Anda di halaman 1dari 17

BAB III

ALINYEMEN VERTIKAL

A. Umum
Alinyemen vertikal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang
vertikal melalui sumbu jalan dengan bidang rencana permukaan jalan. Pada
alinyemen vertikal dapat ditunjukkan ketinggian bagian penting dari jalan.
Keadaan ideal penampang memanjang suatu jalan adalah “Datar” (landai 0
%). Alinyemen vertikal terdiri atas bagian landai vertikal dan bagian
lengkung vertikal. Jika ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian landai
vertikal dapat berupa landai positif (tanjakan), atau landai negatif (turunan),
atau landai nol (datar) sedangkan bagian lengkung vertikal dapat berupa
lengkung cekung atau lengkung cembung. (Peraturan Bina Marga No.
038/TBM/1997 tentang Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota).
1. Kelandaian Jalan
Kelandaian jalan adalah besaran yang menunjukkan kenaikan atau
penurunan secara vertikal dalam satuan jarak horizontal,pada umumnya
dinyatakan dalam (persen).Berdasarkan kesepakatan gambar jalan dibaca
dari kiri ke kanan maka landai jalan sebagai mana dihitung pada Gambar
3.1.

Naik ( + ) Turun ( - )

Sumber:Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antarkota


No.038/TBM/1997

Gambar 3.1 Kelandaian jalan

Sewaktu merencanakan alinyemen vertikal, terlebih dahulu


ditetapkan kelandaian jalan yang direncanakan. Penetapan kelandaian
jalan harus mengacu pada standar perencanaan geometrik jalan, yaitu
tidak boleh melebihi kelandaian maksimum ditetapkan berdasarkan
(BinaMarga, 1997) yaitu sebagai berikut :

a. Kelas jalan
b. Kondisi medan
c. Kecepatan rencana
Tabel 3.1 Kelandaian Maksimum
Kecepatan Rencana Landai maksimum (%) untuk medan
(km/jam) D B G
120 3 - -
100 4 5 -
80 5 6 6
60 6 7 7
40 - 8 8
30 - - 10 – 12
Sumber:Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antarkota
No.038/TBM/1997

Dalam perhitungan kelandaian suatu alinemen vertikal dapat


diselesaikan dengan menggunakan rumus 3.1 dan dapat dijelaskan
sebagaimana pada Gambar 3.2.

Sumber:Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antarkota


No.038/TBM/1997

Gambar 3.2 Perhitungan Kelandaian


Eb - Ea
id = × 100 %
dn

Dengan :
id = kelandaian
Eb = Elevasi pada titik b (m)
Ea = Elevasi pada titik a (m)
dn = Jarak antara a dan b (m)

2. Lengkung Vertikal
a. Lengkung Vertikal Cembung
Lengkung vertikal yaitu pergeseran vertikal setiap titik pada lengkung
terhadap tangent adalah sebanding dengan kuadrat jarak horizontal
yang diukur dari ujung lengkung seperti Gambar 3.3 di bawah ini.

Sumber:Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antarkota


No.038/TBM/1997

Gambar 3.3 Lengkung vertikal cembung


Notasi :
PPV : Pusat Perpotongan vertikal
PLV : Permulaan Lengkung Vertikal
PTV : Permulaan Tangen Vertikal
EV : Pergeseran Vertikal PPV, Kepermukaan jalan rencana (m)
A : Perbedaan Aljabar Landai (%)
a) Panjang L berdasarkan Jh.
1) Jika Jh < Lv

Bila Jh < Lv, maka Lv memenuhi.


2) Jika Jh > Lv

Bila Jh > Lv, maka Lv memenuhi.


b) Panjang minimum lenkung vertikal
Lv = A Y

dimana :
Lv = Panjang lengkung vertikal (m),
A = Perbedaan kelandaian (tanpa satuan %, merupakan nilai
mutlak),
Jh = Jarak pandangan henti (m),
Jd = Jarak pandangan mendahului (m),
Y = Faktor penampilan kenyamanan, didasarkan pada tinggi
obyek 10 cm dan tinggi mata 120 cm ( sesuai Tabel 3.2).
Tabel 3.2 Penentuan faktor penampilan kenyamanan, Y
Faktor Penampilan Kenyamanan
Kecepatan Rencana (km/jam)
(Y)

< 40 1.5

40-60 3

> 60 8

Sumber: Peraturan Bina Marga No 038/TBM/1997


b. Lengkung Vertikal Cekung
Panjang lengkung minimum ditentukan berdasarkan :
a) Jarak pandangan pada malam hari, yaitu dihitung berdasarkan
jarak penyinaran lampu besar kendaraan dengan tinggi lampu 0,75
m dan berkas sinar menyebar keatas sebesar 1°.
b) Jarak pandang yang ditentukan bila melewati underpass, dengan
mempertimbangkan tinggi ruang bebas minimum serta tinggi
lampu belakang kendaraan.
Jika :
A Jh2
a) Jh < Lv → Lv = 150 + 3.5 Jh
150 + 3.5 Jh
b) Jh > Lv → Lv = 2Jh – A

c) Panjang Lv untuk kenyamanan mengemudi.


A .Vr2
Lv = 390

3. Elevasi Tanah Asli dan Elevasi Rencana Permukaan


Karena permukaan tanah tidak selalu datar atau rata, dan juga
tuntutan dari rancangan suatu proyek jalan, maka pekerjaan galian dan
timbunan akan selalu ada. Oleh karena itu pekerjaan galian dan timbunan
perlu diperhitungkan sedemikian rupa sehingga masalah- masalah yang
berhubungan dengan geometrik jalan tidak akan menjadi suatu hambatan
yang berarti.
B. Bagan Alir

START

Perhitungan Kelandaian Jalan

Perhitungan Stationing Titik Titik


Penting

Perhitungan Lengkung Vertikal

Perhitungan Elevasi Tanah Asli dan


Elevasi Rencana Permukaan Jalan

FINISH

Gambar 3.4 Bagan Alir Perancangan Alinemen Horisontal

C. Perencanaan Alinemen Vertikal


1. Perhitungan Lengkung Vertikal
a. Lengkung I
1) Menghitung kelandaian (A)
EB - EA
id1 = × 100 %
Jarak BA
357,15 - 357,15
A = × 100%
263,5

A = 0%

EB - EA
id2 = × 100 %
Jarak BA
362 - 357,15
A = × 100%
214,4

A = 2,26 %
A = id1 + id2
= 0 % + 2,26 %
= 2,26 %
2) Mencari panjang lengkung vertical (Lv) minimal
LV = A×Y
L = 2,26 % × 8
L = 18,08 m
Tabel 3.3 Penentu Faktor Penampilan Kenyamanan (Y)

Kecepatan Rencana Faktor Penampilan


(km/jam) Kenyamanan (Y)
< 40 1,5
40 – 60 3
> 60 8
Sumber: Peraturan Bina Marga No 038/TBM/1997

3) Mencari panjang lengkung vertikal (Lv) berdasarkan jarak


pandang henti
Jh > Lv, maka :
405
Lv = 2jh - A
405
= 2 x 129,59 - 2,6

= 79,98 m

Jh = 129,59 m > Lv = 18,08 m (OK !)

Sehingga, Lv yang digunakan adalah nilai Lv yang paling aman


yaitu Lv = 18,08 m
b. Lengkung II
1) Menghitung kelandaian (A)
EB - EA
id1 = × 100 %
Jarak BA
362 - 357,15
= × 100 %
214,4

= 2,26 %
EB - EA
id2 = × 100 %
Jarak BA
362 - 360
= × 100 %
555,7

= 0,36 %
A = id1 + id2
= 2,26 % + 0,36 %
= 2,62 %
2) Mencari panjang lengkung vertical (Lv) minimal
Lv = A×Y
= 2,62 % × 8
= 20,96 m
Tabel 3.4 Penentu Faktor Penampilan Kenyamanan (Y)

Kecepatan Rencana Faktor Penampilan


(km/jam) Kenyamanan (Y)
< 40 1,5
40 – 60 3
> 60 8
Sumber: Peraturan Bina Marga No 038/TBM/1997

Mencari panjang lengkung vertikal (Lv) berdasarkan jarak


pandang henti
Jh > Lv, maka :
405
Lv = 2𝑗ℎ − A
405
= 2 x 129,59 -
2,62

= 104,60 m
Jika Jh = 129,59 m > Lv = 20,96 m (OK !)

Sehingga, Lv yang digunakan adalah nilai Lv yang paling


aman, yaitu Lv = 20,96 m
c. Lengkung III
1) Menghitung kelandaian (A)
EB - EA
id1 = × 100 %
Jarak BA
362 - 357,15
A = × 100 %
214,4

A = 2,62 %
EB - EA
id2 = × 100 %
Jarak BA
366 - 360
A = × 100 %
177,1

A = 3,39 %
A = id1 + id2
= 2,62% + 3,39%
= 6,01 %
2) Mencari panjang lengkung vertical (Lv) minimal
Lv = A×Y
L = 6,01 % × 8
L = 48,08 m
Tabel 3.5 Penentu Faktor Penampilan Kenyamanan (Y)

Kecepatan Rencana Faktor Penampilan Kenyamanan


(km/jam) (Y)
< 40 1,5
40 – 60 3
> 60 8
Sumber: Peraturan Bina Marga No 038/TBM/1997

3) Mencari panjang lengkung vertical (Lv) berdasarkan jarak


pandang henti
Jh > Lv, maka :
405
Lv = 2jh - A
405
L = 2 x 129,59 - 6,01

= 191,79 m
Jika Jh = 129,59 m > Lv = 48,08 m (OK !)
Sehingga, Lv yang digunakan adalah nilai Lv yang paling aman,
yaitu Lv = 48,08 m
d. Lengkung IV
1) Menghitung kelandaian (A)
EB - EA
id1 = Jarak BA × 100 %
366 - 360
A = × 100 %
177,1

A = 3,39 %
EB - EA
id2 = Jarak BA × 100 %
366 - 342
A = × 100 %
230
A = 10,43 %
A = id1 + id2
= 3,39% + 10,43%
= 13,82 %
2) Mencari panjang lengkung vertical (Lv) minimal
Lv = A×Y
Lv = 13,82 % × 8
Lv = 110,56 m
Tabel 3.6 Penentu Faktor Penampilan Kenyamanan (Y)

Kecepatan Rencana Faktor Penampilan Kenyamanan


(km/jam) (Y)
< 40 1,5
40 – 60 3
> 60 8
Sumber: Peraturan Bina Marga No 038/TBM/1997

3) Mencari panjang lengkung vertical (Lv) berdasarkan jarak


pandang henti
Jh > Lv, maka :
405
Lv = 2jh - A
405
Lv = 2 x 129,59 - 13,82

= 229,88 m
Jika Jh = 129,59 m > Lv = 110,56 m (OK !)

Sehingga, Lv yang digunakan adalah nilai Lv yang paling aman,


yaitu Lv = 110,56 m
e. Lengkung V
1) Menghitung kelandaian (A)
EB - EA
id1 = × 100 %
Jarak BA
366 - 342
A = × 100 %
230

A = 10,43 %
EB - EA
id2 = × 100 %
Jarak BA
342 - 341,27
A = × 100 %
104,6

A = 0,70 %
A = id1 + id2
= 10,43 % + 0,70 %
= 11,13 %
2) Mencari panjang lengkung vertical (Lv) minimal
Lv = A×Y
Lv = 11,13% × 8
Lv = 89,04m

Tabel 3.7 Penentu Faktor Penampilan Kenyamanan (Y)

Kecepatan Rencana Faktor Penampilan Kenyamanan


(km/jam) (Y)
< 40 1,5
40 – 60 3
> 60 8
Sumber: Peraturan Bina Marga No 038/TBM/1997

3) Mencari panjang lengkung vertikal (Lv) berdasarkan jarak


pandang henti
Jh > Lv, maka :
405
Lv = 2jh - A
405
Lv = 2 x 129,59 - 11,13

= 222,79 m
Jika Jh = 129,59 m > Lv = 89,04 m (OK !)

Sehingga, Lv yang digunakan adalah nilai Lv yang paling


aman, yaitu Lv = 89,04 m
2. Perhitungan Stasioning dan Elevasi Titik Penting
a. Lengkung I
1) Perhitungan Stationing
A x Lv
EV = 800
2,26 % x 18,08
= 800

= 0,23 m
STA A = 25 + 575 m
STA PPV1 = STA A + Jarak A ke PPV1
= 25 + 575 m + 263,5 m
= 25 + 838,5 m

1
STA PLV1 = STA PPV1 – Lv
2
1
= 25 + 838,5 – ( 2 × 18,08)

= 25 + 829,46 m
1
STA PTV1 = STA PPV1 + Lv
2
1
= 25 + 838,5 + ( 2 × 18,08)
= 25 + 847,54 m
2) Perhitungan Elevasi Stationing
Elevasi A = 357,15 m
Elevasi PPV1 = 357,15 m
1
Elevasi PLV1 = Elevasi PPV1 - ( id × 2 Lv )
1
= 357,15 - ( 0% × 2 × 79,98 )

= 357,15 m
1
Elevasi PTV1 = Elevasi PPV1 - ( id × 2 x Ev )
1
= 357,15 - ( 2,26% × 2 × 0,23 )

= 357,15 m
b. Lengkung II
1) Perhitungan Stationing
A x Lv
EV = 800
2,26 % x 104,60
= 800

= 0,34 m
STA PPV1 = 25 + 838,5 m
STA PPV2 = STA PPV1 + Jarak PPV1 ke PPV2
= 25 + 838,5 m + 214,4 m
= 26 + 52,9 m
1
STA PLV2 = STA PPV2 – Lv
2
1
= 26 + 52,9 – ( 2 × 104,60)

= 26 + 000,6 m
1
STA PTV2 = STA PPV2 + Lv
2
1
= 26 + 000,6 + ( 2 × 104,60)

= 26 + 105,20 m
2) Perhitungan Elevasi Stationing
Elevasi PPV1 = 357,15 m
Elevasi PPV2 = 362 m
1
Elevasi PLV2 = Elevasi PPV2 - ( id × 2 Lv )
1
= 362 - ( 2,26 % × 2 × 104,60 )

= 360,82 m
1
Elevasi PTV2 = Elevasi PPV2 - ( id × 2 Ev )
1
= 362 - ( 0,36% × 2 × 0,34 )

= 362 m

c. Lengkung III
1) Perhitungan Stationing
A x Lv
EV = 800
6,01 % x 191,79
= 800

= 1,44 m
STA PPV2 = 26 + 52,9 m
STA PPV3 = STA PPV2 + Jarak PPV2 ke PPV3
= 26 +52,9 m + 555,7 m
= 26 + 608,6 m
1
STA PLV3 = STA PPV3 – Lv
2
1
= 26 + 608,6 – ( 2 × 191,79)

= 26 + 512,70 m

1
STA PTV3 = STA PPV3 + Lv
2
1
= 26 +608,6 + ( 2 × 191,79)

= 26 + 704,50 m
2) Perhitungan Elevasi Stationing
Elevasi PPV2 = 362 m
Elevasi PPV3 = 360 m
1
Elevasi PLV3 = Elevasi PPV3 - ( id × 2 Lv )
1
= 360 - ( 2,62% × 2 × 191,79 )

= 357,49 m
1
Elevasi PTV3 = Elevasi PPV3 - ( id × 2 Ev )
1
= 360 - ( 3,39% × 2 × 1,44 )

= 359,98 m
d. Lengkung IV
1) Perhitungan Stationing
A x Lv
EV = 800
13,82% x 229,88
= 800

= 3,97 m
STA PPV3 = 26 + 608,6 m
STA PPV4 = STA PPV3 + Jarak PPV3 ke PPV4
= 26 + 608,6 m + 177,1 m
= 26 + 785,7 m
1
STA PLV4 = STA PPV4 – Lv
2
1
= 26 + 785,7 – ( 2 × 229,88)

= 26 + 670,76 m
1
STA PTV4 = STA PPV4 + Lv
2
1
= 26 + 785,7 + ( 2 × 229,88)

= 26 + 900,64 m
2) Perhitungan Elevasi Stationing
Elevasi PPV3 = 360 m
Elevasi PPV4 = 366 m
1
Elevasi PLV4 = Elevasi PPV4 - ( id × 2 Lv )
1
= 366 - ( 3,39 % × 2 × 229,88 )

= 362,10 m
1
Elevasi PTV4 = Elevasi PPV4 - ( id × 2 Ev )
1
= 366- ( 10,43 % × 2 × 3,97 )

= 365,79 m
e. Lengkung V
1) Perhitungan Stationing
A x Lv
EV = 800
11,13 % x 222,79
= 800

= 3,10 m
STA PPV4 = 26 + 785,7 m
STA PPV5 = STA PPV4 + Jarak PPV4 ke PPV5
= 26 + 785,7 m + 230 m
= 27 + 15,7 m
1
STA PLV5 = STA PPV5 – Lv
2
1
= 27 + 15,7 – ( 2 × 222,79)

= 27 + 904,30 m
1
STA PTV5 = STA PPV5 + Lv
2
1
= 27 + 15,7 + ( 2 × 222,79)

= 27+ 127,10 m

2) Perhitungan Elevasi Stationing


Elevasi PPV4 = 366 m

Elevasi PPV5 = Elevasi PPV4 - ( id × jarak )


= 366 - ( 10,43 % × 230 )
= 342 m
1
Elevasi PLV5 = Elevasi PPV5 - ( id × 2 Lv )
1
= 342 - ( 10,43 % × 2 × 222,79 )

= 330,38 m
1
Elevasi PTV5 = Elevasi PPV5 - ( id × 2 Ev )
1
= 342 - ( 0,7 % × 2 × 3,10 )

= 341,99 m
D. Kesimpulan

Tabel 3.8 Data hasil perhitungan


Data Lengkung Lengkung Lengkung Lengkung Lengkung
1 2 3 4
5

EV 0,23 m 0,34 m 1,44 m 3,97 m 3,10 m

Elevasi
357,15 m 357,15 m 362 m 360 m 366 m
PV

Eleavasi
357,15 m 362 m 360 m 366 m 342 m
PPV

Elevasi
357,15 m 360,82 m 357,49 m 362,10 m 330,38 m
PLV

Elevasi
357,15 m 362 m 359,98 m 365,79 m 341,99 m
PTV

Anda mungkin juga menyukai