Anda di halaman 1dari 18

Analisis Penggunaaan Grid-Tie Inverter Sebagai

Penghemat Daya Listrik Rumah Tangga

Catur Rakhmad Handoko

Jurusan Teknik kelistrikan Kapal

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Surabaya, Indonesia

catur.handoko@ppns.ac.id

Abstrak---Pada penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga

Surya atau Angin konvensional terdapat kelemahan

operasional terkait dengan instalasi jaringan listrik yang

harus terpisah dan dibutuhkannya media penyimpanan

baterai dan inverter yang relatif mahal. Grid-Tie Inverter

menjawab kelemahan di atas dengan fitur sikronisasi

otomatis dengan jaringan PLN yang ada. Penelitian ini

menganalisis penggunaan alat ini dalam fungsinya sebagai

penghemat tenaga listrik yang langsung mengurangi aliran

arus dari grid melalui percobaan pengukuran, pengamatan

dan pengkajian teknis ekonomis. Hasil dari percobaan satu

waktu didapat pengurangan daya mengalir dari grid sebesar

49,1 Watt dari 2 Panel Surya yang terpasang masing-masing

dengan daya 50 Wp. Dari perhitungan, dengan mengganti

kapasitas panel surya sesuai dengan kapasitas inverter

didapat penghematan sebesar Rp1,260,000 per tahun , ROI

sebesar 14,07% dan Payback Periode selama 7,1 tahun.

Kata Kunci : Grid-Tie Inverter, Panel Surya, Penghemat


Daya Listrik

I. PENDAHULUAN

Sumber terbesar emisi karbon di dunia adalah

pembangkitan tenaga listrik yang berbasis pada energi

fosil seperti batubara dan minyak bumi. Penurunan

penyebab pemanasan global ini dapat dilakukan dengan

upaya di dua sisi, yakni dari sisi pembangkitannya (supply

side) maupun dari sisi penggunaan energi listriknya

(demand side). Pada sisi pembangkitan telah banyak

teknologi yang telah dan terus dikembangkan. Demikian

juga dari sisi penggunaan energi listrik, dalam hal ini,

secara teknis, lebih bagaimana meningkatkan efisiensi alat

atau beban-beban listrik, maupun pun upaya sosial

melalui penyadaran penting budaya hemat tenaga listrik.

Penggunaan sistem pembangkit tenaga surya (PLTS)

saat ini telah banyak digunakan untuk mensupply bebanbeban

listrik pada area yang tidak terjangkau jaringan

PLN. Penggunaan lain antara lain sebagai catu daya

cadangan untuk peralatan spesifik, misalnya lampu lalu

lintas, Base Transmission System (BTS) dan lain-lain.

Pada semua jenis pemanfaatan tersebut digunakan aki dan

konverter untuk menyimpan energi dan megubahnya

sesuai dengan kebutuhan jenis daya (AC atau DC) dan

level tegangan input beban yang dicatunya. Demikian juga

dengan instalasinya yang mesti dipisahkan dengan


jaringan PLN, baik secara manual maupun otomatis, bila

sistem ini digunakan sebagai cadangan daya.

Sistem pembangkit listrik menggunakan grid-tie

inverter berbeda dengan sistem konvensional. Inverter

jenis ini telah dilengkapi dengan smart DC to AC

Converter dan synchronization unit yang memungkinkan

untuk kerja paralel dengan sistem daya AC yang telah ada

sebelumnya, daam hal ini catu daya PLN atau genset.

Dengan demikian maka grid-tie inverter ini bisa berfungsi

sebagai penghemat daya listrik yang bekerja dengan

mencatu porsi daya sesuai dengan yang dibangkitkan oleh

unit input grid-tie inverter tersebut.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji kinerja dari

sistem PLTS dengan grid tie inverter dan kemudian

menghitung sebesar berapa penghematan yang didapat

serta masa dicapainya titik impas investasinya.

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1Konservasi Energi Listrik

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2018 yang

sebesar 260 juta dan terus bertambah hingga

diperkirakan sebesar 294 juta pada tahun 2035,

menuntut ketersediaan tenaga listrik yang juga terus

bertambah.

Pemerintah dalam hal ini PLN telah membuat

perencanaan penyediaan tenaga listrik jangka panjang


melalui program-program pembangkitan pembangkit

baru, yang sayangnya masih sebagian besar basis

berbasis energi fosil. Namun demikian angka bauran

energi terbarukan per tahun 2018 PLN telah berani

mentargetkan sebesar 23% pada tahun 2025. Angka ini

merupakan angka koreksi yang pada tahun-tahun

sebelumnya hanya sekitar 15%.

133

SEMINAR MASTER 2018 PPNS ISSN : 2548-1509 (cetak) | 2548-6527 (online)

Sejak tahun 2014, pangsa pembangkit listrik jenis

BBM sendiri menurun drastis sejak tahun 2014. Dari

11,81% di tahun 2014 kemudian bergerak turun ke

8,58% (2015), 6,96% (2016) hingga 5,81% (2017).

Bahkan Pemerintah menargetkan penggunaan BBM

untuk pembangkit listrik hanya 5% dari bauran energi

nasional di tahun 2018.

Kementerian ESDM juga mencatat, konsumsi

listrik nasional pada akhir tahun 2017 mencapai 1.021

kWh/kapita. Bila dibandingkan pada tahun

sebelumnya, yaitu 2016 meningkat sebesar 65

kWh/kapita. Kondisi ini antara lain dipengaruhi oleh

meningkatnya rasio elektrifikasi dan perubahan gaya

hidup masyarakat yang semakin banyak

mengkonsumsi listrik dalam kehidupan sehari-hari.

Upaya pemerintah di atas haru terus didukung dari


sisi penggunakan dengan menggalakan gerakan

konservasi energi. Penghematan di sisi konsumen bisa

dilakukan dengan 2 hal yakni perubahan budaya hemat

energi dan menggunakan pembangkitan energi

alternatif. Konservasi atau penghematan energi, salah

satunya adalah , dapat dilakukan melalui dua

pendekatan yaitu pendekatan teknologi dan behavioral

(Choong dkk, 2006).

Dari sisi teknologi, konservasi listrik dapat

diupayakan dengan mengembangkan teknologi

tambahan untuk melakukan konservasi atau efisiensi

listrik secara otomatis. Pendekatan budaya berperilaku

(behavioral) dapat dicapai dengan peningkatan

kesadaran (awareness) dan peningkatan skill terkait

konservasi atau penghematan penggunaan energi

listrik. Konservasi energi merupakan suatu upaya yang

perlu dilakukan karena adanya peningkatan

penggunaan listrik dari tahun ke tahun (pertumbuhan

rata-rata per tahun 7%) dan rasio elektrifikasi yang

masih 65% (artinya masih 35% penduduk Indonesia

yang belum menikmati listrik) serta adanya

keterbatasan dalam penyediaan sumber daya listrik

oleh PLN (Rohi : 2010)

2.2 Grid-Tie Inverter

Inverter adalah konverter daya listrik yang


mengubah bentu daya listrik arus serah menjadi arus

bolak-balik. Secara umum inverter dapat

dikelompokkan ke dalam 2 jenis. Pertama off-line atau

stand alone inverter. Inverter jenis ini umum dipakai

pada sistem Pembangkit lsitrik tenaga surya atau

tenaga angin, dengan menyimpan terlebih dahulu

energi yang dibangkitkan ke dalam baterai.

Jenis kedua adalah Grid-tie inverter atau disebut

juga on-gris inverter yang bekerja secara paralel

dengan daya listri dari grid (jaringan PLN). Inverter

jenis ini hanya akan bekerja bila ada aliran listrik dari

PLN pada sistem . Sehingga pada sebuah sistem PLTS,

maka sistem ini hanya akan bekerja pada siang hari.

Pada sistem dengan pemakaian grid-tie inverter,

jika daya yang dibangkitkan melebihi daya yang

dibutuhkan beban, maka daya listrik akan dialirkan

menuju grid.

Block diagram pada gambar 2 adalah sebuah gridtie

inverter [6] . Di sini daya DC variatif yang

dihasilkan oleh sumber yaitu panel surya akan diubah

menjadi DC lain dengan level yang tetap (buck-boost

converter). Selanjutnya daya DC yang telah stabil ini,

akan diubah menjadi AC 220 Volt 50 Hz. Konversi

yang terjadi juga harus disinkronkan dengan sumber

daya dari PLN.


Gambar 2. Block Diagram sebuah Grid-Tie Inverter

Salah satu fitur optimasi daya yang harus ada

dalam sebuh grid-tie inverter adalah Maximum Power

Point Tracking (MPPT). Pada sebuh sistem PLTS,

utnuk mendaptkan daya maksimum, sebuh algoritma

MPPT diterapkan pada bagian ini. Mengikuti

karakteristik dari panel surya photovoltaic, seperti pada

gambar 3, daya maksimum dari panel surya didapat

dengan bekerja pada titik maksimum tegangan (MPP)

Pada gambar 3, nilai MPP muncul mengikuti nilai

solar radiation dan temperatur saat itu. Pada solar

radiation 300 W/m2 dengan temperatur T=330 K, nilai

MPP didapat saat tegangan kerja solar cell = 12 Volt.

Dan saat solar radiation meningkat 600 W/m2, maka

tegangan kerja berubah menjadi 11 Volt.

Titik kerja panel surya juga dipengaruhin oleh

lingkungan dan temperatur. Pada suhu yang rendah

titik kerjanya meningkat, seperti ditunjukkan pada

gambar 3.

134

SEMINAR MASTER 2018 PPNS ISSN : 2548-1509 (cetak) | 2548-6527 (online)

Gambar 3. Karaketristik V-I (a) dan V-P (b) dari panel surya

2.3Metode Penilaian Investasi

Sebelum melakukan investasi perlu dilakukan suatu

studi/penilaian investasi untuk memperkirakan apakah


investasi yang dilakukan layak atau tidak. Pada

umumnya ada beberapa metode untuk menilai

investasi.

- Metode tersebut diantaranya :

- Metode Average Rate of Return (ARR)

- Metode Payback Period (PBP)

- Metode Net Present Value (NPV)

- Metode Internal Rate of Return (IRR)

- Metode Profitability Index

- Metode Average Rate of Return (ARR)

- Metode Return of Investment (ROI)

Metode Average Rate of Return (ARR)

Metode ini mengukur berapa tingkat keuntungan ratarata

yang diperoleh dari suatu investasi. Angka yang

digunakan adalah laba setelah pajak dibandingkan

dengan total atau avarage investment. Apabila lebih

besar dari tingkat yang diisyaratkan maka proyek

dikatakan dengan menguntungkan.

Metode Payback Period (PBP)

Metode ini mengukur seberapa cepat suatu investasi

bisa kembali karena metode ini mengukur seberapa

cepat suatu investasi bisa kembali, dasar yang

digunakan adalah aliran kas.

𝑃𝐵𝑃 =

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝐾𝑎𝑠 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

𝑥 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Metode Net Present Value

Net Present Value (NPV) merupakan nilai yang

menyatakan jumlah yang akan dihasilkan pada sebuah

investasi. NPV ini dihitung dengan menjumlahkan

semua arus kas sepanjang periode investasi, mulai dari

tahun ke-0 sampai akhir masa investasi. Nilai aliran

kas yang dihitung untuk mendapatkan NPV dihitung

mulai periode ke-0 atau yang dikenal dengan present

value dengan nilai alur kas bersih (pendapatan

dikurangi pengeluaran) dengan menggunakan present

worth factor sebagai patokan dalam mencari nilai

seimbang dari nilai yang ada di masa sekarang.

Discounted Payback Period

Payback period adalah periode lamanya waktu yang

dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi

melalui penerimaan-penerimaan yang dihasilkan oleh

proyek. Discounted payback period (DPP) adalah

periode pengembalian uang yang dihitung dengan

menggunakan discount factor. DPP dapat dicari

dengan menghitung berapa tahun alur kas bersih nilai

sekarang kumulatif yang ditaksir akan sama dengan

investasi awal.

Kriteria pengambilan keputusan apakah proyek yang


ingin dijalankan layak atau tidak layak untuk metode

ini adalah:

- Investasi proyek akan dinilai layak apabila DPP

memiliki periode waktu lebih pendek dari umur

proyek.

- Investasi proyek belum dinilai layak apabil DPP

memiliki periode waktu lebih panjang dari umur

proyek.

Metode Internal Rate of Return (IRR)

Metode ini berguna untuk mencai tingkat bunga yang

dipakai untuk mendiskontokan aliran kas bersih yang

akan diterima dimasa datang sehingga jumlahnya sama

besar dengan investasi awal. Kriteria:

Jika IRR > modal awal, investasi dikatakan layak.

Metode Profitability Index

Metode ini menghitung perbandingan antara nilai

sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa

datang dengan nilai sekarang investasi.

Jika : PI > 1 maka proyek dianggap menguntungkan.

Metode Return of Investmen (ROI)

ROI adalah ukuran atau besaran yang digunakan untuk

mengevaluasi efisiensi sebuah investasi dibandingkan

dengan biaya dan modal awal yang dikeluarkan.

Rumus yang digunakan untuk perhitungannya adalah:

ROI = Pendapatan yang dihasilkan tiap bulan / Modal


yang ditanam

III.METODOLOGI

Pada kegiatan ini, pengujian Grid-Tie Inverter

dimaksudkan untuk melihat kinerjanya dalam mengurangi

aliran daya listrik dari PLN pada beban yang diuji. Besar

beban diatur sedemikian rupa dengan perkiraan bahwa

daya yang dibangkitkan oleh panel Surya lebih besar,

hampir sama dan lebih kecil dari beban. Pada percobaan

135

SEMINAR MASTER 2018 PPNS ISSN : 2548-1509 (cetak) | 2548-6527 (online)

ini digunakan 2 buah panel surya masing-masing sebesar

50 Watt-Peak (Wp), Sebuah grid-tie inverter 600 Watt,

Plug-in Watt-Meter dan panel lampu pijar sebagai beban.

Pengambilan data dilakukan pada siang hari pada sekitar

pukul 10.00 WIB.

Block Diagram rangkain uji coba dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 4 Rangkaian pengujian GTI dengan beban panel lampu

Gambar 5. Proses Pengukuran yang dilakukan

Berikut ini adalah hasil yang didapatkan pada

pengukuran dengan rangkain ujicoba seperti di atas, yang

tersaji dalam 2 buah tabel di bawah. Tabel pertama adalah

percobaan saat grid PLN bekerja sendiri. Dan tabel kedua

adalah saat ketika grid-tie inverter dinyalakan.

Tabel 1. Pengujian saat Grid-tie Inverter offline


No. Daya Lampu

(Watt)

Penunjukkan

Watt-meter (Watt)

1 30 29.2

2 100 92.6

3 200 191.3

4 400 382.2

Tabel 2. Pengujian saat Grid-tie Inverter online

No. Daya Lampu

(Watt)

Penunjukkan

Watt-meter (Watt)

Penghematan

(Watt)

1 30 0 30

2 100 44.5 48.1

3 200 141.6 49.7

4 400 332.7 49.5

Dalam pengoperasiaanya, sebuah grid-tie inverter

hanya akan berfungsi ketika telah tersedia sumber daya

lain berupa AC 220 Volt dengan frekuensi 50 Hz sesuai

dengan spesifikasi inverter jenis ini. Dan dibutuhkan

waktu beberapa detik bagi grid tie inverter untuk mulai

bekerja dikarenakan ada proses sinkronisasi antara


keluaran inverter dengan sinyal AC 220 Volt dari jaringan

PLN.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil di atas, maka tergambar jelas bahwa

pemakaian PLTS dengan grid-tie inverter dapat

mengurangi aliran daya secara langsung yang berarti bisa

menghemat pmakaian energi listrik. Besarnya

penghematan yang terjadi sebanding dengan besarnya

daya yang dibangkitkan oleh pembangkit listrik yang

diinputkan pada konverter jenis ini.

Dalam penelitian ini, dapat dihitung bahwa

penghematan yang terjadi pada saat pengukuran, rata-rata

adalah sebesar 49.1 Watt. Daya inilah yang sebenarnya

terbangkitkan dari 2 buah panel surya yang terpasang

(2x50 Wp). Sehingga ketika sistem dibebani dengan lampu

sebesar 30 Watt, maka aliran daya yang terukur oleh plugin

Watt-meter adalah sebesar 0 Watt. Memang dalam hal

ini yang dipakai adalah Watt meter digital yang tidak bisa

mendeteksi aliran balik ke grid.

Jenis sumber daya listrik tidak hanya panel surya,

namun juga bisa jenis sumber daya yang lain seperti PLT

angin, micro turbine, PLTA dan lain-lain, yang tentu saja

output pembangkit harus dikonversikan ke bentuk dan

range yang sesuai dengan input grid-tie inverter.

Setelah didapatkan hasil pengukuran satu waktu seperti


di atas maka selanjutnya bisa dihitung berapakah daya

yang bisa dihemat perhari, perbulan dan pertahun, dengan

berbagai asumsi. Asumsi-asumsi tersebut antara lain

adalah jumlah/kapasitas panel surya terpasang, kapasitas

inverter, jumlah jam efektif panel surya dan umur

peralatan. Hasil yang didapat tentu sangat tergantung dari

ketepatan asumsi-asumsi yang diambil.

Berikut ini adalah contoh perhitungan biaya instalasi

sistem PLTS dengan Grid Tie Inverter, dengan perkiraan

harga peralatan di tahun 2018, kapasitas daya inverter

sebesar 600 Watt dan dioptimalkan dengan jumlah panel

surya yang kapasitasnya mendekati kapasitas inverter agar

hasilnya lebih optimal. Biaya investasi diluar biaya

peralatan pendukung seperti tempat penyangga dan ongkos

pemasangan.

Tabel 3 Contoh perhitungan biaya PLTS

Dengan asumsi sederhana bahwa panel surya

beroperasi rata-rata sehari selama 6 jam, dengan efisiensi

No. Komponen Jumlah Harga (Rp) Sub Total

1 Grid Tie Inverter 600 W 1 1,600,000 1,600,000

2 Panel Surya 100 Wp 6 1,200,000 7,200,000

3 Kabel 20 5,000 100,000

4 Stop Kontak 1 50,000 50,000

Total 8,950,000

PV GTI PLN
136

SEMINAR MASTER 2018 PPNS ISSN : 2548-1509 (cetak) | 2548-6527 (online)

hanya 60% maka daya yang bisa dikontribusikan oleh

sistem PLTS ini adalah sebesar :

PPLTS = 6 jam x 60% x 600 W

= 2160 Watt-Jam

= 2,16 kWh

Sementara itu berdasarkan tarif dasar listrik terbaru

untuk rumah tangga dengan daya 1300 Watt, maka

didapatkan penghematan sebesar 2,16 x Rp 1620 sebesar

Rp 3,500 per hari, atau sebesar 105,000 perbulan atau

sebesar Rp 1,260,000 selama satu tahun.

Dalam penilaian investasi, untuk sistem yang cukup

sederhana ini, digunakan 2 buah metode yang cukup

relevan, yaitu PayBack Periode (PBP) dan Return of

Investmen (ROI). Kedua metode tersebut dipakai untuk

melihat apakah investasi di atas cukup layak atau tidak.

Investasi untuk sistem di atas adalah sebesar Rp

8.950.000, sementara penghematan yang dilakukan per

tahun adalah sebesar Rp 1.260.000. Dengan asumsi tidak

ada cost operasional, maka nilai ROI yang didapat adalah :

𝑅𝑂𝐼 =

1260.000 − 0

8.950.000

𝑥100%
= 14, 07 %

Sedangkan PayBack Periode (PBP) dapat dihitung

sebagai berikut:

𝑃𝐵𝑃 =

8.950.000

1.260.000

= 7,1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Dari nilai ROI yang positif dan mencapai angka

14,07% menunjukkan bahwa investasi tersebut masih bisa

disebut layak. Sedangkan dibandingkan dengan sistem

konvensional, masa Payback periode sistem di atas relatif

jauh lebih singkat. Hal ini mengingat pada sistem

konvensional diperlukan tambahan investasi berupa baterai

tipe VRLA yang harganya relatif mahal yakni hampir 4

juta rupiah untuk kapasitas 100 AH – 12 Volt, dengan

umur pemakaian yang hanya berkisar 2 tahun [2].

Sehingga masa mencapai PBP menjadi jauh lebih lama.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

- Secara teknis sebuah sistem PLTS dengan

menggunakan grid tie inverter bisa digunakan

sebagai penghemat daya listrik rumah tangga, yang

secara langsung pada siang hari mengurangi

konsumsi daya listrik sebanding dengan daya yang

dibangkitkan oleh panel surya.


- Untuk memperoleh penghematan yang maksimal,

maka konfigurasi PLTS dapat menyesuaikan

dengan kapasitas inverter, dengan

mempertimbangkan efiensi pembangkitan daya

listri oleh panel surya yang bergantung pada radiasi

surya dan temperatur. Dalm contoh perhitungan

pengembangan PLTS dengan 6 panel surya 100 Wp

dan inverter 600 Watt diperoleh nilai ROI sebesar

14,07% dan payback periode selama 7,1 tahun.

Dimana angka ini jauh lebih cepat dibandingkan

dengan sistem konbensional yang menggunakan

baterai sebagai penyimpan energi.

5.2 Saran

Perhitungan nilai investasi juga menyertakan

parameter-parameter efisiensi, depresiasi barang, biaya

perawatan tahunan, dan lain-lain dengan berbagai

metode penilaian investasi yang telah ada.

REFERENSI

[1] Choong Weng Wai, Abdul Hakim Mohammed &

Buang Alias. (2006). Energi Conservation:A

Conceptual Framework of Energi Awareness

Development Process. Malaysia Journal of Real

Estate. 1(1): 58-67

[2] Handoko, Catur Rakhmad. 2012. Analisis

Keekonomian Penggunaan Sel Surya Sebagai Catu


Data Listrik Pada Kapal Ikan 5 GT. Jurnal Perkapalan

[3] Outlook Energi Indonesia 2016. Dewan Energi

Nasional Republik Indonesia

[4] Santoso, H., & Budiyanto, B. (2014). Microgrid

Development Using a Grid Tie Inverter. Makara

Journal Of Technology, 17(3), 121-127.

doi:10.7454/mst.v17i3.

[5] Rohi, D dan Luik, Jandi E, (2014) Kesadaran

Masyarakat Surabaya untuk Memiliki Gaya Hidup

Ramah Lingkungan “Green Living” Melalui

Menghemat Penggunaan Energi Listrik.

Http://repository.petra.ac.id/id/eprint/16377

137

SEMINAR MASTER 2018 PPNS ISSN : 2548-1509 (cetak) | 2548-6527 (online)

Halaman ini sengaja dikosongkan

138

Anda mungkin juga menyukai