OLEH
MARIA YUNATI AMBU
NIM :PO530320318618
PENDAHULUAN
tekanan darah diatas nilai normal atau tekanan darah ≥140/90 mmHg (Kemenkes.RI, 2014).
Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di
dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan (Aisyiyah Nur Farida, 2012). Menurut American Heart
Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi
telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak
diketahui penyebabnya.
dan nutrisi dalam darah terhambat ke jaringan tubuh hingga jantung bekerja lebih keras
(Sulung & Poluan, 2018). Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2019
jumlah kasus hipertensi ada 839 juta dan diperkirakan menjadi 1.15 milyar taun 2025 sekitar
(29%) dari jumlah penduduk didunia. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2019 angka
kejadian hipertensi sebesar 185.857 jiwa. Dari data survey di Indonesia, prevelensi hipertensi
orang dewasa sekitar 5-10% dan angka tersebut akan jadi lebih tinggi dari 20% pada usia 50
tahun keatas, dan akan selalu meningkat setiap tahunnya.(Shanti & Zuraida, 2016). Tekanan
darah yang tinggi dapat membebani kerja jantung dan pembuluh darah secara berlebihan dan
apapun, mesti tekanan darahnya sudah jauh diatas normal. Hipertensi merupakan penyebab
kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkolosis (Apriza Yanti & Muliati, 2019). Salah satu
penyakit tidak menular yaitu hipertensi yang menjadi pemasalahan kesehatan yang sangat serius
(Ekawati, 2016), yang berkaitan dengan penurunan angka harapan hidup penderita, peningkatan
penyakit jantung, dan resiko terjadinya stroke (Rohatami, 2015). Hipertensi menjadi salah satu
penyakit yang banyak dijumpai di Indonesia, dapat dikatakan hipertensi bila tekanan darah
melebihi 140/90 mmHg (Susi Susanah, Ani Sutriningsih, 2017). darah ini dapat menyebabkan
dinding arteri mengalami tekanan sehingga menyebapkan endotel mengalami kerusakan, yang
pembesaran yang dapat berlanjut menjadi gagal jantung. di Indonesia pada tahun 2019 angka
kejadian hipertensi sebesar 185.857 jiwa. Dari data survey di Indonesia, prevelensi hipertensi
orang dewasa sekitar 5-10% dan angka tersebut akan jadi lebih tinggi dari 20% pada usia 50
tahun keatas, dan akan selalu meningkat setiap tahunnya.(Shanti & Zuraida, 2016). Tekanan
darah yang tinggi dapat membebani kerja jantung dan pembuluh darah secara berlebihan dan
dapat mempercepat penyumbatan pembuluh arteri. Kenaikan tekanan darah (heart failure).
Ketika seorang mengalami hipertensi dan mengalami komplikasi orang tersebut tidak dapat
melakukakan aktivitasnya. Untuk mencegah agar hipertensi tidak menyebabkan komplikasi lebih
lanjut maka diperlukan penanganan yang tepat dan efisien (Roni, 2016).
yang baik. Banyak orang-orang yang kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan 3 dan
lebih banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi garam (Apriza Yanti & Muliati, 2019).
Faktor yang mempengaruhi tekanan darah tinggi disamping asupan makanan yaitu
keturunan, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, obesitas, stress dan kurang aktivitas fisik.
Dampak dari kebiasaan tersebut yaitu peningkatan tekanan darah tinggi dan penyakit
antara dokter dan pasien yang menanganinya. Kepatuhan pengobatan pasien merupakan hal
penting karena hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi harus
selalu dikontrol atau dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi yang dapat berujung pada
kematian. Target baru pengobatan hipertensi pada pasien dengan komorbiditas: pedoman
yang diperbarui biasanya merekomendasikan resep penurunan obat pada pasien dengan
CVD (Cardio Vascular Diseases) klinis dan hipertensi stadium 1 atau stadium 2 baru
dengan target tekanan darah kurang dari 130/80 mmHg (sebelumnya <140/90 mmHg).
Pedoman merekomendasikan interval tindak lanjut yang berbeda berdasarkan pada tahap
hipertensi, jenis obat, tingkat kontrol tekanan darah dan adanya kerusakan organ .
mempengaruhi tekanan darah dan secara bertahap dapat mencegah terjadinya komplikasi).
Obat-obat hipertensi yang dikenal saat ini telah terbukti dapat mengontrol tekanan darah
pada pasien hipertensi, dan juga sangat berperan dalam menurunkan risiko berkembangnya
menghasilkan efek pengontrolan tekanan darah jangka panjang apabila tidak didukung
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui tigkat kepatuhan minum
obat hipertensi.
BAB II
METODE
Rangkuman menyeluruh dalam bentuk literature review mengenai Ketidak patuhan minum
obat hipertensi Protokol dan evaluasi dari literature review akan menggunakan PRISMA
checklist untuk menentukan penyeleksian studi yang telah ditemukan dan disesuaikan dengan
Pencarian Literature review yang merupakan rangkuman menyeluruh beberapa studi penelitian
yang ditentukan berdasarkan tema tertentu. Pencarian literatur dilakukan pada bulan April – Mei
2021. Data yang digunakan dalam peelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh bukan dari
pengamatan langsung, akan tetapi diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti-peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel jurnal bereputasi
baik nasional maupun internasional dengan tema yang sudah ditentukan. Pencarian literatur
dalam literature review ini menggunakan dua database yaitu Google scholar ,dan Pubmed
Pencarian artikel atau jurnal menggunakan kata kunci dan operator ( Dan, Atau, Tidak,Bukan ,Atau, Dan,
Bukan.) yang digunakan untuk memperluas atau menspesifikkan pencarian, sehingga mempermudah
dalam penentuan artikel atau jurnal yang dgunakan. Kata kunci dalam literature review ini disesuaikan
dengan Medical Subject Heading (MeSH) dan terdiri dari sebagai berikut:
Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOS framework, yang terdiri dari
1) Populasi/masalah yaitu akan di analisis sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam
literature review
2) Intervensi yaitu suatu tindakan penatalaksanan terhadap kasus perorangan atau masyarakat
serta pemaparan tentang penatalaksanaan studi sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam
literature review.
3) Perbandingan yaitu intervensi atau penatalaksanaan lain yang digunakan sebagai pembanding,
jika tidak ada bisa menggunakan kelompok kontrol dalam studi yang terpilih.
4) Hasil yaitu atau luaran yang diperolah pada studi terdahulu yang sesuai dengan tema yang
5) Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang akan di review.
Berdasarkan hasil pencarian literature melalui publikasi di satu database dan menggunakan kata
kunci yang sudah disesuaikan dengan MeSH, peneliti mendapatkan 4.350 artikel yang sesuai
dengan kata kunci tersebut. Hasil pencarian 18 yang sudah didapatkan kemudian diperiksa
duplikasi, ditemukan terdapat 9 artikel yang sama sehingga dikeluarkan dan tersisa artikel.
Peneliti kemudian melakukan skrining berdasarkan judul (n = 4.350), abstrak (n = 18) dan full
text (n = 5) yang disesuaikan dengan tema literature review. Assessment yang dilakukan
berdasarkan kelayakan terhadap kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan sebanyak 5 artikel yang
artikel) Peserta
Intervensi
Salinan legkap
diambil dan dinilai Tidak releven dengan faktor
kelayakanya (n-15) kepatuha minum obat hipertensi
(n=15)
Hasil
dengan beberapa pertanyaan untuk menilai kualitas dari studi. Penilaian kriteria diberi nilai 'ya',
'tidak', 'tidak jelas' atau 'tidak berlaku', dan setiap kriteria dengan skor 'ya' diberi satu poin dan
nilai lainnya adalah nol, setiap skor studi kemudian dihitung dan dijumlahkan. Penilaian kritis
untuk menilai studi yang memenuhi syarat dilakukan oleh para peneliti. Jika skor penelitian
setidaknya Penelitian identifikasi melalui database google schuler (n = 4.360) dan pubmed
(n=15) catatan setelah duplikasi dihapus (n =4.341 ) judul identifikasi dan disaring (n =4.341 )
Abstrak diidentifikasi dan disaring (n =30 ) mengecualikan (n =4.340 ) pasien tidak patuh pada
kepatuhan minum obat (n =4.340 ) Intervensi yang tidak releven dengan ketidak patuhan minum
obat hipertensi (n =1.200 ) hasilnya tidak membahas kepatuhan minum obat hipertensi (n =100 )
salinan legkap diambil dan dianalisis serta dinilai kelayakanya (n =15) Studi termasuk dalam
sintesis (n =15 ) LITERATURE REVIEW 50% memenuhi kriteria penilaian kritis dengan nilai
titik potong yang telah disepakati oleh peneliti, studi dimasukkan ke dalam kriteria inklusi.
Peneliti mengecualikan studi yang berkualitas rendah untuk menghindari bias dalam validitas
hasil dan rekomendasi ulasan. Dalam skrining terakhir, tiga puluh studi mencapai skor lebih
tinggi dari 50% dan siap untuk melakukan sintesis data, akan tetapi karena penilaian terhadap
risiko bias, sepuluh dikeluarkan dan artikel yang digunakan dalam literature review terdapat 5
buah. Risiko bias dalam literature review ini menggunakan asesmen pada metode penelitian
1) Teori: Teori yang tidak sesuai, sudah kadaluwarsa, dan kredibilitas yang kurang
3) Sample: Ada 4 hal yang harus diperhatikan yaitu Populasi, sampel, sampling, dan besar
5) Inturmen: Instrumen yang digunakan tidak memeliki sesitivitas, spesivikasi dan dan
validatas-reliablitas
6) Analisis Data: Analisis data tidak sesuai dengan kaidah analisis yang sesuai dengan satandar
BAB III
lima artikel memenuhi kriteria inklusi (Gambar 1) terbagi menjadi dua sub pembahasan
berdasarkan topik literature review yaitu faktor yang berkaitan dengan kepatuhan minum obat
hipertensi. Hasil Karakteristik studi dari 2 database tergambarkan dalam table berikut ini:
2011- Pubmed 11 0 0 1
2021
Indonesia
Hasil 15 9 2 4
Faktor yang berkontribusi dalam ketidak patuhan minum obat hipertensi quasi eksperimental
dan cross-sectional. Jumlah rata-rata peserta lebih dari seribu; Secara keseluruhan, setiap
penelitian membahas tentang kepatuhan minum obat hipertensi. Kualitas studi tertinggi adalah
untuk kepatuhan minum obat hipertensi.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Hipertensi
peningkatan tekanan darah diatas nilai normal atau tekanan darah ≥140/90 mmHg
(Kemenkes.RI, 2014). Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan
yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan (Aisyiyah Nur Farida, 2012).
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20
tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar
dan nutrisi dalam darah terhambat ke jaringan tubuh hingga jantung bekerja lebih keras
(Sulung & Poluan, 2018). Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2019
jumlah kasus hipertensi ada 839 juta dan diperkirakan menjadi 1.15 milyar taun 2025 sekitar
(29%) dari jumlah penduduk didunia. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2019 angka
kejadian hipertensi sebesar 185.857 jiwa. Dari data survey di Indonesia, prevelensi hipertensi
orang dewasa sekitar 5-10% dan angka tersebut akan jadi lebih tinggi dari 20% pada usia 50
tahun keatas, dan akan selalu meningkat setiap tahunnya.(Shanti & Zuraida, 2016). Tekanan
darah yang tinggi dapat membebani kerja jantung dan pembuluh darah secara berlebihan dan
dapat mempercepat penyumbatan pembuluh arteri. Kenaikan tekanan ung (heart failure).
Ketika seorang mengalami hipertensi dan mengalami komplikasi orang tersebut tidak dapat
lebih lanjut maka diperlukan penanganan yang tepat dan efisien (Roni, 2016).
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing
individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala penyakit hipertensi adalah
sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ielah,
Menurut WHO, hipertensi didefinisikan sebagai keadaan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi umumnya terjadi tanpa gejala
(asimtomatis), sebagian besar orang tidak merasakan apapun, mesti tekanan darahnya sudah
jauh diatas normal. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan
tuberkolosis (Apriza Yanti & Muliati, 2019). Salah satu penyakit tidak menular yaitu
hipertensi yang menjadi pemasalahan kesehatan yang sangat serius (Ekawati, 2016), yang
berkaitan dengan penurunan angka harapan hidup penderita, peningkatan penyakit jantung,
dan resiko terjadinya stroke (Rohatami, 2015). Hipertensi menjadi salah satu penyakit yang
banyak dijumpai di Indonesia, dapat dikatakan hipertensi bila tekanan darah melebihi 140/90
mmHg (Susi Susanah, Ani Sutriningsih, 2017). darah ini dapat menyebabkan dinding arteri
pembesaran yang dapat berlanjut menjadi gagal jantung. di Indonesia pada tahun 2019 angka
kejadian hipertensi sebesar 185.857 jiwa. Dari data survey di Indonesia, prevelensi hipertensi
orang dewasa sekitar 5-10% dan angka tersebut akan jadi lebih tinggi dari 20% pada usia 50
tahun keatas, dan akan selalu meningkat setiap tahunnya.(Shanti & Zuraida, 2016). Tekanan
darah yang tinggi dapat membebani kerja jantung dan pembuluh darah secara berlebihan dan
Pada dasarnya semua penyakit memiliki penyebab yang beragam. Penyakit hipertensi dapat
disebapkan oleh adanya gangguan pada fisik ataupun jiwa seseorang. Berdasarkan penyebabnya
hipertensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Adi
Trisnawan,2019)
belum diketahui dengan pasti. Menurut penelitian 90% orang mengidap hipertensi ini.
Adaupun faktor yang diduga sebagai penyebab hipertensi ini seperti usia, lingkungan,
stres, keturunan, psikologis, obesitas, alkohol, merokok, kelainan darah dan kelainan
metabolisme intraseluler.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya sudah diketahui secara pasti.
Trisnawan,2019)
1. Bertambahnya Usia
Kerja keras dalam situasi penuh tekanan yang berakibat stres. Sedangkan stres
menjadi sumber dari penyakit sakit kepala, insomnia, hipertensi, jantung dan stroke.
Di era modern saat ini makanan siap saji banyak kita temui dan justru banyak dicari
orang ketimbang sibuk memasak makanan sendiri. Padahal yang kita ketahui
makanan fast food terdapat banyak garam dan msg yang dapat menyebabkan
kenaikan tekanan darah seseorang. Sehingga jantung lebih berkerja keras untuk
4. Obesitas
a. Faktor Genetis Orang yang menderita obesitas biasanya dikarenakan faktor gen.
Apabila salah satu orang tua menderita hipertensi maka besar kemungkinan anak
misalnya prilaku seseorang ataupun pola gaya hidup mereka. Seperti makanan yang
c. Faktor Psikis Pikiran seseorang dapat mempengaruhi pola makan, misalnya saat
d. Faktor Kesehatan Obesitas dapat disebabkan oleh penyakit seperti kelainan syaraf
gampang terkena obesitas. Seperti banyak mengkonsumsi kalori berlebih atau lemak
(mmHg) (mmHg)
Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki tanda/ gejala
khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi pada gejala ringan yaitu pusing
atau sakit kepala, cemas, wajah tampak kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga
berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang,
mimisan (keluar darah di hidung) (Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017). Selain
itu, hipertensi memiliki tanda klinis yang dapat terjadi, diantaranya adalah (Smeltzer, 2013
a. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas lain selain tekanan darah
tinggi.
b. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat, penyempitan arteriol, dan
bintik katun-wol (cotton-wool spots) (infarksio kecil), dan papiledema bisa terlihat pada
d. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan angina atau infark
miokardium.
e. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal jantung.
f. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan BUN, serta kadar kreatinin).
g. Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan mendadak atau hemiplegia transien
atau permanen)
Menurut Fauzi (2014), jika saat ini seseorang sedang perawatan penyakit hipertensi dan
pada saat diperiksa tekanan darah seseorang tersebut dalam keadaan normal, hal itu tidak
menutup kemungkinan tetap memiliki risiko besar mengalami hipertensi kembali. Lakukan terus
kontrol dengan dokter dan menjaga kesehatan agar tekanan darah tetap dalam keadaan
1) Keturunan, faktor ini tidak bisa diubah. Jika di dalam keluarga pada orangtua atau saudara
memiliki tekanan darah tinggi maka dugaan hipertensi menjadi lebih besar. Statistik
menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik
dibandingkan kembar tidak identik. Selain itu pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada
2) Usia, faktor ini tidak bisa diubah. Semakin bertambahnya usia semakin besar pula resiko
untuk menderita tekanan darah tinggi. Hal ini juga berhubungan dengan regulasi hormon yang
berbeda.
b. Dapat diubah:
1). Konsumsi garam, terlalu banyak garam (sodium) dapat menyebabkan tubuh menahan
kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menyempit, pada akhirnya
3). Kafein, Kandungan kafein terbukti meningkatkan tekanan darah. Setiap cangkir kopi
mengandung 75-200 mg kafein, yang berpotensi meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg.
4). Alkohol, alkohol dapat merusak jantung dan juga pembuluh darah. Ini akan menyebabkan
5). Obesitas, Orang dengan berat badan diatas 30% berat badan ideal, memiliki peluang lebih
6) Kurang olahraga, Kurang olahraga dan kurang gerak dapat menyebabkan tekanan darah
meningkat. Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi namun tidak dianjurkan
olahraga berat.
7) Stress dan kondisi emosi yang tidak stabil seperti cemas, yang cenderung meningkatkan
tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stress telah berlalu maka tekanan darah akan kembali
normal.
darah menjadi normal kembali. Walaupun hipertensi umum terjadi pada orang dewasa, tapi
anakanak juga berisiko terjadinya hipertensi. Untuk beberapa anak, hipertensi disebabkan oleh
masalah pada jantung dan hati. Namun, bagi sebagian anak-anak bahwa kebiasaan gaya hidup
yang buruk, seperti diet yang tidak sehat dan kurangnya olahraga, berkonstribusi pada terjadinya
4.5 Patofisiologi
Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total resistensi/ tahanan perifer dengan
curah jantung (cardiac output). Hasil Cardiac Output didapatkan melalui perkalian antara stroke
volume (volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung) dengan hearth rate (denyut jantung).
Sistem otonom dan sirkulasi hormonal berfungsi untuk mempertahankan pengaturan tahanan
perifer. Hipertensi merupakan suatu abnormalitas dari kedua faktor tersebut yang ditandai
dengan adanya peningkatan curah jantung dan resistensi perifer yang juga meningkat (Kowalak,
2011; Ardiansyah, 2012). Berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya hipertensi,
b. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal dan berasal dalam pusat
c. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal atau hormonal.
d. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang disebabkan oleh retensi
vaskuler perifer.
konstriksi arteriol dan meningkatkan volume darah. Tekanan darah yang meningkat secara terus-
menerus pada pasien hipertensi dapat menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat. Hal ini
terjadi karena peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Agar kekuatan kontraksi
jantung meningkat, ventrikel kiri mengalami hipertrofi sehingga kebutuhan oksigen dan beban
kerja jantung juga meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung bisa terjadi, jika hipertrofi tidak
dapat mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena hipertensi memicu aterosklerosis
arteri koronaria, maka jantung bisa mengalami gangguan lebih lanjut akibat aliran darah yang
menurun menuju ke miokardium, sehingga timbul angina pektoris atau infark miokard.
Hipertensi juga mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah yang semakin mempercepat
proses aterosklerosis dan kerusakan organorgan vital seperti stroke, gagal ginjal, aneurisme dan
cedera retina (Kowalak, 2011). Kerja jantung terutama ditentukan besarnya curah jantung dan
tahanan perifer.
Umumnya curah jantung pada penderita hipertensi adalah normal. Adanya kelainan terutama
pada peninggian tahanan perifer. Peningkatan tahanan perifer disebabkan karena vasokonstriksi
arteriol akibat naiknya tonus otot polos pada pembuluh darah tersebut. Jika hipertensi sudah
dialami cukup lama, maka yang akan sering dijumpai yaitu adanya perubahan-perubahan
struktural pada pembuluh darah arteriol seperti penebalan pada tunika interna dan terjadi
hipertrofi pada tunika media. Dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia, maka sirkulasi darah
dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Hal ini dapat diperjelas
4.6 Komplikasi
Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain sebagai berikut (Irwan, 2016):
c. Kardiovaskuler : penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau hipertrofi ventrikel kiri, penyakit
jantung koroner, disfungsi baik sistolik maupun diastolik dan berakhir pada gagal jantung (heart
failure).
4.7 Pencegahan
Sebagaimana diketahui pre hipertensi bukanlah suatu penyakit, juga bukan sakit hipertensi, tidak
diindikasikan untuk diobati dengan obat farmasi, bukan target pengobatan hipertensi, tetapi
populasi pre hipertensi adalah kelompok yang berisiko tinggi untuk menuju kejadian penyakit
kardiovaskular. Di populasi USA, menurut NHANES 1999-2000, insiden pre hipertensi sekitar
30 %. Populasi pre hipertensi ini diprediksi pada akhirnya akan menjadi hipertensi permanen
sehingga pada populasi ini harus segera dianjurkan untuk merubah gaya hidup (lifestyle
modification) agar tidak menjadi progresi ke TOD (Setiati, 2015). Rekomendasi gaya hidup yang
harus ditaati menurut CHEP 2011 untuk mencegah risiko menjadi hipertensi, dianjurkan untuk
Diet yang sehat ialah bilamana dalam makanan sehari-hari kaya dengan buah-buahan segar,
sayuran, rendah lemak, makanan yang kaya serat (soluble fibre), protein yang berasal dari
tanaman, juga harus tidak lupa olahraga yang teratur, tidak mengkonsumsi alkohol,
mempertahankan berat badan pada kisaran 18,5 – 24,9 kg/m2 (Setiati, 2015). Menurut Riyadi
a. Pencegahan primer Faktor risiko hipertensi antara lain: tekanan darah di atas rata-rata, adanya
riwayat hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), takikardia, obesitas, dan konsumsi
1) Mengatur diet agar berat badan tetap idel juga untuk menjaga agar tidak terjadi
menderita hipertensi karena faktor tertentu, tindakan yang bisa dilakukan berupa :
1) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun tindakan-tindakan
mungkin.
4) Batasi aktivitas.
2.1.9 Penatalaksanaan
Setiap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencegah kematian dan komplikasi,
dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri pada atau kurang dari 140/90 mmHg
(130/80 mmHg untuk penderita diabetes melitus atau penderita penyakit ginjal kronis) kapan pun
natrium; olahraga teratur dan relaksasi. Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)
tinggi buah, sayuran, dan produk susu rendah lemak telah terbukti menurunkan tekanan darah
b. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping terkecil, dan peluang terbesar
untuk diterima pasien. Dua kelas obat tersedia sebagai terapi lini pertama : diuretik dan penyekat
c. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang kompleks (Smeltzer, 2013).
Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi adalah mengendalikan tekanan darah untuk
7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet hipertensi. Penderita atau
mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi diharapkan lebih hati-hati terhadap makanan
1) Semua makanan termasuk buah dan sayur yang diolah dengan menggunakan garam dapur/
soda, biskuit, daging asap, ham, bacon, dendeng, abon, ikan asin, telur pindang, sawi asin,
3) Bumbu-bumbu; garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin, kecap, terasi, magi, tomat
b. Medikamentosa meliputi : Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan
pengobatan non medikamentosa selama 2-4 minggu. Medikamentosa hipertensi stage 1 mulai
ruang antar sel, misalnya akibat gagal jantung dan sirosis hati. Obat ini juga bisa digunakan
untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi. 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari
3). Methyldopa adalah obat untuk menurunkan tekanan darah,dosis awal 125 mg, 2 kali shari.
4). MgSO4 atau magnesium sulfat adalah senyawa kimia garam anorganik yang bermanfaat
5). Kaptopril, adalah obat yang berfugsi untuk menangani hipertensi dan gagal jantung, dosis 2-
3 x 12,5 mg sehari
6). Nifedipin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60 mg 7) Tensigard 3 x 1 tablet
8) Amlodipine 1 x 5-10 mg
9). Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari. Sebaiknya dosis dimulai dengan
yang terendah, dengan evaluasi berkala dinaikkan sampai tercapai respons yang diinginkan.
Lebih tua usia penderita, penggunaan obat harus lebih hati-hati. Hipertensi sedang sampai berat
dapat diobati dengan kombinasi HCT + propanolol, atau HCT + kaptopril, bila obat tunggal tidak
efektif. Pada hipertensi berat yang tidak sembuh dengan kombinasi di atas, ditambahkan
metildopa 2 x 125-250 mg. Penderita hipertensi dengan asma bronchial jangan beri beta blocker.
KESIMPULAN
5.1 Kesempulan
kepatuhan minum obat hipertensi . Kepatuhan pengobatan pasien merupakan hal penting karena
hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi harus selalu dikontrol atau
dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi yang dapat berujung pada kematian.
Hipertensi merupakan gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi dalam darah terhambat ke jaringan tubuh hingga jantung bekerja lebih keras (Sulung &
Poluan, 2018). Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2019 jumlah kasus
hipertensi ada 839 juta dan diperkirakan menjadi 1.15 milyar taun 2025 sekitar (29%) dari
jumlah penduduk didunia. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2019 angka kejadian hipertensi
sebesar 185.857 jiwa. Dari data survey di Indonesia, prevelensi hipertensi orang dewasa sekitar
5-10% dan angka tersebut akan jadi lebih tinggi dari 20% pada usia 50 tahun keatas, dan akan
selalu meningkat setiap tahunnya.(Shanti & Zuraida, 2016). Tekanan darah yang tinggi dapat
membebani kerja jantung dan pembuluh darah secara berlebihan dan dapat mempercepat
penyumbatan pembuluh arteri.
5.2 Rangkuman menyeluruh atau literature review ini adalah penulisan secara