Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

MATA KULIAH
METODE PENELITIAN SOSIAL
SEMESTER GASAL T.A. 2023/2024

GAGASAN KONSTRUKTIF

Dosen Pengampu:
Prof. Subejo, S.P., M.Sc., Ph.D

Disusun Oleh:
JAZIRROTUL MA’NA
23/515776/PMU/11508

PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PEMBANGUNAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023
I. PENDAHULUAN

Proses pembangunan pertanian dan pedesaan di berbagai negara terus menerus


mengalami perubahan serta perkembangan. Perubahan serta perkembangan tersebut
merupakan upaya dalam rangka beradaptasi dengan perubahan global. Subejo (2006)
perubahan visi penyuluhan merupakan tahap baru bagi penyuluhan pertanian dan
pedesaan merupakan langkah yang strategis sebagai upaya adaptasi diri dengan
perubahan global. Adaptasi ini juga akan menghadapi isu strategis yang muncul dalam
proses pembangunan pertanian dan pedesaan. Isu strategis tersebut antara lain
desentralisasi, liberalisasi, demokratisasi dan privatisasi (Nauchatel, 1999).
Isu strategis diatas memiliki sistem dan karakteristik masing masing serta
terdapat kelebihan dan kekurangannya. Perlu penelitian yang mendalam untuk
merumuskan strategi penyuluhan pembangunan pertanian dan pedesaan dalam
menghadapi isu strategis diatas sehingga strategi yang diterapkan dapat berjalan dan
memberikan kontribusi yang baik bagi pembangunan pertanian dan pedesaan serta
tentunya bagi Indonesia. Keterlibatan semua elemen menjadi hal yang mutlak harus
terjalin dengan baik seperti antara pemerintah dengan swasta serta masyarakat itu sendiri
sebagai sasaran pembangunan pertanian dan pedesaan. Untuk melancarkan strategi
pembangunan pertanian dan pedesaan ini, dalam era saat ini perlu adanya pemanfaatan
teknologi sebagai salah satu alat penyampaian penyuluhan.
Pemanfaatan teknologi telah dicontohkan oleh pedesaan di Jepang. Menurut
Subejo (2011) Jepang telah sukses memanfaatkan Teknologi Cyber Extension yang
bernama Extension Information Network (EI-net). Teknologi seperti ini salah satu bentuk
adaptasi Jepang dalam pembangunan pertanian dan pedesaan di bidang IT. Teknologi ini
mempermudah penggunanya dalam memperoleh informasi serta alat komunikasi antar
sesama penyuluh di Jepang.
Indonesia perlu mencontoh Jepang untuk memaksimalkan strategi penyuluhan
pembangunan pertanian dan pedesaan berbasis IT. Namun seperti apakah strategi yang
sesuai untuk mengatasi segala permasalahan pembangunan pertanian dan pedesaan yang
ada di Indonesia serta pemakaian teknologi seperti apa yang dapat memaksimalkan
strategi penyuluhan yang diambil?
II. PEMBAHASAN
2.1. Isu Desentralisasi, Privatisasi dan Demokratisasi
Bentuk Desentralisasi tertuang di dalam UU No. 32/2004 yang memberi
ruang melalui kebijakan melalui “otonomi daerah”. Desentralisasi membuka ruang
partisipasi masyarakat lebih luas dalam memantau kebijakan pemerintah. Saragih
(2005) berpendapat bahwa dengan adanya otonomi daerah, telah memberikan
kebebasan kepada regional agricultural service untuk berperan dalam mendesain
kebijakan spesifik lokal, sementara itu pemerintah pusat bertanggung jawab pada
penyusunan dan manajemen strategi. Dengan demikian tanggungjawab
pembangunan pertanian ada pada kepala daerah masing masing bukan pegawai
pemerintah pusat. Selain pemerintah adapun pihak swasta yang juga dapat
berkontribusi dalam pembangunan pertanian dan pedesaan. Hal tersebut dapat
disebut juga Privatisasi.
Privatisasi dalam arti luas yaitu pengenalan dan pemberian kesempatan
lebih luas kepada pihak swasta untuk ikut serta berpartisipasi dalam pembangunan
pertanian dan pedesaan. Menurut Rivera (1997) memiliki 3 kelebihan yaitu (1)
Pelayanan dan penyampaian lebih efisien, (2) menurunkan anggaran belanja
pemerintah, (3) pelayanan dengan kualitas tinggi.
Demokratisasi pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses yang
melibatkan anggota masyarakat/petani dengan berkesempatan untuk menentukan
pilihan dan hak-hak setara untuk bersama-sama dengan pemerintah atau Lembaga
dalam melakukan berbagai tahapan pembangunan dari identifikasi potensi,
perencanaan, pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi keberhasilan program
pembangunan. Istilah Demokratisasi merujuk bagaimana keterlibatan semua pihak
dalam pembangunan pertanian dan pedesaan. Sehingga semua dapat mengetahui arah
kebijakan, target serta tujuan pembangunan pertanian dan pedesaan yang ingin
dicapai.
2.2. Strategi menghadapi Isu Desentralisasi, Privatisasi dan Demokratisasi
Setelah pembahasan tentang isu desentralisasi, privatisasi dan demokratisasi
pada bagian sebelumnya, terlihat adanya pemerintahan, swasta dan masyarakat dalam
hal ini petani. Sejak lama sebelum adanya isu desentralisasi, privatisasi dan
demokratisasi, Indonesia menerapkan sistem T&V (training dan visitasi). Sistem ini
bertumpu pada kendali pemerintah secara penuh dalam melaksanakan pembangunan
pertanian dan pedesaan. Penyuluhan dilakukan oleh orang orang dari pemerintahan
dengan menggelar penyuluhan pada waktu waktu tertentu dan mengadakan
kunjungan (visitasi) kepada para petani sasaran penyuluhan untuk memantau
perkembangan hasil penyuluhan. Sistem seperti ini sangat tidak efektif karena: (1)
model yang kaku dan tidak dapat diterapkan di berbagai budaya yang ada di
Indonesia, (2) membutuhkan dana yang besar serta staf yang tersedia masih belum
berkualitas, (3) ketidakefektifan penyampaian penyuluhan pada kelompok tani dan
(4) pendekatan top down yang mengabaikan keberagaman petani. Hal ini menjadi
kelemahan sistem T&V sehingga perlu adanya sistem yang lebih baik. metode ini
dianggap tidak memecahkan permasalahan yang dihadapi para petani. Tentunya
keberhasilan pembangunan pertanian dan pedesaan harus menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi di tingkat bawah. Privatisasi dianggap menjadi solusi
karena berdasarkan permasalahan yang dihadapi sehingga muncul pemecahannya
oleh penyuluh. Menanggapi kelemahan yang pada metode T&V, metode privatisasi
dapat menutupi kelemahan tersebut dengan menggandeng pihak swasta dalam
penyuluhan yang akan dilakukan. Tentunya kemampuan SDM pihak swasta lebih
menjamin kualitas karena memang ditugaskan untuk mempelajari dan memberikan
penyuluhan kepada petani sebagai mitra.
Contoh keterlibatan swasta dalam pembangunan pertanian dan pedesaan
terdapat pada kemitraan petani gunung kidul dengan kacang garuda dalam
pengembangan varietas kacang “kelinci”. Permasalahan yang dialami para petani
gunung kidul yaitu harga jual dan pemasaran kacang tanah. PT kacang Garuda hadir
untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan kemitraan yang saling
menguntungkan. Jika pada petani membutuhkan pemasaran dan harga jual yang baik.
Maka di pihak PT. Kacang Garuda membutuhkan pasokan kacang yang berkualitas
untuk memenuhi kebutuhan pasar. Kebutuhan kacang yang berkualitas oleh PT.
Kacang Garuda menjadikan perlu adanya sistem penyuluhan tentang perawatan serta
pembesaran kacang tanah sehingga menghasilkan kacang yang berkualitas.
Pemilihan Bibit yang berkualitas juga dibutuhkan untuk meminimalisir hasil panen
yang kurang baik. untuk itu kemitraan terjalin. Dimana PT. Kacang Garuda
memberikan bibit serta pendampingan penyuluhan pertanian kacang kepada para
petani gunung kidul dengan perjanjian hasil pertanian nanti akan langsung dihargai
serta dibeli oleh pihak perusahaan. Kedua belah pihak mendapat keuntungan dengan
kemitraan ini sehingga dapat menyelesaikan permasalahan di tingkat petani.
III. KESIMPULAN DAN SARAN

IV.

Penyuluhan pembangunan pertanian dan pedesaan sangatlah penting dan perlu


diperhatikan oleh pemerintah. karena dengan ini kemajuan Indonesia dapat terwujud.
strategi penyuluhan pembangunan yang telah dilakukan seperti T&V dan strategi
Privatisasi merupakan beberapa strategi yang dapat digunakan untuk pembangunan
pertanian dan pedesaan di Indonesia. kecocokan strategi dianggap paling utama agar
pembangunan pertanian dapat terwujud.
V. DAFTAR PUSTAKA

Neuchatel Group. 1999. Common Framework on Agricultural Extension. Paris: Swiss


Corporation Agency.
Rivera, W.M and Cary, J.W. “Privatizing Agricultural Extension” dalam Burton et.al. (ed).
1997. Improving Agricultural Extension: A Reference Manual. FAO.

Anda mungkin juga menyukai