Anda di halaman 1dari 14

The 7th ICTOH, 30-31 Mei 2022

Best Practice Dampak Kenaikan


Cukai Hasil Tembakau Bagi Petani
Tembakau

Rochiyati Murni N
MTCC Universitas Muhammadiyah Magelang
(MTCC UNIMMA)
Definisi & Pengaturan dlm UU No 6 th 2021 :

2
Best Practice Dampak Kenaikan Cukai Hasil Tembakau Bagi Petani ?...
MTCC Unimma baru melakukan analisis persepsi petani (dg PEBS FEB UI) dan
persepsi Pemda (dg CHED ITB AD) terkait alokasi DBHCHT:

Prioritas
Penggunaan
DBHCHT
Mindmap Kebijakan Penggunaan DBHCHT:
Terkait Petani Tembakau –
Bidang Kesejahteraan Masyarakat :
Pengetahuan dan Persepsi Petani terkait DBHCHT (1):

Petani mengetahui bahawa ada alokasi DBHCHT yang menjadi hak mereka. Bahkan mampu membandingkan
pperolehannya dengan provinsi lain. Menurut Tuhar (Ketua APTI Kecamatan Posong) DBHCHT yang diperoleh salah satu
kabupaten di Jawa Timur jumlahnya lebih besar daripada yang diterima Kab Temanggung. Padahal jumlah pertanian
tembakaunya lebih banyak di Temanggung (setiap tahun jumlah DBHCHT yang diperoleh Kabupaten Temanggung sekitar
30 M).

Para petani belum mengetahui bahwa berdasarkan kebijakan terbaru alokasi DBHCHT untuk petani
sebesar 50%. Mengingat pemanfaatan DBHCHT sampai saat ini belum banyak yang mereka terima.
Biasanya bantuan dalam bentuk pupuk anorganik yang tidak setiap tahun diterima petani.

Para petani menyatakan sangat setuju apabila DBHCHT dimanfaatkan juga untuk mendukung
diversifikasi. Asal dilakukan pendampingan dari hulu ke hilir supaya optimal usaha alih tanamnya
tersebut.

Para petani berharap agar DBHCHT dapat dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan, dan diberikan secara kontinyu setiap tahun. Juga perlu adanya pendampingan dari Pemerintah
Daerah dalam memanfaatkan DBHCHT tersebut supaya hasilnya dapat benar-benar meningkatkan
kesejahteraan petani.
Pengetahuan dan Persepsi Petani terkait DBHCHT (2):

Sering ada pernyataan terkait “kemitraan” antara industry tembakau dan petani
tembakau – termasuk dalam pemanfaatan DBHCHT. Tapi tetap kemitraan adil tidak
terwujud, tata niaga tidak berpihak pada petani

Dukungan Pemerintah Daerah untuk diversifikasi masih difokuskan pada komoditas


tertentu (misal: Magelang & Temanggung – kopi). Sedangkan untuk komoditas lain
belum ada perhatian yang maksimal

Petani berharap ada regulasi untuk pengembangan produk alternatif

Peran Pemerintah untuk meningkatkan nasib petani belum optimal – justru


membuat “makin menderita” (mis: kebijakan impor tembakau, kenaikan
cukai tapi belum berdampak pada kesejahteraan petani)
Upaya MTCC UNIMMA untuk pertanian:

Penelitian ini menggunakan metode mixed-


method yaitu gabungan antara metode kuantitatif
dan kualitatif
Data yang digunakan: data primer yang
diperoleh dari focus group discussion (FGD)
dan in-depth interview, sementara data
primer diperoleh dari data survei nasional
Riskesdas

Data primer yang diperoleh selanjutnya


akan diolah serta ditranskripsi dan
dianalisis menggunakan content analysis

Selain itu, studi pengaruh, studi pustaka (library


research), desk study, dan studi eksploratif dengan
pendekatan riset implementatif akan digunakan untuk
menjawab pertanyaan penelitian ini
Kegiatan MTCC UNIMMA untuk petani:
Alokasi DBHCHT – analisis pemda di 5 daerah sampel:
Persepsi Pemerintah Daerah (1):
Semua Pemerintah Daerah menyatakan bahwa tembakau merupakan komoditi strategis. Tetapi bukan menjadi
komoditas unggulan. Kelebihan terutama untuk musim kemarau dan tanaman paling cocok untuk daerah dg
ketinggian tertentu. Kontribusi pertanian tembakau terhadap PDRB belum pernah dihitung secara spesifik.
Upaya berkelanjutan untuk peningkatan kesejahteraan petani tembakau sudah dinyatakan dalam
“rencana strategis Pemerintahan Daerah” dalam bentuk diversifikasi tanaman – bukan “alih tanam” .
Tanaman tembakau relative hanya < 4 bulan

proses penerimaan DBHCHT dari pusat ke daerah dan implementasinya untuk sektor pertanian - dari sisi
perencanaan dan evaluasi – tidak ada masalah. Namun dalam sisi teknis ; muncul kebingungan definisi
petani tembakau

Harapan agar ada integrasi aturan antar kementrian, jangan ada kebijakan kontradiksi seperti sekarang
alokasi DBHCHT Kementan memacu kualitas dan kuantitas – disisi lain malah membuka kran impor
terbesar sepanjang sejarah.

Kebijakan alokasi DBHCHT yang sering berubah, membuat kebingungan dalam implementasi di tataran pemda
Persepsi Pemerintah Daerah (2): :
PMK jangan terlalu rigid tapi membingungkan - usul buat semacam “block grant” sehingga pemda bisa
berinisiatif . DBHCHT bisa dialokasikan sesuai program Pemda . Misal tidak berfokus pada petani tembakau
tetapi “Kawasan tembakau” sehingga tidak ada kebingungan definisi petani – buruh tembakau dll
Alokasi DBHCHT “diculke ndase tapi cekel buntute”, Implementasi alokasi DBHCHT semestinya
memasukkan “potensi local” & kolaborasi dg resntra Pemda . Misal: perluas dengan Kawasan tembakau
yang lebih luas bukan di pertanian tembakau saja

Alokasi DBHCHT untuk asuransi tanaman tembakau sulit dirumuskan - hama tembakau susah dideteksi beda
dengan tanaman lain, misal padi . Usul : asuransi lebih ke Kesehatan petani (dibayarkan dari DBHCHT)

Istilah PMK yang susah diidentifikasi adl * buruh tani terdampak dan *buruh pabrik terdampak (ini relatif
mudah tapi jumlah sedikit) -jika alokasi bantuan hanya untuk “buruh tani” smestinya malah salah sasaran
krn buruh itu tiap bekerja pasti digaji. Tetapi petani lah yang selama ini mengalami kerugian.

Alokasi DBHCHT mestinya tidak hanya digunakan untuk buruh petani tetapi ke petani yang berdampak
langsung. Asuransinya jangan untuk tanaman karena hama tembakau susah dideteksi beda dengan tanaman
lain, misal padi . tetapi asuransinya lebih ke Kesehatan petani (dibayarkan dari DBHCHT)
Rekomendasi:

Tuntutan perlunya fleksibilitas Optimalisasi pemanfaatan DBHCHT untuk


penggunaan DBHCHT dalam bentuk peningkatan kesejahteraan petani harus
kegiatan (terkoneksi dengan dengan integrasi kebijakan antar
Renstra Daerah) dan opsi Kementerian dan koordinasi dalam
pengalihan anggaran implementasinya

Peningkatan kapasitas pengelola DBHCHT di


Perlu petunjuk teknis daerah harus dilakukan untuk optimalisasi
pemanfaatan DBHCHT yang implementasi kebijakan DBHCHT di daerah,
diakomodir dalam Peraturan serta perlu keterlibatan semua pemangku
Daerah kepentingan
Pemanfaatan DBHCHT untuk
kesejahteraan petani tembakau harus
dijadikan “program prioritas”

Anda mungkin juga menyukai