Anda di halaman 1dari 17

BUKU SAKU PAMSIMAS II: KOMPONEN KESEHATAN

PENDEKATAN STBM
SKALA KABUPATEN
(DISTRICT-WIDE)
KATA PENGANTAR
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunya Buku Saku Pendekatan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Skala Kabupaten untuk Pelaksanaan Proyek
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) Fase II ini.
Perubahan paradigma pembangunan sanitasi yang dikukuhkan dengan pencanangan Program
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat pada tahun 2008 telah membawa kita kepada
pencapaian hasil yang lebih baik. Program STBM yang dilandasi prinsip pemberdayaan masyarakat
dan perubahan perilaku dari, oleh, dan untuk masyarakat ini telah terbukti mampu meningkatkan
efisiensi dan efektifitas percepatan peningkatan akses sanitasi masyarakat yang berkelanjutan.

Selama lima tahun terakhir, kita belajar bahwa percepatan akses sanitasi dapat terjadi dengan
optimal manakala semua pihak yang terlibat menerapkan tiga komponen STBM, yaitu
peningkatan kebutuhan, penyediaan layanan yang terjangkau, dan penciptaan lingkungan yang
mendukung, secara terintegrasi. Kita juga belajar bahwa upaya yang dilakukan secara bersama-
sama oleh para pihak yang terlibat, pada skala yang lebih besar dari desa seperti skala kabupaten
atau provinsi, memiliki daya ungkit yang jauh lebih besar untuk mempercepat pencapaian target
pembangunan sanitasi Indonesia. Untuk itu, kita perlu memperluas penerapan pendekatan STBM
dengan cara mengintegrasikannya ke dalam program-programbesar Kementerian Kesehatan atau
pemberdayaan masyarakat lainnya.

Saya menyambut baik disusunnya buku ini,yangmerupakan langkah nyata penerapan pendekatan
STBM skala besar di 220 kabupaten/kota di 32 provinsi di Indonesia.Pertanyaan-pertanyaan
mengapa kita mengadopsi STBM skala kabupaten dan bagaimana cara melaksanakannya akan
dijelaskan secara gamblang di dalam buku ini.

Akhirnya, kepada semua pihak yang berprakarsa dan berupaya hingga terwujudnya buku ini, saya
sampaikan terima kasih dan penghargaan serta dengan harapan semoga dapat ditindaklanjuti
secara optimal dan berkelanjutan.

Jakarta, July 2013

Dirjen Pengendalian Penyakit


dan Penyehatan Lingkungan
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama

ii
BUKU SAKU PAMSIMAS II: KOMPONEN KESEHATAN

PENDEKATAN STBM SKALA KABUPATEN


(DISTRICT-WIDE)
Pembangunan sanitasi di Indonesia telah bergeser dari pendekatan pemberian
contoh dan bantuan berupa jamban bersubdisi ke rumah tangga terpilih menjadi
pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilakuuntuk hidup bersih dan sehat.
Pendekatan baru ini dikenal dengan nama Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) dan telah dicanangkan secara nasional melaluiKeputusan Menteri
Kesehatan No. 852 tahun 2008. 1

Pendekatan STBM mengedepankan prinsip bahwa percepatan sanitasi yang layak


hanya dapat dicapai jika masyarakat terlibat secara aktif dalam proses identifikasi
dan penyelesaian masalah dan mau berubah untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat. Pendekatan ini bersifat keprograman dan dilakukan secara terlembaga,yang
pelaksanaannya mencakup wilayah intervensiskala kabupaten atau district-wide.

PENDEKATAN SKALA KABUPATEN (DISTRICT-WIDE) ADALAH:

Pendekatan yang memposisikan pemerintah kabupaten sebagai koordinator


pelaksanaan STBM secara keseluruhan, dengan karakteristik sebagai berikut:

Lokasi lokasi program dilaksanakan di seluruh desa di kabupaten secara


bertahap;
Pelaksanaan: dengan mengoptimalkan struktur institusi yang ada dalam
lingkup dan jejaring pemerintah kabupaten;
Pembiayaan: dengan mengoptimalkan berbagai sumber pembiayaan terutama
APBD, BOK, anggaran kecamatan, desa, swasta, termasuk anggaran swadaya
masyarakat;
Keterlibatan pihak luar: seperti proyek-proyek sanitasi, termasuk
PAMSIMAS,hanya memberikan dukungan berupa bantuan teknis dan dana
awal untuk demonstrasi strategi pelaksanaan. Adapun pihak swasta dapat
menjadi mitra pelaksana program.

1
Informasi lebih lanjut terkait STBM dapat diakses di www.stbm-indonesia.org
1
KENAPA STBM MENGGUNAKAN
PENDEKATAN SKALA KABUPATEN?
Pendekatan skala kabupaten BUKTI KEBERHASILAN
terbukti efektif dalam menciptakan PENDEKATAN SKALA KABUPATEN
sasaran intervensi yang luas,
sehingga memungkinkan terjadinya 1. Terjadi peningkatan penyediaan anggaran
kabupaten untuk sanitasi. Investasi proyek
percepatan peningkatan akses
sebesar US$3 jutamendorong investasi
sanitasi. Dilaksanakannya STBM pemda sebesar US$ 1,7 juta untuk
skala kabupaten memperbesar pengembangan program sanitasi, dan
dukungan kebijakan, sumber daya investasi rumah tangga sebesar US$ 7,8 juta
dan sumber dana bagi pelaksanaan untuk layanan dan sarana sanitasi miliknya.
program, selain itu juga dapat 2. Meningkatkannya akses sanitasi sebesar
mendorong peningkatan efektivitas 23% di 29 kabupaten di Jawa Timur
investasi/pendanaan. yang mencakup lebih dari 1.4 juta orang.
Peningkatan ini hampir 10 kali lebih cepat
Pelaksanaan STBM skala kabupaten daripada rata-rata peningkatan akses sanitasi
nasional pada periode yang sama.
sudah berhasil dilakukan melalui
3. Tumbuhnya penyedia sanitasi lokal melalui
proyek percontohan Sanitasi Total wirausaha sanitasi.
dan Pemasaran Sanitasi (SToPS) di 4. Dihapusnya alokasi untuk subsidi.
Provinsi Jawa Timur tahun 2007- 5. Dilanjutkannya program STBM tanpa
2010. dukungan pendanaan proyek.
Box 1:
Bukti Keberhasilan Pendekatan Skala Kabupaten

Tabel 1: Bukti Keberhasilan Pendekatan Skala Kabupaten


2
APA KONSEKUENSI BAGI PEMERINTAH
KABUPATEN UNTUK MELAKSANAKANNYA?
Pemerintah kabupaten harus.
Mengembangkan strategipelaksanaan STBM skala kabupaten,
Mengupayakan dukungan politis pimpinan daerah,
Membangun jejaring dan berkoordinasi dengan para pihak, di dalam sektor
maupun lintas sektor hingga ke tingkat puskesmas dan desa,
Mendemonstrasikan keberhasilan di lokasi awal sebagai contoh sukses dan
pembelajaran untuk direplikasi di lokasi lain,
Mengembangkan sistem insentif bagi pelaksana program di lapangan yang
berhasil.

APA DUKUNGAN DARI


PEMERINTAH PROVINSI?
Pemerintah propinsi dapat memberikan dukungan melalui berbagai kegiatan seperti:
Memfasilitasi pembelajaran silang antar kabupaten (cross learning),
Melakukan monitoring kinerja dengan indikator utama yang disepakati melalui
benchmarking,
Melakukan promosi perubahan perilaku skala propinsi,
Pemberian insentif bagi wilayah yang berprestasi,
Menyediakan tenaga pelatih professional untuk bidang tertentu, dan
Memfasilitasi akses kepada bank untuk pengusaha sanitasi

DIMANA AKAN DITERAPKAN STBM


SKALA KABUPATEN?
STBM skala kabupaten akan diterapkan
dalam proyek PAMSIMAS (Penyediaan
Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat) fase II, yang mencakup
220 kabupaten/kota di 32 provinsi
di Indonesia. Proyek PAMSIMAS II
bertujuan untuk mendukung penyediaan:
1. Air Bersih untuk Rakyat, dan
2. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM). www.pamsimas.org

Sebelumnya Proyek PAMSIMAS (Fase I) sudah dilakukan pada tahun 2008 hingga
2012 dan berhasil memberdayakan masyarakat di 6.800 desa/kelurahan di 110
kabupaten/kota di Indonesia. Pendekatan yang digunakan sebelumnya bersifat
keproyekan dan dilaksanakan di desa-desa terpilih.
3
APA BEDANYA PAMSIMAS I dan PAMSIMAS II?

PAMSIMAS I PAMSIMAS II
Lokasi Seluruh desa di kabupaten/kota
Desa Terpilih
Intervensi secara bertahap
Kader masyarakat dipimpin
Tim Pemicu Fasilitator Masyarakat
Sanitarian

Demand, Supply, Enabling secara


Jenis Intervensi Titik berat CLTS
seimbang dan menyeluruh

Mekanisme Fasilitator Masyarakat dan


Sanitarian, Dinkes Kabupaten,
pengumpulan Konsultan melalui asisten
melalui website STBM
data (Monev)2 manajemen data (asmandat)

Peran Mitra program dan enabler


Pelaksana Proyek
Konsultan (pendorong)
Dari berbagai sumber, termasuk
Pembiayaan BOK, APBD dan sumber lainnya.
Anggaran proyek
pelaksanaan Dana Proyek PAMSIMAS hanya
sebagai pendukung.

Dikoordinasioleh Dinas Kesehatan,


melibatkan SKPD terkait
yang berpotensi mendukung
Keterlibatan Terfokus pada Dinas pembangunan sanitasi perdesaan,
Institusi Kesehatan dan jajarannya seperti: Bappeda, Dinas Komunikasi
dan Informasi, Promkes, Dinas
Pekerjaan Umum, wirausaha sanitasi,
dan lembaga keuangan.

Tabel 2: Beda PAMSIMAS Fase I dan II

2
Data yang dimaksud baru mencakup data akses jamban (Pilar I) STBM.

4
MENGAPA PAMSIMAS MERUBAH
PENDEKATANNYA MENJADI SKALA
KABUPATEN?
STBM berorientasi program Selama lima tahun
Memiliki spirit berkesinambungan pelaksanaannya (2008-2012),
PAMSIMAS telah berhasil
Didukung bukti-bukti sukses
menyediakan akses air minum
dan sanitasi di 6.800 desa/kelurahan atau hampir 10% dari 72.944 desa yang ada
di Indonesia. Jumlah ini setara dengan 34% dari target 20.000 desa STBM tahun
2015. Suatu pencapaian yang luar biasa, namun masih belum mampu mengejar
target pencapaian aksessanitasi MDGspada tahun 2015sebesar 62,41% penduduk,
atau penyediaan 100% sanitasi layak untuk semuapada tahun 2025.
Pelaksanaan STBM skala kabupaten telah berhasil dilaksanakan di beberapa provinsi,
seperti Jawa Timur dan NTB.
MENUJU 80% STOP BUANG
AIR BESAR SEMBARANGAN
DI NTB TAHUN 2013
Periode 1980-2009, paembangunan
sanitasi di NTB dititikberatkan pada
pembangunan fisik yang hanya mampu
memberikan akses jamban sehat ke
61,53% masyarakat.
Pada tahun 2010-2011, upaya
menciptakan kebutuhan sanitasi sudah
mulai dikembangkan melalui proyek
WSLIC 2 dan berhasil meningkatkan
akses jamban sehat menjadi 66,16%.
Namun, setelah proyek berakhir,
masyarakat kembali BAB sembarangan.
Dari 70 desa yang berhasif ODF di
tahun 2010, pada akhir 2012 hanya 39
desa yang tetap ODF.
Sejak 2012, NTB menerapkan
pendekatan STBM dengan
Tabel 3: mengkombinasikan 3 komponen
Investasi Pemerintah dan Masyarakat di Jatim STBM (demand, supply dan enabling)
dan berhasil meningkatkan akses
jamban sehat menjadi 68,91%. Capaian ODF meningkat dari desa ODF menjadi kecamatan
ODF, wirausaha sanitasi berkembang, fasilitator STBM terlatih bertambah hingga hampir
300 orang, bahkan pemerintah provinsi menyediakan hadiah hingga 1.5 milyar rupiah untuk
desa, kecamatan dan kabupaten yang berhasil ODF dengan catatan uang hadiah tidak boleh
digunakan untuk subsidi pembangunan jamban melainkan untuk mendorong penciptaan
lingkungan yang mendukung, seperti monev, pemicuan ataupun pembelajaran.
Box 2: Pendekatan Skala Kabupaten NTB
5
Hal lain yang juga mendorong PAMSIMAS untuk
mengubah pendekatan skala desa menjadi skala kabupaten adalah:

Kabupaten 60 wirausaha sanitasiyang tergabung dalam


mendorong Asosiasi Pengusaha dan Pengelola Sanitasi
terbentuknya Indonesia (APPSANI) di Jawa Timur mampu
wirausaha sanitasi untuk menyediakan 15.000 jamban sehat yang
menyediakan opsi sanitasi terjangkau atau setara dengan 12 milyar rupiah
yang terjangkau, sekaligus dalam satu tahun.
menciptakan lapangan Dengan sistem monev berbasis SMS dan web,
pekerjaan. saya bisa mendapatkan dan menyampaikan
Sistem
monitoring informasi kemajuan STBM ke pimpinan dalam
berbasis SMS STBM waktu singkat,Rosi, kasi PL, Dinkes Kabupaten
memudahkan stakeholders Kudus.
mendapatkan data terkini
Ketertarikan dengan sistem monev berbasis
terkait kemajuan program
web dan sms dapat dikembangkan lebih lanjut
dan mempercepat analisa
sebagai SMS broadcast kepada petugas di
untuk pengambilan
lapangan, begitu pula dari petugas lapangan ke
kebijakan. Pelaksanaan sistem, Tjandra Yoga Aditama, Dirjen PPPL.
STBM dapat
Upaya promotif preventif integrasi STBM-Desa
terintegrasi dengan
program-program kesehatan
Siaga melalui pelatihan Suami Siaga di Puskesmas
dan pemberdayaan masyarakat Gucialit Kabupaten Lumajang tahun 2012.
lainnya seperti Desa Siaga, Pada tahun 2013, dilaksanakan pelatihan STBM-
program promosi kesehatan, Desa Siaga yang diakreditasi oleh Kemenkes dan
maupun program Kemendagri di Mataram, dan diikuti oleh 40
Program peningkatan kapasitas peserta dari NTB, NTT, dan Maluku.
STBM cukup SDM kesehatan.
BRI Mojokerto memberikan kredit tanpa
berhasil memobilisasi
agunan kepada masyarakat yang ingin membuat
investasi pendanaan
jamban keluarga, mulai tahun 2013.
dari beragam sumber
seperti BOK, dana CSR
Kemitraan antara pemda, wirausaha lokal,
perusahaan, dan dari
Keberhasilan dan tokoh masyarakat, telah membawa Kab.
masyarakat.
STBM di Lumajang di Indonesia mencapai kemajuan
Lumajang masuk yang berarti dalam upaya memenuhi kebutuhan
dalam draft pidato Sekjen air minum dan sanitasi masyarakat. Akses
Perserikatan Bangsa-Bangsa jamban telah meningkat secara signifikan berkat
(PBB) tentang pembelajaran kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat,
global untuk disampaikan penguatan institusi di semua tingkatan, dan
dalam Sidang Majelis Tingi promosi kesehatan untuk meningkatkan
PBB bulan September perilaku hidup bersih dan sehat, Ban Ki Moon,
2013. Sekjen PBB (draft Pidato, alinia 42)

6
BAGAIMANA STBM SKALA
KABUPATEN DILAKSANAKAN?

Dengan melaksanakan tiga komponen STBM secara komprehensif dan seimbang.


Tiga komponen STBM dijelaskan dalam gambar berikut:

Komponen sanitasi total

Informasi lebih lanjut tentang STBM dapat dilihat di webite STBM


di www.stbm-indonesia.org

APA STRATEGI STBM SKALA KABUPATEN


DALAM PAMSIMAS II?
Strategi STBM Skala Kabupaten PAMSIMAS II adalah sebagai berikut:
Peningkatan Kebutuhan dan Permintaan Sanitasi
Melalui pemicuan dengan metode Community Led Total Sanitation (CLTS) untuk
mengubah kebiasaan masyarakat buang air besar (BAB) sembaranganmenjadi BAB
di jamban yang sehat dan juga untuk mempromosikan kebiasaan cuci tangan pakai
sabun (CTPS), pengelolaan air minum dan makanan yang aman, pengelolaan
sampah dan limbah domestik yang aman.
Program Pemasaran Hygiene dan Sanitasi
Bertujuan untuk: (i) meningkatkan kebutuhan perbaikan sanitasi, (ii) fasilitasi
penyedian kapasitas pasar lokal dalam merespon kebutuhan sanitasi, dan (iii)
mendorong perbaikan perilaku menuju hidup bersih dan sehat.
7
Program Hygiene dan Sanitasi Sekolah
Bertujuan untuk memperbaiki kondisi hygiene dan sanitasi sekolah yang layak melalui
kegiatan pendidikan dan promosi kesehatan, termasuk menumbuhkan kebiasaan CTPS.
Penciptaan dan Penguatan Lingkungan Pendukung (Enabling Environment) Program
Hygiene dan Sanitasi
Melalui advokasi kepada pemerintah
Komitmen Kabupaten Sumedang untuk daerah dan pemangku kepentingan untuk
STBM dicantumkan dalam Peraturan bersama-sama meningkatkan komitmen
Bupati No. 113/2009 tentang Sumedang melembagakan program pemberdayaan
Puseur Budaya Sunda dan PERBUP sanitasi perdesaan yang didukung dengan
No. 30/2010 tentang STBM. kebijakan/peraturan dan pembiayaan yang
dibutuhkan.

BAGAIMANA GAMBARAN PELAKSANAANNYA?


Setiap institusi dibekali dengan kapasitas yang keterampilan untuk melaksanakan STBM
Skala Kabupaten sesuai dengan tupoksi dan mandatnya, seperti terlihat pada bagan dibawah.

Kerangka Kerja Pengembangan Kapasitas Institusi dalam Program STBM Skala Kabupaten

PAMSIMAS II akan memberikan bimbingan bagaimana kombinasi pendekatan


STBM dan kerangka kerja pengembangan kapasitas institusi akan dilaksanakan.

8
BAGAIMANA PAMSIMAS II MENDUKUNG
IMPLEMENTASI STBM SKALA KABUPATEN?

Menyediakan bantuan teknis berupa:


Orientasi dan pengenalan sistem skala kabupaten
Menyediakan konsultan pendamping di tingkat kabupaten dan tingkat
provinsi,
Memfasilitasi peningkatan kapasitas SDM
Mengembangkan modul-modul intervensi berdasarkan praktek-praktek
terbaik dan cerita sukses yang sudah teruji efektifitas dan konsistensi
pelaksanaannya,
Menyediakan dukungan dana terbatas untuk demonstrasi pengenalan
pendekatan STBM, diseminasi informasi dan pembelajaran.
Pendampingan dilaksanakan dengan pendekatan partisipatif melalui
pemberdayaan masyarakat, demonstrasi penerapan STBM, sosialiasi,
pelatihan, kunjungan lapangan dan monitoring dan evaluasi untuk perbaikan
di masa depan.
Penjelasan lebih lengkap, silahkan dilihat pada PEDOMAN TEKNIS
PELAKSANAAN PAMSIMAS II.

BAGAIMANA MENENTUKAN LOKASI


SASARAN PAMSIMAS KOMPONEN 2?
Pada dasarnya seluruh desa di kabupaten adalah sasaran pelaksanaan program
STBM yang dapat diintervensi secara bertahap. Kriteria utama yang dapat
dijadikan dasar penentuan prioritas lokasi sasaran yaitu:
Akses sanitasi rendah,
Tidak ada program subsidi jamban,
Strategi perluasan dengan pola menyebar (spreading) atau pola kelompok
(clustering),
Ada kepeminatan untuk menerapkan STBM.

Untuk desa-desa yang menjadi sasaran Pamsimas II, selain kriteria diatas
juga mengikuti prosedur pemilihan lokasi (Lihat Juknis Pemilihan Desa).

BAGAIMANA INTERVENSI DILAKUKAN?


Pemberdayaan masyarakat sesuai dengan pentahapan yang harus dilalui
dalam upaya menuju sanitasi total yang dimulai dengan pemicuan agar tidak
BAB disembarang tempat, masyarakat mencapai status Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS) dan menuju sanitasi total.Berikut adalah tahapan intervensi
STBM di masyarakat:
9
ciptakan suasana kondusif, lakukan
Pra advokasi awal kepada pemuka
masyarakat,

Pemicuan observasi kebiasaan dan PHBS


masyarakat,
persiapan pemicuan (jadwal, lokasi
dll).

Pemicuan terapkan metode CLTS secara utuh,

promosi PHBS secara inovatif


menggunakan media promosi
(seperti TV, radio, ceramah, seni, dll)
Pasca mengembangkan jejaring antara
masyarakat dan wirausaha sanitasi.

Pemicuan monev bersama kader setempat,


(manfaatkan peta akses sanitasi).
susun rencana strategi percepatan
SBS.

BAGAIMANA MENYIAPKAN PENDANAANNYA?


Sumber dana kegiatan STBM skala kabupaten dapat berasal dari berbagai sumber termasuk
BOK, APBD dan sumber lainnya. Dana dari proyek Pamsimas II hanya sebagai dukungan.

Di kabupaten Lumajang, sejak tahun 2012,


pemkab menggunakan dana BOK untuk
kegiatan integrasi STBM dengan berbagai program.

Dasar penggunaan dana BOK untuk pelaksanaan STBM dan mendukung Pamsimas II
adalah Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Nomor PR 01.06/D.1/974/2013 tentang Pelaksanaan Program Pamsimas II dan Petunjuk
Teknis Penggunaan dana BOK dari Kementerian Kesehatan yangditerbitkan setiap tahun.
Tahun 2013, petunjuk teknis diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (PerMenKes)
No.59/MENKES/PER/XII/2012 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan.

10
Berdasarkan Surat Edaran dan PerMenKes tersebut pemerintah
kabupaten dapat menyusun menu penggunaan dana BOK sebagai
panduan bagi Puskesmas di wilayahnya.

Untuk menjamin keberlanjutan program, Pemerintah Kabupaten perlu


mengalokasikan anggaran melalui dana APBD Kabupaten atau dukungan
dana dari APBD Propinsi.

INFORMASI LEBIH LANJUT


DAPAT DILIHAT DI:
www.pamsimas.org
www.stbm-indonesia.org
Materi Advokasi STBM 2012
Pedoman Teknis Pengelolaan PAMSIMAS II
Pedoman Teknis Ppelaksanaan PAMSIMAS II
Petunjuk Teknis Pemilihan Desa PAMSIMAS II

11
PARA KAMPIUN
STBM

Gubernur Jawa Timur Sukarwo memperkenalkan kampiun STBM Ibu


Sulastri (baju merah), kader desa yang berhasil menjadi penggerak
masyakat Desa Kenongo Lumajang, Desa pertama yang ODF dengan
metode CLTS tahun 2005, kepada Wakil Presiden Budiono dan
Kadinkes Jawa Timur pada acara Gerakan Gotong Royong Nasional,
tahun 2012.
Sulastri, kader pertama yang berhasil
meng-ODF-kan desanya dengan
metode CLTS

drg Agustin, (baju biru)


Kepala Puskesmas Teladan th 2006,
prestasi meng - ODF kan seluruh
wilayah Puskesmas Lembak (16 desa)

drg. Agustin dan Ansori


(topi biru disamping Agustin)
Ansori adalah sanitarian teladan
yg diberi penghargaan bersamaan
dg drg agustin pada agustus 2006
oleh Presiden.

Bapak Misyuko, sanitarian Kab. Pemalang


yang mengembangkan wirausaha sanitasi.
Mendapat penghargaan sebagai Sanitarian
Teladan 2013 dan diundang bertemu
Presiden tanggal 17 Agustus 2013.

13
Direktorat Penyehatan Lingkungan
Ditjen PP dan PL
Gedung D Lantai 3
Jl. Percetakan Negara No. 29, Kotak Pos 223,
Jakarta 10560

Anda mungkin juga menyukai