin, energi mekanik yang dihasilkan oleh
turbin angin diubah menjadi energi listrik oleh generator sinkron magnet permanen
(PMSG), PMSG sangat tepat digunakan untuk pembangkit listrik skala kecil yang
berdiri sendiri tanpa memerlukan eksitasi dari luar, disamping itu generator sinkron
memiliki karakteristik bebas dari riak torsi dan strategi kontrolnya sederhana.
Generator sinkron dengan magnet permanen memiliki nilai reaktansi rendah
daripada jenis mesin listrik yang lain. Selain itu, generator sinkron dengan magnet
7

permanen (PMSG) memiliki kemampuan torsi tinggi yang akan bermanfaat bagi
sistem turbin angin jika terjadi hembusan angin yang keras (Prima, 2016).
Dapat dilihat dalam Gambar 1, pada tugas akhir ini turbin angin sebagai
penggerak rotor pada PMSG, sehingga generator menghasilkan listrik. Daya
keluaran PMSG disearahkan dengan rectifier, karena keluaran dari generator
tersebut masih berupa listrik AC sehingga harus disearahkan menjadi listrik DC.

6.3 Penyearah
Rangkaian penyearah (Rectifier) merupakan salah satu jenis rangkaian
elektronika daya yang dapat mengubah tegangan bolak-balik (AC) menjadi
tegangan searah (DC). Gambar 4 menunjukkan rangkaian tiga phasa, dioda
penyearah jembatan gelombang penuh. Listrik AC keluaran PMSG akan
disearahkan oleh penyearah dioda gelombang penuh tiga phasa menggunakan
sistem jembatan dengan enam buah dioda R1, R3 dan R5 katodanya disatukan
sebagai terminal positif. Dioda R4, R6 dan R2 anodanya yang disatukan sebagai
terminal negatif seperti pada Gambar 4. tegangan DC yang dihasilkan memiliki
enam pulsa yang dihasilkan oleh masing-masing dioda tersebut. Tegangan DC yang
dihasilkan halus karena tegangan riak (ripple) dan lebih rata (Siswoyo, 2008).

Gambar 4. Penyearah jembatan gelombang penuh 3 phasa

Urutan konduksi dari keenam dioda dapat dilihat dari siklus gelombang
sinusoida, dimana konduksi secara bergantian. Konduksi dimulai dai Diode R1+R6
sepanjang sudut komutasi 60⁰. Berturut-turut disusul dioda R1+R2, selanjutnya
8

dioda R3+R2, urutan keempat R3+R4, kelima R5+R4 dan terakhir R5+R6 seperti
ditunjukan pada Gambar 5. Dalam satu siklus gelombang tiga phasa terjadi enam
kali komutasi dari keenam dioda secara bergantian dan bersama-sama.

Gambar 5. Bentuk gelombang penyearah penuh 3 phasa

6.4 Buck-Boost Converter


Konverter buck-boost dapat menghasilkan tegangan keluaran yang lebih
rendah atau lebih tinggi daripada masukannya. Rangkaian kontrol daya penyaklaran
akan memberikan sinyal kepada MOSFET seperti yang ditunjukkan pada gambar
6. Jika MOSFET on maka arus akan mengalir ke induktor, energi yang tersimpan
di induktor akan naik. Saat saklar MOSFET off, energi di induktor akan turun dan
arus mengalir menuju beban sebagaiamana terlihat pada gambar 7. Dengan cara
seperti ini, nilai rata-rata tegangan keluaran akan sesuai dengan rasio antara waktu
pembukaan dan waktu penutupan saklar. Hal inilah yang membuat topologi dapat
menghasilkan nilai rata-rata tegangan keluaran/beban yang lebih tinggi maupun
lebih rendah daripada tegangan masukannya (Kukuh, 2016).
9

Gambar 6. Rangkaian buck-boost converter

Besar dan kecilnya nilai tegangan output diatur berdasarkan duty cycle (D)
PWM pada switch. Bila D > 0,5 maka output akan lebih besar dari input. Sedangkan
bila D < 0,5 maka output akan lebih kecil dari input dan Vin = Vout saat D = 0,5.

Gambar 7. Gelombang keluaran DC chopper tipe buck-boost


10

Untuk menentukan nilai duty cycle dapat dihitung menggunakan persamaan


dibawah ini :
𝑉𝑜 𝐷
= .......................................................................................................(6.4)
𝑉𝑖𝑛 (1−𝐷)

dimana,
Vo : Tegangan Output
Vin : Tegangan Input
D : Duty Cycle
Selanjutnya untuk penentuan nilai komponen (Resistor, Induktor dan
Kapasitor) didapatkan dari persamaan dibawah ini :
Vo
R= ...............................................................................................................(6.5)
Io
(1−D)2
𝐿𝑚𝑖𝑛 = x R...........................................................................................(6.6)
2f

 Arus Induktor
𝑉𝑖𝑛+𝑉𝑜+𝑉𝑓
𝐼𝐿 = 𝐼𝑜𝑢𝑡 ( )...................................................................................(6.7)
𝑉𝑖𝑛
dimana,
R : Resistansi (Ω)
L : Induktansi (H)
f : Frekuensi switching (Hz)
IL : Arus Induktor (A)
 Penentuan nilai kapasitor
Vo x D
C= ...................................................................................................(6.8)
R x ∆Vo x f
dimana,
C : Kapasitansi kapasitor (Farad)
∆Vo : Ripple tegangan keluaran (Volt)

6.5 Maximum Power Point Tracker (MPPT)


Maximum Power Point Tracker (MPPT) adalah suatu metode yang digunakan
untuk mengoptimalkan daya keluaran berbagai pembangkit listrik. Pada
pembangkit listrik tenaga angin, MPPT biasa digunakan untuk mengoptimalkan
11

daya keluaran dari generator yang telah disearahkan oleh rectifier, dengan
menggunakan konverter daya elektronik sehingga daya output selalu berada pada
titik daya maksimum. Pada tugas akhir ini konverter daya elektronik yang
digunakan yaitu boost converter. Selain itu MPPT bisa digunakan untuk
menghindari kelebihan daya bila ada penambahan kecepatan angin. Contoh
hubungan antara kecepatan angin dengan daya yang dibangkitkan bisa dilihat pada
Gambar 7. Pada gambar ini, sudu mulai bergerak pada kecepatan 4 m/s dan efisiensi
optimal aerodinamiknya didapat pada kecepatan angin 15 m/s. Pada kecepatan 25
m/s daya yang diterima dibatasi untuk menghindari kelebihan beban pada turbin
angin. Pada kecepatan cut out angin, turbin berhenti berputar untuk menghindari
kerusakan (Ragheb, 2015).

Gambar 8. Daya output turbin angin sebagi fungsi dari kecepatan angin

Maximum Power Point Tracker (MPPT) ini didasarkan pada monitoring output
wind-generator (WG) dengan mengukur tegangan atau arus keluaran dari WG dan
mengatur duty cycle dari dc/dc converter sesuai hasil perbandingan antara nilai daya
keluaran WG (Hanifah dkk., 2016).

6.6 Perturb and Observe


Metode Perturb and Observe ini merupakan salah satu metode yang dapat
diimplementasikan pada MPPT. Pada pengaplikasian metode ini dibutuhkan dua
parameter inti yaitu tegangan input V(n) dan arus input I(n) dari turbin angin,
sehingga dapat diketahui daya turbin angin P(n) dengan mengalikan dua parameter
12

tersebut. Tujuan utama algoritma ini adalah untuk menjaga agar titik operasi selalu
berada pada Pmax untuk setiap kecepatan angin. Inti tracking dari metode yaitu
menghitung kemiringan (slope). Pada Gambar 8 dijelaskan bahwa, terdapat 3 jenis
titik yang berada pada 3 posisi. Di sebelah kiri puncak dP/dV > 0, dipuncak kurva
dP/dV = 0 dan di sebelah kanan puncak dP/dV < 0 (Rusminto dkk., 2009).

Gambar 9. Posisi dP/dV pada kurva daya

Bila kenaikan tegangan turbin angin ternyata menaikkan daya keluaran, maka
sistem akan menaikkan tegangan sampai daya keluaran mulai turun. Bila sampai
tahap ini terjadi, maka tegangan akan diturunkan sampai diperoleh daya maksimum
lagi. Jadi titik daya maksimum akan diperoleh pada kisaran nilai tersebut.

7. Metode Penelitian
Pada bab ini menjelaskan tentang tempat dan waktu, ruang lingkup, jenis dan
sumber data, serta metode pengumpulan data.
7.1 Tempat Penelitian
Penilitian ini dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik, Fakultas
Teknik, Universitas Jember yang beralamat di Jln. Slamet Riyadi no. 62 Patrang,
Jember.
13

7.2 Waktu Penelitian


Pelaksanaan pembuatan tugas akhir akan dilaksanakan kurang lebih selama
empat bulan, terhitung pada bulan Januari 2018 sampai pada bulan April 2018.
Adapun kegiatan yang dilakukan selama waktu penelitian yaitu seperti berikut.

Tabel 1. Rencana Kegiatan Tugas Akhir


Bulan
No Kegiatan Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Tahap Persiapan
2 Studi Literatur
2 Membuat
pemodelan sistem
pembangkit listrik
tenaga angin
3 Pengujian simulasi
sistem pembangkit
listrik tenaga angin
dengan MPPT dan
tanpa MPPT
4 Analisa Data
5 Pengambilan
Keputusan
6 Penulisan Tugas
Akhir
Keterangan:
: Kegiatan dilaksanakan

7.3 Alat dan Bahan Penelitian


Pada proses penelitian ini, alat dan bahan yang digunakan adalah :
1. Laptop
2. Software MATLAB
14

7.4 Prosedur Penelitian


Pada metodologi penelitian ini, langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian
yaitu sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Langkah atau tahap pertama dalam penelitian ini yaitu dengan mencari
beberapa sumber referensi seperti buku, jurnal, paper, internet, ataupun dari skripsi
yang sudah ada sebelumnya. Macam-macam sumber referensi tadi diharapkan
dapat membantu untuk perencanaan dan pelaksanaan penelitian yang agar nanti
didapatkan hasil seperti yang diharapkan.

2. Pemodelan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin


Pembuatan pemodelan sistem turbin angin dilakukan menggunakan software
MATLAB dan menggunakan perangkat lunak simulink yang ada didalamnya.
Pemodelan sistem pada simulink ini dilakukan setelah memperoleh data
karakteristik turbin angin terlebih dahulu.
Pemodelan yang akan dibuat yaitu meliputi :
a. Membuat pemodelan sistem turbin angin dengan menggunakan
software MATLAB/Simulink.
b. Pemodelan sistem turbin angin tanpa dilengkapi MPPT.
c. Pemodelan sistem turbin angin dengan dilengkapi MPPT.
Pemodelan yang telah dirancang digunakan untuk mensimulasikan sistem
turbin angin.
3. Pengujian Simulasi Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin dengan MPPT
dan Tanpa MPPT
Pengujian sistem dilakukan dua tahap yaitu yang pertama pengujian simulasi
sistem pembangkit listrik tenaga angin tanpa menggunakan MPPT dan yang kedua
pengujian simulasi sistem pembangkit listrik tenaga angin dengan menggunakan
MPPT, yang kemudian hasil dari daya keluarannya dibandingkan antara keduanya.
15

4. Analisa Data
Setelah didapatkan hasil dari pemodelan sistem turbin angin, maka dilakukan
pengumpulan data terlebih dahulu. Kemudian dilakukan perhitungan agar dapat
mengetahui perbedaan daya keluaran dan efisiensi yang dihasilkan sistem turbin
angin yang dilengkapi MPPT dan tanpa dilengkapi MPPT. Selanjutnya, dari data
yang diperoleh dapat diketahui pengaruh perubahan kecepatan angin dengan daya
keluaran yang dihasilkan.

5. Pengambilan Keputusan
Pada tahap ini yaitu membuat kesimpulan dari pengujian simulasi sistem
pembangkit listrik tenaga angin dan analisa data yang telah diperoleh sebelumnya.
Dan juga pemberian saran yang dimaksud untuk pertimbangan atas pengembangan
selanjutnya terhadap penelitian yang dilaksanakan sekarang.

6. Penulisan Tugas Akhir


16

7.5 Kerangka Pemecahan Masalah

Gambar 10. Flowchart Penelitian


17

Gambar 11. Flowchart Metode Perturb and Observe

Metode perturb and observe dapat digunakan untuk menentukan titik


optimum. Nilai daya maksimum didapatkan dengan cara mengatur besaran
tegangan DC pada konverter. Dengan perubahan besar tegangan DC pada
konverter, maka nilai daya juga akan berubah. Metode ini mengatur dan mengamati
setiap perubahan tersebut. Perubahan ditentukan pada step-size (ΔD) tertentu dan
waktu tertentu. Besar nilai daya listrik yang dihasilkan dibandingkan dengan daya
18

listrik sebelumnya. Hal ini menentukan variabel ΔD berikutnya. Jika besar nilai
daya yang dihasilkan meningkat maka variabel ΔD akan bernilai tetap, sebaliknya
jika besar nilai daya yang dihasilkan menurun maka variabel ΔD akan berubah
(Dwiyan dkk., 2016)

7.6 Blok Diagram Sistem

Gambar 12. Blok diagram sistem pembangkit listrik tenaga angin dengan MPPT

Gambar 12 menunjukkan blok diagram dari keseluruhan sistem yang


digunakan pada penelitian ini. Sistem tersebut terdiri dari sebuah turbin angin,
PMSG, penyearah (rectifier), buck – boost converter, dan sebuah kontrol MPPT.
Beban resistif juga digunakan pada penelitian ini. Buck – boost converter digunakan
untuk mengontrol aliran daya dari turbin angin ke beban.
Input dari blok wind turbine-PMSG adalah data kecepatan angin. Tegangan
yang dihasilkan oleh generator berupa tegangan AC, kemudian diperbaiki oleh
rectifier untuk menjadi tegangan DC. Selanjutnya, sebuah buck-boost converter
digunakan untuk menstabilkan tegangan DC dan mengontrol tegangan output
generator supaya konstan. Switch mode converter terdiri dari rectifier dan buck-
boost converter. Tegangan keluaran dari turbin angin akan disearahkan oleh
rectifier, kemudian dihubungkan ke DC-DC konverter. Buck-boost converter
adalah konverter DC-DC dimana tegangan output dapat lebih besar atau lebih kecil
dari tegangan input. Hubungan antara tegangan input dan tegangan output konverter
pada keadaan steady state :
D
Vout = Vin............................................................................................(7.1)
1−D
Tegangan DC dinaikkan dan diturunkan oleh buck-boost converter dengan
mengendalikan duty ratio untuk memperoleh regulated voltage (tegangan output
19

pada level tertentu) di kapasitor sehingga diperoleh daya output maksimum yang
dikontrol dengan MPPT menggunakan metode perturb and observe.

7.6.1 Turbin Angin


Penentuan parameter-parameter turbin angin yang digunakan dalam simulasi
berdasarkan spesifikasi salah satu turbin angin dari Lentera Angin Nusantara
(LAN) yakni model TSD-500. Lentera Angin Nusantara ( LAN ) adalah salah satu
social enterprise yang bergerak di bidang teknologi yang mengembangkan energi
alternatif. Berdiri pada tahun 2012 yang dipimpin ilmuwan Indonesia lulusan
Universitas unggulan di Jepang yaitu Ricky Elson.

Gambar 13. Model turbin angin yang digunakan oleh Ricky Elson di Ciheras-
Tasikmalaya

Turbin angin yang digunakan yaitu turbin angin sumbu horizontal. Data
turbin angin yang digunakan pada penelitian ini merupakan data turbin angin milik
LAN dengan daya rated adalah 500 W yang disesuikan dengan kecepatan angin di
Indonesiam yaitu tidak telalu besar dan tidak juga terlalu kecil kecepatan anginnya.
Data karakteristik turbin angin yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada
Tabel 2.
20

Tabel 2. Data Karakteristik Turbin Angin yang Digunakan untuk Pemodelan


Data Performa Turbin Angin
Model Turbin TSD-500
Daya Ouput 500 W
Start-Up Wind Speed 3 m/s
Rated Wind Speed 12 m/s
Survival Wind Speed 33 m/s
Diameter Rotor 1,6 m
Rotor Speed 1000 RPM
Number of Blades 3
Jenis Generator 3-Phase Permanent Magnet
Jenis Keluaran Rectified DC
Berat 25 kg

7.6.2 PMSG
Parameter dari permanent magnet synchronous generator (PMSG) yang
digunakan pada penelitian ini ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 3. Data Parameter PMSG yang Digunakan untuk Pemodelan


Parameter Nilai
Rated Power 500 W
Speed 1000 RPM
Startup Torsi 1,1216 Nm
Rated Voltage 56 Volt
Rated Current 8,93 A
Number of Poles 2
Flux 0,37387 Wb
Stator Resistance (Rs) 0,775 Ω
Stator Inductances (Ld=Lq) 7,31 mH
Moment of Inertia 0.00126811 kg/m2
21

7.6.3 Buck-Boost Converter


Pada penelitian ini digunakan DC – DC konverter jenis buck – boost
converter, yang mana nantinya tegangan dari turbin angin dapat diturunkan dan
dinaikkan dalam mencapai daya output maksimum. Buck – boost converter seperti
pada gambar 7.14 digunakan unruk mengontrol aliran daya dari turbin angin
menuju ke beban.

Gambar 7.14 Rangkaian Buck – Boost Converter

Pada gambar 7.14 merupakan gambar rangkaian dasar DC-DC buck – boost
converter, dalam rangkaian ini terdapat beberapa komponen dasar yaitu induktor,
kapasitor, dioda dan MOSFET. Untuk menentukan spesifikasi dari buck – boost
converter disesuaikan dengan karakteristik dari turbin angin yang digunakan.
Berikut ini spesifikasi untuk perancangan awal dari DC-DC buck – boost converter
yang akan digunakan untuk simulasi :

Tabel 7.3 Spesifikasi buck – boost converter


Spesifikasi Keterangan
Tegangan Masukan 24 - 26 Volt
Tegangan Keluaran 2,5 - 48 Volt
Arus Keluaran Maksimum 10 A
Frekuensi Switching 20 kHz
Ripple tegangan (∆Vo) 1%
22

Persamaan untuk menentukan nilai duty cycle


 Duty cycle minimum
𝑉𝑜 𝐷
= (1−𝐷).......................................................................................................(7.2)
𝑉𝑖𝑛
2,5 𝐷
=
24 (1 − 𝐷)
𝐷
0,1 =
(1 − 𝐷)
0,1 − 0,1 𝐷 = 𝐷
0,1 = 1,1𝐷
𝐷 = 0,09
 Duty cycle maksimum
𝑉𝑜 𝑚𝑎𝑥 𝐷
= ...............................................................................................(7.3)
𝑉𝑖𝑛 𝑚𝑎𝑥 (1−𝐷)
48 𝐷
=
26 (1 − 𝐷)

𝐷
1,846 =
(1 − 𝐷)
1,846 − 1,846𝐷 = 𝐷
𝐷 = 0,648
Penentuan nilai resistor
𝑉𝑜
𝑅= ...............................................................................................................(7.4)
𝐼𝑜
48
𝑅=
10
𝑅 = 4,8 Ω
Penentuan nilai induktor
(1−𝐷)2
𝐿𝑚𝑖𝑛 = 𝑥𝑅 ............................................................................................(7.5)
2𝑥𝑓

(1 − 0,648)2
𝐿𝑚𝑖𝑛 = 𝑥4,8
2𝑥20000
0,123904
𝐿𝑚𝑖𝑛 = 𝑥4,8
40𝑘
𝐿𝑚𝑖𝑛 = 1,48𝑥10−5 𝐻
23

Penentuan nilai kapasitor


𝑉𝑜𝑥𝐷
∆𝑉𝑜 = ....................................................................................................(7.6)
𝑅𝑥𝐶𝑥𝑓
𝑉𝑜𝑥𝐷
𝐶=
𝑅𝑥∆𝑉𝑜𝑥𝑓
48𝑥0,648
𝐶=
4,8𝑥0,01𝑥20000
𝐶 = 0,0324 𝐹
24

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M.A., C. Wei Tan, A. Halim, dan S. Rahman. 2012. A Review of


Maximum Power Point Tracking Algorithms for Wind Energy Systems.
Renewable and Sustainble Energy Reviews.

Ahmed, S., K. Abdulla, A. Barua, J. Sikder, dan R. Chakma. 2015. Design &
Implementation of Controller Based Buck-Boost Converter for Small Wind
Turbine. IOSR-IEEE.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2016. Outlook Energi Indonesia 2016.
Jakarta: BPPT.

Chandan, S.D., dan V. Chayapathy. 2014. Buck Boost Converter for Small Wind
Turbine. IJLTEMAS. 3(4): 102-105.

Desai, K., S. Kanase, R. Gavali, dan S. Karande. 2017. Application of Buck-Boost


Converter for Wind Energy Control. IJIRST.

ESDM. 2005. Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025. Jakarta: ESDM.

Firad, M., dan S. Nababan. 2007. Evaluasi Topologi Konverter DC-DC untuk
Memperbaiki Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pengisi Batere.
Laporan Penelitian. Mataram: Jurusan Teknik Elektro Universitas Mataram.

Heydari, M., dan K. Smedley. 2015. Comparison of Maximum Power Point


Tracking Methods for Medium to High Power Wind Energy Systems. IEEE.

Lahfaoui, B., S. Zouggar, M. Larbi Elhafyani, dan M. Seddik. 2015. Experimental


Study of P&O MPPT Control For Wind PMSSG Turbine. IEEE.

Otong, M., dan R. Mardanie. 2016. Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada
Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin Menggunakan Buck-Boost
Converter. Jurnal Ilmiah SETRUM. 5(2): 103-110.

Prakash, N., D. Ranithottungal, dan M. Sundaram. 2013. An Effective Wind Energy


System based on Buck-Boost Controller. Research Journal of Applied
Sciences, Engineering and Technology.
25

Pribadi, K.D. 2016. Optimasi Pembangkit Listrik Tenaga Angin Menggunakan


Maximum Power Point Tracking (MPPT) Dengan Metode Particle Swarm
Optimization. Skripsi. Yogyakarta: Program Sarjana Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada.

Suwarti, Mulyono, dan Wahyono. 2016. Application of Voltage Controller with


Buck-Boost Converter Model PLTB (the Gorlov Turbine) to Maximize
Power Output. International Seminar on Application for Technology of
Information and Communication.

Yu, G.R., dan C. Wei Wu. 2014. Maximum Power Point Tracking of Wind Energy
Systems for Wide Range Operation. IEEE.

Anda mungkin juga menyukai