Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Asuhan Keperawatan Gerontik


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah CNP V

Disusun oleh:
Nani Lestari 220110140104
Tutorial 8

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

MATERI : Kesehatan Lansia


SASARAN : Ny. I (Lansia di Cibeusi Jatinangor)
HARI/TANGGAL :
WAKTU : 1 x 30 menit
TEMPAT : Cibeusi Jatinangor
PEMBERI MATERI :
1. Dewi Lusiana
2. Nani Lestari

TUJUAN INSTITUSIONAL (TI)


Meningkatkan pengetahuan lansia di Cibeusi tentang kesehatan lansia dan
pencegahan resiko jatuh.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mengikuti penyuluhan ini selama 30 menit, peserta didik diharapkan dapat
mengetahui/memahami tentang kesehatan lansia dan pencegahan resiko jatuh serta
dapat mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari.

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK


 Lansia berusia > 60 tahun
 Berdomisili di Jatinangor

ANALISA TUGAS
 KNOW
Kesehatan Lansia
Cara mencegah terjadinya jatuh
Latihan keseimbangan dan senam lansia untuk meminimalisir resiko jatuh
 DO
Melakukan upaya untuk meminimalisir risiko jatuh dengan melakukan latihan
keseimbangan dan senam lansia.
 SHOW
Mengajukan pertanyaan apabila ada hal-hal yang tidak dimengerti dari materi
yang diberikan.
Berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah mengikuti penyuluhan, peserta didik diharapkan mampu:
Menjelaskan tentang kesehatan lansia
Menjelaskan cara pencegahan resiko jatuh
Mempraktekan latihan keseimbangan dan senam lansia

POKOK BAHASAN
Penjelasan tentang kesehatan lasia pada peserta penyuluhan di Cibeusi Jatinangor.

SUB POKOK BAHASAN


Menjelaskan tentang kesehatan lansia
Menjelaskan cara pencegahan resiko jatuh
Mempraktekan latihan keseimbangan dan senam lansia

ALOKASI WAKTU
Apersepsi : 5 menit
Penyajian Materi : 15 menit
Penutup : 10 menit
Total waktu : 30 menit
STRATEGI INSTRUKSIONAL
 Menggunakan media pengajaran untuk mempermudah memberi pemahaman
pada peserta didik
 Menjelaskan materi-materi penyuluhan
 Mengadakan simulasi
 Mengadakan tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta
didik

MATERI PENYULUHAN (terlampir)

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


Kegiatan Pemberi Kegiatan Peserta Media/
Tahap Metode Waktu
Materi Didik alat
Pra-kegiatan  Menyiapkan sarana - - - 3 menit
dan perlengkapan
Apersepsi  Memberi salam  Menyimak  Ceramah - 5 menit
 Perkenalan  Menyimak  Ceramah -
 Menjelaskan tujuan  Menyimak  Ceramah -
penyuluhan
 Menjelaskan cakupan  Menyimak  Ceramah -
materi yang akan
dibahas
Penyajian  Brainstorming/  Mengutarakan Brainstorming/ - 15 menit
Materi menggali ide dan pendapat Tanya jawab
pemahaman peserta
didik tentang
kesehatan
 Menyampaikan  Menyimak dan Ceramah Video
materi: mendengarkan
 Kesehatan lansia dengan baik
 Cara pencegahan
resiko jatuh
 Latihan
keseimbangan
dan senam lansia
 Meminta peserta  Mempraktekan
didik melakukan latihan
latihan keseimbangan
keseimbangan dan dan senam lansia
senam lansia Tanya jawab
 Memberikan  Bertanya pada
kesempatan kepada pemberi materi
peserta didik untuk
bertanya
Penutup  Melakukan evaluasi  Mengikuti  Evaluasi  Lembar 10 menit
evaluasi evaluasi
 Memberikan  Peserta  Tanya jawab -
kesempatan pada merangkum
peserta untuk dan
merangkum dan menyimpulkan
menyimpulkan materi materi
yang telah diberikan
 Menutup acara  Menyimak  Ceramah -

MEDIA PENGAJARAN
 Video

METODE
 Ceramah
 Tanya jawab
 Evaluasi

SUMBER
Kementerian Kesehatan RI, B. K. dan P. M. (2016). Lansia Sehat: Lansia Aktif,
Mandiri dan Produktif. Retrieved May 15, 2018, from
http://www.depkes.go.id/article/view/16053000001/lansia-sehat-lansia-aktif-
mandiri-dan-produktif.html
Suciana, Fitri; Handyani, Sri; Ramadhani, I. N. (2018). Pengaruh Senam Bugar
Lansia Terhadap Penurunan Resiko Jatuh Pada Lansia. Jurnal Ilmu Kesehatan,
XI(I), 287–296.
Syah, I., Purnawati, S., & Sugijanto. (2017). Efek Pelatihan Senam Lansia Dan
Latihan Jalan Tandem Sosial Tresna Kasih Sayang Ibu Batusangkar Sumatra T
He Effect of Combination of Elderly Gymnastics and Tandem Stance Exercise
To Increase Elderly Balance At. Sport and Fitness Journal, 5(1), 8–16.
EVALUASI (terlampir)

MATERI

a. Kesehatan Lansia

Lansia merupakan sebuah siklus hidup manusia yang pasti dialami setiap
orang. Kenyataan saat ini, setiap kali menyebut kata Lansia yang terbersit di benak
kita adalah seseorang yang tidak berdaya, dan memiliki banyak keluhan kesehatan.
Padahal, Lansia sebenarnya dapat berdaya sebagai subyek dalam pembangunan
kesehatan. Pengalaman hidup, menempatkan Lansia bukan hanya sebagai orang yang
dituakan dan dihormati di lingkungannya, tetapi juga dapat berperan sebagai agen
perubahan (agent of change) di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya dalam
mewujudkan keluarga sehat, dengan memanfaatkan pengalaman yang sudah dimiliki
dan diperkaya dengan pemberian pengetahuan kesehatan yang sesuai.
Lansia yang sehat harus diberdayakan agar dapat tetap sehat dan mandiri
selama mungkin. Salah satu upaya untuk memberdayakan Lansia di masyarakat
adalah melalui pembentukan dan pembinaan Kelompok Lansia yang di beberapa
daerah disebut dengan Posyandu Lansia atau Posbindu Lansia. Melalui Kelompok ini,
Lansia dapat melakukan kegiatan yang dapat membuat mereka tetap aktif, antara lain:
berperan sebagai kader di Kelompok Lansia,melakukan senam Lansia, memasak
bersama, termasuk membuat kerajinan tangan yang selain berperan sebagai
penyaluran hobi juga dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
Makin bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang mengalami
permasalahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu masalah yang
sangat mendasar adalah masalah kesehatan akibat proses degeneratif. Data Riset
Kesehatan (Riskesdas) tahun 2013, penyakit terbanyak pada Lansia terutama adalah
penyakit tidak menular (PTM) antara lain hipertensi, osteoarthritis, masalah gigi dan
mulut, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan diabetes mellitus (DM).
Penanganan kasus penyakit tersebut di atas tidaklah mudah karena penyakit
pada Lansia umumnya merupakan penyakit degeneratif, kronis, multi diagnosis, yang
penanganannya membutuhkan waktu lama dan biaya tinggi, sehingga akan menjadi
beban yang sangat berat bagi masyarakat dan pemerintah termasuk bagi Program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Karena itu strategi pembangunan bidang
kesehatan lebih mengutamakan promotif dan preventif dengan dukungan pelayanan
kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas, termasuk dalam hal kesehatan Lansia.
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) serta Program Keluarga Sehat adalah
beberapa strategi unggulan yang sedang dijalankan Kemenkes. Lansia diharapkan
menjadi Lansia yang sehat, aktif dan produktif. Hal tersebut dapat dicapai dengan
cara mengatur pola hidup dan menjaga kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
b. Resiko Jatuh pada Lansia
Perubahan fisikdapat terjadi pada lansia salah satunya adalah sistem
muskuloskeletal.Tulang kehilangan densitas(cairan) dan semakin rapuh, kekuatan dan
stabilitas tulang menurun, terjadi kifosis, gangguan gaya berjalan, tendon mengerut
dan mengalami skeleosis, atrofi serabutotot, serabut otot mengecil sehingga gerakan
menjadi lamban, otot kram, dan menjaditremor, aliran darah ke otot berkurang sejalan
dengan proses menua. Perubahan tersebut dapat mengakibatkan adanya kelambanan
dalam gerak, langkah kaki yang pendek, kekuatan otot menurun terutama ekstremitas
bawah. Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan cenderung mudah goyah, lansia
menjadi lambat mengantisipasi bila terjadi gangguan terpeleset, tersandung,
mengalami gangguan keseimbangan dan akhirnya berisiko jatuh (Syah, Purnawati, &
Sugijanto, 2017).
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan
tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi. Jika keseimbangan tubuh lansia tidak
dikontrol, maka dapat menimbulkan masalah besar pada kualitas hidup lansia, seperti
hilangnya rasa percaya diri dalam beraktivitas karena adanya rasa takut akan jatuh,
patah tulang, cedera kepala serta kecelakaan lainnya akibat kecenderungan jatuh.
Kejadian jatuh sebagai dampak langsung dari gangguan keseimbangan dapat
diminimalisasi dengan mengenal faktor resiko gangguan keseimbangan. Faktor
tersebut terdiri dari usia, aktivitas fisik, gangguan psikologis, penggunaan obat-
obatan tertentu dan penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung dan hipotensi
ortostatik. Penurunan keseimbangan postural akibat penurunan kekuatan otot dapat
ditingkatkan dengan melakukan latihan fisik yang berguna untuk menjaga agar fungsi
otot dan postur tubuh tetap baik.
Langkah yang dapat dilakukan agar para lansia dapat menikmati usia tua nya
dan mengatasi terjadinya penurunan keseimbangan dan kelemahan otot adalah
dengan melakukan upaya peningkatan kesehatan pada lansia yang salah satunya dapat
dilakukan dengan olahraga ataupun senam lansia. Depkes RI memperkenalkan senam
lansia untuk diterapkan bertujuan untuk memperkuat otot yang lemah dan
memperbaiki persendian yang kaku. Keadaan otot yang lemah dan persendian yang
kaku merupakan keluhan atau ciri dari usia lanjut, tetapi usia lanjut memerlukan olah
raga yang teratur, tidak berat, serta mudah dikuasai dan sesuai dengan kondisi serta
kemampuannya.
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencana yang diikuti oleh orang lansia yang dilakukan dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional. Penerapan latihan fisik melalui aktifitas
olahraga berupa Senam Sehat Indonesia bagi lansia akan membantu menjaga serta
membiasakan otot dan sendi agar tetap bergerak, karena dengan bergerak secara tidak
langsung akan menjaga otot dan sendi agar tidak mengalami penurunan fungsi yang
akan berdampak pada penurunan kemampuannya dalam menunjang mobilitas lansia.
Senam lansia terdiri dari berbagai macam gerakan, tidak hanya terfokus pada satu
gerakan saja, hal ini membuat seluruh fungsi tubuh lansia menjadi terlatih dan secara
tidak langsung akan menjaga fungsi tubuhnya agar dapat bekerja secara maksimal.
Menurut penelitian yang dilakukan Sumantarsih, senam lansia dapat
meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan otot. Meskipun senam lansia
memberikan banyak manfaat bagi tubuh lansia, akan tetapi pelatihan senam lansia
saja tidak cukup karena menurut Budiharjo fokusnya utama pada kekuatan tulang,
melibatkan otot-otot besar sehingga latihannya ditambah beberapa bentuk permainan-
permainan untuk meningkatkan koordinasi keseimbangan dan kelenturan.
Jalan Tandem (Tandem Stance) merupakan salah satu dari jenis latihan
keseimbangan (balance exercise) yang melibatkan proprioseptif terhadap kestabilan
tubuh. Latihan ini dilakukan dengan cara berjalan dalam satu garis lurus dalam posisi
tumit kaki menyentuh jari kaki yang lainnya sejauh 3-6 meter, latihan ini dapat
meningkatkan keseimbangan postural bagian lateral, yang berperan dalam
mengurangi resiko jatuh pada lansia (Syah et al., 2017). Latihan ini melatih secara
visual dengan melihat ke depan serta memperluas arah pandangan untuk dapat
berjalan lurus. Latihan jalan tandem juga mengaktifkan somatosensoris dan vestibular
(proprioceptive) yang mempertahankan posisi tubuh tetap tegak selama berjalan, serta
melakukan pola jalan yang benar.
Jalan tandem dilihat dari gerakan kaki dan dimana letak tekanan pada area
telapak kaki dan cara bergerak maju. Dalam gangguan cerebellar atau kelemahan
vestibular dapat menghasilkan gerakan yang condong kesisi yang terkena. Gerakan-
gerakan korektif kecil merupakan hal yang normal, itu menunjukkan bahwa
seseorang dapat merasakan input proprioseptif yang diterima. Latihan proprioseptif
melibatkan gerakan lambat dalam setiap perpindahan gerak dan posisi sehingga
nuclei subcortical dan basal ganglia untuk menganalisis sensasi posisi dan
mengirimkan umpan balik berupa kontraksi otot yang diharapkan.
Selanjutnya latihan ini diadaptasi sebagai stabilitas fungsional yang
baru.Lansia yang mengalami penurunan aktivitas motorik dibantu untuk
meningkatkan keseimbangan dengan meningkatkan respon proprioseptif yang dapat
meningkatkan stabilitas sendi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gaur,
menyimpulkan bahwa latihan proprioseptif dengan walking exercise lebih efektif
dibandingkan dengan latihan kestabilan menggunakan Swiss ball19. Dalam penelitian
Batson G menyimpulkan bahwa latihan proprioseptif pada penari-penari
menggunakan rangsangan sensorik dan jalan tandem lebih efektif meningkatkan
motor control, motor planning, dan postural stability pada penari yang berdampak
akurasi posisi dan keseimbangan ketika menari.
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi
kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula
spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada
pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan thalamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada
impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah
ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari
alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain, serta otot di proses di
korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang. Jalan Tandem juga
memberikan pengaruh pada hubungan berjalan secara M/L (Medial/Lateral),
mengontrol ankle, mekanisme investor/everstor, otot-otot dominan load/unload dari
hip abduksi dan adduksi, sedangkan pada kondisi AP, jalan tandem akan
meningkatkan hip ekstensor dan flexor sehingga dapat melatih sensorik dan motorik
untuk mempertahankan keseimbangan secara neuro control perspektif.
Senam lansia adalah sebuah aktivitas fisik yang mempunyai ritme. Senam
lansia dapat dilakukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan kondisi fisik
lansia sehingga dapat meningkatkan kekuatan otot, daya tahan, kecepatan,
keterampilan dan kelenturan sendi. Komponen keseimbangan yang dilatih dengan
senam lansia ini adalah, kekuatan otot, pergerakkan sendi, dan kesinergisan postural.
Adanya aktivitas dari otot yang berkontraksi, dapat memelihara dan meningkatkan
otot - otot sehingga stabilitas dan keseimbangan tubuh juga meningkat.
Senam bugar lansia merupakan olah raga ringan yang mudah dilakukan dan
tidak memberatkan sehingga dapat dilakukan oleh lansia. Senam bugar lansia ini
dapat membantu tubuh agar tetap bugar dan segar, karena mampu melatih tulang
tetap kuat, meningkatkan kekuatan otot, mendorong jantung bekerja secara optimal
dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berada di dalam tubuh.( Widiyati&
Proverawati, 2010, h114).Senam bugar lansia terutama latihan keseimbangan dan
kekuatan yang merupakan salah satu senam aerobic low impact adalah salah satu
intervensi yang secara tunggaldapat mengurangi jatuh pada lansia sehingga senam
bugar lansia dijadikan sebagai program intervensi untuk pencegahan jatuh. Hal ini
disebabkan karena senam mampu meningkatkan mobilitas, kekuatan, dan
keseimbangan tubuh (Centers for Disease Control and Prevention, 2008, h2). Sesuai
dengan penelitian Manangkot, M.V., Sukawana, I.W., Witarsa, M.S. (2016, h26)
diperoleh nilai signifikansi 0,001, hal ini menunjukkan adanya pengaruh senam lansia
terhadap keseimbangan tubuh pada lansia.Lansia yang frekuensi senamnya teratur
akan semakin jauh kemungkinan untuk mengalami kejadian jatuh. Senam bugar
lansia merupakan bentuk latihan fisik yang mempunyai pengaruh yang baik untuk
meningkatkan kemampuan otot sendi yang dapat memberikan kebugaran dan
meningkatkan daya tahan tubuh, apabila otot sering dilatih maka cairan sinovial akan
meningkat atau bertambah. Cairan sinovial ini berfungsi sebagai pelumas dalam
sendi, artinya cairan sinovial pada sendi dapat mengurangi risiko cidera pada lansia
(Suhartati,2015, h8) dalam (Suciana, Fitri; Handyani, Sri; Ramadhani, 2018).
Pelatihan pada keseimbangan lansia yang hanya memuat senam lansia saja
memiliki beberapa kekurangan yaitu belum optimalnya pemanfaatan respon sensorik
tubuh terhadap keseimbangan lansia, sehingga dibutuhkan kombinasi latihan lain
yang dapat menunjang keseimbangan lansia tidak hanya dari respon motorik saja
tetapi juga respon sensorik dan neurologinya. Penambahan latihan jalan tandem dapat
meningkatkan keseimbangan lebih baik dibandingkan hanya melakukan senam lansia
saja.Hasil ini sesuai dengan penelitian yang didapatkan oleh Maryam yang
menyatakan program latihan fisik yang terdiri dari pemanasan, latihan fisik, diikuti
dengan latihan koordinasi, keseimbangan dan latihan kekuatan otot serta pendinginan
yang dilakukan dapat menurunkan angka kejadian jatuh dan meningkatkan
keseimbangan tubuh (Syah, Purnawati, & Sugijanto, 2017).

Anda mungkin juga menyukai