Anda di halaman 1dari 2

Permasalahan yang terjadi pasca Tsunami di teluk palu dan pesisir pantai

Jumat ( 28/09/2018 ), gempa bumi magnitudo 7,4 melanda sulawesi tengah,


menimbulkan tsunami yang menewaskan begitu banyak jiwa.
Hantaman tsunami tersebut menambah keterpurukan warga Teluk Palu yang
selama ini sudah terpinggirkan oleh proyek reklamasi.
Pesisir juga menjadi rusak , Terumbu karang rusak , dan hasil tangkapan turun
hingga 50 persen. Pasca gempa dan tsunami ini, wilayah sulawesi tengah perlu
merencanakan pembangunan yang berwawasan kebencanaan, warga sulawesi tengah
perlu beradaptasi dengan bencana yang mengintainya.
Air laut di pesisir pantai Teluk Palu , Sulawesi Tengah. Sudah mulai jernih
kelihatan tenang tak berombak , bongkahan-bongkahan sampah dan bangunan juga
sudah mulai dibersihkan. Warga Palu berharap Pemerintah kota Palu kembali
membenahi teluk palu sebagai fasilitas publik yang menjadi ikon kota Palu Dan
Proyek-proyek reklamasi di teluk Palu segera di hentikan sehingga pantai dan
kearifan lokalnya dapat terjaga. Dalam penataaan ruang Publik dan pemukiman
sebaiknya Pemda melibatkan Tim ahli Kebencanaan.
Wilayah kota Palu , Sulawesi Tengah, masuk zona merah bencana. Untuk itu
perlu penataan ulang. Terkait dengan rencana tata ruang setelah bencana, Pihak
terkait diberi waktu selama dua hingga tiga bulan untuk menyelesaikan rencana tata
ruang wilayah ( RT/RW ) di Palu dan sekitarnya. Sementara sudah mengeluarkan
rekomendasi , tetapi harus ditetapkan dalam Perda rencana tata ruang wilayah kota
Palu . Mungkin Perda ini akan diikuti dengan adanya rencana salah satunya adalah
menghindari pembangunan kembali fungsi huniaan dan pusat kegiatan dibeberapa
lokasi rawan. Lokasi rawan tersebut antara lain zona sepadan pantai dan wilayah
likuifaksi massif, Seperti Balaroa dan Petobo.
Untuk hunian dan gedung disekitar pantai harus dibangun dengan jarak 100
meter dari zona sempadan pantai. Hal ini ditetapkan karna pertimbangan bahaya dan
resiko tsunami. Selain itu, pembangunan baru di kawasan pesisir teluk di batasi pada
bangunan yang tinggi yang mampu menahan getaran gempa , tetapi juga sekaligus
bisa menjadi tempat evakuasi ketika tsunami melanda.
RT/RW Kota Palu di rumuskan pada 2011 sebenarnya sudah menyebutkan
adanya kawasan bencana . RT/RW itu hanya menjelaskan kawasan wisata dan industri
. Sementara itu, unsur bencana dalam peraturan tersebut bisa dijelaskan secara
tersirat. Sebetulnya Di RT/RW tahun 2011 memang disitu boleh untuk huniaan dan
perkantoran. Tapi dalam tubuh Perda sebetulnya sudah disebutkan kawasan rawan
gelombang pasang tsunami. Cuman tidak dicerminkan dalam petanya, dengan demikian
nantinya RT/RW kota Palu akan diubah dan Direvisi bersamaan dengan penyusun
Renacana Detail Tata Ruang ( RTDR ).
Proyek Reklamasi harus segera dihentikan sehingga tidak tehimbas oleh
masyarakat atau Nelayan. Minimnya hasil penangkapan ikan membuat sebagian
nelayan dikota palu berganti profesi menjadi Kuli Bangunan. Agar dapat memenuhi
kebutuhan Hidup. Pemda seharunya harus cepat tannggap Dalam menangani hal
semacam ini, agar tidak terulang lagi.
Tiga ekosistem diwilayah pesisir seperti mangrove, padang lamun, dan terumbu
karang, di satu sisi adalah rumah biota laut. Tapi disisi lain, ini bisa jadi penahanan
abrasi dan barrier terhadap gelombang air laut ada kemungkinan untuk dapat
menimalisir dampak tsunami. Mangrove memang tidak bisa 100 persen melindungi
tetapi terbukti mengurangi keparahan dampak.

Anda mungkin juga menyukai