Anda di halaman 1dari 8

PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TANAMAN PANGAN

Studi Kasus Di Desa-desa Kabupaten Gunungkidul


Daerah Istimewa Yogyakarta ')
Oleh :
Tri Pranadji 2)

Abstrak

Pembinaan petani dalam proses alih teknologi tanaman pangan adalah upaya untuk
merangsang tumbuhnya partisipasi petani. Desa yang memperoleh pembinaan dengan
dukungan dana bantuan yang "besat" diduga memiliki tingkat partisipasi petani yang
lebih tinggi. Observasi lapangan membenarkan dugaan ini, yakni bahwa petani di desa
yang memperoleh pembinaan intensif memperlihatkan tingkat partisipasi yang relatif
tinggi dibanding dengan desa yang lain. Perbedaan partisipasi yang menyolok terutama
dalam kegiatan pola tanam, khususnya dalam alokasi penggunaan tenaga kerja. Tapi
rupanya partisipasi petani di bidang perencanaan cenderung tidak terbina dengan balk.
Kemungkinan hal ini karena pembinaan kurang memperhatikan unsur "personal".
Pembinaan personal dengan memperhatikan aspek-aspek kelembagaan di tingkat petani
seyogyanya lebih diperhatikan di masa datang.

PENDAHULUAN Dalam penelitian ini fokusnya diarahkan


pada aspek-aspek partisipasi yang berkaitan
Menginjak Repelita IV masalah pangan dengan suatu program pembangunan. Desa
diperkirakan masih belum lepas dari perhatian Kedungpoh dan Katongan dipilih sebagai desa
para perencana pembangunan di tingkat pusat contoh, terletak di Kabupaten Gunungkidul,
maupun daerah. Disadari bahwa sasaran program Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Desa Ke-
swasembada pangan pada hakekatnya belum dungpoh telah lebih dari empat tahun (sejak tahun
sepenuhnya tercapai. 1979) dijadikan semacam proyek perintis yang
Demi tercapainya azas pemerataan dan dibiayai oleh dana bantuan Bank Dunia atau
keadilan, maka upaya mencukupi kebutuhan IBRD, yang dikenal dengan nama Proyek Bangun
bahan pangan melalui berbagai cara atau strategi Desa (PBD).
akan terus digalakkan. Salah satu persoalan Perlu kiranya dijelaskan bahwa dari seluruh
pokok yang perlu diperhatikan adalah sampai penduduk DIY 80 persen tinggal di pedesaan. Dari
seberapa jauh teknologi tanaman pangan yang jumlah tersebut kurang lebih 75 persen adalah
"tersedia" bisa dipandang layak diterapkan petani.
(diadopsi) oleh petani di kawasan pedesaan. Karena masing-masing desa memperoleh
Layak atau tidaknya suatu teknologi tanam- perlakuan pembinaan yang berbeda, dapat di-
an pangan pada akhirnya dapat dilihat dari parti- ambil kesimpulan bahwa perbedaan partisipasi
sipasi petani dalam mengadopsi teknologi ter-
sebut. Pada tahap pra-adopsi biasanya petani
1) Diangkat dari hasil penelitian : "PEMBINAAN DAN
dibina melalui program penyuluhan. Disamping PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM KELA-
memberikan pengetahuan (kognitif) tentang suatu YAKAN TEKNOLOGI TANAMAN PANGAN : Studi
teknologi juga menanamkan nilai mengenai baik- Perbandingan di Desa Kedungpoh dan Katongan, Keca-
nya teknologi tersebut (afektif), yang akhirnya matan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa
mendorong motivasi keikut sertaan atau partisi- Yogyakarta.
pasi mereka (kuratif). 2) Staf peneliti pada Pusat Penelitian Agro Ekonomi.

28
merupakan akibat dari perbedaan tingkat pem- (2) Setelah petani merasa "dapat", apakah
binaan. selanjutnya is berminat untuk menerapkan
Tujuan penelitian antara lain adalah : atau mengadopsi dalam kegiatan nyata.
(1) Menilai partisipasi petani-petani di bidang Di bidang pelaksanaan, beberapa indikator
kegiatan pembangunan dikaitkan dengan partisipasi petani meliputi, antara lain :
evaluasi kelayakan jenis paket teknologi (1) Penggunaan masukan tenaga kerja, bibit atau
tanaman pangan. benih, pupuk dan obat-obatan.
(2) Mengkaji apakah pembinaan yang dilakukan (2) Setelah itu dihitung nilai rupiah yang dikor-
oleh aparat proyek (Penyuluh Lapang Proyek bankan dan diterima selama setahun, yaitu
atau PLP, dan Mantri Tani) memberikan untuk menilai secara sederhana apakah
pengaruh terhadap "keyakinan" dan kemau- dengan menggunakan jenis teknologi baru ini
an petani untuk mengadopsi teknologi pola petani akan memperoleh keuntungan atau
tanam baru. tidak.
(3) Evaluasi tingkat keuntungan sebagai akibat Kegiatan "evaluasi" menyoroti keterlibatan
diterapkannya teknologi pola tanam baru. petani untuk menilai kendala penerapan teknologi
tanaman pangan, menurut pendiriannya, dan
KERANGKA PEMIKIRAN seberapa jauh evaluasi ini diperhatikan oleh
aparat pelaksana proyek.
Berhasilnya pengembangan teknologi tanam-
an pangan pada akhirnya ditentukan oleh mau
METODE PENELITIAN
atau tidaknya petani mengadopsi teknologi ter-
sebut. Untuk itulah, menurut KORTEN (1981),
Pemilihan Daerah Penelitian
partisipasi petani merupakan indikator penting
untuk mengukur kelayakan suatu teknologi, DIY terpilih sebagai daerah penelitian,
khususnya teknologi tanaman pangan. karena daerah ini termasuk PBD yang sejak tahun
Sehubungan dengan pengembangan tekno- 1979 secara intensif melaksanakan pembinaan
logi tanaman pangan yang siap pakai di tingkat usahatani. Kabupaten Gunungkidul dipilih se-
petani, partisipasi dapat dipandang sebagai hasil bagai contoh, karena di situ terdapat Pusat
akhir dari suatu proses pembinaan atau penyuluh- Pengembangan Pertanian.
an. Pengertian yang lebih operasional tentang Desa yang dijadikan contoh adalah Desa
partisipasi petani dapat diperinci dalam tiga tahap Kedungpoh, yaitu desa yang sebelumnya dijadi-
kegiatan, yaitu di bidang : perencanaan, pelak- kan proyek perintis. Desa yang lain, Katongan,
sanaan atau implementasi, dan evaluasi. adalah desa yang tidak disentuh oleh PBD. Kedua
Beberapa indikator di bidang perencanaan desa sebelumnya mempunyai keadaan awal yang
meliputi, antara lain : relatif sama.
(1) Aktivitas petani dalam perencanaan pem- Pengamatan
buatan demplot (plot demonstrasi) dan
demarea (area demonstrasi). Lamanya pengamatan kurang lebih dua
(2) Partisipasi petani dalam menentukan lokasi bulan, yaitu dari bulan Mei sampai Juni 1983.
hamparan tanahnya untuk diikutsertakan Data yang dikumpulkan merupakan data primer,
dalam proyek (PBD atau OPSUS). yaitu diperoleh melalui wawancara langsung
(3) Partisipasi petani dalam perencanaan pem- dengan petani, berupa data kuantitatif maupun
buatan saluran irigasi dan bendungan. kualitatif. Disamping kuesioner dipergunakan
(4) Partisipasi petani dalam perencanaan usaha- teknik catatan harian.
tani tanaman pangan.
Analisa Data
Setelah diperoleh pengetahuan yang "mema-
dai" atas teknologi pola tanam, untuk selanjutnya Analisa data diarahkan untuk membanding-
ditelusuri sikap dan kelanjutannya, seperti : kan antara desa binaan PBD (Kedungpoh) dan
(1) Apakah petani merasa telah dapat meniru desa tanpa binaan PBD (Katongan), dengan
atau menerapkan teknologi tanaman pangan menggunakan alat analisa sederhana berupa
yang dianggap baik oleh penyuluh atau tabulasi silang, yang selanjutnya diperkaya de-
Mantri Tani. ngan analisa kualitatif.
29
Sebagai studi kasus dengan sampel kecil sulit penentuan lokasi hamparan tanah pertanian
dalam studi ini untuk menyajikan gambaran yang umumnya sudah digariskan dari atas. Petani tidak
lebih luas tentang keragaan penyelenggaraan banyak diberi kesempatan memilih. Oleh sebab itu
suatu proyek perintis. Selanjutnya, apakah suatu dapat dimengerti jika dalam perencanaan penen-
kegiatan proyek semacam PBD mampu menarik tuan lokasi hamparan petani tidak berpartisipasi.
peran serta atau partisipasi petani dapat diikuti
pada hasil dan pembahasan berikut ini. Tabel 2. Persentase Responden Menurut Pernah atau Tidak-
nya Berpartisipasi dalam Perencanaan Menentukan
Lokasi Hamparan untuk PBD atau Program
OPSUS
PARTISIPASI PETANI
Pernah/ Desa Kedungpoh Desa Katongan
Perencanaan Tidak Pernah (n = 10) (n .= 10)

Pada tahap perencanaan biasanya diadakan (010)


pertemuan kelompok yang ditentukan secara Pernah 50.0 0
"musyawarah" antara petugas penyuluh lapang Tidak Pernah 50.0 100.0
(PPL), PLP dan petani. Pengaruh ketidak hadir-
an sebagian petani dalam kegiatan penyuluhan
atau pembinaan relatif kecil. Namun akan ber- Sedang dalam PBD (Kedungpoh), disamping
beda jika yang tidak hadir itu penyuluh. Sering hal itu sudah dirumuskan terlebih dahulu dari
dijumpai seorang PPL tidak dapat menepati atas, dalam praktek masih ditawarkan kepada
keputusan musyawarah sebelumnya, yang meng- petani. Oleh sebab itu partisipasi petani Desa
akibatkan munculnya rasa antipati di kalangan Kedungpoh, yang diperlihatkan pada Tabel 2,
petani. menunjukkan keragaan yang relatif lebih baik
dibanding Desa Katongan.
Aktivitas Petani dalam Perencanaan Pembuatan
Demplot dan Demarea Partisipasi Petani dalam Perencanaan Pembuatan
Saluran Irigasi dan Bendungan
Tabel 1. Partisipasi Petani dalam Perencanaan Pembuatan
Demplot dan Demarea Menurut Persentase Respon-
den yang Menyatakan
Tabel 3 menjelaskan tentang partisipasi
petani dalam perencanaan pembuatan saluran
Tingkat Keaktivan Desa Kedungpoh Desa Katongan irigasi dan bendungan. Tampak bahwa partisipasi
(n = 10) (n = 10) petani Desa Katongan dalam merencanakan pem-
(010) buatan saluran irigasi dan bendungan lebih tinggi
Aktif 0
dibanding Desa Kedungpoh. Hal ini disebabkan
0
hubungan akrab antara pamong desa dan petani
Setengah Aktif 20.0 0
relatif lebih baik di Desa Katongan.
Pasif 80.0 0

Tabel 3. Pernah dan Tidaknya Responden Berpartisipasi


Tabel 1 menjelaskan tentang aktivitas atau dalam Perencanaan Pembuatan Saluran Irigasi dan
Bendungan
partisipasi petani dalam perencanaan pembuatan
demplot dan demarea. Agaknya perencanaan Desa Kedungpoh Desa Katongan
Pernah/Tidak
pembuatan demplot dan demarea dalam rangka (n =10) (n =10)
PBD tidak banyak melibatkan petani. Atau (W)
dengan kata lain, petani tidak banyak diberi
Pernah 10.0 50.0
kesempatan untuk berpartisipasi dalam rencana
pembuatan demplot dan demarea. Tidak Pernah 90.0 50.0

Partisipasi Petani dalam Menentukan Lokasi


Pada akhir-akhir ini pembuatan bendungan
Hamparan untuk PBD atau Program OPSUS
besar yang terdapat di kedua desa dikerjakan
Keterangan mengenai hal ini diperoleh pen- bersama, namun perencanaannya dirumuskan
jelasan dari Tabel 2. Untuk program OPSUS, dan atas. Pembuatan saluran irigasi di Desa

30
Kedungpoh pun demikian, terutama yang sifatnya sesuatu, sehingga tingkat.partisipasi petani dalam
permanen atau terbuat dari beton. Saluran irigasi program kelayakan teknologi tanaman pangan
di Desa Katongan pada umumnya tidak perma- tercermin dari respon mengenai dapat tidaknya
nen. petani menerapkan teknologi itu. Pada Tabel 5
dapat dilihat bagaimana petani merespon ter-
Pembinaan Partisipasi Terhadap Perencanaan hadap dapat tidaknya mencoba menerapkan
Usahatani Tanaman Pangan teknologi itu.
Meskipun tidak terlalu sering, seorang penyu-
Tabel 5. Persentase Responden Menurut Pernyataan Dapat
luh pernah membimbing petani untuk bersama- atau Tidaknya Menerapkan Teknologi Pola Tanam
sama membuat perencanaan usahatani. Kegiatan (Tanaman Pangan) Baru
ini dilakukan secara berkelompok. Selanjutnya
dapat diikuti Tabel 4. Kategori Pernyataan Desa Kedungpoh Desa Katongan
(n =10) (n =10)
Bimbingan di bidang perencanaan pembibit-
an, penentuan waktu tanam, pemupukan dan (070)
penyemprotan dapat dikatakan sebagai kegiatan Dapat 90.0 70.0
standar yang dilakukan oleh seorang penyuluh Tidak Dapat 0 10.0
atau pembina. Tidak demikian halnya dengan Ragu-ragu 10.0 20.0
perencanaan alokasi tenaga kerja dan pengolahan
tanah. Besar kemungkinan seorang penyuluh
belum mendalami benar bagaimana seorang
petani mengatur curahan tenaga kerja keluarga. Program penyuluhan yang beberapa pen-
Agaknya petani Desa Katongan sedikit lebih baik dekatannya menggunakan demplot, demarea, dan
di banding petani Desa Kedungpoh. pemutaran film pada PBD (Kedungpoh) agaknya
mempengaruhi penguasaan petani atas teknologi
pola tanam. Jumlah petani Desa Kedungpoh yang
Tabel 4. Jenis Bimbingan yang Menarik Partisipasi Petani
dalam Perencanaan Usahatani Menurut Persentase menyatakan dapat menguasai (menerapkan) tek-
Responden yang Menyatakan nologi tersebut relatif lebih besar dibanding Desa
Katongan. Atau dengan kata lain, jika indikator
Jenis Bimbingan Desa Kedungpoh Desa Katongan
Perencanaan (n = 10) (n = 10)
ini dapat dipakai, PBD lebih menunjukkan keber-
hasilannya dibanding program OPSUS.
(010) Apakah tingkat pengetahuan petani menge-
Pembibitan 90.0 80.0 nai teknologi tersebut diikuti oleh upaya untuk
Waktu Tanam 90.0 90.0 memakainya, dapat dilihat pada Tabel 6. Ke-
Pemupukan 90.0 90.0 mungkinan petani akan berpartisipasi dalam
Pengobatan 80.0 70.0 proses implementasi dapat dihubungkan dengan
Alokasi Tenaga jawaban "ya", "antara ya dan tidak", "tidak",
Kerja 0 20.0
Pengolahan Tanah 20.0 10.0
dan "tidak tahu".

Tabel 6. Persentase Responden Berdasarkan Kategori Res-


Dapat ditarik gambaran ringkas bahwa di pon untuk Menerapkan Teknologi Pola Tanam
kedua desa kurang terlihat perbedaan dalam hal •
pembinaan partisipasi untuk kegiatan perencana- Kategori Pernyataan Desa Kedungpoh Desa Katongan
(n =10) (n = 10)
an usahatani tanaman pangan.
Sebelum membahas partisipasi pada imple- (070)
mentasi terlebih dahulu akan ditampilkan menge- Ya 50.0 40.0
nai keragaan dalam menanamkan pengetahuan Antara Ya dan Tidak 30.0 20.0
mengenai teknologi pola tanam baru. Tidak 0 20.0
Tidak Tahu 20.0 20.0
Pengetahuan Petani Mengenai Teknologi
Pola Tanam
Pengetahuan tercermin dari keyakinan me- Jumlah petani yang menyatakan bersedia
ngenai dapat tidaknya seseorang melakukan ("ya") akan menerapkan teknologi pola tanam

31
relatif lebih besar di Desa Kedungpoh. Demikian Partisipasi dalam Pemakaian Bibit/Benih
pula untuk jawaban yang mereka katakan "pikir- Perbedaan tingkat partisipasi petani diukur
pikir dulu" (antara "ya" dan "tidak"). Yang dengan pemakaian bibit/benih dalam kaitannya
menyatakan kurang bersedia ("tidak") lebih besar dengan adopsi teknologi pola tanam baru, diper-
di Desa Katongan. lihatkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Pemakaian Bibit/Benih Pada Beberapa


Pelaksanaan atau Implementasi Jenis Tanaman Pangan Utama per Ha Selama
Setahun,
Gejala umum yang sering ditampilkan untuk
membahas partisipasi petani dipusatkan pada segi Jenis Bibit Desa Kedungpoh Desa Katongan
pelaksanaan atau implementasi atas suatu inovasi (n = 10) (n = 10)
pola tanam. Disejajarkan dalam rangka proses Padi gogo (kg/ha) 39.57 35.10
adopsi atau kelayakan teknologi tanaman pangan Ubi kayu (bongkok/ha) 12.78 11.90
dapat diajukan beberapa indikator, antara lain : Kedele (kg/ha) 34.00 46.04
pemakaian atau curahan tenaga kerja, jumlah Jagung (kg/ha) 7.09 4.50
penggunaan bibit, pupuk yang dipakai dan obat-
obatan. Selanjutnya, dapat diketengahkan ten-
tang analisa keberhasilan dilihat dari hasil per ha Jumlah pemakaian bibit/benih pada tanaman
tanah pertanian yang diolah petani. padi gogo, ubi kayu dan jagung oleh petani di
Desa Kadungpoh tampaknya lebih tinggi diban-
Partisipasi dalam Pemakaian Tenaga Kerja ding dengan petani di Desa Katongan. Kebalikan-
Curahan tenaga kerja untuk kegiatan pola nya, pada jumlah pemakaian bibit/benih tanaman
tanam yang telah dilakukan petani gambarannya kedele relatif lebih tinggi di Desa Katongan.
dapat diikuti dari Tabel 7. Tingkat keuntungan bibit/benih yang di-
anjurkan dipakai sekitar 35 kg padi gogo, 200
bongkok ubikayu, 50 kg kedele, dan 10 kg jagung
Tabel 7. Curahan Tenaga Kerja per Hektar Tanah Menurut per Ha.
Jenis Pekerjaannya di Sektor Pertanian Tanaman
Pangan Selama Setahun

Jenis Pekerjaannya Desa Kedungpoh Desa Katongan Partisipasi dalam Pemakaian Jumlah Pupuk
(n = 10) (n = 10)
Beberapa jenis pupuk yang banyak atau
(JKO/ha) ) (%) (JKO/ha) (%) umum dipakai petani di kedua desa dalam kegiat-
Mengolah Tanah 536.6 14.15 446.8 16.06 an pola tanam, antara lain: pupuk Urea (Nitro-
Menanam/menyulam 674.5 17.78 384.1 13.81 gen), TSP (Fosfat) dan pupuk kandang ("le-
Menyiang 1 573.1 41.48 970.0 34.87 thong"). Seberapa jauh tingkat partisipasi petani
Memupuk 296.3 7.80 187.0 6.75 diukur dengan pemakaian pupuk-pupuk tersebut
Memanen 712.9 18.80 793.2 28.51 diperlihatkan pada Tabel 9.
Jum1ah 3 792.4 100.00 2 781.1 100.00
Tabel 9. Jumlah Rata-rata Pemakaian Pupuk untuk Jenis
Keterangan : + / JKO/ha = Jam kerja orang per ha. Tanaman Pangan Utama per Ha Selama Setahun

Jenis Pupuk Desa Kedungpoh Desa Katongan


Jika partisipasi curahan tenaga kerja diper- (n = 10) (n =10)
bandingkan, maka petani di Desa Kedungpoh
Ur ea (kg/ha) 334.8 251.4
menunjukkan tingkat yang lebih besar dibanding
Desa Katongan. Curahan tenaga kerja petani di T S P (kg/ha) 115.1 156.8
Desa Kedungpoh lebih tinggi dibandingkan de- Kandang (pikul/ha) 163.0 171.7
ngan petani di Desa Katongan, dengan perbedaan
sebesar 1 011 jam kerja orang per ha selama
setahun, atau setara dengan 2.8 jam kerja sehari Jumlah pupuk urea yang dipakai petani Desa
selama 360 hari atau 20.2 hari kerja orang per Kedungpoh lebih banyak dibandingkan petani
tahun. Desa Katongan, sedang pupuk superfosfat (TSP)

32
dan kandang banyak dipakai para petani Desa Tabel 11. Alokasi Biaya Produksi untuk Beberapa Jenis
Masukan Tanaman Pangan Utama dalam Setahun.
Katongan. Pemakaian pupuk ini masih berdasar-
kan pemahaman petani sendiri terhadap sifat dan Jenis Masukan Desa Kedungpoh Desa Katongan
kondisi tanahnya, belum sepenuhnya mengikuti Produksi (n = 10) (n =10)
petunjuk PPL atau PLP. Ternyata ada jenis (rupiah) (%) (rupiah) (%)
pupuk lain yang belum diketengahkan disini,
Tenaga Kerja 303 392 71.78 222 488 67.53
walaupun banyak dipakai petani yaitu pupuk
kompos dan pupuk kotoran manusia. Jenis pupuk Bibit 21 102 4.99 24 209 7.35
yang disebut terakhir banyak dipakai oleh petani Pupuk 73 091 17.29 71 076 21.57
Desa Katongan. Menurut beberapa petani kotoran Obat-obatan 25 090 5.94 11 705 3.55
manusia jika sudah dicampur dengan kapur dan
Jumlah 422 675 100.00 329 478 100.00
tanah selama waktu tertentu, akan merangsang
pertumbuhan tanaman (Anonymous, 1981).
Menurut petunjuk PPL atau PLP petani
memakai dosis pupuk sekitar 200-400 kg urea, Tabel 12. Struktur Penerimaan atas Hasil Produksi Beberapa
150-350 kg TSP dan 400 kg urea serta 400 pikul Jenis Tanaman Pangan Utama dalam Setahun.
pupuk kandang per hektar secara merata pada Desa Kedungpoh Desa Katongan
Jenis Tanaman
semua jenis tanah. Pangan Utama (n = 10) (n = 10)

(rupiah) (go) (rupiah) (%)


Partisipasi dalam Pemakaian Jumlah Obat-obatan
Padi gogo 314 020 48.55 302 400 56.26
Gambaran mengenai partisipasi petani dikait-
Ubi kayu 146 250 22.61 65 200 12.13
kan dengan pemakaian jumlah obat-obatan untuk
Jagung 42 120 6.51 35 490 6.60
kegiatan usahatani tanaman pangannya diper-
Kedele 144 400 22.33 134 400 25.01
lihatkan pada Tabel 10.
Jumlah 646 790 100.00 537 490 100.00

Tabel 10. Jumlah Rata-rata Obat-obatan yang Dipakai


Petani untuk Tanaman Pangan per ha Selama
Setahun. Jika masukan produksi fisik (tenaga kerja,
bibit, pupuk dan obat-obatan) usahatani tanaman
Desa Kedungpoh Desa Katongan
Jenis Obat-obatan
(n = 10) (n = 10)
pangan dikalikan dengan harga masing-masing1 )
diperoleh analisa biaya seperti terlihat pada Tabel
Furadan (g/a) 19.9 8.8 11. Diperoleh perkiraan bahwa jumlah biaya yang
Diazinon (t/a) 8.5 4.2 dikeluarkan petani, dalam rangka kegiatan usaha-
Sevin (kg/a) 9.0 4.9 tani tanaman pangan, lebih tinggi pada petani di
"Obat Gabah" (kg/a) 2.5 0.9 Desa Kedungpoh dibandingkan dengan Desa
Katongan. Selisih biaya mencapai Rp. 93 197 per
ha selama setahun.
Tabel 12 menjelaskan tentang gejala hasil
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan obat- partisipasi petani dalam kegiatan usahatani ta-
obatan untuk usahatani tanaman pangan lebih naman pangan, yaitu dengan mengalikan jumlah
tinggi di Desa Kedungpoh dibanding Desa Ka- produksi beberapa jenis tanaman pangan utama-
tongan. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh nya dengan masing-masing harga yang berlaku
adanya PBD di Desa Kedungpoh dan tidak di (tahun 1983). Diperoleh gambaran bahwa tingkat
Desa Katongan. penghasilan petani dari sektor tanaman pangan
lebih besar di Desa Kedungpoh ketimbang Desa
Usahatani dan Partisipasi Katongan. Selisih penerimaannya mencapai
Beberapa pokok bahasan di atas lebih Rp 109 300 per ha selama setahun.
menyoroti hasil partisipasi petani dilihat dari
faktor masukan phisik. Selanjutnya, dapat pula
diketengahkan analisa biaya usahatani sederhana 1) Yang dimaksud harga-harga yang berlaku pada saat peng-
(Tabel 11 dan 12). evaluasian dilakukan, yaitu tahun 1983.

33
Analisa selanjutnya dapat diarahkan untuk Evaluasi Petani Terhadap Teknologi Tanaman
melihat tingkat keuntungan pada masing-masing Pangan
petani di kedua desa. Berdasarkan Tabel 11 dan 12 Beberapa petani di kedua desa menyatakan,
dapat dilihat bahwa keuntungan kegiatan usaha- bahwa untuk melaksanakan teknologi pola tanam
tani tanaman pangan per ha selama setahun rata- baru akan memakan banyak sekali korbanan,
rata sebesar Rp 224 115 di Desa Kedungpoh dan meskipun diakui akan meningkatkan hasil per
sebesar Rp 208 112 di Desa Katongan. hektar. Curahan tenaga kerja yang tinggi pada
Rata-rata keuntungan yang diperoleh petani tahap penanaman dan penyiangan (label 7) akan
di Desa Kedungpoh lebih besar dibanding petani mengurangi kesempatan petani untuk bekerja di
di Desa Katongan. Namun selisih keuntungannya luar sektor pertanian. Untuk mengejar waktu
hanya sebesar Rp 16 003 per ha selama setahun, tanam beberapa petani terpaksa mengambil alter-
atau setara dengan 47.1 kg beras (harga beras natif sendiri dalam cara menanam, yaitu sebagian
dihitung Rp 340 per kg). tanahnya ditanami dengan cara larik (tandur
jajar), sedang sisanya dengan cara disebar.
Menurut mereka, pertumbuhan gulma pada
Evaluasi tanaman yang dilarik, mungkin akibat pemberian
pupuk urea dosis tinggi (label 9), relatif lebih
Partisipasi petani dalam kegiatan evaluasi subur, sehingga perlu penyiangan yang intensif.
terhadap hasil kegiatan usahatani tanaman pa- Berbeda dengan tanaman yang disebar, karena
ngan tidak mendapat perhatian yang wajar di jarak tanam rapat dan tidak teratur dan pemupuk-
Desa Kedungpoh, dalam rangka pelaksanaan an urea tidak terlalu tinggi, maka pertumbuhan
PBD, partisipasi petani dalam kegiatan evaluasi gulma dapat ditekan.
relatif lebih baik meskipun tetap tidak memadai. Pemakaian bibit padi unggul (IR 36 dan
Petani di Desa Kedungpoh pada saat panen, yaitu sejenisnya) selain memerlukan pengairan yang
sewaktu tanahnya diikutkan dalam demplot dan teratur, daminya (daun padi kering) tidak begitu
demarea, diajak oleh petugas (penyuluh) untuk disukai oleh ternak, karena terasa anyir. Padahal
turut menimbang hasilnya. dami merupakan makanan ternak di waktu musim
Diskusi-diskusi yang membahas perihal ke- kemarau dan rumput tidak tumbuh baik.
berhasilan dan kegagalan dari kegiatan mengolah Rupanya pemakaian obat-obatan menimbul-
tanah sampai panen antara penyuluh dan petani kan masalah juga. Setelah diadakan pengobatan
jarang dilakukan. Besar kemungkinan bahwa beberapa ternak seperti unggas, sapi dan kambing
setiap program/proyek yang sudah digariskan menderita keracunan. Ayam dan itik seringkali
dari atas, terutama untuk kelayakan teknologi dijumpai mati mendadak setelah minum air sawah
tanaman pangan, dievaluasi di tingkat atas raja. yang telah tercemar obat, sedang sapi dan kam-
Layak atau tidaknya teknologi tanaman pangan bing menderita keracunan setelah makan rumput
tersebut, tidak perlu didiskusikan dengan petani atau ranting yang telah dicemari oleh obat-obatan
kecuali indikator-indikator fisik dan ekonomi sejenis Sevin atau Diazinon.
yang dapat dicari melalui metode survai. Karena keadaan tanah pertanian dan keter-
Ringkasnya, dalam rangka evaluasi layak sediaan air, selama setahun rata-rata tanah per-
atau tidaknya suatu teknologi pola tanam (tanam- tanian hanya mampu ditanami padi sawah dan
an pangan), petani tidak diberi kesempatan cukup gogo rancah sekali, ubi kayu sekali, kedele atau
untuk berpartisipasi. Di Desa Kedungpoh yang kacang tanah dua kali (yang kedua disebut
dikelola PBD sedikit lebih baik dibanding Desa "kedele gadu"). Pada musim kemarau tanah-
Katongan, yang dikelola hanya oleh program tanah dekat sumber air ditanami kacang panjang
OPSUS. dan sayur-sayuran, disebut tanaman siren atau
Berikut ini disampaikan beberapa penilaian nyetren. Waktu penanamannya ditentukan de-
dalam ruang lingkup penerapan teknologi pola ngan perhitungan mangsa kepapat (tanggal ke
tanam yang ditarik dari pendapat-pendapat para empat) dalam hitungan selapanan, yaitu pada hari
petani di kedua desa. Terutama yang ditekankan Senin Legi. Menurut kepercayaan setempat pada
pada beberapa aspek yang menjadi kendalanya. hari itulah tanah menjadi basah oleh uap air dari

34
dalam tanah, atau dalam istilah Jawa disebut 5. Sebaiknya petani diajak berpartisipasi dalam
"ngompol". Perhitungan semacam ini masih perencanaan dan evaluasi. Dengan hanya
dipakai oleh masyarakat petani di daerah se- memusatkan pada segi implementasi kemung-
tempat. kinan besar seorang penyuluh kurang mema-
hami cara-cara petani mengambil keputusan
mengenai adopsi suatu teknologi baru, se-
KESIMPULAN DAN SARAN hingga tidak mampu melihat tentang kelemah-
an dalam implementasi program.
1. Perkembangan partisipasi petani dalam pro- 6. Partisipasi petani seyogyanya dipandang se-
gram pengembangan teknologi tanaman pa- bagai proses komunikasi personal, yaitu
ngan dipengaruhi oleh pembinaan, termasuk memandang petani sebagai subyek yang ber-
pembinaan yang dilakukan sebelumnya. Keter- tanggung jawab penuh terhadap keputusan
sediaan fasilitas dan dana bantuan masih yang diambil atas suatu inovasi. Aspek-aspek
menjadi penentu hasil suatu pembinaan. personal dalam komunikasi ini erat hubungan-
2. Perbedaan yang nampak terutama partisipasi nya dengan kelembagaan masyarakat, yang
petani di bidang implementasi teknologi. Hal terlihat kurang mendapat perhatian dari para
itu berkaitan dengan perbedaan tingkat penge- pembina program.
nalan dan kemauan untuk mengadopsi tek-
nologi tersebut.
DAF TAR PUSTAKA
3. Besarnya nilai penerimaan petani di Desa
Kedungpoh lebih tinggi dibanding Katongan, Anonimous. 1981. Indonesia Yogyakarta Rural Development
yang ternyata berkaitan dengan penggunaan Project : Working Paper; vol. 1. 1979. Agricultural and
tenaga kerja yang lebih besar. Besar kemung- Rural Development Department. Rural Development
kinannya bahwa hasil pertanian tanaman Division.
pangan yang tinggi terutama disebabkan oleh KORTEN, F.F. 1981. Community Participation : A Manage-
ment Perspective on Obstacles and Options. in Bureau-
pencurahan tenaga kerja. cracy and the Poor : Closing the Gap, edited by D.C.
4. Partisipasi petani dinilai lemah sekali pada KORTEN and F.B. ALFONSO. McGraw-Hill Interna-
tahap perencanaan dan evaluasi. Ini berarti tional Book Company. Manila.
bahwa rencana dan evaluasi ditentukan dari Laporan Proyek Pengembangan Pertanian Bangun Desa
atas. Hal ini dipandang kurang mendidik Yogyakarta Tahun 1980/1981. Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Propinsi Daerah lstimewa Yogyakarta.
kemandirian petani dalam berusahatani dan
menurunkan kualitas partisipasi dalam pro-
gram pembangunan.

35

Anda mungkin juga menyukai