Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK REMAJA DENGAN

GANGGUAN POLA TIDUR

Muthia Vaora (1), Febriana Sabrian (2), Yulia Irvani Dewi (3)

1. Program Profesi Ners Universitas Riau


2. Departemen Jiwa & Komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau
3. Departemen Medikal Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau
Jalan Patimura no 9 Pekanbaru, 28293, Indonesia

Email : fsabrian@unri.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok remaja usia dengan gangguan
pola tidur (insomnia). Metode penelitian adalah deskripsi korelasi dengan metode cross sectional yaitu untuk
mengetahui dan menganalisa hubungan kebiasaan merokok dengan gangguan pola tidur. Penelitian dilakukan di
SMA Negeri 9 Pekanbaru dengan melibatkan 81 responden. Metode pengambilan sampel adalah simple random
sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang telah dimodifikasi dan diuji validitas serta
reliabilitasnya. Analisa yang digunakan adalah univariat dan bivariat. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, didapatkan data bahwa sebagian besar siswa mengkonsumsi rokok dengan kategori perokok ringan
yakni sebanyak 34 responden (42%) dan mayoritas responden mengalami insomnia yakni sebanyak 69
responden (85,2%). Hasil penelitian uji analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan
merokok remaja dengan gangguan pola tidur dengan pengaruh bermakna yakni p value=0,005. Hasil penelitian
ini merekomendasikan pada pihak sekolah untuk melakukan promosi kesehatan tentang rokok dan memasukkan
materi tentang bahaya dan dampak merokok bagi remaja dalam mata ajar Bimbingan Konseling (BK)

Kata kunci : insomnia, remaja, rokok

PENDAHULUAN 2010).
Merokok adalah bentuk utama dari Pengaruh nikotin dalam rokok
penggunaan tembakau dan dapat membuat seseorang menjadi pecandu
34,8% atau ketergantungan pada rokok. Remaja
(59.900.000) dari populasi orang dewasa di yang sudah kecanduan merokok tidak
Indonesia saat ini mengkonsumsi rokok dapat menahan keinginan untuk tidak
tembakau (WHO, 2011). Prevalensi merokok, mereka cenderung sensitif
merokok adalah 67,0% (57.600.000) di terhadap efek dari nikotin (Parrot, 2007).
antara laki-laki dan 2,7% (2,3 juta) di Ketergantungan nikotin menyebabkan
antara wanita. Di antara populasi orang seorang perokok harus menghisap rokok
dewasa: 56,7% laki-laki dewasa terus-menerus dan menimbulkan berbagai
(57.600.000): 1,8% wanita dewasa (1,6 akibat terhadap tubuh, salah satunya adalah
juta) dan 29,2%, secara keseluruhan (50,3 insomnia (Markou, 2011).
juta) adalah perokok setiap hari. Penelitian membuktikan bahwa
Data WHO tahun 2011 di Indonesia bahwa terdapat peningkatan risiko
menunjukkan bahwa remaja Indonesia terjadinya insomnia pada mahasiswa
yang merokok pertama kali pada usia 15 perokok (Amhari, 2010). Cohrs (2010)
tahun sebanyak 67% pada tahun 2010. juga menemukan bahwa bahwa 17%
Untuk Provinsi Riau sendiri remaja yang perokok dilaporkan hanya tidur kurang dari
mulai merokok pada usia (15-19 tahun) enam jam setiap malam dan sekitar 28%
adalah sebanyak 49,5%. Ini membuat Riau perokok mengalami buruknya kualitas
berada pada peringat kedua setelah Maluku tidur. Beberapa penelitian sebelumnya juga
Utara sebanyak 51,9% (RISKESDAS menegaskan, buruknya kualitas tidur telah
Hubungan Kebiasaan Merokok Remaja Dengan Gangguan Pola Tidur 58
Muthia Vaora, Febriana Sabrian, Yulia Irvani Dewi
dikaitkan dengan berbagai gangguan untuk mengidentifikasi hubungan
kesehatan, seperti obesitas, diabetes dan kebiasaan merokok dengan gangguan pola
penyakit jantung, selain itu kurang tidur di tidur.
malam hari juga akan mempengaruhi
mood, konsentrasi kerja dan lesu pada Peneliti menggunakan desain
keesokan harinya. penelitian sebagai petunjuk dalam
Survei pendahuluan dilakukan di perencanaan dan pelaksanaan penelitian
SMA Negeri 9 Pekanbaru dengan untuk mencapai tujuan penelitian
mengobservasi banyaknya siswa yang (Nursalam, 2003). Desain penelitian yang
merokok di kantin sekolah pada waktu digunakan adalah deskriptif korelatif
istirahat dan mengobservasi lingkungan dengan rancangan cross sectional yaitu
sekitar sekolah yang banyak dijadikan penelitian yang menekankan waktu
siswa-siswa untuk duduk sambil merokok. pengukuran atau observasi data variabel
Berdasarkan hasil wawancara dengan 13 independen dan dependen hanya satu kali
siswa laki-laki di SMA Negeri 9 pada suatu saat (Nursalam, 2008).
Pekanbaru di dapatkan data bahwa 6 Penelitian ini bertujuan untuk
diantaranya adalah perokok berat dengan mengidentifikasi hubungan kebiasaan
insomnia, 4 diantaranya perokok berat merokok dengan gangguan pola tidur.
tanpa insomnia dan 3 diantaranya perokok Penelitian ini dilaksanakan di SMA
sedang dengan insomnia. Hal lain Negeri 9 Pekanbaru. Alasan peneliti
ditambahkan oleh salah satu guru memilih SMA Negeri 9 Pekanbaru karena
Bimbingan Konseling di SMA Negeri 9 dari hasil observasi peneliti melihat
Pekanbaru bahwa beberapa dari siswa yang banyaknya warung-warung kecil di sekitar
telah peneliti wawancarai adalah siswa sekolah yang sering dijadikan remaja SMA
yang tampak tidak segar dan tidak Negeri 9 Pekanbaru untuk kumpul dan
bersemangat saat mengikuti kegiatan merokok, ditambah lagi banyaknya siswa
belajar mengajar di kelas. Berdasarkan yang merokok diwaktu istirahat pelajaran.
survei pendahuluan dan paparan latar Kegiatan penelitian dilaksanakan dari
belakang yang ditemukan oleh peneliti, bulan September 2013 sampai dengan
maka peneliti tertarik untuk melakukan bulan Februari 2014.
penelitian tentang “Hubungan kebiasaan Metode pengambilan sampel yang
merokok remaja dengan gangguan pola digunakan Quota Sampling. Jumlah sampel
tidur di SMA Negeri 9 Pekanbaru “. ditentukan dengan menggunakan rumus
berikut ini, dan didapatkan bahwa jumlah
METODOLOGI PENELITIAN sampel yang akan diikutsertakan dalam
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian ini adalah 81 orang. Kriteria
penelitian yang disusun sedemikian rupa sampel yang digunakan adalah: remaja
sehingga dapat menuntun peneliti untuk laki-laki kelas X dan XI yang merokok,
dapat memperoleh jawaban terhadap berusia 15-19 tahun yang bersekolah di
pertanyaan penelitian (Sastroasmoro & SMA Negeri 9 Pekanbaru dan bersedia
Ismael, 2008). Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian atau menjadi
desain penelitian yang digunakan adalah responden
deskriptif korelatif dengan rancangan N
cross sectional yaitu penelitian yang n
menekankan waktu pengukuran atau
observasi data variabel independen dan 2 1N(d )
dependen hanya satu kali pada suatu saat
(Nursalam, 2008). Penelitian ini bertujuan

58 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 58-66


Pengumpulan data yang dilakukan dengan hasil penelitian yang nantinya akan
menggunakan data primer yaitu dengan digunakan dalam pembahasan dan
menggunakan kuesioner yang diberikan kesimpulan. Untuk mencari persentase
kepada siswa yang memenuhi kriteria responden digunakan program komputer.
sampel. Kuesioner yang diberikan oleh Analisa bivariat dilakukan untuk
peneliti tersebut merupakan kuesioner menganalisa hubungan variable
yang telah disusun sendiri oleh peneliti independen dengan variabel dependen
berdasarkan variabel-variabel yang ingin yang dilakukan dengan pengujian statistic
diteliti oleh peneliti yakni kebiasaan Chi-square yaitu dengan derajat
merokok dan gangguan pola tidur remaja. kepercayaan (α) 0,05 dan disajikan dalam
Kuesioner terlebih dahulu diuji validitas bentuk tabulasi silang. Dari hasil yang
dan reliabilitasnya. Uji coba instrumen didapatkan dengan tabel 3x2 masih
kepada 30 orang remaja perokok yang ditemukan adanya nilai E<5, sehingga
bersekolah di SMA NEGERI 5 harus dilakukan penggabungan sel menjadi
Pekanbaru. Reliabilitas dalam penelitian tabel 2x2 dan uji yang digunakan adalah
ini didapatkan dari nilai cronbach’s alpa, Continuity Correction. Untuk melihat
dengan syarat nilai cronbach’s alpa > pengaruh variabel independen terhadap
nilai konstanta (0,6). Hasil uji validitas variebel dependen maka digunakan
didapatkan semua kuesioner valid, dimana program komputer.
r hitung > r tabel dengan r hitung 0,490-
0,841 dan r tabel 0,360. Hasil uji HASIL
reliabilitas mengukur semua kuesioner Berdasarkan penelitian yang telah
reliabel dengan cronbach’s alpa 0,936 > dilakukan terhadap 81 responden di SMA
0,6. Negeri 9 Pekanbaru tentang hubungan
Penelitian ini menggunakan analisa data kebiasaan merokok remaja dengan
secara univariat dan bivariat. Analisa gangguan pola tidur, diperoleh hasil
univariat bertujuan untuk melihat hasil sebagai berikut:
perhitungan frekuensi dan presentase dari
A. Analisis Univariat
1. Karakteristik Siswa
Tabel 3
Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik remaja

No Karakteristik Remaja Frekuensi (Orang) Persentase (%)


1 Usia
a. 14 tahun 1 1,2
b. 15 tahun 28 34,6
c. 16 tahun 27 33,3
d. 17 tahun 20 5 24,7
e. 18 tahun 81 6,2
Total 100
2 Agama
a. Islam 76 93,8
b. Kristen Protestan 3 3,7
c. Kristen Katolik 2 2,5
Total 81 100
3 Konsumsi Rokok
a. Ringan (< 10 batang/ hari) 34 29 42
b. Sedang (10 – 20 batang/ hari) 18 35,8
c. Berat (> 20 batang/ hari)
Hubungan Kebiasaan Merokok Remaja Dengan Gangguan Pola Tidur 60
Muthia Vaora, Febriana Sabrian, Yulia Irvani Dewi
Total 81 22,2
100
4 Kategori rokok remaja a.
Ringan 34 47 42 58
b. Sedang-Berat 81 100
Total
5 Insomnia
a. Tidak Insomnia 12 69 14,8 85,2
b. Insomnia 81 100
Total

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar mengkonsumsi rokok dengan


besar responden berada di usia 15 tahun kategori perokok ringan yakni sebanyak 34
yaitu sebanyak 28 responden (34,6%), responden (42%) dan mayoritas responden
mayoritas responden beragama Islam yaitu mengalami insomnia sebanyak 69
sebanyak 76 responden (93,8%), sebagian responden (85,2%).

B. Analisis Bivariat
1. Kebiasaan merokok dengan gangguan pola tidur

Tabel 4
Distribusi frekuensi kebiasaan merokok dengan gangguan pola tidur

Insomnia
Kategori Total Correlation
Tidak Ya p value
Rokok coefecient
F % F % F %
Ringan 10 2 29,4 24 70,6 34 100
9,375
Sedang- 4, 3 45 95,7 47 100 0,005
(1,889-46,294)
Berat
Total 12 14,8 69 85,2 81 100

Berdasarkan hasil analisis DISKUSI


didapatkan data responden yang memiliki 1. Karakteristik responden
kebiasaan merokok ringan yang mengalami a. Usia
insomnia sebanyak 24 orang (70,6%), Menurut Notoatmodjo (2005),
responden yang memiliki kebiasan usia adalah umur individu yang
merokok sedang-berat yang mengalami terhitung mulai dari dilahirkan sampai
insomnia sebanyak 45 orang (95,7%). saat berulang tahun. Usia adalah
Pengaruh kemaknaan dalam penelitian ini jumlah hari, bulan, tahun yang telah
didapatkan nilai p<0,05 yakni p value= dilalui sejak lahir sampai waktu
0,005 dengan corelation coefecient = 9,375 tertentu. Usia juga bisa diartikan
yang artinya seorang perokok sedang berat sebagai satuan waktu yang mengukur
memiliki resiko 9,375 kali lebih besar waktu keberadaan suatu benda atau
untuk mengalami insomnia dibandingkan makhluk baik yang hidup maupun yang
perokok ringan. mati.
Remaja didefinisikan sebagai
periode transisi perkembangan dari
58 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 58-66
masa kanak-kanak ke masa dewasa, kelompok yang diharapkannya,
yang mencakup aspek biologi, kognitif, meskipun ia harus melakukan hal-hal
dan perubahan sosial. Periode transisi yang bertentangan dengan perilaku
merupakan periode dimana remaja hidup yang sehat seperti merokok,
suka mencoba sesuatu yang baru demi narkoba dan sebagainya.
mencari identitas diri, seperti mencoba Peneliti menyimpulkan bahwa
rokok, narkoba dan sebagainya umur merupakan suatu domain penting
(Kemala, 2007). dalam pengetahuan, dimana seseorang
Berdasarkan hasil penelitian dimasa remajanya cenderung
didapatkan data bahwa sebagian besar mengeksplorasi diri dengan lingkungan
responden berada di usia 15 tahun sosialnya baik itu lingkungan positif
yaitu sebanyak 28 responden (34,6%). maupun lingkungan negatif dalam
Sejumlah studi menemukan menuju kedewasaannya.
penghisapan rokok pertama dimulai b. Kebiasaan merokok
pada usia 11-13 tahun karena rasa Merokok merupakan salah satu
ingin tahu yang kuat, pengaruh kebiasaan yang ditemui dalam
lingkungan sosial seperti modelling kehidupan sehari-hari. Gaya hidup atau
(orang tua, keluarga dan teman sebaya) life style ini dianggap menarik sebagai
menjadi salah satu determinan dalam suatu masalah dalam kesehatan,
memulai perilaku merokok. Setelah minimal dianggap sebagai faktor risiko
mencoba rokok pertama, individu dari suatu penyakit tidak menular.
tersebut akan menjadi ketagihan untuk Hasil studi menunjukkan bahwa
merokok. Prevalensi merokok perokok berat telah memulai
meningkat sesuai dengan penambahan kebiasaannya ini sejak berusia belasan
umur. Hal ini dapat dikatakan bahwa tahun, dan hampir tidak ada perokok
pada usia 15 tahun hampir dikatakan berat yang memulai merokok pada saat
remaja telah mengkonsumsi rokok dewasa, karena itulah, masa remaja
(Kemala, 2007). sering kali dianggap masa kritis yang
Merokok saat ini merupakan menentukan apakah nantinya kita
suatu fenomena. Meskipun telah menjadi perokok atau bukan (Bustan,
diketahui dampak negatifnya, merokok 2000).
tetap menjadi suatu hal yang paling Pernyataan diatas sesuai dengan
digemari semua orang, baik dari hasil penelitian dimana didapatkan data
kalangan usia tua maupun muda. bahwa kebiasaan merokok siswa dalam
Banyak alasan yang melatarbelakangi penelitian ini yang termasuk dalam
perilaku merokok pada usia muda kategori perokok ringan (< 10 batang/
tersebut. Peneliti menyimpulkan bahwa hari) ada sebanyak 34 responden
kebanyakan pria melakukan aktivitas (42%), yang termasuk dalam kategori
merokok. Hal ini dikarenakan, remaja perokok sedang (10 – 20 batang/ hari)
pria lebih banyak menghabiskan waktu ada sebanyak 25 responden (35,8%)
mereka diluar rumah bersama orang dan yang termasuk dalam kategori
lain dibandingkan dengan keluarganya, perokok berat (> 20 batang/ hari) ada
sehingga pengaruh orang lain dan sebanyak 18 responden (22,2%). Hal
lingkungan tersebut dirasakan sangat ini membuktikan bahwa secara
besar dalam perkembangan dan keseluruhan siswa di usia remaja ini
pembentukan identitas baginya. telah mengkonsumsi rokok dalam
Seorang remaja pria cenderung untuk kategori yang cukup besar.
memiliki kebutuhan dan mendapatkan c. Insomnia
pengakuan agar diterima dalam suatu
Hubungan Kebiasaan Merokok Remaja Dengan Gangguan Pola Tidur 62
Muthia Vaora, Febriana Sabrian, Yulia Irvani Dewi
Gangguan tidur pada remaja Remaja yang sudah kecanduan
dipengaruhi berbagai faktor baik medis merokok tidak dapat menahan
maupun nonmedis. Penelitian di keinginan untuk tidak merokok,
Jepang oleh Ohida dkk pada tahun mereka cenderung sensitif terhadap
2004 menunjukkan beberapa faktor efek dari nikotin. Ketergantungan
risiko terjadinya gangguan tidur, yaitu nikotin menyebabkan seorang perokok
jenis kelamin, siswa tingkat SMU, dan harus menghisap rokok terus-menerus
gaya hidup yang tidak sehat (stres dan menimbulkan berbagai akibat
psikologis, merokok dan minum terhadap tubuh, salah satunya adalah
alkohol). Berdasarkan hasil penelitian insomnia (Sanchi, 2009)
didapatkan data bahwa mayoritas Insomnia merupakan gangguan
responden mengalami insomnia yakni untuk memperoleh keadaan tidur yang
sebanyak 69 responden (85,2%) dan maksimal, baik dari segi kualitas
yang tidak mengalami insomnia ada maupun kuantitas. Talbot tahun 2011
sebanyak 12 responden (14,8%). mendefinisikan insomnia sebagai
Penelitian mengenai insomnia gangguan tidur berupa kesulitan untuk
pada remaja ini pernah dilakukan oleh memulai tidur, kesulitan untuk
Johnson dkk pada remaja 13 hingga 16 mempertahankan tidur atau bangun
tahun mengenai epidemiologi insomnia tidur pagi dengan perasaan tidak puas
sesuai DSM-IV pada remaja tidur. Akibat dari insomnia dapat
menunjukkan bahwa prevalensi berupa penurunan kualitas hidup.
insomnia adalah 10,7% dengan usia Berdasarkan hasil analisis
median timbulnya insomnia adalah 11 didapatkan data responden yang
tahun.Penelitian Markou tahun 2011 memiliki kebiasan merokok ringan
yang menyatakan gangguan tidur yang yang mengalami insomnia yakni
paling banyak ditemukan pada remaja sebanyak 24 orang (70,6 %), responden
adalah insomnia. yang memiliki kebiasan merokok
sedang-berat yang mengalami
2. Analisa Bivariat insomnia yakni sebanyak 45 orang
Bahaya rokok bagi kesehatan (95,7%). Pengaruh kemaknaan dalam
dapat berupa gangguan kardiovaskular, penelitian ini didapatkan nilai p<0,05
pernapasan, keganasan, mental, dan yakni p value= 0,005 dengan
gangguan lainnya. Semakin muda usia coefecient corelation = 9,375 yang
seseorang memulai konsumsi rokok, artinya seorang perokok sedang berat
maka semakin panjang durasi memiliki resiko 9,375 kali lebih besar
merokoknya dan makin besar beban untuk mengalami insomnia
merokok untuk berkembang menjadi dibandingkan perokok ringan.
penyakit. Pada umumnya perilaku Hasil penelitian ini didukung
merokok pada remaja semakin lama oleh penelitian yang telah dilakukan
akan semakin meningkat sesuai dengan oleh Mushoffa, Husein dan
tahap perkembangannya yang ditandai Bakhriansyah (2012) mengenai
dengan meningkatnya frekuensi dan hubungan antara perilaku merokok dan
intensitas merokok, serta sering kejadian insomnia pada mahasiswa FK
mengakibatkan mereka mengalami UNLAM dengan sampel penelitian
ketergantungan nikotin. Pengaruh yang memenuhi kriteria inklusi
nikotin dalam rokok dapat membuat sebanyak 108 orang yang terdiri dari
seseorang menjadi pecandu atau 33 orang perokok dan 75 orang non
ketergantungan pada rokok. perokok. Hasil analisis menunjukkan

58 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 58-66


bahwa terdapat hubungan antara insomnia yakni sebanyak 24 orang
perilaku merokok dan kejadian (70,6%), responden yang memiliki
insomnia. Hal ini selaras dengan kebiasan merokok sedang berat yang
pernyataan Prasadja (2006) yang mengalami insomnia yakni sebanyak 45
menyatakan bahwa rokok orang (95,7%). Pengaruh kemaknaan
meningkatkan tekanan darah, dalam penelitian ini didapatkan nilai
mempercepat denyut jantung dan p<0,05 yakni p value= 0,005 dengan
meningkatkan aktifitas otak, pada coefecient corelation = 9,375 yang artinya
pecandu akut yang baru mulai seorang perokok sedang berat memiliki
kecanduan rokok, selain lebih sulit resiko 9,375 kali lebih besar untuk
tidur, seseorang juga dapat terbangun mengalami insomnia dibandingkan
oleh keinginan kuat untuk merokok perokok ringan. Penelitian ini
setelah tidur kira-kira dua jam. Setelah merekomendasikan pada pihak sekolah
merokok, seseorang akan sulit untuk untuk melakukan promosi kesehatan
tidur kembali karena efek stimulan dari tentang rokok dan memasukkan materi
nikotin. tentang bahaya dan dampak merokok bagi
Penelitian ini selaras dengan remaja dalam mata ajar Bimbingan
penelitian yang pernah dilakukan oleh Konseling (BK) disamping tetap
Chien et al pada tahun 2010 tentang melakukan pengawasan yang ketat
durasi tidur dan insomnia sebagai terhadap aturan larangan merokok di
faktor risiko penyakit kardiovaskular sekolah.
dan penyebab kematian pada 3.430
pada etnik Cina di Taiwan. Dalam DAFTAR PUSTAKA
penelitian tersebut mereka
menyimpulkan bahwa terdapat Annahri. (2010). Hubungan antara perilaku
beberapa faktor yang mempengaruhi merokok dengan kejadian insomnia
durasi tidur dan insomnia, dan pada mahasisea fakultas kedokteran
merokok merupakan salah satu faktor Universitas Lambung Mangkurat.
penting yang sering ditemukan pada Diperoleh pada tanggal 09 agustus
responden laki-laki. Pada penelitian 2013 dari
tersebut juga disimpulkan bahwa ejournal.unlam.ac.id/index.php/bk/a
terdapat hubungan yang bermakna r ticle/download/260/217
antara perilaku merokok dan kejadian
insomnia (p < 0,005, p value = 0,0001). Bustan, N.M. (2000).
Hal ini dibuktikan dengan Epidemiologi penyakit tidak
didapatkannya 31,7% dari 889 menular. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
responden merupakan perokok yang
mengalami occasional insomnia, Chien KL, Chen PC, Hsu HC et al. (2010).
30,5% dari 351 responden merupakan Habitual sleep duration and
perokok yang mengalami frequent insomnia and the risk of
insomnia, dan 29,5% dari 78 cardiovascular events and all-cause
responden merupakan perokok yang death: report from a community
mengalami insomnia hampir setiap hari based cohort. Sleep. 33: 1-8.
(13). Diperoleh pada tanggal 15 Januari
KESIMPULAN DAN SARAN 2014 dari
http://webcache.googleusercontent.c
Berdasarkan hasil analisis
om/
didapatkan data responden yang memiliki
kebiasan merokok ringan yang mengalami
Hubungan Kebiasaan Merokok Remaja Dengan Gangguan Pola Tidur 64
Muthia Vaora, Febriana Sabrian, Yulia Irvani Dewi
GATS. (2011). WHO report on the global Parrot. (2007). Does cigarette smoking
tobacco epidemic. Diperoleh tanggal cause stress. Journal of clinican
30 Agustus 2011 dari psycology. Diperoleh pada tanggal
http://www.who.int. 09 agustus 2013 dari
ejournal.unlam.ac.id/index.php/bk/ar
Hastono,PS. (2007). Statistik ticle/download/260/217 .
kesehatan .Jakarta : Raja grapindo
Persada. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku
ajar fundamental keperawatan:
Markou. (2011). A neuronal mechanisme konsep proses dan praktik. Jakarta:
underlying development of nicotine EGC
dependence; implication for novel
smoking-cessation treatments. Prasadja, A.(2006). Kesehatan tidur dan
Addiction science and clinical kebiasaan merokok. Diperoleh pada
practice. Diperoleh pada tanggal 09 tanggal 17 Januari 2014 dari
Agustus 2013 dari http://www.dailymotion.com/prasadj
ejournal.unlam.ac.id/index.php/ a/journal.

Mushoffa, Husein & Bakhriansyah. (2012). Rochadi, K. (2004). Hubungan


Hubungan antara perilaku merokok konformitas dengan perilaku
dan kejadian insomnia pada merokok pada remaja sekolah
mahasiswa Fk UNLAM. Diperoleh SMUN di 5 wilayah DKI Jakarta.
pada tanggal 17 Januari 2014 dari Disertasi Program Pasca Program
http://webcache.googleusercontent.c Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
om/ Universitas Indonesia.

Notoatmodjo, S. (2010). Sastroasmoro & ismael. (2008). Dasar–


Metodologi penelitian kesehatan, dasar metodologi penelitian klinis
Rineka Cipta, Jakarta. Edisi ke 3, Sagung Seto : Jakarta.

Notoatmojo, S. (2005). Metodologi Sharkawy. (2011). Cigarette smoking


penelitian kesehatan edisi revisi. Jakarta: among university students, family
Rineka Cipta. related and personal risk factors.
Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan Journal of Americans Science.
metodologi penelitian ilmu Diperoleh pada tanggal 09 agustus
keperawatan. Salemba 2013 dari
Medika, ejournal.unlam.ac.id/index.php/
Jakarta.
Talbot LS, Stone S, Gruber J et al. (2011).
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan A test of the bidirectional association
metodologi penelitian ilmu between sleep and mood in bipolar
keperawatan. Salemba disorder and insomnia. Journal of
Medika, Abnormal Psychology 2011; 7: 1-12.
Jakarta.
Williams. (2005). Cigarette smoking
associated with suicidal ideation
among young people. The American

58 Jurnal Keperawatan Jiwa . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 58-66


Journal of psycology. Diperoleh pada
tanggal 09 agustus 2013 dari
ejournal.unlam.ac.id/index.php/

Hubungan Kebiasaan Merokok Remaja Dengan Gangguan Pola Tidur 66


Muthia Vaora, Febriana Sabrian, Yulia Irvani Dewi

Anda mungkin juga menyukai