Anda di halaman 1dari 35

LITERATURE REVIEW

KEPATUHAN MINUM OBAT HIPERTENSI


Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan

OLEH
MARIA YUNATI AMBU
NIM :PO530320318618

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hipertensi adalah kelainan sistem sirkulasi darah yang mengakibatkan peningkatan

tekanan darah diatas nilai normal atau tekanan darah ≥140/90 mmHg (Kemenkes.RI, 2014).

Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di

dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,

serangan jantung dan kerusakan (Aisyiyah Nur Farida, 2012). Menurut American Heart

Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi

telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak

diketahui penyebabnya.

Hipertensi merupakan gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen

dan nutrisi dalam darah terhambat ke jaringan tubuh hingga jantung bekerja lebih keras

(Sulung & Poluan, 2018). Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2019

jumlah kasus hipertensi ada 839 juta dan diperkirakan menjadi 1.15 milyar taun 2025 sekitar

(29%) dari jumlah penduduk didunia. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2019 angka

kejadian hipertensi sebesar 185.857 jiwa. Dari data survey di Indonesia, prevelensi hipertensi

orang dewasa sekitar 5-10% dan angka tersebut akan jadi lebih tinggi dari 20% pada usia 50

tahun keatas, dan akan selalu meningkat setiap tahunnya.(Shanti & Zuraida, 2016). Tekanan

darah yang tinggi dapat membebani kerja jantung dan pembuluh darah secara berlebihan dan

dapat mempercepat penyumbatan pembuluh arteri


Hipertensi umumnya terjadi tanpa gejala (asimtomatis), sebagian besar orang tidak merasakan

apapun, mesti tekanan darahnya sudah jauh diatas normal. Hipertensi merupakan penyebab

kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkolosis (Apriza Yanti & Muliati, 2019). Salah satu

penyakit tidak menular yaitu hipertensi yang menjadi pemasalahan kesehatan yang sangat serius

(Ekawati, 2016), yang berkaitan dengan penurunan angka harapan hidup penderita, peningkatan

penyakit jantung, dan resiko terjadinya stroke (Rohatami, 2015). Hipertensi menjadi salah satu

penyakit yang banyak dijumpai di Indonesia, dapat dikatakan hipertensi bila tekanan darah

melebihi 140/90 mmHg (Susi Susanah, Ani Sutriningsih, 2017). darah ini dapat menyebabkan

dinding arteri mengalami tekanan sehingga menyebapkan endotel mengalami kerusakan, yang

memicu aterosklerosisi (Sa'adatul Abadiyah,2019.). Kerja jantung yang meningkat menyebapkan

pembesaran yang dapat berlanjut menjadi gagal jantung. di Indonesia pada tahun 2019 angka

kejadian hipertensi sebesar 185.857 jiwa. Dari data survey di Indonesia, prevelensi hipertensi

orang dewasa sekitar 5-10% dan angka tersebut akan jadi lebih tinggi dari 20% pada usia 50

tahun keatas, dan akan selalu meningkat setiap tahunnya.(Shanti & Zuraida, 2016). Tekanan

darah yang tinggi dapat membebani kerja jantung dan pembuluh darah secara berlebihan dan

dapat mempercepat penyumbatan pembuluh arteri. Kenaikan tekanan darah (heart failure).

Ketika seorang mengalami hipertensi dan mengalami komplikasi orang tersebut tidak dapat

melakukakan aktivitasnya. Untuk mencegah agar hipertensi tidak menyebabkan komplikasi lebih

lanjut maka diperlukan penanganan yang tepat dan efisien (Roni, 2016).

Faktor-faktor penyebab hipertensi salah satunya yaitu kekurangan asupan makanan

yang baik. Banyak orang-orang yang kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan 3 dan

lebih banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi garam (Apriza Yanti & Muliati, 2019).

Faktor yang mempengaruhi tekanan darah tinggi disamping asupan makanan yaitu
keturunan, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, obesitas, stress dan kurang aktivitas fisik.

Dampak dari kebiasaan tersebut yaitu peningkatan tekanan darah tinggi dan penyakit

komplikasi lainnya (Goyena & Fallis, 2019).

Keberhasilan dalam mengendalikan tekanan darah tinggi merupakan usaha bersama

antara dokter dan pasien yang menanganinya. Kepatuhan pengobatan pasien merupakan hal

penting karena hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi harus

selalu dikontrol atau dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi yang dapat berujung pada

kematian. Target baru pengobatan hipertensi pada pasien dengan komorbiditas: pedoman

yang diperbarui biasanya merekomendasikan resep penurunan obat pada pasien dengan

CVD (Cardio Vascular Diseases) klinis dan hipertensi stadium 1 atau stadium 2 baru

dengan target tekanan darah kurang dari 130/80 mmHg (sebelumnya <140/90 mmHg).

Pedoman merekomendasikan interval tindak lanjut yang berbeda berdasarkan pada tahap

hipertensi, jenis obat, tingkat kontrol tekanan darah dan adanya kerusakan organ .

Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam menjalankan terapi dapat

mempengaruhi tekanan darah dan secara bertahap dapat mencegah terjadinya komplikasi).

Obat-obat hipertensi yang dikenal saat ini telah terbukti dapat mengontrol tekanan darah

pada pasien hipertensi, dan juga sangat berperan dalam menurunkan risiko berkembangnya

komplikasi kardiovaskular. Namun, penggunaan antihipertensi saja tidak cukup untuk

menghasilkan efek pengontrolan tekanan darah jangka panjang apabila tidak didukung

dengan kepatuhan dalam menggunakan obat hipertensi tersebut. Rumusan masalah

1.2.1 Bagaimana tigkat kepatuhan minum obat hipertensi .

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum


1. Menjelaskan dampak kepatuhan minum obat hipertensi

1.4 Manfaat penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui tigkat kepatuhan minum

obat hipertensi.
BAB II

METODE

2.1 Strategi Pencarian Literature

2.1.1 Protokol dan Registrasi

Rangkuman menyeluruh dalam bentuk literature review mengenai Ketidak patuhan minum

obat hipertensi Protokol dan evaluasi dari literature review akan menggunakan PRISMA

checklist untuk menentukan penyeleksian studi yang telah ditemukan dan disesuaikan dengan

tujuan dari literature review.

2.1.2 Database pencarian

Pencarian Literature review yang merupakan rangkuman menyeluruh beberapa studi penelitian

yang ditentukan berdasarkan tema tertentu. Pencarian literatur dilakukan pada bulan April – Mei

2021. Data yang digunakan dalam peelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh bukan dari

pengamatan langsung, akan tetapi diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti-peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel jurnal bereputasi

baik nasional maupun internasional dengan tema yang sudah ditentukan. Pencarian literatur

dalam literature review ini menggunakan dua database yaitu Google scholar ,dan Pubmed

2.1.3 Kata kunci

Pencarian artikel atau jurnal menggunakan kata kunci dan operator ( Dan, Atau, Tidak,Bukan ,Atau, Dan,

Bukan.) yang digunakan untuk memperluas atau menspesifikkan pencarian, sehingga mempermudah
dalam penentuan artikel atau jurnal yang dgunakan. Kata kunci dalam literature review ini disesuaikan

dengan Medical Subject Heading (MeSH) dan terdiri dari sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kata Kunci Literature Review

Kepatuhan Minum Obat Hipertensi Hipertensi

atau atau atau atau

Perintah menelan denyut jantung

atau atau atau atau

Menurut Meneguk Tekanan Darah

atau atau atau atau

Disiplin Teguk Bludrek

2.2 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOS framework, yang terdiri dari

1) Populasi/masalah yaitu akan di analisis sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam

literature review

2) Intervensi yaitu suatu tindakan penatalaksanan terhadap kasus perorangan atau masyarakat

serta pemaparan tentang penatalaksanaan studi sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam

literature review.

3) Perbandingan yaitu intervensi atau penatalaksanaan lain yang digunakan sebagai pembanding,

jika tidak ada bisa menggunakan kelompok kontrol dalam studi yang terpilih.
4) Hasil yaitu atau luaran yang diperolah pada studi terdahulu yang sesuai dengan tema yang

sudah ditentukan dalam literature review.

5) Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang akan di review.

Tabel 2.1.1 Format PICOS dalam Literature Review

KRITERIA INKLUSI EKLUSI


Populasi Terhadap lansia yang Terhadap lansia yang tidak tidak
Menderita hipertensi menderita hipertensi
Intervensi Kepatuhan dan Minum
Obat hipertensi
Hasil Kepatuhan minum obat Tidak dianjurkan pada lansia
Hipertensi yang tidak menderita hipertensi
Desain study dan Sistematis penelitian Ada pengecualian
Tipe publikasi Kualitatif dan studi
sross -sectional
Tahun publikasi Post -2010 Pre -2021
Bahasa Indonesia Indonesia

2.3.1 Hasil pencarian dan seleksi studi

Berdasarkan hasil pencarian literature melalui publikasi di satu database dan menggunakan kata

kunci yang sudah disesuaikan dengan MeSH, peneliti mendapatkan 4.350 artikel yang sesuai

dengan kata kunci tersebut. Hasil pencarian 18 yang sudah didapatkan kemudian diperiksa

duplikasi, ditemukan terdapat 9 artikel yang sama sehingga dikeluarkan dan tersisa artikel.

Peneliti kemudian melakukan skrining berdasarkan judul (n = 4.350), abstrak (n = 18) dan full

text (n = 5) yang disesuaikan dengan tema literature review. Assessment yang dilakukan
berdasarkan kelayakan terhadap kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan sebanyak 5 artikel yang

bisa dipergunakan dalam literature review.

Gambar 1. Diagram Flow literature Review Berdasarkan PRISMA


Berdasarkan hail
pencarian
mengunakan google
schuler didapatkan
(n-4.360 artikel ) dan
pubmed (n-11 Pengecualian (n=4.340)

artikel) Peserta

tidak fokus pada kepatuhan


Catatan setelah minum obat hipertensi
duplikasi dihapus (n=4.340)

(n-4.341) artikel Intervensi

Tidak releven dengan kepatuhan


minum obat hipertensi (N =
1.200)
Diidentivikasi dan
Hasil
disaring (n-4.341)
Tidak membahas tentang
kepatuhan minum obat
hipertensi (n= 100)
Abstrak Pengecualian (N=45)
diidentivikasi dan
disaring (n-30) Tidak fokus pada faktor analisis
(n=35)

Intervensi
Salinan legkap
diambil dan dinilai Tidak releven dengan faktor
kelayakanya (n-15) kepatuha minum obat hipertensi
(n=15)

Hasil

Tidak membahas kepatuhan


Studi termasuk minum obat (n= 10)
dalam sintesis (n-
15)

2.3.2 Penilaian Kualitas


Analisis kualitas metodologi dalam setiap studi (n =15 ) dengan Checklist daftar penilaian

dengan beberapa pertanyaan untuk menilai kualitas dari studi. Penilaian kriteria diberi nilai 'ya',

'tidak', 'tidak jelas' atau 'tidak berlaku', dan setiap kriteria dengan skor 'ya' diberi satu poin dan

nilai lainnya adalah nol, setiap skor studi kemudian dihitung dan dijumlahkan. Penilaian kritis

untuk menilai studi yang memenuhi syarat dilakukan oleh para peneliti. Jika skor penelitian

setidaknya Penelitian identifikasi melalui database google schuler (n = 4.360) dan pubmed

(n=15) catatan setelah duplikasi dihapus (n =4.341 ) judul identifikasi dan disaring (n =4.341 )

Abstrak diidentifikasi dan disaring (n =30 ) mengecualikan (n =4.340 ) pasien tidak patuh pada

kepatuhan minum obat (n =4.340 ) Intervensi yang tidak releven dengan ketidak patuhan minum

obat hipertensi (n =1.200 ) hasilnya tidak membahas kepatuhan minum obat hipertensi (n =100 )

salinan legkap diambil dan dianalisis serta dinilai kelayakanya (n =15) Studi termasuk dalam

sintesis (n =15 ) LITERATURE REVIEW 50% memenuhi kriteria penilaian kritis dengan nilai

titik potong yang telah disepakati oleh peneliti, studi dimasukkan ke dalam kriteria inklusi.

Peneliti mengecualikan studi yang berkualitas rendah untuk menghindari bias dalam validitas

hasil dan rekomendasi ulasan. Dalam skrining terakhir, tiga puluh studi mencapai skor lebih

tinggi dari 50% dan siap untuk melakukan sintesis data, akan tetapi karena penilaian terhadap

risiko bias, sepuluh dikeluarkan dan artikel yang digunakan dalam literature review terdapat 5

buah. Risiko bias dalam literature review ini menggunakan asesmen pada metode penelitian

masing-masing studi, yang terdiri dari .

1) Teori: Teori yang tidak sesuai, sudah kadaluwarsa, dan kredibilitas yang kurang

2) Desain: Desain kurang sesuai dengan tujuan penelitian

3) Sample: Ada 4 hal yang harus diperhatikan yaitu Populasi, sampel, sampling, dan besar

sampel yang tidak sesuai dengan kaidah pengambilan sampel


4) Variabel: Variabel yang ditetapkan kurang sesuai dari segi jumlah, pengontrolan variabel

perancu, dan variabel lainya

5) Inturmen: Instrumen yang digunakan tidak memeliki sesitivitas, spesivikasi dan dan

validatas-reliablitas

6) Analisis Data: Analisis data tidak sesuai dengan kaidah analisis yang sesuai dengan satandar
BAB III

HASIL DAN ANALISIS

3.1 Karakteristik Studi

lima artikel memenuhi kriteria inklusi (Gambar 1) terbagi menjadi dua sub pembahasan

berdasarkan topik literature review yaitu faktor yang berkaitan dengan kepatuhan minum obat

hipertensi. Hasil Karakteristik studi dari 2 database tergambarkan dalam table berikut ini:

Tabel 3.1.1 Hasil Pencarian Studi Berdasarkan Database Penelitian

Sumber Tahun Database N Jenis Studi Penelitian/ Artikel


Bahasa

Cross Quasy Narative Analysis


Sectional experiment

Indonesia 2011- Google 4.36 30 15 0


2021 scoler 0

2011- Pubmed 11 0 0 1
2021
Indonesia

Hasil 15 9 2 4
Faktor yang berkontribusi dalam ketidak patuhan minum obat hipertensi quasi eksperimental
dan cross-sectional. Jumlah rata-rata peserta lebih dari seribu; Secara keseluruhan, setiap
penelitian membahas tentang kepatuhan minum obat hipertensi. Kualitas studi tertinggi adalah
untuk kepatuhan minum obat hipertensi.

Tabel 3.1.2 Hasil Pencarian Literatur

Penulis dan tahun Desain studi,sampel, Hasil analisis Ringkasan


variabel, fektor hasil
instrumen
analisis
Azri hazawan dan gde Metode penelitian deskriptif Didapatkan 50
ngurah indraguna pinatih
respondenyang
*Intisari sains cross-sectional untuk
medis 2017 menderita
mengetahui gambaran
hipertensi
kepatuhan minum obat diwilayah kerja
puskesmas
penderita hipertensi .sampel
kintamani
dalam penelitian 50
1.berdasarkan
sampeldigunakan,mengunaka jenis kelamin
didapatkan
n teknik sampel random
sebagian besar
sampling pengumpulan data
responden
dilakukan dengan melakukan (56%,0) jenis
kelamin
wawancara kepada sampel
perempuan .
mengunakan kuesoner
sebanyak
(44,0%)
responden jenis
kelamin laki-
laki.
Berdasarkan
kelompok
umur
didapatkan
banyak
JST Kesehatan, Oktober Pengambilan sampel secara Hasil penelitian Berdasarkan
2016, Vol.6 No.4 : 375 – purposive sampling. Analisis menunjukkan hasil
380 data menggunakan komputer tidak patuh Penelitian
ISSN 2252-5416 dengan aplikasi SPSS dengan minum obat menyimpulkan
Hardiyanti ,Ridwan,Amir uji chi square dan uji logistic lebih banyak konsumsi
uddin,Masni regression. Selanjutnya mengalami makanan asin,
dilakukan analisis stratifikasi hipertensi kebiasaan
untuk mengevaluasi hubungan (66,7%). merokok, dan
antara variabel independen Ketidakpatuha aktivitas fisik
utama dengan variabel n minum obat merupakan
dependen distandarisasi yang variabel yang
berdasarkan masing-masing mengalami mempengaruhi
variabel kovariat potensial hipertensi lebih antara
confounder banyak pada kepatuhan
yang memiliki minum obat
kebiasaan dengan status
konsumsi hipertensi
makanan asin namun
(67,1%), variabel
merokok tersebut bukan
(67,4%), dan confounder.
tidak aktif Jadi variabel
melakukan yang paling
aktivitas fisik berpengaruh
(69,6%) terhadap status
dengan nilai hipertensi
p<0,05. adalah
kepatuhan
minum obat.
26 November 2020 menggunakan metode hasil pencarian Berdasarkan
Lingkan Sriwulan promosi kesehatan yang literatur hasil studi
Rambitan diawali dengan pertanyaan melalui literature ini,
penelitian “Bagaimana publikasi maka secara
hubungan dukungan keluarga Jurnal Ners, teoritis
dengan kepatuhan minum Research Gate, berlandaskan
obat?”. Penelusuran artikel Klabat Journal bukti ilmiah
melalui Jurnal Nurse, Google of Nursing dan perlu
Scholar, Research Gate, Google Scholar dilakukan
Klabat Journal of Nursing dengan promosi
Scholar dengan kata kunci database kesehatan
yang digunakan Dukungan Google terkait
Keluarga, Hipertensi, Scholar, hubungan
Kepatuhan, Minum Obat database dukungan
Research Gate, keluarga
dan database dengan
Jurnal Ners kepatuhan
peneliti minum obat
menemukan 48 pasien
jurnal, untuk hipertensi
database dalam upaya
Klabat Journal meningkatkan
of Nursing derajat
peneliti kesehatan
menemukan 2 masyarakat
jurnal. Jurnal yang lebih
penelitian baik.
tersebut
kemudian
diskrining,
sebanyak 15
jurnal dari
sebagian
database
Google
Scholar, 35
jurnal dengan
database
Google Scholar
dieksklusi
karena dengan
alasan,
kemudian
dikeluarkannya
18 jurnal
database
Google
Scholar, 26
database Jurnal
Ners, 40 jurnal
database
Research Gate,
dikeluarkan
lagi 7 artikel
yang sama dan
2 artikel yang
dieksklusi
sehingga
didapatkan 6
artikel yang
relevan.
6 November 2020 Penelitian ini merupakan studi hasil literature Berdasarkan
Ervina Putri Wagey literatur dengan metode review ini studi literature
pencarian database kesehatan menjelaskan review yang
secara online yang relevan bahwa adanya dilakukan
seperti Klabat Jurnal of hubungan pada 10 jurnal
Nursing dan Google Scholar. dukungan dengan
Penelusuran literatur sebagai keluarga karakteristik
referensi dari tahun 2016 dengan yang berbeda
sampai 2020 dan kepatuhan diperoleh hasil
mendapatkan 5 jurnal atau minum obat faktor-faktor
artikel yang releva pada pasien penyebab
hipertensi hipertensi.
Faktor yang
paling sering
mengakibatka
n kejadian
hipertensi
berdasarkan
literature
review ini
adalah gaya
hidup

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah kelainan sistem sirkulasi darah yang mengakibatkan

peningkatan tekanan darah diatas nilai normal atau tekanan darah ≥140/90 mmHg

(Kemenkes.RI, 2014). Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan

yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke,

aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan (Aisyiyah Nur Farida, 2012).

Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20

tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar

90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.

Hipertensi merupakan gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen

dan nutrisi dalam darah terhambat ke jaringan tubuh hingga jantung bekerja lebih keras

(Sulung & Poluan, 2018). Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2019

jumlah kasus hipertensi ada 839 juta dan diperkirakan menjadi 1.15 milyar taun 2025 sekitar

(29%) dari jumlah penduduk didunia. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2019 angka

kejadian hipertensi sebesar 185.857 jiwa. Dari data survey di Indonesia, prevelensi hipertensi

orang dewasa sekitar 5-10% dan angka tersebut akan jadi lebih tinggi dari 20% pada usia 50

tahun keatas, dan akan selalu meningkat setiap tahunnya.(Shanti & Zuraida, 2016). Tekanan

darah yang tinggi dapat membebani kerja jantung dan pembuluh darah secara berlebihan dan

dapat mempercepat penyumbatan pembuluh arteri. Kenaikan tekanan ung (heart failure).

Ketika seorang mengalami hipertensi dan mengalami komplikasi orang tersebut tidak dapat

melakukakan aktivitasnya. Untuk mencegah agar hipertensi tidak menyebabkan komplikasi

lebih lanjut maka diperlukan penanganan yang tepat dan efisien (Roni, 2016).
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing

individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala penyakit hipertensi adalah

sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ielah,

penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Kemenkes.RI, 2014) .

Menurut WHO, hipertensi didefinisikan sebagai keadaan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg

dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi umumnya terjadi tanpa gejala

(asimtomatis), sebagian besar orang tidak merasakan apapun, mesti tekanan darahnya sudah

jauh diatas normal. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan

tuberkolosis (Apriza Yanti & Muliati, 2019). Salah satu penyakit tidak menular yaitu

hipertensi yang menjadi pemasalahan kesehatan yang sangat serius (Ekawati, 2016), yang

berkaitan dengan penurunan angka harapan hidup penderita, peningkatan penyakit jantung,

dan resiko terjadinya stroke (Rohatami, 2015). Hipertensi menjadi salah satu penyakit yang

banyak dijumpai di Indonesia, dapat dikatakan hipertensi bila tekanan darah melebihi 140/90

mmHg (Susi Susanah, Ani Sutriningsih, 2017). darah ini dapat menyebabkan dinding arteri

mengalami tekanan sehingga menyebapkan endotel mengalami kerusakan, yang memicu

aterosklerosisi (Sa'adatul Abadiyah,2019.). Kerja jantung yang meningkat menyebapkan

pembesaran yang dapat berlanjut menjadi gagal jantung. di Indonesia pada tahun 2019 angka

kejadian hipertensi sebesar 185.857 jiwa. Dari data survey di Indonesia, prevelensi hipertensi

orang dewasa sekitar 5-10% dan angka tersebut akan jadi lebih tinggi dari 20% pada usia 50

tahun keatas, dan akan selalu meningkat setiap tahunnya.(Shanti & Zuraida, 2016). Tekanan

darah yang tinggi dapat membebani kerja jantung dan pembuluh darah secara berlebihan dan

dapat mempercepat penyumbatan pembuluh arteri.


4.2 Penyebab Hipertensi

Pada dasarnya semua penyakit memiliki penyebab yang beragam. Penyakit hipertensi dapat

disebapkan oleh adanya gangguan pada fisik ataupun jiwa seseorang. Berdasarkan penyebabnya

hipertensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Adi

Trisnawan,2019)

a. Hipertensi Primer (esensial) Hipertensi primer adalah hipertensi yang penyebapnya

belum diketahui dengan pasti. Menurut penelitian 90% orang mengidap hipertensi ini.

Adaupun faktor yang diduga sebagai penyebab hipertensi ini seperti usia, lingkungan,

stres, keturunan, psikologis, obesitas, alkohol, merokok, kelainan darah dan kelainan

metabolisme intraseluler.

b. Hipertensi Sekunder (Renal)

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya sudah diketahui secara pasti.

Penyebab spesifiknya seperti gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes, tidak

berfungsinya ginjal, pembuluh darah, pemakaian pil kb.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi secara umum menurut (Adi

Trisnawan,2019)

1. Bertambahnya Usia

Bertambahnya usia seseorang dapat mempengaruhi pengaturan metabolisme kalsium

terganggu. Sehingga dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang

berakibat tekanan darah naik.

2. Gaya Hidup Modern


Gaya hidup modern yang membuat kesuksesan pasti tidak lepas dari kerja keras.

Kerja keras dalam situasi penuh tekanan yang berakibat stres. Sedangkan stres

menjadi sumber dari penyakit sakit kepala, insomnia, hipertensi, jantung dan stroke.

3. Pola Makan Siap Saji (Fast Food)

Di era modern saat ini makanan siap saji banyak kita temui dan justru banyak dicari

orang ketimbang sibuk memasak makanan sendiri. Padahal yang kita ketahui

makanan fast food terdapat banyak garam dan msg yang dapat menyebabkan

kenaikan tekanan darah seseorang. Sehingga jantung lebih berkerja keras untuk

memompa darah yang berakibatkan hipertensi.

4. Obesitas

Obesitas dapat terjadi ketika seseorang mengkonsumsi kalori berlebih. Adaupun

penyebab obesitas yaitu:

a. Faktor Genetis Orang yang menderita obesitas biasanya dikarenakan faktor gen.

Apabila salah satu orang tua menderita hipertensi maka besar kemungkinan anak

mereka juga menderita hipertensi.

b. Faktor Lingkungan Lingkungan dapat mempengaruhi seorang menjadi obesitas

misalnya prilaku seseorang ataupun pola gaya hidup mereka. Seperti makanan yang

dikonsumsi dan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu sendiri.

c. Faktor Psikis Pikiran seseorang dapat mempengaruhi pola makan, misalnya saat

stres seseorang akan mengkonsumsi lebih banyak makanan.

d. Faktor Kesehatan Obesitas dapat disebabkan oleh penyakit seperti kelainan syaraf

yang menyebabkan banyak makan, dan pengaruh mengkonsumsi obat.


e. Faktor Aktivitas Fisik Seseorang yang jarang melakukan aktivitas cenderung

gampang terkena obesitas. Seperti banyak mengkonsumsi kalori berlebih atau lemak

yang tidak diimbangi dengan aktivitas fisik.

4.2.1 Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi tekanan darah Menurut American Heart

Association AHA, klasifikasi hipertensi yaitu

Klasifikasi Tekanan darah sistolik Tekanan darah distolik

(mmHg) (mmHg)

Normal <120 <80

Pre hipertensi 120-139 80-89

Stage 1 140-159 90-99

Stage 2 >=160 >=100

Hipertensi kritis >180 >100

4.3 Manifestasi Klinis

Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki tanda/ gejala

khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi pada gejala ringan yaitu pusing

atau sakit kepala, cemas, wajah tampak kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga

berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang,

mimisan (keluar darah di hidung) (Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017). Selain

itu, hipertensi memiliki tanda klinis yang dapat terjadi, diantaranya adalah (Smeltzer, 2013

a. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas lain selain tekanan darah

tinggi.
b. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat, penyempitan arteriol, dan

bintik katun-wol (cotton-wool spots) (infarksio kecil), dan papiledema bisa terlihat pada

penderita hipertensi berat.

c. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang saling berhubungan dengan

sistem organ yang dialiri pembuluh darah yang terganggu.

d. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan angina atau infark

miokardium.

e. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal jantung.

f. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan BUN, serta kadar kreatinin).

g. Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan mendadak atau hemiplegia transien

atau permanen)

4.4 Faktor Risiko

Menurut Fauzi (2014), jika saat ini seseorang sedang perawatan penyakit hipertensi dan

pada saat diperiksa tekanan darah seseorang tersebut dalam keadaan normal, hal itu tidak

menutup kemungkinan tetap memiliki risiko besar mengalami hipertensi kembali. Lakukan terus

kontrol dengan dokter dan menjaga kesehatan agar tekanan darah tetap dalam keadaan

terkontrol. Hipertensi memiliki beberapa faktor risiko, diantaranya yaitu :

a. Tidak dapat diubah:

1) Keturunan, faktor ini tidak bisa diubah. Jika di dalam keluarga pada orangtua atau saudara

memiliki tekanan darah tinggi maka dugaan hipertensi menjadi lebih besar. Statistik

menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik
dibandingkan kembar tidak identik. Selain itu pada sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada

bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.

2) Usia, faktor ini tidak bisa diubah. Semakin bertambahnya usia semakin besar pula resiko

untuk menderita tekanan darah tinggi. Hal ini juga berhubungan dengan regulasi hormon yang

berbeda.

b. Dapat diubah:

1). Konsumsi garam, terlalu banyak garam (sodium) dapat menyebabkan tubuh menahan

cairan yang meningkatkan tekanan darah.

2) Kolesterol, Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah menyebabkan timbunan

kolesterol pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menyempit, pada akhirnya

akan mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi

3). Kafein, Kandungan kafein terbukti meningkatkan tekanan darah. Setiap cangkir kopi

mengandung 75-200 mg kafein, yang berpotensi meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg.

4). Alkohol, alkohol dapat merusak jantung dan juga pembuluh darah. Ini akan menyebabkan

tekanan darah meningkat.

5). Obesitas, Orang dengan berat badan diatas 30% berat badan ideal, memiliki peluang lebih

besar terkena hipertensi.

6) Kurang olahraga, Kurang olahraga dan kurang gerak dapat menyebabkan tekanan darah

meningkat. Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi namun tidak dianjurkan

olahraga berat.
7) Stress dan kondisi emosi yang tidak stabil seperti cemas, yang cenderung meningkatkan

tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stress telah berlalu maka tekanan darah akan kembali

normal.

8) Kebiasaan merokok, Nikotin dalam rokok dapat merangsang pelepasan katekolamin,

katekolamin yang meningkat dapat mengakibatkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut

jantung, serta menyebabkan vasokonstriksi yang kemudian meningkatkan tekanan darah.

9) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen) melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate

volume expansion, Penghentian penggunan kontrasepsi hormonal, dapat mengembalikan tekanan

darah menjadi normal kembali. Walaupun hipertensi umum terjadi pada orang dewasa, tapi

anakanak juga berisiko terjadinya hipertensi. Untuk beberapa anak, hipertensi disebabkan oleh

masalah pada jantung dan hati. Namun, bagi sebagian anak-anak bahwa kebiasaan gaya hidup

yang buruk, seperti diet yang tidak sehat dan kurangnya olahraga, berkonstribusi pada terjadinya

hipertensi (Fauzi, 2014).

4.5 Patofisiologi

Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total resistensi/ tahanan perifer dengan

curah jantung (cardiac output). Hasil Cardiac Output didapatkan melalui perkalian antara stroke

volume (volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung) dengan hearth rate (denyut jantung).

Sistem otonom dan sirkulasi hormonal berfungsi untuk mempertahankan pengaturan tahanan

perifer. Hipertensi merupakan suatu abnormalitas dari kedua faktor tersebut yang ditandai

dengan adanya peningkatan curah jantung dan resistensi perifer yang juga meningkat (Kowalak,

2011; Ardiansyah, 2012). Berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya hipertensi,

teoriteori tersebut antara lain (Kowalak, 2011):


a. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah arteri yang mengakibatkan

retensi perifer meningkat.

b. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal dan berasal dalam pusat

vasomotor, dapat mengakibatkan peningkatan retensi perifer.

c. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal atau hormonal.

d. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang disebabkan oleh retensi

vaskuler perifer.

e. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk angiotensin II yang menimbulkan

konstriksi arteriol dan meningkatkan volume darah. Tekanan darah yang meningkat secara terus-

menerus pada pasien hipertensi dapat menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat. Hal ini

terjadi karena peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Agar kekuatan kontraksi

jantung meningkat, ventrikel kiri mengalami hipertrofi sehingga kebutuhan oksigen dan beban

kerja jantung juga meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung bisa terjadi, jika hipertrofi tidak

dapat mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena hipertensi memicu aterosklerosis

arteri koronaria, maka jantung bisa mengalami gangguan lebih lanjut akibat aliran darah yang

menurun menuju ke miokardium, sehingga timbul angina pektoris atau infark miokard.

Hipertensi juga mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah yang semakin mempercepat

proses aterosklerosis dan kerusakan organorgan vital seperti stroke, gagal ginjal, aneurisme dan

cedera retina (Kowalak, 2011). Kerja jantung terutama ditentukan besarnya curah jantung dan

tahanan perifer.

Umumnya curah jantung pada penderita hipertensi adalah normal. Adanya kelainan terutama

pada peninggian tahanan perifer. Peningkatan tahanan perifer disebabkan karena vasokonstriksi
arteriol akibat naiknya tonus otot polos pada pembuluh darah tersebut. Jika hipertensi sudah

dialami cukup lama, maka yang akan sering dijumpai yaitu adanya perubahan-perubahan

struktural pada pembuluh darah arteriol seperti penebalan pada tunika interna dan terjadi

hipertrofi pada tunika media. Dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia, maka sirkulasi darah

dalam otot jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Hal ini dapat diperjelas

dengan adanya sklerosis koroner (Riyadi, 2011).

4.6 Komplikasi

Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain sebagai berikut (Irwan, 2016):

a. Serebrovaskuler: stroke, transient ischemic attacks, demensia vaskuler, ensefalopati.

b. Mata : retinopati hipertensif

c. Kardiovaskuler : penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau hipertrofi ventrikel kiri, penyakit

jantung koroner, disfungsi baik sistolik maupun diastolik dan berakhir pada gagal jantung (heart

failure).

d. Ginjal : nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis.

e. Arteri perifer : klaudikasio intermiten.

4.7 Pencegahan

Sebagaimana diketahui pre hipertensi bukanlah suatu penyakit, juga bukan sakit hipertensi, tidak

diindikasikan untuk diobati dengan obat farmasi, bukan target pengobatan hipertensi, tetapi

populasi pre hipertensi adalah kelompok yang berisiko tinggi untuk menuju kejadian penyakit

kardiovaskular. Di populasi USA, menurut NHANES 1999-2000, insiden pre hipertensi sekitar

30 %. Populasi pre hipertensi ini diprediksi pada akhirnya akan menjadi hipertensi permanen
sehingga pada populasi ini harus segera dianjurkan untuk merubah gaya hidup (lifestyle

modification) agar tidak menjadi progresi ke TOD (Setiati, 2015). Rekomendasi gaya hidup yang

harus ditaati menurut CHEP 2011 untuk mencegah risiko menjadi hipertensi, dianjurkan untuk

menurunkan asupan garam sampai di bawah 1500 mg/hari.

Diet yang sehat ialah bilamana dalam makanan sehari-hari kaya dengan buah-buahan segar,

sayuran, rendah lemak, makanan yang kaya serat (soluble fibre), protein yang berasal dari

tanaman, juga harus tidak lupa olahraga yang teratur, tidak mengkonsumsi alkohol,

mempertahankan berat badan pada kisaran 18,5 – 24,9 kg/m2 (Setiati, 2015). Menurut Riyadi

(2011), pencegahan hipertensi terbagi atas dua bagian, yaitu :

a. Pencegahan primer Faktor risiko hipertensi antara lain: tekanan darah di atas rata-rata, adanya

riwayat hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), takikardia, obesitas, dan konsumsi

garam yang berlebihan dianjurkan untuk : http://repository.unimus.ac.id 20

1) Mengatur diet agar berat badan tetap idel juga untuk menjaga agar tidak terjadi

hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan sebagainya.

2) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

3) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.

4) Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.

b. Pencegahan sekunder. Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui

menderita hipertensi karena faktor tertentu, tindakan yang bisa dilakukan berupa :

1) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun tindakan-tindakan

seperti pencegahan primer.


2) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal atau stabil

mungkin.

3) Faktor-faktor risiko penyakit jantung iskemik yang lain harus dikontrol.

4) Batasi aktivitas.

2.1.9 Penatalaksanaan

Setiap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencegah kematian dan komplikasi,

dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri pada atau kurang dari 140/90 mmHg

(130/80 mmHg untuk penderita diabetes melitus atau penderita penyakit ginjal kronis) kapan pun

jika memungkinkan (Smeltzer, 2013).

a. Pendekatan nofarmakologis mencakup penurunan berat badan; pembatasan alkohol dan

natrium; olahraga teratur dan relaksasi. Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension)

tinggi buah, sayuran, dan produk susu rendah lemak telah terbukti menurunkan tekanan darah

tinggi (Smeltzer, 2013

b. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping terkecil, dan peluang terbesar

untuk diterima pasien. Dua kelas obat tersedia sebagai terapi lini pertama : diuretik dan penyekat

beta (Smeltzer, 2013).

c. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang kompleks (Smeltzer, 2013).

Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi adalah mengendalikan tekanan darah untuk

mencegah terjadinya komplikasi, adapun penatalaksanaannya sebagai berikut :

a. Non Medikamentosa Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka

pengendalian faktor risiko, yaitu :


1) Turunkan berat badan pada obesitas.

2) Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT).

3) Hentikan konsumsi alkohol.

4) Hentikan merokok dan olahraga teratur.

5) Pola makan yang sehat.

6) Istirahat cukup dan hindari stress.

7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet hipertensi. Penderita atau

mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi diharapkan lebih hati-hati terhadap makanan

yang dapat memicu timbulnya hipertensi, antara lain :

1) Semua makanan termasuk buah dan sayur yang diolah dengan menggunakan garam dapur/

soda, biskuit, daging asap, ham, bacon, dendeng, abon, ikan asin, telur pindang, sawi asin,

asinan, acar, dan lainnya.

2) Otak, ginjal, lidah, keju, margarin, mentega biasa, dan lainnya.

3) Bumbu-bumbu; garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin, kecap, terasi, magi, tomat

kecap, petis, taoco, dan lain-lain.

b. Medikamentosa meliputi : Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan

pengobatan non medikamentosa selama 2-4 minggu. Medikamentosa hipertensi stage 1 mulai

salah satu obat berikut :


1). Hydrochlorothiazide adalah obat untuk mengatasi edema, yaitu penumpukan cairan di dalam

ruang antar sel, misalnya akibat gagal jantung dan sirosis hati. Obat ini juga bisa digunakan

untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi. 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari

2). Propanolol 2 x 20-40 mg sehari.

3). Methyldopa adalah obat untuk menurunkan tekanan darah,dosis awal 125 mg, 2 kali shari.

Penigkaan dosis disesuaykan dengan respon tubuh terhadap obat .

4). MgSO4 atau magnesium sulfat adalah senyawa kimia garam anorganik yang bermanfaat

sebagai mengatasi kadar magnesium rendah dalam tubuh

5). Kaptopril, adalah obat yang berfugsi untuk menangani hipertensi dan gagal jantung, dosis 2-

3 x 12,5 mg sehari

6). Nifedipin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60 mg 7) Tensigard 3 x 1 tablet

8) Amlodipine 1 x 5-10 mg

9). Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari. Sebaiknya dosis dimulai dengan

yang terendah, dengan evaluasi berkala dinaikkan sampai tercapai respons yang diinginkan.

Lebih tua usia penderita, penggunaan obat harus lebih hati-hati. Hipertensi sedang sampai berat

dapat diobati dengan kombinasi HCT + propanolol, atau HCT + kaptopril, bila obat tunggal tidak

efektif. Pada hipertensi berat yang tidak sembuh dengan kombinasi di atas, ditambahkan

metildopa 2 x 125-250 mg. Penderita hipertensi dengan asma bronchial jangan beri beta blocker.

Bila ada penyulit/ hipertensi emergensi segera rujuk ke rumah sakit.


BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesempulan

kepatuhan minum obat hipertensi . Kepatuhan pengobatan pasien merupakan hal penting karena
hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi harus selalu dikontrol atau
dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi yang dapat berujung pada kematian.

Hipertensi merupakan gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi dalam darah terhambat ke jaringan tubuh hingga jantung bekerja lebih keras (Sulung &
Poluan, 2018). Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2019 jumlah kasus
hipertensi ada 839 juta dan diperkirakan menjadi 1.15 milyar taun 2025 sekitar (29%) dari
jumlah penduduk didunia. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2019 angka kejadian hipertensi
sebesar 185.857 jiwa. Dari data survey di Indonesia, prevelensi hipertensi orang dewasa sekitar
5-10% dan angka tersebut akan jadi lebih tinggi dari 20% pada usia 50 tahun keatas, dan akan
selalu meningkat setiap tahunnya.(Shanti & Zuraida, 2016). Tekanan darah yang tinggi dapat
membebani kerja jantung dan pembuluh darah secara berlebihan dan dapat mempercepat
penyumbatan pembuluh arteri.

5.2 Rangkuman menyeluruh atau literature review ini adalah penulisan secara

mandiri, sehingga tidak terdapat konflik kepentingan dalam penulisannya.


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai