Anda di halaman 1dari 8

M.Annahri M. dkk.

Hubungan Antara Perilaku Merokok…

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DAN


KEJADIAN INSOMNIA

PADA MAHASISWA FK UNLAM

Muhammad Annahri Mushoffa ¹, Achyar Nawi Husein², Mohammad Bakhriansyah³

¹ Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung


Mangkurat Banjarmasin
² Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD H. Moch Anshri Saleh Banjarmasin
³ Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

ABSTRACT: Cigarettes contain about 4000 toxic substances thataffecting health


status and cigarettes consumption leads to some diseases such as cardiovascular and
respiratory diseases, malignancy, mental and other disorders, including insomnia.
This researchwas aimed to analyze the association between smoking behavior and
insomnia on Medical Faculty student of LambungMangkurat University. It was an
observational analytic studywith cross-sectional approach. The population was108 male
students who met the inclusion criteria. Insomnia was assessed by Insomnia Rating Scale
questionnaire. The result showed that 5 smoker students with insomnia (15.15%), 28
smokers students without insomnia (84.85%), 2 non-smoker students with insomnia
(2.67%), and 73 non-smoker students without insomnia (97.33%). The data were
analyzed by usingFisher’s statistic test with 95% confidence interval.Statistical analysis
revealed that the p value 0.027. Hence, there was anassociation between smoking
behavior and insomnia. It couldbe concluded that there wasan significant association
betweensmoking behavior and insomnia on Medical Faculty student of
LambungMangkurat University.

Keywords: smoking behavior, insomnia, male, Medical Faculty student of


LambungMangkurat University.

ABSTRAK: Rokok memiliki sekitar 4000 zat beracun yang dapat mempengaruhi
kesehatan manusia. Berbagai gangguan seperti penyakit kardiovaskular,
pernapasan, keganasan, mental dan gangguan lainnya, termasuk insomnia dapat
muncul sebagai akibat konsumsi rokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara perilaku merokok dan kejadian insomnia pada mahasiswa FK UNLAM.
Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional.
Populasi penelitian adalah 108 mahasiswa laki-laki di FK UNLAM yang memenuhi
kriteria inklusi. Kejadian insomnia ditentukan dengan menggunakan kuesioner Insomnia
Rating Scale. Dari kuesioner didapatkan data mahasiswa perokok dengan insomnia 5
orang (15,15%), mahasiswa perokok tanpa insomnia 28 orang (84,85%), mahasiswa
nonperokok dengan insomnia 2 orang (2,67%), dan mahasiswa nonperokok tanpa
insomnia 73 orang (97,33%). Data kemudian dianalisis dengan uji statistik Fisher’s.Hasil
analisis data menggunakan uji Fisher’s dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan
nilai p = 0,027. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
risiko terjadinya insomnia pada mahasiswa perokok FK UNLAM.

Kata-kata kunci: perilaku merokok, insomnia, laki-laki, FK UNLAM


PENDAHULUAN
85
Berkala Kedokteran Vol. 9 No. 1 April 2013: 85-92

menurun. Namun, penelitian Fahdila


Konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2011 menemukan 32
pada tahun 2008 mencapai 240 orang mahasiswa Fakultas
miliar batang atau sekitar 658 juta Kedokteran Universitas Lambung
batang per hari. Prevalensi perokok Mangkurat sebagai perokok aktif.
terus meningkat dari 27% (1995), Bahaya rokok bagi kesehatan
31,5% (2001) dan menjadi 34,4% dapat berupa gangguan
(2004). Peningkatan tertinggi kardiovaskular, pernapasan,
perokok terjadi pada kelompok keganasan, mental, dan gangguan
remaja umur 15-19 tahun, dari 7,1% lainnya. Semakin muda usia
(1995) menjadi 12,7% (2001) dan seseorang memulai konsumsi rokok,
17,3% (2004) atau naik 144% selama maka semakin panjang durasi
tahun 1995-2004 (1). merokoknya dan makin besar beban
Berdasarkan jenis kelamin, dua merokok untuk berkembang menjadi
dari tiga laki-laki dewasa (63%) penyakit (2).
adalah perokok. Prevalensi Pada umumnya perilaku
perempuan perokok adalah 4,5% merokok pada remaja semakin lama
(2004), meningkat dari 1,3% (2001) akan semakin meningkat sesuai
atau 3,5 kali lipat. Peningkatan dengan tahap perkembangannya
tertinggi terjadi pada perempuan yang ditandai dengan meningkatnya
remaja kelompok umur 15-19 tahun frekuensi dan intensitas merokok,
yang meningkat sebesar 9,5 kali serta sering mengakibatkan mereka
lipat, dari 0,2% (2001) menjadi 1,9% mengalami ketergantungan nikotin
(2004) (1). (3). Pengaruh nikotin dalam rokok
Tahun 2004, satu dari tiga dapat membuat seseorang menjadi
(33%) remaja laki-laki usia 15-19 pecandu atau ketergantungan pada
tahun adalah perokok aktif. Fakta rokok.Remaja yang sudah kecanduan
menunjukkan bahwa kecenderungan merokok tidak dapat menahan
seseorang mulai merokok semakin keinginan untuk tidak merokok,
muda. Anak-anak berusia 5-9 tahun mereka cenderung sensitif terhadap
bahkan sudah mulai merokok dan efek dari nikotin (4).
peningkatan prevalensinya sangat Ketergantungan nikotin
mengkhawatirkan, yaitu dari 0,4% menyebabkan seorang perokok harus
(2001) menjadi 1,8% (2004) atau menghisap rokok terus-menerus dan
meningkat lebih dari 4 kali lipat (1). menimbulkan berbagai akibat
Berdasarkan data di atas, terhadap tubuh, salah satunya adalah
konsumen rokok meliputi usia insomnia (5).Insomnia merupakan
dewasa, remaja, bahkan anak-anak, gangguan untuk memperoleh
sehingga kebiasaan merokok juga keadaan tidur yang maksimal, baik
dialami oleh sebagian mahasiswa, dari segi kualitas maupun
tidak terkecuali mahasiswa Fakultas kuantitas.Talbot et al mendefinisikan
Kedokteran Universitas Lambung insomnia sebagai gangguan tidur
Mangkurat. Sebagai mahasiswa yang berupa kesulitan untuk memulai
belajar di bidang kesehatan, tidur, kesulitan untuk
seharusnya kesadaran dan tingkat mempertahankan tidur atau bangun
pengetahuan akan bahaya rokok tidur pagi dengan perasaan tidak
lebih baik jika dibandingkan dengan puas tidur (6).Akibat dari insomnia
orang awam, sehingga tingkat dapat berupa penurunan kualitas
konsumsi rokok akan semakin hidup.Insomnia diketahui berkorelasi
86
M.Annahri M. dkk. Hubungan Antara Perilaku Merokok…

dengan penurunan produktivitas subjek perokok sebagai berikut;


kerja, ketidakhadiran kerja, Laki-laki; mahasiswa Fakultas
meningkatnya pemanfaatan fasilitas Kedokteran Universitas Lambung
kesehatan, dan berkurangnya waktu Mangkurat angkatan 2009/2010,
rekreasi (7). 2010/2011 dan
Telah banyak dilakukan 2011/2012; jujur; merokok minimal
penelitian terhadap efek negatif 100 batang selama hidupnya dan
rokok terhadap kesehatan di kemudian melanjutkan dengan
lingkungan Fakultas Kedokteran merokok setiap hari atau sekali
Universitas Lambung Mangkurat dalam beberapa hari; secara umum
Banjarbaru, tetapi belum ada tampak sehat jasmani; secara umum
penelitian yang bertujuan tampak tidak menderita gangguan
mengetahui korelasi antara perilaku mental yang berat; serta bersedia
merokok dan angka kejadian menjadi responden dalam penelitian
insomnia. Oleh karena itu, perlu ini.
dilakukan penelitian untuk Kriteria inklusi yang digunakan
mengetahui korelasi perilaku dalam pengambilan sampel untuk
merokok dan kejadian insomnia pada subjek bukan perokok sebagai
mahasiswa. kelompok kontrol adalah; laki-laki;
mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
METODE PENELITIAN angkatan 2009/2010, 2010/2011 dan
2011/2012; jujur; tidak pernah
Penelitian ini adalah penelitian merokok sama sekali atau pernah
deskriptif analitikdengan merokok dengan jumlah kurang dari
pendekatan cross sectional. 100 batang selama hidupnya; secara
Penelitian ini dilakukan di Fakultas umum tampak sehat jasmani; secara
Kedokteran Universitas Lambung umum tampak tidak menderita
Mangkurat pada bulan September gangguan mental yang berat; serta
2011 sampai September 2012. bersedia menjadi responden dalam
Populasi penelitian ini adalah penelitian ini.
mahasiswa Fakultas Kedokteran Penelitian dimulai dengan
Universitas Lambung Mangkurat pengambilan data awal jumlah
meliputi Program Studi Pendidikan perokok pada mahasiswa Fakultas
Dokter (PSPD), Program Studi Kedokteran Universitas Lambung
Kesehatan Masyarakat (PSKM), Mangkurat angkatan 2009/2010,
Program Studi Ilmu Keperawatan 2010/2011, dan 2011/2012 yang
(PSIK), Program Studi Psikologi memenuhi kriteria sebagai subjek
(PSPsi) serta Program Studi penelitian.Sebelum mengisi
Kedokteran Gigi (PSKG) angkatan kuesioner, subjek penelitian diberi
2009/2010, 2010/2011 dan penjelasan tentang prosedur
2011/2012. pelaksanaan penelitian, tujuan dan
Sampel pada penelitian ini manfaat dari penelitian ini. Setelah
adalah subjek perokok dan bukan memberikan penjelasan, peneliti
perokok.Sampel untukkedua tetap berada dalam ruangan yang
kelompok pada penelitian ini diambil dijadikan tempat penelitian untuk
dengan cara total sampling. menjawab pertanyaan yang mungkin
Kriteria inklusi yang digunakan diajukan oleh subjek
dalam pengambilan sampel untuk penelitian.Kuesioner dibagikan
87
Berkala Kedokteran Vol. 9 No. 1 April 2013: 85-92

kepada subjek penelitian.Kuesioner perokok dan 75 orang non perokok.


yang digunakan terdiri atas lembar Data status merokok diperoleh dari
permintaan menjadi responden hasil lembar isian data dasar,
penelitian, lembar informed consent, sedangkan data insomnia
lembar isian data dasar, lembar dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner L-MMPI, dan lembar kuesioner insomnia rating
kuesioner insomnia rating scale. scale.Sebelumnya, responden diminta
Kuesioner tersebut diisi dan mengisi kuesioner L-MMPI (Lie
dikembalikan pada hari yang Score Minnesota Multiphasic
sama.Setelah semua data terkumpul, Personality Inventory) untuk menilai
penelitian dilanjutkan dengan tingkat kejujuran.Bila responden
melakukan analisis data, hingga dinilai tidak jujur (subjek penelitian
diperoleh hasil dan dapat ditarik menjawab “tidak” sebanyak 10 atau
kesimpulan. lebih), maka data kuesioner yang
Analisis data untuk mengetahui diisinya tidak diikutkan dalam
penelitian.Seluruh data yang
hubungan kejadianinsomniapada
memenuhi syarat selanjutnya
mahasiswa perokok di Fakultas
dijadikan sampel penelitian (total
Kedokteran Universitas Lambung
sampling).Dari data tersebut, dapat
Mangkurat dilakukan dengan
diketahui jumlah mahasiswa FK
menggunakan uji Chi-Square.Hasil UNLAM yang perokok serta
analisis statistikmenunjukkan bahwa mengetahui jumlah mahasiswa FK
data tidak memenuhi syarat untuk UNLAM yang mengalami insomnia,
dilakukan analisis statistik dengan seperti yang terlihat pada Gambar
menggunakan uji Chi-Square, karena Distribusi Pokok.
terdapat data dengan expectedcount
yang < 5 (2,1 dan 4,9) sebanyak >
20% (50%). Data selanjutnya
80
dianalisis lanjutan menggunakan uji 70
Fisher’s.Hasil uji Fisher’s 60
50
menunjukkan bahwa terdapat
jumlah (orang)

40
hubungan antara perilaku merokok 30
20
dan kejadian insomnia, yaitu dengan 10
didapatkannya nilai p = 0,027. Oleh 0
INSOMNI NON
karena itu, hipotesis dari penelitian A INSOMNI
diterima karena kedua variabel PEROKOK 5
A
28
memiliki hubungan. NON PEROKOK 2 73

Gambar Distribusi Perokok dan


HASIL DAN PEMBAHASAN Non Perokok Terhadap
Kejadian Insomnia pada
Penelitian mengenai hubungan Mahasiswa FK
antara perilaku merokok UNLAM
dan kejadian insomnia pada
mahasiswa FK UNLAM telah Dalam penelitian ini
dilaksanakan pada bulan September didapatkan bahwa mahasiswa
2011 sampai September 2012 dan perokok FK UNLAM yang
didapatkan sampel penelitian yang mengalami kejadian insomnia
memenuhi kriteria inklusi sebanyak sebanyak 5 orang (15,15%) dan
108 orang yang terdiri dari 33 orang
88
M.Annahri M. dkk. Hubungan Antara Perilaku Merokok…

mahasiswa bukan perokok FK lainnya.Insomnia juga dapat muncul


UNLAM yang mengalami kejadian sebagai akibat dari faktor eksogen,
insomnia sebanyak 2 orang (2,67%). seperti suasana ribut, lingkungan
Hubungan antara perilaku asing, nyeri, dan gangguan
merokok dan kejadian insomnia pada pencernaan. Lopes et al dalam
mahasiswa FK UNLAM dapat penelitiannya menggambarkan
diketahui dengan melakukan analisis berbagai faktor risiko yang dapat
uji Chi-Square. Hasil analisis menimbulkan insomnia antara lain
statistikmenunjukkan bahwa data faktor sosio-demografik dan ekonomi
tidak memenuhi syarat untuk (jenis kelamin, usia, status
dilakukan analisis statistik dengan pernikahan, pendapatan, tingkat
menggunakan uji Chi-Square, karena pendidikan, dan ras), kesehatan fisik
terdapat data dengan expectedcount dan mental (asma, artritis/rematik,
yang < 5 (2,1 dan 4,9) sebanyak > diabetes, ansietas, dan depresi),
20% (50%). Data selanjutnya konsumsi alkohol dan zat, nyeri
kronis, menopause, psikososial, stres,
dianalisis lanjutan menggunakan uji
dan jenis pekerjaan (pekerjaan
Fisher’s. Hasil uji Fisher’s
dengan sistem shift) (10, 11, 12).
menunjukkan bahwa terdapat
Penelitian ini selaras dengan
hubungan antara perilaku merokok
penelitian yang pernah dilakukan
dan kejadian insomnia, yaitu dengan
oleh Chien et al pada tahun 2010
didapatkannya nilai p = 0,027. Oleh
tentang durasi tidur dan insomnia
karena itu, hipotesis dari penelitian
sebagai faktor risiko penyakit
diterima karena kedua variabel
kardiovaskular dan penyebab
memiliki hubungan.
kematian pada 3.430 pada etnik Cina
Hasil analisis menunjukkan
di Taiwan. Dalam penelitian tersebut
bahwa terdapat hubungan antara
mereka menyimpulkan bahwa
perilaku merokok dan kejadian
terdapat beberapa faktor yang
insomnia. Hal ini selaras dengan
mempengaruhi durasi tidur dan
teori yang menyatakan bahwa pada
insomnia, dan merokok merupakan
orang yang memiliki perilaku
salah satu faktor penting yang sering
merokok cenderung untuk
ditemukan pada responden laki-laki.
mengalami insomnia (8, 9).
Pada penelitian tersebut juga
Insomnia merupakan salah satu
disimpulkan bahwa terdapat
gangguan tidur yang sering
hubungan yang bermakna antara
muncul.Insomnia adalahgangguan
perilaku merokok dan kejadian
yang dapat didefinisikan sebagai
insomnia (p < 0,0001). Hal ini
kesulitan untukmemulai
dibuktikan dengan didapatkannya
tidur,mempertahankan tiduratau tidur
31,7% dari 889 responden
non-restoratif, yang disertai
merupakan perokok yang mengalami
gangguan fungsi fisiologisdi siang
occasional insomnia, 30,5% dari 351
hari (10).
responden merupakan perokok yang
Berbagai faktor dapat
mengalami frequent insomnia, dan
mempengaruhi proses tidur normal
29,5% dari 78 responden merupakan
manusia sehingga mengalami
perokok yang mengalami insomnia
insomnia. Insomnia dapat muncul
hampir setiap hari (13).
sebagai insomnia primer maupun
sebagai komorbid dari kondisimedis Pigeon et al menyebutkan
atau psikologis, penyalahgunaan bahwa hiperarousal, disritmia siklus
zatatau gangguantidur sirkardian, dan disregulasi

89
Berkala Kedokteran Vol. 9 No. 1 April 2013: 85-92

homeostatis tidur, masing-masing keadaan tidur menjadi terjaga.Saraf


berkontribusi dalam munculnya noradrenergik lokus coeruleus
insomnia. Tiap sistem ini merupakan menunjukkan peningkatan aktivitas
gangguan yang akan berpengaruh ketika seseorang terjaga dan turun
pada perubahan pola tidur dan akan ketika tidur.Asetilkolin dilepaskan
mengakibatkan insomnia. Dari segi dari preganglionik saraf parasimpatis
rangsangan fisiologis, pasien dengan di medula adrenal dan berinteraksi
insomnia mengalami peningkatan dengan resepto rnAChRs pada sel
denyut jantung, respon kulit kromafin untuk menghasilkan
galvanik, peningkatan aktivitas saraf depolarisasilokal sehingga terjadi
simpatis, dan peningkatan aksis pelepasan noradrenalin. Pelepasan
hipotalamus-pituitari-adrenal.Dari noradrenalin menyebabkan
segi rangsangan kognitif, pasien terjadinya respon simpatomimetik,
dengan insomnia lebih rentan yaitu aktivasi kemoreseptor dari
terhadap kekhawatiran secara umum. aorta dan badan karotid, yang secara
Dari segi rangsangan neurofisiologis, refleks menyebabkan vasokonstriksi,
pasien dengan insomnia mengalami takikardi dan tekanan darah
peningkatan frekuensi aktivitas EEG tinggi.Pelepasan noradrenalin juga
di sekitar onset tidur dan selama tidur bepengaruh pada sintesis melatonin
non-REM, peningkatan metabolisme di otak, sehingga regulasi
otak sepanjang keadaan bangun dan tidurbangun menjadi terganggu.
tidur non-REM, dan penurunan kecil Terjadinya perubahan hemodinamik
metabolisme pada ascending dan perubahan regulasi inilah yang
reticular activating system, menyebabkan seseorang mengalami
hippocampus, amigdala, dan korteks insomnia (15, 8, 9).
anterior selama transisi bangun ke Pada penelitian ini didapatkan
tidur. Berkaitan dengan irama 2 orang non perokok yang
sirkardian, beberapa penelitian mengalami insomnia.Hal ini dapat
menunjukkan bahwa terdapat muncul bila seseorang mengalami
abnormalitas kronobiologis, yaitu insomnia primer, yaitu insomnia
dalam bentuk pegeseran irama suhu yang tidak terkait dengan kondisi
inti tubuh yang berkaitan dengan medis, gangguan mental (misalnya,
proses inisiasi tidur atau gangguan depresi mayor, ansietas,
mempertahankan tidur. Kelainan ini atau delirium), gangguan tidur
mungkin sebagian didorong atau lainnya (seperti narkolepsi,
diperburuk oleh perilaku (14). breathing-related sleep disorder,
Dalam pengaturan homeostatis, gangguan irama sirkardian tidur, atau
zat penginduksi tidur yang parasomnia) maupun gangguan
terakumulasi ketika seseorang dalam berupa perubahan fisiologi akibat
keadaan bangun dapat meningkatkan zat. Insomnia jenis ini dialami sekitar
aktivitas neuron-neuron yang 1,3% - 2,4% dari populasi orang
mendorong tidur sekaligus dewasa (16).
menurunkan aktivitas neuron-neuron Pada penelitian ini sampel
yang menyebabkan seseorang untuk dipilih dengan metode total
terjaga.Terkait dengan konsumsi sampling, di mana seluruh sampel
rokok, terjadi peningkatan aktivitas dilibatkan dalam penelitian
saraf dan terjadi pelepasan ini.Metode ini dinilai paling tepat
noradrenalin. Pelepasan noradrenalin digunakan karena jumlah populasi
berhubungan dengan perubahan dari yang didapatkan relatif kecil.Namun,
90
M.Annahri M. dkk. Hubungan Antara Perilaku Merokok…

sampel yang diambil merupakan kejadian insomnia dengan lebih


responden yang memenuhi kriteria memperhatikan mengenai
inklusi sehingga jumlah sampel faktorfaktor risiko lain yang mungkin
menjadi lebih sempit. Selain itu, ada mempengaruhi seperti faktor
beberapa keterbatasan dari penelitian sosiodemografik dan ekonomi (jenis
ini seperti tidak dilibatkannya faktor kelamin, usia, status pernikahan,
lain dalam penelitian seperti stres, pendapatan, tingkat pendidikan, dan
ansietas, penggunaan zat lain ras), kesehatan fisik dan mental
(alkohol dan kafein), gangguan (asma, artritis/rematik, diabetes,
kesehatan yang sedang dialami, dan ansietas, dan depresi), konsumsi
lingkungan tidur yang buruk, alkohol dan zat, nyeri kronis,
sehingga tidak bisa membandingkan menopause, psikososial, stres, dan
sejauh mana pengaruh perilaku jenis pekerjaan (pekerjaan dengan
merokok dengan faktor-faktor sistem shift). Apabila penelitian
lainnya. dilakukan dengan mahasiswa sebagai
subjek, faktor yang dapat dilibatkan
antara lain stres, ansietas, depresi,
PENUTUP usia, konsumsi alkohol atau kafein,
penyakit yang sedang diderita,
Berdasarkan penelitian yang sexual arousal, dan perubahan
telah dilakukan, dapat diambil sosioemosional seperti tekanan
simpulan, yaitu: angka kejadian akademik, konflik dan masalah
perilaku merokok pada mahasiswa pribadi. Diharapkan pula agar
FK UNLAM sebanyak 33 orang dilakukan penelitian dengan
(30,56%); mahasiswa perokok FK menggunakan sampel yang lebih
UNLAM yang mengalami insomnia besar.
sebanyak 5 orang (15,15%) dan
mahasiswa bukan perokok Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung DAFTAR PUSTAKA
Mangkurat yang mengalami
insomnia sebanyak 2 orang (2,67%); 1. TCSC IAKMI. Fakta tembakau
serta terdapat hubungan yang di Indonesia. Fact Sheet;
bermakna (p = 0,027) antara perilaku (online),
merokok dan kejadian insomnia pada (http://www.indofbh.org/tcscind
mahasiswa FK UNLAM. o/assets/applets/Fact_Sheet_Fakt
Saran untuk penelitian ini bagi a_Tembakau_Di_Indonesia.pdf,
pihak Fakultas Kedokteran, terkait diakses 25 maret 2011).
dengan tingginya angka perilaku 2. El-Sharkawy GF.Cigarette
merokok yang didapat dari hasil smoking among university
penelitian ini, diharapkan pihak students: family-related &
Fakultas dapat membatasi perilaku personal risk factors. Journal of
ini dalam lingkungan kampus, American Science 2011; 7:
misalnya dengan menerapkan 260268.
kawasan bebas asap rokok. 3. McGee R, Williams S, NadaRaja
Sedangkan bagi peneliti S. Is cigarette smoking
selanjutnya diharapkan dapat associated with suicidal ideation
dilakukan penelitian tentang among young people. The
hubungan perilaku merokok dan American Journal of Psycology
2005; 162: 619-620.
91
Berkala Kedokteran Vol. 9 No. 1 April 2013: 85-92

4. Parrot AC. Does cigarette (www.intechopen.com, diakses


smoking cause stress. Journal of 17 November 2012).
Clinican Psycology 2007; 13: 23- 13. Chien KL, Chen PC, Hsu HC et
28. al. Habitual sleep duration and
5. D’Souza MS, Markou A. insomnia and the risk of
Neuronal mechanisms cardiovascular events and
underlying development of allcause death: report from a
nicotine dependence: community based cohort. Sleep
implications for novel 2010; 33: 1-8.
smokingcessation treatments. 14. Pigeon WR. Diagnosis,
Addiction science & clinical prevalence, pathways,
Practice 2011; 5: 4-16. consequences & treatment of
6. Talbot LS, Stone S, Gruber J et Insomnia. Indian J Med Res
al. A test of the bidirectional 2010; 131: 321-332.
association between sleep and 15. Lieberman III JA, Neubauer DN.
mood in bipolar disorder and Understanding insomnia:
insomnia. Journal of Abnormal Diagnosis and management of a
Psychology 2011; 7: 1-12. common sleep disorder. The
7. Hamilton NA, Gallagher MW, Journal of Family Practice 2007;
Preacher KJ et al. Insomnia and 56: 35a-50a.
well-being. Journal of Consulting 16. Tikotzky L, Sadeh A. Sleep
and Clinical problems during adolescence:
Psychology 2007; 75: 939-949. links with daytime functioning.
8. Goodman LS, Gilman A. Beer-Sheva: Nova Science
Goodman and Gilman’s the Publishers, Inc., 2012.
pharmacological basis of
therapeutics. 11th ed. New York:
McGraw-Hill, 2006.
9. Albery IP, Chandler C, Field Aet
al. Complete psychology. 2nd ed.
London: Hodder Education,
2008.
10. Scott GW, Scott HM, O’Keeffe
KM et al. Insomnia-treatment
pathways, costs and quality of
life. Cost Effectiveness and
Resource Allocation 2011; 9:
110.
11. Schutte RS, Broch L, Buysse D
et al. Clinical guideline for the
evaluation and management of
chronic insomnia in adults.
Journal of Clinical Sleep
Medicine 2008; 4: 487-504.
12. Lopes CdS, Robaina JR,
Rotenberg L. Epiodemiology of
insomnia: prevalence and risk
factors; (online)

92

Anda mungkin juga menyukai