Anda di halaman 1dari 13

SELASA, 31 MEI 2022

Perilaku Merokok dan Kesejahteraan


Subjektif pada Mahasiswa Perokok
Aktif
PENELITI:

Hesdo Celvin Naraha


Jordan Vegard Ahar
Table of content

LATAR METODE HASIL &


BELAKANG PENELITIAN PEMBAHASAN
LATAR BELAKANG
Perilaku Merokok Dampak terhadap
Dinamika
kondisi psikologis
psikologis?

Meningkatnya perkok Pengaruh rokok pada


usia muda Kesejahteraan Subjektif
Perilaku Merokok
Hakikatnya merokok tidak memandang batasan usia, jenis kelamin, status
sosial dan ekonomi. Lebih lanjut dipaparkan, walaupun demikian merokok
merupakan salah satu masalah sosial yang cukup serius, sebab dampak dari
merokok menimbulkan berbagai masalah lainnya dalam masyarakat.

Penelitian oleh Paramitha dan Hamdan (2022) menyatakan bahwa perilaku


merokok merupakan aktivitas menghisap tembakau, kemudian
mengeluarkannya kembali dalam bentuk asap yang mengandung zat adiktif
nikotin. Lebih lanjut dipaparkan perilaku merokok menjadi adiktif sebab
dibentuk oleh kebiasaan diri, sikap positif terhadap rokok serta dipengaruhi
oleh lingkungan.
Menurut Diener ( 2009) berbagai kondisi yang
membuat seseorang menjadi tidak bahagia atau
sejahterah, merupakan dampak dari rendahnya
Subjective Well-Being (SWB) atau kesejahteraan
subjektif dalam diri individu tersebut. Seseorang
dikatakan sejahterah atau bahagia, apabila merasa
puas dengan hidupnya serta lebih banyak mengalami
emosi positif daripada emosi negatif.
Kesejahteraan Sulasih (2019) yang menyatakan bahwa kondisi
emosional yang negatif atau aspek afeksi negatif
Subjektif pada kesejahteraan subjektif memiliki korelasi yang
signifikan dengan perilaku merokok pada perokok
aktif.
METODE PENELITIAN
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di
Subjek
Indonesia dengan jumlah partisipan 37 orang,
Penelitian
berada pada rentang usia 18 - 27 tahun.

• Skala Perilaku Merokok


Alat Ukur • Positive Affect and Negative Affect
Schedule (PANAS)
• Satisfaction With Life Scale
(SWLS)

Teknik Non-probability sampling, yaitu teknik


Pengumpulan
Data accidental sampling.

Teknik Uji korelasi product moment dari Karl


Analisis Data Pearson dengan bantuan program SPSS
25.
DATA DEMOGRAFI
Laki-laki Perempuan
40

30

subjek laki-laki sebanyak 91%


20
dan subjek perempuan
sebanyak 8%.

10

0
Subjek
HASIL

UJI KORELASI
Uji korelasi antara perilaku merokok dengan kesejahteraan subjektif mendapatkan
nilai r= 0,369 dengan signifikansi p= 0,025 < 0,050 yang berarti terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara perilaku merokok dengan kesejahteraan subjektif.

Hal ini berarti semakin tinggi perilaku merokok mahasiswa, maka diikuti dengan
meningkatnya kesejahteraan subjektif mahasiswa. Begitupun sebaliknya semakin
rendah perilaku merokok mahasiswa, maka semakin rendah juga kesejahteraan
subjektif dalam diri mahasiswa.

Hasil analisis menunjukan koefisien determinasi (R²) sebesar 0,136 hal ini
menunjukkan bahwa variabel perilaku merokok memberikan sumbangan efektif
sebesar 13,6% terhadap kesejahteraan subjektif.
• Fungsi merokok merujuk pada perasaan individu, seperti
halnya perasaan yang positif maupun negatif yang dialami
oleh seorang perokok aktif.

• Pandangan ini sejalan dengan temuan Yarangga dkk (2021)


yang menyatakan kesejahteraan pada aspek emosional
seorang perokok aktif relatif stabil, hal ini dipengaruhi oleh
sikap individu dalam menghadapi suatu masalah, mereka
cenderung tidak cemas, bersikap tenang, santai, tidak
mudah takut dan berpikir lebih matang.
ASPEK
• Berbeda dengan temuan di atas, afeksi positif tidak selalu
FUNGSI menjadi pembentuk kesejahteraan subjektif dalam diri
seorang mahasiswa perokok aktif. Temuan penelitian yang
MEROKOK berbeda melaporkan bahwa afeksi positif tidak berkorelasi
dengan perilaku merokok pada mahasiswa, sebab seseorang
yang memiliki kondisi emosional yang positif akan sukar
untuk merokok (Sulasih, 2019).
• Ardiansyah (2021) menyatakan bahwa munculnya perilaku
merokok dipengaruhi oleh faktor lingkungan, bahwa
seberapa sering seorang mahasiswa merokok tergantung
pada kondisi lingkungan yang ditempati.

• Artinya apabila mahasiswa berada pada lingkungan yang


aktif merokok, maka akan memberikan dorongan baginya
dalam menampilkan perilaku merokok tersebut, selain itu
tingginya beban akademik juga mempengaruhi munculnya
ASPEK perilaku merokok.
INTENSITAS • Afeksi negatif memiliki korelasi yang signifikan dengan
MEROKOK perilaku merokok pada mahasiswa, sebab individu yang
merasa tidak sejahterah umumnya akan merokok dengan
keyakinan bahwa merekok bisa memberikan ketenangan,
kebahagiaan serta kondisi emosi yang jauh lebih (Sulasih,
2019).
• Penelitian mengenai perilaku merokok yang dilakukan pada
mahasiswa umumnya melaporkan adanya tingkat perilaku
merokok yang cukup tinggi, penelitian Syarif dkk (2021)
melaporkan bahwa 31,7% dari 101 mahasiswa merupakan
perokok aktif dan semuanya merupakan mahasiwa aktif.
ASPEK • Sejalan dengan temuan di atas, mahasiswa perokok aktif
juga kerap merasa bahagia apabila dapat berelasi dengan
TEMPAT teman-teman, umumnya dalam pertemuan bersama para
MEROKOK perokok aktif juga akan merokok sehingga kondisi tersebut
dapat memberikan kesan bahagia dalam diri (Yarangga
dkk., 2021).
KESIMPULAN
• Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
perilaku merokok dengan kesejahteraan subjektif pada mahasiswa perokok
aktif. Semakin tinggi perilaku merokok akan diikuti dengan meningkatnya
kesejahteraan subjektif dalam diri, demikian pula sebaliknya semakin
rendah penerimaan diri mahasiswa, maka semakin rendah juga
kesejahteraan subjektif pada mahasiswa.

• Adapun hasil analisis menunjukan koefisien determinasi (R²) 0,136 hal ini
menunjukkan bahwa variabel perilaku merokok memberikan sumbangan
efektif sebesar 13,6% terhadap kesejahteraan subjektif, sementara 86,4%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti.
THANK YOU
Take care of your family's health

Anda mungkin juga menyukai