Anda di halaman 1dari 11

INDIKATOR KEPATUHAN FASILITAS UMUM

DI KOTA SURABAYA PADA


REGULASI KAWASAN TANPA ROKOK
Daniel Christanto1*, Santi Martini2, Kurnia Dwi Artanti3, Diah Indriani4
Latar Belakang

Sumber : Atlas Tembakau Indonesia 2020


Masalah !!! Solusi

1. WHO menyatakan perokok pasif lebih berisiko


2. Perokok anak & remaja meningkat 9,1% (Riskesdas, 2018)
Penetapan
kawasan tanpa rokok
Pemantauan Kawasan Tanpa Rokok
di Kota Surabaya
• Tahun 2014 – 2017 : Dimulai dengan Fasilitas
Kesehatan & Fasilitas Pendidikan (juga dibantu
Puskesmas )
• Tahun 2018 : Mulai melakukan sosialisasi di Dinas
Perhubungan, Penempelan sticker “Dilarang Merokok”
pada bemo/angkot (sementara fasilitas kesehatan dan
pendidikan tetap jalan)
• Tahun 2019 – Sekarang : Mulai melakukan sosialisasi
secara bertahap di fasilitas tempat ibadah, hotel, resto,
kafe, mal, dll.
Uji Indikator Instrumen Pemantauan KTR
(Metode)
1. Berdasarkan hasil pemantauan KTR di Kota Surabaya pada fasilitas umum
(hotel, resto dan kafe) Bulan Juni – Agustus 2021 yang telah diinput di SPSS
2. Analisis menggunakan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA) melalui
Aplikasi Analisis of Moment Structures (AMOS), tujuannya adalah untuk
menguji seberapa kuat setiap variabel indikator pemantauan kawasan tanpa
rokok dapat mempengaruhi kepatuhan fasilitas umum tersebut.
3. Harapan : Manfaat dari uji ini adalah ketika kita mengetahui indikator terkuat
yang mempengaruhi kepatuhan fasilitas umum terhadap regulasi KTR di
Kota Surabaya, maka kita dapat mengembangkan teknik yang tepat untuk
dapat memaksimalkan program kawasan tanpa rokok di Kota Surabaya.
Hasil Analisis CFA
1. Variabel “Tahu Regulasi KTR” merupakan
indikator terkuat pertama yang
mempengaruhi kepatuhan fasilitas umum
dengan nilai estimate 4.08
2. Variabel “Sosialisasi KTR internal”
merupakan indikator terkuat kedua yang
mempengaruhi kepatuhan fasilitas umum
dengan nilai estimate 2.61
3. Variabel “Signning/Tanda KTR” merupakan
indikator terkuat ketiga yang
mempengaruhi kepatuhan fasilitas umum
dengan nilai estimate 1.00
Pembahasan Variabel 1
1. Variabel indikator “Tahu adanya regulasi kawasan tanpa rokok”. Menurut Notoatmodjo
(2018), pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

2. Pada proses ini pimpinan fasilitas umum di Kota Surabaya perlu diberi “tahu” tentang
adanya regulasi kawasan tanpa rokok melalui Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 2
Tahun 2019 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Sosialisasi secara masif terkait regulasi
kawasan tanpa rokok sebaiknya terus menerus digaungkan oleh Pemerintah Kota
Surabaya melalui Tim Satgas Kawasan Tanpa Rokok dengan harapan ketika masyarakat
“tahu” adanya regulasi kawasan tanpa rokok baik manfaat maupun konsekuensi bila
melanggar, maka kepatuhan masyarakat terutama pimpinan fasilitas umum menjadi
meningkat.
Pembahasan Variabel 2
1. Variabel indikator “Melakukan sosialisasi KTR di lingkungan internal” dengan nilai
estimate CFA sebesar 2.609. Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek Notoatmodjo (2018). Dengan perkataan
lain dapat dikatakan bahwa sikap adalah tanggapan atau persepsi seseorang terhadap
apa yang diketahuinya

2. Dalam hal ini sikap pimpinan fasilitas umum sangat kita perlukan sehingga proses
“Tahu” terhadap regulasi kawasan tanpa rokok di Kota Surabaya menjadi semakin
meluas sehingga kesadaran (awareness) masyarakat akan bahaya rokok dan
pentingnya penerapan kawasan tanpa rokok dapat ditingkatkan.
Pembahasan Variabel 3
1. Variabel Indikator “Memasang tanda dilarang merokok” dengan nilai estimate CFA
sebesar 1.000. (Variabel yang sengaja dikunci saat analisis CFA). Nilai estimate ini
sengaja dikunci saat awal analisis CFA oleh karena menurut Tim Satgas Kawasan
Tanpa Rokok di Kota Surabaya, bahwa keberadaan tanda dilarang merokok merupakan
satu bentuk kepatuhan terhadap regulasi kawasan tanpa rokok.

2. Tindakan memasang tanda dilarang merokok adalah realisasi dari pengetahuan dan
sikap terhadap regulasi kawasan tanpa rokok menjadi suatu perbuatan nyata. Tindakan
juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka
(Notoatmodjo, 2018). Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat atau dilihat oleh
orang lain. Oleh karena itu disebut juga over behavior.
Kesimpulan
1. Hasil Uji CFA terdapat 3 (tiga) variabel indikator terkuat yang membentuk kepatuhan
fasilitas umum di Kota Surabaya terhadap regulasi kawasan tanpa rokok yaitu “Tahu
adanya regulasi kawasan tanpa rokok”, “Melakukan sosialisasi KTR di lingkungan
internal” dan “Memasang tanda dilarang merokok”.

2. Roh dari regulasi kawasan tanpa rokok bukan hanya penegakkan secara hukum tapi
juga merupakan edukasi yang memberikan pengetahuan kepada masyarakat.
Sosialisasi masih perlu dilakukan secara masif dan kontinyu agar pengetahuan
masyarakat Kota Surabaya terhadap pentingnya kawasan tanpa rokok meningkat
sehingga dapat memunculkan respon sikap dan tindakan nyata di lingkungan
internalnya dan kepatuhan terhadap regulasi kawasan tanpa rokok di Kota Surabaya
dapat ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai